
Kenapa Ada Anak yang Tantrum dan Tidak? Ini Penjelasannya!
- Ditulis oleh Tim Tentang Anak
- Ditinjau oleh dr. Natharina Yolanda, SpA
Setiap anak memiliki cara yang berbeda dalam mengekspresikan emosinya. Ada yang tampak tenang dalam menghadapi situasi sulit, sementara yang lain mudah mengalami tantrum. Mengapa bisa begitu?
Faktanya, anak memiliki kemampuan mengolah emosi yang lebih fleksibel dibandingkan orang dewasa.
Namun, faktor lingkungan, pola asuh, dan dukungan emosional yang diberikan orang tua sangat memengaruhi bagaimana mereka menyalurkan perasaannya. Artikel ini akan membahas penyebab tantrum pada anak serta cara meningkatkan kecerdasan emosional mereka.
Mengapa Anak Bisa Mengalami Tantrum?
Tantrum adalah ledakan emosi yang umum terjadi pada anak, terutama di usia balita. Namun, tidak semua anak mengalami tantrum dengan intensitas yang sama. Berikut adalah beberapa penyebab utama tantrum:
1. Anak Kehilangan "Tabungan Emosi"
Seperti halnya orang dewasa, anak juga memiliki kapasitas emosional yang bisa penuh atau terkuras. Beberapa kebiasaan berikut dapat mengurangi tabungan emosi anak dan membuatnya lebih rentan terhadap tantrum:
Orang tua sering terdistraksi saat bermain dengan anak
Solusi: Luangkan waktu 15-20 menit per hari untuk bermain secara mindful bersama anak.
Meremehkan atau melarang anak merasakan emosinya
Solusi: Validasi perasaan anak dengan gestur atau ekspresi wajah, bantu ia menenangkan diri.
Mengancam, mengabaikan, menghukum, atau mengungkit kesalahan anak
Solusi: Apresiasi usaha anak dan pahami alasan di balik perilakunya.
Menganggap orang tua selalu benar dan tidak mau meminta maaf
Solusi: Tunjukkan sikap rendah hati dengan meminta maaf jika salah dan ajak anak mencari solusi bersama.
Menyalahkan anak saat tidak tuntas menyelesaikan tugas
Solusi: Dampingi anak dalam tugas sulit, berikan bantuan sesuai kebutuhannya.
2. Cara Kerja Otak Anak vs Orang Dewasa
Studi menunjukkan bahwa otak anak bekerja dengan cara yang berbeda dari orang dewasa, yang mempengaruhi cara mereka mengolah emosi.
Anak | Dewasa |
---|---|
Menggunakan otak kanan dan kiri secara bersamaan saat mengerjakan sesuatu. | Sebagian besar tugas spesifik diproses hanya di satu sisi otak. |
Otak lebih fleksibel dan terhubung dalam memproses informasi. | Otak lebih terfokus pada satu tugas, tetapi kurang fleksibel. |
Memiliki neuroplastisitas tinggi, yang berarti lebih mudah belajar dan beradaptasi. | Kurang fleksibel dibandingkan otak anak dalam menerima informasi baru. |
Karena otak anak lebih plastis dan fleksibel, cara mereka menangani emosi sangat bergantung pada bagaimana mereka diajarkan dan didukung oleh lingkungannya.
Bagaimana Membantu Anak Mengembangkan Kecerdasan Emosional?
Kecerdasan emosional (Emotional Intelligence, EQ) adalah kemampuan mengenali, memahami, dan mengelola emosi sendiri serta orang lain. Anak dengan EQ yang baik lebih mampu mengontrol emosinya, lebih tangguh menghadapi tantangan, dan memiliki hubungan sosial yang lebih sehat.
Berikut beberapa cara meningkatkan kecerdasan emosional anak:
Kenalkan berbagai emosi sejak dini
Bantu anak memahami bahwa setiap emosi itu valid. Salah satu cara efektif adalah melalui buku cerita. Setelah membaca, tanyakan bagaimana perasaannya terhadap cerita tersebut.
Latih anak dalam mengatasi emosi negatif
Alihkan tantrum dengan teknik pernapasan dalam, menghitung mundur, atau menggunakan kata-kata sederhana untuk mengekspresikan perasaan.
Jadilah contoh dalam mengelola emosi
Anak belajar dengan mengamati. Jika orang tua mampu mengelola emosi dengan baik, anak akan meniru pola yang sama.
Bangun komunikasi yang terbuka dan suportif
Pastikan anak merasa aman untuk mengungkapkan perasaannya tanpa takut dihakimi.
Berikan dukungan sosial yang cukup
Anak yang mendapat dukungan dari keluarga dan lingkungan cenderung lebih stabil secara emosional dan lebih bahagia.
Kesimpulan
Tidak semua anak mengalami tantrum dengan cara yang sama, karena banyak faktor yang memengaruhi cara mereka mengelola emosi. Otak anak yang lebih fleksibel memberikan potensi besar untuk belajar mengendalikan emosi, tetapi hal ini harus didukung dengan pola asuh yang tepat.
Dengan memberikan perhatian yang cukup, memvalidasi emosi anak, dan memberikan contoh yang baik, orang tua bisa membantu anak mengembangkan kecerdasan emosionalnya. Semakin baik kecerdasan emosional anak, semakin tangguh mereka dalam menghadapi kehidupan.
Jadi, sudahkah Ayah dan Bunda membantu meningkatkan kecerdasan emosional si Kecil secara optimal?

Foto: Freepik
Referensi:
