Adhd

ADHD pada Anak dan Bedanya dengan Autisme

  • Ditulis oleh Tim Tentang Anak
  • Ditinjau oleh dr. Radhian Amandito, Sp.A

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) adalah gangguan mental yang mempengaruhi perilaku manusia. Orang dengan ADHD pada umumnya kesulitan untuk berkonsentrasi dan tidak dapat mengontrol perilaku impulsif mereka. Jika tidak mendapatkan penanganan medis, ADHD dapat mengganggu prestasi akademik anak dan bahkan menurunkan kualitas hidupnya di masa depan.

Di Indonesia, jumlah anak dengan ADHD cukup tinggi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2007, dari total 82 juta anak Indonesia, terdapat 8,3 juta anak penyandang ADHD. Sedangkan pada skala dunia, jumlah anak dengan ADHD berkisar antara 5,2% hingga 7,5%. 

Sayangnya, masih banyak orang tua yang tidak menyadari jika anaknya menyandang ADHD. Bahkan, tidak sedikit yang melakukan diagnosis sendiri dan keliru menyamakannya dengan autisme, meski keduanya tidak sama dan membutuhkan penanganan berbeda.

Penangan ADHD sejak dini baik melalui terapi dan obat-obatan juga terbukti dapat membantu mengendalikan gejala ADHD. Nah, untuk menambah pengetahuan ayah-bunda mengenai ADHD, berikut ini ciri, penyebab dan cara penangan ADHD serta perbedaannya dengan autisme.

Ciri ADHD pada Anak

Ciri atau gejala ADHD dapat dikategorikan menjadi dua masalah perilaku yakni sulit fokus/konsentrasi dan hiperaktif atau bersikap impulsif.

Banyak anak dengan ADHD memiliki dua gejala di atas. Namun, dari 3 anak dengan ADHD hanya satu yang menunjukan satu dari dua gejala tersebut.

Perlu juga diketahui oleh ayah-bunda jika anak laki-laki lebih sering terdiagnosis ADHD dibandingkan anak perempuan. Alasannya karena anak perempuan yang memiliki ADHD lebih cenderung memiliki gejala sulit fokus saja dan pada umumnya tidak menunjukan gejala hiperaktif dan impulsif.

Gejala ADHD biasanya sudah terlihat sebelum anak memasuki usia 6 tahun. Ciri tersebut pada umumnya muncul baik di sekolah maupun di rumah.

Berikut ini adalah tanda-tanda perilaku sulit fokus pada anak ADHD:

  • Sering cepat bosan dan gampang teralihkan perhatiannya.
  • Terlihat ceroboh, contohnya saat mengerjakan PR sekolah.
  • Pelupa atau sering kehilangan barang.
  • Susah mengerjakan tugas yang membosankan atau butuh waktu lama untuk diselesaikan.
  • Sulit mendengar atau mengikuti instruksi.
  • Sering berganti aktivitas atau pekerjaan.
  • Sulit mengorganisasikan pekerjaan.

Berikut ini adalah sejumlah tanda hiperaktif dan impulsif pada anak ADHD:

  • Tidak bisa duduk diam, terutama di tempat yang tenang atau sunyi.
  • Sering merengek atau bergerak tanpa henti.
  • Tidak bisa konsentrasi.
  • Melakukan gerakan fisik yang berlebihan.
  • Tidak bisa menunggu giliran.
  • Bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu.
  • Menginterupsi pembicaraan.
  • Tidak sadar akan bahaya.

Penyebab ADHD

Hingga saat ini belum diketahui penyebab pasti ADHD. Namun, para ahli meyakini bahwa ADHD disebabkan oleh kombinasi sejumlah faktor yakni genetik atau keturunan, struktur dan fungsi otak, lahir prematur atau berat badan lahir rendah, epilepsi dan bayi yang lahir dengan cedera otak.

Beda ADHD dan Autisme

ADHD dan autisme sering sulit dibedakan oleh orang awam. Keduanya kerap memiliki gejala atau ciri yang sama. Anak dengan autisme dan ADHD dapat kesulitan untuk fokus. Selain itu, anak dengan ADHD dan autisme juga bisa berperilaku impulsif dan sulit untuk beromunikasi. Mereka juga kerap kesulitan untuk bersosialisasi. Kondisi ini terjadi terpisah, namun terkadang ada beberapa anak yang mengalami kombinasi keduanya.

Untuk memudahkan ayah-bunda yang ingin mengetahui perbedaan ADHD dan autisme, berikut ini tabel perbedaan autisme dan ADHD yang dapat dipelajari.

Kondisi

Autisme

ADHD

Fokus

Sulit fokus pada hal yang tidak disukai dan cenderung fokus pada hal-hal yang disukai seperti baju atau mainan.

Tidak menyukai dan menghindari hal yang membutuhkan konsentrasi atau mengulang suatu aktivitas.

Komunikasi

Sulit berinteraksi dengan orang lain, sulit mengekspresikan pikiran dan perasaan. Kesulitan membuat kontak mata. 

Seringkali menginterupsi orang lain yang berbicara. Sering mencoba mengambil alih percakapan.

Minat

Cenderung suka pada pengulangan. Bisa membicarakan topik yang diminati selama berjam-jam. Sulit beralih dari satu aktivitas ke aktivitas lain.

Tidak suka melakukan hal yang sama berulang-ulang atau untuk waktu yang lama.

Perilaku

Dapat terganggu oleh perubahan rutinitas. 

Tidak terganggu pada perubahan rutinitas.

Cara Menangani ADHD

Sejumlah tindakan medis dapat dilakukan untuk mengendalikan gejala perilaku pada anak dengan ADHD. Tindakan dapat dilakukan menggunakan obat-obatan dan terapi. Namun, pada umumnya dokter akan merekomendasikan terapi bila timbul gejala sebelum usia sekolah, dan kombinasi dari keduanya untuk pasien yang lebih dewasa

Untuk obat-obatan, sejumlah obat yang dapat diberikan untuk membuat anak dengan ADHD merasa tenang dan mengurangi impulsivitasnya adalah:

  • Methylphenidate
  • Lisdexamfetamine
  • Dexamfetamine
  • Atomoxetine
  • Guanfacine

Sedangkan, terapi yang dapat diberikan pada anak ADHD adalah terapi psikoedukasi, terapi perilaku, Cognitive Behavioural Therapy (CBT) dan diet. Sekolah khusus juga dipertimbangkan bila gejala ADHD cukup berat dan mengganggu.


Foto: Freepik

Sumber:

https://www.webmd.com/add-adhd/childhood-adhd/adhd-or-autism

https://www.nhs.uk/conditions/attention-deficit-hyperactivity-disorder-adhd/treatment/

https://jurnalku.org/index.php/ijhs/article/download/171/171

Artikel Terkait

Lihat Semua