Tentang Anak LogoTentang Anak-Hamil dan ParentingCari info anak, lebih lengkap di aplikasi
Alasan Istilah Asperger Dihapus Dalam Diskursus Autisme

Mengetahui Lebih Jauh Alasan Istilah 'Asperger' yang Dihapus Dalam Diskursus Autisme

  • Ditulis oleh Tim Tentang Anak
  • Ditinjau oleh dr. Natharina Yolanda Sp.A

Autisme adalah spektrum yang kompleks dan beragam, di mana pengalaman setiap individu sangat bervariasi. 

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, istilah-istilah seperti "Asperger" dan "high/low functioning" telah menjadi kontroversial dan dipandang sebagai tidak lagi relevan. 

Artikel ini akan menjelaskan mengapa penggunaan istilah tersebut harus dihapus dalam diskursus tentang autisme.

Sejarah Istilah 'Asperger'

Istilah "Asperger" diciptakan oleh Hans Asperger, seorang ilmuwan yang terlibat dalam program eugenik dan suntik mati terhadap anak-anak dengan disabilitas pada era Nazi. 

Istilah ini awalnya digunakan untuk merujuk pada individu yang dianggap dapat berfungsi dalam masyarakat, meskipun mereka berada dalam spektrum autisme. 

Penggunaan istilah ini menjadi masalah karena berkaitan dengan stigma dan pemahaman yang keliru tentang autisme.

Baca Juga: ADHD pada Anak dan Bedanya dengan Autisme

Mengapa 'Asperger' Dianggap Berbahaya?

Beberapa alasan mengapa penggunaan istilah asperger perlu untuk harus dihentikan antara lain: 

1. Menciptakan Stigma

Istilah "high functioning" dan "low functioning" sering kali merujuk pada kemampuan intelektual seseorang, yang dapat menciptakan stigma negatif. 

Istilah ini tidak mencerminkan pengalaman individu secara akurat dan dapat menyebabkan orang-orang dengan autisme merasa tertekan untuk memenuhi ekspektasi masyarakat.

2. Menyederhanakan Spektrum Autisme

Penggunaan istilah asperger dianggap menyederhanakan spektrum autisme yang sangat kompleks.

Autisme bukanlah sesuatu yang dapat dibagi menjadi kategori biner. Sebaliknya, autisme terdiri dari berbagai spektrum yang melibatkan berbagai perbedaan dalam cara individu berinteraksi, merasakan, dan memahami dunia.

3. Keterbatasan dalam Representasi

Ketika media dan masyarakat masih menggunakan istilah yang ketinggalan zaman ini, termasuk juga dalam film yang baru saja rilis yakni Aku Jati, Aku Asperger (2024) yang diperankan oleh Jefri Nichol.

Media tidak hanya mengabaikan nuansa atau spektrum pengalaman individu autistik tetapi juga berpotensi mengesampingkan suara para penderita autisme dengan berbagai macam spektrum. 

Penting untuk mendengarkan individu autistik dan menggunakan bahasa yang mereka pilih untuk menggambarkan diri mereka sendiri.

4. Perubahan dalam Diagnostik Autisme

Pada tahun 2013, istilah "Asperger" dihapus sebagai diagnosis dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5). 

Keputusan ini diambil karena sulit untuk membedakan dengan jelas antara Asperger dan bentuk lain dari gangguan spektrum autisme (ASD). 

Istilah ini digantikan dengan kategori ASD tingkat 1, yang mencerminkan dukungan yang mungkin diperlukan oleh individu tersebut.

5. Menuju Bahasa yang Lebih Sensitif

Dengan hilangnya istilah "Asperger," ada perubahan menuju penggunaan bahasa yang lebih sensitif. 

Kini, banyak orang lebih memilih disebut sebagai "individu autistik" daripada "orang dengan autisme." 

Perubahan ini mencerminkan pengakuan terhadap identitas dan pengalaman mereka, yang lebih inklusif dan mendukung neurodiversitas.

Baca Juga: Gadget Dapat Menyebabkan Autisme? Orang Tua Perlu Ketahui Hal Ini

Kesimpulan

Penting untuk terus mengevaluasi dan memperbarui cara kita berbicara tentang autisme. Menghentikan penggunaan istilah "Asperger" dan istilah kuno lainnya adalah langkah penting dalam menciptakan ruang yang lebih inklusif dan mendukung bagi individu autistik. 

Dengan mendengarkan suara mereka dan menggunakan penggunaan bahasa yang lebih tepat, kita dapat membangun masyarakat yang lebih memahami dan menghargai keberagaman pengalaman manusia.

alasan-istilah-asperger-harus-dihapus-diskursus-autisme
Tamily

Artikel Terkait

Lihat Semua