
Benarkah Anak yang Suka Gigitin Baju Bisa Jadi Tanda ADHD?
- Ditulis oleh Tim Tentang Anak
- Ditinjau oleh dr. Natharina Yolanda, Sp. A
Apakah AyBun pernah melihat anak menggigit ujung baju, kerah, atau bahkan lengan bajunya sendiri? Kebiasaan ini mungkin terlihat sepele, tetapi bisa jadi menandakan sesuatu yang lebih dalam.
Beberapa orang tua khawatir bahwa kebiasaan ini berkaitan dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) atau gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas.
Namun, benarkah demikian? Ataukah ada penyebab lain yang perlu AyBun pahami? Mari kita kenali tiga kemungkinan utama mengapa anak suka menggigit baju.
Faktor Penyebab Anak Suka Gigitin Baju
Menurut para ahli, kebiasaan anak menggigit baju bisa terkait dengan berbagai faktor, bukan hanya ADHD. Berikut adalah tiga kemungkinan penyebabnya:
1. Gangguan Pemrosesan Sensorik (Sensory Processing Disorder - SPD)
Sebagian anak memiliki sensitivitas sensorik yang berlebihan atau justru kekurangan rangsangan sensorik, yang menyebabkan mereka mencari cara untuk menstimulasi diri, salah satunya dengan menggigit baju.
Ciri-ciri anak dengan gangguan pemrosesan sensorik:
- Sering memasukkan benda ke mulut selain makanan (baju, pensil, atau mainan)
- Terlihat sulit tenang jika tidak menggigit sesuatu
- Bereaksi berlebihan terhadap suara, cahaya, atau sentuhan tertentu
Anak dengan gangguan pemrosesan sensorik sering kali menggunakan kebiasaan menggigit ini sebagai cara untuk menenangkan diri.
2. Gangguan Makan (Pica) Akibat Defisiensi Zat Besi
Pica adalah kondisi di mana anak memiliki keinginan untuk mengunyah atau menelan benda yang bukan makanan. Kebiasaan ini sering kali dikaitkan dengan defisiensi zat besi atau kekurangan nutrisi tertentu.
Tanda-tanda anak mengalami pica:
- Sering menggigit atau mengunyah benda yang bukan makanan
- Mudah lelah atau tampak pucat akibat kekurangan zat besi
- Memiliki nafsu makan yang tidak biasa terhadap hal-hal seperti es batu, kertas, atau pasir
Jika AyBun melihat tanda-tanda ini, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk memastikan apakah anak mengalami kekurangan zat besi.
3. Kecemasan atau Stres pada Anak
Anak-anak yang merasa cemas atau stres sering kali mencari cara untuk menenangkan diri, salah satunya dengan menggigit baju. Kebiasaan ini bisa menjadi respons tubuh untuk mengurangi ketegangan atau rasa tidak nyaman yang mereka rasakan.
Tanda-tanda kecemasan pada anak:
- Sering menggigit atau mengunyah baju saat berada di lingkungan baru atau dalam situasi penuh tekanan
- Menunjukkan tanda-tanda gelisah, seperti menggigit kuku atau menggoyangkan kaki
- Kesulitan tidur atau sering terbangun di malam hari
Jika AyBun mencurigai kecemasan sebagai penyebabnya, cobalah untuk mengamati kapan kebiasaan menggigit baju ini muncul dan apakah ada pemicu tertentu yang membuat anak merasa tidak nyaman.
Bagaimana Cara Mengatasinya?
Jika AyBun ingin membantu anak mengurangi kebiasaan menggigit baju, berikut beberapa langkah yang bisa dicoba:
- Tanyakan langsung kepada anak – Jika anak sudah bisa berbicara, tanyakan mengapa ia sering menggigit baju. Apakah karena bosan, stres, atau karena merasa lebih nyaman dengan cara itu?
- Perhatikan pola dan pemicu – Amati kapan anak mulai menggigit baju. Apakah saat merasa cemas, bosan, atau dalam situasi tertentu?
- Cari alternatif yang lebih aman – Berikan anak benda yang lebih aman untuk dikunyah, seperti mainan sensorik atau teether khusus untuk anak yang lebih besar.
- Bantu anak mengelola stres – Jika kebiasaan ini muncul karena kecemasan, coba ajak anak untuk berbicara tentang perasaannya dan ajarkan teknik relaksasi sederhana.
- Konsultasikan dengan dokter – Jika kebiasaan ini berlangsung lama atau disertai gejala lain, seperti anemia atau kesulitan mengontrol emosi, sebaiknya AyBun berkonsultasi dengan dokter spesialis anak.
Kesimpulan
Kebiasaan anak menggigit baju bisa disebabkan oleh berbagai faktor, bukan hanya ADHD. Tiga kemungkinan utama yang perlu AyBun perhatikan adalah gangguan pemrosesan sensorik, pica akibat defisiensi zat besi, dan kecemasan.
Jika kebiasaan ini mengganggu aktivitas sehari-hari atau berhubungan dengan kondisi kesehatan lain, sebaiknya konsultasikan dengan dokter agar anak mendapatkan penanganan yang tepat.

Foto: Freepik
Referensi:
