Tentang Anak LogoTentang Anak-Hamil dan ParentingCari info anak, lebih lengkap di aplikasi
anakku suka berbohong

Mengapa Anakku Suka Berbohong? Aku Harus Bagaimana?

  • Ditulis oleh Tim Tentang Anak
  • Ditinjau oleh Gianti Amanda, M.Psi.T, Montessori Dipl.

“Aku nggak makan cokelat itu, Ma,” ujar si kecil sambil menyembunyikan tangan cokelatnya di belakang punggung. Sebagai orang tua, mungkin AyBun pernah mendengar si kecil melontarkan pernyataan yang tidak sesuai fakta. 

Sekilas, kebohongan anak terasa sepele—mungkin ia hanya ingin menghindari hukuman atau sekadar bermain-main. Namun, semakin sering terjadi, kebohongan ini bisa menjadi tanda yang perlu diperhatikan.

Mengapa anak suka berbohong? Apakah ini kebiasaan buruk yang harus segera dihentikan? Ataukah ada alasan lain di balik perilaku ini? Yuk, kita bahas penyebab anak sering berbohong dan langkah-langkah yang dapat AyBun lakukan untuk membantu si kecil jujur tanpa merasa takut atau tertekan.

Mengapa Anak Suka Berbohong?

Berbohong adalah perilaku yang sering muncul bahkan sejak anak berusia dini. Sebagian besar anak mulai memahami konsep kebohongan di usia sekitar 3 tahun, saat mereka menyadari bahwa orang tua atau orang lain tidak selalu bisa mengetahui pikiran mereka. 

Ini adalah tahap perkembangan kognitif yang menunjukkan kemajuan dalam kemampuan sosial dan emosional mereka.

Namun, apa sebenarnya yang memotivasi anak untuk berbohong?

  1. Perkembangan Sosial dan Kognitif
    Berbohong sering kali terkait dengan kemampuan kognitif dan sosial anak. Penelitian menunjukkan bahwa keterampilan fungsi eksekutif, seperti kemampuan untuk menahan dorongan dan memecahkan masalah, mempengaruhi kecenderungan anak untuk berbohong. Sebagai bagian dari pertumbuhan, mereka mengembangkan kemampuan untuk menilai situasi secara moral dan memilih untuk berkata tidak jujur sebagai respons terhadap tekanan sosial tertentu.
  2. Meningkatkan Rasa Percaya Diri
    Anak-anak yang kurang percaya diri mungkin berbohong untuk membuat diri mereka terlihat lebih baik di mata orang lain. Misalnya, mereka mungkin menceritakan kisah yang dilebih-lebihkan untuk menarik perhatian atau mendapatkan pengakuan dari teman atau keluarga.
  3. Kepatuhan pada Norma Sosial
    Anak juga bisa berbohong demi menjaga kesopanan atau perasaan orang lain, seperti ketika mereka menerima hadiah yang tidak diinginkan namun mengatakan bahwa mereka menyukainya. Hal ini menunjukkan pemahaman awal tentang aturan sosial dan keinginan untuk diterima dalam lingkungan mereka.
  4. Pengaruh Orang Tua
    Anak-anak melihat orang tua sebagai sumber informasi yang dapat diandalkan. Ketika orang tua berbohong—bahkan untuk alasan yang dianggap sepele, seperti “kita sudah tidak punya permen lagi” padahal tidak demikian—anak-anak dapat meniru perilaku tersebut. Hal ini bisa memengaruhi cara mereka memandang kejujuran dan berperilaku di masa depan.
  5. Proses Belajar tentang Kejujuran
    Kejujuran bukanlah sifat bawaan, melainkan keterampilan yang dipelajari melalui pengalaman, pengasuhan, dan pemahaman terhadap norma sosial. Anak-anak belajar nilai kejujuran dari interaksi dengan orang dewasa, terutama orang tua, yang memberikan panduan tentang perilaku yang benar dan salah.

Dengan memahami alasan di balik kebiasaan berbohong anak, AyBun dapat lebih mudah menentukan pendekatan terbaik untuk membantu si kecil tumbuh menjadi pribadi yang jujur dan percaya diri.

Bagaimana Cara Mengatasi Anak yang Suka Berbohong?

Mengajarkan kejujuran pada anak membutuhkan pendekatan yang konsisten dan penuh kasih sayang. Anak belajar banyak dari apa yang mereka lihat dan alami, termasuk dari perilaku orang tua. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat AyBun lakukan untuk membantu si kecil memahami pentingnya berkata jujur:

  1. Bicara tentang Kejujuran
    Jelaskan kepada anak mengapa kejujuran itu penting dalam hubungan dan kehidupan sehari-hari. Gunakan contoh sederhana yang sesuai dengan usianya, seperti bagaimana kejujuran membuat orang lain percaya kepada kita. Pastikan percakapan ini dilakukan dalam suasana santai tanpa tekanan.
  2. Berikan Pengakuan pada Kejujuran
    Ketika anak memilih untuk berkata jujur, berikan pujian atau pengakuan. Misalnya, “Bunda bangga kamu jujur meskipun mungkin sulit untuk mengatakannya.” Dengan begitu, anak merasa dihargai dan didorong untuk terus bersikap jujur.
  3. Jadilah Teladan yang Baik
    Anak-anak belajar dari melihat perilaku orang tua. Jika AyBun menekankan pentingnya kejujuran, pastikan AyBun juga menunjukkan sikap tersebut dalam kehidupan sehari-hari, termasuk menepati janji. Misalnya, jika AyBun berjanji akan bermain bersama mereka setelah makan malam, tepati janji itu agar anak memahami nilai dari integritas.
  4. Gunakan Konsekuensi Positif
    Ketika anak berbohong, cobalah untuk memahami alasan di balik kebohongannya sebelum memberikan respons. Hindari hukuman yang keras, karena itu dapat mendorong anak untuk berbohong lebih sering demi menghindari hukuman. Sebagai gantinya, fokus pada pembelajaran dan diskusi tentang bagaimana kejujuran dapat membantu mereka di masa depan.
  5. Bantu Anak Memahami Dampak Kebohongan
    Jelaskan bagaimana kebohongan dapat merusak kepercayaan dan hubungan dengan orang lain. Gunakan cerita atau permainan peran untuk menunjukkan konsekuensi sosial dari kebohongan, sehingga anak lebih memahami efek dari perilakunya.

Dengan memberikan perhatian dan bimbingan yang tepat, AyBun bisa membantu si kecil mengembangkan kebiasaan jujur yang akan mereka bawa hingga dewasa. Kejujuran adalah keterampilan yang terus dipelajari, dan dukungan dari AyBun adalah kunci utama dalam proses ini.

Apakah Anak Perlu Bisa Bohong?

Mendengar anak berbohong mungkin membuat AyBun terkejut atau bahkan merasa lucu, terutama ketika kebohongan tersebut mudah dikenali. Namun, dari sudut pandang perkembangan, kemampuan anak untuk berbohong sebenarnya menandakan pencapaian penting dalam pertumbuhan kognitif mereka.

Ketika anak mulai berbohong, itu berarti mereka telah memahami bahwa orang lain memiliki kepercayaan, pengalaman, atau sudut pandang yang berbeda dengan mereka. 

Ini menunjukkan perkembangan Theory of Mind (ToM)—kemampuan untuk menyadari bahwa pikiran dan keyakinan seseorang tidak selalu mencerminkan kenyataan.

Namun, apakah kebohongan ini sesuatu yang diperlukan?

  1. Kaitannya dengan Perkembangan Kognitif
    Kebohongan di usia dini adalah bukti bahwa anak sedang belajar memahami bagaimana dunia sosial bekerja. Mereka menguji batas-batas antara kenyataan dan apa yang dapat mereka ubah melalui kata-kata. Ini adalah proses alami dalam membangun kemampuan berpikir abstrak dan berkomunikasi secara efektif.
  2. Tergantung pada Persepsi Sosial
    Kebohongan dapat diterima atau tidak, tergantung pada konteks dan norma budaya. Misalnya, dalam situasi tertentu, kebohongan kecil (white lies) untuk menjaga perasaan orang lain dapat dianggap sopan. Namun, jika kebohongan menjadi kebiasaan yang tidak tepat, ini bisa merusak hubungan sosial dan kepercayaan.
  3. Dampak Latihan Theory of Mind (ToM)
    Penelitian menunjukkan bahwa pelatihan untuk meningkatkan ToM dapat membuat anak lebih cenderung berbohong. Meskipun hal ini mencerminkan peningkatan kemampuan kognitif, penting bagi Aybun untuk membimbing anak agar memahami bahwa kejujuran tetap merupakan nilai penting dalam setiap budaya.

Jadi, meskipun anak ‘perlu’ memahami cara kerja kebohongan sebagai bagian dari perkembangan kognitif mereka, Aybun tetap memiliki peran penting dalam mengajarkan kapan dan mengapa kejujuran harus menjadi pilihan utama. 

Dengan bimbingan yang tepat, anak dapat belajar untuk menggunakan kemampuan sosial dan kognitif mereka secara positif dan membangun hubungan yang kuat dan penuh kepercayaan.

Buku yang Membantu Anak Suka Berbohong

Membacakan dongeng tidak hanya menjadi kegiatan yang menyenangkan, tetapi juga cara efektif untuk mengajarkan nilai-nilai kehidupan, termasuk kejujuran. Dongeng memungkinkan anak untuk memahami konflik, menemukan solusi, dan mengembangkan pemahaman mendalam tentang hubungan sosial melalui cerita yang menghibur.

AyBun bisa coba bacakan buku dongeng Lukisan Pangeran Kecil. Buku ini mengajak anak untuk bersikap jujur karena dengan melatih anak untuk jujur, anak akan merasa nyaman dan lebih mudah dipercaya. Selain itu, buku ini juga mendukung perkembangan bahasa, kreatifitas dan imajinasi, serta sosial emosi.

Sinopsis:

Raja dan Ratu Singa mengadakan sayembara: siapa yang bisa melukis Pangeran Singa dan membuatnya tersenyum, akan mendapatkan satu peti emas! Semua pelukis datang, tetapi hanya ada satu pelukis yang berhasil. Hmm, siapakah dia? Hal apa yang dia lakukan sampai lukisannya menjadi begitu istimewa?

Untuk memiliki bukunya, AyBun bisa membeli langsung di Fitur Belanja aplikasi Tentang Anak.

Kesimpulan

Mengajarkan kejujuran kepada anak adalah proses yang membutuhkan kesabaran, konsistensi, dan kasih sayang. Berbohong pada anak bukan sekadar perilaku negatif, melainkan bagian dari proses perkembangan sosial dan kognitif mereka. 

Namun, dengan pendekatan yang tepat, AyBun dapat membantu si kecil memahami pentingnya kejujuran dalam membangun kepercayaan dan hubungan yang sehat.

Langkah-langkah seperti menjadi teladan yang baik, memberikan pengakuan atas kejujuran, dan menjelaskan dampak kebohongan akan membantu anak menginternalisasi nilai-nilai kejujuran. 

Selain itu, membacakan buku seperti Lukisan Pangeran Kecil dapat menjadi cara yang menyenangkan dan edukatif untuk memperkenalkan konsep kejujuran kepada anak.

Dengan bimbingan yang positif dan penuh perhatian dari AyBun, si kecil akan tumbuh menjadi pribadi yang jujur, percaya diri, dan memiliki kemampuan sosial yang baik. Kejujuran adalah keterampilan yang akan mereka bawa sepanjang hidup—dan AyBun memiliki peran kunci dalam proses ini.

anakku suka berbohong
Tamily

Artikel Terkait

Lihat Semua