Pada 2022 silam, Ketua Satgas HIV Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan sebanyak 274 anak usia kurang dari 4 tahun menderita HIV.
Human immunodeficiency virus (HIV) adalah virus yang melemahkan sistem kekebalan tubuh, membuat penderitanya rentan terhadap infeksi dan penyakit. Anak-anak dapat tertular HIV melalui berbagai cara, termasuk:
- Penularan dari ibu saat kehamilan
- Proses persalinan
- Pemberian ASI
- Penggunaan jarum yang terkontaminasi
- Transfusi darah yang tidak aman
- Kekerasan seksual dari orang dewasa yang terinfeksi
Seorang anak yang terinfeksi HIV saat lahir sering kali terlihat sehat seperti anak lainnya. Namun, tanpa penanganan yang tepat, mereka lebih rentan mengalami infeksi serius seperti:
- Tuberkulosis
- Infeksi saluran cerna
- Pneumonia
- Infeksi telinga kronik
Pentingnya Skrining HIV pada Ibu Hamil
Salah satu langkah utama dalam pencegahan penularan HIV adalah melakukan skrining HIV saat kehamilan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan secara gratis di puskesmas dan dianjurkan setidaknya satu kali selama masa kehamilan.
Jika seorang ibu hamil terdeteksi positif HIV, langkah selanjutnya adalah menjalani program Prevention of Mother to Child Transmission (PMTCT) atau pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak.
Program PMTCT: Langkah Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak
Program PMTCT bertujuan untuk menurunkan risiko penularan HIV dari ibu ke bayi seminimal mungkin. Beberapa langkah utama dalam program ini meliputi:
- Terapi antivirus (ARV) untuk ibu – Ibu hamil dengan HIV perlu mendapatkan pengobatan ARV secara teratur dan tepat sejak awal kehamilan.
- Diskusi dengan dokter kandungan – Pemilihan metode persalinan yang paling aman (normal atau operasi caesar) dapat membantu mengurangi risiko penularan.
- Obat pencegahan untuk bayi – Setelah lahir, bayi diberikan obat untuk mencegah infeksi HIV.
- Konsultasi pemberian nutrisi – Keputusan apakah bayi akan diberi ASI atau susu formula harus dibahas dengan dokter.
- Deteksi HIV sedini mungkin – Bayi dapat menjalani tes HIV sejak usia 6 minggu untuk mengetahui status kesehatannya.
- Imunisasi dengan pemantauan khusus – Pemberian vaksin, seperti BCG, dilakukan dengan pemantauan lebih ketat untuk memastikan keamanan bayi.
Jika program PMTCT dijalankan dengan baik, risiko penularan HIV pada anak bisa ditekan hingga hanya 2%, sehingga bayi dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Mengatasi Stigma untuk Mendukung Eliminasi HIV
Salah satu tantangan utama dalam upaya eliminasi HIV di Indonesia adalah stigma negatif terhadap orang dengan HIV. Stigma ini dapat menghambat mereka untuk mendapatkan akses pengobatan, dukungan sosial, dan kesempatan hidup yang lebih baik.
Maka dari itu, penting bagi kita untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung bagi mereka yang hidup dengan HIV. Dengan edukasi yang tepat, kita dapat membantu mengurangi diskriminasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pencegahan serta pengobatan HIV.