
Cara Menyimpan ASI saat Banjir dan Pemadaman Listrik: Panduan Lengkap untuk Ibu Menyusui
- Ditulis oleh Tim Tentang Anak
- Ditinjau oleh dr. Natharina Yolanda Sp.A
Bagi ibu menyusui, pemadaman listrik atau banjir bisa menjadi tantangan besar, terutama dalam menjaga kualitas ASI perah. Tanpa listrik, freezer tidak berfungsi optimal dan stok ASI berisiko mencair atau bahkan basi.
Namun, jangan panik! Dengan strategi yang tepat, ASI tetap bisa disimpan dengan aman meskipun dalam kondisi darurat. Artikel ini akan membahas cara efektif menyimpan ASI saat listrik padam atau terjadi banjir, agar kebutuhan si kecil tetap terpenuhi.
Pentingnya Menyimpan ASI dengan Benar dalam Situasi Darurat
Saat menghadapi kondisi darurat seperti banjir atau pemadaman listrik, ibu yang menyusui sebenarnya bisa tetap mengandalkan direct breastfeeding (DBF) sebagai cara terbaik untuk memastikan bayi mendapatkan asupan nutrisi.
Namun, dalam beberapa situasi, menyimpan ASI tetap diperlukan, misalnya jika Bunda harus berpisah sementara dengan bayi atau jika pasokan ASI perlu dijaga untuk beberapa waktu ke depan.
Selain itu, dalam kondisi bencana, akses terhadap susu formula atau makanan bayi lainnya bisa menjadi terbatas. Dengan menyimpan ASI dengan baik, Bunda dapat memastikan bayi tetap mendapatkan nutrisi yang cukup meskipun menghadapi keterbatasan.
Tantangan Menyimpan ASI Saat Banjir dan Pemadaman Listrik
Beberapa tantangan yang sering dihadapi Bunda dalam menyimpan ASI saat terjadi bencana antara lain:
- Listrik padam, sehingga kulkas atau freezer tidak dapat berfungsi optimal.
- Keterbatasan es batu atau ice pack, yang biasanya digunakan untuk menjaga suhu ASI tetap stabil.
- Risiko kontaminasi akibat air banjir yang kotor dan lingkungan yang kurang higienis.
- Suhu udara yang panas, yang dapat mempercepat proses pembusukan ASI jika tidak disimpan dengan benar.
Karena itu, meskipun DBF tetap menjadi pilihan utama, Bunda juga perlu mengetahui cara menyimpan ASI dengan aman agar tetap dapat digunakan saat dibutuhkan, terutama dalam kondisi darurat.
Baca Juga: Jangan Salah! Begini Cara Menyimpan ASI Perah yang Benar!
Cara Menyimpan ASI saat Pemadaman Listrik
Sebelum Listrik Padam
- Siapkan es batu atau gel pack – Jika ada peringatan potensi pemadaman listrik, buat atau beli ekstra es batu untuk menjaga suhu ASI tetap dingin.
- Bekukan air dalam wadah – Simpan air dalam wadah tertutup dan bekukan untuk membantu menjaga suhu dalam freezer lebih lama saat listrik mati.
- Gunakan termometer kulkas dan freezer – Pastikan suhu freezer berada di 0°F (-18°C) atau lebih rendah, dan suhu kulkas di 40°F (4°C) atau lebih rendah.
Saat Listrik Padam
- Jangan sering membuka pintu kulkas atau freezer – Biarkan tetap tertutup agar suhu dingin bertahan lebih lama.
- Ketahui daya tahan ASI dalam freezer:
- Jika freezer penuh dan tidak dibuka, ASI bisa bertahan hingga 48 jam.
- Jika freezer setengah penuh, ASI bertahan sekitar 24 jam.
- ASI dalam kulkas hanya bertahan sekitar 4 jam jika tidak ada listrik.
- Gunakan pendingin alternatif – Jika listrik mati terlalu lama, pindahkan ASI ke cooler box dengan es batu atau gel pack untuk memperpanjang ketahanan.
Setelah Listrik Kembali Menyala
- Cek kondisi ASI dalam freezer:
- Jika masih ada kristal es di dalam ASI, maka masih aman dan bisa dibekukan kembali.
- Jika ASI sudah benar-benar mencair tetapi masih dingin, segera gunakan dalam waktu 24 jam.
- Jika ASI sudah mencair sepenuhnya dan tidak lagi dingin, sebaiknya dibuang.
- Ingat prinsip "Jika ragu, buang saja" – Jangan mengambil risiko dengan memberikan ASI yang mungkin sudah tidak layak konsumsi.
Tips Menyimpan ASI saat Banjir
Banjir dapat menyebabkan kontaminasi lingkungan dan membahayakan penyimpanan ASI. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:
- Lindungi freezer dan kulkas dari air – Pastikan kulkas/freezer diletakkan di tempat yang lebih tinggi agar tidak terendam air.
- Gunakan wadah tahan air – Simpan kantong ASI dalam wadah tertutup atau ziplock agar tetap higienis jika terkena air.
- Siapkan cooler box – Jika listrik padam dan air mulai naik, gunakan cooler box dengan es batu sebagai alternatif penyimpanan.
- Hindari kontak dengan air banjir – Jangan gunakan air banjir untuk membersihkan atau merendam botol ASI karena bisa mengandung bakteri dan kuman berbahaya.
- Pastikan kebersihan saat memberi ASI – Jika air bersih terbatas, gunakan tisu basah atau air matang untuk membersihkan botol dan peralatan menyusui sebelum digunakan.
Tanda ASI Sudah Tidak Layak Diberikan
Saat banjir atau pemadaman listrik, menyusui langsung atau DBF tetap menjadi pilihan terbaik untuk memastikan bayi mendapatkan asupan nutrisi dengan aman. Namun, jika Bunda menyimpan ASI perah sebagai cadangan, penting untuk memastikan bahwa ASI tetap dalam kondisi baik sebelum diberikan kepada bayi.
Tanpa listrik, freezer dan kulkas tidak dapat menjaga ASI dalam suhu yang optimal, sehingga ada risiko ASI basi atau rusak. Berikut tiga tanda utama yang menunjukkan bahwa ASI sudah tidak layak dikonsumsi.
1. Aroma ASI Berubah
Jika listrik padam terlalu lama, suhu dalam kulkas atau freezer bisa meningkat dan menyebabkan ASI mulai membusuk. Sebelum diberikan, pastikan ASI tidak memiliki bau asam atau tengik. ASI segar biasanya memiliki aroma manis atau sedikit sabun.
Namun, bagi ibu dengan ASI berlipase tinggi, bau asam atau tengik bisa muncul meskipun ASI masih aman dikonsumsi. Jika Bunda ragu, bandingkan dengan ASI segar sebelum disimpan untuk memastikan perbedaannya.
2. Perubahan Tekstur dan Warna
Banjir dan mati listrik dapat membuat suhu penyimpanan ASI tidak stabil, yang bisa mempercepat kerusakan ASI. Secara normal, ASI bisa terpisah menjadi dua lapisan setelah disimpan—bagian bawah yang lebih encer dan bagian atas yang lebih kental. Namun, jika setelah diaduk ASI tetap tidak menyatu atau terlihat menggumpal, ini bisa menjadi tanda bahwa ASI sudah rusak.
Selain itu, warna ASI segar biasanya putih, kekuningan, atau kebiruan. Jika ASI tampak berubah warna secara signifikan atau terlihat berbintik, lebih baik tidak diberikan kepada bayi.
3. Rasa ASI Menjadi Asam
Jika Bunda masih ragu, mencicipi ASI bisa menjadi cara terakhir untuk memastikan kualitasnya. ASI yang sudah basi akan terasa asam atau tengik, berbeda dengan ASI segar yang memiliki rasa manis dan ringan.
Namun, Bunda perlu ingat bahwa ASI dengan kadar lipase tinggi bisa mengalami perubahan rasa setelah dibekukan dalam waktu lama meskipun masih aman dikonsumsi. Jika biasanya ASI tidak memiliki rasa asam setelah penyimpanan, maka kemungkinan ASI sudah rusak dan sebaiknya dibuang.
Menyusui Langsung Tetap Menjadi Pilihan Terbaik
Saat banjir dan pemadaman listrik, menyusui langsung atau DBF adalah cara paling aman dan praktis untuk memastikan bayi tetap mendapatkan nutrisi. ASI tidak memerlukan air bersih, peralatan steril, atau listrik, sehingga mengurangi risiko infeksi akibat lingkungan yang kurang higienis.
Persiapan Sebelum Banjir dan Pemadaman Listrik
- Cuci tangan sebelum menyusui. Jika air bersih sulit didapat, gunakan hand sanitizer minimal 60% alkohol.
- Pelajari cara memerah ASI dengan tangan. Jika listrik padam, Bunda tetap bisa memberikan ASI tanpa pompa elektrik.
- Tetap bersama bayi. Ini memudahkan menyusui dan memberikan rasa aman bagi si kecil.
Mengapa Menyusui Lebih Baik dalam Kondisi Darurat?
- Tidak tergantung pada air bersih dan listrik.
- Mengandung antibodi alami untuk melindungi bayi dari infeksi.
- Selalu tersedia kapan saja, tanpa risiko kontaminasi.
Kesimpulan
Banjir dan pemadaman listrik bisa mengancam kualitas ASI perah, terutama jika freezer tidak berfungsi dan akses air bersih terbatas. Menyusui langsung (DBF) tetap menjadi pilihan terbaik karena aman, selalu tersedia, dan melindungi bayi dari infeksi.
Jika ASI perah tetap diperlukan, pastikan penyimpanannya aman dengan menjaga freezer tetap tertutup, menggunakan es batu, dan memeriksa tanda-tanda ASI basi seperti perubahan aroma, tekstur, dan rasa. Jika ragu, buang saja!
Persiapan sebelum bencana, seperti belajar memerah ASI secara manual dan menjaga kebersihan, dapat membantu Bunda tetap memberikan nutrisi terbaik bagi bayi dalam kondisi darurat.

Foto: Freepik
Referensi:
