Kebiasaan yang Berbahaya

Kebiasaan Ayah Bunda yang Ternyata Berbahaya buat Anak

  • Ditulis oleh Tim Tentang Anak
  • Ditinjau oleh Gianti Amanda, M.Psi, Montessori Dipl

Masa pertumbuhan anak-anak adalah periode penting dalam membentuk fondasi kesehatan fisik dan mental mereka. Beberapa kebiasaan yang mungkin dianggap sepele ternyata dapat berdampak besar pada perkembangan anak.

Dalam artikel ini, kita akan membahas lima kebiasaan yang ternyata berbahaya bagi anak dan memberikan panduan untuk mendukung tumbuh kembang yang sehat.

1. Ketergantungan pada Gawai dan Layar Elektronik

Penggunaan gawai dan layar elektronik oleh anak-anak telah menjadi hal yang umum dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, terlalu banyak waktu yang dihabiskan di depan layar dapat memiliki dampak negatif pada perkembangan anak. Beberapa dampak tersebut meliputi:

Gangguan Tidur: Paparan cahaya biru dari layar gawai dapat mengganggu produksi melatonin, hormon yang mengatur tidur. Anak-anak yang terlalu sering menggunakan gawai sebelum tidur cenderung mengalami kesulitan tidur.

Keterlambatan Perkembangan Bahasa: Anak-anak yang terlalu banyak menonton televisi atau menggunakan gawai cenderung memiliki keterlambatan dalam perkembangan kemampuan berbahasa dan komunikasi.

Kurang Aktifitas Fisik: Waktu yang dihabiskan di depan layar seringkali berarti waktu yang tidak dihabiskan untuk bermain atau beraktivitas fisik. Ini dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti obesitas dan kelemahan otot.

Panduan: Batasi waktu layar harian anak-anak sesuai dengan rekomendasi ahli kesehatan. Ajak anak untuk bermain di luar, membaca buku, atau berpartisipasi dalam kegiatan fisik lainnya untuk mendukung perkembangan mereka.

2. Kekurangan Waktu untuk Bermain di Luar Rumah

Perubahan gaya hidup modern seringkali membuat anak-anak menghabiskan lebih banyak waktu di dalam rumah, terutama di depan layar elektronik.

Padahal, bermain di luar rumah memiliki banyak manfaat bagi perkembangan fisik dan mental anak-anak. Kekurangan waktu untuk bermain di luar dapat menyebabkan:

Kurangnya Paparan Sinar Matahari: Paparan sinar matahari membantu tubuh menghasilkan vitamin D, yang penting untuk pertumbuhan tulang dan kesehatan umum. Kekurangan vitamin D dapat berdampak pada perkembangan tulang anak.

Keterbatasan Kemampuan Sosial: Bermain di luar rumah memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk berinteraksi dengan teman sebayanya. Kekurangan interaksi sosial dapat mempengaruhi kemampuan anak dalam berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungan sosial.

Kurangnya Aktivitas Fisik: Bermain di luar rumah adalah cara alami bagi anak-anak untuk bergerak dan beraktivitas fisik. Kurangnya aktivitas fisik dapat berkontribusi pada masalah kesehatan seperti obesitas dan masalah kesehatan jantung.

Panduan: Sediakan waktu setiap hari untuk anak-anak bermain di luar rumah. Ajak mereka untuk bermain di taman, bersepeda, atau melakukan kegiatan fisik lainnya yang mendukung perkembangan tubuh dan kemampuan sosial mereka.

3. Konsumsi Makanan Cepat Saji dan Tinggi Gula

Kebiasaan makan anak-anak dapat memberikan dampak besar pada kesehatan mereka.

Konsumsi makanan cepat saji yang tinggi lemak dan gula dapat menyebabkan:

Obesitas: Makanan cepat saji sering kali tinggi kalori dan rendah nutrisi. Kebiasaan makan ini dapat menyebabkan kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak.

Masalah Kesehatan Jangka Panjang: Konsumsi gula berlebih dapat meningkatkan risiko anak mengembangkan diabetes tipe 2 dan masalah kesehatan jangka panjang lainnya.

Kurangnya Nutrisi Esensial: Makanan cepat saji biasanya kurang akan nutrisi penting seperti vitamin, mineral, dan serat. Kurangnya nutrisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

Panduan: Prioritaskan makanan sehat yang kaya nutrisi seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian utuh, dan protein berkualitas. Batasi konsumsi makanan cepat saji dan makanan tinggi gula, dan ajarkan anak-anak tentang pentingnya pola makan seimbang.

4. Kurangnya Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan

Keterlibatan orang tua memiliki peran krusial dalam perkembangan pendidikan anak-anak. Kurangnya keterlibatan orang tua dapat menyebabkan:

Kurangnya Dukungan Pendidikan: Anak-anak yang tidak mendapatkan dukungan dan keterlibatan dari orang tua cenderung memiliki performa akademis yang lebih rendah.

Rendahnya Motivasi Belajar: Keterlibatan orang tua memotivasi anak untuk belajar dan mencapai prestasi. Kurangnya keterlibatan dapat berdampak pada motivasi belajar anak.

Kurangnya Keterampilan Sosial dan Emosional: Orang tua memainkan peran penting dalam membantu anak mengembangkan keterampilan sosial dan emosional. Kurangnya keterlibatan dapat menyulitkan anak dalam memahami dan mengelola emosinya.

Panduan: Libatkan diri secara aktif dalam pendidikan anak. Bicarakan tentang kegiatan sekolah, berikan dukungan, dan ajak anak untuk berbicara tentang pengalaman mereka. Hadiri pertemuan orang tua-guru dan tunjukkan minat pada perkembangan pendidikan anak.

5. Kurang Berkomunikasi dengan Baik

Anak-anak mengatakan banyak hal yang mungkin tampak konyol pada awalnya. Tetapi jika diamati dengan seksama gerakan verbal dan non-verbal, Ayah Bunda akan memiliki wawasan ke dalam pikirannya. Buatlah anak berada di lingkungan agar mereka tahu bahwa mereka didengar.

Jika Ayah Bunda selalu berbicara dengan anak-anak sebagai "orang tua" maka mereka tidak akan dapat berbagi segalanya dengan Ayah Bunda.

Saat anak-anak tumbuh dewasa, Ayah Bunda harus bersikap sebagai teman dan membuat mereka merasa nyaman dengan kehadiran orang tuanya. Mereka seharusnya merasa baik-baik saja untuk mendiskusikan ketakutan, harapan, dan keraguan mereka dengan Ayah Bunda.

Ini tidak hanya akan memperkuat ikatan antara orang tua dengan anak tetapi juga akan memastikan bahwa mereka tidak pernah meminta nasihat dari orang yang salah.

Kalau anak mengeluhkan sakit tapi kehabisan stok obat di rumah, jangan khawatir. Tanya langsung soal parenting dan psikologi Anak lebih mudah di fitur Tanya Ahli atau klik di sini. Yuk, unduh sekarang!

Ayah Bunda juga bisa menghabiskan waktu dengan no screen time, yaitu membaca buku bilingual bersama si Kecil 

Foto: Freepik

Artikel Terkait

Lihat Semua