
Benarkah Orang Tua Pendek Pasti Punya Anak Pendek? Cek Penjelasannya!
- Ditulis oleh Tim Tentang Anak
- Ditinjau oleh Tim Tentang Anak
Banyak orang tua yang khawatir jika mereka memiliki postur tubuh pendek, maka anak mereka juga akan tumbuh pendek. Namun, benarkah faktor genetika sepenuhnya menentukan tinggi badan anak? Ataukah ada faktor lain yang memengaruhi pertumbuhan mereka?
Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam tentang hubungan antara tinggi badan orang tua dan anak serta faktor lain yang dapat memengaruhi pertumbuhan anak.
Faktor Penentu Tinggi Badan Anak
Untuk menentukan apakah seorang anak pendek atau mengalami gangguan pertumbuhan, ada beberapa cara yang bisa dilakukan.
Salah satu indikator utamanya adalah berat badan yang tidak naik, yang kemudian diikuti oleh tinggi badan yang stagnan. Jika hal ini berlangsung lama, bahkan lingkar kepala anak juga bisa tidak berkembang dengan baik.
Menurut grafik pertumbuhan, seorang anak dikatakan pendek jika tinggi badannya berada di bawah -2 SD (Standar Deviasi) dari kurva pertumbuhan.
Namun, sebelum menyimpulkan bahwa seorang anak pendek karena faktor genetika, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan:
1. Memeriksa Pola Pertumbuhan
- Jika berat badan anak lebih buruk dibandingkan tinggi badannya, ada kemungkinan anak mengalami stunting.
- Jika tinggi badan anak tetap tumbuh dalam garis pertumbuhan yang stabil, maka kemungkinan besar itu adalah kondisi normal yang dipengaruhi oleh genetika.
2. Mengevaluasi Faktor Genetik
- Tinggi badan anak bisa diperkirakan berdasarkan tinggi badan orang tuanya dengan menggunakan rumus prediksi genetika.
- Anak bisa memiliki tinggi badan 8,5 cm lebih tinggi dari rata-rata tinggi orang tuanya jika mendapat nutrisi yang baik.
3. Memeriksa Faktor Nutrisi dan Penyakit
- Jika anak memiliki asupan protein yang buruk, maka pertumbuhannya bisa terhambat.
- Beberapa kondisi medis seperti gangguan hormon pertumbuhan, alergi, atau infeksi kronis seperti tuberkulosis (TB) juga bisa menjadi penyebab tinggi badan anak tidak berkembang.
Baca Juga: Berapa Tinggi Badan Anak Indonesia Sesuai Usia?
Perbedaan Antara Stunting dan Late Bloomer
Tidak semua anak yang pendek berarti mengalami stunting. Ada dua kondisi yang perlu dibedakan:
1. Stunting
- Terjadi akibat kekurangan nutrisi kronis sejak usia dini.
- Berat badan biasanya juga rendah.
- Bisa menyebabkan gangguan perkembangan otak jika tidak ditangani segera.
- Biasanya tidak mengalami percepatan pertumbuhan di masa pubertas.
2. Late Bloomer (Pertumbuhan Terlambat)
- Anak lahir dengan berat dan tinggi normal, tetapi pertumbuhannya melambat di masa kecil.
- Memasuki remaja, anak mengalami fase percepatan pertumbuhan dan akhirnya memiliki tinggi yang mendekati rata-rata.
- Biasanya memiliki pola pertumbuhan yang mirip dengan salah satu orang tua.
Untuk membedakan antara keduanya, dokter spesialis anak akan mengamati pola pertumbuhan anak dengan melihat grafik pertumbuhan secara berkala dan mempertimbangkan riwayat keluarga.
Nutrisi dan Pola Makan yang Tepat untuk Mendukung Pertumbuhan
Agar anak mencapai tinggi badan optimal sesuai dengan potensinya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pola makan:
1. Pentingnya Protein
Protein adalah nutrisi utama untuk pertumbuhan. Setiap satu sendok makan protein setara dengan sekitar 3 gram protein. Pastikan anak mendapatkan cukup protein dari daging, telur, ikan, susu, dan kacang-kacangan.
2. Pemantauan Pola Makan
Setiap bulan, AyBun disarankan untukmengukur berat dan tinggi badan anak di posyandu atau dokter anak. Data tersebut harus diplot dalam grafik pertumbuhan untuk melihat apakah anak berkembang dengan baik atau mengalami hambatan pertumbuhan.
3. Penanganan Jika Anak Susah Makan atau Muntah
Jika anak sering muntah setelah makan, bisa jadi ada masalah pencernaan atau alergi makanan. Jika anak menunjukkan gejala alergi, dokter bisa menyarankan penggantian susu atau makanan tertentu.
Jika pertumbuhan tetap tidak membaik, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter spesialis anak.
Kapan Harus Berkonsultasi ke Dokter?
Jika AyBun melihat tanda-tanda berikut pada anak, sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter:
- Tinggi badan anak lebih dari -2 SD di bawah standar pertumbuhan.
- Berat badan tidak naik selama lebih dari 2 bulan berturut-turut.
- Anak mengalami keterlambatan perkembangan motorik atau kognitif.
- Adanya tanda-tanda gangguan pencernaan, alergi, atau infeksi kronis seperti tuberkulosis (TB).
Dokter spesialis anak memiliki kompetensi untuk menentukan apakah kondisi anak adalah gangguan pertumbuhan yang perlu ditangani atau hanya variasi normal dari pola pertumbuhan.
Kesimpulan
Jadi, orang tua pendek belum tentu memiliki anak pendek. Tinggi badan anak tidak hanya dipengaruhi oleh genetika, tetapi juga oleh nutrisi, kesehatan, dan pola pertumbuhan individu.
Beberapa anak yang terlihat pendek mungkin adalah late bloomer, yang akan mengalami pertumbuhan pesat di masa remaja. Namun, ada juga yang mengalami stunting akibat kekurangan nutrisi dan perlu segera ditangani agar tidak berdampak pada perkembangan otak.
Untuk memastikan pertumbuhan optimal, AyBun harus memantau grafik pertumbuhan anak, memberikan nutrisi yang cukup, serta berkonsultasi dengan dokter jika ada tanda-tanda keterlambatan pertumbuhan.
Jika ragu, segera konsultasikan ke dokter spesialis anak agar si Kecil mendapatkan perawatan yang tepat sesuai kebutuhannya.

Foto: Freepik
