pola asuh orang tua, bully anak

Pola Asuh Turut Menentukan Tingkat Risiko Bullying, Ini yang Harus Dilakukan

  • Ditulis oleh Tim Tentang Anak
  • Ditinjau oleh Grace Eugenia Sameve, M.A, M.Psi, Psikolog

Kasus perundungan, baik di dunia nyata maupun maya, masih sering terjadi di kalangan anak-anak. 

Anak-anak yang menjadi korban bullying berisiko tinggi mengalami kecemasan, depresi, kesulitan tidur, bahkan pemikiran untuk menyakiti diri sendiri. 

Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk mempersiapkan anak dalam menghadapi lingkungan sosial dengan tepat.

Salah satu faktor kunci yang mempengaruhi risiko anak menjadi korban bullying adalah pola asuh.

Penelitian menunjukkan bahwa pola asuh yang negatif dapat membuat anak merasa takut, cemas, ditolak, atau tidak nyaman.

Akibatnya, risiko anak menjadi korban bullying meningkat, serta mengalami masalah emosional seperti depresi, keluhan fisik, dan menarik diri dari lingkungan sosial.

Jenis-jenis Pola Asuh

Setiap orang tua memiliki gaya pola asuh yang berbeda-beda. Berikut adalah beberapa jenis pola asuh dan dampaknya terhadapt risiko bullying:

1. Pola Asuh Otoriter

Orang tua dengan gaya ini menerapkan aturan yang ketat tanpa banyak ruang untuk negosiasi. 

Mereka biasanya tidak menjelaskan alasan di balik aturan dan lebih sering menghukum kesalahan.

Dampak pada Anak:

  • Tingkat Agresi: Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh otoriter mungkin menunjukkan tingkat agresi yang lebih tinggi. Anak-anak dapat menyalurkan kemarahan dan frustrasi ke perilaku bullying terhadap teman sebaya atau adik.
  • Kepatuhan Berlebihan: Anak-anak dari pola asuh ini seringkali patuh, tetapi mereka mungkin merasa tertekan atau tidak nyaman dalam situasi sosial. Anak bisa menjadi pemalu atau kesulitan dalam berinteraksi dengan teman sebaya, yang dapat membuat mereka lebih rentan menjadi korban bullying.
  • Masalah Emosional: Kurangnya penjelasan dan dukungan emosional dalam pola asuh otoriter dapat menyebabkan masalah emosional seperti kecemasan atau depresi, yang dapat meningkatkan kemungkinan anak terlibat dalam bullying, baik sebagai pelaku maupun korban.

2. Pola Asuh Otoritatif

Orang tua dengan gaya ini memiliki hubungan yang mendukung dan dekat dengan anak-anak mereka. 

Baik Ayah & Bunda dengan pola asuh otoratif selalu menjelaskan alasan di balik tindakan disiplin dan menggunakan disiplin sebagai bentuk dukungan, bukan hukuman.

Dampak pada Anak:

  • Kemampuan Mengelola Emosi: Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh otoritatif cenderung lebih mampu mengelola emosi negatif. Kemampuan ini membantu mengurangi kemungkinan terlibat dalam perilaku bullying.
  • Kepercayaan Diri dan Tanggung Jawab: Anak-anak dari pola asuh otoritatif biasanya lebih percaya diri dan bertanggung jawab. Anak dapat membangun hubungan sosial yang sehat dan menghindari perilaku bullying baik sebagai pelaku maupun korban.
  • Kesehatan Sosial dan Emosional: Gaya ini mendukung kesehatan emosional yang lebih baik, membantu anak-anak berinteraksi dengan lingkungan sosial secara positif dan mencegah keterlibatan dalam bullying.

3. Pola Asuh Permisif

Pola Asuh Permisif adalah gaya pola asuh di mana orang tua menunjukkan sikap hangat dan penuh perhatian terhadap anak, tetapi memiliki sedikit atau tidak ada ekspektasi dan aturan. 

Orang tua dengan pola asuh ini cenderung membiarkan anak membuat keputusan sendiri tanpa banyak bimbingan atau batasan.

Dampak pada Anak:

  • Kebiasaan Buruk: Anak-anak yang tidak mendapatkan batasan atau disiplin sehingga bebas berekspresi semaunya tanpa tahu yang benar dan yang salah memungkin mengembangkan perilaku buruk atau tidak sehat. Ini bisa membuat anak lebih rentan menjadi pelaku bullying. 
  • Kurangnya Mengatur Diri: Anak yang tidak diajarkan cara mengatur diri sendiri mungkin kesulitan mengelola frustrasi dan emosi, serta tidak terbiasa dengan aturan dapat meningkatkan kemungkinan mereka terlibat dalam perilaku agresif atau bullying.

4. Pola Asuh Kurang Terlibat

Pola Asuh Kurang Terlibat adalah gaya pola asuh dimana orang tua memenuhi kebutuhan dasar anak, seperti makanan dan tempat tinggal, tetapi tidak aktif terlibat dalam kehidupan sehari-hari anak. 

Orang tua dengan pola asuh ini cenderung memiliki komunikasi yang terbatas dan menetapkan ekspektasi yang rendah terhadap anak.

Dampak pada Anak:

  • Kesulitan Mengelola Emosi: Anak mungkin kesulitan mengatur emosi dan frustrasi, meningkatkan risiko terlibat dalam perilaku bullying.
  • Keterampilan Sosial yang Kurang: Anak tidak mengembangkan keterampilan sosial penting seperti empati dan komunikasi, yang membuat mereka lebih rentan terhadap bullying.
  • Perasaan Tidak Diperhatikan: Anak merasa kurang diperhatikan, yang dapat membuat mereka mencari perhatian dengan cara tidak sehat atau menjadi target bullying.
  • Kurangnya Dukungan dan Bimbingan: Tanpa bimbingan yang cukup, anak mungkin kesulitan menghadapi konflik sosial, meningkatkan kemungkinan mereka menjadi korban atau pelaku bullying.

Baca juga: Dari Mengamuk Tidak Jelas hingga Sering Memukul. Cara Memperbaiki Perilaku Anak dengan Kenalkan Sikap Baik

Apa yang Harus Dilakukan oleh Orang Tua Mengurangi Risiko Bullying?

  1. Adakan Quality Time dengan Anak Secara Rutin
    Tunjukkan Antusiasme:

    • Hadir secara penuh
    • Singkirkan distraksi
  2. Hindari:

    • Sibuk dengan aktivitas lain
    • Tidak menunjukkan antusiasme saat berinteraksi
  3. Berikan Kesempatan Anak Eksplorasi
    Beri Anak Kesempatan:

    • Coba dan eksplorasi dengan pendampingan
    • Berikan bantuan hanya jika diperlukan
  4. Hindari:

    • Melakukan semua hal untuk anak
    • Memberi terlalu banyak larangan dan batasan
  5. Pertimbangkan Sudut Pandang Anak
    Hargai dan Bantu Anak:

    • Validasi pengalaman mereka
  6. Hindari:

    • Merendahkan pengalaman anak
    • Menggunakan kekerasan verbal atau non-verbal dalam interaksi

Penutup

Dengan menerapkan pola asuh yang positif dan mendukung, AyBun dapat membantu anak merasa lebih percaya diri dan aman dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. 

Hal ini juga dapat mengurangi risiko mereka menjadi korban atau pelaku bullying. Semoga artikel ini bermanfaat!

Artikel Terkait

Lihat Semua