Waktu Tepat untuk Menjemur Anak di Indonesia Agar Vitamin D nya Cukup
- Ditulis oleh Tim Tentang Anak
- Ditinjau oleh dr. Nadhira Afifa, MPH
Menjemur anak di bawah sinar matahari adalah cara alami untuk memastikan kebutuhan vitamin D tercukupi.
Vitamin D penting untuk mendukung pertumbuhan tulang, menjaga kesehatan imun, dan mencegah berbagai penyakit.
Namun, paparan sinar matahari harus dilakukan pada waktu yang tepat agar manfaatnya maksimal tanpa risiko bahaya bagi kulit si kecil.
Penting bagi AyBun untuk mengetahui waktu terbaik menjemur anak agar kebutuhan vitamin D tercukupi, terlebih paparan sinar matahari yang melimpah sepanjang tahun di Indonesia.
Namun, meskipun menjemur bayi punya banyak manfaat, AyBun juga perlu hati-hati karena ada risiko yang bisa terjadi, seperti dehidrasi, kulit terbakar, atau iritasi pada kulit sensitif si kecil.
Untuk itu, penting mengetahui kapan waktu terbaik menjemur bayi agar manfaatnya maksimal tanpa membahayakan kesehatannya.
Simak beberapa hal berikut agar menjemur si kecil tetap aman dan efektif.
Sebaiknya Menjemur Bayi Jam Berapa untuk Optimalkan Vitamin D?
Mengutip jurnal BMC Pregnancy and Childbirth, waktu terbaik untuk mendapatkan paparan sinar UVB yang optimal adalah antara pukul 10.00 hingga 13.00.
Pada jam-jam ini, sinar UVB memiliki intensitas paling tinggi, sehingga tubuh lebih efektif dalam memproduksi vitamin D3 yang penting untuk kesehatan tulang dan kekebalan tubuh.
Oleh karena itu, IDAI juga menganjurkan anak untuk beraktifitas di luar ruangan (outdoor) pada rentang jam 10.00 - 15.00.
Namun, perlu diingat, durasi paparan sinar matahari juga harus diperhatikan, terutama untuk bayi yang hanya perlu paparan sinar UVB tingkat rendah.
Cukup menjemur si Kecil selama 10-15 menit agar mendapatkan manfaat vitamin D tanpa risiko kulit terbakar atau iritasi.
Menjemur bayi dapat dilakukan di dalam ruangan melalui jendela (tidak langsung terkena matahari) sebanyak 2 kali sehari dipercaya dapat membantu dalam terapi ikterus neonatorum yang ringan.
Patokan sederhana yang bisa AyBun gunakan adalah saat bayangan tubuh lebih pendek dari tinggi badan kita, itu menandakan intensitas sinar matahari cukup untuk memproduksi vitamin D. Namun beda daerah bisa beda jam tepatnya.
Perlu juga diingat, bayi berkulit lebih gelap mungkin membutuhkan waktu paparan yang lebih lama dibandingkan bayi berkulit cerah agar manfaat vitamin D tercapai.
Rekomendasi Metode yang Digunakan Ketika Menjemur Bayi
Lalu muncul pertanyaan, memang aman menjemur bayi di jam segitu karena radiasinya cukup tinggi belum lagi polusi?
Berikut rekomendasi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengenai cara yang aman menjemur bayi:
1. Gunakan Pakaian Pelindung
Saat menjemur bayi, pastikan bayi memakai baju yang menutupi kulit, serta topi untuk melindungi wajah dari sinar matahari langsung.
2. Pakai Sunscreen atau Tabir Surya (Minimal SPF 15)
Oleskan sunscreen 15-20 menit sebelum terpapar sinar matahari terutama untuk anak usia > 6 bulan. Ulangi pemakaian setiap 2 jam atau setelah berkeringat. Gunakan physical sunscreen yang mengandung Titanium Dioxide dan Zinc Oxide.
3. Gunakan Pakaian dan Sunscreen Selama di Luar Ruangan
Pastikan bayi selalu terlindungi dengan pakaian, topi, dan tabir surya ketika berada di luar ruangan untuk mengurangi risiko paparan sinar UV.
4. Paparan Sinar Matahari untuk Anak dengan Risiko Melanoma
Anak-anak dengan kulit putih, muka berbintik (freckles), atau riwayat keluarga dengan melanoma perlu perhatian ekstra. Paparan sinar matahari harus diminimalisasi dan perlindungan ekstra diperlukan.
5. Bayi di Bawah 6 Bulan
Bayi di bawah 6 bulan sebaiknya tidak terpapar sinar matahari langsung. Jika tidak bisa dihindari, pakaikan pakaian yang menutupi kulit dan topi. Sunscreen boleh digunakan hanya pada bagian kulit yang terpapar, dengan catatan sangat hati-hati.
Untuk bayi yang lahir prematur dan masih di bawah 6 bulan harus dihindari karena kulitnya lebih tipis dan penyerapan bahan sunscreen bisa lebih banyak.
Tambahkan dengan Suplementasi Vitamin D
Masalah defisiensi vitamin D masih sering diabaikan, padahal sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.
Banyak orang tua belum menyadari pentingnya vitamin D, meskipun beberapa cara dapat dilakukan untuk mengurangi risiko kekurangan, salah satunya dengan suplementasi vitamin D.
Jika hanya mengandalkan berjemur ataupun hanya dengan mengonsumsi makanan seperti telur, yang hanya menyediakan sekitar 40 IU vitamin D, atau ASI yang hanya memenuhi kurang dari 15% kebutuhan harian bayi, maka kebutuhan vitamin D masih jauh dari cukup.
Vitamin D berperan penting untuk mendukung sistem imun anak. Terbukti bisa mencegah gangguan pernapasan seperti flu, batuk pilek, pneumonia, dan mengurangi risiko alergi.
Berapa jumlah suplementasi vitamin D yang dianjurkan?
- Bayi 0-12 bulan: 400 IU per hari
- Anak di atas 12 bulan: 600 IU per hari
- Wanita hamil dan menyusui: 600 IU per hari.
Vitamin D juga terbukti membantu penyerapan kalsium, mendukung pertumbuhan tinggi badan, dan bahkan dapat meningkatkan IQ anak! Jadi, pastikan si kecil mendapatkan asupan vitamin D yang cukup setiap hari untuk mendukung kesehatannya secara optimal.
Semoga bermanfaat, AyBun! 😊
Sumber Foto: Pexels
Referensi:
- Judistiani, R. T. D., Nirmala, S. A., Rahmawati, M., & et al. (2019). Optimizing ultraviolet B radiation exposure to prevent vitamin D deficiency among pregnant women in the tropical zone: Report from a cohort study on vitamin D status and its impact during pregnancy in Indonesia. BMC Pregnancy and Childbirth, 19, 209.
- Almeida, A. C. F., de Paula, F. J. A., Monteiro, J. P., Nogueira-de-Almeida, C. A., Del Ciampo, L. A., Aragon, D. C., & et al. (2018). Do all infants need vitamin D supplementation? PLoS ONE, 13(4), e0195368
- Oktaria, V., Putri, D. A. D., Ihyauddin, Z., Julia, M., Sulistyoningrum, D. C., Koon, P. B., Danchin, M., & Murni, I. K. (2022).
- IDAI. https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/perlukah-suplemen-vitamin-d
- IDAI. https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/menjemur-bayi-dengan-tepat