Obat Ibu Hamil

Amankah Ibu Hamil Minum Obat? Cek Panduan dan Pertimbangannya

  • Ditulis oleh Tim Tentang Anak
  • Ditinjau oleh dr. Dinda Demeirsya, Sp.OG

Selama masa kehamilan, banyak ibu hamil mungkin menghadapi situasi di mana mereka perlu mengonsumsi obat untuk mengatasi berbagai kondisi kesehatan. Namun, pertanyaan yang sering muncul adalah, amankah bagi ibu hamil untuk minum obat? Artikel ini akan membahas panduan dan pertimbangan penting seputar penggunaan obat pada ibu hamil.

Pentingnya Konsultasi dengan Dokter

Sebelum ibu hamil memutuskan untuk mengonsumsi obat, penting untuk selalu berkonsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan yang merawat kehamilan.

Dokter akan mengevaluasi manfaat dan risiko penggunaan obat, serta mempertimbangkan kondisi kesehatan ibu dan perkembangan janin.

Dalam banyak kasus, dokter akan mempertimbangkan untuk menghindari obat-obatan selama trimester pertama kehamilan, periode yang paling rentan terhadap perkembangan janin. Namun, dalam beberapa situasi, manfaat dari penggunaan obat dapat melebihi risikonya.

Obat-obatan yang Umumnya Aman untuk Ibu Hamil

Food and Drug Administration (FDA) mengklasifikasikan keamanan obat untuk ibu hamil dan menyusui menjadi lima kategori antara lain kategori A, B, C, D, dan X).

Walaupun FDA telah mengembangkan labeling terbaru dalam keamanan obat untuk ibu hamil dan menyusui yang disebut Pregnancy and Lactation Labeling Rule (PLLR), namun kategori menggunakan huruf masih banyak digunakan.

Kategori A adalah obat-obat yang tidak menunjukkan efek berbahaya dalam uji klinik pada ibu hamil trimester pertama. Contoh obat seperti vitamin C asam folat, vit B6, parasetamol, zinc

Kategori B adalah obat-obat yang tidak menunjukkan efek berbahaya dalam uji pada hewan coba namun belum ada uji klinik yang dilakukan pada wanita hamil.

Contoh obat seperti amoksisilin, ampisilin, azitromisin, bisakodil, cefadroksil, cefepim, cefixim, cefotaxim, ceftriaxon, cetirizin, klopidogrel, eritromisin, ibuprofen, insulinlansoprazol, loratadin, me penem, metformin, metildopa, metronidazol.

Kategori C adalah obat-obat menunjukkan efek berbahaya dalam uji pada hewan coba namun belum ada uji klinik yang dilakukan pada wanita hamil.

Contoh obat seperti albendazol, allopurinol, aspirin, amitriptilin, kalsitriol, kalsium laktat, kloramfe nikol, ciprofloksasin, klonidin, kotrimoksazol, codein + parasetamo dektrometorfan, digoksin, enalapril, efedrin, flukonazol

Kategori D adalah obat-obat yang jelas menunjukkan efek berbahaya namun masih dapat dipergunakan pada ibu hamil jika manfaat yang mungkin didapat adalah lebih banyak.

Contoh obat seperti alprazolam, amikasin, amiodaron, carbamazepin, klordiaz epoksid, diazepam, kanamisin, fenitoin, asam valproate

Parasetamol (Acetaminophen): Parasetamol sering digunakan untuk meredakan nyeri dan demam. Dalam dosis yang disarankan, parasetamol dianggap aman selama kehamilan.

Obat-obatan untuk Mual dan Muntah: Beberapa obat seperti doxylamine dan piridoksin (B6) sering diresepkan untuk mengatasi mual dan muntah selama kehamilan. Namun, sebaiknya konsultasikan dengan dokter sebelum mengonsumsi obat ini.

Antibiotik tertentu: Beberapa antibiotik, seperti amoksisilin, eritromisin, dan sefalosporin, dapat dianggap aman untuk ibu hamil jika diresepkan oleh dokter untuk mengatasi infeksi.

Suplemen Zat Besi dan Asam Folat: Suplemen zat besi dan asam folat sangat penting selama kehamilan untuk mencegah anemia dan mendukung perkembangan janin. Dokter dapat meresepkan suplemen ini jika diperlukan.

Obat Pilihan untuk Penyakit Kronis yang Terkontrol: Beberapa ibu hamil mungkin memiliki penyakit kronis seperti diabetes, asma, atau hipertensi sebelum hamil.

Dalam beberapa kasus, dokter dapat merekomendasikan obat untuk mengontrol kondisi ini selama kehamilan.

Pertimbangan Penting

Trimester Kehamilan: Risiko dan manfaat penggunaan obat dapat bervariasi tergantung pada trimester kehamilan. Sebagai contoh, trimester pertama seringkali menjadi periode paling kritis untuk perkembangan janin. Oleh karena itu, penggunaan obat harus dievaluasi dengan hati-hati selama trimester pertama.

Dosis yang Disarankan: Penting untuk mengikuti dosis yang direkomendasikan oleh dokter. Mengonsumsi dosis yang lebih tinggi dari yang direkomendasikan dapat meningkatkan risiko efek samping atau komplikasi.

Efek Samping Potensial: Beberapa obat mungkin memiliki efek samping yang perlu dipertimbangkan. Dokter akan mempertimbangkan manfaat dari penggunaan obat dibandingkan dengan potensi risiko terhadap ibu dan janin.

Kondisi Kesehatan Ibu: Kondisi kesehatan ibu juga memainkan peran penting dalam menentukan keamanan penggunaan obat. Ibu hamil dengan kondisi kesehatan tertentu mungkin memerlukan manajemen yang lebih ketat dan pengawasan dokter yang lebih intensif.

Pilihan Pengobatan Alternatif: Terkadang, ada pilihan pengobatan alternatif yang dapat dipertimbangkan selain obat-obatan. Pendekatan ini bisa melibatkan perubahan gaya hidup, terapi fisik, atau strategi manajemen stres.

Obat-obatan yang Harus Dihindari Selama Kehamilan

Meskipun ada beberapa obat yang dianggap aman, ada juga beberapa obat yang harus dihindari selama kehamilan.

Kategori X adalah obat-obat yang jelas menunjukkan efek berbahaya dan mutlak manfaatnya tidak lebih besar dari resiko yang ditimbulkan. Contoh obat seperti (amlodipin atorvastatin), atorvastatin, (kafein + ergotamin), (desogestrel + etinil es tradiol), ergometrin, estradol, miso prostol, oksitosin, simvastatin, warfarin.

Beberapa contoh obat yang mungkin berisiko tinggi termasuk:

Isotretinoin: Digunakan untuk mengobati jerawat, tetapi dapat menyebabkan cacat lahir serius jika digunakan selama kehamilan.

Thalidomide: Sebelumnya digunakan untuk mengatasi mual dan muntah selama kehamilan, tetapi telah dikaitkan dengan kelainan lahir.

ACE inhibitors dan ARBs: Obat-obatan ini, yang biasanya digunakan untuk mengatasi tekanan darah tinggi, dapat berisiko tinggi pada trimester kedua dan ketiga kehamilan dan harus dihindari.

NSAIDs (Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drugs): Penggunaan NSAIDs, seperti ibuprofen, sebaiknya dihindari terutama pada trimester ketiga karena dapat memengaruhi perkembangan sistem kardiovaskular pada janin.

Keputusan untuk mengonsumsi obat selama kehamilan harus didasarkan pada evaluasi risiko dan manfaat yang cermat, dengan konsultasi dokter sebagai langkah pertama.

Sangat penting bagi ibu hamil untuk terbuka dengan dokter tentang kondisi kesehatan mereka, riwayat pengobatan, dan pertanyaan atau kekhawatiran yang mereka miliki.

Penting untuk diingat bahwa setiap ibu hamil berbeda, dan apa yang aman untuk satu individu mungkin tidak aman untuk yang lain.

Dengan pendekatan yang hati-hati dan komunikasi terbuka antara ibu hamil dan dokter, penggunaan obat selama kehamilan dapat dikelola dengan aman untuk mendukung kesehatan ibu dan perkembangan bayi.

Itulah empat tips mengonsumsi obat saat hamil. Kalau ibu masih punya pertanyaan seputar obat yang aman bagi ibu hamil, gunakan aplikasi Tentang Anak saja.

Sebab melalui aplikasi Tentang Anak, ibu bisa bertanya pada dokter spesialis obstetri dan ginekologi kapan saja dan di mana saja melalui Tanya Ahli Jadi, yuk download aplikasi Tentang Anak di App Store dan Google Play sekarang juga!


Foto: Freepik

Sumber: 

https://klinik.ub.ac.id/obat-obatan-untuk-ibu-hamil-apakah-aman/

https://dinkes.kalbarprov.go.id/artikel/penggunaan-obat-yang-aman-selama-masa-kehamilan/

Food and Drug Administration, HHS, 2014

Artikel Terkait

Lihat Semua