Tentang Anak LogoTentang Anak-Hamil dan ParentingCari info anak, lebih lengkap di aplikasi
Obesitas

Anak Gemuk Belum Tentu Tinggi & Sehat, Ini Risikonya

  • Ditulis oleh Tim Tentang Anak
  • Ditinjau oleh Tim Tentang Anak

Bayi yang terlihat gemuk dan tembem, ternyata belum tentu anak sehat, lho Bun! Cara mudah dan akurat untuk mengetahui pertumbuhan bayi usia satu tahun normal atau tidak adalah berat badan mencapai tiga kali berat lahir, panjang badan naik 50 persen dari panjang lahir, dan lingkar kepala naik sekitar 10 cm. 

Meskipun  setiap anak akan bertumbuh dengan kecepatan yang berbeda-beda, sehingga butuh pengukuran berkala untuk memastikan tidak ada kelainan. 

Frekuensi pengukuran yang disarankan setiap bulan hingga anak berusia satu tahun, setiap 3 bulan sampai usia 3 tahun, setiap 6 bulan sampai usia 6 tahun, dan 1 tahun sekali dan tahun-tahun berikutnya.

Acuan yang digunakan untuk tiap kelompok usia dapat berbeda. Untuk Indonesia AyBun dapat menggunakan kurva pertumbuhan milik Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk usia 0 - 5 tahun, dan kurva dari Center for Disease Control Prevention (CDC,2000) untuk usia 5 - 18 tahun. Indikator yang digunakan adalah berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), tinggi badan menurut usia (TB/U), dan berat badan menurut usia (BB/U).

Indikator BB/TB menentukan status gizi anak dengan membandingkan berat dengan berat ideal menurut tinggi badannya, kemudian dapat diinterpretasikan sebagai obesitas, gizi lebih, gizi baik, gizi kurang, dan gizi buruk.

Indikator TB/U membandingkan tinggi badan seorang anak dengan anak yang sama jenis kelamin seusianya. Interpretasinya adalah tinggi, normal, perawakan pendek, dan perawakan sangat pendek. Adapun indikator BB/U membagi anak menjadi berat badan normal, berat badan kurang, dan berat badan berlebih. 

Ciri-ciri umum yang nampak pada anak dengan berat badan berlebih atau obesitas yaitu pipi tembem, dagu rangkap, perut buncit, leher terlihat pendek, paha saling menempel, dan pada anak laki-laki penis tampak kecil.

Tahukah Ayah Bunda obesitas berdampak pada kesehatan anak mulai dari risiko sakit jantung, diabetes melitus, sampai stroke. Bukan hanya itu obesitas juga berdampak pada masalah emosional dan sosial, lho! Lalu, bagaimana cara mencegah terjadinya obesitas sejak dini?

Cegah Bayi Obesitas Sejak Dini

Obesitas yaitu terjadinya ketidakseimbangan antara energi yang disimpan dengan energi yang dikeluarkan. Seperti anak yang mengonsumsi makanan kemasan bisa memicu kenaikan berat badan akibat dari banyaknya kandungan gula, garam, dan lemak jenuh. Sehingga Ayah Bunda dapat menerapkan 7 hal ini pada anak untuk mencegah obesitas sejak dini, yuk simak di bawah ini!

1. Teruskan Memberikan ASI

Jika Bayi Kecil masih mengonsumsi ASI, dianjurkan pemberiannya ASI selama 2 tahun.

2. Pilih Makanan dengan 3S Serendah Mungkin

Si Kecil yang sudah bisa makan, hindari makanan-minuman yang mengandung 3S (sugar, salt, saturated fat) atau jika terpaksa konsumsi dalam porsi sedikit mungkin. Namun, utamanya Ayah Bunda sediakan makanan yang mengandung gizi seimbang seperti protein, zat besi, kalsium, dan karbohidrat. 

3. Hindari Makan dengan Screentime

Luangkan waktu untuk quality time saat makan bersama anak, orang yang mengonsumsi makanan saat menonton tv justru lebih banyak berisiko obesitas.

4. Batasi Konsumsi Kemasan

Jika anak berusia 2 tahun bukan berarti ia dapat mengonsumsi berbagai camilan ya Ayah Bunda, tetap harus perhatikan kandungan gizinya. Jangan berikan ia makanan kemasan menjadi hadiah anak ketika berhasil mencapai sesuatu.

5. Terapkan Sleep Hygiene

Anak yang tidak tidur cukup dan berkualitas berisiko lebih tinggi mengalami obesitas. Sehingga disarankan Ayah Bunda menerapkan rutinitas malam hari supaya anak memiliki kualitas tidur baik dan berpengaruh pada tumbuh kembangnya yang optimal. 

Tentukan jam anak tidur dan bangun secara konsisten, baringkan bayi di tempat tidur segera saat ia tampak mengantuk. Kemudian pastikan kamar tidurnya tenang dan memiliki cahaya yang redup.

6. Tidak Melewatkan Sarapan

Menurut studi orang yang melewatkan sarapan akan lebih tinggi terkena risiko obesitas dibandingkan yang sarapan.

7. Ajak Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik memang tidak selalu olahraga, Ayah Bunda bisa mengajak si Kecil melakukan aktivitas bergerak aktif seperti:

  • Mendengarkan lagu sambil berjoget
  • Jalan-jalan keliling rumah
  • Bersepeda

Atau temukan IDE AKTIVITAS di menu STIMULASI untuk si Kecil sesuai usia. Banyak yang tanya cara mengetahui obesitas pada anak, caranya melihat di kurva pertumbuhan sesuai usia, Ayah Bunda bisa menggunakan aplikasi Tentang Anak dan memasukkan data tumbuh secara detail untuk memantau pertumbuhannya. Yuk, unduh dan gunakan aplikasinya sekarang!

Foto: Freepik

Sumber: 

https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/anak-gemuk-lebih-berisiko-terkena-berbagai-penyakit

Neri D, dkk. Ultraprocessed food consumption and dietary nutrient profiles associated with obesity: A multicountry study of children and adolescents. Obes Rev. 2022;23:e13387.

De Oliveira dkk. Impacts of consumption of ultra-processed foods on the maternal-child health: a systematic review. Front Nutr. 2022;9:821657. 

Crimarco A, Landry MJ, Gardner CD. Ultra-processed foods, weight gain, and co-morbidity risk. Curr Obes Rep. 2022;11:80-92.

Camargos, A. C. R., et al. (2016). Overweight and obese infants present lower cognitive and motor development scores than normal-weight peers. Research in developmental disabilities, 59, 410–416. https://doi.org/10.1016/j.ridd.2016.10.001

https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/sekilas-tentang-obesitas-pada-buah-hati 

https://www.healthychildren.org/English/health-issues/conditions/obesity/Pages/obesity-prevention-aap-policy-explained.aspx

Tamily

Artikel Terkait

Lihat Semua