Baby Walker

Ini Alasan Penggunaan Baby Walker Tidak Dianjurkan

  • Ditulis oleh Tim Tentang Anak
  • Ditinjau oleh dr. Yuni Astria, Sp.A

Siapa yang tidak tahu dengan baby walker? Masih banyak dari AyBun yang menggunakan baby walker untuk melatih si Kecil berjalan.

Baby walker sudah dilarang hampir di seluruh dunia dan IDAI menjelaskan pemakaian baby walker dapat membahayakan bayi tanpa disadari Ayah Bunda.

Pentingnya keselamatan dan perkembangan anak menjadi perhatian utama bagi para orang tua di seluruh dunia. 

Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bahwa banyak negara telah mengimplementasikan larangan terhadap penggunaan baby walker atau alat bantu berjalan bagi bayi. 

Artikel ini akan menjelaskan mengapa larangan terhadap baby walker diberlakukan, risiko yang terkait dengan penggunaannya, serta alternatif terbaik yang dapat digunakan untuk membantu bayi belajar berjalan.

Alasan Baby Walker Tidak Dianjurkan

Risiko Cedera Serius

Baby walker dapat meningkatkan risiko cedera serius pada bayi. Bayi yang menggunakan baby walker memiliki potensi untuk tergelincir, terjatuh dari tangga, atau terkena benda-benda tajam yang berada dalam jangkauan mereka hingga banyak memicu kecelakaan.

Tertinggal dalam Perkembangan Motorik

Penggunaan baby walker dapat menghambat perkembangan motorik bayi. Sebagai contoh, bayi yang menggunakan baby walker mungkin lebih lambat dalam belajar berjalan secara mandiri, karena mereka mengandalkan dukungan alat tersebut. Jika Ayah Bunda perhatikan beberapa dari si Kecil bahkan berjalan cenderung jinjit.

Ketidakamanan di Lingkungan yang Berbeda

Baby walker sering kali digunakan di lingkungan yang belum sepenuhnya aman, seperti rumah dengan tangga yang curam atau area yang memiliki benda-benda berbahaya. Hal ini meningkatkan risiko cedera dan kecelakaan.

Kesulitan Pengendalian 

Baby walker dapat membuat sulit bagi orang tua untuk mengendalikan pergerakan bayi. Ini dapat menyebabkan bayi masuk ke area yang tidak aman atau tidak diinginkan.

Selain baby walker.. Adapula baby jumper yaitu alat bermain dengan tempat duduk gantung dan dapat memantul jika anak mendorong jari-jari kaki di lantai.

Alat ini apat digunakan anak saat berusia >6 bulan, di usia tersebut umumnya otot kepala dan leher sudah kuat guna mencegah risiko cedera dan gangguan jalan napas. Saat berada di baby jumper, pastikan anak tetap dalam pengawasan AyBun dan tidak disarankan duduk >15 menit per sesi.

Rekomendasi jika akan menggunakan baby jumper hanya 2 kali sesi dalam sehari dengan durasi 15-20 menit. Mengapa demikian?

Jika duduk terlalu lama, anak berisiko kekurangan stimulasi motor kasar, otot-otot batang tubuh tidak terlatih. Risiko cedera kepala bila menyundul barang di dekatnya saat bermain.

Risiko dislokasi sendi panggul dapat memperlambat kemampuan duduk, merangkak, dan berjalan.

Meskipun baby walker dilarang, ada beberapa alternatif yang lebih aman dan mendukung perkembangan bayi dalam belajar berjalan:

  1. Aktivitas Tummy Time: Memberikan waktu bayi untuk bermain dalam posisi tengkurap (tummy time) dapat membantu menguatkan otot-otot leher, lengan, dan tubuh bagian atas, yang diperlukan untuk belajar merangkak dan berjalan.

  2. Main di Lantai: Biarkan bayi bermain di lantai dengan aman, dengan bantal-bantal yang mendukung dan mainan yang menarik untuk mendorong pergerakan dan eksplorasi.

  3. Alat Bantu Berjalan yang Aman: Jika Anda ingin menggunakan alat bantu berjalan, pilihlah yang aman dan direkomendasikan oleh profesional kesehatan anak. Alat-alat ini biasanya dirancang untuk mendukung perjalanan berjalan tanpa risiko jatuh.

  4. Dukungan dan Bimbingan: Ketika bayi mulai belajar berjalan, berikan dukungan dan bimbingan dengan memegang tangannya atau menggunakan alat bantu berjalan yang aman. Ini membantu mereka merasa percaya diri tanpa mengorbankan keselamatan.

Foto: www.freepik.com 

Sumber:

https://www.nhs.uk/conditions/baby/babys-development/play-and-learning/keep-baby-or-toddler-active/

https://www.romper.com/life/are-jumpers-bad-for-babies-experts-say-time-limits-are-crucial-8317998 

https://www.rchsd.org/programs-services/physical-therapy/frequently-asked-questions/

Artikel Terkait

Lihat Semua