anakstunting

Indonesia Darurat Stunting, Cegah dengan ABCDE

  • Ditulis oleh Tim Tentang Anak
  • Ditinjau oleh dr. Ganda Ilmana, Sp.A

Stunting merupakan masalah kesehatan yang besar yang sedang dihadapi oleh Indonesia. Memutus rantai stunting tidak hanya dimulai saat bayi lahir, tetapi dapat dicegah sejak dini bahkan sejak fase calon ibu/masa remaja.

Stunting dan kekurangan gizi sangat berkaitan. Menurut Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2018, banyak remaja putri di Indonesia yang mengalami kekurangan gizi. Ada 24% remaja putri mengalami anemia dan 8,7% remaja usia 13-15 tahun yang termasuk dalam kategori kurus dan sangat kurus. Kondisi anemia ini dapat berlanjut terus sampai seorang perempuan hamil dengan dampak buruk pada bayinya, yaitu risiko bayi lahir dengan berat badan lahir rendah, prematur, atau berisiko tumbuh menjadi stunting. 

Di tahun 2019, Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) menunjukkan bahwa penurunan angka stunting berada pada 27,67 persen dan saat ini sekitar 21,6 persen. Meski saat ini sudah menurun, angka ini belum mencapai target yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) yaitu kurang dari 20 persen.

Cegah Stunting dengan ABCDE

Banyak faktor yang membuat anak-anak di Indonesia mengalami stunting. Mulai dari masalah dalam kehamilan, masa menyusui maupun MPASI, hingga masa balita. Ayah dan Bunda dapat berperan untuk mewujudkan generasi penerus yang terbebas dari stunting dengan menerapkan “ABCDE”, yaitu:

1. “A” Aktif Minum Tablet Tambah Darah (TTD)

Konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) untuk remaja putri dapat mencegah Anemia Defisiensi Besi (ADB) atau kurangnya zat besi di dalam tubuh. Tanda dan gejala yang kerap ditemui pada remaja yang mengalami Anemia Defisiensi Besi (ADB) yakni:

  • Pucat dan lesu
  • Tidak nafsu makan
  • Mudah lelah
  • Pada kasus berat, kesulitan belajar dan konsentrasi

2. “B” Bumil Periksa Kehamilan Minimal 6 Kali

Pemeriksaan kondisi janin dan kesehatan Bunda saat hamil adalah cara mencegah komplikasi kehamilan dan dapat mencegah kelahiran bayi berisiko stunting. Bunda dapat melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 6 kali dengan 2 kali USG.

3. “C” Cukupi Protein Hewani

Konsumsi protein hewani adalah hal penting untuk pertumbuhan anak terutama bayi yang baru saja memulai MPASI yaitu 6 bulan ke atas. Pemberian protein hewani ini untuk mencukupi asupan gizinya termasuk asupan zat besi.

4. “D” Datang ke Posyandu Setiap Bulan

Si Kecil yang sedang dalam masa pertumbuhan wajib mendapatkan perhatian dan pemantauan tumbuh kembangnya dengan menimbang berat badan, mengukur tinggi badan, mengukur lingkar kepala, serta memperoleh imunisasi balita setiap bulan.

5. “E” Eksklusif ASI 6 Bulan

Nutrisi utama dan pertama bayi berasal dari air susu ibu. Kandungan gizi pada ASI akan mengoptimalkan tumbuh kembang si Kecil. Pemberian ASI direkomendasikan minimal selama 6 bulan hingga usia 2 tahun. ASI mengandung zat gizi terbaik dan terlengkap untuk bayi.

Nah, gimana Ayah Bunda sudah pernah melakukan semuanya atau sudah melakukan tapi masih ragu? Yuk, cari tahu lebih lanjut dengan gunakan aplikasi Tentang Anak, Ayah Bunda juga dapat mencegah stunting dengan selalu mencatat data pertumbuhan anak di aplikasi Tentang Anak untuk terus pantau tumbuh kembangnya!

Foto: Tentang Anak Photostock

Sumber referensi:

https://promkes.kemkes.go.id/cegah-stunting-dengan-abcde

https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/sulit-makan-pada-bayi-dan-anak 

https://health.kompas.com/read/2022/10/27/145914368/perbaikan-gizi-remaja-untuk-cegah-stunting

Artikel Terkait

Lihat Semua