skrining bayi

5 Jenis Skrining pada Bayi Jangan Sampai Terlewat

  • Ditulis oleh Tim Tentang Anak
  • Ditinjau oleh Tim Tentang Anak

Tahukah Ayah Bunda si Kecil perlu mendapatkan skrining, yaitu layanan kesehatan masyarakat yang dilakukan setiap negara pada bayi supaya mengetahui ada atau tidaknya gangguan kesehatan yang tidak ditemukan saat lahir, sehingga tidak merugikan di kemudian hari.

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia ada beberapa skrining pada bayi yang rutin, tapi ada juga yang dilakukan pada bayi kondisi khusus. Lalu, ada apa saja skrining untuk anak?

5 Skrining untuk Anak

1. Skrining Hipotiroid ​​ 

Skrining ini merupakan program nasional yang diharapkan setiap bayi diperiksa kadar usia pada 48-72 jam, kekurangan hormon ini dapat menyebabkan gangguan kognitif atau kecerdasan pada anak.

Gejala misal lidahnya membesar, pusarnya menonjol, mudah tersedak, dan ubun-ubun melebar, ketika gejala ini muncul berarti sudah terlambat dan kerusakan otaknya tidak dapat diperbaiki.

Sedangkan kalau dideteksi dari usia dini, maka diharapkan perkembangan otaknya tetap normal. 

Semua bayi baru lahir berhak mendapatkan pemeriksaan tersebut melalui pelayanan di Puskesmas hingga rumah sakit. Dilakukan dengan cara meneteskan sedikit darah di atas kertas yang disiapkan khusus. Setelah darah kering, kemudian dilakukan skrining kadar hormon oleh tenaga medis.

2. Skrining Pendengaran 

Adanya gangguan pendengaran akan optimal jika diterapi sebelum 6 bulan, sehingga sangat penting dilakukan skrining pendengaran usia 0-28 Hari dengan skrining Otoaccoustic Emission (OAE), dan usia 3 bulan dengan metode Automated Auditory Brainstem Response (AABR). Pemeriksaan skrining pendengaran dapat dilakukan untuk bayi sehat dan bayi yang berisiko atau disebut universal newborn hearing screening.

3. Skrining Penglihatan 

Skrining penglihatan atau retinopathy of prematurity yang wajib pada bayi prematur atau bayi yang 3 bulan belum dapat memfiksasi atau mengikuti objek yang bergerak.  Kondisi ini bisa menyebabkan hingga kebutaan.

Jika anak memiliki Ayah Bunda yang menggunakan kacamata pastikan dicek matanya sebelum usia sekolah atau sekitar usia 3-4 tahun.

4. Skrining Perkembangan 

Pastikan anak dipantau perkembangannya setiap bulan selama masa bayi atau 1 tahun pertama dan selanjutnya bisa setiap 2 bulan sekali.

Untuk skrining perkembangan dapat dilakukan dengan pengamatan langsung pada anak oleh petugas kesehatan dengan menggunakan kuesioner pertanyaan yang akan dijawab oleh oranAyah Bunda atau menggunakan buku kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

Skrining perkembangan dilakukan juga pada anak normal karena tumbuh kembang anak merupakan suatu proses yang masih terus berlangsung dan dalam perjalanannya dapat mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.

5. Skrining Autisme 

Autisme Spectrum Disorder (ASD) yaitu adanya gangguan perkembangan saraf, terutama ranah persona sosial akan mendeteksi apakah si Kecil memiliki kecenderungan autisme sesuai dengan usianya. Jika dideteksi kurang dari 2 tahun maka prognosisnya akan jauh lebih baik.

Nah, apakah Ayah Bunda sudah melakukan skrining-skrining di atas? Atau belum sempat dan masih kewalahan mengasuh anak-anak di rumah? Yuk, dapatkan jawabannya dari fitur SKRINING hanya di aplikasi Tentang Anak, solusi parenting terlengkap, unduh sekarang!

Foto: Tentang Anak Photostock

Sumber:

https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/pentingnya-pemantauan-tumbuh-kembang-1000-hari-pertama-kehidupan-anak

https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20221008/3541227/kenali-kekurangan-hormon-tiroid-bayi-baru-lahir-begini-cara-mencegahnya/

Artikel Terkait

Lihat Semua