Empati

Makin Tinggi Empati, Makin Rendah Potensi Menjadi Pem-Bully. Simak 6 Langkah Ini

  • Ditulis oleh Tim Tentang Anak
  • Ditinjau oleh Grace E. Sameve, M.Psi, M.A

Kasus perundungan, baik di dunia nyata maupun maya, ternyata masih terjadi di kalangan anak-anak. Meskipun ada banyak faktor yang mempengaruhi perilaku anak untuk melakukan perundungan, menurut studi, pelaku perundungan atau bullying cenderung memiliki tingkat empati yang rendah, acuh, dan tidak peduli terhadap sekitarnya. 

Inilah pentingnya bagi orang tua untuk mempersiapkan anak untuk menghadapi lingkungan sosial dengan mengajarkan empati pada si Kecil sejak dini. 

Apa itu “Empati”? Menurut profesor psikologi Universitas Pittsburgh, Karina Schumann di salah satu artikel terbitan American Psychological Association, empati, secara umum, adalah prediktor kuat terhadap perilaku-perilaku yang, ketika ditunjukkan, bermanfaat bagi orang lain dan hubungan sosial.

Bukan hanya itu, menurutnya empati memotivasi berbagai jenis perilaku prososial, seperti memaafkan dan melakukan aktivitas sukarela, dan empati memiliki asosiasi negatif dengan perilaku agresi maupun penindasan. 

Empati bisa mengajarkan anak-anak pengambilan keputusan yang bertanggung jawab dan mempertimbangkan keluarga, teman, kerabat dekat, dan lingkungannya. Orang yang berempati memiliki lebih banyak kesadaran diri dan lebih responsif terhadap orang lain, yang dapat membantu melindungi kita dari penyalahgunaan dan perilaku berisiko lainnya seperti bullying.

Lalu, apa yang harus dilakukan oleh AyBun sebagai orang tua?

Strategi Efektif untuk Membudidayakan/Menanamkan Anak Rasa Empati

1. Berbicara tentang Perasaan

Ajak anak untuk berbicara tentang perasaan mereka sendiri dan perasaan orang lain. 

Ajukan pertanyaan terbuka yang merangsang pemikiran empatik. Misalnya tanyakan, "Bagaimana perasaanmu jika berada di posisi temanmu yang sedang kesulitan?"

Diskusikan juga berbagai emosi dan ajarkan anak untuk mengenali ekspresi wajah yang menunjukkan perasaan tersebut.

2. Cerita dan Buku

Baca buku atau cerita yang mengeksplorasi tema empati. Cerita tentang pengalaman orang lain dapat membantu anak memahami perspektif yang berbeda. Misalnya dengan membaca buku cerita seri Sikap Baik “Empati”

AyBun bisa membacakan buku “Empati” melalui link ini pada si Kecil setiap malam misalnya.

Empathy/Empati (buku bilingual)

Dan dapatkan di marketplace kesayangan AyBun https://linktr.ee/tentanganakofficial

Buku ini hadir dalam Bahasa Indonesia dan English, serta turut mendukung AyBun untuk membiasakan penggunaan 2 bahasa dengan si Kecil.

Segera hadir dapatkan di aplikasi pada menu BELANJA atau di SHOPEE kesayangan AyBun  klik di sini!

3. Berkomunikasi dengan Memberikan Contoh

Ketika anak melihat orang tua atau orang dewasa lainnya menunjukkan empati, mereka cenderung meniru dan mempraktikkannya. Oleh sebab itu, tunjukkan perilaku empatik dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam interaksi dengan anak. Sebagai contoh: Ketika anak menghadapi situasi sulit, hampiri, validasi pengalaman mereka dan tunjukkan bahwa Ayah Bunda hadir untuk mendukung mereka.

4. Permainan Peran

Lakukan permainan peran di mana anak dapat berpura-pura menjadi orang lain dan merasakan perasaan mereka. Ini membantu mereka melihat dunia dari perspektif yang berbeda.

Namun, banyak balita yang belum sepenuhnya memahami arti kata-kata tersebut. Meskipun mungkin terasa “benar” bagi mereka untuk mengatakan “Saya minta maaf”, hal ini tidak serta merta membantu balita belajar berempati. 

5. Latihan Menyimak

Latih anak untuk mendengarkan dengan penuh perhatian ketika orang lain berbicara. Ini melibatkan tidak hanya mendengarkan kata-kata, tetapi juga membaca bahasa tubuh dan ekspresi wajah.

6. Berbicara tentang Perbedaan

Ajarkan anak untuk menghormati dan merayakan perbedaan di antara mereka dan teman-teman mereka. Diskusikan bagaimana perbedaan dapat membuat kita lebih kaya secara budaya dan emosional.

Anak akan menjadi lebih bisa memposisikan diri, terhindar dari sifat merundung, dan menganggap semua memiliki hak kebahagiaan yang sama sebagai manusia.

Foto: Freepik

Sumber: 

https://www.researchgate.net

https://doi.org/10.3233/DEV-210308

https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/0265407520969907

https://craigbarlow.co.uk/

https://www.webmd.com/mental-health/how-does-bullying-affect-mental-health

https://www.apa.org/monitor/2021/11/feature-cultivating-empathy

https://www.unodc.org/unodc/en/listen-first/super-skills/empathy.html

Artikel Terkait

Lihat Semua