Kenali Penyebab dan Cara Efektif Menangani Bayi yang Menangis saat Tidur
- Ditulis oleh Tim Tentang Anak
- Ditinjau oleh dr. Jennie Dianita, Sp.A
Tidur adalah fondasi penting bagi tumbuh kembang dan kesehatan bayi.
Selama tidur, tubuh bayi mengalami banyak proses penting, termasuk perkembangan sistem imun.
Namun, tidak jarang bayi mengalami gangguan tidur yang bisa menyebabkan mereka menangis di malam hari.
Gangguan ini tidak hanya berdampak pada kesehatan si Kecil, tetapi juga bisa mempengaruhi mood dan pola tidur orang tua.
Memahami penyebab bayi menangis saat tidur dan mengetahui cara mengatasinya adalah langkah penting bagi setiap orang tua.
Dengan begitu, Ayah Bunda bisa membantu si kecil tidur lebih nyenyak dan tenang.
Selain itu, penting juga untuk mengetahui cara menidurkan bayi yang benar agar tidur mereka lebih berkualitas.
Pola Tidur Normal pada Bayi: Apa yang Perlu Diketahui Orang Tua
Sumber: Freepik
Sebelum mengetahui penyebab bayi sering menangis saat tidur, penting untuk memahami pola tidur bayi yang berbeda dari anak yang lebih besar atau orang dewasa.
Pola tidur bayi terbagi menjadi beberapa fase sebagai berikut:
- Fase Mengantuk (Drowsiness): Bayi mulai jatuh tertidur.
- Tidur Aktifataurapid eye movement (REM): Terjadi hentakan pada tangan dan kaki, serta gerakan bola mata di bawah kelopak mata yang tertutup. Bayi mungkin mengalami pernapasan periodik yang berhenti selama 5-10 detik lalu diikuti napas cepat.
- Tidur Ringan (Light Sleep): Bayi tampak lebih tenang dengan pola napas yang lebih teratur.
- Tidur Dalam atau non rapid eye movement (NREM): Bayi lebih sulit dibangunkan dan tidur lebih dalam.
Bayi baru lahir memiliki keseimbangan antara fase REM dan NREM, dengan siklus tidur yang lebih pendek.
Seiring bertambahnya usia, bayi mulai mengalami durasi tidur yang lebih teratur dengan fase NREM yang lebih dominan.
Faktor Penyebab Bayi Menangis saat Tidur: Dari Genetik hingga Lingkungan
Sumber: Freepik
Sejumlah faktor yang dapat menjadi penyebab masalah tidur pada bayi, baik dari faktor bayi sendiri, maupun faktor lingkungan yakni:
1. Genetik
Beberapa penelitan menunjukan bahwa ekspresi gen, yaitu gen 5-HTTLPR turut berpengaruh ke pola perilaku dan durasi tidur pada batita.
Bayi dengan masalah alergi yang sifatnya diturunkan (atopi), seperti dermatitis atopik, asma, dan rinitis alergi juga sering dilaporkan mengalami masalah tidur. Namun, dampak genetik atopi umumnya bersifat tidak langsung.
2. Perilaku orangtua atau pengasuh
Pola pengasuhan orangtua dan tingkat pengetahuan terkait pola tidur yang sehat berpengaruh signifikan ke pola tidur anak.
Orangtua yang paham mengenai sleep hygiene dan pentingnya menghindari screen time sebelum tidur dapat menuntun anak untuk membangun kebiasaan tidur yang baik.
Selain itu, faktor psikologis orangtua juga turut berperan. Orangtua yang depresi hingga cenderung melakukan kekerasan menyebabkan anak mudah mengalami masalah tidur.
3. Masalah medis dan gangguan tidur
Banyak masalah medis yang bisa mengganggu tidur anak, misal alergi (dermatitis atopik, asma), gangguan perkembangan (autisme, palsi serebral), dan infeksi.
Selain itu, gangguan tidur, misal parasomnia, obstructive sleep apnea (napas berhenti saat tidur), juga dapat menyebabkan durasi tidur memendek, perubahan siklus tidur, dan membuat anak lebih sering terbangun di malam hari.
4. Kebiasaan dan lingkungan tidur
Kebiasaan tidur yang baik perlu ditanamkan sejak bayi, termasuk membuat rutinitas tidur, membuat jadwal tidur dan bangun yang rutin, tidak makan minum menjelang tidur, menghindari aktivitas fisik aktif sebelum tidur, menghindari screen time sebelum tidur, dan hanya menggunakan kasur untuk tidur saja.
Lingkungan tidur juga perlu diperhatikan, misal harus tenang dan cenderung redup. Bila kebiasaan tidur sejak masa bayi buruk, umumnya akan terbawa hingga usia anak dan remaja nantinya.
Cara Efektif Menangani Bayi Menangis saat Tidur
Jika bayi AyBun masih juga sering menangis saat tidur, cobalah beberapa cara berikut:
1. Kenali tanda mengantuk pada bayi
Beberapa bayi menangis atau tampak rewel ketika mengantuk. Perilaku lain yang juga sering dilakukan adalah menggosok mata, telinga, dan menunjukkan pandangan kosong.
Bayi umumnya mudah ditidurkan ketika ia mulai menunjukkan tanda-tanda tersebut.
2. Susun jadwal yang teratur
Bayi tidur lebih baik bila jadwal tidur dan bangun bersifat teratur. Tidur siang juga perlu diperhatikan karena bila frekuensi atau durasi terlalu pendek, risiko kelelahan dan gangguan tidur pada bayi meningkat.
3. Buat rutinitas tidur
Rutinitas tidur berupa kegiatan sebelum tidur yang bersifat menenangkan. Hal ini dapat berupa mandi sebelum tidur, dan membacakan buku.
Pada bayi di atas 6 bulan, hindari menjadikan proses menyusui atau makan menjadi rutinitas tidur.
4. Pastikan lingkungan tidur konsisten
Bayi perlu dibiasakan untuk tidur di tempat dan suasana tidur yang sama setiap malam. Pastikan juga kamar tidur cenderung gelap, dingin, dan tenang.
5. Baringkan bayi di kasur saat bayi mulai mengantuk
Setelah melakukan rutinitas sebelum tidur dan bayi menunjukkan tanda mengantuk, segera baringkan bayi di kasur meskipun belum sepenuhnya tertidur.
Hal ini akan mendorong bayi untuk belajar self soothing dan tidur sendiri.
Bila bayi sudah mampu mengembangkan self soothing, ia dapat tidur kembali dengan cepat ketika terbangun di malam hari.
Baca juga: Anak Tidur Mendengkur atau Ngorok, Normal atau tidak?
Penutup
Bila dengan berbagai cara di atas masalah tidur belum dapat diatasi, perlu dipikirkan kemungkinan anak sedang mengalami masalah medis, seperti kolik, refluks yang mengganggu sehingga perlu konsultasi lebih lanjut dengan dokter anak.
AyBun juga bisa pantau waktu tidur bayi dengan Sleep Trackerdi Aplikasi Tentang Anak! Dengan aplikasi ini, Ayah Bunda bisa mencatat dan memantau riwayat tidur si kecil, memastikan mereka mendapatkan kualitas tidur yang optimal.
Sumber Foto: Freepik
Sumber Referensi:
- https://www.nationwidechildrens.org/specialties/sleep-disorder-center/sleep-in-infants
- https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/sleep/Pages/phases-of-sleep.aspx
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7915148/
Artikel Terkait
Lihat SemuaAnak Diare Boleh Minum Susu? Intip Jawabannya Di Sini
Kesehatan AnakPahami Gejala & Penyebab Anemia Defisiensi Besi (ADB) dan Cara Mengatasinya
Kesehatan AnakRentang Kemampuan Fokus Anak Sesuai Usianya
Kesehatan AnakSetelah MPASI Tidak Boleh Minum ASI, Benarkah? Ini Kata Dokter Anak!
Kesehatan AnakKebutuhan Tidur Ideal Sesuai Usia Anak
Kesehatan Anak- Lihat Semua