4 Vaksin Anak Bayi yang Tidak Boleh Terlambat Diberikan
- Ditulis oleh Tim Tentang Anak
- Ditinjau oleh dr. Yuni Astria, Sp.A
Masa kecil adalah masa di mana anak sangat aktif bermain dan menelusuri dunia di sekitarnya. Namun, tubuh si kecil masih belum kuat untuk menghadang berbagai kuman dari lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu, sangat penting bagi Bunda untuk membentengi anak dengan perlindungan dari kuman berbahaya tersebut.
Imunisasi menjadi salah satu cara menguatkan tubuh anak bayi dari dalam. Imunisasi dilakukan dengan cara memberikan vaksin anak bayi biasa melalui jarum suntik ataupun tetes oral di mulut. Vaksin sudah bisa diberikan sedini mungkin, yaitu sejak anak bayi berusia 14 minggu.
Imunisasi secara rutin harus terus diberikan untuk memperkuat sistem imun anak, bahkan hingga anak berusia lebih tua. Bunda juga perlu memastikan anak mendapatkan vaksin secara lengkap dan tepat waktu. Bahkan, beberapa vaksin anak bayi memiliki kadaluarsa usia dan hanya bisa diberikan pada usia tertentu saja.
Jadi, apa saja vaksin anak bayi yang tidak boleh terlambat diberikan? Kenali jenis-jenisnya di sini!
Manfaat Vaksin untuk Bayi
Layaknya peribahasa “mencegah lebih baik daripada mengobati”, vaksin adalah salah satu cara untuk membuat tubuh anak lebih kuat dan dapat terlindungi dari berbagai virus dan bakteri mematikan. Berikut ini adalah berbagai manfaat vaksin untuk anak bayi yang wajib Bunda ketahui.
1. Memperkuat Sistem Imun Tubuh Anak
Tahukah Bunda bahwa anak dapat terpapar berbagai jenis kuman setiap harinya? Kuman-kuman tersebut dapat berasal dari makanan, udara yang dihidup, hingga benda-benda yang disentuh anak. Tubuh anak memang sudah dilengkapi dengan sistem imun, tetapi sistem imun tersebut masih belum cukup kuat untuk memerangi penyakit mematikan.
Vaksin berperan untuk memperkuat sistem imun anak. Namun, bukan berarti anak yang mendapat vaksin lengkap tidak akan pernah sakit, ya! Anak masih berpotensi mengalami sakit, tetapi tidak akan separah anak yang tidak diberikan vaksin. Anak juga dapat sembuh lebih mudah karena sistem kekebalan tubuh yang sudah dilengkapi dengan vaksin.
2. Mencegah Penularan Wabah Penyakit
Vaksin tidak hanya melindungi anak dari penyakit, tetapi juga melindungi orang-orang di sekitar anak. Berbagai negara di seluruh dunia terus mengoptimalkan cakupan imunisasi karena dinilai ampuh menghentikan penularan wabah penyakit. Contohnya adalah penyakit seperti cacar yang sangat menular. Cacar mampu dikendalikan dengan vaksin agar tidak menjadi wabah penyakit.
Walaupun vaksin cacar tidak mencegah anak terkena cacar sepenuhnya, vaksin cacar diyakini mampu menurunkan risiko anak tertular cacar. Tidak hanya itu, pasien cacar yang pernah mendapatkan vaksin cacar akan mengalami gejala yang lebih ringan dan lebih cepat sembuh.
3. Mengurangi Risiko Cacat dan Kematian pada Anak
Tahukah Bunda bahwa anak yang belum atau tidak mendapatkan vaksin lengkap berisiko mengalami cacat hingga kematian? Mayoritas vaksin yang wajib diberikan kepada anak sudah mampu mencegah munculnya penyakit mematikan pada anak, seperti polio dan tetanus.
Misalnya adalah penyakit polio yang mampu menyebabkan penderitanya lumpuh dan kesulitan bernapas. Penyakit menular ini telah membuat 305 anak di Indonesia lumpuh permanen pada tahun 2005–2006. Kini, Indonesia berhasil mendapatkan sertifikat bebas polio di tahun 2014 dari WHO. Jadi, Bunda jangan sampai melewatkan vaksin untuk anak, ya!
4. Investasi Kesehatan Jangka Panjang
Vaksin merupakan investasi kesehatan jangka panjang yang paling murah dan bisa Bunda dapatkan sejak dini untuk sang buah hati. Hal ini disebabkan oleh peran vaksin yang ampuh mencegah penularan penyakit dan menurunkan risiko kecacatan serta kematian. Jadi, Bunda dapat mencegah kemungkinan kerugian finansial dan waktu untuk menyembuhkan penyakit tersebut.
Jenis Vaksin yang Tidak Boleh Terlambat Diberikan
Dari banyaknya vaksin yang wajib diberikan kepada anak, beberapa vaksin harus diberikan kepada anak pada usia tertentu. Jika terlambat diberikan, efektivitas vaksin tersebut dapat berkurang drastis dan tidak mampu melindungi anak secara maksimal.
1. Vaksin Rotavirus
Rotavirus adalah jenis virus yang menyerang saluran pencernaan anak. Virus ini dapat memicu penyakit gastroenteritis dengan gejala diare dan muntah pada anak. Akibat dari infeksi rotavirus adalah komplikasi dehidrasi berat hingga kematian. Vaksin rotavirus berperan untuk mengurangi risiko anak terjangkit virus tersebut.
Vaksin rotavirus terbagi menjadi vaksin monovalen dan pentavalen. Yang berbeda adalah dosis vaksin pentavalen diberikan sebanyak 3 kali, sementara vaksin monovalen diberikan sebanyak 2 kali.
Dosis pertama vaksin rotavirus sudah dapat diberikan sejak anak berusia 6–12 minggu, sedangkan dosis kedua diberikan ketika anak memasuki usia 16 minggu. Dosis ketiga vaksin pentavalen dapat diberikan ketika anak berusia 24 minggu.
Maksimal usia anak mendapatkan dosis pertama vaksin ini adalah 24 minggu. Jika melebihi usia tersebut, dikhawatirkan vaksin rotavirus tidak dapat bekerja efektif di dalam tubuh anak. Pastikan Bunda berkonsultasi dengan dokter jika anak masih belum mendapatkan dosis pertama di usia di atas 12 minggu.
2. Vaksin DTaP
Berbeda dengan vaksin rotavirus yang dapat berdiri sendiri, vaksin DTaP adalah jenis vaksin gabungan yang terdiri atas toksoid difteri (D), toksoid tetanus (T), dan antigen bakteri pertusis (aP). Vaksin ini berfungsi untuk mencegah penyakit difteri (infeksi hidung dan tenggorokan), tetanus (infeksi penyebab kejang otot), dan batuk rejan (infeksi saluran pernapasan).
Vaksin DTaP dapat diberikan pada anak sejak usia 2 bulan hingga berusia 7 tahun. Vaksin ini diberikan secara berkala, seperti pada usia 2 bulan, kemudian 3 bulan, 4 bulan, 1 tahun, 5 tahun, hingga 7 tahun.
Jika anak berusia lebih dari 7 tahun belum mendapatkan vaksin DTaP, anak akan direkomendasikan untuk mendapat vaksin lanjutan dari DTaP, yaitu TdaP atau Td. Vaksin ini ditujukan untuk anak yang lebih besar atau orang dewasa yang belum pernah mendapatkan vaksin DTaP.
3. BCG
Vaksin Bacillus Calmette–Guérin atau BCG adalah jenis vaksin untuk mengurangi risiko terjangkitnya tuberkulosis pada anak. Tuberkulosis adalah infeksi menular yang memicu munculnya flek paru. Tuberkulosis menjadi penyakit paling menular kedua di dunia setelah COVID-19. Namun, Bunda bisa mencegah penyakit tuberkulosis pada anak dengan memberikan vaksin BCG.
Vaksin BCG terdiri atas bakteri mycobacterium tuberculosis yang sudah dilemahkan. Dengan menyuntikkan vaksin ini, tubuh akan mengenal dan membentuk kekebalan terhadap bakteri tersebut.
Rekomendasi pemberian vaksin BCG adalah segera setelah bayi lahir atau sebelum usia 1 bulan. Jika anak masih belum mendapat vaksin BCG di usia di atas 3 bulan, anak perlu melakukan tes Mantoux (tes infeksi TB) untuk menguji apakah pemberian vaksin BCG efektif atau tidak.
4. Pneumokokus (PCV)
Vaksin pneumokokus atau PCV adalah jenis vaksin anak bayi untuk mencegah terjadinya penyakit pneumonia, infeksi selaput otak, dan infeksi telinga pada anak. Vaksin PCV mengandung bagian dari bakteri pneumokokus yang menjadi penyebab penyakit tersebut. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 kali, yaitu dosis pertama dan booster.
Dosis pertama vaksin PCV dapat diberikan sejak anak berusia 2, 4, dan 6 bulan. Dosis boosternya dapat diberikan ketika anak berusia 12–15 tahun. Namun, jika anak masih belum mendapatkan vaksin PCV di usia 7 bulan sampai 2 tahun, anak bisa mendapatkan vaksin PCV sebanyak 2 kali dengan jarak 2 bulan dari vaksin dosis pertama.
Sementara itu, jika anak masih belum mendapatkan vaksin PCV di usia 2–5 tahun, anak dapat diberikan vaksin PCV10 sebanyak 2 kali dengan jarak 2 bulan, atau vaksin PCV13 sebanyak 1 kali.
Demikian macam-macam vaksin yang harus anak dapatkan tepat waktu. Imunisasi adalah salah satu cara untuk membuat anak lebih sehat, aktif, dan nyaman dalam menjalani kegiatan sehari-hari. Bunda juga bisa berkonsultasi dengan dokter terkait vaksin apa saja yang bisa anak dapatkan sejak dini.
Untuk lebih mudah mengetahui jadwal imunisasi anak dan mencegah waktu kadaluarsa usia untuk vaksin, AyBun bisa mengeceknya di menu Imunisasi, ya!
dr. Yuni Astria, Sp.A
Artikel Terkait
Lihat SemuaAnak Diare Boleh Minum Susu? Intip Jawabannya Di Sini
Kesehatan AnakPahami Gejala & Penyebab Anemia Defisiensi Besi (ADB) dan Cara Mengatasinya
Kesehatan AnakRentang Kemampuan Fokus Anak Sesuai Usianya
Kesehatan AnakSetelah MPASI Tidak Boleh Minum ASI, Benarkah? Ini Kata Dokter Anak!
Kesehatan AnakLakukan Pertolongan Pertama pada Bayi Tersedak!
Kesehatan Anak- Lihat Semua