Ini Bahaya Bermain Trampolin untuk Anak di Bawah 6 Tahun
- Ditulis oleh Tim Tentang Anak
- Ditinjau oleh dr. Ganda Ilmana, Sp,A
Trampolin merupakan permainan yang menggunakan alat untuk bisa melompat tinggi. Ini adalah kegiatan seru dilakukan oleh semua usia, termasuk anak-anak. Namun, permainan ini memiliki resiko yang besar bagi anak.
Berdasarkan data yang dipublikasikan The American Academy of Pediatrics (AAP), ada lebih dari 91 ribu kasus kecelakaan pada anak karena bermain trampolin pada rentang tahun 2010–2014. Parahnya, beberapa kasus diantaranya ada yang mengalami kelumpuhan hingga kematian.
Trampolin dapat bikin anak berapi-api karena keseruan melompat di atas alatnya. Lantas, kapan anak bisa dengan aman bermain trampolin? Yuk, AyBun cari tahu selengkapnya di informasi berikut ini!
Kapan usia yang tepat untuk bermain trampolin?
Sejatinya, trampolin adalah permainan yang baik untuk kesehatan dan bisa membantu tumbuh kembang anak. Namun, olahraga ini memiliki resiko yang tinggi jika dilakukan pada anak kecil. Lantas, kapan usia yang tepat supaya anak bisa bermain trampolin?
Usia yang tepat untuk bermain trampolin adalah di atas 6 tahun. Hal itu sesuai dengan anjuran dari OrthoInfo. Mereka juga merekomendasikan untuk melepas tangga trampolin setelah digunakan agar mencegah anak kecil memanjat dan melompat tanpa pengawasan.
Bahaya Main Trampolin untuk Anak di bawah 6 Tahun
Menurut Stanford Medicine, cedera ketika bermain trampolin bisa jadi masalah yang serius. Anak kecil di bawah 6 tahun memiliki resiko yang besar ketika bermain permainan seru ini. Resiko patah tulang hingga kematian dapat terjadi.
Cedera dalam bermain trampolin dapat terjadi dengan beberapa cara, anak mungkin bisa mendarat di dataran yang salah, mereka bisa terjatuh, ataupun jatu di bingkau trampolin. Bahkan, apabila ada 2 orang atau lebih yang melompat, ada kemungkinan bisa menabrak satu sama lain.
Berikut adalah cedera yang bisa mungkin terjadi ketika bermain trampolin:
- Gegar otak
- Patah tulang
- Terkilir
- Memar, goresan dan luka
- Cidera di kepala dan leher yang dapat menyebabkan kelumpuhan atau kematian
Manfaat Bermain Trampolin
Jika anak telah cukup umur, AyBun dapat memperbolehkannya bermain trampolin, tapi harus dengan pengawasan. Permainan ini sangat seru dan dapat meningkatkan kesehatan anak. Trampolin juga bisa dijadikan sebagai olahraga yang mampu meningkatkan energi dan stamina anak.
Masih banyak manfaat bermain trampolin untuk anak. Seperti:
- Jantung sehat
- Bahagia
- Meningkatkan energi
- Meningkatkan kemampuan motor dan koordinasi antar tubuh anak
- Mampu meningkatkan kepercayaan diri anak
- Daya tahan tubuh menjadi kuat
- Anak jadi bisa berkonsentrasi dengan baik
Jenis Permainan Alternatif selain Trampolin
The American Academy of Pediactrics (AAP) menganjurkan agar orang tua tidak membelikan anak trampolin di rumah. Ini termasuk trampolin mini dan trampolin besar di luar. Mereka justru menyarankan agar orang tua mengajak anaknya untuk bermain aktivitas fisik lain.
Ada banyak permainan alternatif fisik seru selain bermain trampolin. Berikut adalah daftarnya:
Bersepeda
Tak hanya trampolin saja yang dapat melatih keseimbangan tubuh anak, melainkan bersepeda juga bisa. Aktivitas ini dapat membuat anak melatih kemampuan motorik kasar dan berkonsentrasi lebih baik.
Dengan bersepeda, anak juga bisa bersosialisasi bersama teman sebayanya. Dari sisi kesehatan, kegiatan ini juga sangat baik untuk menyehatkan jantung dan tulang.
1. Berenang
Berenang adalah kegiatan yang sangat menyenangkan untuk anak. Mereka bisa bermain dan lebih akrab dengan air ketika berenang. AAP merekomendasikan untuk mengajarkan anak berenang sedini mungkin, dari usia 1 tahun.
Belajar berenang dapat meminimalisir kejadian tenggelam pada anak. Namun, orang tua harus mengawasi dengan baik ketika anaknya berenang.
2. Menari dengan lantunan musik
Kegiatan menari dapat membuat anak belajar koordinasi dan kontrol tubuh. Apalagi dengan musik yang ceria, menari dapat menjadi kegiatan yang seru untuk melepas stres. Menari juga dapat menjadi cara untuk menyalurkan energi anak, apalagi buat anak yang begitu aktif.
3. Bermain lempar tangkap bola
Permainan melambungkan lalu menangkap bola akan melatih koordinasi mata, tangan dan kaki si kecil. Kegiatan ini akan menguatkan otot-otot tangan dan kaki, sekaligus membantu anak berkonsentrasi lebih lama.
4. Bermain di taman bermain
Ajaklah anak untuk sering berjalan-jalan keluar setiap hari, kemudian sempatkan beberapa waktu di taman bermain untuk menikmati perosotan, ayunan atau jungkat-jungkit. Permainan ini cenderung lebih aman daripada trampolin.
Sekarang AyBun telah mengetahui bahaya bermain trampolin untuk anak di bawah 6 tahun. Walaupun anak sudah cukup usia bermain trampolin, AyBun tetap saja harus waspada mengawasi mereka ketika bermain trampolin.
Namun, AyBun tidak perlu parno dengan trampolin. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meminimalisir resiko seperti yang telah disebutkan di atas. Jadi, anak tetap bisa menikmati keseruan dengan trampolin dengan aman!
Foto: www.pexels.com
Sumber:
https://www.medicalnewstoday.com/articles/243497#1
https://publications.aap.org/aapnews/news/14452
Choi, Eun Seok; Hong, Jin Heon; Sim, Jae Ang (2017). Distinct features of trampoline-related orthopedic injuries in children aged under 6 years. Injury, (), S0020138317309051–. doi:10.1016/j.injury.2017.12.017
https://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=224408
Foto: www.pexels.com
Sumber:
https://www.medicalnewstoday.com/articles/243497#1
https://publications.aap.org/aapnews/news/14452
Choi, Eun Seok; Hong, Jin Heon; Sim, Jae Ang (2017). Distinct features of trampoline-related orthopedic injuries in children aged under 6 years. Injury, (), S0020138317309051–. doi:10.1016/j.injury.2017.12.017
https://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=224408
dr. Ganda Ilmana, Sp,A
Artikel Terkait
Lihat SemuaGejala, Penyebab dan Cara Mengobati Tipes pada Anak
Masalah KesehatanKapan Idealnya Anak Mulai Sekolah? Cek TIPS Persiapannya
BalitaPola Asuh Turut Menentukan Tingkat Risiko Bullying, Ini yang Harus Dilakukan
BalitaWaspada Hepatitis Akut pada Anak, Ini Ciri dan Cara Mengatasinya
BalitaADHD pada Anak dan Bedanya dengan Autisme
Masalah Kesehatan- Lihat Semua