Manfaat Toilet Training pada Anak dan Cara Melatihnya
- Ditulis oleh Tim Tentang Anak
- Ditinjau oleh Grace Eugenia Sameve, M.A, M.Psi, Psikolog
Tahukah AyBun, anak usia 18 bulan - 3 tahun sudah memiliki keinginan untuk lebih mandiri dan lebih aktif berkontribusi dalam kesehariannya, lho.
Menurut psikolog Erik Erikson, kemandirian vs rasa malu dan ragu merupakan tahap kedua pada tahapan perkembangan psikososial seseroang. Tahapan ini umumnya terjadi antara usia 18 bulan – 2 atau 3 tahun.
Anak-anak yang berada pada tahap ini cenderung mulai mengungkapkan kebutuhan yang lebih besar atas diri mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka. Mereka cenderung ingin lebih mandiri dengan apa yang mereka lakukan dan bagaimana mereka melakukannya.
Ada beragam aktivitas yang dapat AyBun lihat pada perkembangan anak di tahapan psikologi ini. Misalnya dalam perkara memilih makanan, memilih mainan, maupun pakaian.
Nah AyBun, satu hal lagi yang memainkan peranan kunci atau pencapaian kemandirian anak di tahapan ini adalah toilet training.
Apa itu Toilet Training dan Manfaat Melatih Toilet Training pada Anak?
Toilet training atau latihan toilet merupakan aktivitas melatih anak untuk terbiasa melakukan buang air kecil maupun buang air besar di toilet.
Dengan toilet training, anak menjadi lebih mandiri saat melakukan hajatnya. Selain itu, anak juga akan semakin mengurangi ketergantungan pada pemakaian popok, sebab anak yang sudah terbiasa melakukan toilet training akan terbiasa pula menyatakan kebutuhannya untuk buang air.
Keberhasilan toilet training dapat membuat si Kecil merasa lebih percaya dengan dirinya sendiri, walaupun dalam prosesnya ada saja hambatan untuk melakukan toilet training.
Bukan tidak mungkin, AyBun maupun pengasuh si Kecil merasa tidak sabar bahkan frustasi pada periode ini. Akan tetapi, ini merupakan bagian penting dari perkembangan pengendalian diri dan kemandirian diri dalam tahap tumbuh kembang anak.
Tidak ada cara yang tepat ataupun usia yang tepat bagi anak untuk belajar menggunakan toilet.
Sebab, perkara kapan dan bagaimana membantu si Kecil belajar menggunakan toilet akan tergantung pada kesiapan si Kecil, juga kepada nilai-nilai dan keyakinan AyBun sendiri terhadap pentingnya toilet training.
Untuk itu, AyBun perlu melakukan hal-hal berikut ini selama proses toilet training:
Cara Melatih Toilet Training
1. Perhatikan Kesiapan Anak
Sebagian besar anak mulai mengembangkan kontrol atas fungsi usus dan kandung kemih mereka pada usia 18 bulan. Keterampilan ini dibutuhkan agar anak secara fisik dapat menggunakan toilet.
Sejauh apa anak siap secara emosional untuk mulai belajar menggunakan toilet akan tergantung pada masing-masing anak. Sebagian anak mungkin sudah siap pada usia 18 bulan, namun sebagian lainnya baru siap pada usia 2 tahun atau bahkan 3 tahun.
Ciri anak siap toilet training:
Anak yang dapat dikatakan siap untuk mulai melakukan toilet training biasanya menunjukkan sejumlah sinyal atau tanda.
Tanda pertama, dia menunjukkan tanda-tanda tetap kering dalam setidaknya 2 jam atau setelah tidur.
Dia juga mulai mengenali bahwa dia sedang buang air kecil atau buang air besar, seperti pergi menyendiri ke ruangan lain atau ke bawah meja saat buang air besar. Ini penting, sebab jika anak tidak menyadari bahwa dia sedang buang air besar, dia tidak akan berhasil dalam latihan toilet.
Anak juga mengembangkan sejumlah keterampilan fisik yang sangat penting untuk toilet training, seperti kemampuan berjalan, menarik dan menurunkan celana, dan naik/turun toilet (dengan sedikit bantuan).
Tanda lainnya, anak meniru perilaku buang air orang tua, serta dapat mengikuti instruksi sederhana. Dan, yang paling penting, si Kecil ingin menggunakan toilet.
2. Orang Tua Harus Bersabar
AyBun, terkadang dalam melakukan latihan toilet, kita akan berhadapan dengan beberapa tantangan yang menunda keberhasilannya. Di saat seperti ini, AyBun perlu menyesuaikan ekspektasi dengan kemampuan dan proses belajar si Kecil.
Harapan bahwa si Kecil akan langsung lancar menggunakan toilet, sebaiknya ditepis jauh-jauh. Terlebih apabila terjadi perubahan atau hal-hal di luar kebiasaan sehari-hari, yang dapat ‘menganggu’ konsentrasi atau kondisi emosional anak dalam melakukan latihan toilet. Pada masa ini, si Kecil membutuhkan semua kesabaran dan dukungan AyBun.
3. Siapkan Peralatan Pendukung yang Sesuai
Sudah menjadi tanggungjawab AyBun untuk menciptakan lingkungan dan iklim belajar yang mendukung bagi si Kecil. Ini artinya, AyBun perlu sadar dan memahami bahwa si Kecil berada dalam kendali dirinya sendiri. Biarkan ia yang memilih untuk menggunakan pampers atau toilet.
Ajarkan juga kepada anak tentang bagian-bagian tubuh, urine, juga hajat besar, serta tawarkan mereka peralatan pendukung agar sukses melakukan hajat.
Penting sekali AyBun, tangani persoalan ‘kecelakaan toilet’ dengan sabar dan tidak emosional. Hindari penghukuman juga pujian berlebihan kepada anak terkait dengan penggunaan toilet. Sebab, hal ini dapat membuat anak merasa buruk saat dia tidak ‘sukses’ buang hajat di toilet.
4. Berikan Motivasi agar Anak Semangat
Menemukan metode latihan toilet yang cocok untuk keluarga adalah kunci dalam melakukan toilet training bagi si Kecil.
Bagaimanapun AyBun dan keluarga melakukannya, selalu diingat bahwa toilet training merupakan proses belajar yang butuh waktu, dengan aka nada banyak ‘kecelakaan’ selama prosesnya.
Sabar, adalah cara terbaik yang dapat dilakukan AyBun untuk mendukung si Kecil sementara dia belajar. Ucapkan kata-kata membangun yang akan mendorongnya lebih baik.
Foto:
Referensi:
Cherry, K. (2021). Autonomy vs. shame and doubt in psychosocial stage 2. Diakses darihttps://www.verywellmind.com/autonomy-versus-shame-and-doubt-2795733#:~:text=There%20are%20a%20number%20of,and%20a%20sense%20of%20independence
ZerotoThree. (n.d.). Potty training: Learning to use the toilet. Diakses darihttps://www.zerotothree.org/resources/266-potty-training-learning-to-the-use-the-toilet
Grace Eugenia Sameve, M.A, M.Psi, Psikolog
Artikel Terkait
Lihat SemuaGejala, Penyebab dan Cara Mengobati Tipes pada Anak
Masalah KesehatanKapan Idealnya Anak Mulai Sekolah? Cek TIPS Persiapannya
BalitaPola Asuh Turut Menentukan Tingkat Risiko Bullying, Ini yang Harus Dilakukan
BalitaWaspada Hepatitis Akut pada Anak, Ini Ciri dan Cara Mengatasinya
BalitaADHD pada Anak dan Bedanya dengan Autisme
Masalah Kesehatan- Lihat Semua