Kelebihan Protein pada Anak, Apa Dampaknya?
- Ditulis oleh Tim Tentang Anak
- Ditinjau oleh dr. Yuni Astria, Sp.A
Dari banyaknya nutrisi yang harus dipenuhi anak, protein menjadi salah satu yang paling penting. Protein merupakan makronutrien dalam perkembangan anak, artinya kebutuhan yang harus dipenuhi cukup besar. Selain penting untuk mengembangkan otot, protein juga dibutuhkan bagi tulang, kulit, dan bagian tubuh lainnya agar kuat dan sehat.
Maka dari itu, hadirnya makanan tinggi protein makan anak sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak. Tapi, perlu diingat bahwa tubuh juga memiliki batas toleransi terhadap nutrisi tertentu, salah satunya adalah protein. Kelebihan protein ternyata dapat berdampak buruk bagi tubuh anak.
Artikel ini akan membahas mengenai sejumlah dampak negatif kelebihan protein pada anak. Namun, sebelumnya mari kita membahas manfaat protein terlebih dahulu.
Manfaat Protein bagi Anak
Protein adalah zat penting yang berperan dalam proses pembentukan dan perbaikan jaringan tubuh manusia. Protein juga hadir di setiap sel-sel tubuh manusia untuk membentuk enzim dan hormon-hormon penting di dalam tubuh. Kenali ragam manfaat protein lainnya untuk pertumbuhan anak di sini!
1. Membangun Otot & Tulang
Semakin bertambahnya usia, anak akan semakin aktif bermain dan beraktivitas. Untuk mendukung keaktifan anak di masa kecilnya, otot yang kuat akan diperlukan agar anak memiliki kekuatan dan ketahanan saat menjalani olahraga dan kegiatan sehari-hari.
Disinilah peran protein untuk membangun massa otot yang cukup pada anak. Dengan mengonsumsi cukup protein, otot yang kuat tidak hanya menopang anak dalam melakukan berbagai aktivitas, tetapi juga tulang yang kuat. Kombinasi otot dan tulang yang baik dapat membantu pertumbuhan anak menjadi lebih kuat dan sehat.
2. Mendukung Pertumbuhan Sel Baru
Sebagian besar kulit, rambut, kuku, dan sel-sel tubuh terbuat dari protein. Asupan protein yang cukup akan dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dan regenerasi sel-sel tubuh ini. Tidak hanya itu, protein juga berperan untuk menambah darah, menyembuhkan luka, serta meregulasi pertumbuhan rambut dan kuku.
3. Meningkatkan Metabolisme Tubuh
Protein dalam bentuk enzim dan hormon dapat membantu meningkatkan metabolisme di dalam tubuh anak. Memiliki metabolisme yang baik dapat membantu membakar kalori di dalam tubuh, sehingga menjaga berat badan tetap sehat.
Metabolisme pada anak juga dapat memperlancar proses perubahan makanan menjadi energi. Inilah yang dibutuhkan tubuh anak untuk melakukan berbagai hal, mulai dari berpikir, bergerak, mencerna makanan, hingga mengalirkan darah.
4. Memperkuat Sistem Imun Anak
Salah satu zat pembangun sistem imun dalam tubuh adalah protein dan sel. Namun, seperti yang Bunda ketahui, sistem imun anak masih terus berkembang dan tidak setangguh orang dewasa. Untuk membentengi anak dari virus dan bakteri, konsumsi protein yang mencukupi dapat memperkuat sistem imun anak. Protein bekerja dengan membentuk antibodi untuk memerangi virus dan bakteri penyebab penyakit.
Dampak Kelebihan Protein pada Anak
Faktanya, yang berlebihan tidaklah selalu baik. Begitu juga yang terjadi pada protein. Meskipun memiliki peran penting dalam sistem tubuh, kandungan protein di dalam tubuh tidak boleh berlebihan. Hal ini akan memicu masalah kesehatan yang berjangka panjang. Berikut ini adalah akibat dari kelebihan protein pada anak:
1. Obesitas
Mengonsumsi makanan kaya protein memang bagus untuk perkembangan tubuh anak. Tapi, jika melebihi asupan yang dianjurkan, protein justru dapat meningkatkan berat badan anak. Hal ini disebabkan oleh kelebihan protein yang akan menjadi kalori dalam tubuh. Jika anak tidak membakar kalori tersebut dengan berolahraga, anak berisiko mengalami kenaikan berat badan hingga obesitas.
2. Kerusakan Ginjal
Tingginya kadar protein dalam tubuh dapat membentuk batu ginjal. Akibatnya, ginjal akan bekerja lebih keras dalam menyaring zat sisa di dalam tubuh. Jika konsumsi protein yang berlebihan terus dibiarkan, ginjal berisiko mengalami kerusakan.
Ditambah lagi, pengolahan protein menciptakan nitrogen di dalam hati. Kandungan nitrogen yang tinggi membuat tubuh lebih sulit dalam mencerna racun dan zat sisa. Tidak hanya itu, tinggi nitrogen juga dapat menurunkan kemampuan tubuh dalam memecah nutrisi yang masuk ke tubuh.
3. Kehilangan Kalsium
Terlalu banyak mengonsumsi protein justru menyebabkan lebih banyak kalsium terbuang dari tubuh. Kondisi ini lebih banyak disebabkan oleh protein hewani daripada protein nabati. Dalam hal ini, protein hewani yang berasal dari ikan, ayam, daging merah, dan telur cenderung melepaskan kalsium dari tulang dan membuangnya melalui urin.
Dampak yang ditimbulkan dari hilangnya kalsium pada tulang adalah menurunnya kekuatan tulang, memicu tulang keropos, hingga meningkatkan risiko osteoporosis. Dan terlalu banyak kalsium yang terkandung pada urin dapat membentuk kristal di dalam ginjal.
Kebutuhan Protein pada Anak Sesuai Usia
Asupan protein anak haruslah cukup sesuai dengan rentang usianya, tidak boleh lebih apalagi kurang. Kebutuhan protein bagi anak haruslah tepat. Hal ini bertujuan agar nutrisi yang masuk dapat bekerja maksimal tanpa menimbulkan efek samping di dalam tubuh anak. Berikut ini adalah kebutuhan harian protein bagi anak per hari sesuai rentang usia:
- 6–12 bulan: 13 gram
- 1–3 tahun: 16 gram
- 4–6 tahun: 24 gram
- 7–10 tahun: 28 gram
Menurut sumber makanannya, protein terbagi menjadi protein hewani ataupun protein nabati. Sebagai contoh, di bawah ini adalah perkiraan jumlah protein hewani yang ada di beberapa sumber makanan seberat 100 gram:
- Telur: 13 gram
- Ikan: 22 gram
- Udang: 24 gram
- Daging sapi: 26 gram
- Daging ayam: 27 gram
Bagi Bunda yang sedang menyusun MPASI untuk anak, sangat penting untuk memberikan menu dengan gizi seimbang untuk si kecil. Jadi, menu makan sehari-hari tidak hanya terdiri atas protein saja, tetapi juga karbohidrat, lemak, dan vitamin lainnya.
Sebagai contoh, porsi karbohidrat dalam menu anak dapat berkisar 35% hingga 55%. Karbohidrat bisa didapatkan dari nasi, ubi, kentang, singkong, dan gandum. Lemak dalam menu anak dapat berkisar antara 35% hingga 60%. Lemak dapat bersumber dari santan, mentega, dan margarin.
Porsi protein dalam menu anak cenderung tidak terlalu banyak, yaitu sekitar 15% hingga 20%. Pada menu MPASI, Bunda dapat mulai memperkenalkan sayur dan buah-buahan kepada anak, seperti apel, jeruk, brokoli, dan wortel. Dengan komposisi makanan yang seimbang, kebutuhan nutrisi anak pun dapat tercukupi.
Demikian penjelasan seputar manfaat protein dan dampak negatif dari kelebihan protein pada anak. Nutrisi lengkap dan seimbang dari makanan sehat dapat membantu memaksimalkan tumbuh kembang anak. Jangan sampai Bunda terlalu fokus pada protein atau satu nutrisi saja, ya!
Temukan berbagai menu makanan bergizi untuk si kecil di menu “Gizi” sekarang juga!
- https://fdc.nal.usda.gov/fdc-app.html
- http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__28_Th_2019_ttg_Angka_Kecukupan_Gizi_Yang_Dianjurkan_Untuk_Masyarakat_Indonesia.pdf
- Pediatric Nutrition, AAP, 2020
Foto: Paxels.com
dr. Yuni Astria, Sp.A
Artikel Terkait
Lihat SemuaAnak Diare Boleh Minum Susu? Intip Jawabannya Di Sini
Kesehatan AnakPahami Gejala & Penyebab Anemia Defisiensi Besi (ADB) dan Cara Mengatasinya
Kesehatan AnakRentang Kemampuan Fokus Anak Sesuai Usianya
Kesehatan AnakSetelah MPASI Tidak Boleh Minum ASI, Benarkah? Ini Kata Dokter Anak!
Kesehatan AnakLakukan Pertolongan Pertama pada Bayi Tersedak!
Kesehatan Anak- Lihat Semua