Studi: Anak Kekurangan Zat Besi Akan Pengaruhi Hasil Vaksinasi
- Ditulis oleh Tim Tentang Anak
- Ditinjau oleh dr. Ganda Ilmana, Sp.A
Anak yang sudah mengonsumsi berbagai jenis makanan harus selalu diperhatikan kandungan gizinya, hal ini agar kebutuhan vitamin, mineral, protein, dan lainnya cukup sesuai usianya.
Salah satu kandungan yang penting untuk dukung pertumbuhan dan perkembangan anak yaitu zat besi, di dalam tubuh zat besi akan membantu darah dalam membawa oksigen ke seluruh tubuh. Kemudian jika anak mengalami kekurangan zat besi memicu anak mengalami kondisi anemia hingga gangguan tumbuh kembang.
Ternyata bukan hanya itu Ayah Bunda, dampak negatif bila anak tidak mendapatkan zat besi akan mempengaruhi sistem imunitas. Studi pada lebih dari 500 balita menunjukkan defisiensi besi menurunkan respons pembetikkan antibodi terhadap vaksin DPT dan PCV.
Suplementasi besi meningkatkan respons imun pembentukan antibodi terhadap vaksin campak. Zat besi memang dibutuhkan untuk perkembangan sel limfosit yang berperan dalam mengaja imunitas. Jika zat besi dalam tubuh tidak cukup maka proses pembentukkan imunitas ini setelah vaksinasi akan menjadi kurang optimal. Lalu, apa penyebabnya ya?
Penyebab umum anak kekurangan zat besi
- Pemberian makan kurang seimbang
- Adanya infeksi
- Gangguan penyerapan makanan dalam usus
- Perdarahan saluran cerna
Nah, Ayah Bunda sudah tahu kan penyebab umumnya anak kekurangan zat besi, sekarang satnya Ayah Bunda mencegahnya dengan 4 cara berikut ini
4 Langkah Pencegahan Anak Kekurangan Zat Besi
1. Pemberian suplemen zat besi
Dosis suplementasi zat besi yang diperlukani sesuai usia anak
- Bayi Berat badan baru lahir berat kurang dari 2500g dosisnya 3mg/kgBB/hari dengan lama pemberian usia 1 bulan sampai 2 tahun
- Bayi cukup bulan dosisnya 2 mg/kgBB/hari dengan lama pemberian usia 4 bulan-2 tahun
- Anak 2 - 12 tahun diberikan zat besi dengan dosis 1 mg/kgBB/hari dengan lama pemberian 2 kali seminggu selama 3 bulan berturut-turut tiap tahun
- Anak usia 12-18 tahun dosis pemberian zat besi 60 mg/hari dengan lama pemberian 2 kali seminggu selama 3 bulan berturut-turut tiap tahun
2. Lakukan skrining zat besi pada usia 12 bulan
Skrining zat besi dilakukan untuk anak usia 12 bulan sesuai dengan rekomendasi American Academy of Pediatrics terutama pada anak dengan:
- Lahir prematur atau BBLR
- Menyusui eksklusif lebih dari 4 bulan tanpa suplementasi besi
- Asupan MPASI yang rendah
- Riwayat gangguan makan atau pertumbuhan
3. Sediakan makanan yang kaya zat besi setiap hari
- Ikan
Di dalam ikan terdapat kandungan zat besi, omega-3, hingga vitamin D yang sangat baik untuk tumbuh kembang anak. Salah satu ikan yang direkomendasikan adalah tuna yang memiliki 1,4 mg zat besi dalam 85 gram.
- Hati Ayam
Hati ayam cenderung memiliki harga lebih terjangkau daripada daging merah/sapi. Hati ayam bisa jadi alternatif pengganti daging merah untuk si kecil karena memiliki 10 mg zat besi dalam setiap 100 gramnya.
- Telur Ayam
Telur adalah sumber nutrisi esensial yang mengandung 1,2 mg zat besi dalam 100 gram-nya. Selain zat besi, telur juga memiliki kandungan protein dan vitamin D, E, B5, B12 hingga A. Nutrisi tersebut sangat baik untuk memori dan kekebalan tubuh.
- Bayam
Beberapa sayur-sayuran juga memiliki asupan zat besi yang baik, salah satunya adalah bayam. Kandungan zat besi yang dimiliki bayam adalah diantara 2,1 dan 2,7 mg/100 gram. Manfaat bayam untuk bayi sangat baik untuk pertumbuhan tulang dan mempertajam penglihatan bayi.
- Brokoli
Sayuran ini bisa memenuhi zat besi harian. Dalam 100 gram brokoli, terdapat 1 mg zat besi di dalamnya.
AyBun dapat mengenalkan brokoli sebagai makanan pendamping ASI pada bayi ketika berusia 10 bulan.
- Kacang-Kacangan
Kacang-kacangan adalah alternatif sumber zat besi yang juga memiliki tinggi protein. Beberapa jenis kacang-kacangan, seperti kacang almond, kacang polong, kacang kedelai, kacang hijau, hingga kancang lentil.
4. Tingkatkan penyerapan zat besi non heme
Ayah Bunda bisa lakukan ini dengan menyediakan susu sapi, telur, bayam, dan kacang-kacangan. Bisa dikonsumsi bersamaan dengan asupan vitamin C misalnya jeruk, tetapi tdak dapat dikonsumsi dengan makanan yang mengandung kalsium, tannin, dan fitat misalnya susu, teh, biji-bijian.
Jadi sudahkah si Kecil mencukupi kebutuhan zat besinya? Yuk, lengkapi dosis suplementasi sesuai dengan usia anak dan Pantau perkembangan si Kecil melalui aplikasi Tentang Anak!
Foto: Freepik.com
Sumber:
Stoffel NU, Uyoga MA, Mutuku FM, Frost JN, Mwasi E, Paganini D, dkk. Iron deficiency anemia at time of vaccination predicts decreased vaccine response and iron supplementation at time of vaccination increases humoral vaccine response: a birth cohort study and a randomized trial follow-up study in Kenyan infants. 2020;11:1313.
IDAI. Rekomendasi IDAI: suplementasi besi untuk anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI, 2011.
Baker RD, Greer FR, AAP Committee on Nutrition. Diagnosis and prevention of iron deficiency and iron-deficiency anemia in infants and young children (0–3 years of age). Pediatrics. 2010;126:1040-50
https://www.canada.ca/en/health-canada/services/food-nutrition/healthy-eating/dietary-reference-intakes/tables/reference-values-elements-dietary-reference-intakes-tables-2005.html
Artikel Terkait
Lihat SemuaAnak Diare Boleh Minum Susu? Intip Jawabannya Di Sini
Kesehatan AnakPahami Gejala & Penyebab Anemia Defisiensi Besi (ADB) dan Cara Mengatasinya
Kesehatan AnakRentang Kemampuan Fokus Anak Sesuai Usianya
Kesehatan AnakSetelah MPASI Tidak Boleh Minum ASI, Benarkah? Ini Kata Dokter Anak!
Kesehatan AnakLakukan Pertolongan Pertama pada Bayi Tersedak!
Kesehatan Anak- Lihat Semua