Bayi Menangis Karena Alergi? Kenali Ciri-ciri Alergi Susu Sapi pada Bayi
- Ditulis oleh Tim Tentang Anak
- Ditinjau oleh dr. Ganda Ilmana, Sp.A
Menangis merupakan cara bayi untuk mengkomunikasikan apa yang dirasakannya. Ada banyak penyebab si bayi menangis. Bisa jadi ia merasa lapar, mengantuk, menyampaikan bahwa ia buang air, juga tidak merasa nyaman.
Salah satu lagi penyebab bayi menangis adalah alergi. Apakah si Kecil yang berusia 0-4 bulan sering rewel atau menangis tanpa sebab yang jelas? Apakah intensitas menangisnya lebih dari 3 jam setiap harinya dan atau terjadi selama lebih dari 3 hari per minggu dalam seminggu terakhir? Apakah dia menangis dengan kedua kaki dan tangan terangkat ke atas perut?
AyBun, jika bayi menangis hingga berjam-jam dan sulit untuk dibujuk, kemungkinan bayi mengalami kolik. Sering disebut sebagai sindrom 4 bulan, sebab kolik biasanya terjadi pada bayi berusia 2 minggu sampai dengan 4 bulan.
Meskipun belum diketahui pasti penyebab utamanya, sejumlah studi menunjukkan bahwa sebagian bayi mengalami kolik karena alergi protein susu sapi. Tubuh bayi kesulitan mencerna protein susu sapi yang menyebabkan ia menjadi kembung, nyeri perut, ataupun sulit buang air besar (BAB). Hal ini lah yang membuat ia menjadi lebih rewel.
Alergi sendiri merupakan reaksi hipersensitivitas, yang merupakan gejala klinis pada diri seorang anak akibat terkena paparan zat tertentu – yang pada anak lainnya justru dapat ditoleransi.
Banyak faktor yang menyebabkan bayi mengalami alergi terhadap protensi susu sapi. Pertama, faktor genetik. Kedua, terpapar bahan alergi. Ketiga, terpengaruh faktor lainnya seperti polusi udara, asap rokok, hewan peliharaan, hingga cuaca.
Bayi yang mengalami kolik bisa menangis beberapa menit, kemudian menangis lagi dan sulit untuk ditenangkan. Kedua kaki dan tangan bayi terangkat ke atas perutnya, tangannya mengepal, wajahnya kemerahan. Biasanya tangisan bayi yang kolik sering terjadi di saat malam menjelang saatnya tidur.
Gejala lainnya yang mendukung dugaan bahwa si Kecil mengalami alergi susu sapi, ia menunjukkan ruam pada kulit, khususnya pada kulit bagian wajah. Kulit pipi bayi yang mengalami kolik terlihat seperti bersisik.
Kemudian, hidung bayi berair, perut berbunyi, dan sering buang angin. Pada beberapa kasus, bayi yang mengalami kolik juga menderita BAB cair, berlendir, dan kadang disertai darah.
Jika AyBun menemukan gejala tersebut pada si Kecil kesayangan, maka AyBun perlu memperhatikan beberapa hal. Yang pertama adalah waktu menangis si Kecil. Apakah dia menangis setelah atau sebelum makan, atau hanya di saat malam hari saja?
AyBun juga dapat mengecek kembali, apakah terdapat riwayat alergi pada keluarga? Sebab, riwayat alergi pada keluarga bisa meningkatkan risiko kemungkinan anak mengalami alergi pula.
Untuk memeriksa apakah bayi AyBun mengalami alergi, Aybun dapat membuka pakaiannya dan memeriksa apakah ada ruam atau kemerahan pada kulitnya. Bisa juga dengan memeriksa gejala yang menyertai tangis bayi seperti demam, muntah, atau juga diare.
Langkah selanjutnya adalah perhatikan makanan yang dikonsumsi sang ibu. Sebab, ibu yang menyusui akan turut menyalurkan nutrisi yang dikonsumsinya kepada bayi melalui air susu ibu (ASI). Cek, adakah dalam beberapa saat sebelumnya ibu mengonsumsi jenis-jenis makanan yang mungkin mengandung alergen semisal susu sapi, yogurt, mentega, atau keju?
Tips Mengatasi Kolik
Tidak perlu panik apabila si Kecil diidentifikasi mengalami kolik. AyBun dapat mengikuti langkah-langkah berikut ini.
Pertama, pastikan AyBun tenang dan cepat tanggap menanggapi kebutuhan si Kecil apabila ia menangis. Perhatikan jenis tangisannya. Apakah ia haus? Mengantuk? Popok penuh? Kepanasan? Atau ingin bermain?
Kedua, perhatikan apa yang dikonsumsi bayi. Jika ia meminum ASI, maka AyBun sebaiknya menghindari mengonsumsi susu sapi dan makanan olahannya seperti yoghurt, mentega, keju, dan penganan lain yang mengandung susu. Jika memang penyebabnya alergi susu sapi, bayi akan jauh berkurang rewelnya.
Jika bayi meminum susu formula, maka diskusikan dengan dokter apakah susu anak yang diberikan kepada bayi hipoalergenik dan/atau bebas protein susu sapi. Beberapa produk formula hipoalergenik sehingga dapat dikonsumsi bayi untuk sementara.
Ketiga, AyBun dapat melakukan pijat kepada bayi dan tummy time secara rutin.
Keempat, bedong bayi agar ia merasa aman dan hangat.
Kelima, ciptakan lingkungan yang nyaman untuk membantu bayi tertidur dengan nyenyak. AyBun dapat menggendong dan mengayun-ayunnya secara perlahan dengan suara ritmik yang menyenangkan. Redupkan lampu ruangan dan jauhkan dari suara bising dan berisik.
Keenam, konsultasikan ke dokter untuk mengonfirmasi anak mengalami alergi susu sapi, lactose intolerance, atau infeksi pencernaan.
Jika AyBun menemukan gejala anak tidak dapat ditenangkan dengan cara apapun, menolak atau tidak mengisap kuat saat menyusu, muntah, penurunan berat badan, muncul tanda dehidrasi, penurunan kesadaran, maka sebaiknya AyBun segera membawa si Kecil ke dokter.
Foto:
www.pexels.com
Sumber:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7909757/#!po=18.0233
https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/mengenali-alergi-susu-sapi-pada-anak
https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/kolik-pada-bayi-bagian-1
dr. Ganda Ilmana, Sp.A
Artikel Terkait
Lihat SemuaAnak Diare Boleh Minum Susu? Intip Jawabannya Di Sini
Kesehatan Anak5 Kebiasaan Bayi Baru Lahir dan Cara Mengatasinya
BayiMilestone Perkembangan Anak Menurut CDC & AAP Beserta Pembaruannya
BayiPopok Kain vs Popok Sekali Pakai, Mana yang Lebih Baik?
BayiCara Gendong Bayi yang Benar Sesuai Usia
Bayi- Lihat Semua