Ciri-ciri Anak Autis

Ciri-Ciri Anak Autis yang Bisa Dideteksi Sejak Dini

  • Ditulis oleh Tim Tentang Anak
  • Ditinjau oleh dr. Jennie Dianita, Sp.A

Autisme atau Autism Spectrum Disorder (ASD) merupakan gangguan perkembangan pada otak anak yang menyebabkan komunikasi dan interaksi sosial anak bermasalah. Pengidap autisme kemungkinan akan mengalami masalah juga pada cara belajar, bergerak, atau memperhatikan.

Menurut WHO, autisme terjadi pada 1 dari 100 anak di dunia. Penyebabnya pun belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang bisa memunculkan autisme pada anak. Misalnya, riwayat autisme di keluarga, kelainan genetik, dan kelahiran prematur. 

Gangguan ini tidak bisa disembuhkan. Namun, AyBun dapat memberikan anak pengidap autisme dengan sejumlah terapi sedini mungkin agar membantu si kecil menyesuaikan dengan lingkungannya. Lantas, bagaimana cara mendeteksi anak penderita autisme sedini mungkin? Berikut adalah caranya.

Apa Itu Autisme?

Lebih jelasnya, gangguan spektrum autisme adalah gangguan neurologis dan perkembangan yang mempengaruhi cara seseorang berinteraksi dengan orang lain. Autisme dapat didiagnosis pada usia berapa pun, tetapi gejala umumnya muncul pada 2 tahun pertama dalam kehidupan.

Autisme juga memiliki spektrum yang luas. Gangguan ini memiliki variasi dalam jenis dan tingkat keparahan gejala yang dialami oleh pengidap. Meskipun autisme adalah gangguan seumur hidup, penanganan yang tepat dapat membantu pengidap autisme untuk berkembang . 

Maka dari itu, American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan agar semua anak menerima skrining untuk autisme. Cara ini dilakukan supaya dapat mengetahui adanya gangguan autisme pada anak sedini mungkin pada usia 18 hingga 24 bulan. 

Ciri-Ciri Anak Autis

Dikutip dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) ada beberapa ciri-ciri anak autisme yang dapat diketahui AyBun. Gejala-gejala ini dapat dikenali ketika anak berinteraksi dan melakukan aktivitasnya, Seperti:

1. Adanya gangguan dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial

Keterampilan untuk berinteraksi dan komunikasi menjadi tantangan bagi anak pengidap autisme. Contoh yang dapat terlihat dari kesulitan berinteraksi terkait dengan autisme dapat mencakup:

  • Menghindari kontak mata
  • Tidak menanggapi nama pada usia 9 bulan
  • Tidak menunjukkan ekspresi wajah seperti senang, sedih, marah, dan terkejut pada usia 9 bulan
  • Tidak memainkan permainan interaktif sederhana pada usia 12 bulan
  • Tidak menunjukkan gerakan atau hanya sedikit pada usia 12 bulan (misalnya tidak melambaikan tangan) 
  • Tidak berbagi minat dan kesukaan dengan orang lain pada usia 15 bulan (misalnya menunjukkan AyBun objek mainan yang anak sukai)
  • Tidak menunjukkan AyBun sesuatu yang menarik pada usia 18 bulan 
  • Tidak bisa merasakan perasaan orang lain (misalnya ketika orang lain sedih atau terluka)
  • Tidak memerhatikan anak lain dan tidak tertarik untuk bermain bersama pada usia 36 bulan
  • Tidak berpura-pura menjadi orang lain seperti menjadi guru, pahlawan super, ataupun dokter pada usia 48 bulan
  • Tidak menyanyi, menarik, atau berakting pada usia 60 bulan

2. Perilaku yang repetitif 

Selain dari cara komunikasi dan interaksi anak, gejala autisme dapat terdeteksi dari perilaku atau minat anak yang tampaknya tidak biasa. Contohnya dalam kehidupan sehari-hari adalah mencakup berikut ini:

  • Menjajarkan mainan atau benda lain dan menjadi kesal apabila susunan diubah
  • Mengulangi kata atau frasa berulang-ulang
  • Bermain dengan mainan dengan cara yang sama
  • Sangat fokus pada bagian objek (misalnya roda)
  • Marah apabila terjadi perubahan kecil
  • Memiliki minat obsesif
  • Harus mengikuti rutinitas tertentu
  • Mengepakkan tangan, mengayunkan tubuh atau memutar diri dalam lingkaran
  • Memiliki reaksi yang tidak biasa terhadap suara, bau, rasa, tampilan, atau perasaan

3. Gangguan pada perkembangan

Anak pengidap autisme memiliki karakteristik terkait lainnya. Ini mungkin termasuk:

  • Keterampilan bahasa atau berbicara yang tertunda
  • Keterampilan gerakan yang tertunda
  • Keterampilan kognitif atau belajar yang tertunda
  • Perilaku hiperaktif, impulsif, dan/atau lalai
  • Epilepsi atau gangguan kejang
  • Kebiasaan makan dan tidur yang tidak biasa
  • Masalah gastrointestinal (misalnya, sembelit)
  • Suasana hati atau reaksi emosional yang tidak biasa
  • Kecemasan, stres, atau kekhawatiran yang berlebihan
  • Kurang atau lebih banyak rasa takut dari yang diharapkan

Namun, perlu diketahui bahwa anak dengan autisme mungkin tidak memiliki semua ciri-ciri tersebut, atau hanya beberapa saja. Tetapi, apabila anak telah menunjukkan gejala di atas, pastikan untuk membawanya ke layanan kesehatan agar mendapat pendeteksian dini. 

Apa Penyebab Autisme?

Sampai saat ini, tidak ada yang tahu penyebab dari autisme. Tetapi, gangguan autisme bisa dapat berasal dari masalah pada bagian otak yang menafsirkan masukan sensorik dan proses bahasa. 

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), autisme tidak hanya dari satu penyebab. Melainkan ada beberapa faktor yang membuat seorang anak sangat mungkin menderita autisme, yaitu faktor lingkungan, biologis, dan genetik.

Secara spesifik, faktor penyebab anak-anak berisiko lebih besar untuk mengembangkan autisme adalah sebagai berikut:

  • Memiliki saudara kandung dengan autisme
  • Memiliki kondisi genetik atau kromosom tertentu
  • Mengalami komplikasi saat lahir
  • Terlahir dari orang tua yang lebih tua

Bagaimana Menangani Anak Autis yang Terdeteksi Sejak Dini?

Hal penting yang harus AyBun ketahui adalah autisme tidak dapat disembuhkan. Namun, ada banyak penanganan yang bisa membuat anak dengan penyandang autisme dapat menyesuaikan kehidupan sehari-hari.

Tindakan penanganan setiap spektrum autisme tentunya berbeda-beda. Oleh karena itu, AyBun perlu diagnosis terlebih dahulu sebelum melakukan terapi. Berikut adalah beberapa penanganan terapi yang mungkin dapat diberikan:

1. Terapi perilaku dan komunikasi

Terapi yang satu ini dilakukan untuk membantu anak pengidap autisme memiliki kemampuan dasar sehari-hari, baik verbal dan non verbal. Beberapa contohnya adalah berikut ini:

  • Analisis perilaku terapan pada anak 12–48 bulan untuk membantu anak dengan pengidap autisme berperilaku positif. 
  • Terapi wicara dan bahasa akan membantu meningkatkan pemahaman anak pengidap autisme terhadap percakapan dan bahasa. 
  • Terapi okupasi yang akan membantu pengidap autisme memiliki keterampilan hidup sehari-hari.
  • Terapi integrasi sensori, membantu meningkatkan respons terhadap input sensorik yang mungkin membatasi atau berlebihan. 

2. Pendekatan sosial

Pendekatan sosial membantu pengidap autisme memiliki keterampilan sosial dan membangun ikatan emosional. Pendekatan sosial ini dilakukan oleh orang tua dan keluarga anak pengidap autisme.

3. Pengobatan

Tidak ada obat yang mampu mengobati autisme. Melainkan ada beberapa obat yang dapat mengatasi beberapa gejalanya agar membantu anak dengan autisme berfungsi lebih baik. Misalnya, obat untuk mengatur ketidakmampuan untuk fokus, kecemasan atau depresi, masalah tidur, dan lainnya.

AyBun perlu melakukan konsultasi dengan dokter yang berpengalaman dengan autisme apabila ingin memberikan anak obat. Dokter juga perlu bekerja sama untuk memantau kemajuan dan efek samping dari pengobatan yang diberikan.

Itulah informasi mengenai ciri-ciri anak autis dan penanganan yang perlu diberikan. Anak dengan autisme sama seperti anak pada umumnya, mereka tetap membutuhkan kasih sayang dan ketulusan dari orang tua dan keluarganya.

Dengan penanganan yang tepat, anak pengidap autisme dapat tumbuh dan berkembang seperti anak normal lainnya. Jadi, apabila si kecil menunjukan gejala autisme, sebaiknya AyBun langsung lakukan diagnosis dengan dokter agar diberikan penanganan sejak dini!

Foto: Freepik

Sumber:

https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/autism-spectrum-disorders 

https://www.aap.org/en/patient-care/autism/ 

https://www.cdc.gov/ncbddd/autism/signs

https://www.cdc.gov/ncbddd/autism/facts 

Artikel Terkait

Lihat Semua