Ini Frekuensi Normal BAB pada Bayi Baru Lahir dalam Sehari, Catat!
- Ditulis oleh Tim Tentang Anak
- Ditinjau oleh dr. Natharina Yolanda Sp.A
Sebagai orang tua baru, memahami pola buang air besar (BAB) bayi adalah bagian penting dari merawat si Kecil. Meskipun terlihat sepele, pola BAB bisa menjadi indikator kesehatan bayi, terutama pada minggu-minggu pertama kehidupannya.
Artikel ini akan membantu AyBun memahami apa yang dianggap normal, faktor yang mempengaruhi frekuensi BAB, hingga kapan harus mencari bantuan medis.
Mekonium dan Transisi BAB
Dalam 24–48 jam pertama setelah lahir, bayi akan mengeluarkan mekonium. Mekonium adalah feses pertama bayi yang berwarna hijau tua hingga hitam, lengket, dan menyerupai tar. Mekonium menandakan bahwa saluran pencernaan bayi berfungsi dengan baik.
Setelah periode ini, pola BAB bayi mulai bertransisi. Feses bayi yang mengkonsumsi ASI akan berubah menjadi kuning dengan tekstur yang lebih lembut, sementara bayi yang diberi susu formula cenderung memiliki feses yang lebih padat dengan warna hijau atau cokelat kekuningan.
Frekuensi BAB pada Bayi Baru Lahir
Usia 0–6 Minggu
Pada fase ini, kebanyakan bayi BAB 2–5 kali per hari, bahkan ada yang BAB setiap kali selesai menyusu. Hal ini wajar terjadi karena ASI mengandung nutrisi yang mudah dicerna, sehingga pencernaan bayi bekerja lebih sering.
Bayi yang diberi susu formula biasanya BAB lebih jarang, tetapi tetap dalam kisaran normal sebanyak 1–4 kali sehari. Jika bayi AyBun tampak nyaman dan fesesnya lunak, tidak perlu khawatir meskipun frekuensinya sedikit lebih rendah dibandingkan bayi yang diberi ASI.
Usia 6 Minggu–3 Bulan
Setelah usia 6 minggu, frekuensi BAB bayi cenderung menurun. Beberapa bayi hanya BAB sekali sehari, bahkan ada yang BAB hanya sekali dalam seminggu. Kondisi ini masih dianggap normal selama bayi tetap sehat, berat badannya bertambah, dan fesesnya lunak.
Penurunan frekuensi ini disebabkan oleh efisiensi saluran pencernaan bayi yang mulai berkembang. ASI diserap hampir sepenuhnya oleh tubuh, sehingga menghasilkan lebih sedikit sisa untuk dibuang.
Baca Juga: Jenis-Jenis BAB Anak yang Perlu Diwaspadai
Faktor yang Mempengaruhi Frekuensi BAB
1. Jenis Asupan
Bayi yang mengkonsumsi ASI cenderung BAB lebih sering dibandingkan bayi yang diberi susu formula. ASI juga menghasilkan feses yang lebih lunak dan berwarna kuning. Di sisi lain, susu formula dapat menghasilkan feses yang lebih padat dan kadang berwarna hijau.
2. Usia Bayi
Bayi yang lebih muda biasanya lebih sering BAB karena saluran pencernaan mereka masih berkembang. Seiring waktu, pola BAB menjadi lebih jarang dan teratur.
3. Respons Tubuh Bayi
Setiap bayi memiliki pola BAB yang unik. Ada bayi yang BAB dengan cepat setelah menyusu, sementara yang lain memerlukan waktu lebih lama.
Tanda-Tanda Masalah pada Pola BAB
1. Diare
Diare pada bayi ditandai dengan feses yang cair dan lebih sering dari biasanya. Jika diare berlangsung lebih dari satu hari, segera konsultasikan dengan dokter karena bayi rentan terhadap dehidrasi. Tanda-tanda dehidrasi meliputi:
- Bibir dan mulut kering
- Tidak buang air kecil selama lebih dari 6 jam
- Mata atau ubun-ubun terlihat cekung
- Bayi tampak lemas
2. Sembelit
Sembelit jarang terjadi pada bayi yang hanya mengkonsumsi ASI. Namun, jika bayi mengalami feses yang keras, jarang BAB, atau tampak kesakitan saat BAB, ini bisa menjadi tanda sembelit. AyBun bisa membantu bayi dengan:
- Melakukan pijatan lembut pada perut bayi
- Menggerakkan kaki bayi seperti gerakan mengayuh sepeda untuk merangsang pencernaan
Jika sembelit tidak membaik, konsultasikan dengan dokter.
3. Warna dan Tekstur Feses yang Tidak Normal
Feses bayi yang sehat biasanya berwarna kuning, hijau, atau cokelat, dengan tekstur yang lunak. Namun, beberapa kondisi tertentu bisa menjadi tanda masalah, seperti:
- Feses berwarna putih atau abu-abu: Bisa mengindikasikan masalah pada hati atau pencernaan.
- Feses hitam (bukan mekonium): Bisa menjadi tanda perdarahan di saluran pencernaan bagian atas.
- Feses berdarah: Biasanya akibat iritasi atau retakan di anus, tetapi jika darah terus muncul, segera konsultasikan dengan dokter.
Manfaat Memantau Pola BAB Bayi
Memantau frekuensi dan karakteristik BAB bayi dapat membantu AyBun memastikan bahwa bayi menerima asupan yang cukup dan berada dalam kondisi sehat.
Bayi yang mendapatkan cukup ASI biasanya memiliki pola BAB yang lebih teratur. Selain itu, pola BAB juga dapat menjadi indikator keberhasilan menyusui, terutama pada minggu-minggu pertama.
Jika si Kecil tampak jarang BAB, sulit buang air kecil, atau berat badannya tidak naik, segera temui dokter atau konsultan laktasi.
Baca Juga: 15 Rekomendasi Buku Anak yang Edukatif dan Menarik
Kapan Harus Mencari Bantuan Medis?
Konsultasikan dengan dokter jika si Kecil menunjukkan tanda-tanda berikut:
- Tidak BAB selama lebih dari seminggu, terutama jika fesesnya keras atau bayi tampak kesakitan.
- Diare yang berlangsung lebih dari 24 jam.
- Feses yang mengandung darah atau berwarna tidak normal.
- Bayi tampak lemas, sulit menyusu, atau menunjukkan tanda dehidrasi.
Kesimpulan
Frekuensi BAB bayi baru lahir sangat bervariasi, mulai dari beberapa kali sehari hingga sekali seminggu. Pola ini dipengaruhi oleh usia dan jenis asupan yang diterima bayi. Selama bayi tumbuh dengan baik, tidak perlu khawatir jika pola BABnya berbeda dengan bayi lain.
Namun, sebagai orang tua, penting untuk memahami tanda-tanda yang tidak normal pada pola BAB bayi. Dengan memantau frekuensi, warna, dan tekstur feses bayi, AyBun dapat memastikan bahwa si Kecil mendapatkan asupan yang cukup dan berada dalam kondisi sehat.
Jika ada kekhawatiran, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter.