anak-pemarah-sulit-diatur

Anak Pemarah Sulit Diatur? Cek 5 Faktor Penyebabnya

  • Ditulis oleh Tim Tentang Anak
  • Ditinjau oleh Grace Eugenia Sameve, M.A, M.Psi

Seiring dengan bertambahnya usia,  si Kecil biasanya akan semakin sering merasakan dan mengekspresikan berbagai jenis pengalaman emosi di kesehariannya, termasuk pengalaman emosi marah.

Biasanya, emosi marah muncul ketika si Kecil tidak mendapatkan apa yang diinginkan, dilarang melakukan sesuatu, diminta melakukan hal yang tidak diinginkan dan ketika kesulitan melakukan suatu hal padahal sudah berusaha.

Tak jarang, situasi-situasi ini melibatkan orang lain, termasuk orang tua. Oleh sebab itu, sangat mungkin emosi yang marah muncul karena tindakan/ucapan orang tua, misalnya larangan.

Studi 2022 menunjukkan 5 penyebab anak pemarah yang cenderung sulit diatur, yakni:

  1. Orang tuda tidak konsisten menerapkan disiplin
  2. Orang tua yang depresi atau pencemas
  3. Disiplinkan anak dengan hukuman-hukuman
  4. Pasangan suami istri komunikasi tidak baik
  5. Orang tua tidak kompak dalam menetapkan aturan

Sehingga pentingnya AyBun sebagai orang tua harus belajar meregulasi emosinya sendiri dan menerapkan konsisten disiplin yang positif. Kemudian tak jarang pertanyaan di bawah ini sering ditanyakan AyBun

‘Memang anak boleh marah dengan orang tuanya?’

Penting untuk mengingat bahwa emosi marah yang anak tunjukkan karena perilaku orang tuanya BELUM TENTU menandakan sikap durhaka anak karena pengalaman emosi, termasuk emosi marah, dapat muncul karena berbagai situasi tidak menyenangkan yang melibatkan siapapun, termasuk orang tua. 

Di saat yang sama, bukan berarti juga anak boleh kurang ajar atau menunjukkan perilaku agresif, baik verbal maupun perilaku, terhadap orang tua.

Saat anak marah, pastikan AyBun:

1. Tidak ikut ‘emosi’ berlebihan dan berperilaku kasar

Walaupun si Kecil meluapkan amarahnya tanpa sebab dan memicu Ayah Bunda juga menjadi kesal, sebisa mungkin Ayah Bunda dapat menahan dengan cara mencoba menghela napas dan mencerna proses marah beberapa saat.

2. Cari tahu faktor penyebab anak marah

Misalnya apakah ia marah karena mainannya rusak? Tidak paham dengan instruksi AyBun? Atau sulit menerima keputusan yang Aybun buat?

3. Validasi pengalaman anak dan beri batasan 

“Kakak masih kesal ya karena… Kita coba  atur nafas ya Kak supaya…”

“Ayah tahu Kakak marah karena… Tapi tetap bukan berarti boleh pukul Adik ya” 

4. Jika anak marah karena kesalahan yang AyBun perbuat, jangan ragu untuk meminta maaf

Ingatkan diri bahwa kita, walaupun sebagai orang tua, merupakan manusia biasa yang tak jarang melakukan kekeliruan/kesalahan. Selain itu, sebagai salah satu agen sosial pertama dan utama yang memiliki pengaruh besar pada anak. Melalui perilaku AyBun, anak belajar bagaimana cara untuk mengakui kesalahan, meminta maaf dan menunjukkan upaya untuk terus belajar agar menjadi lebih baik.

Foto: Photo by Pexels 

Sumber:

https://www.nhs.uk/mental-health/children-and-young-adults/advice-for-parents/help-your-child-with-anger-issues/

https://childmind.org/article/angry-kids-dealing-with-explosive-behavior/

https://www.yalemedicine.org/conditions/anger-issues-in-children-and-teens#:~:text=For%20children%2C%20anger%20issues%20often,is%20a%20contributor%20as%20well.

Artikel Terkait

Lihat Semua