10-jenis-KB-paling-efektif

Kenali Jenis KB yang Paling Efektif Cegah Kehamilan di Sini

  • Ditulis oleh Tim Tentang Anak
  • Ditinjau oleh dr. Darrell Fernando, Sp.OG

Bunda pastinya pernah mendengar slogan “Dua Anak Cukup” milik Program Keluarga Berencana (KB), bukan? KB merupakan program pemerintah untuk menciptakan keluarga sejahtera dengan membatasi angka kelahiran. 

Kesejahteraan keluarga erat kaitannya dengan perencanaan kehamilan. Sebab, membesarkan anak akan membutuhkan kesiapan ekonomi, mental, pemahaman tentang pola asuh, dan masih lain sebagainya. Dengan membatasi jumlah anak di dalam keluarga, pemerintah mengharapkan munculnya keluarga kecil yang hidup dengan sejahtera. 

Selain untuk membatasi kelahiran, KB juga memiliki manfaat lain seperti mencegah penyakit menular seksual. Nah, bagi pasutri yang ingin menggunakan KB, perlu mengetahui KB yang paling aman dan efektif. Untuk lebih jelasnya, yuk, simak jenis-jenis KB berikut ini!

Jenis KB untuk Mencegah Kehamilan

Saat ini, ada banyak jenis KB yang bisa Bunda gunakan sesuai kebutuhan. Beberapa KB dapat bersifat mencegah sementara ataupun mencegah permanen. KB dapat bekerja dengan hormon sintetis yang mirip dengan hormon alami perempuan, atau juga dengan alat bantuan. Masing-masing KB juga memiliki tingkat efektivitas yang berbeda-beda.

1. Pil KB 

Pil merupakan salah satu jenis KB yang paling umum digunakan. Pil KB yang beredar di pasaran mengandung kombinasi hormon atau hormon progesteron saja. Dua jenis pil KB ini sama-sama efektif dalam mencegah terjadinya pembuahan. Pil KB juga bisa dikonsumsi oleh ibu menyusui tanpa khawatir akan mengganggu produksi dan kualitas ASI yang dihasilkan. 

Pil KB umumnya terdiri atas 21–35 pil yang harus dikonsumsi secara rutin dalam satu siklus atau secara berkelanjutan. Pil KB harus diminum secara rutin dan teratur agar dapat bekerja dengan baik. Untuk efektivitas, pil KB dapat mencegah kehamilan hingga 91%.

Beberapa efek samping yang mungkin terjadi setelah mengonsumsi pil KB adalah mual, pendarahan vagina di luar siklus menstruasi, volume darah menstruasi yang lebih sedikit, hingga penurunan libido. Biasanya, efek samping ini dapat mereda beberapa bulan setelah mengonsumsi pil KB. 

2. Suntik KB

Seperti namanya, suntik KB adalah jenis KB yang diberikan dengan menyuntikkan hormon progesteron ke aliran darah. Suntik KB bisa dilakukan di puskesmas atau rumah sakit terdekat. Suntik KB yang paling sering digunakan adalah suntik 1 bulan dan 3 bulan. Jenis KB ini diyakini ampuh mencegah kehamilan hingga 96%.

Jenis KB ini dapat menjadi solusi untuk Bunda yang tidak ingin meminum pil KB setiap hari. Satu kali suntik hormon KB dapat mencegah kehamilan 2–3,5 bulan, sehingga Bunda tidak perlu repot mengingat jadwal minum obat seperti pil KB. Namun, penyuntikkan harus dilakukan secara rutin dan teratur agar suntik KB dapat bekerja secara efektif.

Efek samping yang perlu diwaspadai setelah suntik KB adalah menstruasi tidak teratur, naiknya berat badan, serta beberapa masalah kesehatan seperti sakit kepala, jerawat, mual, hingga nyeri tulang.

3. Kondom

Kondom adalah salah satu jenis KB yang juga banyak digunakan oleh masyarakat. Selain harganya terjangkau, kondom juga mudah didapatkan baik di apotek, minimarket atau supermarket. 

Kondom berbentuk seperti kantung elastis yang dipasang pada alat kelamin laki-laki untuk menampung sperma. Saat digunakan, sperma tidak akan keluar dari kantung dan mencegah terjadinya pembuahan pada indung telur. 

Efektivitas kondom dalam mencegah kehamilan mencapai 82%–98%. Namun, kondom juga berisiko besar mengalami kebocoran. Di samping mencegah kehamilan, kondom juga bermanfaat untuk mencegah infeksi menular seksual.

4. Senggama Terputus

Selain menggunakan obat dan alat, Bunda juga bisa menerapkan KB secara alami. Salah satu jenis KB alami ini adalah senggama terputus. Pilihan KB ini cocok bagi Bunda yang tidak cocok dengan alat kontrasepsi yang ada. Senggama terputus juga dilakukan untuk menghindari efek samping dari alat kontrasepsi.

Senggama terputus dilakukan jika pasangan suami istri ingin melakukan hubungan badan tanpa memicu kehamilan. Cara ini dilakukan dengan mengeluarkan penis dari vagina ketika akan ejakulasi. Agar bekerja efektif, suami perlu mengontrol diri dan memperkirakan waktu untuk menarik penisnya.

Meski demikian, cara ini tidak seefektif alat kontrasepsi. Senggama terputus hanya ampuh mencegah kehamilan sebesar 78–96%. Bunda dapat melakukan senggama terputus dengan kondom. Namun, cara ini tidaklah menguras biaya dan juga tanpa risiko efek samping.

5. Kalender

Jenis KB lainnya yang juga dilakukan secara alami adalah KB kalender. Cara ini memanfaatkan pencatatan siklus menstruasi untuk menghitung masa subur. Cara kalender bisa digunakan untuk menunda ataupun merencanakan kehamilan. 

Dalam melakukan KB kalender, Bunda perlu melacak riwayat menstruasi untuk memperkirakan masa ovulasi. Untuk hasil yang lebih efektif, dibutuhkan ketekunan untuk pencatatan yang lebih akurat. Maka dari itu, keberhasilan metode kalender dalam mencegah kehamilan berkisar dari 76% hingga 98%. 

Karena bersifat alami, KB kalender tidak memiliki efek samping. Namun, walaupun ampuh mencegah kehamilan, KB kalender tidak mampu melindungi Bunda dan pasangan dari kemungkinan infeksi menular seksual.

6. IUD Hormonal

Intrauterine device (IUD) yang juga disebut KB spiral adalah alat kontrasepsi berbentuk huruf T yang dipasang di rahim untuk mencegah kehamilan. KB IUD terbagi menjadi 2, yaitu IUD hormonal dan IUD Copper T

IUD hormonal adalah jenis KB yang dibuat untuk menghasilkan hormon progesteron sintetis. Jenis KB ini dapat memicu munculnya lendir pada serviks, sehingga sperma kesulitan masuk ke dalam rahim. IUD hormonal juga mampu menipis dinding rahim yang seharusnya menebal saat terjadi ovulasi. Cara ini ampuh menghalangi sperma dalam membuahi sel telur.

Maka dari itu, IUD hormonal efektif mencegah kehamilan hingga mencapai 99,2%. Terlepas dari tingginya persentase keberhasilan tersebut, ada beberapa efek samping yang perlu diperhatikan, seperti menstruasi yang tidak teratur pada pemakaian di bulan pertama, kram perut hebat selama menstruasi, hingga periode menstruasi yang lebih singkat.

7. IUD Copper T (Nonhormonal)

Bentuk lainnya dari KB IUD adalah IUD Copper T. Berbeda dengan IUD hormonal, IUD Copper T termasuk ke dalam KB nonhormonal dengan adanya lilitan tembaga pada alat kontrasepsi berbentuk T tersebut. 

Tembaga pada IUD Copper T akan menghasilkan zat yang akan memicu peradangan di dalam rahim, serta merusak sel sperma dan telur sebelum berhasil bertemu. Oleh dari itu, IUD Copper T menjadi salah satu jenis KB yang paling ampuh dalam mencegah kehamilan, yaitu mencapai 99,8%. 

IUD Copper T juga memiliki beberapa efek samping setelah pemakaian. Beberapa di antaranya adalah nyeri saat pemakaian, nyeri panggul yang parah, demam tanpa alasan, keputihan kotor, dan sebagainya.

8. Diafragma

Jika kita mengenal kondom sebagai alat yang digunakan laki-laki, perempuan juga memiliki alat yang mirip seperti kondom, yaitu diafragma. Jenis KB ini berbentuk seperti cangkir yang terbuat dari karet atau silikon. Diafragma berperan sebagai penutup leher rahim untuk memblokir masuknya sperma.

Diafragma hanya dipasang saat akan berhubungan seksual. Nantinya, diafragma akan dimasukkan ke dalam vagina dengan menggunakan spermisida. Bunda harus berhati-hati saat menggunakan diafragma karena rentan bergeser jika didorong terlalu keras. Dokter akan mengajarkan terlebih dahulu cara memasang diafragma sebelum Bunda bisa memasangnya sendiri.

Tingkat keberhasilan diafragma dalam mencegah kehamilan mencapai 92–96% jika digunakan dengan benar. Jangan lupa untuk melepaskan diafragma setelah berhubungan badan karena alat ini tidak boleh berada di dalam tubuh selama lebih dari 24 jam.

9. KB Implan

Jenis KB implan merupakan salah satu alat kontrasepsi hormonal. Dikenal juga dengan nama susuk, alat ini berbentuk seperti tabung seukuran korek api yang ditanam ke lengan bagian atas. Implan yang ditanam akan melepaskan hormon progesteron untuk mencegah terjadinya kehamilan.

KB implan yang dipakai dengan benar dapat mencegah kehamilan selama 3 tahun sejak pertama kali dipasang. Namun, kemungkinan hamil dapat meningkat jika Bunda terus menggunakan KB implan selama 3 tahun tanpa diganti. Bunda perlu mengingat tanggal pemasangan dan kapan waktu untuk menggantinya.

Efektivitas KB implan dalam mencegah kehamilan sangatlah tinggi, yaitu mencapai 99,9%. Namun, KB implan juga memiliki efek samping, seperti siklus menstruasi yang tidak teratur, berat badan bertambah, sakit kepala, jerawat, dan sebagainya.

10. Sterilisasi

Jenis KB yang terakhir adalah sterilisasi. Metode kontrasepsi ini termasuk metode paling efektif untuk mencegah kehamilan secara permanen. Cara ini dipilih oleh pasangan yang tidak ingin memiliki keturunan lagi. KB steril terbagi menjadi dua jenis, yaitu implan tuba (non-operasi), serta ligasi tuba (operasi). Laki-laki juga bisa melakukan sterilisasi melakui vasektomi. 

Sterilisasi menjadi metode kontrasepsi paling efektif untuk mencegah kehamilan dengan tingkat keberhasilan mencapai 99,9%. Sterilisasi juga tidak akan mengganggu hormon tubuh, siklus menstruasi, ataupun libido. 

Namun, kehamilan bisa terjadi jika Bunda terdeteksi hamil ketika melangsungkan prosedur sterilisasi. Pemasangan implan tuba yang tidak benar juga bisa menjadi penyebabnya. Potensi  kehamilan di luar rahim pun dapat terjadi karena sterilisasi yang tidak dilakukan dengan benar.

Demikian macam-macam KB yang paling aman untuk Bunda pilih. Bunda juga bisa berdiskusi dengan suami perihal KB yang akan diambil. Dengan merencanakan kehamilan melalui KB, Bunda dapat mempersiapkan diri dalam menyambut kedatangan sang buah hati. Jangan lupa untuk berkonsultasi dengan dokter terkait KB yang akan digunakan, ya!

Foto: Designed by pexels.com

Sumber:

https://www.nhs.uk/conditions/contraception/when-contraception-after-baby/

https://www.cdc.gov/reproductivehealth/contraception/index.htm

https://www.healthline.com/health/healthy-sex/how-effective-is-birth-control#quick-comparison

http://kidshealth.org/teen/sexual_health/contraception/bc_chart.html

Ditinjau oleh:

dr. Darrell Fernando, Sp.OG

Artikel Terkait

Lihat Semua