
ertambahnya usia ternyata membuat bayi tidur lebih sedikit. Buat jadwal aktivitas untuk membuat tidurnya lebih teratur.&nbsp; 

Pola Tidur

Kesehatan Anak

Tidur merupakan aktivitas yang diperlukan untuk menunjang tumbuh kembang bayi. Tidur juga penting untuk kesehatan bayi dan perkembangan sistem imun. Meskipun demikian, tidak jarang didapatkan gangguan tidur pada bayi yang kemudian berdampak juga pada mood dan pola tidur orangtua.&nbsp;
Oleh karena itu penting untuk mengetahui penyebab bayi susah dan cara mengatasinya. Selain itu, Ayah Bunda perlu juga mengetahui bagaimana cara menidurkan bayi agar tidur lebih nyenyak.&nbsp;
<h2>Pola Tidur Normal Pada Bayi</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/1689162766.jpg" />
Sebelum menggali lebih dalam faktor penyebab bayi susah tidur, Ayah Bunda perlu menyadari bayi memiliki pola dan kebutuhan tidur yang berbeda dengan anak besar atau orang dewasa. Siklus tidur bayi terbagi menjadi beberapa tahap sebagai berikut:
Fase 1 : mengantuk (drowsiness), bayi mulai jatuh tidur
Fase 2 : tidur aktif atau rapid eye movement (REM). Pada tahap ini muncul hentakan pada tangan, kaki, dan tampak gerakan bola mata meskipun kelopak mata terpejam. Bayi juga dapat mengalami episode periodic breathing, yaitu berhenti bernapas 5-10 detik, lalu disusul napas cepat selama 10-15 detik, dan kemudian bernapas reguler.
Fase 3 : light sleep, yaitu bayi tampak tidak terlalu aktif dan pola napas menjadi makin reguler. Ini merupakan peralihan ke fase tidur dalam.
Fase 4 : tidur dalam atau non-rapid eye movement (NREM). Pada tahap ini bayi lebih sulit dibangunkan.&nbsp;
&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
Bayi baru lahir memiliki pola REM dan NREM yang seimbang. Ketika sedang dalam fase REM, bayi mudah terbangun akibat rangsangan dari luar. Oleh karena itu, durasi tidur dalam 1 siklus umumnya pendek, berkisar 1-2 jam, meskipun kebutuhan tidur dalam sehari masih tinggi. Seiring waktu, yaitu sekitar usia 6 bulan durasi REM akan menurun, sedangkan NREM lebih dominan bayi dapat memiliki pola tidur yang lebih teratur. Pada malam hari, bayi dapat bangun beberapa kali, tetapi kembali tidur dalam beberapa menit.
<h2>Faktor Penyebab Bayi Susah Tidur</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/1689162818.jpg" />
Sejumlah faktor dapat menjadi penyebab masalah tidur pada bayi, baik dari faktor bayi sendiri, maupun faktor lingkungan.&nbsp;
<h3>1. Genetik&nbsp;</h3>
Beberapa penelitan menunjukan bahwa ekspresi gen, yaitu gen 5-HTTLPR turut berpengaruh ke pola perilaku dan durasi tidur pada batita. Bayi dengan masalah alergi yang sifatnya diturunkan (atopi), seperti dermatitis atopik, asma, dan rinitis alergi juga sering dilaporkan mengalami masalah tidur. Namun, dampak genetik atopi umumnya bersifat tidak langsung.
<h3>2. Perilaku orangtua atau pengasuh</h3>
Pola pengasuhan orangtua dan tingkat pengetahuan terkait pola tidur yang sehat berpengaruh signifikan ke pola tidur anak. Orangtua yang paham mengenai sleep hygiene dan pentingnya menghindari screen time sebelum tidur dapat menuntun anak untuk membangun kebiasaan tidur yang baik. Selain itu, faktor psikologis orangtua juga turut berperan. Orangtua yang depresi hingga cenderung melakukan kekerasan menyebabkan anak mudah mengalami masalah tidur.
<h3>3. Masalah medis dan gangguan tidur</h3>
Banyak masalah medis yang bisa mengganggu tidur anak, misal alergi (dermatitis atopik, asma), gangguan perkembangan (autisme, palsi serebral), dan infeksi. Selain itu, gangguan tidur, misal parasomnia, obstructive sleep apnea (napas berhenti saat tidur), juga dapat menyebabkan durasi tidur memendek, perubahan siklus tidur, dan membuat anak lebih sering terbangun di malam hari.
<h3>4. Kebiasaan dan lingkungan tidur&nbsp;</h3>
Kebiasaan tidur yang baik perlu ditanamkan sejak bayi, termasuk membuat rutinitas tidur, membuat jadwal tidur dan bangun yang rutin, tidak makan minum menjelang tidur, menghindari aktivitas fisik aktif sebelum tidur, menghindari screen time sebelum tidur, dan hanya menggunakan kasur untuk tidur saja. Lingkungan tidur juga perlu diperhatikan, misal harus tenang dan cenderung redup. Bila kebiasaan tidur sejak masa bayi buruk, umumnya akan terbawa hingga usia anak dan remaja nantinya.&nbsp;
<h2>Cara Mengatasi Bayi Susah Tidur&nbsp;</h2>
Jika bayi mengalami masalah tidur, sejumlah cara berikut ini dapat dicoba.&nbsp;
<h3>1. Kenali tanda bayi mengantuk pada bayi&nbsp;</h3>
Beberapa bayi menangis atau tampak rewel ketika mengantuk. Perilaku lain yang juga sering dilakukan adalah menggosok mata, telinga, dan menunjukkan pandangan kosong. Bayi umumnya mudah ditidurkan ketika ia mulai menunjukkan tanda-tanda tersebut.
<h3>2. Susun jadwal yang teratur&nbsp;</h3>
Bayi tidur lebih baik bila jadwal tidur dan bangun bersifat teratur. Tidur siang juga perlu diperhatikan karena bila frekuensi atau durasi terlalu pendek, risiko kelelahan dan gangguan tidur pada bayi meningkat.
<h3>3. Buat rutinitas tidur&nbsp;</h3>
Rutinitas tidur berupa kegiatan sebelum tidur yang bersifat menenangkan. Hal ini dapat berupa mandi sebelum tidur, dan membacakan buku. Pada bayi di atas 6 bulan, hindari menjadikan proses menyusui atau makan menjadi rutinitas tidur.&nbsp;&nbsp;
<h3>4. Pastikan lingkungan tidur konsisten</h3>
Bayi perlu dibiasakan untuk tidur di tempat dan suasana tidur yang sama setiap malam. Pastikan juga kamar tidur cenderung gelap, dingin, dan tenang.&nbsp;
<h3>5. Baringkan bayi di kasur saat bayi mulai mengantuk</h3>
Setelah melakukan rutinitas sebelum tidur dan bayi menunjukkan tanda mengantuk, segera baringkan bayi di kasur meskipun belum sepenuhnya tertidur. Hal ini akan mendorong bayi untuk belajar self soothing dan tidur sendiri. Bila bayi sudah mampu mengembangkan self soothing, ia dapat tidur kembali dengan cepat ketika terbangun di malam hari.&nbsp;
Bila dengan berbagai cara di atas masalah tidur belum dapat diatasi, perlu dipikirkan kemungkinan anak sedang mengalami masalah medis, seperti kolik, refluks, dll yang mengganggu sehingga perlu konsultasi lebih lanjut dengan dokter anak.&nbsp;
Yuk, pantau waktu tidur bayi di aplikasi Tentang Anak pada menu Sleep Tracker! Ayah Bunda bisa mencatat dan melihat riwayat si Kecil tidur apakah sudah optimal atau perlu ditingkatkan kualitasnya!
&nbsp;
Foto: Freepik
Sumber:
https://www.nationwidechildrens.org/specialties/sleep-disorder-center/sleep-in-infants
https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/sleep/Pages/phases-of-sleep.aspx
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7915148/

Penyebab Bayi Susah Tidur dan Cara Mengatasinya


bayi mulai belajar menggunakan koordinasi dengan kedua tangannya, tetapi beberapa dari Ayah Bunda masih ada yang melarang anak menggerakan tangan kiri untuk mengambil atau meletakan benda. Ternyata hal tersebut dapat menghambat perkembangan otak, kok bisa? Yuk, simak artikel di bawah ini

Perkembangan

Sejak zaman dahulu, masyarakat seringkali memiliki keyakinan yang kuat terkait dengan tangan yang dominan. Tangan kanan sering kali dipandang sebagai tangan yang paling baik dan diutamakan, sedangkan tangan kiri sering kali dianggap sebagai tangan yang 'kurang'. 
Meskipun kita hidup di zaman yang semakin modern, pandangan ini masih bertahan. Bahkan, beberapa orang tua sering kali berusaha keras untuk melarang anak-anak mereka menggunakan tangan kiri. Namun, apakah benar-benar tepat untuk melarang anak-anak menggunakan tangan kiri?
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi mengapa melarang anak-anak menggunakan tangan kiri bukanlah pendekatan yang bijak. Sebaliknya, kita akan melihat mengapa penting untuk membiarkan anak-anak mengembangkan kedua tangan mereka dengan seimbang.
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/64ee758f-349b3368-c0ab-40f9-928d-0a345e792626.jpg" />
Pernahkah Ayah dan Bunda khawatir saat si Kecil tiba-tiba memegang sebuah benda dengan tangan kirinya? padahal biasanya ia sudah mampu menggunakan tangan kanan.
Sebelum usia 2 tahun pada umumnya anak belum memiliki dominasi tangan, sehingga si Kecil sering menggunakan kedua tangannya secara acak saat melakukan sesuatu, seperti:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Meraih mainan dengan tangan kanan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bersalaman dengan tangan kiri</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menunjuk dengan tangan kiri</li>
</ul>
Jika terjadi hal-hal tersebut, sebaiknya AyBun tidak perlu melarang anak ketika ia menggunakan tangan kirinya. Kira-kira apa alasannya ya?
Ternyata penggunaan tangan kiri dan tangan kanan tidak luput dari peran salah satu organ tubuh kita, yaitu otak. Otak adalah pusat sistem saraf yang berperan penting dalam mengendalikan tubuh sehingga manusia dapat melakukan berbagai aktivitas di sepanjang hidup.&nbsp;
Otak terbagi menjadi dua bagian, yaitu otak kanan dan otak kiri yang bekerja berkebalikan dengan posisinya.&nbsp;
Otak kanan mengendalikan sisi kiri tubuh manusia yang dianggap lebih baik untuk mengerjakan tugas-tugas yang berkaitan dengan kreativitas.
Sedangkan otak kiri mengendalikan sisi kanan tubuh, dan dianggap lebih baik untuk mengerjakan tugas-tugas yang melibatkan logika, bahasa, dan pemikiran analitis.
Melarang si Kecil menggunakan tangan kiri dapat menghambat perkembangan otak, lho Bun.. karena kecerdasan anak agar berkembang secara optimal diperlukan adanya keseimbangan antara otak kanan dan otak kiri. Melatih keseimbangan otak kanan dan otak kiri dapat dimulai dari stimulasi gerakan fungsional kedua tangan anak secara rutin.
<h2>Berikut 3 Ide Stimulasi Gerakan Fungsional Kedua Tangan Anak</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/64ee74da-7c4991bb-2aab-45a3-a51c-bca03e686204.jpg" />
<h3>1. Meraih Mainan</h3>
Posisikan anak tengkurap atau duduk menghadap AyBun
Minta anak meraih mainan yang dipegang AyBun mulai dari depan, samping kanan dan samping kiri.
Posisikan mainan di sebelah kanan dan kiri secara bergantian, agar ia mau meraihnya dengan tangan kanan lalu tangan kiri
<h3>2. Menggenggam 2 Bola</h3>
Sediakan beberapa bola dengan ukuran kecil agar mudah digenggam anak
Instruksikan anak untuk mengambil 1 bola dengan tangan kanan dan 1 bola dengan tangan kiri.
Jika kesulitan AyBun dapat mencontohkannya terlebih dahulu atau memandu anak
<h3>3. Bermain Tepuk Tangan</h3>
Nyalakan lagu favorit anak dan arahkan untuk bertepuk tangan sesuai irama
Ulangi sampai berhasil sesuai irama
Jika sudah bisa, tambahkan tantangan dengan mengajarkan ia tepuk tangan dengan cepat.
Agar perkembangan otak si Kecil tidak terhambat, jangan lupa coba lakukan ide stimulasi kedua tangannya ya Ayah Bunda! Untuk cari ide aktivitas yang lebih menarik dan beragam, mulai dari ide sensori, DIY, pra calistung, dan stimulasi dua bahasa.
Yuk, gunakan fitur Ide Permainan di aplikasi Tentang Anak.
&nbsp;
Foto: Freepik
Sumber:
<h2>https://journals.plos.org/plosbiology/article?id=10.1371/journal.pbio.1001767&nbsp;</h2>
<h2>https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32066321/&nbsp;</h2>
<h2>https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23231501/</h2>

Jangan Larang Anak Pakai Tangan Kiri, Perkembangan Otak Anak Terhambat

Tahukah AyBun jika anak yang tidur kurang dari 9 jam per hari berisiko mengalami penurunan kecerdasan! Kok bisa? Tidur adalah masa penting pada anak dimana berperan pada pertumbuhan, perkembangan otak dan pemeliharaan daya tahan tubuh. Alasan Tidur Cukup Penting untuk Kecerdasan Anak Tidur yang kurang dari waktu yang direkomendasikan berisiko

Tahukah AyBun jika anak yang tidur kurang dari 9 jam per hari berisiko mengalami penurunan kecerdasan! Kok bisa?
Tidur adalah masa penting pada anak dimana berperan pada pertumbuhan, perkembangan otak dan pemeliharaan daya tahan tubuh.&nbsp;
<h2>Alasan Tidur Cukup Penting untuk Kecerdasan Anak</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/650197af-531c084f-01cd-4be1-9d71-abca97b527e6.jpg" />
Tidur yang kurang dari waktu yang direkomendasikan berisiko mengganggu perkembangan volume otak, termasuk bagian otak yang mengatur fokus, daya sosioemosional, dan ingatan anak. Dengan kata lain, kurang tidur bisa mengganggu perkembangan kecerdasan anak.
Berbeda dengan orang dewasa yang membutuhkan waktu tidur hingga 8 jam sehari, si Kecil masih memerlukan tidur selama 12 jam &ndash;15 jam setiap harinya. Namun, apakah semakin lama durasi tidur maka semakin baik? TIDAK JUGA.&nbsp;
Durasi tidur anak disesuaikan menurut usianya yaitu seperti dalam tabel ini.&nbsp;
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">0-3 bulan: 14-17 jam (termasuk tidur siang)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Usia 4-12 bulan: 12-16 jam (termasuk tidur siang)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Usia 1-2 tahun: 11-14 jam (termasuk tidur siang)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Usia 3-5 tahun: 10-13 jam (termasuk tidur siang)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Usia 6-12 tahun: 9-12 jam</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Usia 13-18 tahun: 8-10 jam</li>
</ul>
Lalu, kalau si Kecil masih sering terbangun malam, bagaimana cara membuat si Kecil tidur nyenyak.
<h2>Tips Membuat Bayi Tidur Nyenyak</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/650197ea-fcd5c7a8-882d-474f-a2c2-93e4a2a43cb8.jpg" />
Bayi baru lahir belum mengetahui kapan dan berapa lama mereka harus tidur. Bayi perlu belajar untuk mengenali waktu tidur yang tepat. Di sinilah peran Bunda untuk membantu menerapkan pola tidur yang sehat. Hal-hal berikut ini akan membantu bayi dapat tidur dengan nyenyak:
<h3>1. Kenali Penyebab Anak Terbangun</h3>
Anak dapat terbangun di malam hari karena berbagai alasan. Bunda perlu mengenali penyebabnya agar bisa menerapkan solusi yang tepat. Beberapa alasan bayi terbangun di malam hari adalah lapar, kembung, dan juga alergi.
<h3>2. Lakukan Sleep Hygiene</h3>
Sleep hygiene atau kebersihan tidur merupakan rutinitas tidur yang baik agar mendapatkan tidur yang cukup dan berkualitas. Bayi yang berusia 2 bulan sudah bisa diajarkan tidur secara teratur di jam yang telah ditentukan. Menerapkan sleep hygiene dapat menjadi salah satu cara agar bayi dapat tidur nyenyak pada jam-jam tertentu.
Berikut langkah yang dapat Ayah Bunda lakukan dalam membiasakan sleep hygiene adalah:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Biasakan bayi tidur di jam dan tempat yang sama setiap harinya</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Usahakan kamar tidur bayi hanya untuk istirahat dan tidak dipakai untuk kegiatan lain seperti bermain</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Buat rutinitas sebelum tidur, seperti menggosok gigi, minum susu, atau membaca cerita</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kebiasaan tidur siang dan tidur malam harus dibuat dalam kondisi yang tenang, nyaman, serta terjadwal, baik jam tidur hingga waktu bangunnya</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Hindari mengonsumsi makanan berat sebelum tidur</li>
</ul>
<h3>3. Atur Rutinitas untuk Tidur yang Lebih Nyenyak</h3>
Cara berikutnya agar bayi dapat tidur nyenyak adalah dengan membuat rutinitas harian yang baik, mulai dari durasi bermain hingga pola makan. Cara ini bermanfaat agar bayi lebih mudah tertidur. Adapun kebiasaan yang bisa Bunda terapkan pada bayi adalah:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Cukupi waktu bermain aktif anak di luar rumah lebih 30 menit/hari</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Beberapa jam sebelum jam tidurnya, ajak anak bermain untuk menghabiskan energi dan membuat tubuhnya lelah</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Batasi konsumsi makanan atau minuman manis dan berkafein</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Hindari paparan screen time dari gadget pada malam hari</li>
</ul>
<h3>4. Konsisten</h3>
Anak dapat menerapkan rutinitas tidur nyenyak dan teratur sendiri jika sudah dibiasakan secara konsisten. Di sinilah peran orang tua untuk membantu anak melaksanakan rutinitas tersebut. Misalnya, ketika menerapkan sleep hygiene, pastikan anak selalu dibangunkan di jam yang sama setiap harinya.&nbsp;
Sebagai contoh, jika anak harus bangun setiap jam 7 pagi, Bunda dapat membangunkan anak dengan membuka gorden, mengelus lembut tubuh anak, dan panggil namanya dengan lembut. Cara ini bermanfaat untuk menghindari waktu tidur yang terlalu lama, yang dapat berakibat pada anak tidak mengantuk di jam tidur selanjutnya.
Nah, itulah cara agar bayi tidur nyenyak di rumah yang bisa Bunda lakukan untuk sang buah hati. Membiasakan langkah-langkah di atas sejak dini tentunya akan berguna untuk mendisiplinkan kebiasaan anak di masa depan. 
Dari kebiasaan tidur nyenyak dan teratur, manfaat tidur lainnya untuk bayi akan berdampak baik pada kesehatannya.&nbsp;
 Foto: Freepik
Sumber:
Tham EK, Schneider N, Broekman BF. Infant sleep and its relation with cognition and growth: a narrative review. Nature and science of sleep. 2017 May 15:135-49
Yang FN, Xie W, Wang Z. Effects of sleep duration on neurocognitive development in early adolescents in the USA: a propensity score matched, longitudinal, observational study. The Lancet Child &amp; Adolescent
https://publications.aap.org/aapnews/news/6630/AAP-endorses-new-recommendations-on-sleep-times?autologincheck=redirected

Anak Tidur Kurang Dari 9 Jam, Berisiko Penurunan Kecerdasan?

Seiring dengan bertambahnya usia, si Kecil biasanya akan semakin sering merasakan dan mengekspresikan berbagai jenis pengalaman emosi di kesehariannya, termasuk pengalaman emosi marah. Biasanya, emosi marah muncul ketika si Kecil tidak mendapatkan apa yang diinginkan, berikut 5 faktor anak pemarah dan sulit diatur di sini


Psikologi Anak

Parenting

Seiring dengan bertambahnya usia,&nbsp; si Kecil biasanya akan semakin sering merasakan dan mengekspresikan berbagai jenis pengalaman emosi di kesehariannya, termasuk pengalaman emosi marah.
Biasanya, emosi marah muncul ketika si Kecil tidak mendapatkan apa yang diinginkan, dilarang melakukan sesuatu, diminta melakukan hal yang tidak diinginkan dan ketika kesulitan melakukan suatu hal padahal sudah berusaha.
Tak jarang, situasi-situasi ini melibatkan orang lain, termasuk orang tua. Oleh sebab itu, sangat mungkin emosi yang marah muncul karena tindakan/ucapan orang tua, misalnya larangan.
Studi 2022 menunjukkan 5 penyebab anak pemarah yang cenderung sulit diatur, yakni:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Orang tuda tidak konsisten menerapkan disiplin</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Orang tua yang depresi atau pencemas</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Disiplinkan anak dengan hukuman-hukuman</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pasangan suami istri komunikasi tidak baik</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Orang tua tidak kompak dalam menetapkan aturan</li>
</ol>
Sehingga pentingnya AyBun sebagai orang tua harus belajar meregulasi emosinya sendiri dan menerapkan konsisten disiplin yang positif. Kemudian tak jarang pertanyaan di bawah ini sering ditanyakan AyBun
&lsquo;Memang anak boleh marah dengan orang tuanya?&rsquo;
Penting untuk mengingat bahwa emosi marah yang anak tunjukkan karena perilaku orang tuanya BELUM TENTU menandakan sikap durhaka anak karena pengalaman emosi, termasuk emosi marah, dapat muncul karena berbagai situasi tidak menyenangkan yang melibatkan siapapun, termasuk orang tua.&nbsp;
Di saat yang sama, bukan berarti juga anak boleh kurang ajar atau menunjukkan perilaku agresif, baik verbal maupun perilaku, terhadap orang tua.
Saat anak marah, pastikan AyBun:
<h3>1. Tidak ikut &lsquo;emosi&rsquo; berlebihan dan berperilaku kasar</h3>
Walaupun si Kecil meluapkan amarahnya tanpa sebab dan memicu Ayah Bunda juga menjadi kesal, sebisa mungkin Ayah Bunda dapat menahan dengan cara mencoba menghela napas dan mencerna proses marah beberapa saat.
<h3>2. Cari tahu faktor penyebab anak marah</h3>
Misalnya apakah ia marah karena mainannya rusak? Tidak paham dengan instruksi AyBun? Atau sulit menerima keputusan yang Aybun buat?
<h3>3. Validasi pengalaman anak dan beri batasan&nbsp;</h3>
&ldquo;Kakak masih kesal ya karena&hellip; Kita coba&nbsp; atur nafas ya Kak supaya&hellip;&rdquo;
&ldquo;Ayah tahu Kakak marah karena&hellip; Tapi tetap bukan berarti boleh pukul Adik ya&rdquo;&nbsp;
<h3>4. Jika anak marah karena kesalahan yang AyBun perbuat, jangan ragu untuk meminta maaf</h3>
Ingatkan diri bahwa kita, walaupun sebagai orang tua, merupakan manusia biasa yang tak jarang melakukan kekeliruan/kesalahan. Selain itu, sebagai salah satu agen sosial pertama dan utama yang memiliki pengaruh besar pada anak. Melalui perilaku AyBun, anak belajar bagaimana cara untuk mengakui kesalahan, meminta maaf dan menunjukkan upaya untuk terus belajar agar menjadi lebih baik.
&nbsp;
Foto: Photo by Pexels&nbsp;
Sumber:
https://www.nhs.uk/mental-health/children-and-young-adults/advice-for-parents/help-your-child-with-anger-issues/
https://childmind.org/article/angry-kids-dealing-with-explosive-behavior/
https://www.yalemedicine.org/conditions/anger-issues-in-children-and-teens#:~:text=For%20children%2C%20anger%20issues%20often,is%20a%20contributor%20as%20well.

Anak Pemarah Sulit Diatur? Cek 5 Faktor Penyebabnya

Proses pengeluaran kotoran yang dihasilkan sistem pencernaan dibuang melalui anus saat defekasi atau BAB, umumnya BAB dilakukan 1 atau dua kali sehari. Jika terjadi masalah pencernaan biasanya dapat ditandai dengan warna feses yang berbeda. Yuk, kenali warna-warna feses untuk mengetahui kondisi kesehatan pencernaan di sini.

Pencernaan

Masalah Kesehatan

Proses mengeluarkan kotoran dari dalam tubuh merupakan salah satu bagian dari kesehatan pencernaan, bila si Kecil sulit buang air besar atau BAB akan mengeluarkan warna yang tidak seperti biasanya, hal ini bisa jadi ada yang kurang sehat pada proses pencernaan.&nbsp;
Umumnya anak akan mengeluarkan fese atau BAB 1 sampai dua kali sehari. Jika lebih atau kurang dari itu mungkin akan ada tanda atau gejala yang terjadi pada kesehatannya baik atau tidak. Untuk itu yuk, kenali warna BAB anak yang dikategorikan berbahaya!
<h2>3 Warna Feses Anak yang Berbahaya</h2>
<h3>1. Feses berwarna putih seperti dempul</h3>
Kotoran warna ini memang jarang ditemui, tetapi jika Ayah Bunda melihat si Kecil BAB dengan warna ini kemungkinan gangguan yang serius pada saluran empedu bayi. Sehingga perlu hubungi dokter atau kunjungi fasilitas kesehatan terdekat.
<h3>2. Feses berwarna merah</h3>
Jika anak mengeluarkan feses berwarna merah perlu dilihat lebih lanjut apakah merah bercampur lendir yang artinya ada pertanda penyakit saluran cerna. Namun, jika berwarna merah segar seperti darah dan menetes: pertanda kelainan usus, perdarahan, atau luka di daerah anus.
<h3>3. Feses berwarna hitam</h3>
Pada beberapa kondisi perubahan warna feses yang hitam disebabkan karena warna darah yang berubag di dalam usus. Ayah Bunda perlu memeperhatikan kondisi si Kecil bila:
- Tidak hilang setelah bayi berusia 5 hari adalah tanda bahaya pada bayi baru lahir
- Warna hitam seperti teh atau kopi adalah pertanda perdarahan pada kerongkongan dan lambung
Lalu, seperti apa warna feses yang normal pada bayi?
<h2>Warna Feses Normal pada Bayi</h2>
- Hitam: pada bayi usia 2 sampai 3 hari
- Kuning: pada bayi ASI
- Kehijauan: pada bayi susu formula
- Coklat: pada bayi MPASI
Warna tinja juga dipengaruhi saluran empedu dan hati
Jika AyBun menemukan kelainan pada warna BAB anak dan/atau disertai:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kenaikan BB tidak adekuat atau berlebih</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Perut tampak kembung</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Nyeri perut</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Diare lebih 3 hari</li>
</ul>
Segera bawa anak ke fasilitas kesehatan!
Itulah warna feses anak yang penting untuk AyBun agar memastikan si Kecil dalam kondisi sehat atau tidak. Hal ini tentunya berhubungan dengan asupan gizi yang dimiliki anak. Dari warna feses Ayah Bunda bisa langsung melihat hasil kotoran yang terlihat, sehingga jika anak mengalami suatu masalah di dalam sistem pencernaannya, maka kondisi itu tidak menimbulkan dampak yang besar.
Yuk, Ayah Bunda pastikan si kecil dapat asupan zat besi yang cukup dengan ASI atau susu dan beragam makanan di atas! Bila Ayah Bunda khawatir jangan ragu untuk menghubungi dokter lewat Tanya Ahli Premium di aplikasi Tentang Anak. Unduh dan gunakan aplikasi Tentang Anak sekarang untuk mendampingi Ayah Bunda dalam mengasuh si Kecil.
Foto: www.unsplash.com
Sumber:
https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/warna-tinja-apakah-berhubungan-dengan-penyakit

3 Warna BAB Anak yang Termasuk Berbahaya!

Berat badan bayi yang tidak sesuai dengan usianya dapat menjadi indikasi masalah kesehatan. Ketahui berat badan bayi 3 bulan yang normal di artikel ini.

Newborn

Bayi

Pertumbuhan

Tinggi badan bayi adalah salah satu parameter pertumbuhan yang paling penting untuk diperhatikan oleh orangtua dan dokter. Pertumbuhan tinggi badan bayi yang sehat adalah indikator utama kesehatan mereka. Melalui artikel ini, kita akan membahas mengenai tinggi badan bayi dan panduan berdasarkan standar World Health Organization (WHO) yang telah diakui secara internasional.
Menurut World Health Organization (WHO), tinggi badan bayi laki-laki lebih panjang dari bayi perempuan.
<h2><img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/64e058c3-acbfc4c6-0a5a-4d89-aeb4-3162983bdffe.jpg" /></h2>
Tinggi badan bayi adalah ukuran dari jarak vertikal dari kepala hingga tumit bayi. Pengukuran ini digunakan sebagai salah satu cara untuk menilai pertumbuhan bayi. Biasanya, tinggi badan bayi diukur dalam satuan sentimeter (cm) atau inci (inches). Pengukuran ini penting karena pertumbuhan yang sehat adalah indikator utama kesehatan bayi. Bayi yang tumbuh dengan baik cenderung memiliki tinggi badan yang sesuai untuk usia mereka.
<h2>Standar Pertumbuhan WHO</h2>
World Health Organization (WHO) telah mengembangkan standar pertumbuhan bayi yang dikenal sebagai WHO Child Growth Standards. Standar ini adalah hasil dari penelitian yang luas dan mencakup data pertumbuhan anak-anak dari berbagai latar belakang etnis dan geografis. Standar pertumbuhan WHO memberikan panduan yang kuat untuk mengevaluasi apakah seorang bayi tumbuh dengan baik atau tidak.
Standar pertumbuhan WHO mencakup grafik pertumbuhan berdasarkan usia dan jenis kelamin. Ini memungkinkan dokter dan orangtua untuk membandingkan pertumbuhan bayi dengan bayi sebaya mereka. Dengan mengikuti standar ini, kita dapat mengidentifikasi masalah pertumbuhan lebih awal dan mengambil tindakan yang sesuai.
<h2>Tips Jika Tinggi Badan Bayi Tidak Sesuai Target</h2>
Jika tinggi badan bayi tidak sesuai dengan ukuran tinggi badan yang normal, maka dokter anak akan mengevaluasi dan memberikan rekomendasi tergantung pada penyebabnya. Berikut beberapa tindakan yang dapat diambil jika tinggi badan bayi tidak sesuai dengan ukuran berat badan yang normal:
<h3>1. Lakukan Pemeriksaan Kesehatan</h3>
Bawa si kecil ke dokter untuk dilakukan pemeriksaan kesehatan. Bisa jadi tinggi badan yang tidak tumbuh sesuai usia disebabkan oleh penyakit atau masalah kesehatan mendasar yang dapat mempengaruhi pertumbuhan bayi.
<h3>2. Tambah Frekuensi Minum Susu</h3>
Salah satu cara untuk meningkatkan tinggi badan bayi adalah menambah frekuensi pemberian ASI atau susu formula (atas seijin dokter) agar bayi mendapatkan nutrisi yang cukup untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.
<h3>3. Berikan Makanan Padat</h3>
Jika bayi sudah memasuki usia 4 hingga 6 bulan serta telah memenuhi syarat kesiapan makan, dokter anak dapat merekomendasikan pemberian makanan pendamping ASI atau MPASI agar bayi mendapatkan nutrisi yang lebih banyak.
&nbsp;
<h2>Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tinggi Badan Bayi</h2>
Tinggi badan bayi dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk:
<h3>1. Faktor Genetik</h3>
Genetik memainkan peran penting dalam menentukan tinggi badan seorang bayi. Bayi cenderung memiliki tinggi badan yang serupa dengan orangtua mereka. Namun, genetik hanya satu bagian dari cerita ini, dan faktor lain juga memiliki pengaruh.
<h3>2. Gizi</h3>
Asupan gizi yang mencukupi sangat penting untuk pertumbuhan tinggi badan yang baik. Bayi yang menerima nutrisi yang cukup akan memiliki peluang yang lebih baik untuk mencapai tinggi badan yang sesuai dengan potensinya.
<h3>3. Kesehatan Umum</h3>
Kesehatan umum bayi juga dapat mempengaruhi pertumbuhan mereka. Penyakit kronis atau masalah kesehatan tertentu dapat memperlambat pertumbuhan. Oleh karena itu, penting untuk menjaga kesehatan bayi secara keseluruhan.
<h3>4. Lingkungan</h3>
Lingkungan tempat bayi tinggal juga dapat memainkan peran dalam pertumbuhan mereka. Faktor seperti paparan polusi udara atau air yang tidak sehat dapat memengaruhi pertumbuhan.
Oleh karena itu, selalu pantau kenaikan dan BB serta TB per bulannya ya, serta jangan ragu untuk memeriksakan kepada dokter anak tersayang!
Berikut ini adalah tabel rerata tinggi badan bayi berdasarkan usia menurut WHO. Akan tetapi, Aybun harus ingat bahwa kecepatan pertumbuhan setiap bayi dapat saja berbeda, dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk usia kehamilan, berat lahir, dan panjang badannya.
<h2>Tabel Tinggi Badan Bayi Perempuan</h2>
<table style="border-collapse: collapse; width: 100%;" border="1">
<tbody>
<tr>
<td style="width: 24.7934%;">
Usia
</td>
<td style="width: 35.2066%;">
Berat
</td>
<td style="width: 39.9174%;">
Panjang
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.7934%;">
Lahir
</td>
<td style="width: 35.2066%;">
2.3 - 4.4 kg
</td>
<td style="width: 39.9174%;">
44.7 - 53.6 cm
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.7934%;">
1 Bulan
</td>
<td style="width: 35.2066%;">
3.0 - 5.7 kg
</td>
<td style="width: 39.9174%;">
49.0 - 58.2 cm
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.7934%;">
2 Bulan
</td>
<td style="width: 35.2066%;">
3.8 - 6.9 kg
</td>
<td style="width: 39.9174%;">
52.3 - 61.7 cm
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.7934%;">
3 Bulan
</td>
<td style="width: 35.2066%;">
4.4 - 7.8 kg
</td>
<td style="width: 39.9174%;">
54.9 - 64.8 cm
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.7934%;">
4 Bulan
</td>
<td style="width: 35.2066%;">
4.8 - 8.6 kg
</td>
<td style="width: 39.9174%;">
57.1 - 67.1 cm
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.7934%;">
5 Bulan
</td>
<td style="width: 35.2066%;">
5.2 - 9.2 kg
</td>
<td style="width: 39.9174%;">
58.9 - 69.1 cm
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.7934%;">
6 Bulan
</td>
<td style="width: 35.2066%;">
5.5 - 9.7 kg
</td>
<td style="width: 39.9174%;">
60.5 - 71.1 cm
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.7934%;">
7 Bulan
</td>
<td style="width: 35.2066%;">
5.8 - 10.2 kg
</td>
<td style="width: 39.9174%;">
62.0 - 72.6 cm
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.7934%;">
8 Bulan
</td>
<td style="width: 35.2066%;">
6.0 - 10.6 kg
</td>
<td style="width: 39.9174%;">
63.2 - 74.4 cm
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.7934%;">
9 Bulan
</td>
<td style="width: 35.2066%;">
6.2 - 11.0 kg
</td>
<td style="width: 39.9174%;">
64.5 - 75.7 cm
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.7934%;">
10 Bulan
</td>
<td style="width: 35.2066%;">
6.4 - 11.3 kg
</td>
<td style="width: 39.9174%;">
65.5 - 77.2 cm
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.7934%;">
11 Bulan
</td>
<td style="width: 35.2066%;">
6.6 - 11.7 kg
</td>
<td style="width: 39.9174%;">
67.1 - 78.5 cm
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.7934%;">
12 Bulan
</td>
<td style="width: 35.2066%;">
6.8 - 12.0 kg
</td>
<td style="width: 39.9174%;">
68.1 - 80.0 cm
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.7934%;">
15 Bulan
</td>
<td style="width: 35.2066%;">
7.3 - 12.9 kg
</td>
<td style="width: 39.9174%;">
71.1 - 83.8 cm
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.7934%;">
18 Bulan
</td>
<td style="width: 35.2066%;">
7.8 - 13.8 kg
</td>
<td style="width: 39.9174%;">
73.9 - 87.4 cm
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.7934%;">
21 Bulan
</td>
<td style="width: 35.2066%;">
8.2 - 14.6 kg
</td>
<td style="width: 39.9174%;">
76.5 - 90.7 cm
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.7934%;">
24 Bulan
</td>
<td style="width: 35.2066%;">
8.7 - 15.5 kg
</td>
<td style="width: 39.9174%;">
79.0 - 94.0 cm
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.7934%;">
27 Bulan
</td>
<td style="width: 35.2066%;">
9.2 - 16.4 kg
</td>
<td style="width: 39.9174%;">
80.5 - 96.0 cm
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.7934%;">
30 Bulan
</td>
<td style="width: 35.2066%;">
9.6 - 17.3 kg
</td>
<td style="width: 39.9174%;">
82.5 - 98.8 cm
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.7934%;">
33 Bulan
</td>
<td style="width: 35.2066%;">
10.0 - 18.1 kg
</td>
<td style="width: 39.9174%;">
84.3 - 101.6 cm
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.7934%;">
36 Bulan
</td>
<td style="width: 35.2066%;">
10.4 - 19.0 kg
</td>
<td style="width: 39.9174%;">
86.1 - 103.9 cm
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.7934%;">
4 Tahun
</td>
<td style="width: 35.2066%;">
11.8 - 22.6 kg
</td>
<td style="width: 39.9174%;">
92.7 - 112.8 cm
</td>
</tr>
</tbody>
</table>
&nbsp;
<h2>Tabel TinggiTingg Badan Bayi Laki-laki</h2>
<table style="border-collapse: collapse; width: 100%;" border="1">
<tbody>
<tr>
<td style="width: 24.5455%;">
Usia
</td>
<td style="width: 34.9587%;">
Berat
</td>
<td style="width: 40.4132%;">
Panjang
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.5455%;">
Lahir
</td>
<td style="width: 34.9587%;">
2.3 - 4.6 kg
</td>
<td style="width: 40.4132%;">
45.5 - 54.4 cm
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.5455%;">
1 Bulan
</td>
<td style="width: 34.9587%;">
3.2 - 6.0 kg
</td>
<td style="width: 40.4132%;">
50.3 - 59.2 cm
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.5455%;">
2 Bulan
</td>
<td style="width: 34.9587%;">
4.1 - 7.4 kg
</td>
<td style="width: 40.4132%;">
53.8 - 63.0 cm
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.5455%;">
3 Bulan
</td>
<td style="width: 34.9587%;">
4.8 - 8.3 kg
</td>
<td style="width: 40.4132%;">
56.6 - 66.3 cm
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.5455%;">
4 Bulan
</td>
<td style="width: 34.9587%;">
5.4 - 9.1 kg
</td>
<td style="width: 40.4132%;">
58.9 - 68.6 cm
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.5455%;">
5 Bulan
</td>
<td style="width: 34.9587%;">
5.8 - 9.7 kg
</td>
<td style="width: 40.4132%;">
61.0 - 70.9 cm
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.5455%;">
6 Bulan
</td>
<td style="width: 34.9587%;">
6.1 - 10.2 kg
</td>
<td style="width: 40.4132%;">
62.5 - 72.6 cm
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.5455%;">
7 Bulan
</td>
<td style="width: 34.9587%;">
6.4 - 10.7 kg
</td>
<td style="width: 40.4132%;">
64.0 - 74.2 cm
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.5455%;">
8 Bulan
</td>
<td style="width: 34.9587%;">
6.7 - 11.1 kg
</td>
<td style="width: 40.4132%;">
65.5 - 75.7 cm
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.5455%;">
9 Bulan
</td>
<td style="width: 34.9587%;">
6.9 - 11.4 kg
</td>
<td style="width: 40.4132%;">
66.8 - 77.2 cm
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.5455%;">
10 Bulan
</td>
<td style="width: 34.9587%;">
7.1 - 11.8 kg
</td>
<td style="width: 40.4132%;">
68.1 - 78.5 cm
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.5455%;">
11 Bulan
</td>
<td style="width: 34.9587%;">
7.3 - 12.1 kg
</td>
<td style="width: 40.4132%;">
69.1 - 80.0 cm
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.5455%;">
12 Bulan
</td>
<td style="width: 34.9587%;">
7.5 - 12.4 kg
</td>
<td style="width: 40.4132%;">
70.1 - 81.3 cm
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.5455%;">
15 Bulan
</td>
<td style="width: 34.9587%;">
8.0 - 13.4 kg
</td>
<td style="width: 40.4132%;">
73.4 - 85.1 cm
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.5455%;">
18 Bulan
</td>
<td style="width: 34.9587%;">
8.4 - 9.7 kg
</td>
<td style="width: 40.4132%;">
75.9 - 88.4 cm
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.5455%;">
21 Bulan
</td>
<td style="width: 34.9587%;">
8.9 - 15.0 kg
</td>
<td style="width: 40.4132%;">
78.5 - 91.7 cm
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.5455%;">
24 Bulan
</td>
<td style="width: 34.9587%;">
9.3 - 15.9 kg
</td>
<td style="width: 40.4132%;">
80.8 - 95.0 cm
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.5455%;">
27 Bulan
</td>
<td style="width: 34.9587%;">
9.7 - 16.7 kg
</td>
<td style="width: 40.4132%;">
82.0 - 97.0 cm
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.5455%;">
30 Bulan
</td>
<td style="width: 34.9587%;">
10.1 - 17.5 kg
</td>
<td style="width: 40.4132%;">
84.1 - 99.8 cm
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.5455%;">
33 Bulan
</td>
<td style="width: 34.9587%;">
10.5 - 18.3 kg
</td>
<td style="width: 40.4132%;">
85.6 - 102.4 cm
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.5455%;">
36 Bulan
</td>
<td style="width: 34.9587%;">
10.8 - 19.1 kg
</td>
<td style="width: 40.4132%;">
87.4 - 104.6 cm
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 24.5455%;">
4 Tahun
</td>
<td style="width: 34.9587%;">
12.2 - 22.1 kg
</td>
<td style="width: 40.4132%;">
94.0 - 113.0 cm
</td>
</tr>
</tbody>
</table>
&nbsp;
&nbsp;
Sumber:
&nbsp;
https://www.who.int/tools/child-growth-standards/standards

Berapa Tinggi Badan Bayi yang Normal?

Setelah MPASI Tidak Boleh Minum ASI, Benarkah?

Anak juga butuh asupan gizi lainnya, selain ASI. Benarkah memberikan ASI setelah MPASI itu dilarang? Ini penjelasan dari dokter anak.

Nutrisi

MPASI, lalu minum ASI? Memberi makan merupakan keharusan demi kelangsungan hidup dan tumbuh kembang optimal anak.
Ini juga tidak kalah pentingnya untuk kualitas hidup seorang anak, khususnya anak batita (bawah tiga tahun). 
<a href="https://tentanganak.com/artikel/arti-dan-manfaat-double-prohe/">Memberikan Makanan Pengganti ASI (MPASI)</a> ini tidak hanya urusan kualitas dan kuantitas, tetapi merupakan kegiatan interaktif antara anak dan pemberi makan. 
Dalam kegiatan interaktif ini, banyak aspek yang sering kali dilupakan atau tidak terpikirkan.
Misalnya, pembinaan suasana dan lingkungan, sikap responsif terhadap bahasa tubuh anak (tanda lapar/kenyang), pengaturan jadwal makan, dan lain-lain.
Tak jarang saat proses pemberian makan ini anak menjadi tidak tenang dan gelisah ketika tidak meminum Air Susu Ibu (ASI). Tetapi, ada hal yang Bunda perlu perhatikan.
Ternyata, memberikan ASI pada waktu yang kurang tepat justru dapat menghambat waktu makan anak atau membuat mood si Kecil berkurang.
Tidak ada aturan yang pasti mengenai apa yang harus diminum si Kecil setelah makan MPASI. Tetapi, dokter menyarankan untuk minum air putih. 
Mengapa demikian?
&nbsp;
<h2 style="box-sizing: inherit; color: #2b2c28; font-family: Poppins;">Bayi Butuh Asupan Gizi Lainnya Selain Air Susu Ibu</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/1689178723.jpg" />
ASI memang memiliki gizi tinggi dan baik untuk si Kecil. Namun, pertumbuhan anak berusia lebih dari 6 bulan membutuhkan asupan gizi lainnya.
Asupan gizi ini tidak hanya mengandalkan ASI saja, Aybun!
Sebagai Ayah Bunda pasti tahu bagaimana sulitnya ketika anak belajar makan.
Terutama, ketika anak menangis atau merengek jika tidak langsung diberi ASI. Apalagi, pada saat waktu berdekat makan, baik sebelum dan sesudah.
Pemilihan air putih setelah MPASI dapat melatih anak untuk menyukai minum air putih saat dewasa. 
Air putih tidak mengandung tambahan ekstra kalori guna mencegah rasa kenyang atau kegemukan. Konsumsi air putih juga mencegah konstipasi dan membuat tinja menjadi lebih lunak.
Jika terlalu sering memberikan ASI atau susu formula (sufor) setelah jam makan utama (jeda kurang dari 2 jam), si Kecil menjadi lebih kenyang. 
Hal ini bisa meningkatkan kemungkinan si Kecil <a href="https://tentanganak.com/artikel/penyebab-anak-gtm-dan-cara-mengatasinya/">malah GTM atau Gerakan Tutup Mulut, alias mogok makan</a>.
Kandungan kalsium dalam ASI ini juga dapat menghambat penyerapan zat besi jika diberikan bersamaan atau sesaat setelah makanan utama. 
Oleh karena itu, inilah pentingnya AyBun menerapkan feeding rules atau aturan makan untuk meningkatkan keberhasilan MPASI si Kecil!
&nbsp;
<h2 style="box-sizing: inherit; color: #2b2c28; font-family: Poppins;">Simak 5 Tips Atur Jadwal MPASI dan ASI untuk Bayi</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/1689178740.jpg" />
<h3>1. Mulai MPASI dengan Porsi Kecil</h3>
Berikan porsi makan anak tidak terlalu banyak agar ia tidak jenuh dan membuang-buang makanan.
<h3>2. Berikan MPASI 3 Kali dan ASI sebagai pelengkap</h3>
Penuhi asupan gizinya pagi, siang, malam dan <a href="https://tentanganak.com/artikel/akibat-terlalu-banyak-makan-snack/">diselingi camilan</a> untuk memenuhi nutrisi hariannya. ASI tetap diberikan selama masa MPASI untuk mendukung asupan kalsiumnya.
<h3>3. Perhatikan Waktu Makan Bayi</h3>
Tidak memberikan atau memaksa bayi makan ketika ia tidak lapar. Ajarkan ia makan sesuai waktu makan yang telah ditentukan.
<h3>4. Berikan MPASI Sesuai Tekstur Usianya</h3>
Berikan makanan yang memiliki tekstur lunak, padat, atau menyesuaikan usia si Kecil.
<h3>5. Berikan ASI 1-2 jam setelah MPASI</h3>
Pemberian ASI dengan jeda waktu setelah MPASI berguna memproses makanan lebih opimal. Hal ini juga tidak mengganggu jadwal makan yang telah disepakati.
Dengan demikian, anak lebih disiplin dan Ayah Bunda tidak mengalami kesulitan memberinya makan. Selain itu, asupan gizinya pun terpenuhi.
---
Nah, Ayah Bunda masih kebingungan jadwal makan anak? Atau, kehabisan ide mau memberikan menu MPASI apa untuk si Kecil hari ini? 
Yuk, gunakan aplikasi Tentang Anak. <a href="https://tentanganak.onelink.me/Shof/resep">Cek fitur Resep yang tersedia ratusan menu bergizi</a>&nbsp;untuk dukung pertumbuhan si Kecil!
<a href="https://tentanganak.onelink.me/Shof/egeg10er" target="_blank" rel="noopener">Download sekarang!</a>
&nbsp;
---
Foto: Pexels, Canva
Sumber:&nbsp;
https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/pemberian-makanan-pendamping-air-susu-ibu-mpasi&nbsp;

Setelah MPASI Tidak Boleh Minum ASI, Benarkah? Ini Kata Dokter Anak!

Berapa Berat Badan Bayi yang Normal? Cek Sesuai Usianya, Yuk!

Bentuk kepala bayi yang normal adalah bulat merata dengan ukuran yang proporsional. Apa bedanya dengan yang tidak normal? Baca penjelasannya di artikel ini.

Kepala bayi merupakan salah satu bagian tubuh yang wajib untuk diamati oleh ayah-bunda. Selain ukuran lingkar kepala, bentuk kepala merupakan aspek lain yang bisa diperhatikan.&nbsp; Sebab, bentuk yang tidak normal dapat menjadi indikasi masalah kesehatan pada bayi. Namun, banyak orang tua yang masih belum mengetahui seperti apa bentuk kepala bayi yang normal.&nbsp;
Untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan ayah-bunda seputar bentuk kepala bayi, artikel kali ini akan fokus membahas seputar bentuk kepala bayi yang normal, termasuk bedanya dengan bentuk kepala yang tidak normal. Untuk lebih jelasnya, yuk baca artikel ini hingga tuntas.
<h2>Seperti Apa Bentuk Kepala Bayi Normal?</h2>
Bentuk kepala bayi yang normal adalah bulat merata dengan ukuran yang sebanding dengan tubuh bayi. Saat lahir, kepala bayi dapat terlihat sedikit mengempis pada bagian belakang atau samping. Hal ini disebabkan karena karena tekanan pada kepala saat bayi melewati jalan lahir. Namun, pada umumnya, kepala bayi akan kembali ke bentuk normal dalam beberapa hari kemudian.
<h2>Bentuk Kepala Bayi yang Tidak Normal</h2>
<h3>1. Kepala Peyang</h3>
Kepala peyang atau kepala rata adalah salah satu bentuk kepala yang tidak normal. Ciri ciri kepala peyang dapat dilihat dari bagian sisi atau bagian belakang yang rata. Pada kondisi yang cukup parah, kepala peyang dapat membuat rambut bayi terlihat tumbuh tidak simetris atau tidak merata&nbsp; hingga kepala bayi terlihat lebih kecil dari biasanya atau terlihat tidak proporsional dengan besar tubuhnya.
<h3>2. Brakiosefali&nbsp;</h3>
Brakiosefali adalah kondisi dimana kepala bayi terlihat lebih pendek dan lebar dari biasanya. Kondisi ini disebabkan oleh penutupan tengkorak bayi yang terlalu cepat. Akibatnya, pertumbuhan tulang pada bagian belakang kepala bayi tidak simetris , sehingga kepala tampak lebih lebar dan pendek.
<h3>3. Skafoskefali</h3>
Skafoskefali adalah suatu kondisi dimana kepala bayi terlihat sangat lebar di bagian belakang dan sangat sempit di bagian depan. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan tulang tengkorak yang tidak simetris selama masa pertumbuhan&nbsp; yang menyebabkan bagian belakang kepala menjadi sangat miring dan bagian depan kepala tertekan dan menyempit.
<h3>4. Dolikokefali</h3>
Kondisi ketidaknormalan ini ditandai dengan kepala yang sangat panjang dan sempit di bagian samping. Kondisi ini terjadi akibat pertumbuhan tulang tengkorak yang tidak simetris, di mana bagian belakang kepala menjadi lebih tinggi dan bagian samping kepala menjadi lebih sempit.
Dolikokefali dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk posisi janin yang tidak biasa saat berada di dalam rahim, kelainan bawaan, atau gangguan pertumbuhan tulang tengkorak. Kondisi ini juga bisa terkait dengan kondisi medis tertentu seperti sindrom Apert, sindrom Crouzon, atau kelainan neuromuskular.
<h3>5. Mikrosefali&nbsp;</h3>
Mikrosefali adalah ukuran lingkar kepala yang jauh lebih kecil dari rata-rata bayi pada usia dan jenis kelamin yang sama. Kondisi mikrosefali pada bayi dapat memengaruhi perkembangan otak. Mikrosefali dapat terjadi karena berbagai faktor, termasuk kelainan genetik, infeksi virus selama kehamilan seperti virus Zika, atau masalah nutrisi selama kehamilan. Beberapa kondisi medis lain juga dapat menyebabkan kepala mikrosefali, seperti sindrom Down dan sindrom Edwards.
<h3>6. Makrosefali&nbsp;</h3>
Bayi dengan makrosefali memiliki ukuran kepala yang sangat besar jika dibandingkan rata-rata bayi seusianya. Pada sejumlah kasus makrosefali, kepala bayi menjadi membulat dan terlihat sangat besar, sementara pada kasus lain kepala tampak lebih panjang dan melebar. Kondisi medis yang serius ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk kelainan genetik, infeksi virus atau bakteri selama kehamilan seperti sitomegalovirus (CMV), atau masalah nutrisi selama kehamilan. Kondisi medis lain seperti hidrosefalus dan sindrom Beckwith-Wiedemann juga dapat menjadi penyebabnya.
<h2>Penyebab Bentuk Kepala Bayi Tidak Normal</h2>
Bentuk kepala bayi yang tidak normal atau tidak bulat merata dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Berikut ini beberapa di antaranya:
<h3>1. Tekanan Saat Lahir</h3>
Saat melewati jalan lahir, kepala bayi yang masih lunak terkena tekanan yang cukup kuat sehingga menyebabkan perubahan bentuk kepala. Namun, bentuk kepala yang berubah akibat proses kelahiran ini akan kembali normal dalam beberapa hari setelah lahir.
<h3>2. Kebiasaan Tidur</h3>
Kepala yang rata juga bisa disebabkan karena bayi tidur di satu sisi saja. Bagian kepala yang rata dapat terjadi di kepala bagian belakang atau bagian samping.
<h3>3. Kondisi Medis</h3>
Beberapa kondisi medis seperti kelainan genetik, hidrosefalus, craniosynostosis (penutupan prematur tulang tengkorak bayi), dan beberapa penyakit tulang dapat menyebabkan bentuk kepala bayi tidak normal.
<h3>4. Alat Tidur</h3>
Faktor lainnya adalah peralatan tidur yang digunakan bayi, seperti bantal yang terlalu empuk, penahan kepala yang digunakan terlalu lama, atau kesalahan menggendong bayi juga dapat mempengaruhi bentuk kepala.
Beberapa kelainan seperti peyang dapat dicegah dengan rutin mengganti arah posisi tidur atau saat menggendong bayi dan umumnya dapat membaik seiring usia. Apabila ayah bunda menemukan kelainan bentuk kepala yang disebutkan di atas, segera berkonsultasi ke dokter ya Ayah Bunda.
Foto: Designed by freepik
Sumber:
https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/infant-and-toddler-health/in-depth/healthy-baby/art-20045964

Bentuk Kepala Bayi Normal & Sejumlah Kelainan yang Perlu Diwaspadai

Kegiatan makan tidak jarang dihindari oleh si Kecil ya AyBun, ketika hendak disuapi tiba-tiba ia lari atau menutup mulutnya. AyBun juga pasti pernah mengalami saat menyuapi si Kecil dengan beberapa makanan, lalu ia mengatakan tidak suka. Apakah ini tanda dari picky eater atau selective eater? Yuk, kenali lebih lanjut!

Kegiatan makan tidak jarang dihindari oleh si Kecil ya Ayah Bunda, ketika hendak disuapi tiba-tiba ia lari atau menutup mulutnya. Ayah Bunda juga pasti pernah mengalami saat menyuapi si Kecil dengan beberapa makanan, lalu ia mengatakan tidak suka. Apakah ini tanda dari picky eater atau selective eater? Yuk, kenali lebih lanjut mengenai keduanya!
<h2>Penyebab anak Picky Eater</h2>
Anak yang memilih makanan dapat disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal, ada apa saja ya? simak keduanya di bawah ini!
<h3>Faktor eksternal</h3>
1. Maternal Depression / Anxiety
Faktor ini yang paling memengaruhi yaitu maternal depression atau kecemasan. Kecemasan Bunda atau depresi dari Bunda.
2. Pengasuhan Otoriter
Ayah Bunda yang mengasuh terlalu keras atau otoriter 
3. Pemberian Reward
Orang tua yang suka memberi penghargaan setiap kali anak makan, misalnya setelah adk menghabiskan makan Ayah Bunda membolehkannya bermain mainan A.
4. Tidak Konsisten
Ayah Bunda tidak konsisten dan tidak memiliki struktur yaitu tidak menetapkan jadwal makan harian yang tetap.
<h3>Faktor internal</h3>
<ul>
<li>Anak yang terlalu sensitif terhadap bau dan tekstur makanan</li>
<li>Tinggi risiko pada anak pertama, anak laki-laki</li>
<li>Anak bertemparemn sensitif dan lebih kaku</li>
<li>Makan sambil menonton televisi</li>
</ul>
<h2>Perbedaan Ciri Anak Picky Eater dan Selective Eater</h2>
Jika dilihat dari definisi keduanya Picky eater terjadi saat anak hanya mau/memilih makan yang itu-itu saja. Kemudian tandanya diikuti saat ia masih mau makan kurang lebih 30 jenis makanan dan dari kelompok makanan yang berbeda.
Sedangkan selective eater adalah saat anak menolak semua jenis dan/atau kelompok makanan tertentu. Serta si Kecil hanya mau kurang dari 20 jenis makanan dan tetap bisa menolak meski makanan sudah dicampur dengan kelompok makanan lain. Kemudian apa yang bisa Ayah Bunda lakukan?
<h2>Cara Atasi Anak Picky Eater dan Selective Eater</h2>
Picky eater
Umumnya masih dapat ditangani oleh Ayah Bunda.
Selective eater
Perlu dikonsultasikan ke DSA karena umumnya terkait gangguan medis atau perilaku.
Picky eating merupakan fase normal pada perkembangan anak dan umumnya membaik seiring waktu. Studi menunjukkan picky eating pada anak usia dini tidak berefek pada perkembangan jangka panjang selama ditangani dengan tepat.
Selain itu, apa yang harus dilakukan?
<h2>6 TIPS Cegah Anak Pilih-Pilih Makanan</h2>
<ol>
<li>Ajak anak makan bersama dengan menu makanan yang sama.</li>
<li>Jangan hanya menyediakan makanan yang disukai anak agar mau makan, tetapi menyediakan makanan yang bervariasi dan mengolah makanan menjadi bentuk yang lebih menarik. Studi menunjukkan perlu 8-15 kali menawarkan makanan baru pada anak.&nbsp;Jika hanya disediakan makanan yang itu-itu saja, hal tersebut akan membatasi ia mendapatkan asupan nutrisi yang lain sehingga memengaruhi tumbuh kembang.</li>
<li>Libatkan anak untuk menyiapkan makanan.</li>
<li>Tidak marah dan memaksa saat anak tetap menolak makanan yang ia belum suka, membuat suasana menyenangkan.</li>
<li>Tetap tenang dan apresiasi proses makan anak karena tekanan dalam proses makan akan membuat ia semakin menolak makanan!</li>
<li>Beri afirmasi agar ia merasa lebih nyaman, misalnya&nbsp;&nbsp;&ldquo;Adik masih lebih suka telur ya daripada ikan? Besok Bunda buat lebih enak lagi ya biar suka..&rdquo; atau &ldquo;Terima kasih Adik sudah mau coba 1 suap dagingnya!&rdquo; dan AyBun juga bisa mengatakan &ldquo;Adik belum mau habiskan wortelnya karena kenyang ya? Nanti malam coba lagi ya..&rdquo;</li>
</ol>
PENTING untuk Ayah Bunda ketahui juga, bahwa Ayah Bunda adalah role model si Kecil, sehingga preferensi AyBun sangat berpengaruh terhadap sikap anak, jadi pastikan untuk menyempatkan diri makan bersama anak dan berikan contoh bahwa AyBun suka makan berbagai makanan.
Makan bersama anak juga dapat Meningkatkan rasa penasaran dan ketertarikan ia untuk mencoba.
<div>Foto:&nbsp;</div>
<div>www.pexels.com&nbsp;</div>
Sumber:
Chilman L, Kennedy-Behr A, Frakking T, Swanepoel L, Verdonck M. Picky Eating in Children: A Scoping Review to Examine Its Intrinsic and Extrinsic Features and How They Relate to Identification. Int J Environ Res Public Health. 2021 Aug 27;18(17):9067. doi: 10.3390/ijerph18179067. PMID: 34501656; PMCID: PMC8431657.
Taylor CM, Emmett PM. Picky eating in children: causes and consequences. Proc Nutr Soc. 2019;78(2):161-169. doi:10.1017/S0029665118002586&nbsp;
https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/pilih-pilih-makanan&nbsp;