Bayi baru lahir punya sejumlah kebiasaan yang kerap membuat orang tua baru kebingungan. Berikut kebiasaan yang perlu diketahui dan cara mengatasinya.

Newborn

Bayi

Sebagai orang tua baru, Ayah Bunda mungkin memiliki banyak pertanyaan terkait kondisi, kebiasaan, dan tumbuh kembang bayi AyBun yang baru lahir, apakah ia berkembang dengan normal atau tidak.
Nah, untuk memahaminya, perlu AyBun ketahui bahwa orang tua dapat memperhatikan kebiasaan bayi sejak baru dilahirkan. Ada beberapa kebiasaan bayi baru lahir (new born) berusia 0 hingga 6 bulan.
Namun, kendati merupakan hal yang wajar, beberapa kebiasaan dapat menjadi tanda bahaya bagi si Kecil jika sudah mulai terlihat berlebihan. Di sini lah pentingnya peran AyBun untuk selalu mengawasi si Kecil.
Untuk lebih jelasnya, simak kebiasaan bayi dari usia 0 hingga 6 bulan seperti di bawah ini, termasuk gejala, cara mengatasi, hingga tanda-tanda bahayanya!
<h2>1. Gumoh</h2>
Gumoh merupakan saat bayi mengeluarkan cairan dari mulut setelah ia menyusu.&nbsp;&nbsp;
Untuk mengatasi bayi yang sedang gumoh, AyBun dapat memposisikan si Kecil secara tegak, kemudian elus atau tepuk lembut punggungnya selama sekitar 30 menit.
Langkah selanjutnya, AyBun dapat memvariasikan posisi sendawa dengan cara mendudukkan atau menengkurapkan si Kecil di paha.
Kendati merupakan hal yang wajar bayi mengalami gumoh, AyBun perlu meningkatkan kewaspadaan apabila si Kecil menunjukkan tanda-tanda bahaya seperti berikut ini:
<ul>
<li> &nbsp; &nbsp; &nbsp; Gumoh berwarna hijau atau coklat.</li>
<li> &nbsp; &nbsp; &nbsp; Bayi tampak lemas.</li>
<li> &nbsp; &nbsp; &nbsp; Terjadi lebih dari 4x dalam sehari.</li>
</ul>
<h2>2. Cegukan</h2>
Cegukan juga merupakan hal yang wajar dialami. Cegukan merupakan efek yang timbuhl saat terjadi kontraksi spontan pada otot diafragma.
Cara untuk mengatasi bayi yang sedang cegukan sebetulnya tidak terlalu jauh berbeda dari cara mengatasi bayi gumoh. Yakni, memposisikan anak tegak, kemudian elus atau tepuk lembut punggungnya selama kurang lebih 30 menit.
Selanjutnya, AyBun dapat memvariasikan posisi sendawa pada bayi, yakni dengan mendudukan atau menengkurapkan si Kecil di paha.
Jika cara yang sudah dilakukan tidak menunjukkan hasil dan bayi masih cegukan terus, AyBun patut meningkatkan kewaspadaan.
Ada beberapa tanda bahaya bayi cegukan yang perlu diwaspadai AyBun, yakni cegukan non-stop selama lebih dari 1 jam, rewel, disertai muntah, batuk-batuk, serta kesulitan bernapas.
<h2>3. Ngulet</h2>
Ngulet dapat diartikan sebagai gerakan meregangkan badan si Kecil untuk mengeluarkan gas dari saluran cernanya.
Untuk mengatasi bayi yang sering ngulet, AyBun dapat rutin memijat perut anak dengan jari searah jarum jam. Selanjutnya, kayuhkan kedua kaki anak seperti sedang naik sepeda. Saat melakukan itu, letakkan bayi AyBun dalam posisi telentang. Kemudian, ajak ia tummy time.
Seperti dikemukakan sebelumnya, ngulet merupakan respon bayi terhadap kondisi tubuhnya yang kelebihan gas di saluran cernanya. AyBun perlu waspada apabila bayi sulit menyusu, perut kembuh, atau muntah-muntah.
<h2>4. Ngemut Jari</h2>
Mengemut jari atau memasukkan barang ke dalam mulut oleh si bayi sebetulnya merupakan hal yang wajar. Aktivitas ini tidak perlu dilarang sampai ia berusia 2 tahun.
Namun demikian, AyBun tetap perlu melakukan pengawasan terhadap si Kecil kesayangan. Pastikan barang yang dimasukkan si Kecil ke dalam mulut bersih, aman, serta tidak mudah retak, yang pada akhirnya justru dapat membahayakannya.
Jika sampai si Kecil tersedak sampai sulit bernapas atau bahkan barang yang dimasukkannya ke dalam mulut tertelan, itu merupakan tanda bahaya dan AyBun wajib segera bertindak.
<h2>5. Jarang BAB</h2>
Bayi jarang melakukan buang air besar (BAB) sebetulnya juga merupakan hal yang masih dapat dikatakan normal dan dapat segera diatasi. Bayi yang baru berusia satu minggu biasanya BAB sebanyak 4 kali sehari, kemudian turun menjadi rata-rata 2 kali sehari hingga mereka mencapai usia 1 tahun.
Jika BAB bayi menunjukkan tekstur yang lembek, sedangkan anak masih aktif dan masih mau menyusu, ini merupakan hal yang normal.
Namun jika bayi jarang BAB, terutama pada bayi yang mendapatkan air susu ibu (ASI) eksklusif, sebaiknya segera dilakukan langkah penanganan yang baik supaya tidak menjadi berkelanjutan. Untuk mengatasinya, cukup rutin memposisikan bayi dalam posisi sendawa.
Beberapa tanda bahaya dari kondisi ini yang patut AyBun waspadai yakni apabila kasus bayi tidak BAB terjadi selama berhari-hari bahkan lebih dari 10 hari, menolak menyusu dan disertai dengan muntah-muntah, kembung, atau tinja keras
Jika tanda-tanda bahaya muncul, sebaiknya AyBun cepat bertindak dan segera bawa si Kecil ke dokter atau pusat kesehatan terdekat.

5 Kebiasaan Bayi Baru Lahir dan Cara Mengatasinya

Apakah si kecil memiliki IQ tinggi? AyBun bisa cek ciri-ciri anak punya IQ tinggi di sini! Yuk, simak!

Kesehatan Anak

Setiap anak memiliki keunikannya masing-masing, namun beberapa ciri dapat menunjukkan potensi IQ tinggi.
Menurut penelitian, tanda-tanda ini tidak hanya mencakup kemampuan intelektual, tetapi juga melibatkan aspek emosional dan perilaku. Yuk, simak penjelasannya berikut ini!
Baca Juga: <a href="https://tentanganak.com/artikel/cara-mengoptimalkan-kecerdasan-anak-dari-masa-kehamilan/">Cara Mengoptimalkan Kecerdasan Anak dari Masa Kehamilan</a>
<h2>Ciri-ciri Anak Punya IQ Tinggi</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/677cec1d-c56d0cd3-c59e-4f99-b82c-92e167b2071d.jpg" />
<h3>1. Selalu Bertanya saat Membaca Buku</h3>
Anak yang sering bertanya saat membaca buku menunjukkan kemampuan komprehensi verbal yang tinggi. Mereka tidak hanya membaca kata-kata, tetapi juga mencoba memahami konsep yang lebih dalam. Hal ini sering menjadi ciri anak dengan IQ tinggi.
<h3>2. Tidak Mudah Tersinggung</h3>
Anak dengan IQ tinggi cenderung memiliki emosi yang lebih stabil. Penelitian menunjukkan tingkat neurotisme mereka lebih rendah, membuat mereka lebih mampu mengelola emosi dan menghadapi situasi sulit dengan kepala dingin.
<h3>3. Sangat Fokus saat Berkegiatan</h3>
Ketika anak terlibat dalam suatu aktivitas, mereka tampak sangat fokus dan menunjukkan kemampuan atensi yang luar biasa.
Selain itu, kemampuan pemecahan masalah mereka juga lebih menonjol, yang merupakan salah satu tanda intelegensi tinggi.
<h3>4. Terkesan Tidak Bisa Diam</h3>
Anak yang memiliki IQ tinggi sering kali aktif dan selalu ingin mengeksplorasi hal-hal baru. Keingintahuan mereka membuat mereka terlihat seperti tidak bisa diam, tetapi ini adalah bentuk eksplorasi kreatif.
Baca Juga: <a href="https://tentanganak.com/artikel/kecerdasan-anak-menurun-dari/">Kecerdasan Anak Menurun dari Ibu, Benarkah? Simak Faktanya di Sini</a>
<h2>Pentingnya Memahami Potensi IQ Anak</h2>
Sebagai orang tua, penting untuk mengenali dan mendukung potensi si Kecil. Selain melakukan tes IQ melalui lembaga terpercaya, AyBun juga perlu memperhatikan perkembangan emotional intelligence (EQ) anak.
Kombinasi IQ dan EQ yang baik akan membantu anak tumbuh menjadi individu yang cerdas dan tangguh menghadapi berbagai tantangan hidup.
<h2>Kesimpulan</h2>
Setiap anak adalah individu yang unik. Beberapa ciri seperti kemampuan komprehensi verbal, kestabilan emosi, fokus tinggi, dan keaktifan dapat menjadi tanda anak memiliki IQ tinggi.
Namun, jangan lupa untuk terus mendukung perkembangan EQ mereka agar tumbuh menjadi pribadi yang seimbang.
AyBun bisa konsultasi soal kecerdasan dan perkembangan anak dengan para expert di aplikasi Tentang Anak lewat <a href="tentanganak://consult_list?type=consult_list">fitur Tanya Ahli</a>. Yuk, coba!

Ciri-ciri Anak Punya IQ Tinggi yang Jarang AyBun Sadari!

Temukan penyebab dan cara mengatasi anak GTM dengan tips praktis yang bisa Anda terapkan sekarang. Baca selengkapnya di sini!

Balita

Di masa pertumbuhan, anak perlu mendapatkan asupan gizi yang cukup dari makanan dan minuman. Namun, ada waktu di mana anak menolak makanan apapun yang diberikan. Tindakan anak yang tidak mau makan disebut sebagai Gerakan Tutup Mulut (GTM).
Anak dapat melakukan GTM dengan berbagai cara, mulai dari menutup mulut rapat-rapat hingga menyemburkan makanan yang sudah disuapkan. Tidak jarang sikap ini membuat orang tua frustasi, apalagi jika berat badan anak tidak kunjung naik atau bahkan menurun.
Karena anak menolak makanan yang diberikan, orang tua yang kebingungan seringkali memperbolehkan anak mengonsumsi makanan favoritnya, seperti susu, biskuit, atau juga junkfood secara terus-menerus. Jika dibiarkan, hal ini justru berdampak buruk pada kesehatan dan pertumbuhan anak.&nbsp;
Perlu diketahui bahwa anak yang melakukan GTM tergolong normal, lho. Jika anak melakukan GTM, AyBun tidak perlu khawatir! Yuk pahami penyebab anak GTM dan juga cara mengatasinya!
<h2>Penyebab Anak GTM</h2>
Anak GTM bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti rasa bosan, sakit, atau pemilih makanan. Penting bagi AyBun untuk mengenali alasan anak melakukan GTM agar tidak salah langkah dalam mengatasi GTM pada anak. Beberapa faktor penyebab GTM pada anak adalah sebagai berikut:
<h3>1. Bosan</h3>
Sama seperti orang dewasa, anak juga bisa menolak makanan karena bosan. AyBun mungkin sudah menyediakan menu makan yang sama. AyBun mungkin bisa bertanya apakah anak merasa bosan dengan makanan yang diberikan.&nbsp;
Jika Bunda mulai memberikan MPASI, Bunda bisa bereksperimen dengan tekstur atau bahan makanan untuk anak. Misal, mengganti cara masak yang sebelumnya dikukus saja menjadi dihaluskan. Bunda juga bisa memberikan variasi makanan baru agar tidak mudah bosan. Lakukan cara ini setiap beberapa hari sekali, ya!
<h3>2. Masalah Kesehatan</h3>
Penyebab anak melakukan GTM bisa berasal dari dalam tubuh, seperti misalnya masalah kesehatan yang dialami anak. Akibatnya, anak menolak untuk makan karena menurunnya nafsu makan. Ditambah lagi, anak mungkin tidak mengetahui apa yang membuat mereka kesakitan dan tidak nyaman.&nbsp;
Beberapa masalah kesehatan yang dapat membuat anak susah makan adalah:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tumbuh gigi</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sembelit</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Demam</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sakit tenggorokan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Radang kerongkongan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Infeksi virus</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Alergi makanan.</li>
</ul>
<h3>3. Tertekan</h3>
Jika anak susah makan, salah satu tindakan yang mungkin dilakukan orang tua adalah dengan memarahi anak. Padahal, cara ini justru membuat anak tertekan dan semakin tidak nafsu makan. Maka dari itu, sangat penting bagi AyBun untuk membuat suasana makan yang menyenangkan bagi anak.&nbsp;
Hal ini juga berlaku pada orang tua yang memaksa anak untuk menghabiskan makanannya. Gerakan seperti mendorong piring lebih dekat ke anak, memperhatikan gerak-gerik anak selama makan, menyuapi anak, atau berbicara tentang kurangnya nafsu makan anak, akan menyebabkan anak stres dan tidak mau makan.
<h3>4. Kelelahan</h3>
Penyebab anak melakukan GTM lainnya adalah kelelahan. Sama seperti orang dewasa, anak yang kelelahan setelah bermain atau beraktivitas tentunya lebih memilih untuk beristirahat daripada makan. Anak yang terlalu lelah mungkin akan merasa mengantuk dan ingin tidur.&nbsp;
<h3>5. Porsi Terlalu Besar</h3>
Meskipun AyBun ingin anak tumbuh besar dengan makan lahap setiap harinya, jika porsi makanan yang diberikan terlalu besar, anak bisa saja menolak makanan yang AyBun sediakan. AyBun juga tidak bisa memaksa anak menghabiskan makanan tersebut. Jadi, AyBun bisa mengurangi porsi makanan si kecil untuk mengenyangkan perutnya yang lapar.
<h3>6. Terdistraksi dengan Gadget</h3>
Banyak orang tua sudah memberikan gadget pada anak sejak usia dini sebagai sarana hiburan. Tapi, jika anak terlalu fokus pada gadget, anak berpotensi melakukan GTM pada jam makan. Anak tidak akan tertarik untuk makan ataupun mengetahui sinyal dari perutnya untuk segera makan. Hal ini juga berlaku dengan mainan favorit anak. Jangan sampai Bunda bersikap permisif dengan mengizinkan anak makan sambil menonton untuk mengatasi GTM anak, ya!&nbsp;
<h3>7. Pemilih Makanan</h3>
Picky eaters atau pemilih makanan dapat menjadi penyebab sikap anak melakukan GTM. Namun, pemilih makanan cenderung hanya menolak makanan tertentu saja. Anak yang pemilih makanan mungkin akan mengonsumsi makanan favoritnya secara terus-menerus.&nbsp;
<h2>Cara Mengatasi Anak GTM</h2>
Walaupun GTM termasuk normal terjadi pada anak, AyBun tidak bisa membiarkan anak melakukan GTM dalam waktu yang lama. Jika dibiarkan, anak akan kekurangan asupan nutrisi yang dibutuhkan dari makanan dan minuman sehat. Berikut ini adalah cara mengatasi anak melakukan GTM untuk AyBun coba:
<h3>1. Terapkan Jadwal Makan secara Konsisten</h3>
Menerapkan jadwal makan anak sejak dini akan membantu anak terbiasa dengan jam makan yang sudah ditentukan. Pastikan jadwal makan dilaksanakan secara konsisten dan idealnya makan tidak boleh lebih dari 30 menit.&nbsp;
Untuk Bunda yang memberikan MPASI, perbanyak makanan sambil perlahan mengurangi ASI. Puasakan anak untuk makan selama 2 - 3 jam sebelum makan. Penerapan jadwal makan bermanfaat agar perut anak benar-benar kosong dan anak mengenal prinsip lapar dan kenyang.
<h3>2. Jauhkan dari Gadget atau Mainan yang Bisa Mendistraksi Anak</h3>
Ketika Si Kecil sering mengemut atau melepeh makanan, AyBun mungkin khawatir ada masalah dengan kemampuan oromotor nya.
Namun, masalah ini seringkali disebabkan oleh kurangnya fokus saat makan. Gadget yang menarik perhatiannya membuat anak lupa mengunyah makanan dengan benar, sehingga makanan hanya diemut atau bahkan ditelan tanpa dikunyah.&nbsp;
Jauhkan gadget saat waktu makan agar Si Kecil bisa menikmati makanannya dengan lebih baik dan mendapatkan nutrisi yang maksimal!
<h3>3. Ciptakan Lingkungan yang Menyenangkan saat Makan</h3>
Suasana saat makan juga berpengaruh dalam membuat anak makan dengan nyaman dan lahap. Jadi, salah satu cara mengatasi anak yang melakukan GTM adalah dengan membuat lingkungan yang menyenangkan selama makan. Langkah yang bisa AyBun lakukan adalah:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak memaksa anak&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak memberikan makanan sebagai hadiah</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Makan bersama keluarga.</li>
</ul>
<h3>4. Lakukan Prosedur selama Makan</h3>
Menerapkan prosedur yang tepat selama makan merupakan salah satu cara untuk mengatasi anak yang melakukan GTM. Dalam hal ini, selama jam makan, Bunda harus mendukung anak untuk makan sendiri. Jadi, cobalah untuk tidak menyuapi anak jika ia tidak mau makan. Lalu, berikan minum di akhir sesi makanan utama.
Jika anak kembali menolak makanan, AyBun bisa menawarkan makanan lagi tanpa ada unsur pemaksaan. Anak yang dipaksa makan justru mengalami penurunan nafsu makan dan semakin tidak mau makan.
Bila anak masih tidak mau makan setelah 10&ndash;15 menit, Bunda bisa mengakhiri proses makan.
Namun, Bunda tidak perlu takut untuk membiarkan anak kelaparan. Hal ini penting dilakukan agar anak mulai mengenali sinyal lapar pada dirinya. Jadi, anak akan mempelajari bahwa jika ia tidak mau makan sekarang, ia harus menunggu jam makan berikutnya untuk makan sesuatu.
Baca juga: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=908">Cegah Anak GTM, Pastikan Posisi Duduk Anak Seperti Ini saat Makan</a>
<h2>Penutup</h2>
Demikian penyebab dan cara mengatasi anak GTM yang bisa AyBun lakukan di rumah. GTM adalah salah satu sikap anak yang perlu Bunda tanggapi dengan bijak tanpa emosi apalagi marah.&nbsp;
Tentu melelahkan sekali ya Bun tapi jika setelah 2 minggu GTM anak tidak kunjung membaik, diikuti dengan kondisi anak yang lemas, pucat, demam, dan buang air kecil yang menurun, segera konsultasikan ke dokter, ya!
AyBun juga bisa memantau jadwal makan Anak di fitur <a href="tentanganak://baby-tracker?type=feeding_tracker">Feeding Tracker</a> yang ada di Aplikasi Tentang Anak. Semoga artikel ini bermanfaat!

Anak GTM, Pahami Penyebab dan Cara Mengatasinya

Mencukupi kebutuhan ASI merupakan kunci penting pertumbuhan dan perkembangan bayi. Temukan takaran dan frekuensi menyusui yang ideal untuk bayi baru lahir di artikel ini.

Berapa porsi ASI yang ideal untuk bayi baru lahir? Pertanyaan ini kerap diajukan oleh ibu menyusui yang khawatir jika kebutuhan ASI bayinya tidak tercukupi. Secara medis memang terdapat takaran minimal yang direkomendasikan untuk bayi baru lahir. Namun, jumlah porsi ASI yang tepat untuk bayi baru lahir bisa sangat bervariasi, tergantung pada usia, berat badan, kondisi kesehatan, dan kebutuhan masing-masing bayi.
&nbsp;
Selain menggunakan patokan yang direkomendasikan dokter anak, ibu menyusui juga bisa mengikuti tanda-tanda yang ditunjukan si kecil. Jika bayi terlihat lapar, rewel, atau tampak tidak puas setelah menyusu, mungkin bunda perlu mengevaluasi kualitas menyusui pada bayi atau meningkatkan frekuensi pemberian ASI. Sebaliknya, jika bayi terlihat kenyang atau tertidur saat menyusu, kemungkinan ASI yang diberikan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhannya.&nbsp;
&nbsp;
Untuk memberikan panduan bagi ibu yang baru pertama kali menyusui, artikel ini akan membahas kebutuhan ASI bayi baru lahir dalam satuan mililiter hingga frekuensi pemberiannya.
<h2>Kebutuhan ASI Bayi Baru Lahir dalam Mililiter (ml)</h2>
Banyak ibu menyusui yang khawatir karena produksi ASI sangat sedikit pada 5 hari pertama pasca-melahirkan. Padahal, kebutuhan ASI bayi di usia ini masih sangat sedikit. Alasannya selain karena ukuran lambung bayi yang masih sangat kecil, juga karena si kecil masih pada tahap belajar menyusu dan tubuh bunda juga masih beradaptasi untuk memproduksi ASI dalam jumlah yang lebih banyak. Berikut ini adalah kebutuhan ASI bayi baru lahir hingga usia 1 bulan dalam mililiter:
<h3>1. Hari Pertama: 5-7 mL</h3>
Pada hari pertama setelah lahir, ukuran lambung bayi hanya sebesar kelereng, dan hanya dapat menampung sekitar 5-7 ml ASI atau hanya sebanyak 1 hingga 1 &frac12; sendok teh pada setiap pemberian.
<h3>2. Hari Ketiga: 22-27 mL</h3>
Pada hari ketiga, lambung bayi sudah membesar menjadi kira kira seukuran kelereng besar atau dapat menampung sekitar 22 hingga 27 ml ASI.
<h3>3. Hari Ketujuh: 45-60 mL</h3>
Setelah satu minggu, ukuran lambung bayi sudah sebesar bola pingpong atau dapat menampung sekitar 45 hingga 60 ml.
<h3>4. 1 Bulan</h3>
Setelah 30 hari, ukuran lambung bayi sudah menyerupai telur ayam atau dapat menampung ASI sebanyak 80 hingga 150 ml.
<h3>Frekuensi dan Lama Pemberian ASI</h3>
Seberapa sering sebaiknya ibu menyusui bayi baru lahir? Sebenarnya tidak ada ukuran pasti untuk pertanyaan tersebut. Sejumlah ahli meyakini bahwa frekuensi menyusui yang ideal untuk bayi usia 1 hari hingga 30 hari adalah 8-12 kali sehari. Namun, Kementerian Kesehatan memberikan batasan minimal pemberian ASI yakni 8 kali sehari dengan catatan bahwa berat badan bayi bertambah, urinnya berwarna kekuningan dan bayi buang air kecil minimal 6 kali sehari yang menandakan si kecil mendapatkan cukup ASI.
&nbsp;
Bunda juga dapat melakukan eksperimen untuk mengetahui frekuensi pemberian ASI yang sesuai dengan kebutuhan si kecil. Selain itu, pastikan untuk rutin menyusui agar produksi ASI semakin meningkat.
&nbsp;
Durasi menyusui dapat berbeda-beda. Namun, rata-rata bayi dapat menyusu selama 5-15 menit. Jika durasi menyusu berlangsung sangat lama (lebih dari 30 menit) atau sangat cepat (kurang dari 5 menit) bisa jadi merupakan pertanda masalah seperti kesulitan dalam melakukan pelekatan karena teknik menyusui yang tidak tepat atau karena kondisi kesehatan seperti tongue tie.&nbsp;
Untuk memastikan bayi mendapatkan asupan ASI yang tepat, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter. Dokter dapat memberikan panduan yang spesifik dan personal untuk bayi Anda, termasuk takaran dan frekuensi menyusui yang tepat berdasarkan usia, berat badan, kondisi kesehatan, dan kebutuhan masing-masing bayi. Dengan mendapatkan bimbingan yang tepat, ibu menyusui dapat memastikan bahwa bayi mendapatkan nutrisi yang cukup dan mendukung perkembangan dan pertumbuhan yang optimal.
Foto: Designed by freepik
Sumber:
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/27/sudah-terampilkah-ibu-dalam-menyusui-bayinya
https://www.medela.us/breastfeeding/articles/how-much-breast-milk-does-a-baby-need

Kebutuhan ASI Bayi Baru Lahir hingga Usia 1 Bulan

Tantrum adalah ekspresi luapan emosi, bisa berupa marah atau frustasi, yang ditunjukkan si Kecil. Begini cara mengatasinya yang benar.

Psikologi Anak

Parenting

Saat menginjak usia 2 tahun, anak mulai mengembangkan banyak emosi baru, termasuk emosi yang kuat yang justru bisa membuat diri si Kecil kewalahan dalam mengatasinya.
Emosi yang kuat itu di antaranya seperti rasa marah, frustasi, rasa malu, perasaan bersalah, maupun kegembiraan berlebihan. Termasuk salah satunya, tantrum.
Tentu AyBun tidak asing lagi dengan tantrum. Tantrum adalah ekspresi luapan emosi, bisa berupa marah atau frustasi, yang ditunjukkan si Kecil saat mereka tidak mendapatkan yang diinginkan.
AyBun mungkin merasa lelah atau ikut frustasi saat menghadapi si Kecil sedang tantrum. Namun amarah dari anak yang sedang tantrum sebetulnya tidak perlu dikhawatirkan. Pasalnya, bagi anak-anak khususnya balita, temper tantrum merupakan bagian dari fase perkembangan psikologi mereka menuju dewasa.
Tantrum sebetulnya merupakan fase sementara. Umumnya terjadi pada anak-anak usia pra sekolah yakni 1 &ndash; 3 tahun, atau 4 tahun. Namun pada sebagian anak, dapat terbawa hingga ia berusia 8 tahun, bahkan dalam kasus tertentu ada pula yang terbawa hingga mereka beranjak dewasa.
Inilah yang perlu AyBun waspadai. Sebab, tantrum yang terbawa hingga dewasa justru akan menjadi boomerang tersendiri bagi si anak, kelak. Tantrum bisa &lsquo;terbawa&rsquo; sampai dewasa jika AyBun tak membantu anak mengelola pengalaman emosinya dengan efektif sejak dini. Oleh karena itu, penting sekali bagi AyBun untuk membantu mereka melewati fase perkembangan emosi ini dengan baik.
<h2>Cara Mengatasi Anak Tantrum</h2>
Lalu, apa sebaiknya yang harus AyBun lakukan untuk membantu si Kecil yang sedang tantrum? AyBun, ada beberapa tips yang dapat dilakukan orang tua untuk membantu anak mengelola emosinya di masa fase emas pertumbuhan psikologi mereka.
Pertama, AyBun perlu mengenali penyebab umum si Kecil tantrum. Ada beberapa jenis penyebab yang umumnya dapat menjadi pemantik anak tantrum. Rasa lapar, lelah, bosan, dapat menjadi penyebab utama anak merasa kesal hingga akhirnya melontarkan tantrum.
Belum bisa bicara dengan jernih atau belum bisa menyampaikan maksud dengan jelas pun bisa menyebabkan anak frustasi, dan akhirnya melepaskan emosi lewat tantrum. Begitu pula adanya perubahan rutinitas, terlebih apabila perubahannya mendadak dan anak tidak siap, dapat memicu anak tantrum.
Dengan lebih peka, AyBun dapat mencari solusi sekaligus mengawal anak mengatasi emosi berlebihnya. Selain itu, AyBun juga dapat lebih tenang karena bisa memahami dan mencegah si Kecil tantrum.&nbsp;&nbsp;
Kedua, dampingi anak dan beri ia waktu untuk meluapkan pengalaman emosi selama tidak menyakiti diri sendiri, orang lain, dan/atau lingkungan. Kepekaan dan penilaian AyBun terhadap waktu di sini sangat penting karena jangan sampai membiarkannya terlalu lama.&nbsp;
Ketiga, ketika anak sudah lebih tenang, coba ajak si Kecil memahami perasaannya. Kenalkan ia dengan pengalamannya tersebut melalui kata-kata yang dapat dipahaminya.&nbsp;
Contoh kalimat yang dapat membuka wawasan si Kecil terhadap apa yang dialaminya:&nbsp;
-&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &ldquo;Kakak menangis karena bosan menunggu Ayah ya?&rdquo;
-&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &ldquo;Adik kesal ya karena mainannya direbut Kakak?&rdquo;
-&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &ldquo;Baterainya habis ya, mainannya gak bisa nyala jadi Adik marah?&rdquo;
Dengan mengajak anak &lsquo;berdiskusi&rsquo; kecil tentang apa yang menimpa dirinya, dia pun menjadi lebih mengerti akan dengan dirinya, perasaan yang dialaminya, sekaligus mengarahkannya untuk memahami pula penyebabnya dan cara mengatasinya.
Keempat, AyBun dapat mengakui emosi anak sambil memberikan batasan, kemudian kenalkan perilaku alternatif dari tantrumnya tersebut. Hal ini agar anak menjadi paham bahwa ia boleh merasa sedih, merasa marah, merasa kecewa, dan perlu belajar untuk mengungkapkannya tanpa kekerasan.
Contoh kalimat yang dapat membantu anak menyadari emosinya dan memiliki pilihan perilaku alternatif:
-&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &ldquo;Wajar Kakak marah karena &hellip;, tapi bukan berarti boleh dikeluarkan dengan pukulin Bunda, ya.&rdquo;
-&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; &ldquo;Pelan-pelan aja ya Dek bicaranya. Pasti Ayah dengerin kok.&rdquo;
Kerap terjadi, diri AyBun sebagai orang tua terpancing dengan tantrum si Kecil. Namun, penting sekali AyBun bersikap tenang pada saat anak tantrum. Tetap tenang dan jangan membalas berteriak atau memaksa anak menghentikan emosinya.
Misalnya, meremehkan emosi atau perspektif anak. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kalimat, &ldquo;Ya ampun.. Masa gini doang nangis sih?&rdquo; &ldquo;Aduh ini kan hal sepele!&rdquo; &ldquo;Masa hal sepele ini aja buat Adik marah!&rdquo; Dan lain sebagainya.
Hal tersebut justru dapat berbalik tidak baik bagi si Kecil yang perlu dibantu untuk mempelajari cara mengelola emosi. Pastikan si Kecil tahu bahwa AyBun menanggapi pengalaman dan perasaannya dengan serius.
Contoh hal lainnya yang perlu AyBun waspadai dan hindari yakni mengatur apa yang harus dirasakan anak. Misalnya dengan kalimat seperti, &ldquo;Jangan marah! jangan nangis!&rdquo; &ldquo;Berhenti nggak nangisnya sekarang?&rdquo; &ldquo;Adik tuh udah besar! Ngga perlu cengeng deh.&rdquo;
Biarkanlah si Kecil mengenali dan memproses perasaan yang muncul di dalam dirinya. Ajarkan dia cara meregulasinya, bukan cara menyangkal ataupun mengabaikan perasaan yang ada.
Selain itu, jangan sampai AyBun justru terjebak dalam praktik membohongi anak. Misalnya melontarkan kalimat, &ldquo;TVnya rusak, ngga bisa dinyalain lagi.&rdquo; &ldquo;Yah permennya udah kadaluwarsa.. Nggak boleh dimakan sama anak kecil!&rdquo; &ldquo;Permennya udah Ayah buang semua, udah enggak ada lagi.&rdquo; Dan lain sebagainya.
Percayalah AyBun, hal ini tidak positif. Hindari membohongi si Kecil karena hal ini dapat melunturkan rasa percayanya kepada AyBun.
Lalu, apa yang perlu dilakukan atau diucapkan saat si Kecil tantrum? Di antara pilihan kalimat yang dapat AyBun katakana, misalnya:
- &ldquo;Adik kenapa marah-marah? Coba sini ceritakan, Bunda mendengarkan yah..&rdquo;
- &ldquo;Yuk, biar Adik tenang coba tarik napas perlahan bareng-bareng yah..&rdquo;
Sikap tenang AyBun akan membuat tantrum si Kecil lebih mudah untuk diatasi. AyBun juga bisa mengajak si Kecil ke tempat yang lebih tenang guna menenangkan emosinya.
Jika tantrum si Kecil tidak kunjung mereda, AyBun dapat melakukan pengamatan dengan lebih mendalam. AyBun perlu segera berkonsultasi dengan tenaga profesional jika si Kecil menunjukkan gejala-gejala di bawah ini:
-&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Tantrum tidak hilang sampai usia si Kecil lebih dari 5 tahun.
-&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Tantrumnya menjadi lebih parah, yakni semakin sering terjadi dan dengan durasi yang lebih Panjang.
-&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Tantrum si Kecil disertai pula dengan perilaku menyakiti diri sendiri, orang lain dan/atau merusak lingkungan.
-&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp; Saat tantrum, anak menahan napas.
Tantrum merupakan bagian penting yang memang perlu dilewati seorang anak yang sedang bertumbuh dan berkembang menuju fasenya yang lebih dewasa. Dan di saat krusial itu, si Kecil teramat sangat membutuhkan perhatian, pengertian, juga arahan AyBun untuk mengatasinya. Semangat selalu, AyBun!

Cara Mengatasi Anak Tantrum & Mencegahnya Terbawa Hingga Dewasa

Proses pengeluaran kotoran yang dihasilkan sistem pencernaan dibuang melalui anus saat defekasi atau BAB, umumnya BAB dilakukan 1 atau dua kali sehari. Jika terjadi masalah pencernaan biasanya dapat ditandai dengan warna feses yang berbeda. Yuk, kenali warna-warna feses untuk mengetahui kondisi kesehatan pencernaan di sini.

Pencernaan

Masalah Kesehatan

Proses mengeluarkan kotoran dari dalam tubuh merupakan salah satu bagian dari kesehatan pencernaan, bila si Kecil sulit buang air besar atau BAB akan mengeluarkan warna yang tidak seperti biasanya, hal ini bisa jadi ada yang kurang sehat pada proses pencernaan.&nbsp;
Umumnya anak akan mengeluarkan fese atau BAB 1 sampai dua kali sehari. Jika lebih atau kurang dari itu mungkin akan ada tanda atau gejala yang terjadi pada kesehatannya baik atau tidak. Untuk itu yuk, kenali warna BAB anak yang dikategorikan berbahaya!
<h2>3 Warna Feses Anak yang Berbahaya</h2>
<h3>1. Feses berwarna putih seperti dempul</h3>
Kotoran warna ini memang jarang ditemui, tetapi jika Ayah Bunda melihat si Kecil BAB dengan warna ini kemungkinan gangguan yang serius pada saluran empedu bayi. Sehingga perlu hubungi dokter atau kunjungi fasilitas kesehatan terdekat.
<h3>2. Feses berwarna merah</h3>
Jika anak mengeluarkan feses berwarna merah perlu dilihat lebih lanjut apakah merah bercampur lendir yang artinya ada pertanda penyakit saluran cerna. Namun, jika berwarna merah segar seperti darah dan menetes: pertanda kelainan usus, perdarahan, atau luka di daerah anus.
<h3>3. Feses berwarna hitam</h3>
Pada beberapa kondisi perubahan warna feses yang hitam disebabkan karena warna darah yang berubag di dalam usus. Ayah Bunda perlu memeperhatikan kondisi si Kecil bila:
- Tidak hilang setelah bayi berusia 5 hari adalah tanda bahaya pada bayi baru lahir
- Warna hitam seperti teh atau kopi adalah pertanda perdarahan pada kerongkongan dan lambung
Lalu, seperti apa warna feses yang normal pada bayi?
<h2>Warna Feses Normal pada Bayi</h2>
- Hitam: pada bayi usia 2 sampai 3 hari
- Kuning: pada bayi ASI
- Kehijauan: pada bayi susu formula
- Coklat: pada bayi MPASI
Warna tinja juga dipengaruhi saluran empedu dan hati
Jika AyBun menemukan kelainan pada warna BAB anak dan/atau disertai:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kenaikan BB tidak adekuat atau berlebih</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Perut tampak kembung</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Nyeri perut</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Diare lebih 3 hari</li>
</ul>
Segera bawa anak ke fasilitas kesehatan!
Itulah warna feses anak yang penting untuk AyBun agar memastikan si Kecil dalam kondisi sehat atau tidak. Hal ini tentunya berhubungan dengan asupan gizi yang dimiliki anak. Dari warna feses Ayah Bunda bisa langsung melihat hasil kotoran yang terlihat, sehingga jika anak mengalami suatu masalah di dalam sistem pencernaannya, maka kondisi itu tidak menimbulkan dampak yang besar.
Yuk, Ayah Bunda pastikan si kecil dapat asupan zat besi yang cukup dengan ASI atau susu dan beragam makanan di atas! Bila Ayah Bunda khawatir jangan ragu untuk menghubungi dokter lewat Tanya Ahli Premium di aplikasi Tentang Anak. Unduh dan gunakan aplikasi Tentang Anak sekarang untuk mendampingi Ayah Bunda dalam mengasuh si Kecil.
Foto: www.unsplash.com
Sumber:
https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/warna-tinja-apakah-berhubungan-dengan-penyakit

3 Warna BAB Anak yang Termasuk Berbahaya!


Memasuki masa MPASi memang anak menyukai makanan yang ernyah dan memiliki takstur krispi, salah satunya kerupuk, tetapi sebenarnya bolehkah bayi makan kerupuk?

Nutrisi

Kerupuk adalah salah satu makanan ringan yang telah lama menjadi favorit di Indonesia. Namun, sebagai orang tua, mungkin Ayah Bunda bertanya-tanya, "Bolehkah bayi makan kerupuk?" Kehati-hatian dalam memberikan makanan kepada anak-anak sangatlah penting, terutama saat mereka masih dalam tahap perkembangan bayi dan balita. Artikel ini akan membahas mengenai apakah boleh atau tidak memberikan kerupuk kepada balita, serta pertimbangan penting yang harus Ayah Bunda perhatikan.
<h2>Pertimbangan Umur dan Kesiapan Anak</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/64de3ce8-1380c09b-286f-42a2-96c5-72f46fb90d56.jpg" />
Sebelum memutuskan apakah balita boleh makan kerupuk, penting untuk mempertimbangkan usia dan kesiapan mereka. Pada usia balita (1-3 tahun), sistem pencernaan dan gigi masih dalam tahap perkembangan. Kerupuk yang keras dan renyah dapat menjadi sulit untuk dicerna oleh sistem pencernaan balita yang masih sensitif. Selain itu, risiko tersedak juga perlu diperhatikan, terutama jika balita belum memiliki kemampuan mengunyah dengan baik.
&nbsp;
<h3>Kandungan Gizi dan Nutrisi</h3>
Kerupuk umumnya memiliki sedikit nilai gizi dan nutrisi. Sebagai orang tua, Ayah Bunda mungkin ingin memastikan bahwa makanan yang diberikan kepada balita kaya akan nutrisi yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan mereka. Kerupuk cenderung tinggi garam dan rendah serat, protein, serta vitamin yang dibutuhkan oleh balita. Lebih baik memberikan makanan lain yang lebih kaya akan nutrisi.
&nbsp;
<h3>Bahaya Tersedak</h3>
Salah satu risiko utama ketika memberikan kerupuk kepada balita adalah risiko tersedak. Balita belum memiliki koordinasi dan kemampuan mengunyah yang cukup baik untuk mengatasi makanan yang keras dan renyah. Potongan-potongan kecil kerupuk dapat dengan mudah tersangkut di tenggorokan atau saluran napas balita, menyebabkan tersedak. Tersedak adalah situasi darurat yang dapat membahayakan nyawa balita.
&nbsp;
<h3>Alternatif Makanan yang Aman dan Bergizi</h3>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/64de3c93-13fd2e20-d965-4d42-9251-2a6c6dd96063.jpg" />
Sebagai pengganti kerupuk, ada banyak pilihan makanan yang aman dan bergizi bagi balita. Buah-buahan potong, sayuran rebus, roti tawar tanpa kulit keras, atau makanan penutup seperti yogurt rendah gula adalah beberapa contoh pilihan yang lebih sesuai untuk balita. Pilih makanan yang lembut, mudah dicerna, dan kaya akan nutrisi.
Jika, masih bingung pilihan variasi menu MPASI anak, Ayah Bunda juga bisa baca <a href="https://tentanganak.com/artikel/resep-mpasi-bayi/">rekomendasi resep MPASI dari Kemenkes RI di sini, lho!</a>
Setelah usia 9 bulan umumnya anak mulai menyukai tekstur makanan yang garing dan renyah seperti kerupuk. Di usia tersebut kerupuk boleh diberikan hanya sebagai camilan bukan lauk utama.
<a href="https://tentanganak.com/artikel/tahapan-tekstur-makanan-bayi/">Kenali tahapan tekstur makan bayi di sini supaya gak keliru saat memberi makan si Kecil</a>. Walaupun kerupuk mudah hancur dan memang mengandung banyak lemak, tetapi kandungan garamnya tinggi.
Agar asupan lebih bergizi dan bervariasi, AyBun dapat sediakan jenis makanan lain yang mirip kerupuk namun lebih tinggi protein dan lemak lho!
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kulit ayam</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tempe goreng kriuk</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kulit ikan crispy</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Rempeyek teri</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Paru sapi goreng</li>
</ul>
&rdquo;Emang anak boleh banyak makan lemak sampai usia berapa Dok?&rdquo;
Lemak salah satu asupan sangat dibutuhkan anak untuk perkembangan otak, sehingga harus dicukupkan sesuai anjuran, 30-45% dari total asupan harian. Tidak perlu dikurangi pada anak usia &lt;2 tahun karena tidak meningkatkan risiko penyakit berbahaya di masa depan.
PENTING!
Agar asupan nutrisi lainnya tetap terpenuhi, pastikan AyBun membatasi jumlah kerupuk yang dimakan anak dengan:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menaruh wadah kerupuk di luar jangkauan anak&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Hanya menyediakan di salah satu jam makan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Diberikan dengan jumlah yang tetap setiap harinya, misal: maksimal 3 keping per hari</li>
</ul>
&nbsp;
<h3>Pengawasan Orang Tua</h3>
Jika Ayah Bunda memutuskan memberikan kerupuk kepada balita, pengawasan sangatlah penting. Jangan pernah biarkan balita makan kerupuk tanpa pengawasan langsung. 
Pastikan potongan kerupuk yang diberikan cukup kecil untuk mengurangi risiko tersedak. Selalu ada di dekat balita saat mereka makan untuk dapat merespons dengan cepat jika terjadi masalah.
&nbsp;
<h3>Konsultasi dengan Dokter atau Ahli Gizi</h3>
Keputusan memberikan kerupuk kepada balita sebaiknya didiskusikan dengan dokter atau ahli gizi. Mereka dapat memberikan panduan yang lebih spesifik berdasarkan kondisi kesehatan dan perkembangan anak Ayah Bunda. 
Jika ada riwayat alergi atau masalah kesehatan lainnya, konsultasi medis menjadi semakin penting sebelum memutuskan memberikan kerupuk kepada balita.
Dalam banyak kasus, sebaiknya Ayah Bunda menunda memberikan kerupuk kepada balita sampai mereka lebih tua dan kemampuan mengunyah serta sistem pencernaan mereka lebih matang. Nutrisi dan keselamatan anak harus menjadi prioritas utama.&nbsp;
Pilihlah alternatif makanan yang aman dan bergizi untuk memastikan balita mendapatkan asupan nutrisi yang baik selama periode penting perkembangan mereka. Ingatlah bahwa pengawasan dan konsultasi medis adalah kunci dalam membuat keputusan terbaik untuk kesehatan dan kesejahteraan balita Ayah Bunda.
Foto: Freepik

Bolehkah Bayi Makan Kerupuk? Panduan dan Pertimbangan

Bentuk &amp; ukuran testis berpengaruh pada kesehatan anak. Pastikan memantaunya dengan mengetahui ciri dan bentuk testis normal berikut ini.

Penyakit Kulit & Kelamin

Mempunyai bentuk testis normal pada bayi itu penting. Sama pentingnya untuk para orang tua memperhatikan dan menyadari sedari dini kondisi testis bayi.
 Pasalnya, hal itu berhubungan dengan <a href="https://tentanganak.com/artikel/perkembangan-bayi-12-bulan-dan-stimulasi-yang-tepat-sesuai-kebutuhan/">perkembangan bayi</a> saat menjadi dewasa. Ini akan mempengaruhi pembentukan spermanya sehingga kesuburannya kelak.
Oleh karena itu, bagi AyBun yang memiliki jagoan kecil, sebaiknya melakukan pemeriksaan testis si Kecil sejak sedini mungkin.
 Hal ini bertujuan untuk mencegah berbagai risiko yang mungkin muncul pada kemudian hari. Yuk, simak ciri-ciri testis normal pada anak.
&nbsp;
<h2>Ukuran testis dapat berbeda antara kanan dan kiri</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/1689176667.png" />
Hal ini normal ya, AyBun. Posisi testis juga tidak selalu sejajar. 
Bahkan, testis kanan seringkali sedikit lebih besar dan testis kiri seringkali lebih rendah rendah dibandingkan dengan testis kanan.
Sebelum lahir, bentuk testis bayi laki-laki berkembang di dalam perut. Menjelang persalinan, organ-organ ini bergerak melalui saluran di selangkangan. 
Saat semuanya berjalan normal, testis kemudian akan jatuh ke dalam skrotum, kantong kulit di bawah penis.
Pada beberapa anak laki-laki, terutama yang lahir prematur, kerap terjadi salah satu atau kedua testis tidak turun ke skrotum sebelum kelahiran. 
Kasus testis yang tidak turun ini dikenal juga dengan kasus cryptorchidism.
Untuk bayi yang lahir dengan kondisi tersebut, testis terkadang turun dengan sendirinya &ndash; <a href="https://tentanganak.com/artikel/contoh-jadwal-makan-bayi-6-bulan-yang-baik/">biasanya pada sekitar usia 6 bulan</a>. Namun pada kasus lainnya, diperlukan perawatan bahkan hingga operasi.
&nbsp;
<h2>Ukuran testis sebesar kacang merah&nbsp;</h2>
Ukuran ini untuk anak usia kurang dari 1 tahun. Sebesar kacang merah berarti sekitar &plusmn; 2 mL.
Namun untuk pengukuran yang akurat, perlu dilakukan oleh dokter dengan alat orchidometer.
&nbsp;
<h2>Teraba adanya skrotum atau kantung buah zakar</h2>
Perhatikan bentuk penis si Kecil secara detail. AyBun perlu berkonsultasi ke dokter jika tidak teraba testis di kantong buah zakar anak hingga usia 6 bulan.
Lalu, perhatikan juga bentuknya:
<ul>
<li>Apakah penis seperti bengkok? </li>
<li>Atau lubang kencing terletak di tengah? </li>
<li>Kedua buah pelir di kantong skrotum?</li>
</ul>
Kemudian, lakukan juga konsultasi kepada dokter jika menemukan buah zakar si Kecil membengkak dan kemerahan.
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/1689176693.png" />
Salah satu risiko dari pembengkakan testis apabila dibiarkan, yaitu hidrokel. Hidrokel sangat umum menyerang anak laki-laki. 
Pada kondisi ini, kantung berisi cairan berkembang di dalam skrotum di sekitar testis sehingga tampak bengkak. Testis tidak terasa sakit dan teraba seperti balon berisi air.
Hidrokel dapat terjadi pada salah satu maupun kedua sisi skrotum. 
Sebelum bayi lahir, buah zakarnya berkembang di dalam janin. Menjelang kelahirannya, mereka turun ke dalam skrotum.
Biasanya, pembuluh yang dilewati menutup dengan sendirinya. Namun, jika hal ini tidak terjadi, sejumlah kecil cairan dari dalam perut bocor ke dalam skrotum. 
Hal ini menyebabkan pembengkakan, baik di salah satu maupun di kedua sisi skrotum.
Sebagian kasus hidrokel akan menghilang dengan sendirinya saat usia bayi sekitar 15 &ndash; 18 minggu dan tidak menyebabkan masalah serius.
Namun, adakalanya kasus hidrokel bisa membesar dan menyebabkan ketidaknyamanan pada anak. 
Jika pembengkakan akibat hidrokel tidak hilang juga, AyBun sebaiknya segera konsultasi ke dokter. Ada kemungkinan si Kecil perlu dioperasi.
Di sisi lain, AyBun juga perlu segera berkonsultasi ke dokter jika menemukan benjolan menetap. Benjolan ini tidak bergerak seperti naik turun, berisi cairan dan bertahan hingga usia 1 tahun.
---
<a href="https://tentanganak.onelink.me/Shof/tanyaahli" target="_blank" rel="noopener">Aplikasi Tentang Anak menyediakan fitur Tanya Ahli</a>. Aybun bisa memanfaatkan fitur ini untuk konsultasi darurat pada dokter anak.
Selain konsultasi, AyBun juga bisa memanfaatkan fitur lainnya, seperti jadwal imunisasi hingga pemantau pertumbuhan anak sesuai dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) Indonesia.&nbsp;
Semua fitur ini bisa diakses secara GRATIS. <a href="http://onelink.to/tentanganak">Yuk, download sekarang</a>!
---

Bentuk dan Ukuran Testis Normal pada Bayi, Cek Ciri-cirinya!


Cegukan pada bayi bisa disebabkan oleh posisi makan yang salah. Berikut ini cara mengatasinya dengan cepat.

Cegukan adalah kondisi yang sering terjadi pada bayi. Bahkan, si kecil sudah mengalami cegukan saat dia masih berada dalam kandungan. Perlu ayah-bunda ketahui, cegukan adalah hal yang normal dan tidak perlu dikhawatirkan.&nbsp;
Meskipun cegukan pada bayi umumnya tidak berbahaya, namun jika terjadi terlalu sering atau berlangsung dalam waktu yang lama, cegukan dapat mengganggu pola makan, tidur, dan bahkan perkembangan bayi. Nah, ayah-bunda, jika si kecil mengalami cegukan dalam waktu yang lama, jangan panik. Di artikel ini terdapat sejumlah tips yang dapat dicoba untuk menghilangkan cegukan bayi. Mau tahu penjelasannya? Yuk, baca artikel ini hingga tuntas.
<h2>Mengapa Cegukan Bisa Terjadi?</h2>
Mengapa si kecil dan orang dewasa pada umumnya bisa mengalami cegukan? Suara "hic" saat kita cegukan dihasilkan ketika terjadi kontraksi mendadak pada diafragma, yang merupakan otot penting untuk bernapas. Kontraksi ini terjadi tiba-tiba dan tidak terkendali, dan menyebabkan pita suara tertutup. Kondisi tersebut biasanya terjadi ketika kita makan, minum atau menghadapi situasi yang membuat stres.
<h2>Penyebab Cegukan pada Bayi</h2>
Hingga saat ini, belum ada penelitian yang menyimpulkan penyebab tunggal dari cegukan. Sebagian ahli mengatakan bahwa cegukan disebabkan karena meningkatnya gas di dalam perut akibat terlalu banyak makan, atau karena bayi menelan terlalu banyak udara saat minum susu atau ketika si kecil menangis.
<h2>Cara Efektif Menghilangkan Cegukan pada Bayi&nbsp;</h2>
Seperti disinggung sebelumnya, cegukan merupakan kondisi yang normal dan tidak berbahaya. Pada umumnya cegukan akan berhenti setelah beberapa saat. Namun, jika si kecil mengalami cegukan dalam waktu yang lama dan sudah terlihat tidak nyaman, beberapa cara berikut ini dapat menghentikan cegukan:
<h3>1. Buat Bayi Bersendawa</h3>
Bersendawa dapat membantu mencegah dan menghentikan cegukan. Cobalah untuk membuat bayi bersendawa dengan meletakkan bayi di atas bahu Anda, kemudian sambil memegang kepala dan leher bayi dengan lembut, cobalah untuk menepuk punggung bayi dengan lembut hingga dia bersendawa.
<h3>2. Berikan Gripe Water</h3>
Gripe water adalah campuran berbagai bahan herbal yang dapat diberikan pada bayi sebagai obat pencahar atau untuk meredakan gejala kembung, kolik, dan masalah pencernaan lainnya. Namun, sebelum memberikan gripe water pada bayi, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter anak terlebih dahulu.&nbsp;
<h3>3. Berikan Empeng</h3>
Beberapa ahli meyakini empeng bayi dapat membantu meredakan cegukan. Alasannya karena saat menghisap empeng, diafragma bayi cenderung berada pada posisi relax.
<h3>Cara Mencegah Cegukan</h3>
Selain menerapkan beberapa cara yang dapat menghilangkan cegukan, ayah bunda juga dapat meminimalisir terjadinya cegukan pada si kecil dengan melakukan hal berikut ini:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Untuk mencegah bayi menelan terlalu banyak udara, ganti posisi makan si kecil menjadi lebih tegak.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Jangan berikan susu dengan botol yang setengah terisi karena akan lebih banyak mengandung udara.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Jangan terburu-buru saat memberikan si kecil makan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Jangan memberikan porsi makanan terlalu banyak pada si kecil.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Gendong bayi dalam posisi tegak setelah makan untuk memastikan proses pencernaan berjalan dengan baik. </li>
</ul>
Nah, itulah sejumlah cara yang bisa dilakukan untuk menghentikan dan mencegah cegukan pada bayi. Jika si kecil mengalami cegukan terlalu sering atau terlalu lama, atau berada dalam kondisi kesakitan yang membuatnya sangat tidak nyaman, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter anak. Selamat mencoba!
Foto: Designed by freepik
Sumber:
https://www.webmd.com/baby/what-to-do-if-your-baby-has-hiccups#:~:text=Hiccups%20are%20normal%20and%20usually,or%20after%20feeding%20to%20relax.

Cara Menghilangkan Cegukan pada Bayi, Cepat dan Efektif

Ketahui bentuk dan warna feses bayi yang normal hingga yang patut dicurigai untuk memastikan kesehatan mereka optimal. Temukan panduan tentang perubahan normal dan tanda-tanda masalah kesehatan.&nbsp;

Setelah mulai menyusui, bayi akan memiliki dorongan untuk buang air besar. 
Penting bagi ayah bunda untuk rutin mengamati feses bayi karena feses dapat menjadi petunjuk kondisi kesehatannya. 
Yuk simak bagaimana ciri-ciri feses normal serta pola buang air besar yang sehat pada bayi.&nbsp;
<h2>Warna Feses Bayi yang Normal</h2>
Warna feses bayi dapat menjadi indikator penting kesehatan mereka. Berikut adalah panduan warna feses berdasarkan jenis pemberian makanan:
<ul>
<li>Jika bayi AyBun hanya diberi ASI: Warna feses yang normal adalah kuning kehijauan. Ini menjadi tanda bahwa pencernaan bayi berjalan dengan baik dan asupan ASI mereka mencukupi.</li>
<li>Jika bayi AyBun diberi susu formula: Feses bayi biasanya akan berwarna coklat muda hingga kekuningan. Perubahan warna ini adalah hasil dari perbedaan dalam komposisi susu formula dibandingkan dengan ASI.</li>
<li>Jika bayi AyBun belum sempat menyusui setelah lahir: Feses yang normal pada tahap awal akan berwarna hijau tua atau hitam. Ini adalah meconium, feses pertama bayi yang menunjukkan bahwa sistem pencernaan mereka telah mulai berfungsi. Bisa juga disebabkan karena foremilk (ASI pertama yang diperoleh bayi ibu pada awal sesi menyusui) memiliki kandungan kalori rendah dan tinggi laktosa, sedangkan hindmilk (ASI yang bayi dapatkan setelahnya) memiliki kandungan lemak yang tinggi. Bayi yang mengonsumsi terlalu banyak foremilk bisa menyebabkan BAB berwarna hijau.&nbsp;</li>
<li>Warna feses yang perlu diwaspadai yakni putih atau abu-abu: Warna ini bisa menandakan masalah kesehatan, seperti gangguan pada aliran empedu. Jika AyBun melihat warna ini pada feses Si Kecil, segera konsultasikan dengan dokter spesialis anak untuk mendapatkan penanganan yang tepat.</li>
</ul>
<h2>Tekstur Feses Bayi yang Normal</h2>
Tekstur feses bayi dapat memberikan petunjuk penting tentang kesehatannya. Berikut adalah panduan berdasarkan jenis makanan yang diberikan:
<h3>Bayi yang hanya minum ASI</h3>
<ul>
<li>Tekstur: Cenderung cair dan agak lembut.</li>
<li>Penjelasan: Ini adalah hal yang normal karena ASI memiliki kandungan yang mudah dicerna dan biasanya menghasilkan feses yang lebih cair.</li>
</ul>
<h3>Bayi yang minum susu formula</h3>
<ul>
<li>Tekstur: Lebih kental dan padat dibandingkan feses bayi yang hanya minum ASI.</li>
<li>Penjelasan: Susu formula mengandung komponen yang membuat feses lebih padat dan kental.</li>
</ul>
<h3>Tanda yang perlu diwaspadai</h3>
<ul>
<li>Feses terlalu cair dan berair: Ini bisa menandakan diare atau masalah pencernaan.</li>
<li>Feses berlendir: Kemungkinan menandakan infeksi atau iritasi pada saluran pencernaan.</li>
<li>Feses terlalu keras: Bisa menjadi indikasi sembelit atau kurangnya asupan cairan.</li>
</ul>
Jika AyBun melihat perubahan signifikan pada tekstur feses bayi, segera konsultasikan dengan dokter spesialis anak untuk memastikan kesehatan Si Kecil.
<h2>Frekuensi BAB Bayi yang Normal</h2>
Frekuensi BAB Bayi yang Normal yakni
<h3>Bayi di Bulan Pertama Kehidupan:</h3>
<ul>
<li>Frekuensi: Bayi yang hanya mengonsumsi ASI cenderung buang air besar lebih sering, bahkan lebih dari 5 kali sehari.</li>
<li>Penjelasan: Pada bulan pertama, enzim usus bayi masih berkembang dalam mencerna ASI, sehingga frekuensi BAB menjadi lebih tinggi.</li>
</ul>
<h3>Setelah Usia 1 Bulan</h3>
<ul>
<li>Frekuensi: Frekuensi buang air besar bisa berkurang menjadi sekali sehari atau bahkan 3 hari sekali atau lebih.</li>
<li>Penjelasan: Seiring berkembangnya sistem pencernaan, penyerapan ASI menjadi lebih efisien, sehingga frekuensi BAB berkurang. Selama feses tetap lembut dan bayi tidak menunjukkan gejala ketidaknyamanan, hal ini masih dianggap normal.</li>
</ul>
<h3>Tanda-tanda Perlu Waspada:</h3>
<ul>
<li>Tidak Kunjung BAB: Jika bayi tidak buang air besar selama 3 hari atau lebih.</li>
<li>Gejala Pendukung: Menangis, malas menyusu, gelisah, atau muntah.</li>
<li>Langkah Selanjutnya: Jika bayi menunjukkan gejala-gejala tersebut, segera konsultasikan dengan dokter anak karena ini bisa menjadi indikator adanya masalah kesehatan.</li>
</ul>
<h3>Mitos Kesehatan Seputar BAB Bayi</h3>
Ada banyak mitos kesehatan yang masih beredar di kalangan orang tua. Salah satunya terkait pola BAB dan feses bayi. Berikut ini beberapa di antaranya:
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/66a32e62-1473df55-ec4e-4f39-836c-4f58b189c5e9.png" alt="mitos seputar BAB bayi" width="600" height="275" />Sumber: Tentang Anak&nbsp;
Mitos-mitos tersebut sebaiknya tidak dijadikan patokan dalam memantau kesehatan bayi.
Baca juga: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=394">Anak Diare Boleh Minum Susu? Intip Jawabannya Di Sini</a>
<h2>Kesimpulan</h2>
Memantau warna, tekstur, dan frekuensi feses bayi secara rutin adalah langkah penting untuk memastikan kesehatan dan kesejahteraan Si Kecil.
Perubahan yang tiba-tiba atau tidak biasa dapat menjadi tanda adanya masalah kesehatan yang memerlukan perhatian.
Untuk mempermudah AyBun dalam melacak perkembangan dan kesehatan bayi, gunakan fitur <a href="tentanganak://baby-tracker?type=diaper_tracker">Diaper Tracker</a> di aplikasi Tentang Anak.
Fitur ini membantu AyBun mencatat dan memantau seberapa sering Si Kecil buang air besar dalam sehari.
Semoga informasi di atas bermanfaat!