
Cegukan pada bayi bisa disebabkan oleh posisi makan yang salah. Berikut ini cara mengatasinya dengan cepat.

Pencernaan

Masalah Kesehatan

Cegukan adalah kondisi yang sering terjadi pada bayi. Bahkan, si kecil sudah mengalami cegukan saat dia masih berada dalam kandungan. Perlu ayah-bunda ketahui, cegukan adalah hal yang normal dan tidak perlu dikhawatirkan.&nbsp;
Meskipun cegukan pada bayi umumnya tidak berbahaya, namun jika terjadi terlalu sering atau berlangsung dalam waktu yang lama, cegukan dapat mengganggu pola makan, tidur, dan bahkan perkembangan bayi. Nah, ayah-bunda, jika si kecil mengalami cegukan dalam waktu yang lama, jangan panik. Di artikel ini terdapat sejumlah tips yang dapat dicoba untuk menghilangkan cegukan bayi. Mau tahu penjelasannya? Yuk, baca artikel ini hingga tuntas.
<h2>Mengapa Cegukan Bisa Terjadi?</h2>
Mengapa si kecil dan orang dewasa pada umumnya bisa mengalami cegukan? Suara "hic" saat kita cegukan dihasilkan ketika terjadi kontraksi mendadak pada diafragma, yang merupakan otot penting untuk bernapas. Kontraksi ini terjadi tiba-tiba dan tidak terkendali, dan menyebabkan pita suara tertutup. Kondisi tersebut biasanya terjadi ketika kita makan, minum atau menghadapi situasi yang membuat stres.
<h2>Penyebab Cegukan pada Bayi</h2>
Hingga saat ini, belum ada penelitian yang menyimpulkan penyebab tunggal dari cegukan. Sebagian ahli mengatakan bahwa cegukan disebabkan karena meningkatnya gas di dalam perut akibat terlalu banyak makan, atau karena bayi menelan terlalu banyak udara saat minum susu atau ketika si kecil menangis.
<h2>Cara Efektif Menghilangkan Cegukan pada Bayi&nbsp;</h2>
Seperti disinggung sebelumnya, cegukan merupakan kondisi yang normal dan tidak berbahaya. Pada umumnya cegukan akan berhenti setelah beberapa saat. Namun, jika si kecil mengalami cegukan dalam waktu yang lama dan sudah terlihat tidak nyaman, beberapa cara berikut ini dapat menghentikan cegukan:
<h3>1. Buat Bayi Bersendawa</h3>
Bersendawa dapat membantu mencegah dan menghentikan cegukan. Cobalah untuk membuat bayi bersendawa dengan meletakkan bayi di atas bahu Anda, kemudian sambil memegang kepala dan leher bayi dengan lembut, cobalah untuk menepuk punggung bayi dengan lembut hingga dia bersendawa.
<h3>2. Berikan Gripe Water</h3>
Gripe water adalah campuran berbagai bahan herbal yang dapat diberikan pada bayi sebagai obat pencahar atau untuk meredakan gejala kembung, kolik, dan masalah pencernaan lainnya. Namun, sebelum memberikan gripe water pada bayi, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter anak terlebih dahulu.&nbsp;
<h3>3. Berikan Empeng</h3>
Beberapa ahli meyakini empeng bayi dapat membantu meredakan cegukan. Alasannya karena saat menghisap empeng, diafragma bayi cenderung berada pada posisi relax.
<h3>Cara Mencegah Cegukan</h3>
Selain menerapkan beberapa cara yang dapat menghilangkan cegukan, ayah bunda juga dapat meminimalisir terjadinya cegukan pada si kecil dengan melakukan hal berikut ini:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Untuk mencegah bayi menelan terlalu banyak udara, ganti posisi makan si kecil menjadi lebih tegak.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Jangan berikan susu dengan botol yang setengah terisi karena akan lebih banyak mengandung udara.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Jangan terburu-buru saat memberikan si kecil makan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Jangan memberikan porsi makanan terlalu banyak pada si kecil.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Gendong bayi dalam posisi tegak setelah makan untuk memastikan proses pencernaan berjalan dengan baik. </li>
</ul>
Nah, itulah sejumlah cara yang bisa dilakukan untuk menghentikan dan mencegah cegukan pada bayi. Jika si kecil mengalami cegukan terlalu sering atau terlalu lama, atau berada dalam kondisi kesakitan yang membuatnya sangat tidak nyaman, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter anak. Selamat mencoba!
Foto: Designed by freepik
Sumber:
https://www.webmd.com/baby/what-to-do-if-your-baby-has-hiccups#:~:text=Hiccups%20are%20normal%20and%20usually,or%20after%20feeding%20to%20relax.

Cara Menghilangkan Cegukan pada Bayi, Cepat dan Efektif

Pertumbuhan gigi bayi adalah salah satu indikator tumbuh kembang anak ketahui tahapan pertumbuhan gigi &amp; cara merawatnya bayi di artikel ini.

Kesehatan Gigi & Mulut

Kesehatan Anak

Kemunculan gigi pertama pada bayi mendapat atensi besar bagi orang tua. Sebagai bagian dari tumbuh kembang anak, tumbuhnya gigi menandakan bayi Ayah Bunda siap untuk mulai makan pertamanya dan berbicara.
&nbsp;
Umumnya gigi pertama pada bayi akan muncul saat masuk usia enam bulan, meskipun kondisi antara bayi berbeda-beda karena bisa saja gigi pertama bayi Ayah Bunda muncul sebelum atau justru sesudah usia enam bulan.&nbsp;
&nbsp;
Artikel ini akan membahas tahapan pertumbuhan gigi bayi dari usia 0-6 bulan hingga masuk usia balita yakni 2-6 tahun, dilanjutkan dengan hal-hal yang perlu Ayah Bunda perhatikan saat gigi tumbuh dan terakhir, ditutup dengan cara merawatnya sejak bayi untuk kesehatan gigi masa sekarang dan masa depan.&nbsp;
<h2>Pertumbuhan Gigi Bayi</h2>
Umumnya gigi bayi mulai tumbuh pada usia 6 bulan, meskipun ada beberapa bayi yang giginya mulai tumbuh ketika usia 4 atau lima bulan namun yang pasti idealnya munculnya gigi bayi pada usia di bawah 1 tahun.&nbsp;
&nbsp;
Pertumbuhan gigi bayi dimulai dari gigi seri bawah, diikuti oleh gigi seri atas, dan kemudian diikuti oleh gigi-gigi sisi dan gigi-gigi geraham belakang. Lebih lengkap tentang tahapan pertumbuhan gigi bayi, tersedia di bawah ini.&nbsp;&nbsp;
<h3>1. Usia 0-6 bulan&nbsp;</h3>
Bayi lahir tanpa gigi, dan hingga usia 5 bulan biasanya belum terlihat kemunculan gigi pertamanya. Namun, bayi memiliki kelenjar ludah yang menghasilkan air liur untuk membantu proses pencernaan dan menjaga kelembapan mulut.
<h3>2. Usia 6-12 bulan</h3>
Memasuki usia 6 bulan, gigi seri bawah biasanya muncul pertama kali. Selanjutnya diikuti oleh gigi seri atas. Pada umur sekitar 9 bulan, gigi samping (incisivus lateral) biasanya mulai muncul.
&nbsp;
<h3>3. Usia 12-24 bulan</h3>
Pada usia ini, gigi geraham belakang muncul, serta gigi samping atas dan bawah yang lain. Sehingga, pada usia 2 tahun, sebagian besar bayi sudah memiliki setidaknya 8 gigi seri dan beberapa gigi geraham.
<h3>4. Usia 2-3 tahun</h3>
Gigi belakang bayi biasanya mulai tumbuh, termasuk gigi geraham tiga yang besar dan kuat. Sehingga lebih kuat untuk mengunyah makanan yang keras.&nbsp;
<h3>5. Usia 3-6 tahun</h3>
Pada tahap ini, gigi susu telah tumbuh semua dan biasanya terdiri dari 20 gigi. Gigi susu biasanya mulai tanggal secara alami ketika gigi permanen mulai tumbuh.
<h2>Hal yang Perlu Diperhatikan Saat Gigi Bayi Tumbuh</h2>
Saat gigi bayi tumbuh akan terasa rasa tidak nyaman sehingga menjadi rewel atau mengalami penurunan nafsu makan. Ayah Bunda perlu ekstra perhatian dan penanganan saat gigi bayi tumbuh demi kesehatannya. Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan saat gigi bayi tumbuh:&nbsp;
<h3>1. Kebutuhan Perawatan Gigi yang Tepat&nbsp;</h3>
Mulai dari awal, perawatan gigi bayi harus diperhatikan, bahkan sebelum gigi pertama muncul dengan menjaga kebersihan mulut bayi seperti: mengelap gusi bayi dengan kain yang lembut dan membersihkan gigi bayi dengan sikat gigi bayi yang lembut dan pasta gigi khusus bayi yang aman.
<h3>2. Saat Gusi Bayi Bengkak dan Sakit</h3>
Pada saat gigi bayi tumbuh, beberapa bayi dapat mengalami gusi yang bengkak dan sensitif, serta terasa sakit. Meredakan gejala tersebut, Ayah Bunda dapat memberikan bantal dingin atau mainan berisi air yang dingin. Gunanya membantu meringankan nyeri dan mengurangi peradangan pada gusi bayi.
<h3>3. Bayi Merasa Tidak Nyaman&nbsp;</h3>
Sehingga menyebabkan kesulitan tidur, enggan makan, dan perubahan suasana hati. Jadi, perlu memastikan bahwa anak-anak tetap nyaman dan nyeri diatasi dengan cara yang tepat.
<h3>4. Hindari Memberi Makanan atau Minuman Manis Sebelum Tidur&nbsp;</h3>
Hal ini penting untuk mencegah gigi bayi dari kerusakan karies. Sebaiknya tidak memberikan makanan atau minuman yang manis dan membersihkan gigi bayi sebelum tidur.
&nbsp;
<h3>5. Mengunjungi Dokter Gigi Secara Teratur&nbsp;</h3>
Meskipun gigi bayi tidak permanen, mereka perlu dirawat dengan baik dan dipantau secara teratur oleh dokter gigi. Dokter gigi dapat membantu memeriksa kesehatan gigi bayi dan memberikan saran mengenai perawatan gigi yang tepat.
<h2>Merawat Gigi Sejak Dini&nbsp;</h2>
Mulut dan gigi bisa membawa masalah serius jika tidak dirawat sejak dini, bahkan menyebabkan gangguan kesehatan. Agar kelak tidak mengalami kondisi tersebut, Ayah Bunda perlu menanamkan kebiasaan baik pada gigi anak sejak dini bahkan dimulai dari bayi.&nbsp;
&nbsp;
Perhatian Ayah Bunda pada kesehatan gigi anak akan membuat mereka juga melanjutkan hal baik dan bertanggung jawab sejak dini akan giginya. Berikut perawatan gigi yang bisa ditanamkan sejak dini:&nbsp;
<h3>1. Bersihkan Mulut Bayi Setelah Makan</h3>
Meskipun bayi belum memiliki gigi, bersihkan mulut mereka dengan kain lembut atau bola kapas yang dibasahi dengan air bersih setelah makan. Membersihkannya dapat menghindari penumpukan bakteri.
<h3>2. Sikat Gigi Bayi Dua Kali Sehari&nbsp;</h3>
Setelah gigi bayi mulai tumbuh, mulai sikat gigi bayi dua kali sehari dengan sikat gigi bayi yang lembut dan pasta gigi bayi yang aman. Pasta gigi yang aman untuk bayi biasanya mengandung fluoride dan mempunyai rasa yang disukai bayi.
<h3>3. Jadwalkan Waktu jika Anak Makan atau Minuman Manis&nbsp;</h3>
Memberikan makanan atau minuman manis sebaiknya ditetapkan waktunya. Sehingga setelah mengonsumsinya, langsung dapat membersihkan gigi. Hindari memberikan makanan atau minuman manis sebelum tidur.
<h3>4. Beri Mainan atau Teether yang Aman</h3>
Hal tersebut dapat membantu meredakan gusi bayi yang sakit dan membantu perkembangan gigi bayi.
<h3>5. Hindari Memberikan Botol Susu pada Bayi Ketika Tidur&nbsp;</h3>
Hal ini bisa meningkatkan risiko gigi berlubang dan gigi rusak. Sebaiknya berikan botol susu pada bayi saat mereka bangun dan duduk.
&nbsp;
<h3>6. Periksakan Gigi Bayi ke Dokter Gigi Secara Teratur</h3>
Dokter gigi dapat membantu memeriksa kesehatan gigi bayi dan memberikan saran mengenai perawatan gigi yang tepat, agar membantu mencegah masalah gigi di masa depan dan anak memulai kebiasaan yang baik dalam menjaga kesehatan gigi mereka.
Orang tua berperan dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut di masa awal pertumbuhan bayi dan tidak boleh diremehkan. Saat gigi anak sehat, ia tidak akan kesulitan mengunyah makanan sehingga nutrisinya tercukupi.&nbsp;
 Foto: Freepik
Sumber:
https://www.pregnancybirthbaby.org.au/baby-teeth#:~:text=Babies%20are%20usually%20born%20with,teeth%20will%20usually%20have%20appeared.

Tahapan Pertumbuhan Gigi Bayi dan Cara Merawatnya

Kapan bayi mulai MPASI? Pada umumnya dokter spesialis anak akan merekomendasikan orang tua untuk memberikan MPASI pada usia 6 bulan. Pada umumnya, ketika memasuki usia 6 bulan, fisik bayi memang sudah mendukung untuk pemberian MPASI.

6-12 bulan

Bayi

Nutrisi

Kapan bayi mulai MPASI? Pada umumnya dokter spesialis anak akan merekomendasikan orang tua untuk memberikan MPASI pada usia 6 bulan. Pada umumnya, ketika memasuki usia 6 bulan, fisik bayi memang sudah mendukung untuk pemberian MPASI.&nbsp;
Sejumlah organisasi kesehatan seperti American Academy of Pediatrics (AAP) dan World Health Organization (WHO) merekomendasikan usia 6 bulan karena di usia ini&nbsp; bayi sudah memiliki kemampuan untuk duduk dengan stabil dan mengendalikan kepala serta leher mereka sehingga proses pemberian makanan padat menjadi dimungkinkan. Selain itu, pada usia 6 bulan, nutrisi pada ASI atau susu formula tidak lagi mencukupi kebutuhan perkembangan fisik dan kognitif si kecil.
Nah, jika bayi ayah-bunda sudah memasuki masa MPASI, salah satu hal yang sebaiknya dilakukan adalah mengatur jadwal MPASI. Jadwal makan dapat membantu membentuk pola makan yang teratur.&nbsp;
Selain itu, ayah-bunda dapat memantau pola makan dan mengidentifikasi kemungkinan masalah atau kesulitan yang muncul. Adanya jadwal makan juga membantu ayah-bunda memastikan bahwa anak menerima makanan yang cukup, baik dari segi jumlah dan jenis makanan, serta memastikan makan diberikan tepat waktu. Tujuannya agar nutrisi bayi dapat terpenuhi sesuai kebutuhannya. Nah, untuk membantu ayah-bunda membuat jadwal, berikut ini rekomendasi jadwal makan yang bisa dijadikan inspirasi.
<h2>Jadwal Makan Bayi 6 Bulan yang Baik</h2>
Jadwal makan bayi 6 bulan dapat berbeda antara satu dan yang lain, tergantung kebutuhan dan preferensi Anda. Namun, sebagai inspirasi Anda membuat jadwal makan, berikut contoh jadwal makan bayi 6 bulan yang bisa dijadikan rujukan:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pagi hari (sekitar jam 7.00): ASI atau susu formula.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pagi hari (sekitar jam 9.00) Makanan pendamping ASI (MPASI), seperti bubur sereal atau puree buah.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pagi hari (sekitar jam 11.00): ASI atau susu formula.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Siang hari (sekitar jam 13.00): Makanan pendamping ASI (MPASI)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Siang hari (sekitar jam 15.00): Berikan ASI atau susu formula.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sore hari (sekitar jam 17.00): ASI atau susu formula.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sore hari (sekitar jam 19.00): Berikan Makanan pendamping ASI (MPASI), seperti bubur sayuran atau puree daging/ayam/ikan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Malam hari : boleh diberikan ASI atau susu formula 1-3 x di tengah malam bila anak minta</li>
</ul>
Sejumlah ahli meyakini bahwa setelah mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan, bayi sudah siap untuk menerima MPASI. Namun, secara fisik bayi juga harus memenuhi syarat-syarat berikut ini:&nbsp;
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sudah dapat mengendalikan kepala dengan baik.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sudah dapat mengangkat kepala untuk waktu yang lama.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bayi sudah dapat duduk sendiri tanpa bantuan atau dengan sedikit bantuan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak lagi memiliki tongue thrust reflect dimana lidah mendorong makanan untuk keluar dari mulut.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Punya minat terhadap makanan saat ayah-bunda mencoba memberikannya makanan padat.</li>
</ul>
Nah, itulah rekomendasi jadwal makan bayi 6 bulan yang bisa Anda terapkan. Dalam hal variasi menu makanan, ayah-bunda juga dapat menambahkan cemilan sehat seperti potongan buah atau sayuran, yogurt, atau potongan keju sebagai camilan..
Penting juga untuk diingat bahwa jadwal makan bayi 6 bulan dapat berubah dan disesuaikan dengan pola makan dan kebutuhan nutrisi bayi. Oleh karena itu, jangan pernah merasa bahwa jadwal makan yang ayah-bunda susun tidak sempurna. Hal yang paling penting, pastikan untuk selalu memperhatikan sinyal lapar, kenyang, dan kesiapan bayi untuk makan. Selamat memulai pemberian MPASI!
Sumber:
https://www.who.int/news-room/questions-and-answers/item/infant-and-young-child-feeding
https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/feeding-nutrition/Pages/Switching-To-Solid-Foods.aspx

Contoh Jadwal Makan Bayi 6 Bulan yang Baik

World Health Organization (WHO) telah menetapkan standar pertumbuhan anak yang dikenal sebagai WHO Child Growth Standards. Standar ini adalah hasil dari penelitian yang luas dan mencakup data pertumbuhan anak-anak dari berbagai latar belakang etnis dan geografis. Standar pertumbuhan WHO memberikan panduan yang kuat untuk mengevaluasi apakah seorang bayi tumbuh dengan

World Health Organization (WHO) telah menetapkan standar pertumbuhan anak yang dikenal sebagai WHO Child Growth Standards. Standar ini adalah hasil dari penelitian yang luas dan mencakup data pertumbuhan anak-anak dari berbagai latar belakang etnis dan geografis.&nbsp;
Standar pertumbuhan WHO memberikan panduan yang kuat untuk mengevaluasi apakah seorang bayi tumbuh dengan baik atau tidak.
Standar pertumbuhan WHO mencakup grafik pertumbuhan berdasarkan usia dan jenis kelamin. Ini memungkinkan dokter dan Ayah Bunda untuk membandingkan pertumbuhan bayi dengan bayi sebaya mereka. Dengan adanya standar ini, kita dapat mengidentifikasi masalah pertumbuhan lebih awal dan mengambil tindakan yang sesuai mulai dari stimulasi hingga nutrisi.
<h2>Booster Nutrisi buat Tinggi Anak</h2>
Pemberian nutrisi pada anak merupakan hal yang penting bagi pertumbuhan si Kecil, beberapa dari AyBun memberikan asupan yang bisa membantu anak untuk tinggi dan cerdas salah satunya melalui makanan yang mengandung kalsium.&nbsp;
Ternyata, menurut studi bukan kalsium yang mempengaruhi tinggi anak, melainkan asupan protein hewani di usia dini yang menunjang penambahan tinggi badan anak di usia sekolah.
Makanan yang mengandung protein tinggi yaitu protein hewani seperti Daging ayam, daging sapi, ikan laut, telur, dan dairy food utamanya susu.
Protein merupakan salah satu gizi penting guna mendukung tumbuh kembang anak yang optimal, tetapi jika diberikan terlalu banyak ternyata dapat meningkatkan risiko obesitas saat dewasa. Lalu, berapa banyak protein yang baik dikonsumsi si Kecil?
Simak kebutuhan harian protein anak sesuai usia
<h3>Kebutuhan Harian Protein Anak Sesuai Usia</h3>
6-12 bulan: 13 gram
1-3 tahun: 16 gram
4-6 tahun: 24 gram
7-10 tahun: 28 gram
Konsumsi tinggi protein bila melebihi &ge;4 gram/kg/hari
<h3>Pilihan asupan protein hewani</h3>
<table style="border-collapse: collapse; width: 75.9649%; border-color: #000000; border-style: solid;" border="1">
<tbody>
<tr>
<td style="width: 34.0949%;">Nama Protein Hewani</td>
<td style="width: 65.9051%;">Jumlah protein (per 100 gram)</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 34.0949%;">Telur Ayam</td>
<td style="width: 65.9051%;">13 gram</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 34.0949%;">Telur Puyuh</td>
<td style="width: 65.9051%;">13 gram</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 34.0949%;">Ikan</td>
<td style="width: 65.9051%;">22 gram</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 34.0949%;">Udang</td>
<td style="width: 65.9051%;">24 gram</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 34.0949%;">Daging Sapi</td>
<td style="width: 65.9051%;">26 gram</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 34.0949%;">Daging Ayam</td>
<td style="width: 65.9051%;">27 gram</td>
</tr>
</tbody>
</table>
Jika AyBun selalu memberikan asupan protein tinggi tanpa menaikan asupan lemak dan karbohidrat.
Misalnya anjuran asupan 13 gram, ditambah menjadi 30-52 gram.&nbsp;
Protein akan dihancurkan juga menjadi kalori meningkatkan risiko overweight bahkan obesitas meningkat saat dewasa&nbsp;
Selain meningkatkan risiko obesitas, konsumsi protein yang berlebihan juga dapat:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Meningkatkan kandungan kalsium di urin</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menurunkan kandungan kalsium di tulang</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Meningkatkan risiko terbentuknya batu ginjal&nbsp;&nbsp;</li>
</ul>
Menu lengkap dengan komposisi seimbang merupakan pemberian MPASI yang tepat!
<table style="border-collapse: collapse; width: 75.9649%; border-color: #000000; border-style: solid; height: 60.1952px;" border="1">
<tbody>
<tr style="height: 22.3984px;">
<td style="width: 53.0102%; height: 22.3984px;">
Karbohidrat&nbsp;
Nasi, ubi, kentang, singkong, gandum
</td>
<td style="width: 46.9916%; height: 22.3984px;">
Lemak&nbsp;
Santan, margarin, butter
</td>
</tr>
<tr style="height: 22.3984px;">
<td style="height: 22.3984px; width: 53.0102%;" rowspan="2">
Protein Hewani
Telur, daging ayam, ikan, udang, daging sapi, daging kambing
</td>
<td style="height: 22.3984px; width: 46.9916%;" rowspan="2">
Buah Sayur Mulai Dikenalkan
Alpukat, brokoli, wortel, Labu
</td>
</tr>
<tr style="height: 15.3984px;"></tr>
</tbody>
</table>
<h2>Tips agar anak lahap makan protein hewani</h2>
<ol>
<li> Kombinasikan dengan makanan yang sudah anak suka</li>
</ol>
Misal: perkedel kentang daging, omellete keju
<ol start="2">
<li> Sediakan menu dengan menarik dan bervariasi</li>
</ol>
Misal: digoreng seperti nugget, dipepes, dibakar, berkuah seperti soto
<ol start="3">
<li> Sesekali diberikan bentuk &lsquo;utuh&rsquo; untuk meningkatkan rasa penasarannya</li>
</ol>
Misal: telur bulat rebus, paha ayam
<ol start="4">
<li> Stimulasi kemampuan oromotor anak agar mudah mengunyah&nbsp;</li>
</ol>
Misal: rutin sikat gigi, tiup pluit, tiup tisu
&nbsp;
Nah, AyBun bisa temukan resep makanan bergizi untuk si Kecil di fitur RESEP
&nbsp;
Foto: freepik
Sumber:
https://fdc.nal.usda.gov/fdc-app.html&nbsp;
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__28_Th_2019_ttg_Angka_Kecukupan_Gizi_Yang_Dianjurkan_Untuk_Masyarakat_Indonesia.pdf
Pediatric Nutrition, AAP, 2020

"Booster" Penting buat Tinggi Anak Sesuai Grafik WHO

Galau memulai MPASI pada anak metode apa yang tepat? Yuk, cari tahu anjuran MPASI dari IDAI

Anak yang memasuki usia 6 bulan direkomendasikan oleh World Health Organization untuk diberikan makanan pendamping ASI (MPASI) tentunya dengan memperhatikan kecukupan gizi yang seimbang. Tak jarang Ayah Bunda mengenalkan beragam metode pemberian MPASI pada si Kecil, salah satunya yaitu Baby-Led Weaning atau dikenal dengn istilah BLW.&nbsp;
Baby-Led Weaning (BLW) adalah metode memperkenalkan MPASI dengan membiarkan bayi memilih sendiri semua makanannya, istilah ini diambil dari kata baby-led yang berarti dipimpin oleh bayi sejak awal pemberian MPASI. Lalu, apa ya bedanya dengan memberikan anak finger food?
<h2>Perbedaan Baby-Led Weaning dengan Pemberian Finger Food</h2>
BLW atau baby-led weaning merupakan metode mengenalkan bayi pada makanan dengan cara memberikan bayi kontrol penuh untuk memilih, mengambil, dan memasukkan makanan ke mulut. Pemberian MPASI dalam bentuk finger food sejak awal MPASI.&nbsp;
Sedangkan Finger Food adalah pemberian MPASI bayi diawali dengan konsistensi lunak hingga padat secara bertahap. Finger food menjadi &lsquo;tambahan&rsquo; saat anak disuapi makanan utama sebagai stimulasi dan meningkatkan ketertarikan anak saat makan.
Sampai saat ini penerapan BLW secara total menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tidak dianjurkan, terutama di periode awal MPASI. Studi menunjukkan kenaikan brat badan anak yang lebih rendah dibandingkan bayi yang disuapi Bayi belum dapat menentukan kuantitas yang dianggap cukup akan cenderung mengonsumsi makanan lebih sedikit.
Anak boleh diberikan finger food sejak usia 6 bulan, asalkan:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Makanan mudah hancur saat diremas</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Potongan buah dan sayuran segar diutamakan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Posisi makan anak sudah duduk tegak untuk cegah tersedak&nbsp;</li>
</ul>
INGAT Ayah Bunda saat pemberian makan pada anak, bukan hanya makanan yang diberikan, tetapi juga pembelajaran dan kasih sayang.
<h2>Yang Perlu Ayah Bunda Lakukan&nbsp;</h2>
<h3>1. Hindari memarahi dan/atau mencekoki anak </h3>
Jangan memberikan iamakanan jika ia sudah kenyang ini untuk mencegah risiko trauma makan akan memengaruhi kenaikan berat badan anak.
<h3>2. Rutin ajak anak makan bersama</h3>
Selain mempererat bonding, makan bersama dapat:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Meningkatkan nafsu makan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menurunkan risiko picky eating</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mendorong pola makan sehat&nbsp;</li>
</ul>
Misal: anak ikut suka makan sayur karena meniru AyBun
<h3>3. Apresiasi dan adakan kontak mata dengan anak saat makan</h3>
Pada waktu makan jangan lupa Ayah Bunda berikan kalimat-kalimat apresiasi dan kontak mata dengan si Kecil supaya ia merasa dilibatkan dan merasa nyaman saat makan. Ayah Bunda bisa sampaikan misalnya
&ldquo;Wah, hari ini Adik makan lebih lahap!&rdquo;
&ldquo;Terima kasih Kak sudah mau coba makan pakai sendok sendiri&hellip;&rdquo;
&ldquo;Sekarang Adik sudah berani makan brokolinya ya? Hebat!&rdquo;
Yuk, terapkan pemberian makan sesuai anjuran Ikatan Dokter Anak Indonesia. Temukan resep bergizi dengan unduh dan gunakan aplikasi Tentang Anak untuk optimalkan tumbuh kembang anak!
Foto: pexels.com
Sumber:
https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/betulkah-baby-led-weaning-lebih-baik
Dogan E, Yilmaz G, Caylan N, Turgut M, Gokcay G, Oguz MM. Baby-led complementary feeding: randomized controlled study. Pediatr Int. 2018;60:1073-80.&nbsp;

Amankah MPASI dengan BLW? Kenali Anjuran MPASI Anak dari IDAI


Pada usia 4 bulan bayi sudah mencapai sejumlah milestone seperti tengkurap, tertawa hingga mengangkat kepala. Baca selengkapnya di sini.

1-6 bulan

Perkembangan

Fase perkembangan bayi adalah rentetan periode waktu bayi memperoleh kemampuan baru. Fase ini dibagi menjadi beberapa tahap yang berbeda dan setiap tahap memiliki ciri masing-masing.
Tahap pertama dalam tahapan perkembangan bayi adalah fase Neonatal. Fase ini dimulai dari dari kelahiran si kecil dan berakhir hingga usianya mencapai 1 bulan. Pada tahap Neonatal sebagian besar waktu bayi akan dihabiskan dengan tidur, menyusu dan mulai mengembangkan indra pendengar dan penglihatannya dengan merespons suara dan cahaya. Pada tahap kedua atau fase bayi yang dimulai dari usia 1 bulan hingga 1 tahun, si kecil mulai aktif bergerak, merangkak, dan belajar berkomunikasi.&nbsp;
Artikel kali ini difokuskan pada tahapan perkembangan fase bayi 4 bulan. Apa saja kemampuan yang seharusnya sudah bisa dilakukan oleh si kecil? Seperti apa perawatan dan stimulasi yang baik untuk bayi 4 bulan? Untuk membantu ayah-bunda dalam mengawasi pertumbuhan si kecil, berikut ini ulasan selengkapnya mengenai perkembangan bayi 4 bulan.
<h2>Bayi 4 Bulan Bisa Apa?</h2>
<h3>1. Berguling</h3>
Pada usia 4 bulan, bayi mulai belajar berguling, baik dari posisi tengkurap ke telentang, atau sebaliknya. Si kecil juga sudah bisa mengangkat kepala tegak mereka saat tummy time, dan bertumpu pada lengan.
<h3>2. Kemampuan Visual</h3>
Saat memasuki usia 4 bulan, kemampuan visual bayi sudah semakin baik di mana dia mampu melacak benda yang bergerak, termasuk benda kecil. Dia juga sudah memiliki lapang pandang yang luas dan dapat mengikuti gerakan benda hingga 180&deg;.
<h3>3. Kemampuan Motor Halus</h3>
Pada usia 4 bulan, si kecil sudah mampu mengkoordinasikan tangan lebih baik. Kini dia sudah dapat meraih dan memegang benda di sekitarnya bahkan mendorong benda dengan tangan atau kaki. Bayi juga sudah mampu memasukan tangan ke mulut dengan lancar.
<h3>4. Kemampuan Berbahasa</h3>
Meski belum dapat berbicara, saat usia 4 bulan bayi mulai mengeluarkan suara-suara serta membuat gerakan mulut dengan meniru cara bicara orang dewasa.
<h3>5. Tidur Lebih Sering</h3>
Memasuki usia 4 bulan, bayi dapat tidur lebih panjang, terutama di malam hari. Durasi tidur bayi dapat mencapai 12-16 jam sehari.
<h2>Apakah Bayi 4 Bulan Sudah Bisa Duduk?</h2>
Pada umumnya, bayi 4 bulan belum mampu duduk dengan stabil tanpa bantuan orang dewasa karena otot leher, punggung, dan perutnya masih dalam tahap perkembangan. Namun, bayi dapat diposisikan duduk dengan bantuan pada usia ini, seperti dengan menopang tubuhnya di tangan orang dewasa atau dengan menggunakan bantal untuk sandaran.
<h2>Tips Menjaga Kesehatan dan Stimulasi Bayi 4 Bulan</h2>
Berikut adalah sejumlah tips yang bisa diterapkan untuk menjaga kesehatan dan menstimulasi bayi usia 4 bulan:
<h3>1. Cukupi Kebutuhan Nutrisi&nbsp;</h3>
&nbsp;
Pastikan bayi Anda mendapatkan nutrisi yang cukup baik dari ASI atau susu formula. Jangan memberikan makanan padat sampai bayi berusia 6 bulan kecuali atas rekomendasi dokter. Pastikan jumlah dan frekuensi pemberian makanan sesuai kebutuhan si kecil. Pada usia 4 bulan, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) juga merekomendasikan suplementasi besi dengan dosis 2 mg/kg/hari.
<h3>2. Selalu Jaga Kebersihan</h3>
&nbsp;
Pastikan untuk selalu mencuci tangan sebelum mengurus bayi Anda. Bersihkan secara rutin peralatan bayi, seperti botol susu dan dot, untuk mencegah infeksi dan penyakit.
<h3>3. Lakukan Pemeriksaan Rutin</h3>
&nbsp;
Lakukan pemeriksaan rutin ke dokter anak untuk memantau kesehatan dan perkembangan bayi, seperti pengecekan berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala.
<h3>4. Stimulasi Motorik</h3>
Berikan rangsangan motorik dengan rutin melakukan tummy-time sambil memberikan mainan yang dapat dijangkau dan dipegangnya. Hal ini dapat membantu menguatkan otot leher, punggung, dan perutnya. Tummy time yang optimal juga berperan membantu bayi dalam belajar berguling.
&nbsp;
Aybun juga dapat menstimulasi bayi untuk duduk, misal dengan posisi bersandar pada bantal. Setelah cukup terlatih, bayi dapat diposisikan tripod dengan tangan menopang tubuh bagian depan.
<h3>5. Stimulasi Sensorik</h3>
Berikan rangsangan sensorik dengan memberikan mainan dengan warna cerah, memiliki tekstur atau mainan yang dapat mengeluarkan suara. Hal ini dapat membantu mengembangkan indera bayi, seperti penglihatan dan pendengaran.
<h3>6. Berikan Perhatian dan Cinta</h3>
Berikan kasih sayang dan perhatian yang cukup pada bayi Anda. Bayi membutuhkan perhatian dan kehangatan dari orangtua atau caregiver untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.
<h3>7. Pastikan Cukup Tidur</h3>
Pastikan bayi mendapatkan istirahat yang cukup dengan memberikannya waktu untuk tidur dan lingkungan yang aman dan nyaman untuk beristirahat.
Perkembangan bayi pada setiap tahapnya merupakan proses yang memerlukan perhatian khusus dari orang tua. Agar bayi dapat mencapai milestone penting di usianya, pastikan untuk selalu memantau kesehatan dan perkembangan bayi Anda. Jangan lupa juga untuk rutin mengunjungi dokter anak untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan terbaik dari ahlinya.
Foto: Designed by freepik
Sumber:
https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-babys-developmental-milestones-4-months
Frankenburg WK, Dodds J, Archer P, Bresnick B, Maschka P, Edelman N, dkk. Denver II: training manual. Denver: Denver Developmental Materials, Inc, 1992.&nbsp;&nbsp;

Perkembangan Bayi 4 Bulan: Tengkurap hingga Angkat Kepala

Praktik mencuci daging mentah sebelum memasak telah menjadi kebiasaan di banyak rumah tangga. Namun, apakah Anda tahu bahwa sebagian besar otoritas kesehatan dan ahli pangan sekarang menyarankan untuk tidak mencuci daging? Artikel ini akan membahas fakta dan alasan di balik larangan mencuci daging serta mengapa tindakan ini dapat berdampak negatif

Praktik mencuci daging mentah sebelum memasak telah menjadi kebiasaan di banyak rumah tangga. Namun, apakah Anda tahu bahwa sebagian besar otoritas kesehatan dan ahli pangan sekarang menyarankan untuk tidak mencuci daging?&nbsp;
Artikel ini akan membahas fakta dan alasan di balik larangan mencuci daging serta mengapa tindakan ini dapat berdampak negatif pada keamanan dan kualitas makanan yang disiapkan.
<h2>Mitos Mencuci Daging dan Keamanan Pangan</h2>
Banyak orang percaya bahwa mencuci daging mentah adalah cara yang efektif untuk menghilangkan kuman dan bakteri yang mungkin ada pada permukaan daging.&nbsp;
Namun, paradoksnya, praktik ini sekarang dianggap sebagai tindakan yang kurang dianjurkan oleh banyak ahli. Mengapa demikian?
Sebagian besar daging yang dijual di pasar modern telah diolah dan dipersiapkan dengan standar keamanan pangan yang tinggi. Proses ini dirancang untuk mengurangi risiko kontaminasi bakteri seperti Salmonella dan E. coli.&nbsp;
Menurut riset yang dilakukan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan Food and Drug Administration (FDA) AS, patogen bawaan makanan yang umum seperti bakteri Salmonella, Listeria, Campylobacter, E. coli, serta virus norovirus dan hepatitis A dapat hadir pada daging sapi.
Mencuci daging, justru, dapat meningkatkan risiko kontaminasi silang dan menyebabkan penyebaran bakteri ke permukaan dapur, peralatan, dan tangan.
<h2>Mengapa Mencuci Daging Dilarang?</h2>
Kontaminasi Silang: Mencuci daging mentah dapat menyebabkan kontaminasi silang, yaitu penyebaran kuman dan bakteri dari permukaan daging ke permukaan lain di dapur. Tetesan air yang mengandung bakteri dapat menyebar ke peralatan, talenan, dan tangan yang kemudian dapat mencemari makanan lain yang disiapkan.
Keamanan Pangan yang Diproses: Daging yang dijual di supermarket umumnya telah melalui proses keamanan pangan yang ketat, termasuk pemrosesan dan pemanggangan yang tepat. 
Mencuci daging dapat menghilangkan lapisan perlindungan alami yang mungkin dimiliki daging setelah diproses, meningkatkan risiko kontaminasi.
Pengaruh Suhu dan Waktu: Mencuci daging mentah dapat memicu pertumbuhan bakteri jika suhu ruangan memungkinkan. Jika daging dibiarkan di suhu yang tepat untuk pertumbuhan bakteri, risiko infeksi makanan dapat meningkat.
Tingkat Kontaminasi yang Rendah: Sebagian besar daging yang dijual di pasaran memiliki tingkat kontaminasi yang rendah jika diolah dengan benar. 
Mencuci daging tidak secara signifikan mengurangi risiko bakteri yang ada, tetapi justru dapat menciptakan risiko tambahan.
<h2>Langkah yang Aman dalam Menangani Daging</h2>
Meskipun mencuci daging secara langsung tidak dianjurkan, ada langkah-langkah yang dapat diambil untuk memastikan daging aman dan bersih sebelum dimasak:
Periksa dan Buang Bagian yang Tidak Diperlukan: Periksa daging untuk memastikan tidak ada bagian yang rusak atau terkontaminasi. Buang bagian yang tampak tidak sehat.
Simpan di Wadah yang Tepat: Simpan daging di wadah tertutup di dalam lemari es untuk mencegah kontaminasi dan menjaga kebersihan.
Pisahkan Daging: Pisahkan daging dari bahan makanan lain di dalam lemari es untuk mencegah kontaminasi silang.
Cuci Tangan dan Peralatan dengan Benar: Cuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan setelah menangani daging. Bersihkan talenan, pisau, dan peralatan lainnya yang digunakan untuk memotong daging dengan seksama.
Pastikan Matang Saat Dimasak: Memasak daging pada suhu yang tepat dan memastikan matang secara menyeluruh dapat membunuh bakteri yang mungkin ada.
Meskipun mungkin merupakan kebiasaan umum, mencuci daging mentah sebelum memasak sekarang dianggap sebagai langkah yang dihindari.
&nbsp;
Foto: freepik
Sumber:
Tysara, L. (2023). 'Kenapa Daging Sapi Tidak Boleh Dicuci Begini Cara Membersihkan yang Bner'. Liputan 6
Unair. (2018). TIPS Olah serta Simpan Daging yang Baik dan Benar
Erlita, Y. (2017). Cara Mengolah Daging Sapi Agar Cepat Menjadi Empuk. Sumbarprov

Mengapa Cuci Daging Dilarang? Fakta dan Alasan di Balik Larangan Ini

Salah satu proses yang sulit dilalui oleh si Kecil yaitu mengakhiri masa menyusu ASI atau dikenal dengan istilah menyapih, ia akan rewel dan susah tidur, untuk mencegah hal itu intip TIPS ampuhnya di sini.

Anak yang mulai beranjak usia 2 tahun mulai berkurang mengonsumsi ASI, tak jarang Ayah Bunda mengalami kesulitas di masa-masa anak mulai berhenti mengonsumsi ASI, hal ini karena kerap kali anak rewel, susah makan, bahkan hingga tak henti mengamuk sehingga Ayah Bunda kewalahan menghadapinya.
Sejak lahir, anak utamanya hanya &lsquo;mengenal&rsquo; menyusui setiap kali lapar, ngantuk, dan lelah, sehingga penting untuk mempersiapkan proses penyapihan dengan matang agar ia terhindar dari stres dengan Ayah Bunda mengenal tanda kesiapan anak dan dilakukan dengan perlahan, bertahap, dan konsisten.
Anak yang sudah siap disapih dapat dilihat apakah ia mulai mendistraksi ketika menyusu seperti bermain puting, menggigit, dan durasi waktu ia menyusu mulai berkurang.
Lalu, bagaimana caranya saat ingin menyapih?
<h2>4 TIPS Menyapih Anak</h2>
<h3>1. Lakukan sounding menyapih dan mulai biasakan anak minum dari gelas di siang hari&nbsp;</h3>
Coba sebelum benar-benar menghentikan pemberian ASI Ayah Bunda bisa menyampaikan dengan ucapan setiap hari misalnya seperti kalimat-kalimat di bawah ini:
&ldquo;Bunda sudah siapkan gelas buat Adik belajar minum..&rdquo;
&ldquo;Hari ini mau pakai botol yang warna apa Dik?&rdquo;
&ldquo;Kalau sudah ulang tahun nanti, Adik sudah makin besar, jadi harus lebih banyak makan dan belajar minum dari gelas ya..&rdquo;
Selain itu, Ayah Bunda bisa memberikan si Kecil susu dengan botol atau cangkir sehingga anak mulai memahami bahwa ia sudah memasuki masa berhenti menyusu langsung dari Bundanya. Namun, bukan berarti anak berhenti mengonsumsi susu ya Bun, pemenuhan gizinya akan tetap harus diberikan susu untuk mendukung pertumbuhannya.
<h3>2. Persingkat durasi menyusui anak mulai dari 2-5 menit&nbsp;</h3>
Bunda dapat membuat waktu anak biasa menyusu menjadi 15 menit dengan coba susui 13 menit pada malam kedua, 10 menit pada malam ketiga, dan seterusnya. Hal itu akan membuat anak perlahan beradaptasi dan Bunda terhindar dari penyakit kanker payudara akibat berhenti menyusui secara tiba-tiba.
Jika khawatir ia haus atau lapar, berikan lebih banyak camilan di sore hari dan air putih sebelum tidur.
<h3>3. Ubah rutinitas lain untuk menidurkan anak selain menyusui</h3>
Waktu tidur adalah saat biasanya si Kecil menyusui sehingga membuat anak akan terus teringat rutinitasnya, nah Ayah Bunda bisa mengubah rutinitas anak saat tidur dengan cara:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Hanya berpelukan dan dibelai lembut&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Baca buku bersama</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pijat bayi&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bergantian ditemani tidur hanya oleh Ayah, Nenek, atau pengasuh lainnya&nbsp;</li>
</ul>
<h3>4. Dukung rasa aman dan kenyamanan anak&nbsp;</h3>
Saat proses menyapih Bunda sebaiknya tidak menawarkan maupun tidak menolak jika ia masih mau menyusu di siang hari. Ayah Bunda bisa lakukan rutin quality time untuk mempererat bonding minimal 20 menit/hari.
Beberapa dari Bunda menyusui ada juga yang memutuskan untuk menyapih lebih awal dikarenakan adanya hal mendesak seperti kondisi medis tertentu. Namun,&nbsp; Bunda jangan berkecil hati ya asupan gizi anak tetap bisa diberikan melalui makanan bergizi.
Hal penting yang perlu Ayah Bunda ingat, hindari melakukan penyapihan dan toilet training secara bersamaan karena anak berisiko lebih sulit beradaptasi karena termasuk 2 perubahan besar. Kemudian hentikan sementara proses penyapihan jika anak sakit dan/atau tumbuh gigi.
Jika pada proses menyapih si Kecil mengalami kondisi khusus atau berat badan menurun drastis dalam waktu yang lama, segera konsultasikan ke dokter spesialis anak. Yuk, gunakan aplikasi Tentang Anak dan ajukan pertanyaan di Tanya Ahli Premium.
Foto: Tentang Anak Photostock
Sumber:
https://raisingchildren.net.au/babies/breastfeeding-bottle-feeding-solids/weaning/
https://raisingchildren.net.au/toddlers/nutrition-fitness/common-concerns/weaning-older-children

Ingin Mulai Menyapih Anak? Gini TIPS Ampuhnya

Ketahui bentuk dan warna feses bayi yang normal hingga yang patut dicurigai untuk memastikan kesehatan mereka optimal. Temukan panduan tentang perubahan normal dan tanda-tanda masalah kesehatan.&nbsp;

Setelah mulai menyusui, bayi akan memiliki dorongan untuk buang air besar. 
Penting bagi ayah bunda untuk rutin mengamati feses bayi karena feses dapat menjadi petunjuk kondisi kesehatannya. 
Yuk simak bagaimana ciri-ciri feses normal serta pola buang air besar yang sehat pada bayi.&nbsp;
<h2>Warna Feses Bayi yang Normal</h2>
Warna feses bayi dapat menjadi indikator penting kesehatan mereka. Berikut adalah panduan warna feses berdasarkan jenis pemberian makanan:
<ul>
<li>Jika bayi AyBun hanya diberi ASI: Warna feses yang normal adalah kuning kehijauan. Ini menjadi tanda bahwa pencernaan bayi berjalan dengan baik dan asupan ASI mereka mencukupi.</li>
<li>Jika bayi AyBun diberi susu formula: Feses bayi biasanya akan berwarna coklat muda hingga kekuningan. Perubahan warna ini adalah hasil dari perbedaan dalam komposisi susu formula dibandingkan dengan ASI.</li>
<li>Jika bayi AyBun belum sempat menyusui setelah lahir: Feses yang normal pada tahap awal akan berwarna hijau tua atau hitam. Ini adalah meconium, feses pertama bayi yang menunjukkan bahwa sistem pencernaan mereka telah mulai berfungsi. Bisa juga disebabkan karena foremilk (ASI pertama yang diperoleh bayi ibu pada awal sesi menyusui) memiliki kandungan kalori rendah dan tinggi laktosa, sedangkan hindmilk (ASI yang bayi dapatkan setelahnya) memiliki kandungan lemak yang tinggi. Bayi yang mengonsumsi terlalu banyak foremilk bisa menyebabkan BAB berwarna hijau.&nbsp;</li>
<li>Warna feses yang perlu diwaspadai yakni putih atau abu-abu: Warna ini bisa menandakan masalah kesehatan, seperti gangguan pada aliran empedu. Jika AyBun melihat warna ini pada feses Si Kecil, segera konsultasikan dengan dokter spesialis anak untuk mendapatkan penanganan yang tepat.</li>
</ul>
<h2>Tekstur Feses Bayi yang Normal</h2>
Tekstur feses bayi dapat memberikan petunjuk penting tentang kesehatannya. Berikut adalah panduan berdasarkan jenis makanan yang diberikan:
<h3>Bayi yang hanya minum ASI</h3>
<ul>
<li>Tekstur: Cenderung cair dan agak lembut.</li>
<li>Penjelasan: Ini adalah hal yang normal karena ASI memiliki kandungan yang mudah dicerna dan biasanya menghasilkan feses yang lebih cair.</li>
</ul>
<h3>Bayi yang minum susu formula</h3>
<ul>
<li>Tekstur: Lebih kental dan padat dibandingkan feses bayi yang hanya minum ASI.</li>
<li>Penjelasan: Susu formula mengandung komponen yang membuat feses lebih padat dan kental.</li>
</ul>
<h3>Tanda yang perlu diwaspadai</h3>
<ul>
<li>Feses terlalu cair dan berair: Ini bisa menandakan diare atau masalah pencernaan.</li>
<li>Feses berlendir: Kemungkinan menandakan infeksi atau iritasi pada saluran pencernaan.</li>
<li>Feses terlalu keras: Bisa menjadi indikasi sembelit atau kurangnya asupan cairan.</li>
</ul>
Jika AyBun melihat perubahan signifikan pada tekstur feses bayi, segera konsultasikan dengan dokter spesialis anak untuk memastikan kesehatan Si Kecil.
<h2>Frekuensi BAB Bayi yang Normal</h2>
Frekuensi BAB Bayi yang Normal yakni
<h3>Bayi di Bulan Pertama Kehidupan:</h3>
<ul>
<li>Frekuensi: Bayi yang hanya mengonsumsi ASI cenderung buang air besar lebih sering, bahkan lebih dari 5 kali sehari.</li>
<li>Penjelasan: Pada bulan pertama, enzim usus bayi masih berkembang dalam mencerna ASI, sehingga frekuensi BAB menjadi lebih tinggi.</li>
</ul>
<h3>Setelah Usia 1 Bulan</h3>
<ul>
<li>Frekuensi: Frekuensi buang air besar bisa berkurang menjadi sekali sehari atau bahkan 3 hari sekali atau lebih.</li>
<li>Penjelasan: Seiring berkembangnya sistem pencernaan, penyerapan ASI menjadi lebih efisien, sehingga frekuensi BAB berkurang. Selama feses tetap lembut dan bayi tidak menunjukkan gejala ketidaknyamanan, hal ini masih dianggap normal.</li>
</ul>
<h3>Tanda-tanda Perlu Waspada:</h3>
<ul>
<li>Tidak Kunjung BAB: Jika bayi tidak buang air besar selama 3 hari atau lebih.</li>
<li>Gejala Pendukung: Menangis, malas menyusu, gelisah, atau muntah.</li>
<li>Langkah Selanjutnya: Jika bayi menunjukkan gejala-gejala tersebut, segera konsultasikan dengan dokter anak karena ini bisa menjadi indikator adanya masalah kesehatan.</li>
</ul>
<h3>Mitos Kesehatan Seputar BAB Bayi</h3>
Ada banyak mitos kesehatan yang masih beredar di kalangan orang tua. Salah satunya terkait pola BAB dan feses bayi. Berikut ini beberapa di antaranya:
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/66a32e62-1473df55-ec4e-4f39-836c-4f58b189c5e9.png" alt="mitos seputar BAB bayi" width="600" height="275" />Sumber: Tentang Anak&nbsp;
Mitos-mitos tersebut sebaiknya tidak dijadikan patokan dalam memantau kesehatan bayi.
Baca juga: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=394">Anak Diare Boleh Minum Susu? Intip Jawabannya Di Sini</a>
<h2>Kesimpulan</h2>
Memantau warna, tekstur, dan frekuensi feses bayi secara rutin adalah langkah penting untuk memastikan kesehatan dan kesejahteraan Si Kecil.
Perubahan yang tiba-tiba atau tidak biasa dapat menjadi tanda adanya masalah kesehatan yang memerlukan perhatian.
Untuk mempermudah AyBun dalam melacak perkembangan dan kesehatan bayi, gunakan fitur <a href="tentanganak://baby-tracker?type=diaper_tracker">Diaper Tracker</a> di aplikasi Tentang Anak.
Fitur ini membantu AyBun mencatat dan memantau seberapa sering Si Kecil buang air besar dalam sehari.
Semoga informasi di atas bermanfaat!

Ciri Feses Bayi ASI yang Normal

Temukan cara efektif mengatasi sembelit pada anak dengan memahami penyebabnya, pencegahan, dan cara mengatasinya dalam artikel ini.

Sembelit pada orang dewasa mungkin mudah diketahui penyebabnya. Tetapi, bagaimana dengan sembelit pada anak?
Sembelit pada anak bisa dikenali dari beberapa tanda seperti buang air besar yang tidak teratur, merasa kesakitan saat buang air besar, atau feses yang keras dan kering.
Biasanya, sembelit pada anak tidak berlangsung lama. Namun, terkadang sembelit bisa menjadi tanda bahwa kondisi kesehatannya sedang terganggu.
Ada beberapa alasan mengapa anak bisa terkena sembelit. AyBun juga dapat mengetahui cara mengatasi sembelit pada anak melalui artikel ini!
<h2>Penyebab Sembelit</h2>
Menurut Hopkins Medicine, sembelit atau constipation adalah kondisi ketika seorang anak memiliki feses sangat keras, dan buang air besar lebih sedikit daripada biasanya. Hal ini terjadi karena masalah gastrointestinal yang umum.
Sembelit pada anak bisa dibedakan menjadi 2 kategori utama, yakni:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Organic constipation memiliki penyebab yang jelas dan teridentifikasi, seperti masalah pada usus atau sumsum tulang belakang.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Functional constipation tidak memiliki penyebab organik yang spesifik.Kebanyakan kasus sembelit pada anak termasuk dalam kategori ini. Functional constipation seringkali disebabkan oleh kebiasaan menahan BAB.</li>
</ol>
Beberapa penyebab paling umum dari sembelit:
<h3>1. Sistem Saraf yang Belum Berkembang</h3>
Pada bayi, sembelit bisa terjadi karena sistem saraf mereka yang masih berkembang atau karena koordinasi buang air besar yang belum sempurna, yang dikenal dengan istilah "infant dyschezia".
Untuk beberapa bayi yang sehat dan sedang menyusui, tidak buang air besar selama beberapa hari bisa jadi hal yang normal dan tidak berbahaya. Ini sering kali tidak menandakan masalah kesehatan yang serius.
<h3>2. Perubahan Pola Makan atau Setelah Sakit</h3>
Pada anak-anak, sembelit sering disebabkan oleh perubahan dalam pola makan atau kebiasaan sehari-hari, seperti saat memulai toilet training atau setelah ia sakit.&nbsp;
<h3>3. Perubahan dalam Rutinitas Sehari-Hari</h3>
Perubahan dalam rutinitas sehari-hari anak, seperti berpindah tempat tinggal atau perubahan jadwal, juga dapat mempengaruhi kebiasaan buang air besar mereka.
<h3>4. Menahan Buang Air Besar</h3>
Kadang-kadang, anak-anak menahan buang air besar karena mereka merasa enggan menggunakan toilet yang tidak mereka kenal, terutama pada usia sekolah.
Jika sembelit berlangsung lama, feses yang tertahan dapat menumpuk dan meregangkan usus besar.&nbsp;
Usus besar yang terlalu meregang tidak berfungsi dengan baik dan semakin banyak feses yang tertahan akan memperburuk sembelit.
<h3>5. Konsumsi Susu Berlebihan</h3>
Konsumsi kandungan susu berlebihan seperti keju, minuman susu, atau ASI dapat mengakibatkan sembelit.&nbsp;
Sembelit bisa juga karena Si Kecil alergi terhadap kandungan susu. Minuman susu memang memiliki banyak khasiat, tetapi apabila susu memiliki efek samping, lebih baik AyBun lakukan pemeriksaan apakah Si Kecil lactose intolerance atau tidak.&nbsp;
Jika terbukti secara medis bahwa ia lactose intolerance, AyBun mulai memikirkan alternatif susu lain.
<h3>6. Tidak Cukup Makanan Berserat Tinggi</h3>
Kurangnya makanan berserat seperti sayur dan buah-buahan. Makanan berserat akan membantu melancarkan buang air besar untuk mengatasi sembelit pada anak.
AyBun dapat memberi makanan berserat tinggi seperti: apel, kiwi, ubi jalar, roti gandum, pepaya, hingga berbagai jenis sayuran hijau.&nbsp;
Makanan-makanan tersebut selain memiliki kandungan serat yang tinggi, juga vitamin yang melimpah.
<h3>7. Tidak Minum Cukup Cairan</h3>
Anak sembelit bisa terjadi karena kekurangan cairan dalam tubuh sehingga usus tidak memperoleh air yang cukup dari tubuh untuk membuat feses lebih lunak. Tidak mendapat cukup air akan membuat feses keras dan sembelit pun tidak bisa dihindarkan.
<h3>8. Penggunaan Obat-Obatan Tertentu</h3>
Beberapa obat, termasuk beberapa jenis antidepresan, dapat menyebabkan sembelit sebagai efek samping. Jika anak mengonsumsi obat-obatan ini, penting untuk memantau dampaknya pada kesehatan pencernaan mereka.
<h3>9. Kondisi Medis yang Mempengaruhi Anus atau Rektum</h3>
Adanya kondisi medis yang mempengaruhi anus atau rektum, seperti fisura ani atau hemoroid, dapat menyulitkan buang air besar dan menyebabkan sembelit.
<h3>10. Gangguan Neurologis</h3>
Gangguan neurologis pada anak, seperti cerebral palsy, dapat mempengaruhi fungsi otot dan saraf yang diperlukan untuk proses buang air besar, meningkatkan risiko sembelit.
<h3>11. Merasa tertekan atau stress</h3>
Stress emosional, seperti perubahan besar dalam kehidupan Si Kecil atau saat ia merasakan ketegangan di rumah, dapat mempengaruhi kebiasaan buang air besar anak dan menyebabkan sembelit.
<h2>Cara Mengatasi Sembelit Pada Anak</h2>
Pengobatan sembelit pada anak bervariasi tergantung pada usia dan penyebabnya. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:
<h3>1. Mengkonsumsi Cukup Serat</h3>
Meningkatkan asupan serat dari buah, sayuran, dan makanan berserat lainnya dapat membantu melancarkan pencernaan.
Pastikan anak minum cukup air untuk membantu melunakkan feses dalam tubuh mereka.
<h3>2. Penggunaan Obat</h3>
Gunakan obat pencahar untuk membantu melunakkan feses dan tidak menyebabkan ketergantungan. Bisa digunakan dalam jangka panjang tanpa efek samping.
Terkadang AyBun juga bisa menggunakan laksatif untuk membantu mengatasi sembelit, terutama jika pelunak feses tidak cukup efektif.
<h3>3. Pembersihan Usus Besar</h3>
Anak dengan retensi feses yang parah mungkin memerlukan pembersihan usus besar awal menggunakan obat pencahar, supositoria, atau enema untuk mengosongkan feses yang menumpuk.
<h2>Cara Mencegah Sembelit</h2>
Untuk membantu mencegah sembelit pada anak-anak, pertimbangkan langkah-langkah berikut:
<h3>1. Konsumsi Makanan Tinggi Serat</h3>
Makanan yang kaya serat membantu membentuk feses yang lunak dan besar. Sajikan lebih banyak makanan tinggi serat, seperti buah, sayuran, dan kacang-kacangan.
Jika anak tidak terbiasa dengan makanan tinggi serat, tambahkan serat sedikit demi sedikit untuk menghindari kembung.
Asupan serat yang direkomendasikan yakni sekitar 20 gram serat sehari untuk anak-anak usia lebih muda, 29 gram untuk remaja perempuan, dan 38 gram untuk remaja laki-laki.
<h3>2. Dorong Anak Minum Banyak</h3>
Air mineral adalah pilihan terbaik untuk mencegah sembelit. Pastikan anak minum cukup cairan setiap hari.
<h3>3. Lakukan Aktiftas Fisik</h3>
Aktifitas fisik secara teratur membantu merangsang fungsi usus yang normal. Anak-anak yang jarang bergerak atau kurang aktif secara fisik lebih rentan mengalami sembelit (tinja keras dan sulit dikeluarkan).
<h3>4. Buat Rutinitas ke Toilet (Jadwal Toilet Training)</h3>
Luangkan waktu secara teratur setelah makan untuk anak menggunakan toilet. Jika perlu, sediakan tempat kaki agar anak nyaman duduk di toilet dan dapat melakukan buang air besar dengan mudah.
<h3>5. Ingatkan Anak untuk Menanggapi Kebutuhan dalam Diri Mereka</h3>
Beberapa anak mungkin terlalu fokus bermain dan mengabaikan dorongan untuk buang air besar. Jika Anak terlalu sering menunda BAB, beritahu mereka bahwa hal ini dapat menyebabkan sembelit.
<h3>6. Tinjau Obat-obatan</h3>
Jika AyBun curiga Si Kecil sembelit akibat mengkonsumsi obat, coba diskusikan dengan dokter untuk memberikan opsi lain yang mungkin lebih sesuai.
Dengan mengikuti langkah-langkah ini, AyBun dapat membantu mencegah dan mengatasi sembelit pada anak, serta mendukung kesehatan pencernaan mereka.
Baca juga:&nbsp;<a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=1547">Warna Feses atau BAB Anak yang Berbahaya dan Cara Mengatasinya</a>
<h2>Penutup</h2>
Untuk memantau frekuensi BAB anak secara lebih efektif, AyBun dapat menggunakan fitur <a href="tentanganak://baby-tracker?type=diaper_tracker">diaper tracker</a> yang ada di Aplikasi Tentang Anak.
Dengan fitur ini, AyBun bisa melacak frekuensi dan mengetahui arti dari warna feses anak, sehingga membantu AyBun memahami pola sembelit dan intervensi yang diperlukan lebih cepat.&nbsp;
Dengan pemantauan yang cermat, AyBun dapat lebih mudah mengidentifikasi dan menangani masalah sembelit pada anak.
Semoga informasi di atas bermanfaat!