penyebab bb anak susah naik padahal makan banyak

Temukan 8 penyebab mengapa anak yang sudah makan banyak tetapi berat badannya sulit naik. Ketahui beberapa penyebabnya dalam artikel ini!

Kesehatan Anak

Berat badan si Kecil yang sulit naik meski makannya banyak bisa membuat AyBun khawatir.&nbsp;
Masalah ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari kondisi kesehatan hingga pola makan.&nbsp;
Yuk, pahami penyebabnya dan cara mengatasinya agar tumbuh kembang si Kecil tetap optimal!
<h3>1. Anemia Defisiensi Besi (ADB)</h3>
Anemia terjadi ketika tubuh kekurangan zat besi, yang sangat penting untuk membawa oksigen dalam darah. 
Tanpa oksigen yang cukup, tubuh anak cepat lelah dan kehilangan nafsu makan. 
Gejala ADB antara lain:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pucat dan terlihat lemas</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak nafsu makan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mudah lelah saat beraktivitas</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pada kasus berat, bisa terjadi keterlambatan perkembangan</li>
</ul>
Penambahan asupan zat besi seperti daging merah, bayam, atau suplemen zat besi sesuai anjuran bisa membantu. 
Namun sangat disarankan untuk konsultasi dengan dokter jika anak menunjukkan tanda-tanda di atas.
<h3>2. Infeksi Tuberkulosis (TB Paru)</h3>
TB Paru bukan hanya menyerang orang dewasa, tapi juga bisa menginfeksi anak-anak dan mengganggu penyerapan nutrisi. 
Gejala TB Paru pada Anak antara lain:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Batuk dan demam yang berlangsung lebih dari 2 minggu</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tubuh lemas terus-menerus</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Gejala tidak membaik meski sudah diobati</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Muncul benjolan di leher, ketiak, atau selangkangan</li>
</ul>
Segera periksa ke dokter jika AyBun curiga anak terkena TB Paru. 
Penanganan dini sangat penting untuk mencegah komplikasi.
<h3>3. Infeksi Saluran Kemih (ISK)</h3>
ISK pada anak seringkali tidak menunjukkan gejala, namun beberapa menunjukan gejala sebagai berikut:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Demam atau muntah</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Nyeri atau mengejan saat buang air kecil</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Frekuensi BAK meningkat tetapi hanya sedikit yang keluar</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kemerahan atau rasa tidak nyaman di area kelamin</li>
</ul>
Jangan tunda konsultasi dengan dokter jika anak mengalami gejala di atas. Pemeriksaan urin dapat membantu diagnosis.
<h3>4. Asupan Kalori Tidak Mencukupi</h3>
Anak berusia 6 hingga 24 bulan memiliki ukuran perut yang masih kecil, sehingga mereka belum dapat mencerna makanan dalam jumlah yang besar.&nbsp;
Oleh karena itu, penting untuk merancang pola makan yang sesuai, dengan porsi yang akan bertambah seiring dengan pertumbuhan usia dan kapasitas perut mereka.
Sesuai dengan informasi dari Vinmec:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Untuk anak usia 6 hingga 8 bulan, sebaiknya diberikan makanan tambahan dua kali sehari, dengan porsi 100-150 ml setiap kali.&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Untuk anak yang berusia antara 9 hingga 11 bulan, disarankan untuk memberikan tiga kali makan dalam sehari, masing-masing dengan porsi 200 ml.&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sedangkan untuk anak usia 12 hingga 24 bulan, dianjurkan untuk memberikan tiga kali makan sehari dengan porsi 250 ml per sesi.</li>
</ul>
Meski anak terlihat banyak makan, bisa jadi kalori yang dikonsumsinya masih kurang dari kebutuhan harian. 
MPASI yang tepat dapat membantu. Tipsnya yakni:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Coba MPASI fortifikasi dengan kandungan nutrisi yang terukur dan sudah terdaftar BPOM.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kombinasikan dengan MPASI homemade yang kaya kalori seperti alpukat, ubi, atau keju.</li>
</ul>
Baca juga: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=1971">Kupas Tuntas, Mitos atau Fakta Air Kaldu atau Bone Broth Bisa Jadi BB Booster untuk Anak</a>
5. Makanan Tidak Sesuai Usia Anak
Setelah usia 1 tahun, ASI atau susu bukan lagi sumber gizi utama anak. 
Jika anak terlalu banyak minum susu, ia bisa merasa kenyang dan menolak makanan. 
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Batasi pemberian susu maksimal 600 ml per hari.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pastikan anak mengonsumsi makanan lengkap dengan karbohidrat, protein, lemak, dan sayuran.</li>
</ul>
<h3>6. Kurangnya Variasi Makanan</h3>
Banyak orang tua yang memberikan makanan kepada bayi mereka berdasarkan selera dan nafsu makan anak, tanpa memperhatikan variasi dan kuantitas makanan yang diperlukan untuk memastikan kecukupan nutrisi.
Kadang, anak dianggap picky eater hanya karena belum diberi kesempatan mencoba makanan baru secara konsisten.
Beberapa tips yang bisa AyBun lakukan yakni:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Perkenalkan makanan baru 8-15 kali sebelum menyimpulkan anak tidak suka.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sediakan berbagai pilihan makanan bergizi tanpa memaksanya makan yang tidak disukai.</li>
</ul>
Yang paling sering dilupakan ialah konsumsi protein seperti daging, ikan, udang, telur, susu sesuai dengan porsi dan usianya.
<h3>7. Trauma Makan pada Anak</h3>
Trauma makan bisa terbentuk jika makan dijadikan pengalaman yang tidak menyenangkan. Beberapa faktor pemicu trauma makan pada anak yakni:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">AyBun sering mencekoki makanan ke mulut anak secara paksa</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Anak sering dimarahi atau diancam jika tidak mau makan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Memaksa anak menghabiskan makanan meski sudah kenyang</li>
</ul>
Ciptakan suasana makan yang positif dan menyenangkan dengan bermain atau bercerita saat makan. 
AyBun juga bisa memberi contoh makan yang baik agar anak lebih tertarik.
<h3>8. Penyakit Tertentu yang Belum Terdeteksi</h3>
Beberapa penyakit seperti masalah penyerapan nutrisi atau gangguan metabolisme bisa membuat berat badan anak sulit naik meski sudah makan banyak.
Jika aturan makan dan pola nutrisi sudah tepat tetapi berat badan anak tetap tidak bertambah, segera konsultasikan dengan dokter spesialis anak untuk evaluasi lebih lanjut.
<h3>9. Cacingan</h3>
Infeksi cacing dapat menjadi salah satu penyebab mengapa anak tampak makan banyak tetapi mengalami pertumbuhan yang lambat.&nbsp;
Parasit usus ini akan "bersaing" untuk mendapatkan nutrisi dari makanan yang dikonsumsi anak.&nbsp;
Oleh karena itu, sangat penting bagi Bunda untuk memberikan obat cacing kepada anak secara rutin setiap enam bulan, mulai dari usia dua tahun.
<h2>Penutup</h2>
Dengan memahami berbagai penyebab mengapa anak sudah makan banyak tetapi berat badannya sulit naik, AyBun dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mendukung tumbuh kembang si Kecil.&nbsp;
Penting untuk selalu memperhatikan pola makan dan kesehatan anak secara menyeluruh. Jika AyBun masih memiliki kekhawatiran atau pertanyaan, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis anak.
AyBun juga bisa memperdalam pemahaman tentang masalah penyerapan nutrisi pada anak dengan menonton tayangan ulang webinar berjudul "Makan Banyak Tapi Tetap Kurus" bersama dr. Dwinanda Aidina Fitrani, Sp.A, Subsp. IPT.&nbsp;
Temukan solusi dan tips yang bermanfaat untuk memastikan si Kecil mendapatkan nutrisi yang optimal. Klik tautan <a href="tentanganak://event?type=event&amp;id=421">di sini</a> untuk menonton! 🌟

8 Penyebab Anak Sudah Makan Banyak Tapi Berat Badan Susah Naik


Ciri-ciri anak autis dapat diketahui sejak bayi. Kenali gejalanya berikut ini agar anak dapat penanganan yang tepat! 

Autisme

Masalah Kesehatan

Autisme atau Autism Spectrum Disorder (ASD) merupakan gangguan perkembangan pada otak anak yang menyebabkan komunikasi dan interaksi sosial anak bermasalah. Pengidap autisme kemungkinan akan mengalami masalah juga pada cara belajar, bergerak, atau memperhatikan.
Menurut WHO, autisme terjadi pada 1 dari 100 anak di dunia. Penyebabnya pun belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang bisa memunculkan autisme pada anak. Misalnya, riwayat autisme di keluarga, kelainan genetik, dan kelahiran prematur.&nbsp;
Gangguan ini tidak bisa disembuhkan. Namun, AyBun dapat memberikan anak pengidap autisme dengan sejumlah terapi sedini mungkin agar membantu si kecil menyesuaikan dengan lingkungannya. Lantas, bagaimana cara mendeteksi anak penderita autisme sedini mungkin? Berikut adalah caranya.
<h2>Apa Itu Autisme?</h2>
Lebih jelasnya, gangguan spektrum autisme adalah gangguan neurologis dan perkembangan yang mempengaruhi cara seseorang berinteraksi dengan orang lain. Autisme dapat didiagnosis pada usia berapa pun, tetapi gejala umumnya muncul pada 2 tahun pertama dalam kehidupan.
Autisme juga memiliki spektrum yang luas. Gangguan ini memiliki variasi dalam jenis dan tingkat keparahan gejala yang dialami oleh pengidap. Meskipun autisme adalah gangguan seumur hidup, penanganan yang tepat dapat membantu pengidap autisme untuk berkembang .&nbsp;
Maka dari itu, American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan agar semua anak menerima skrining untuk autisme. Cara ini dilakukan supaya dapat mengetahui adanya gangguan autisme pada anak sedini mungkin pada usia 18 hingga 24 bulan.&nbsp;
<h2>Ciri-Ciri Anak Autis</h2>
Dikutip dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) ada beberapa ciri-ciri anak autisme yang dapat diketahui AyBun. Gejala-gejala ini dapat dikenali ketika anak berinteraksi dan melakukan aktivitasnya, Seperti:
<h3>1. Adanya gangguan dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial</h3>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/1688294909.jpg" width="446" height="297" />
Keterampilan untuk berinteraksi dan komunikasi menjadi tantangan bagi anak pengidap autisme. Contoh yang dapat terlihat dari kesulitan berinteraksi terkait dengan autisme dapat mencakup:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menghindari kontak mata</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak menanggapi nama pada usia 9 bulan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak menunjukkan ekspresi wajah seperti senang, sedih, marah, dan terkejut pada usia 9 bulan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak memainkan permainan interaktif sederhana pada usia 12 bulan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak menunjukkan gerakan atau hanya sedikit pada usia 12 bulan (misalnya tidak melambaikan tangan)&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak berbagi minat dan kesukaan dengan orang lain pada usia 15 bulan (misalnya menunjukkan AyBun objek mainan yang anak sukai)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak menunjukkan AyBun sesuatu yang menarik pada usia 18 bulan&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak bisa merasakan perasaan orang lain (misalnya ketika orang lain sedih atau terluka)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak memerhatikan anak lain dan tidak tertarik untuk bermain bersama pada usia 36 bulan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak berpura-pura menjadi orang lain seperti menjadi guru, pahlawan super, ataupun dokter pada usia 48 bulan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak menyanyi, menarik, atau berakting pada usia 60 bulan</li>
</ul>
<h3>2. Perilaku yang repetitif&nbsp;</h3>
Selain dari cara komunikasi dan interaksi anak, gejala autisme dapat terdeteksi dari perilaku atau minat anak yang tampaknya tidak biasa. Contohnya dalam kehidupan sehari-hari adalah mencakup berikut ini:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menjajarkan mainan atau benda lain dan menjadi kesal apabila susunan diubah</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengulangi kata atau frasa berulang-ulang</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bermain dengan mainan dengan cara yang sama</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sangat fokus pada bagian objek (misalnya roda)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Marah apabila terjadi perubahan kecil</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Memiliki minat obsesif</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Harus mengikuti rutinitas tertentu</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengepakkan tangan, mengayunkan tubuh atau memutar diri dalam lingkaran</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Memiliki reaksi yang tidak biasa terhadap suara, bau, rasa, tampilan, atau perasaan</li>
</ul>
<h3>3. Gangguan pada perkembangan</h3>
Anak pengidap autisme memiliki karakteristik terkait lainnya. Ini mungkin termasuk:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Keterampilan bahasa atau berbicara yang tertunda</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Keterampilan gerakan yang tertunda</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Keterampilan kognitif atau belajar yang tertunda</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Perilaku hiperaktif, impulsif, dan/atau lalai</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Epilepsi atau gangguan kejang</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kebiasaan makan dan tidur yang tidak biasa</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Masalah gastrointestinal (misalnya, sembelit)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Suasana hati atau reaksi emosional yang tidak biasa</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kecemasan, stres, atau kekhawatiran yang berlebihan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kurang atau lebih banyak rasa takut dari yang diharapkan</li>
</ul>
&nbsp;
Namun, perlu diketahui bahwa anak dengan autisme mungkin tidak memiliki semua ciri-ciri tersebut, atau hanya beberapa saja. Tetapi, apabila anak telah menunjukkan gejala di atas, pastikan untuk membawanya ke layanan kesehatan agar mendapat pendeteksian dini.&nbsp;
<h2>Apa Penyebab Autisme?</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/1688294985.jpg" />
Sampai saat ini, tidak ada yang tahu penyebab dari autisme. Tetapi, gangguan autisme bisa dapat berasal dari masalah pada bagian otak yang menafsirkan masukan sensorik dan proses bahasa.&nbsp;
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), autisme tidak hanya dari satu penyebab. Melainkan ada beberapa faktor yang membuat seorang anak sangat mungkin menderita autisme, yaitu faktor lingkungan, biologis, dan genetik.
Secara spesifik, faktor penyebab anak-anak berisiko lebih besar untuk mengembangkan autisme adalah sebagai berikut:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Memiliki saudara kandung dengan autisme</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Memiliki kondisi genetik atau kromosom tertentu</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengalami komplikasi saat lahir</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Terlahir dari orang tua yang lebih tua</li>
</ul>
<h2>Bagaimana Menangani Anak Autis yang Terdeteksi Sejak Dini?</h2>
Hal penting yang harus AyBun ketahui adalah autisme tidak dapat disembuhkan. Namun, ada banyak penanganan yang bisa membuat anak dengan penyandang autisme dapat menyesuaikan kehidupan sehari-hari.
Tindakan penanganan setiap spektrum autisme tentunya berbeda-beda. Oleh karena itu, AyBun perlu diagnosis terlebih dahulu sebelum melakukan terapi. Berikut adalah beberapa penanganan terapi yang mungkin dapat diberikan:
<h3>1. Terapi perilaku dan komunikasi</h3>
Terapi yang satu ini dilakukan untuk membantu anak pengidap autisme memiliki kemampuan dasar sehari-hari, baik verbal dan non verbal. Beberapa contohnya adalah berikut ini:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Analisis perilaku terapan pada anak 12&ndash;48 bulan untuk membantu anak dengan pengidap autisme berperilaku positif.&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Terapi wicara dan bahasa akan membantu meningkatkan pemahaman anak pengidap autisme terhadap percakapan dan bahasa.&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Terapi okupasi yang akan membantu pengidap autisme memiliki keterampilan hidup sehari-hari.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Terapi integrasi sensori, membantu meningkatkan respons terhadap input sensorik yang mungkin membatasi atau berlebihan.&nbsp;</li>
</ul>
<h3>2. Pendekatan sosial</h3>
Pendekatan sosial membantu pengidap autisme memiliki keterampilan sosial dan membangun ikatan emosional. Pendekatan sosial ini dilakukan oleh orang tua dan keluarga anak pengidap autisme.
<h3>3. Pengobatan</h3>
Tidak ada obat yang mampu mengobati autisme. Melainkan ada beberapa obat yang dapat mengatasi beberapa gejalanya agar membantu anak dengan autisme berfungsi lebih baik. Misalnya, obat untuk mengatur ketidakmampuan untuk fokus, kecemasan atau depresi, masalah tidur, dan lainnya.
AyBun perlu melakukan konsultasi dengan dokter yang berpengalaman dengan autisme apabila ingin memberikan anak obat. Dokter juga perlu bekerja sama untuk memantau kemajuan dan efek samping dari pengobatan yang diberikan.
Itulah informasi mengenai ciri-ciri anak autis dan penanganan yang perlu diberikan. Anak dengan autisme sama seperti anak pada umumnya, mereka tetap membutuhkan kasih sayang dan ketulusan dari orang tua dan keluarganya.
Dengan penanganan yang tepat, anak pengidap autisme dapat tumbuh dan berkembang seperti anak normal lainnya. Jadi, apabila si kecil menunjukan gejala autisme, sebaiknya AyBun langsung lakukan diagnosis dengan dokter agar diberikan penanganan sejak dini!
Foto: Freepik
Sumber:
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/autism-spectrum-disorders&nbsp;
https://www.aap.org/en/patient-care/autism/&nbsp;
https://www.cdc.gov/ncbddd/autism/signs
https://www.cdc.gov/ncbddd/autism/facts&nbsp;

Ciri-Ciri Anak Autis yang Bisa Dideteksi Sejak Dini

Pada usia 1 bulan, bayi idealnya sudah bisa mengeluarkan suara, menggerakkan kepala, hingga mengepalkan tangan. Baca selengkapnya di sini.

Newborn

Bayi

Banyak orang tua, terlebih jika baru pertama kali memiliki anak, mengira bahwa bayi usia 1 bulan belum bisa melakukan banyak hal selain tidur, minum susu, menangis, buang air besar dan pipis. Padahal, ketika menginjak usia 1 bulan, bayi menjadi lebih punya kesadaran dan semakin responsif. Nah, agar Ayah dan Bunda punya lebih banyak informasi mengenai perkembangan si kecil, berikut ini milestone tumbuh kembang bayi 1 bulan yang wajib Ayah dan Bunda ketahui.
<h2>Bayi Usia 1 Bulan Sudah Bisa Apa Saja?</h2>
Berikut ini sejumlah hal sudah dapat dilakukan bayi usia 1 bulan:
<h3>1. Gerakan Seimbang</h3>
Saat menginjak usia 1 bulan, bayi sudah dapat menggerakkan tangan dan kaki mereka seimbang. Aybun perlu waspada bila ada sisi tubuh, baik tangan atau kaki yang tampak kurang atau tidak aktif.
<h3>2. Merespon Suara Bel</h3>
Saat mendengar suara bel, bayi sudah mulai merespon dengan berubah ekspresi, gerakan mata, dan perubahan laju napas.
<h3>3.Tertarik pada Wajah&nbsp;</h3>
Bayi usia 1 bulan mulai tertarik pada wajah manusia, terutama wajah Ayah dan Bunda. Aybun dapat mengecek dengan menggendong anak berhadapan dengan wajah aybun dengan jarak sekitar 30 cm.
<h3>4. Mengikuti Benda di Garis Tengah</h3>
Di usia 1 bulan, bayi juga sudah dapat mengikuti gerakan benda yang terletak di garis tengah tubuh dan mulai belajar untuk mengikuti gerakan yang melewati garis tengah (kanan-kiri wajah).
<h3>5. Mengangkat Kepala Sedikit</h3>
Saat diletakkan pada posisi tengkurap, bayi dapat mengangkat kepala sedikit sehingga bagian dagu tidak menyentuh permukaan alas.
<h3>6. Bersuara</h3>
Di usia 1 bulan, si kecil juga sudah dapat mengeluarkan suara pertamanya. Mereka akan mengeluarkan suara seperti "ooh" atau "aah" ketika merasa nyaman dan senang.
<h3>7. Menunjukkan Refleks</h3>
Bayi juga dapat menunjukkan refleks primitif, seperti refleks Moro (kaget, kedua tangan kaki dibentangkan lalu melakukan gerakan seperti memeluk), rooting (menoleh dan buka mulut saat ujung bibir disentuh), sucking (mengisap saat ada benda masuk ke mulut), grasp (tangan menggenggam saat telapak digores), dan stepping (melangkah saat kaki menapak alas keras).
<h2>Cara Stimulasi Bayi 1 Bulan</h2>
Agar pertumbuhan si kecil sesuai dengan tahapan perkembangannya, ayah bunda juga dapat memberikan stimulasi untuk membantu mengoptimalkan perkembangan bayi dalam sejumlah aspek seperti sosial, motorik, bahasa, dan kognitif.
Stimulasi yang tepat untuk bayi usia 1 bulan dapat dilakukan dengan cara memberikan perhatian, merangsang indra, memberikan pijatan lembut pada tubuh bayi, memberikan mainan yang tepat, dll.
<h3>1. Ajak Bayi untuk Berinteraksi</h3>
Seperti dijelaskan sebelumnya, pada usia 1 bulan bayi mulai tertarik pada wajah manusia, terutama wajah orang tua mereka. Cobalah untuk meningkatkan frekuensi interaksi dengan si kecil seperti mengajak berbicara, bernyanyi, dan bermain dengan mereka untuk merangsang perkembangan sosial dan bahasa.
<h3>2. Berikan si Kecil Mainan</h3>
Berikan mainan yang sesuai dengan usia bayi, seperti mainan gantung yang berwarna-warni kontras yang dapat merangsang perkembangan motorik dan visual.
<h3>3. Tummy time</h3>
Tummy time berfungsi untuk stimulasi gerak kasar dengan tujuan bayi dapat berlatih angkat kepala. Lakukan tummy time selama minimal 30 menit per hari (dapat dibagi dalam beberapa sesi sesuai kemampuan dan mood bayi). Pastikan aybun melakukan tummy time di alas keras atau bisa juga di dada aybun.&nbsp;
Meskipun berfokus pada 3 aktivitas di atas, jangan lupa pastikan dia selalu berada di tempat yang aman dan nyaman. Pastikan juga jadwal stimulasi sudah disesuaikan dengan jadwal menyusu dan tidur bayi.&nbsp;
<h2>Beberapa Contoh Pertumbuhan Bayi 1 Bulan yang Lambat</h2>
Jika pada usia 3 hingga 4 minggu bayi menunjukkan sejumlah tanda-tanda perkembangan yang terlambat seperti di bawah ini, disarankan agar ayah bunda membawa si kecil ke dokter spesialis anak untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Belum bisa angkat kepala sedikit pun</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak fokus dan tidak mengikuti objek yang bergerak seperti mainan gantung</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Jarang menggerakan tangan dan kakinya, atau ada salah satu sisi tubuh/ kaki tangan yang lebih tidak aktif</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak merespon suara yang nyaring</li>
</ul>
Foto: Jcomp from freepik
Sumber:
https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/Pages/Developmental-Milestones-1-Month.aspx
Frankenburg WK, Dodds J, Archer P, Bresnick B, Maschka P, Edelman N, dkk. Denver II: training manual. Denver: Denver Developmental Materials, Inc, 1992.&nbsp;&nbsp;

Perkembangan Bayi 1 Bulan yang Wajar Menurut Dokter Anak

Suplemen nutrisi sering kali menjadi topik perdebatan di kalangan orang tua. Sementara makanan seharusnya menjadi sumber utama nutrisi bagi anak-anak, beberapa situasi mungkin membuat orang tua mempertimbangkan pemberian suplemen. Dalam artikel ini, kita akan membahas apakah anak-anak perlu mengonsumsi suplemen, faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi anak, dan panduan sehat untuk

Nutrisi

Suplemen nutrisi sering kali menjadi topik perdebatan di kalangan orang tua. Sementara makanan seharusnya menjadi sumber utama nutrisi bagi anak-anak, beberapa situasi mungkin membuat orang tua mempertimbangkan pemberian suplemen. Dalam artikel ini, kita akan membahas apakah anak-anak perlu mengonsumsi suplemen, faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi anak, dan panduan sehat untuk pertumbuhan serta perkembangan mereka.
<h2>Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi Anak</h2>
<h3>1. Usia dan Tahap Pertumbuhan</h3>
Kebutuhan nutrisi anak berubah seiring bertambahnya usia. Anak-anak dalam tahap pertumbuhan pesat mungkin memerlukan lebih banyak energi, protein, dan nutrisi kunci lainnya.
<h3>2. Pola Makan</h3>
Anak-anak yang memiliki pola makan yang seimbang, dengan konsumsi berbagai jenis makanan, mungkin dapat memenuhi kebutuhan nutrisi mereka tanpa perlu suplemen.
<h3>3. Kondisi Kesehatan</h3>
Anak-anak dengan kondisi kesehatan tertentu, seperti alergi atau intoleransi makanan, dapat memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda.
<h3>4. Aktivitas Fisik</h3>
Anak-anak yang aktif secara fisik mungkin memerlukan lebih banyak energi dan nutrisi untuk mendukung kegiatan mereka.
<h3>5. Keberagaman Makanan</h3>
Konsumsi berbagai jenis makanan membantu memastikan anak-anak mendapatkan spektrum nutrisi yang diperlukan.
<h3>6. Faktor Lingkungan</h3>
Lingkungan tempat anak tinggal, seperti cuaca dan akses ke makanan segar, juga dapat memengaruhi kebutuhan nutrisi.
<h2>Jenis-jenis Suplemen yang Umum untuk Anak</h2>
<h3>Vitamin dan Mineral</h3>
Vitamin D: Penting untuk kesehatan tulang dan gigi. Vitamin D yang cukup akan membuat anak memiliki tulang yang sehat dan tubuh yang kuat. Vitamin D juga dapat ditemukan di minyak ikan, telur, jamur, mentega, dan kuning telur.
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Usia anak 0-1 tahun 400 IU/hari</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Anak lebih dari 1 tahun 600 IU/hari</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Dewasa 19-50 tahun 600 IU/hari untuk pemeliharaan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Wanita hamil &amp; menyusui 600 IU/hari untuk pemeliharaan</li>
</ul>
Vitamin A: Vitamin A bermanfaat untuk menjaga sistem imun bayi dan anak kecil. Vitamin A juga sangat penting untuk menjaga kesehatan mata dan kulit. AyBun dapat sumber vitamin A yang baik di produk susu, wortel, bayam, kubis, dan brokoli.
Dosis vitamin A untuk anak 1 tahun menurut rekomendasi internasional Bayi sampai anak usia 3 tahun: 300 mcg atau 1.000 IU (International Unit) per hari. Sedangkan dari Kementerian Kesehatan Kapsul Biru: dosis 100.000 IU untuk anak berusia 6&ndash;11 bulan. Kapsul Merah: dosis 200.000 Iu untuk anak berusia 12&ndash;59 bulan.
Vitamin B: yang dibutuhkan anak selanjutnya adalah vitamin B kompleks yang termasuk B1 (Thiamine), B2 (Riboflavin), B3 (Niasin), B5 (Pantothenic Acid), B6 (Pyridoxine), B9 (Asam Folat), dan B12 (Cobalamins). Semua vitamin B tersebut memiliki fungsi yang berbeda.
Vitamin C: Vitamin ini berperan dalam pembentukan dan perbaikan sel-sel darah merah dan jaringan tubuh, Vitamin C juga dapat menjaga kesehatan mulut dan gusi anak.
AyBun bisa menemukan sumber vitamin C di berbagai buah-buahan dan sayur-sayuran, seperti: jeruk, kiwi, stroberi, brokoli dan tomat. Untuk dosis vitamin C per hari sesuai usia, lihat tabel di bawah ini
<table>
<tbody>
<tr>
<td colspan="2">
Kebutuhan Vitamin C
</td>
</tr>
<tr>
<td>
Usia
</td>
<td>
Kebutuhan (mg)
</td>
</tr>
<tr>
<td>
0-6 bulan*
</td>
<td>
40
</td>
</tr>
<tr>
<td>
7-12 bulan
</td>
<td>
50
</td>
</tr>
<tr>
<td>
1-3 tahun
</td>
<td>
15
</td>
</tr>
<tr>
<td>
4-8 tahun
</td>
<td>
25
</td>
</tr>
<tr>
<td>
9-13 tahun
</td>
<td>
45
</td>
</tr>
<tr>
<td>
14-18 tahun Perempuan dan Laki-Laki
</td>
<td>
65 dan 75
</td>
</tr>
</tbody>
</table>
VItamin&nbsp; E: Mendukung sistem kekebalan tubuh dan kesehatan kulit. Vitamin E mendorong kesehatan imun dan membantu tubuh untuk melawan bakteri. Vitamin E membantu membuat pembuluh darah terbuka lebar agar darah dapat mengalir dengan bebas, dan membantu sel-sel tubuh bekerja sama untuk melakukan fungsinya.
Vitamin E bisa AyBun temukan di bayam, kacang almond, biji bunga matahari, minyak biji gandum, alpukat, brokoli, mangga, telur ikan laut, dan lain-lain. Vitamin E juga bisa dalam berbentuk suplemen, hanya saja perlu rekomendasi dokter apabila ingin meminumnya.
Zat Besi: Penting untuk pembentukan sel darah merah.
Kalsium: Mendukung pertumbuhan tulang dan gigi.
Omega-3: Mendukung perkembangan otak dan sistem saraf.
Probiotik: Membantu menjaga kesehatan saluran pencernaan dengan mempromosikan bakteri baik.
Serat: Mendukung fungsi pencernaan dan membantu mengatasi masalah sembelit.
<h2>Perlukah Anak Mengonsumsi Suplemen?</h2>
Keputusan untuk memberikan suplemen kepada anak-anak sebaiknya didasarkan pada pertimbangan yang cermat. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat membantu orang tua dalam pengambilan keputusan:
<ol>
<li> Pola Makan Anak:</li>
</ol>
Jika anak memiliki pola makan seimbang dengan variasi jenis makanan, mereka mungkin tidak memerlukan suplemen.
<ol start="2">
<li> Kondisi Kesehatan Anak:</li>
</ol>
Anak dengan kondisi kesehatan tertentu, seperti anemia atau kekurangan vitamin tertentu, mungkin memerlukan suplemen atas saran dokter.
<ol start="3">
<li> Konsultasi dengan Dokter atau Ahli Gizi:</li>
</ol>
Konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi untuk menentukan apakah anak memerlukan suplemen tertentu dan dosis yang tepat.
<ol start="4">
<li> Lingkungan Tempat Tinggal:</li>
</ol>
Lingkungan yang memiliki akses terbatas terhadap makanan segar atau terpapar pada kondisi cuaca tertentu mungkin memerlukan pertimbangan penggunaan suplemen.
<ol start="5">
<li> Aktivitas Fisik:</li>
</ol>
Anak-anak yang sangat aktif mungkin memerlukan suplemen tambahan untuk mendukung kebutuhan energi dan nutrisi mereka.
<h2>Mengapa Anak Perlu Vitamin yang Seimbang?</h2>
Anak pastinya membutuhkan asupan vitamin dan mineral yang seimbang utamanya untuk perkembangan dan kesehatannya. Apabila si kecil tidak mendapatkan asupan vitamin dan mineral yang cukup, maka akan berefek pada keterlambatan pertumbuhan dan masalah kesehatan.
Menurut organisasi Raising Children Network, AyBun bisa mendapatkan vitamin dan mineral terbaik untuk si kecil dari sayur-sayuran, buah-buahan, biji-bijian, daging merah, ikan, ayam, telur, susu, yoghurt, hingga keju.&nbsp;
Itulah berbagai vitamin dan suplemen anak yang penting untuk diketahui. Untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral si Kecil memang bisa dengan mengonsumsi suplemen vitamin, hanya saja AyBun tidak boleh memberi suplemen sembarangan. Melainkan, AyBun harus konsultasi ke dokter terlebih dahulu.
Jika masih ada seputar pertanyaan suplemen dan vitamin tanya langsung GRATIS di fitur <a href="https://tentanganak.onelink.me/Shof/tanyaahli">TANYA AHLI</a> aplikasi Tentang Anak, unduh dan gunakan sekarang, yuk!
Foto: Freepik
Sumber:
https://raisingchildren.net.au/teens/healthy-lifestyle/nutrients/vitamins-minerals&nbsp;
https://www.nhs.uk/conditions/baby/weaning-and-feeding/vitamins-for-children/&nbsp;
https://www.babycenter.com/toddler/feeding/vitamin-e-in-your-childs-diet_10324697&nbsp;
https://kidshealth.org/en/parents/vitamin-k-shot
https://www.cdc.gov/nutrition/infantandtoddlernutrition/vitamins-minerals/iron.html https://kidsplus.com/parent-resources/doctors-notes/calcium-for-kids/

Perlukah Suplemen untuk Anak?

Apa benar mandi air dingin bikin bayi jadi lebih sehat? Mitos ya AyBun, faktanya, bayi masih belum memiliki kemampuan mengatur suhu tubuh atau termoregulasi yang baik, sehingga jika dimandikan dengan air dingin akan cepat kehilangan panas tubuh dan menyebabkan dia mudah menggigil Menurut anjuran IDAI, suhu air optimal untuk bayi

Apa benar mandi air dingin bikin bayi jadi lebih sehat? Mitos ya AyBun, faktanya, bayi masih belum memiliki kemampuan mengatur suhu tubuh atau termoregulasi yang baik, sehingga jika dimandikan dengan air dingin akan cepat kehilangan panas tubuh dan menyebabkan dia mudah menggigil
Menurut anjuran IDAI, suhu air optimal untuk bayi mandi adalah sekitar 37 C, dilakukan dalam ruangan suhu &gt;25 C dengan durasi tidak lebih dari 5 menit.
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/651a9219-4658876c-01e3-497d-b589-c2e744bb7032.jpg" />
<h2>Yang Dibutuhkan saat Bayi Mandi</h2>
Suhu air yang digunakan untuk memandikan bayi perlu diperhatikan baik-baik. Pastikan, suhu air untuk mandi bayi ada di antara 37-38 derajat Celcius. Jika sulit mengukurnya, pastikan saja suhunya tidak terlalu panas, tapi juga tidak terlalu dingin, cukup suam-suam kuku. Suhu air yang tepat bisa membuat bayi lebih nyaman dan rileks.
Jika suhu yang diberikan terlalu panas dapat berisiko terjadinya luka bakar dalam hitungan detik, lho!
Luka bakar bisa terjadi dalam hitungan detik jika air mandi terlalu panas. Banyak luka bakar terjadi di kamar mandi ketika:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Anak ditempatkan di pemandian air panas yang berbahaya</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Anak sudah berada di dalam air dan meletakkan tangan atau kakinya di bawah air panas yang mengalir</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Air di bak mandinya belum diputar, jadi ada bagian yang panas dan dingin</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Anak-anak menyalakan keran sendiri.</li>
</ul>
<h3>Berikut beberapa tip sederhana untuk mencegah luka bakar saat mandi:</h3>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Periksa suhu bak mandi menggunakan termometer. Anda juga dapat menguji suhunya dengan memasukkan lengan Anda ke dalamnya. Jika kulit Anda memerah, berarti airnya terlalu panas untuk anak Anda.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pastikan air yang keluar dari keran Anda bersuhu maksimum 50&deg;C. Ini adalah suhu dengan risiko rendah terjadinya luka bakar. Bicaralah dengan produsen pemanas Anda, pemasok gas lokal, tukang ledeng atau tukang gas tentang perangkat pengatur suhu untuk sistem air panas Anda.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pasang perangkat anti-melepuh pada keran dan saluran keluar pancuran. Ini tersedia di toko perangkat keras dan produk keselamatan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pertimbangkan keran yang tahan terhadap anak-anak atau pelindung keran di bak mandi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Nyalakan air dingin terlebih dahulu , lalu air panas untuk mendapatkan suhu mandi yang tepat untuk anak Anda. Saat mematikan air, matikan air panas terlebih dahulu agar air dingin dapat mengalir melalui keran dan mendinginkannya.</li>
</ul>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/651a9249-63ba4fe9-5bf3-4fcf-8d85-8ff6d4fe0ec5.jpg" />
<h3>Penggunaan Sabun dan Sampo Bayi</h3>
Dianjurkan bayi mandi setiap hari dengan suhu ruangan &gt;25&deg;C, suhu air 37&deg;C dan tidak lebih dari 5 menit. Gunakan sabun bayi ringan yang sesuai dengan pH netral kulit (5,5) dengan kandungan parfum dan pewarna yang seminimal mungkin untuk menghindari reaksi sensitisasi.&nbsp;
Bahan di dalam sabun juga harus diperhatikan ya AyBun. Jangan memakai sabun baik dengan antiseptik (fenol, kresol), deodoran (triklosan, heksaklorofen) maupun sabun yang mengandung detergen seperti sodium lauryl sulphate (SLS) yang dapat menimbulkan iritasi maupun sodium laureth sulphate (SLES) yang beracun bila terserap kulit si kecil.
Bahan-bahan tersebut pada sabun dan sampo bayi umumnya mengandung beberapa jenis surfaktan sebagai bahan pembersih. Untuk sampo, pilihlah bahan surfaktan yang aman untuk mata seperti cocamidopropyl betaine atau natrium lauril propinat.
Selain itu, penggunaan pelembab dianjurkan sejak bayi baru lahir, hal ini karena pelembab berfungsi untuk mencegah kulit kering dan memperbaiki barier kulit yang rusak. 
Gunakan pelembab berbentuk krim tanpa parfum. Aplikasikan pelembab minimal 2x sehari setelah mandi atau lebih sering bila cuaca dingin, kering atau bayi mengalami eksema.&nbsp;
AyBun bisa gunakan produk <a href="https://share.tentanganak.com/Shof/yy3yysjf">pelembab dari Expert Care</a> dengan langsung membeli di aplikasi Tentang Anak, yuk <a href="https://share.tentanganak.com/Shof/yy3yysjf">klik link ini!</a>
 Foto: Freepik
Sumber:
https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/memilih-produk-kulit-untuk-si-kecil https://raisingchildren.net.au/newborns/safety/bath-water-safety/bath-temperature#:~:text=A%20safe%20bath%20temperature%20for,your%20child%20into%20the%20bath

Bayi Mandi pakai Air Dingin Lebih Sehat, Benarkah?

Apakah si kecil memiliki IQ tinggi? AyBun bisa cek ciri-ciri anak punya IQ tinggi di sini! Yuk, simak!

Setiap anak memiliki keunikannya masing-masing, namun beberapa ciri dapat menunjukkan potensi IQ tinggi.
Menurut penelitian, tanda-tanda ini tidak hanya mencakup kemampuan intelektual, tetapi juga melibatkan aspek emosional dan perilaku. Yuk, simak penjelasannya berikut ini!
Baca Juga: <a href="https://tentanganak.com/artikel/cara-mengoptimalkan-kecerdasan-anak-dari-masa-kehamilan/">Cara Mengoptimalkan Kecerdasan Anak dari Masa Kehamilan</a>
<h2>Ciri-ciri Anak Punya IQ Tinggi</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/677cec1d-c56d0cd3-c59e-4f99-b82c-92e167b2071d.jpg" />
<h3>1. Selalu Bertanya saat Membaca Buku</h3>
Anak yang sering bertanya saat membaca buku menunjukkan kemampuan komprehensi verbal yang tinggi. Mereka tidak hanya membaca kata-kata, tetapi juga mencoba memahami konsep yang lebih dalam. Hal ini sering menjadi ciri anak dengan IQ tinggi.
<h3>2. Tidak Mudah Tersinggung</h3>
Anak dengan IQ tinggi cenderung memiliki emosi yang lebih stabil. Penelitian menunjukkan tingkat neurotisme mereka lebih rendah, membuat mereka lebih mampu mengelola emosi dan menghadapi situasi sulit dengan kepala dingin.
<h3>3. Sangat Fokus saat Berkegiatan</h3>
Ketika anak terlibat dalam suatu aktivitas, mereka tampak sangat fokus dan menunjukkan kemampuan atensi yang luar biasa.
Selain itu, kemampuan pemecahan masalah mereka juga lebih menonjol, yang merupakan salah satu tanda intelegensi tinggi.
<h3>4. Terkesan Tidak Bisa Diam</h3>
Anak yang memiliki IQ tinggi sering kali aktif dan selalu ingin mengeksplorasi hal-hal baru. Keingintahuan mereka membuat mereka terlihat seperti tidak bisa diam, tetapi ini adalah bentuk eksplorasi kreatif.
Baca Juga: <a href="https://tentanganak.com/artikel/kecerdasan-anak-menurun-dari/">Kecerdasan Anak Menurun dari Ibu, Benarkah? Simak Faktanya di Sini</a>
<h2>Pentingnya Memahami Potensi IQ Anak</h2>
Sebagai orang tua, penting untuk mengenali dan mendukung potensi si Kecil. Selain melakukan tes IQ melalui lembaga terpercaya, AyBun juga perlu memperhatikan perkembangan emotional intelligence (EQ) anak.
Kombinasi IQ dan EQ yang baik akan membantu anak tumbuh menjadi individu yang cerdas dan tangguh menghadapi berbagai tantangan hidup.
<h2>Kesimpulan</h2>
Setiap anak adalah individu yang unik. Beberapa ciri seperti kemampuan komprehensi verbal, kestabilan emosi, fokus tinggi, dan keaktifan dapat menjadi tanda anak memiliki IQ tinggi.
Namun, jangan lupa untuk terus mendukung perkembangan EQ mereka agar tumbuh menjadi pribadi yang seimbang.
AyBun bisa konsultasi soal kecerdasan dan perkembangan anak dengan para expert di aplikasi Tentang Anak lewat <a href="tentanganak://consult_list?type=consult_list">fitur Tanya Ahli</a>. Yuk, coba!

Ciri-ciri Anak Punya IQ Tinggi yang Jarang AyBun Sadari!

Waspadai adenoid face pada anak yang ditandai seperti wajah melongo karena dapat menyebabkan gangguan tidur, perubahan postur, dan suplai oksigen yang buruk ke otak. Pelajari gejalanya melalui artikel berikut ini

Adenoid facies adalah istilah medis yang menggambarkan perubahan wajah yang disebabkan oleh pembesaran adenoid pada anak. Adenoid adalah jaringan limfoid yang terletak di belakang hidung.
Ketika jaringan limfoid itu membesar bisa mempengaruhi penampilan wajah dan kesehatan pernapasan anak. Mari kita pahami lebih dalam mengenai kondisi ini.
<h2>Gejala Adenoid Facies Pada Anak</h2>
Beberapa tanda yang menunjukan bahwa anak terkena Adenoid Facies antara lain:&nbsp;
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Wajahnya seperti melongo&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ngeces saat tidur</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ngorok saat tidur</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mulut dan bibir kering</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mudah lelah dan ngantuk di siang hari.&nbsp;</li>
</ol>
Saat terdapat dua atau lebih dari gejala di atas, waspadai mouth breathing atau gangguan nafas saat tidur (sleep apnea) yang dapat disebabkan oleh:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pembengkakan Kelenjar Adenoid</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Septum Hidung Miring</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Hidung Sering Tersumbat, seperti akibat flu, sinusitis, dan rhinitis alergi.</li>
</ol>
Jika tidak ditangani, kondisi ini dapat menyebabkan gangguan tidur, perubahan postur, serta gangguan suplai oksigen ke otak, yang membuat anak mudah lelah dan mengganggu fungsi otaknya.&nbsp;
Bahkan, risiko asma dapat meningkat karena lebih mudahnya alergen masuk melalui mulut. AyBun perlu memahami penyebabnya dan segera berkonsultasi dengan dokter spesialis anak (DSA) untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Mengenal Ciri-Ciri Adenoid Facies Pada Anak

Temukan penyebab dan cara mengatasi anak GTM dengan tips praktis yang bisa Anda terapkan sekarang. Baca selengkapnya di sini!

Balita

Di masa pertumbuhan, anak perlu mendapatkan asupan gizi yang cukup dari makanan dan minuman. Namun, ada waktu di mana anak menolak makanan apapun yang diberikan. Tindakan anak yang tidak mau makan disebut sebagai Gerakan Tutup Mulut (GTM).
Anak dapat melakukan GTM dengan berbagai cara, mulai dari menutup mulut rapat-rapat hingga menyemburkan makanan yang sudah disuapkan. Tidak jarang sikap ini membuat orang tua frustasi, apalagi jika berat badan anak tidak kunjung naik atau bahkan menurun.
Karena anak menolak makanan yang diberikan, orang tua yang kebingungan seringkali memperbolehkan anak mengonsumsi makanan favoritnya, seperti susu, biskuit, atau juga junkfood secara terus-menerus. Jika dibiarkan, hal ini justru berdampak buruk pada kesehatan dan pertumbuhan anak.&nbsp;
Perlu diketahui bahwa anak yang melakukan GTM tergolong normal, lho. Jika anak melakukan GTM, AyBun tidak perlu khawatir! Yuk pahami penyebab anak GTM dan juga cara mengatasinya!
<h2>Penyebab Anak GTM</h2>
Anak GTM bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti rasa bosan, sakit, atau pemilih makanan. Penting bagi AyBun untuk mengenali alasan anak melakukan GTM agar tidak salah langkah dalam mengatasi GTM pada anak. Beberapa faktor penyebab GTM pada anak adalah sebagai berikut:
<h3>1. Bosan</h3>
Sama seperti orang dewasa, anak juga bisa menolak makanan karena bosan. AyBun mungkin sudah menyediakan menu makan yang sama. AyBun mungkin bisa bertanya apakah anak merasa bosan dengan makanan yang diberikan.&nbsp;
Jika Bunda mulai memberikan MPASI, Bunda bisa bereksperimen dengan tekstur atau bahan makanan untuk anak. Misal, mengganti cara masak yang sebelumnya dikukus saja menjadi dihaluskan. Bunda juga bisa memberikan variasi makanan baru agar tidak mudah bosan. Lakukan cara ini setiap beberapa hari sekali, ya!
<h3>2. Masalah Kesehatan</h3>
Penyebab anak melakukan GTM bisa berasal dari dalam tubuh, seperti misalnya masalah kesehatan yang dialami anak. Akibatnya, anak menolak untuk makan karena menurunnya nafsu makan. Ditambah lagi, anak mungkin tidak mengetahui apa yang membuat mereka kesakitan dan tidak nyaman.&nbsp;
Beberapa masalah kesehatan yang dapat membuat anak susah makan adalah:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tumbuh gigi</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sembelit</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Demam</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sakit tenggorokan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Radang kerongkongan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Infeksi virus</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Alergi makanan.</li>
</ul>
<h3>3. Tertekan</h3>
Jika anak susah makan, salah satu tindakan yang mungkin dilakukan orang tua adalah dengan memarahi anak. Padahal, cara ini justru membuat anak tertekan dan semakin tidak nafsu makan. Maka dari itu, sangat penting bagi AyBun untuk membuat suasana makan yang menyenangkan bagi anak.&nbsp;
Hal ini juga berlaku pada orang tua yang memaksa anak untuk menghabiskan makanannya. Gerakan seperti mendorong piring lebih dekat ke anak, memperhatikan gerak-gerik anak selama makan, menyuapi anak, atau berbicara tentang kurangnya nafsu makan anak, akan menyebabkan anak stres dan tidak mau makan.
<h3>4. Kelelahan</h3>
Penyebab anak melakukan GTM lainnya adalah kelelahan. Sama seperti orang dewasa, anak yang kelelahan setelah bermain atau beraktivitas tentunya lebih memilih untuk beristirahat daripada makan. Anak yang terlalu lelah mungkin akan merasa mengantuk dan ingin tidur.&nbsp;
<h3>5. Porsi Terlalu Besar</h3>
Meskipun AyBun ingin anak tumbuh besar dengan makan lahap setiap harinya, jika porsi makanan yang diberikan terlalu besar, anak bisa saja menolak makanan yang AyBun sediakan. AyBun juga tidak bisa memaksa anak menghabiskan makanan tersebut. Jadi, AyBun bisa mengurangi porsi makanan si kecil untuk mengenyangkan perutnya yang lapar.
<h3>6. Terdistraksi dengan Gadget</h3>
Banyak orang tua sudah memberikan gadget pada anak sejak usia dini sebagai sarana hiburan. Tapi, jika anak terlalu fokus pada gadget, anak berpotensi melakukan GTM pada jam makan. Anak tidak akan tertarik untuk makan ataupun mengetahui sinyal dari perutnya untuk segera makan. Hal ini juga berlaku dengan mainan favorit anak. Jangan sampai Bunda bersikap permisif dengan mengizinkan anak makan sambil menonton untuk mengatasi GTM anak, ya!&nbsp;
<h3>7. Pemilih Makanan</h3>
Picky eaters atau pemilih makanan dapat menjadi penyebab sikap anak melakukan GTM. Namun, pemilih makanan cenderung hanya menolak makanan tertentu saja. Anak yang pemilih makanan mungkin akan mengonsumsi makanan favoritnya secara terus-menerus.&nbsp;
<h2>Cara Mengatasi Anak GTM</h2>
Walaupun GTM termasuk normal terjadi pada anak, AyBun tidak bisa membiarkan anak melakukan GTM dalam waktu yang lama. Jika dibiarkan, anak akan kekurangan asupan nutrisi yang dibutuhkan dari makanan dan minuman sehat. Berikut ini adalah cara mengatasi anak melakukan GTM untuk AyBun coba:
<h3>1. Terapkan Jadwal Makan secara Konsisten</h3>
Menerapkan jadwal makan anak sejak dini akan membantu anak terbiasa dengan jam makan yang sudah ditentukan. Pastikan jadwal makan dilaksanakan secara konsisten dan idealnya makan tidak boleh lebih dari 30 menit.&nbsp;
Untuk Bunda yang memberikan MPASI, perbanyak makanan sambil perlahan mengurangi ASI. Puasakan anak untuk makan selama 2 - 3 jam sebelum makan. Penerapan jadwal makan bermanfaat agar perut anak benar-benar kosong dan anak mengenal prinsip lapar dan kenyang.
<h3>2. Jauhkan dari Gadget atau Mainan yang Bisa Mendistraksi Anak</h3>
Ketika Si Kecil sering mengemut atau melepeh makanan, AyBun mungkin khawatir ada masalah dengan kemampuan oromotor nya.
Namun, masalah ini seringkali disebabkan oleh kurangnya fokus saat makan. Gadget yang menarik perhatiannya membuat anak lupa mengunyah makanan dengan benar, sehingga makanan hanya diemut atau bahkan ditelan tanpa dikunyah.&nbsp;
Jauhkan gadget saat waktu makan agar Si Kecil bisa menikmati makanannya dengan lebih baik dan mendapatkan nutrisi yang maksimal!
<h3>3. Ciptakan Lingkungan yang Menyenangkan saat Makan</h3>
Suasana saat makan juga berpengaruh dalam membuat anak makan dengan nyaman dan lahap. Jadi, salah satu cara mengatasi anak yang melakukan GTM adalah dengan membuat lingkungan yang menyenangkan selama makan. Langkah yang bisa AyBun lakukan adalah:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak memaksa anak&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak memberikan makanan sebagai hadiah</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Makan bersama keluarga.</li>
</ul>
<h3>4. Lakukan Prosedur selama Makan</h3>
Menerapkan prosedur yang tepat selama makan merupakan salah satu cara untuk mengatasi anak yang melakukan GTM. Dalam hal ini, selama jam makan, Bunda harus mendukung anak untuk makan sendiri. Jadi, cobalah untuk tidak menyuapi anak jika ia tidak mau makan. Lalu, berikan minum di akhir sesi makanan utama.
Jika anak kembali menolak makanan, AyBun bisa menawarkan makanan lagi tanpa ada unsur pemaksaan. Anak yang dipaksa makan justru mengalami penurunan nafsu makan dan semakin tidak mau makan.
Bila anak masih tidak mau makan setelah 10&ndash;15 menit, Bunda bisa mengakhiri proses makan.
Namun, Bunda tidak perlu takut untuk membiarkan anak kelaparan. Hal ini penting dilakukan agar anak mulai mengenali sinyal lapar pada dirinya. Jadi, anak akan mempelajari bahwa jika ia tidak mau makan sekarang, ia harus menunggu jam makan berikutnya untuk makan sesuatu.
Baca juga: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=908">Cegah Anak GTM, Pastikan Posisi Duduk Anak Seperti Ini saat Makan</a>
<h2>Penutup</h2>
Demikian penyebab dan cara mengatasi anak GTM yang bisa AyBun lakukan di rumah. GTM adalah salah satu sikap anak yang perlu Bunda tanggapi dengan bijak tanpa emosi apalagi marah.&nbsp;
Tentu melelahkan sekali ya Bun tapi jika setelah 2 minggu GTM anak tidak kunjung membaik, diikuti dengan kondisi anak yang lemas, pucat, demam, dan buang air kecil yang menurun, segera konsultasikan ke dokter, ya!
AyBun juga bisa memantau jadwal makan Anak di fitur <a href="tentanganak://baby-tracker?type=feeding_tracker">Feeding Tracker</a> yang ada di Aplikasi Tentang Anak. Semoga artikel ini bermanfaat!

Anak GTM, Pahami Penyebab dan Cara Mengatasinya

Susu sangat berperan penting pada pemberian nutrisi anak, mulai dari lahir yaitu mengonsumsi air susu ibu atau ASI, kemudian tumbuh menjadi balita yang mengonsumsi susu hingga dewasa bahkan masih tetap minum susu. Jenis Susu Pemberian susu seringkali diutamakan pada anak-anak untuk mendukung tumbuh kembangnya, misalnya saat Ayah Bunda mendengar kata

Susu sangat berperan penting pada pemberian nutrisi anak, terutama saat lahir yaitu mengonsumsi air susu ibu atau ASI, dan kemudian berlanjut hingga tumbuh menjadi balita yang mengonsumsi susu hingga dewasa.
<h2>Jenis Susu</h2>
Pemberian susu seringkali diutamakan pada anak-anak untuk mendukung tumbuh kembangnya, misalnya saat Ayah Bunda mendengar kata &ldquo;Susu&rdquo; sebagian besar dihubungkan dengan susu sapi baik jenis susu segar, UHT, dan formula. 
Nah, ternyata ada beragam jenis lainnya juga yang perlu Ayah Bunda ketahui.
<ul style="font-weight: 400;">
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Susu sapi (termasuk susu segar, kandungan susu 2%, kandungan 1%, bebas lemak/skim, dan diberi rasa, seperti susu coklat )</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Alternatif susu (seperti nasi, almond, kedelai, kelapa, jambu mete, rami, dan oat)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Susu kambing</li>
</ul>
Lalu, kapan ya anak boleh dikenalkan pada susu tersebut?
<h2>Usia yang Tepat untuk Konsumsi Berbagai Jenis Susu</h2>
<h3>Bayi 0-24 Bulan</h3>
Pada usia ini susu sapi tidak cocok untuk bayi karena susu sapi tidak memberikan cukup nutrisi penting tertentu. Sebelum usia 12 bulan, bayi Ayah Bunda sebaiknya diberi ASI atau minum susu formula bayi yang diperkaya zat besi .
Saat anak berusia satu tahun, Ayah Bunda bisa mengenalkan susu sapi dalam bentuk susu segar atau UHT. Sebelum anak Ayah Bunda berusia 12 bulan, susu sapi mungkin membuatnya berisiko mengalami pendarahan usus. 
Ia juga memiliki terlalu banyak protein dan mineral yang tidak dapat ditangani oleh ginjal bayi Ayah Bunda dan tidak memiliki jumlah nutrisi yang tepat yang dibutuhkan bayi Ayah Bunda.
Berapa banyak susu yang akan diberikan harus didiskusikan dengan dokter anak Ayah Bunda. Jumlah tersebut akan memperhitungkan berapa banyak makanan padat yang dimakan anak Ayah Bunda dan target kalori harian anak.
American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan agar anak-anak berusia antara 12 dan 24 bulan mengonsumsi susu tidak lebih dari 2 hingga 3 cangkir (16 hingga 24 ons) susu per hari. 
Alasan di balik batasan ini adalah karena terlalu banyak susu dalam makanan anak dapat membuat mereka kenyang dan membuat mereka tidak merasa cukup lapar untuk mengonsumsi berbagai makanan padat lainnya.
Susu sapi atau minuman kedelai yang diperkaya dapat menjadi bagian dari pola makan anak yang seimbang dan beragam, tetapi harus dikombinasi dengan sumber nutrisi lainnya.&nbsp;
Pedoman Diet untuk Orang Amerika merekomendasikan anak-anak berusia 12 hingga 23 bulan untuk mengonsumsi 1⅔ hingga 2 cangkir susu setara sehari, termasuk susu sapi, yogurt, keju, minuman kedelai yang diperkaya, dan yogurt berbahan dasar kedelai.
Jika anak Ayah Bunda terlalu banyak minum susu sapi, ia mungkin tidak haus akan makanan lain yang memiliki nutrisi penting. 
Beberapa ahli mengatakan bahwa mengonsumsi terlalu banyak susu sapi dapat mempersulit tubuh anak menyerap zat besi yang dibutuhkannya dari makanan.
<h3>Anak Balita</h3>
Saat seorang anak berusia 4 hingga 5 tahun, mereka seharusnya mendapatkan sekitar sepertiga kalorinya dari lemak. 
Jika anak Ayah Bunda tidak mencapai target ini, tetap mengonsumsi susu murni adalah salah satu cara untuk meningkatkan asupan lemaknya.&nbsp;
Terus ikuti isyarat anak Ayah Bunda untuk memutuskan kapan dia lapar atau kenyang. 
Bicarakan dengan dokter atau perawat anak Ayah Bunda untuk pertanyaan lebih lanjut tentang menambahkan susu sapi atau minuman kedelai yang diperkaya ke dalam makanannya.
Alternatif susu bisa berupa minuman yang terbuat dari tumbuhan, seperti kedelai, oat, beras, kelapa, jambu mete, dan almond. Susu alternatif sebaiknya tidak diberikan sebelum usia 12 bulan.
Minuman kedelai yang diperkaya adalah satu-satunya alternatif susu yang membantu memenuhi kebutuhan susu yang direkomendasikan untuk anak bila terindikasi. 
Pilih yang tanpa rasa dan tanpa pemanis. Anak Ayah Bunda tidak membutuhkan tambahan gula.
Selain itu, pilih yang diperkaya dengan vitamin D dan kalsium. Periksa labelnya, karena kandungan nutrisi dapat bervariasi antar merek.
Bicarakan dengan dokter atau perawat anak Ayah Bunda mengenai alternatif susu yang Ayah Bunda gunakan, karena vitamin dan mineral pada jenis susu tersebut berbeda dengan susu sapi.
Jika masih ada keraguan atau kondisi khusus Ayah Bunda bisa tanyakan langsung ke Ahlinya pada fitur TANYA AHLI di aplikasi Tentang Anak! Unduh sekarang
Foto: Freepik
Sumber:
https://www.verywellfamily.com/milk-nutrition-and-recommendations-for-kids-2633871#:~:text=In%20general%2C%20most%20kids%20benefit,need%20to%20drink%20cow's%20milk.
https://www.verywellfamily.com/got-skim-milk-2634526
https://www.cdc.gov/nutrition/infantandtoddlernutrition/foods-and-drinks/cows-milk-and-milk-alternatives.html
https://www.nhs.uk/conditions/baby/weaning-and-feeding/what-to-feed-young-children/

Jenis Susu Terbaik untuk Pertumbuhan Anak, Ini Jawabannya


Temukan jawaban yang tepat waktu untuk mengganti popok bayi. Ketahui panduan lengkap dan tips praktis mengganti popok untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan Si Kecil melalui artikel ini.

Mengganti popok bayi adalah salah satu tugas penting yang perlu dilakukan secara rutin untuk menjaga kebersihan dan kesehatan Si Kecil.&nbsp;
Mungkin AyBun bertanya-tanya, kapan sebenarnya waktu yang tepat untuk mengganti popok bayi? Berikut beberapa tips yang bisa AyBun terapkan:
<h3>Ganti Popok Maksimal 4 Jam Sekali</h3>
Waktu yang tepat untuk mengganti popok bayi bergantung pada beberapa faktor seperti usia bayi, kebiasaan buang air, dan kondisi kulitnya. Idealnya, popok bayi harus diganti setiap kali bayi buang air besar atau pipis.
Bayi baru lahir hingga usia 2 bulan biasanya buang air besar sekitar 10 kali per hari dan buang air kecil hingga 20 kali per hari. Frekuensi ini berkurang seiring bertambahnya usia bayi.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyarankan untuk mengganti popok bayi setiap 2 - 3 jam sekali, terutama pada bayi baru lahir yang lebih sering buang air kecil.
Namun sebaiknya untuk anak di usia &gt; 2 bulan, popok diganti maksimal setiap 3 - 4 jam sekali untuk mencegah iritasi dan ruam pada kulit bayi yang sensitif. Jika popok sudah penuh sebelum 4 jam, segera ganti untuk menjaga kenyamanan si kecil.
Selain itu, Ayah dan Bunda bisa mempertimbangkan kondisi individu bayi. Jika kulit bayi terlihat merah atau gatal, atau jika bayi merasa tidak nyaman saat mengganti popok, segera hubungi dokter untuk nasihat lebih lanjut.
<h3>Jika Bayi Tidur Pulas, Tunggu Hingga Ia Bangun</h3>
Ketika bayi sedang tidur pulas, AyBun tidak perlu membangunkannya hanya untuk mengganti popok, kecuali jika popok sudah benar-benar penuh atau bayi mengalami iritasi. Biarkan si kecil tidur dengan nyenyak dan ganti popoknya setelah ia bangun.
<h3>Jangan Terlalu Ketat dan Pilih Pakaian Berbahan Katun</h3>
Pastikan popok yang dipakaikan tidak terlalu ketat agar bayi merasa nyaman dan kulitnya bisa bernapas. Selain itu, pilih pakaian dalam berbahan katun yang lembut dan mampu menyerap keringat dengan baik untuk mencegah iritasi kulit.
<h3>Cukupi Kebutuhan Cairan Sesuai Usia</h3>
Jangan lupa untuk selalu mencukupi kebutuhan cairan anak sesuai usianya. Cairan yang cukup membantu menjaga kulit bayi tetap lembab dan sehat, serta menghindari dehidrasi yang bisa memperburuk kondisi kulit.
<h3>Lakukan Sunat Lebih Awal pada Anak Laki-laki</h3>
Untuk anak laki-laki, disarankan untuk melakukan sunat lebih awal. Selain untuk alasan kesehatan, sunat juga membantu menjaga kebersihan area kelamin dan mengurangi risiko infeksi.
<h3>Seka Organ Intim Anak Perempuan dari Arah Depan ke Belakang</h3>
Ketika membersihkan organ intim anak perempuan, seka dari arah depan ke belakang. Hal ini dilakukan untuk mencegah bakteri dari area anus berpindah ke area vagina yang bisa menyebabkan infeksi.
<h3>Hindari Terlalu Sering Mandi Berendam dengan Air Busa</h3>
Mandi berendam dengan air busa yang terlalu sering dapat menghilangkan minyak alami kulit dan menyebabkan iritasi. Sebaiknya, batasi penggunaan sabun berbusa dan gunakan sabun yang lembut serta sesuai untuk kulit bayi.
<h2>Tips Anak Tidak Mengamuk Saat Ganti Popok</h2>
Seringkali bayi merengek atau menangis saat popoknya sudah penuh, bahkan terkadang mengamuk. Berikut beberapa tips untuk membantu Ayah dan Bunda menghadapi situasi ini:
<h3>1. Jangan Terburu-Buru</h3>
Gerakan lembut penting agar bayi tidak merasa dipaksa dan tidak nyaman pada area organ intim. Gunakan popok yang sesuai ukuran dan berbahan lembut, serta bersihkan area popok dengan baik untuk menghindari iritasi.
<h3>2. Ajak Si Kecil Berkomunikasi</h3>
Berkomunikasi dengan bayi bisa meningkatkan kerjasama dan membuat proses mengganti popok lebih tenang. Berikan penjelasan atau ajak si Kecil membantu, seperti:
&ldquo;Kita ganti popok dulu yuk, nanti lanjut main lagi sama Ibu!&rdquo;
&ldquo;Udah penuh popoknya, coba deh Adik pegang..&rdquo;
&ldquo;Bau pup.. Ayoo ke kamar mandi ditemani Ayah!&rdquo;
<h3>3. Minta Anak Berkontribusi</h3>
Jika Si Kecil sudah aktif merespons, ajak ia berkontribusi, seperti:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menurunkan celana sendiri</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengambil popok dari kotak</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengelap dengan tisu sendiri.</li>
</ul>
PENTING!
Hindari memarahi atau mengancam anak dengan alasan harus selalu nurut, mengingat usia 9-24 bulan adalah waktu untuk ia menunjukkan &lsquo;kemandirian&rsquo;.&nbsp;
Itu dia pembahasan tentang kapan waktu yang tepat untuk mengganti popok si Kecil. Jangan lupa untuk selalu mengganti popok dengan yang bersih setiap kali popok yang dipakai sudah kotor.
Jika Ayah dan Bunda menemukan tanda-tanda yang mengindikasikan bahwa popok tidak cocok untuk bayi, segera hubungi dokter untuk berkonsultasi.
Tetap semangat mencari cara ternyaman untuk Ayah dan Bunda serta si Kecil ya!
Baca juga: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=1436">Penyebab dan Cara Mengatasi Ruam Popok pada Bayi</a>
<h2>Penutup</h2>
Dengan memperhatikan hal-hal di atas, Ayah dan Bunda dapat mengganti popok bayi dengan lebih tenang dan nyaman. Mengganti popok secara rutin dan dengan cara yang tepat tidak hanya menjaga kebersihan, tetapi juga mencegah iritasi dan ruam pada kulit si Kecil.&nbsp;
Jika ada tanda-tanda ketidakcocokan dengan popok atau masalah kulit lainnya, segera konsultasikan dengan dokter. Tetap semangat mencari cara terbaik untuk merawat Si Kecil, dan nikmati setiap momen berharga bersama bayi Anda. Selalu utamakan kenyamanan dan kebahagiaan si Kecil dalam setiap langkah perawatan. 💖
Ingin memantau jadwal ganti popok si Kecil dengan lebih mudah? Gunakan <a href="tentanganak://baby-tracker?type=diaper_tracker">Diaper Tracker</a> di aplikasi kami untuk mencatat dan mengingat waktu ganti popok secara praktis! Coba sekarang dan nikmati kemudahan merawat bayi Anda.