Kenalkan emosi pada anak sejak dini untuk membantu mereka mengelola perasaan dengan baik. Temukan tips stimulasi emosi melalui buku yang mendukung perkembangan emosional anak.

Kesehatan Anak

Mengenalkan emosi kepada anak sejak dini merupakan bagian penting dalam perkembangan mereka.&nbsp;
Dengan memahami dan mengenali emosi, anak dapat belajar cara mengelola perasaan mereka dengan lebih baik.&nbsp;
Artikel ini akan membahas tentang pentingnya pengenalan emosi, tahap perkembangan emosi anak, serta cara efektif untuk mengajarkan emosi kepada mereka.
<h2>Apa Itu Emosi?</h2>
Emosi adalah reaksi kompleks dan subjektif yang dialami individu, baik anak-anak maupun orang dewasa.&nbsp;
Reaksi ini biasanya dipicu oleh suatu peristiwa dan disertai dengan sensasi fisiologis, serta diikuti oleh tampilan perilaku tertentu.&nbsp;
Emosi dasar yang biasanya dirasakan oleh anak-anak meliputi marah, senang, takut, dan sedih.&nbsp;
Seiring berkembangnya usia, mereka akan mengenali emosi yang lebih luas seperti khawatir, bangga, malu, dan bosan.
Contoh Emosi pada Anak:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Makanan Jatuh: Anak merasa sedih, tampak dengan wajah cemberut dan menangis.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kakak Berbagi Kue Favorit: Anak merasa senang, terlihat dengan senyum lebar.</li>
</ul>
<h2>Tahap Perkembangan Emosi Anak</h2>
Berikut tahapan perkembangan emosi anak antara lain:
<h3>Tahun Pertama Perkembangan Emosi Anak</h3>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Usia &lt; 1 Bulan: Anak sudah dapat menunjukkan emosi melalui ekspresi wajah, seperti tersenyum atau menangis. Menangis bisa menjadi indikasi lapar atau lelah, sedangkan senyuman bisa menunjukkan kepuasan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Self-Soothing: Anak mulai menunjukkan perilaku seperti menghisap jari untuk mengatasi ketidaknyamanan.</li>
</ul>
<h3>Tahapan Perkembangan Emosi Usia 18 - 24 Bulan</h3>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Anak mulai menggunakan kata-kata untuk menggambarkan emosi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mereka menggunakan strategi seperti distraksi untuk meregulasi emosi.</li>
</ul>
<h3>Tahapan Perkembangan Emosi Usia 3 - 4 Tahun</h3>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Anak mulai mampu menggambarkan sebab dan akibat dari emosi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mereka semakin mahir mengkomunikasikan pengalaman emosional dengan kata-kata, dan tantrum mulai berkurang.</li>
</ul>
<h3>Tahapan Perkembangan Emosi Usia 4 - 6 Tahun</h3>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Anak mulai memahami perasaan orang lain.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mereka semakin mahir mengenali dan mengungkapkan emosi yang lebih kompleks, seperti frustasi dan cemburu.</li>
</ul>
<h2>Tahapan Regulasi Emosi</h2>
Regulasi emosi meliputi beberapa aspek penting:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menyadari Tanda-tanda Emosi: Anak perlu belajar mengenali saat emosi mulai muncul.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengenali Emosi: Memahami jenis emosi yang dirasakan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Memproses Emosi: Mengelola dan memahami emosi yang muncul.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengekspresikan Emosi: Menyampaikan perasaan dengan cara yang sesuai.</li>
</ol>
Penting:&nbsp;
Anak-anak memerlukan bantuan orang tua untuk belajar meregulasi emosi dengan efektif.&nbsp;
Hal ini bisa dilakukan melalui modeling (mencontohkan), berdiskusi, dan berlatih bersama, termasuk menggunakan buku.
Baca juga: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=1976">Dari Mengamuk Tidak Jelas hingga Sering Memukul. Cara Memperbaiki Perilaku Anak dengan Kenalkan Sikap Baik</a>
<h2>Baca Buku dengan Tema Emosi Bersama, Yuk!</h2>
Membaca buku tentang emosi dapat membantu anak memahami perasaan mereka dengan cara yang menyenangkan.&nbsp;
Berikut langkah-langkah untuk melakukannya:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pilih Buku: Ajak anak memilih buku dengan tema senang, sedih, marah, atau takut.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ekspresi Wajah: Sebelum membuka halaman, tunjukkan ekspresi wajah sesuai dengan emosi yang ada di buku.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Diskusi Emosi: Tanyakan kepada anak apakah mereka mengenali ekspresi tersebut.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Membaca Bersama: Bacakan buku dan ajak anak melihat gambar, berikan kesempatan untuk anak berkomentar, dan ceritakan pengalaman pribadi AyBun terkait emosi dengan bahasa yang mudah dimengerti anak.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Contoh: Jika buku menjelaskan emosi marah, gambarkan perasaan seperti jantung berdebar atau muka panas dan bagaimana cara meregulasi emosi tersebut, misalnya dengan menghitung atau mengatur napas.</li>
</ol>
<h2>Pertanyaan untuk Diskusi</h2>
Diskusi tentang emosi dengan anak bisa dimulai dengan pertanyaan berikut:
<h3>Tentang Tokoh Buku</h3>
&ldquo;Kira-kira apa yang sedang dirasakan oleh toko di dalam buku ini?&rdquo;
&ldquo;Menurut kamu, mengapa tokoh merasakan emosi senang / sedih / marah / takut?&rdquo;
&ldquo;Dari mana kamu tahu kalau tokoh sedang senang / marah? Apa saja tanda-tandanya?&rdquo;
&ldquo;Apa yang dilakukannya ketika senang / marah?&rdquo;
<h3>Tentang Diri Anak</h3>
&ldquo;Pernahkah dirimu merasa senang / sedih / marah / takut?&rdquo;
&ldquo;Hal apa yang membuatmu senang / sedih / marah / takut?&rdquo;
&ldquo;Bagaimana kamu tahu kalau kamu sedang merasa senang / sedih / marah / takut?&rdquo; &ldquo;Apa yang kamu lakukan jika senang / sedih / marah / takut?&rdquo; &ldquo;Kalimat apa yang kamu ucapkan saat senang / sedih / marah / takut?&rdquo;
&ldquo;Kepada siapa kamu menceritakan perasaan senang / sedih / marah / takut?&rdquo;
<h3>Tentang Orang Lain</h3>
&ldquo;Pernahkah kamu melihat orang lain merasa senang/sedih/marah/takut? Apa yang kamu pikirkan?&rdquo;
<h2>Penting untuk Diingat&nbsp;</h2>
Tidak semua anak akan tertarik membaca buku hingga selesai, terutama usia 0-2 tahun. Jika anak kehilangan minat, tutup buku dan coba lagi di lain waktu.
<h2>Kesimpulan</h2>
Dengan mengenalkan emosi sejak dini, anak-anak dapat belajar memahami dan mengelola perasaan mereka lebih baik, serta berinteraksi dengan lebih positif di lingkungan mereka.&nbsp;
Ajarkan mereka cara mengenali dan mengungkapkan emosi dengan cara yang menyenangkan dan mendidik.
Ajak anak bereksplorasi dengan mencoba berbagai aktivitas yang ada di <a href="tentanganak://activity?type=activity">ide stimulasi</a>. Aktivitas ini mendukung perkembangan emosional anak dan menciptakan momen berharga bersama mereka.

Bantu Anak Punya Regulasi Emosi yang Baik. Mulai Kenalkan Berbagai Emosi Sedini Mungkin


Bayi mulai berjalan berkeliling sekitar rumah tak terkecuali lapangan atau taman berumput, tapi ia ragu dan mungkin takut sehingga Ayah Bunda mengira ini gangguan sensori.

Perkembangan

Kita tahu dua hal yang biasa dilakukan Ayah Bunda saat tahu Bayi takut rumput, tapi biasanya didokumentasikan karena menjadi memori tersendiri.
Selama bertahun-tahun, beberapa video viral menunjukkan perilaku bayi yang menghindari rumput, tetapi video yang pertama kali menjadi viral pada tahun belakangan silam adalah mahakarya dari genre tersebut.&nbsp;
Kompilasi bayi-bayi yang melakukan hampir semua yang mereka bisa untuk menghindari rumput, semuanya sangat menggemaskan dan lucu. Tapi kenapa? Mengapa bayi menghindari rumput? Yuk, kita kupas di artikel ini
<h2>Bayi dan Sistem Saraf Bayi</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/64e77dec-ddf1a975-0f00-461b-9438-a56789cc702e.jpg" />
Selama beberapa bulan pertama kehidupannya, sistem saraf bayi sedang disesuaikan, berkembang dengan cepat sehingga membuat suara, sensasi, dan pemandangan menjadi intens dan menggelegar.&nbsp;
Jika Ayah Bunda mau, pikirkan sejenak tentang rumput dari sudut pandang manusia tentang jamur. Ada banyak sekali ya sisinya, ini sangat tidak rata atau teksturnya menggelitik, tapi entah kenapa juga kasar! Ini basah! Itu terlalu berlebihan.
Penelitian menunjukkan anak usia 8-18 bulan cenderung menghindari sentuhan dengan tanaman, termasuk rumput.
Jadi ini tuh sebenarnya bukan karena si Kecil takut, tetapi ini merupakan naluri untuk melindungi diri dari bahaya tanaman, seperti tanaman yang tajam atau duri.
Selain itu,&nbsp; anak menghindari menginjak rumput bisa karena teksturnya yang agak &lsquo;tajam&rsquo; atau basah.
Penelitian juga menunjukkan bayi membutuhkan waktu 5 detik lebih lama untuk menyentuh tanaman dibandingkan benda baru lainnya. Jadi normal yaaa!
&ldquo;Anaknya dibawa main ke rumput tuh biar cepet jalan!&rdquo; Mitos yaa Bun, yang benar adalah berjalan tanpa alas kaki yang mempengaruhi perkembangan jalan si Kecil.
Tidak hanya rumput, anak juga sebaiknya dikenali ragam tekstur: halus, kasar, empuk, lembut yang sangat baik pengaruhnya bagi perkembangan kognitif anak.
AyBun juga perlu tahu gangguan sensori pada si Kecil karena bila tidak segera diintervensi maka berisiko meningkatkan ketidakmampuan si Kecil dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
<h2>8 Tanda Bahaya Gangguan Sensori</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/64e77dfa-51b72936-60a0-4b21-be38-0dd4349291ea.jpg" />
<h3>1. Terlalu sensitif maupun kurang reaktif&nbsp;</h3>
terhadap sentuhan, Gerakan, pandangan atau suara
Misal: anak jijik jalan di lantai, terlalu jijik dengan mainan berbulu
<h3>2. Tingkat aktivitas yang sangat tinggi maupun sangat rendah</h3>
Anak menunjukkan tidak tertarik atau tidak mau diajak bermain Bersama
<h3>3. Terlihat kikuk dan canggung</h3>
Saat diajak berjalan keluar anak bingung apa yang harus ia injak ia gunakan, dan berjalan ke arah AyBun
<h3>4. Impulsif atau kurangnya pengendalian diri</h3>
Si Kecil tidak mau mendengarkan kalimat perintah Ayah Bunda, berlari/jalan tanpa arah.
<h3>5. Mudah terdistraksi</h3>
Anak terlalu sensitif dengan suara yang agak keras seperti suara bor atau vacuum cleaner.
<h3>6. Sulit mempelajari tugas maupun mencari tahu cara bermain dengan mainan baru</h3>
Saat Ayah Bunda memberikan mainan baru ia tidak tertarik atau bahkan mengacuhkan mainan tersebut.
<h3>7. Sulit melakukan tugas yang menggunakan kedua tangan bersamaan</h3>
Ketika diminta menyelesaikan sebuah tantangan misalnya mengambil bola dengan dua tangan dan meletakkan di kardus, ia hanya bisa menggunakan satu tangan dengan jalan yang tidak seimbang
<h3>8. Keterlambatan dalam domain perkembangan lain</h3>
Misal: Keterlambatan bicara, keterampilan motor maupun akademik
<h2>5 Ide Stimulasi Sensori&nbsp;</h2>
Berikut yang Ayah Bunda juga perlu menciptakan suasana mandi yang menyenangkan bisa mencoba dengan lakukan ide stimulasi di bawah ini untuk kegiatan sensori, sekaligus dapat mendukung tumbuh kembang anak usia 1.5 tahun ke atas :
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bermainlah dengan bahan yang kaya sensorik seperti adonan mainan, slime, goop, tanah liat, dan cat jari. Mainkan dengan tangan dan kaki Anda! </li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Perkenalkan mainan yang bergetar seperti Wiggle Pen, bantal getar, atau mainan mewah yang bergetar. </li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pijat adalah salah satu cara terbaik untuk merangsang sistem sentuhan. Cobalah memasukkan ini ke dalam rutinitas harian Anda. Pijat tangan, kaki, kulit kepala, punggung. </li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Permainan lumpur dapat membantu mengembangkan sistem sentuhan yang kuat dan sehat! </li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Petak umpet: sembunyikan benda-benda kecil di dalam adonan mainan, slime, atau dempul terapi dan mintalah anak Anda menggunakan jari-jarinya saja (penglihatannya tertutup) untuk menemukan benda-benda tersebut.</li>
</ol>
&nbsp;
Beberapa ide ini bisa dipilih untuk dilakukan ketika anak sedang berjalan di taman, selain untuk stimulasi, bisa menjadi kesempatan untuk melatih kemandirian anak serta membangun keeratan dengan anak juga lho, AyBun =)
&nbsp;
Foto: Freepik
Sumber:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3896079/&nbsp; https://yaledailynews.com/blog/2013/12/03/babies-hesitant-to-touch-plants/ Why Do Babies Avoid Grass? Their Nervous Systems Aren&rsquo;t Ready. (fatherly.com)<a href="https://www.fatherly.com/parenting/why-do-babies-hate-grass"> </a>

Bayi Takut Rumput, Tanda Gangguan Sensori?

Memberikan pijatan lembut di sekitar hidung bayi dapat membantu mengatasi hidung yang tersumbat. Temukan penjelasan selengkapnya di sini.

Influenza

Masalah Kesehatan

Meski tidak berbahaya, bayi yang hidungnya tersumbat karena lendir atau ingus akan cenderung rewel karena kesulitan bernafas. Bayi yang rewel dapat membuat orang tua khawatir, terlebih jika hidung yang tersumbat membuat si kecil kehilangan nafsu makan dan sulit tidur.&nbsp;
Bagi ayah-bunda yang punya permasalahan serupa, ada beberapa cara yang bisa kita lakukan di rumah untuk membuat si kecil kembali nyaman. Mau tau apa saja caranya? Yuk baca artikel ini hingga tuntas.
<h2>Penyebab Hidung Bayi Tersumbat</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/1688554025.jpg" />
Sebelum mengatasi hidung bayi yang tersumbat, sebaiknya ayah-bunda juga mengetahui penyebabnya, agar di kemudian hari dapat mencegah masalah yang sama terulang kembali. Nah, tersumbatnya hidung bayi bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Berikut ini adalah beberapa di antaranya:
<h3>1. Infeksi Virus&nbsp;</h3>
Infeksi virus seperti flu merupakan salah satu penyebab tersumbatnya hidung bayi dan anak-anak. Infeksi virus dapat mengakibatkan pembengkakan rongga hidung, meningkatnya produksi lendir atau kombinasi keduanya.&nbsp;
<h3>2. Kondisi Medis Lain</h3>
Hidung tersumbat pada bayi juga dapat disebabkan oleh kondisi medis lain seperti sinusitis, deviasi septum, atau polip hidung. Namun, perlu diingat bahwa kondisi medis ini jarang terjadi pada bayi dan lebih sering terjadi pada anak-anak atau orang dewasa. Di bawah ini adalah penjelasan dari masing-masing kondisi medis tersebut.
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sinusitis adalah infeksi atau peradangan pada sinus, yaitu rongga udara di dalam tulang tengkorak di sekitar hidung. Infeksi ini dapat menyebabkan pembengkakan pada membran mukosa di dalam hidung dan sinus, sehingga membuat hidung bayi menjadi tersumbat.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Deviasi septum adalah kondisi di mana tulang dan kartilago yang memisahkan rongga hidung kiri dan kanan tidak sejajar. Kondisi ini dapat menyebabkan kesulitan bernapas pada bayi dan dapat menyebabkan hidung bayi tersumbat.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Polip hidung adalah jaringan abnormal yang yang tumbuh di hidung. Polip dapat menyebabkan hidung bayi tersumbat karena menghalangi saluran pernapasan.</li>
</ul>
<h3>3. Iritasi Karena Rokok dan Bahan Kimia</h3>
Asap rokok dan bahan kimia yang terkandung dalam produk pembersih rumah tangga dapat mengiritasi membran mukosa dan membuatnya bengkak. Kondisi ini dapat menyebabkan hidung bayi tersumbat dan sulit bernapas.
Asap rokok juga dapat memperburuk hidung tersumbat pada bayi akibat infeksi virus atau alergi. Bayi yang terpapar asap rokok juga lebih rentan terhadap infeksi virus dan bakteri yang dapat menyebabkan hidung tersumbat.
<h3>4. Udara Dingin</h3>
Udara yang dingin dan kering juga dapat membuat membran mukosa di dalam hidung bayi mengering. Akibatnya terjadi iritasi yang membuat produksi lendir meningkat dan menyumbat hidung bayi.
<h2>Cara Mengatasi Hidung Tersumbat pada Bayi</h2>
Setelah mengetahui sejumlah hal yang menyebabkan hidung si kecil tersumbat, sekarang saatnya membahas cara untuk mengatasinya.
<h3>1. Menggunakan Nasal Aspirator</h3>
Nasal aspirator adalah alat yang digunakan untuk menyedot lendir dari hidung bayi. Alat ini biasanya terdiri dari pompa dan selang dengan ujung sempit yang dapat dimasukkan ke dalam hidung bayi. Pompa kemudian bekerja untuk menarik udara dan lendir ke dalam selang, sehingga saluran pernapasan menjadi bersih dan membantu bayi bernapas lebih mudah.
Perlu diingat bahwa penggunaan nasal aspirator pada bayi harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak berlebihan, karena dapat menyebabkan iritasi dan cedera pada membran mukosa di hidung bayi. Pastikan juga untuk selalu membersihkan nasal aspirator setelah digunakan untuk mencegah penyebaran infeksi.
<h3>2. Teteskan Larutan Saline</h3>
Larutan saline adalah larutan garam dan air murni yang dapat digunakan untuk membersihkan dan melembabkan saluran pernapasan. Meneteskan larutan saline dapat membantu melembabkan membran mukosa dan mengencerkan lendir yang menyumbat hidung bayi.
&nbsp;
Cara terbaik untuk meneteskan larutan saline ke dalam hidung bayi adalah dengan menggunakan alat tetes hidung khusus atau pipet. Pertama-tama, letakkan bayi dalam posisi telentang. Kemudian, teteskan larutan saline ke lubang hidung bayi. Selanjutnya, bersihkan lendir dan larutan saline menggunakan tisu atau kapas.
&nbsp;
Meneteskan larutan saline sebelum menyedot lendir dengan nasal aspirator juga dapat membantu meningkatkan efektivitas dari prosedur tersebut. Namun, pastikan untuk menggunakan larutan saline yang aman dan dibuat khusus untuk bayi untuk mencegah iritasi.
<h3>3. Gunakan Humidifier</h3>
Untuk mengatasi hidung bayi yang tersumbat akibat udara dingin dan kering, Anda bisa menggunakan humidifier. Alat ini dapat membantu menjaga kelembaban udara di dalam ruangan dan mencegah hidung bayi menjadi kering. Pastikan juga untuk menjaga suhu ruangan agar tidak terlalu dingin dan menghindarkan bayi dari paparan asap rokok.
<h3>4. Berikan Pijatan di Sekitar Hidung</h3>
Pijatan dapat membantu melegakan hidung bayi yang tersumbat. Berikut ini adalah cara memijat yang bisa Anda lakukan:&nbsp;
&nbsp;
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pertama, bersihkan tangan Anda terlebih dahulu menggunakan sabun dan air atau hand sanitizer.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kedua, tempatkan bayi di depan Anda dan pastikan bayi tetap tenang dan nyaman.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Selanjutnya, tempatkan jari Anda di kedua sisi hidung bayi, persis di bawah tulang pipi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Dengan gerakan yang lembut, usap jari Anda ke atas dan bawah di sepanjang hidung bayi, dari pangkal hidung hingga ujung hidung.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ulangi gerakan ini beberapa kali.</li>
</ul>
 Foto: Designed by freepik
Sumber:
https://www.webmd.com/parenting/baby/features/baby-stuffy-nose
https://www.webmd.com/children/features/help-child-stuffy-nose

Hidung Bayi Tersumbat? Ini Cara Mengatasinya agar Si Kecil Kembali Ceria

Anak yang pintar baik dari sisi akademik memiliki beberapa faktor, salah satunya genetik. Acapkali orang berpendapat bahwa kecerdasan anak menurun dari sang ibu, apakah benar? Untuk itu kupas selengkapnya di artikel ini
&nbsp;

Ketika membahas kecerdasan anak, seringkali muncul mitos atau keyakinan bahwa kecerdasan anak sepenuhnya ditentukan oleh keturunan dari ibu atau dari garis keturunan tertentu.
Dalam artikel ini, akan dijelaskan faktor-faktor yang memengaruhi kecerdasan anak dan apakah benar-benar ada hubungan langsung antara kecerdasan anak dan keturunan dari ibu.
Pada 12 ribu anak ditemukan jika IQ Ibu merupakan penentu utama IQ anak. Kok bisa ya? Ternyata kecerdasan diturunkan melalui kromosom X dan Ibu memiliki 2 kromosom X maka memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap kecerdasan anak.
Berikut penjelasan lebih detailnya yaitu Anak laki-laki mendapatkan sebagian kecerdasan dari Ibu sedangkan Anak perempuan mendapatkan kecerdasan dari Ayah dan Ibu, dan ternyata faktor genetik ternyata berperan 20-40% pada IQ anak.
Namun, tidak mutlak dari keturunan ada faktor lain seperti ras, pendidikan, status sosio-ekonomi, lingkungan, dan kedekatan emosional Ayah &amp; Ibu.
<h2>Lalu, apa ya yang diturunkan dari Ibu?</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/64e37555-97e327f2-7222-41f8-a158-fe0c171b393b.jpg" />
<h3>1. Pola tidur</h3>
Sebagian pola tidur anak diturunkan dari ibu Contohnya: Anak dari ibu dengan insomnia cenderung juga menularkan kebiasaan Ibunya.
<h3>2. Pertumbuhan Berat Badan si Kecil</h3>
Hal ini terjadi karena adanya kemungkinan Anak diwarisi metabolisme Ibu. Walaupun begitu, gaya hidup dan lingkungan&nbsp; tetap berperan lebih besar.
<h3>3. Suasana Hati / Mood&nbsp;</h3>
Sistem kortikal limbik yang mengatur emosi dan berperan dalam gangguan mood juga dapat diturunkan dari ibu ke anak.
<h3>4. Kesehatan mental</h3>
Gen yang mengatur produksi serotonin di otak juga dapat diturunkan dari ibu ke anak.
&nbsp;
<h2>Pentingnya Peran Ibu dalam Perkembangan Anak</h2>
Peran ibu dalam perkembangan anak adalah sangat penting. Ibu seringkali adalah orang yang pertama kali berinteraksi dengan bayi dan anak-anak mereka. 
Interaksi ini tidak hanya memengaruhi perkembangan emosional anak, tetapi juga perkembangan kognitif mereka. 
Berikut adalah beberapa aspek peran ibu yang mungkin berperan dalam penurunan kecerdasan anak:
<h2>Cara Mendorong Kecerdasan Anak</h2>
<ol>
<li>
Stimulasi Kognitif: Memberikan anak kesempatan untuk terlibat dalam kegiatan kognitif yang merangsang otak mereka, seperti membaca, menyelesaikan puzzle, atau bermain permainan edukatif.
</li>
<li>
Pertumbuhan Emosional: Penting untuk memberikan dukungan emosional yang stabil dan positif bagi anak. Kesejahteraan emosional dapat memainkan peran kunci dalam perkembangan kecerdasan sosial dan emosional mereka.
</li>
<li>
Nutrisi yang Seimbang: Pastikan anak mendapatkan gizi yang cukup melalui makanan seimbang. Asupan nutrisi yang memadai mendukung perkembangan otak yang optimal.
</li>
<li>
Pendidikan yang Baik: Memastikan anak memiliki akses ke pendidikan yang baik dan stimulasi pendidikan awal yang dapat merangsang perkembangan kognitif mereka.
</li>
<li>
Fleksibilitas dan Dukungan: Memberikan anak kesempatan untuk mengeksplorasi minat mereka sendiri dan memberikan dukungan ketika mereka menghadapi kesulitan.
</li>
<li>
Pengembangan Keterampilan Sosial: Mendorong anak untuk berinteraksi dengan orang lain, mengembangkan keterampilan sosial, dan memahami kerjasama adalah penting untuk perkembangan kognitif dan sosial mereka.
</li>
</ol>
Meskipun kecerdasan anak memiliki faktor genetik, memahaminya sebagai hasil dari keturunan dari ibu saja adalah pemikiran yang terlalu sederhana. Pengaruh genetik, lingkungan, dan pengalaman hidup saling terkait dalam membentuk kecerdasan anak. 
Oleh karena itu, pendekatan holistik yang memperhatikan berbagai aspek perkembangan anak adalah kunci untuk mendorong kecerdasan mereka secara optimal.
Lingkungan yang kurang stimulatif, sebaliknya, dapat menghambat perkembangan intelektual.
Kira-kira apa nih kesamaan Bunda dengan si Kecil? Komen di bawah ya!
 Foto: freepik
Sumber:
https://www.rd.com/article/inherit-intelligence-from-mom/ https://www.medicinenet.com/what_do_you_inherit_from_your_mother/article.htm&nbsp;

Kecerdasan Anak Diturunkan dari Ibu? Begini Faktanya

Ayah memiliki peran vital dalam keluarga, seperti penyedia kebutuhan ekonomi hingga berperan sebagai pendidik. Apa saja peran lainnya? Baca selengkapnya di sini.

Psikologi Ayah Bunda

Parenting

Ketika seorang ayah berperan aktif dalam kehidupan anak-anaknya, mereka dapat memberikan dampak yang positif pada kesehatan fisik dan psikologi anak. Kehadiran ayah dapat membuat anak-anak merasa lebih aman, stabil, dan didukung dalam kehidupan mereka. Pernyataan ini juga didukung oleh banyak penelitian.
&nbsp;
Salah satunya adalah sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun 2014 dalam jurnal "Pediatrics" yang mengevaluasi 17 penelitian sebelumnya dengan melibatkan lebih dari 50.000 anak di seluruh dunia sebagai responden menemukan bahwa anak-anak yang tinggal dengan orang tua tunggal atau tidak tinggal serumah dengan ayah cenderung mengalami obesitas dibandingkan dengan anak-anak yang tinggal bersama dengan kedua orang tua.&nbsp;
&nbsp;
Mengingat vitalnya peran seorang ayah dalam keluarga, artikel ini akan mengulas lebih jauh mengenai apa saja peran dan tanggungjawab yang harus dipikul ayah sebagai kepala keluarga. Ingin tahu lebih jelas lagi? Yuk, baca penjelasan selengkapnya di bawah ini.
<h2>5 Peran Utama Ayah dalam Keluarga</h2>
<h3>1. Peran Ayah Sebagai Pencari Nafkah</h3>
Peran ayah sebagai provider atau pencari nafkah merujuk pada tanggung jawab ayah dalam memberikan dukungan finansial kepada pasangan dan anak-anak. Sebagai pencari nafkah, ayah berkewajiban memenuhi kebutuhan dasar keluarga, seperti makanan, tempat tinggal, pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan lainnya seperti rekreasi.
<h3>2. Peran Ayah Sebagai Pelindung Keluarga</h3>
Seorang ayah juga bertanggung jawab melindungi keluarga dari bahaya dan ancaman, baik fisik maupun emosional. Dalam kata lain, ayah wajib memberikan rasa aman dan perlindungan terhadap keluarga yang dicintainya.
&nbsp;
Tidak hanya melindungi anggota keluarga dari segala bentuk ancaman dari luar, ayah juga harus memastikan tidak adanya kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan seksual, hingga intimidasi di antara sesama anggota keluarga. Tidak terkecuali juga kewajiban untuk memberikan dukungan emosional dan psikologis kepada keluarga seperti memperhatikan kebutuhan dan perasaan anak-anak, memberikan dukungan saat anggota keluarga mengalami kesulitan dan rasa takut, serta membantu keluarga dalam mengambil keputusan penting.
<h3>3. Peran Ayah Sebagai Teladan</h3>
Seorang ayah juga merupakan figur yang dapat dijadikan sebagai teladan oleh anggota keluarga, terutama anak-anak. Untuk itu, ayah wajib menunjukkan kepada anak-anak bagaimana menjadi pribadi yang baik dan bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari.
&nbsp;
Contohnya seperti cara berbicara, bersikap, cara memperlakukan orang lain, cara mengambil keputusan, hingga cara menyelesaikan masalah. Sebagai teladan, ayah diharapkan menunjukkan nilai-nilai yang penting seperti integritas, kerja keras, kesetiaan, dan rasa saling menghormati.
&nbsp;
Dengan menjadi role model yang baik, ayah dapat membantu anak-anaknya untuk tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang baik dan bertanggung jawab, serta mendorong anak-anak untuk memiliki cita-cita dan meraih kesuksesan dalam hidup.
<h3>4. Peran Ayah Sebagai Pendidik</h3>
Dalam keluarga, ayah juga memiliki tanggung jawab untuk memberikan pendidikan dan pengajaran yang baik kepada anak-anaknya, mulai dari menyediakan akses pendidikan hingga membantu mereka dalam belajar dan berkembang secara intelektual, emosional, dan sosial.
&nbsp;
Dalam perannya pendidik, ayah dapat membantu anak-anak dalam berbagai hal seperti belajar membaca, menulis, berhitung, serta mengembangkan minat dan bakat mereka. Selain itu, ayah juga dapat memberikan pandangan yang berbeda dari ibu atau anggota keluarga lainnya mengenai berbagai macam hal.
<h3>5. Peran Ayah Sebagai Pengambil Keputusan</h3>
Peran penting lain yang diemban seorang ayah adalah sebagai pengambil keputusan dalam keluarga. Alasannya karena secara kultural dan sosio-ekonomi, sejumlah keputusan lebih diambil ayah ketimbang anggota keluarga lainnya. Karena keputusan yang diambil ayah biasanya akan berdampak pada seluruh anggota keluarga, oleh karenanya diharapkan agar keputusan yang diambil haruslah cerdas dan tidak egois.
&nbsp;
Saat mengambil keputusan, pastikan untuk mempertimbangkan kebutuhan dan keinginan anggota keluarga lainnya, serta membantu untuk menyelesaikan perbedaan pendapat yang mungkin timbul antara pasangan atau anak-anak. Komunikasi antara ayah dan anggota keluarga juga sangat penting sehingga alasan-alasan yang melatarbelakangi pengambilan keputusan dapat dipahami anggota keluarga lainnya.
<h3>Apa Dampaknya jika Ayah Tidak Berperan dalam Keluarga?</h3>
Ketika seorang ayah tidak hadir dalam kehidupan anak, hal itu dapat memiliki dampak yang signifikan pada perkembangan psikologi dan fisik anak. Berikut adalah beberapa dampak yang mungkin terjadi:
&nbsp;
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Masalah kesehatan fisik: Anak yang tumbuh tanpa kehadiran ayah cenderung memiliki masalah kesehatan seperti obesitas, diabetes, dan masalah jantung.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Masalah kesehatan mental: Anak yang tumbuh tanpa kehadiran ayah cenderung memiliki masalah kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, dan gangguan perilaku.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Masalah dalam hubungan sosial: Anak yang tidak memiliki hubungan baik dengan ayah cenderung punya masalah dalam hubungan sosial, termasuk masalah dalam membangun hubungan yang sehat dengan orang lain.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Masalah identitas diri: Ayah dapat membantu anak dalam menemukan identitas diri mereka. Ketika ayah tidak hadir dalam kehidupan anak, mereka dapat mengalami kesulitan dalam menemukan jati dirinya.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Masalah akademik: Anak yang tumbuh tanpa kehadiran ayah cenderung memiliki masalah dalam kehidupan akademik, termasuk kesulitan belajar, terlambat membaca dan menulis, serta masalah dalam mengikuti aturan.</li>
</ul>
Foto: Designed by freepik
Sumber:&nbsp;
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1002/oby.21902

Peran dan Tanggung Jawab Ayah dalam Keluarga

Anak yang suka berteriak perlu dikendalikan emosinya. Berikut ini cara melatih emosi dan self regulation pada anak.

Psikologi Anak

Halo AyBun, coba absen siapa di sini yang anaknya mulai sering teriak-teriak kalau dinasihati oleh Ayah dan Bunda? Hal ini ternyata ada kaitannya dengan kemampuan self regulation atau kemampuan memahami, mengelola perilaku, dan reaksi diri saat anak menghadapi suatu situasi, lho.
Kemampuan self-regulation sudah ditunjukkan oleh si kecil sejak lahir dan berkembang pesat di usia 1-5 tahun. Namun, ada beberapa anak yang cukup sulit mengatur emosi dan anak suka berteriak. Berikut ini hubungan self regulation dengan anak suka berteriak dan cara melatihnya.
<h2>Mengapa Anak Suka Berteriak dan Hubungannya dengan Self Regulation</h2>
Perkembangan emosional anak terus meningkat seiring bertambahnya usia. Anak akan mulai mengekspresikan perasaannya, mulai dari bahagia hingga sedih.&nbsp;
Namun, dalam fase ini, Ayah dan Bunda akan mendengar ungkapan emosional si kecil yang belum stabil, salah satunya adalah suka berteriak. Ada beberapa alasan mengapa anak suka berteriak, yakni sebagai berikut.
<h3>1. Anak Suka Berteriak untuk Berkomunikasi</h3>
Dilansir Center for Disease Control and Prevention (CDC), bayi usia 18 bulan akan lebih mudah untuk mengekspresikan dirinya dengan cara berteriak untuk berkomunikasi dengan orang lain. Kemampuan komunikasi anak yang belum sempurna membuat anak mudah berteriak saat lawan bicaranya sulit mengerti apa yang ia katakan.
<h3>2. Anak Mencari Perhatian</h3>
Saat anak merasa dirinya kesepian dan tidak diperhatikan oleh Ayah dan Bunda, anak sering kali berteriak untuk mencari perhatian. Selain berteriak, anak juga akan menangis agar orang tua dapat menghampirinya.
<h3>3. Belum Mengerti untuk Mengungkapkan Emosi</h3>
Mengutip dari Healthy Children, anak suka berteriak menjadi tanda-tanda bahwa anak sedang bertumbuh. Berteriak menjadi salah satu cara anak untuk mengungkapkan emosinya.
Dalam hal ini, anak dapat berteriak untuk mengekspresikan segala perasaannya, bisa sedih, senang, atau kecewa. Selain itu, anak juga bisa berteriak karena ada benda atau orang di sekitar yang ia takuti.
<h3>4. Anak Merasa Lelah</h3>
Tak hanya orang dewasa, anak-anak pun sering kali kesal dan rewel saat merasa lelah. Anak-anak cenderung sulit untuk mengungkapkan rasa lelahnya dan lebih memilih untuk berteriak.&nbsp;
Saat anak merasa rewel dan lelah, Ayah dan Bunda dapat menenangkan anak secara perlahan dengan memberinya pelukan, menggendongnya, atau mengajaknya beristirahat.
Lalu, apa hubungan anak suka berteriak dengan self regulation? Istilah self regulation adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kontrol terhadap dirinya dalam mengatur emosi dan perilaku di segala situasi.
Untuk mengontrol self regulation pada anak, Ayah dan Bunda dapat mengajarkan anak tentang belajar konsekuensi atau sebab akibat dari perilakunya. Libatkan anak dalam kegiatan sehari-hari, seperti membuatnya untuk memilih baju yang ia pakai, memilih rumah makan yang ia akan kunjungi atau diskusi ringan tentang sesuatu dengan anak. Berikut beberapa contoh lainnya yang bisa diterapkan.
-Usia bayi: mengisap jari untuk mendapatkan rasa nyaman.
-Usia 1-3 tahun: mulai dapat menunggu untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan.
-Usia 4-5 tahun: dapat mengecilkan volume suara ketika berbicara saat orang lain sedang tidur.
<h2>Cara Melatih Self Regulation agar Anak dapat Mengendalikan Emosi</h2>
Setelah mengetahui hubungan anak suka berteriak dengan self regulation. Ayah dan Bunda dapat meningkatkan self regulation pada anak secara bertahap. Yuk ikuti Langkah berikut ini:
<h3>1. Bantu anak menemukan strategi efektif</h3>
Jika ia terlihat kewalahan dengan pengalaman emosi yang dirasakan dan/atau tantangan yang dihadapi, ajarkan untuk meminta bantuan atau strategi alternatif
Contohnya: "Adik coba jelaskan dengan tenang dan perlahan, Ayah akan dengarkan." "Kakak minum dulu ya supaya lebih tenang..."
<h3>2. Bantu anak melatih self regulation</h3>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Langkah 1: Identifikasi situasi "menantang" yang dapat membuat emosinya meluap-luap Misal: si Kecil paling sering tidak sabar dan marah kalau menunggu giliran bermain</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Langkah 2: Beri si Kecil kesempatan berlatih menggunakan strategi alternatif yang efektif Misal: "Saat ingin meminjam mainan dari teman, adik tarik nafas dulu yang dalam ya lalu bicaranya tidak bolek teriak... Yuk kita coba"</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Langkah 3: Puji anak ketika ia berhasil Misal: "Adik tadi bisa menyampaikan tanpa berteriak, hebat!"</li>
</ul>
<h3>3. Bantu anak merefleksikan pengalaman</h3>
Lakukan evaluasi dengan anak tentang situasi yang terjadi saat ia sudah tenang
Contohnya: "Berarti lain kali, Bunda perlu menenangkan diri dengan menarik nafas secara perlahan beberapa kali sebelum berbicara ya..."
____________________________________________________________________________
Kunci pembelajaran self regulation terletak pada hubungan yang hangat dan responsif antara orang tua dan anak.&nbsp;
Selain itu, orang tua perlu memberikan contoh yang baik atas tindakan dan pengalaman emosi di depan anak karena prinsipnya &lsquo;children see, children do&rsquo;. Semangat AyBun!

Anak Suka Berteriak, Begini Cara Melatih Emosinya

Mengungkapan perasaan sayang pada anak akan berdampak baik untuk kecerdasan dan kesehatannya. Berikut ini cara ungkapkan rasa sayang yang mudah dilakukan.

Anak merupakan hasil buah cinta dari kedua orang tuanya. Mungkin sebagian orang tua beranggapan bahwa merawat dan memenuhi semua kebutuhan anak sudah cukup untuk mengekspresikan rasa sayang kepada anak. Nyatanya, hal tersebut masih belum cukup. Menunjukkan rasa cinta kasih kepada anak, baik melalui ucapan ataupun tindakan, sangat penting bagi pertumbuhan anak.
Saat anak berkembang, ia akan mempelajari berbagai hal, mulai dari cara memegang benda, berjalan, makan, dan sebagainya. Banyak di antaranya yang anak pelajari dari role model terbesar mereka, yaitu orang tua. Cara orang tua mengasihi anaknya akan membantu mereka belajar tentang cara ungkapkan rasa sayang kepada orang-orang di sekitarnya, termasuk orang tuanya.
Mengungkapkan rasa kasih sayang kepada anak dapat menciptakan lingkungan positif dan aman yang baik bagi pertumbuhan anak. Masih banyak manfaat lain dari mengungkapkan cinta kepada anak, lho. Bunda juga bisa mengetahui ide-ide sederhana tentang cara ungkapkan rasa sayang kepada anak selengkapnya di sini.
<h2>Manfaat Mengungkapkan Rasa Sayang</h2>
Mengucapkan kalimat &ldquo;Bunda sayang kamu,&rdquo; atau memeluk si kecil memiliki dampak yang sangat berarti bagi tumbuh kembang anak. Beberapa manfaat mengekspresikan kasih sayang kepada anak adalah:
<h3>1. Membantu Anak Mengekspresikan Rasa Sayang</h3>
Anak tentunya memiliki rasa sayang kepada orang tuanya, tetapi ia tidak paham bagaimana cara menunjukkannya. Di sinilah peran orang tua sebagai role model terbaik bagi anak. Dengan mengekspresikan kasih sayang kepada anak, Bunda akan turut membantu anak memahami cara menunjukkan rasa sayang kepada orang lain.&nbsp;
Ekspresi rasa sayang yang sehat juga membantu anak menunjukkan sifat positif kepada orang-orang di sekitarnya. Anak pun akan lebih berani untuk mengungkapkan rasa sayangnya kepada lain. Hal ini akan membantu anak bersosialisasi dengan lingkungan di sekitarnya. Anak mungkin akan merasa malu, tapi Bunda tidak perlu memaksanya. Anak juga akan mempelajari tentang kepuasan dari memberi dan menerima yang sehat dengan orang-orang di sekitarnya.
<h3>2. Mendukung Kesehatan Fisik dan Mental Anak</h3>
Bunda mungkin pernah melihat kasus orang tua yang mengabaikan anaknya atau memperlakukan anak dengan disiplin ketat. Sikap-sikap seperti ini berpotensi membuat anak stres, terisolasi, takut, tidak dapat mempercayai siapapun, hingga sulit membentuk hubungan dengan orang lain. Hal ini juga dapat menjauhkan hubungan antara orang tua dan anak.&nbsp;
Tidak jarang juga kurangnya kasih sayang dari orang tua dapat mempengaruhi kesehatan anak. Misalnya, dari stres karena kurangnya rasa sayang dari orang tua, anak dapat mengalami susah makan. Di masa depan, anak dapat mengalami masalah makan yang memicu obesitas atau anoreksia.
Maka dari itu, penting bagi orang tua untuk mengekspresikan rasa kasih sayang kepada anak yang terus berlanjut hingga anak dewasa. Lingkungan yang hangat, positif, dan penuh cinta kasih akan berdampak baik pada kesehatan fisik dan mental anak.&nbsp;
<h3>3. Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak</h3>
Dengan mengekspresikan rasa sayang kepada anak, Bunda akan membuat anak merasa disenangi. Hal ini akan membuat anak lebih percaya diri saat melakukan sesuatu. Kasih sayang Bunda menjadi penggerak bagi keberanian si kecil.&nbsp;
Seperti misalnya ketika si kecil yang mulai belajar berjalan, di mana Bunda tersenyum dan menyemangati si kecil. Anak akan berani berjalan perlahan untuk menghampiri Bunda. Hal-hal kecil lainnya yang Bunda lakukan sebagai bentuk kasih sayang akan membentuk rasa percaya diri anak di masa pertumbuhannya.
<h3>4. Meningkatkan Bonding Orang Tua dan Anak</h3>
Orang tua adalah orang yang paling dekat dan sering berinteraksi dengan anak. Memiliki ikatan yang kuat antara orang tua dan anak akan menjaga suasana harmonis di rumah. Tidak hanya itu, ikatan yang kuat akan membuat anak lebih percaya dengan orang tua.&nbsp;
Anak akan lebih berani menceritakan berbagai hal, mulai dari hal sederhana hingga hal penting, kepada orang tuanya. Jadi, orang tua dapat memandu anak mengenai pilihan-pilihan yang akan anak buat tanpa mendiktenya.&nbsp;
<h2>Ide Mengungkapkan Rasa Sayang pada Anak</h2>
Sebagai orang tua, Bunda tentunya ingin membuat anak merasakan cinta kasih untuk membuatnya merasa aman dan nyaman. Beberapa cara ungkapkan rasa sayang yang bisa Bunda lakukan secara rutin adalah:
<h3>1. Memanggil Nama Lengkap Anak</h3>
Beberapa orang tua sering memanggil anak mereka dengan nama panggilan kesayangan, seperti &ldquo;adik&rdquo;, &ldquo;kakak&rdquo;, &ldquo;abang&rdquo;, atau singkatan dari nama aslinya. Memanggil nama lengkap anak sering dianggap sebagai amarah orang tua kepada anak. Namun, hal ini tidak selalu benar. Setiap orang tua dapat memanggil anak mereka dengan panggilan kesayangan apapun. Nama anak juga mengandung makna dan harapan dari orang tua.
Memanggil nama lengkap anak sesekali dapat membuat anak merasa diakui keberadaannya. Anak akan menyadari bahwa ia memiliki identitas dan hal-hal unik tentang dirinya sendiri. Jangan lupa untuk menyelipkan kata-kata sayang saat memanggil namanya. Contohnya adalah, &ldquo;Bunda sayang sekali sama Aiden Nebula Kayalaska..&rdquo; atau &ldquo;Ayah love Selma Dianti Almahira so much!&rdquo;
<h3>2. Ambil Inspirasi dari Tokoh Favorit Anak</h3>
Saat anak tumbuh besar, bukan anak saja yang belajar dari lingkungan di sekitarnya, tetapi juga orang tua. Memahami hal-hal yang disukai dan tidak disukai anak akan membuat orang tua mengenal anak lebih baik lagi.&nbsp;
Lalu, terapkan hasil pembelajaran Bunda saat berbicara dengan anak. Bunda bisa memanggil si kecil dengan nama tokoh favoritnya. Hal ini akan menunjukkan usaha Bunda untuk peduli dan antusias untuk mengerti dunia anak. Beberapa contoh kalimat yang bisa orang tua katakan seperti &ldquo;Ayah sayang kamu, Iron Man-nya Ayah..&rdquo; atau &ldquo;Bunda loves you, Rainbow Ruby-nya Bunda&rdquo;.
<h3>3. Katakan &ldquo;I Love You&rdquo; dalam Bahasa Lain</h3>
Mengatakan &ldquo;Ayah/Bunda sayang kamu&hellip;&rdquo; mungkin sudah biasa. Jika ingin lebih kreatif, Bunda bisa berkreasi mengucapkan kata sayang pada si kecil dengan bahasa lain. Cara ini dapat membantu anak belajar bahasa asing melalui kata-kata cinta yang sederhana ini. Misalnya adalah te amo, saranghaeyo, je t&rsquo;aime, i love you, dan sebagainya.
Selain rasa sayang melalui tindakan, rasa sayang melalui ucapan seperti ini dapat lebih mudah dipahami oleh anak. Hasilnya, anak akan merasa lebih bahagia mendengar ucapan kasih sayang dari orang tua setiap harinya.
<h3>4. Tunjukkan Perasaan Positif atas Kebersamaan Anak</h3>
Cara lainnya untuk ungkapkan rasa sayang kepada anak adalah menunjukkan perasaan positif setelah bersama dengan si kecil. Cara ini akan membuat anak merasa disayangi dan dihargai. Bunda juga akan membantu anak mengetahui makna dirinya bagi orang tua.
Contoh cara menunjukkan perasaan positif adalah dengan mengucapkan, &ldquo;Makasih ya, sudah ajak Bunda main..&rdquo; atau &ldquo;Ayah suka deh main sama kamu, besok kita main bareng lagi ya&hellip;&rdquo;
<h3>5. Tunjukkan Apresiasi kepada Anak</h3>
Tahukah Bunda bahwa apresiasi dari orang tua kepada anak sangatlah berarti bagi kebahagiaan anak? Apresiasi dari orang tua tidak hanya meningkatkan rasa percaya diri anak, tetapi juga mendukung munculnya sikap positif, serta menjadi panutan anak untuk belajar berterima kasih.&nbsp;
Apresiasi dapat diberikan kepada hal apapun yang anak lakukan. Misalnya, ketika anak sudah melakukan sesuatu atas usahanya sendiri, orang tua dapat mengatakan, &ldquo;Makasih ya, tadi udah bantuin Ayah...&rdquo; atau &ldquo;Bunda lihat tadi kamu berusaha ....., setelah sebelumnya kamu bilang susah&rdquo;.
Tunjukkan juga apresiasi kepada anak yang berani bercerita banyak hal dengan orang tua. Sikap ini akan memperlihatkan perhatian orang tua saat mendengarkan cerita anak. Orang tua bisa mengatakan, &ldquo;Makasih ya udah cerita tentang paus, Ayah jadi ikut belajar nih!&rdquo; atau &ldquo;Bunda senang deh dengerin cerita kamu tentang sekolah&hellip;&rdquo;.
<h3>6. Berikan Gambar atau Catatan Kecil</h3>
Gambar atau catatan kecil adalah bentuk ungkapan kasih sayang tertulis yang dapat disimpan sebagai kenang-kenangan. Bunda dapat menempelkan catatan kecil di meja belajarnya atau kotak bekalnya. Tulislah kata-kata kasih sayang dan semangat untuk membahagiakan harinya. Bunda juga bisa menggambar karakter kartun favoritnya. Beberapa kalimat yang bisa Bunda tuliskan adalah &ldquo;Semangat kakak!&rdquo; atau &ldquo;Bunda bangga sama kamu!&rdquo;.
<h3>7. Tunjukkan Cinta Tanpa Syarat di Tiap Dinamika Emosi</h3>
Anak yang sedang berkembang akan mulai belajar mengatur emosinya. Anak juga manusia. Ia dapat merasa sedih, takut, marah, gelisah, dan sebagainya. Jadi, jangan pernah menganggap emosi anak tidak berarti. Katakanlah bahwa emosi anak itu valid. Lalu, di tengah dinamika emosinya yang kian berubah, sampaikan bahwa kasih sayang Bunda tidak akan berubah.
Contoh penyampaian yang bisa orang tua lakukan adalah, &ldquo;Adik tahu nggak kalau Ayah sayang kamu terus? Kalau kamu lagi happy, Ayah sayang. Kalau kamu lagi angry, Ayah juga tetap sayang..&rdquo;
Demikian ragam manfaat dan cara mengungkapkan rasa sayang kepada anak! Setelah ini, Bunda tidak perlu gengsi lagi mengekspresikan kasih sayang kepada anak. Sudahkah Bunda melakukan cara-cara ini kepada anak setiap hari? Tunjukkan juga kasih sayang kepada pasangan Bunda agar anak dapat merasakan suasana keluarga yang bahagia dan harmonis.
Foto: www.pexels.com&nbsp;
Sumber:&nbsp;
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">https://greatergood.berkeley.edu/article/item/how_to_cultivate_a_secure_attachment_with_your_child&nbsp;&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">https://www.iseeme.com/blog/blog/2016/08/22/8-fun-ways-to-say-i-love-you/&nbsp;&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">https://www.parent.com/blogs/conversations/30-fresh-ways-to-tell-your-kids-you-love-them&nbsp;&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">https://parentportfolio.com/ways-to-say-i-love-you/&nbsp;</li>
</ul>

Cara Ungkapkan Rasa Sayang pada Anak

Jangan anggap sepele perilaku bullying yang dilakukan karenan dapat menyebabkan seseorang sakit hati, atau korban melakukan tindak berbahaya bahkan sampai melakukan kegiatan mengakhiri hidup. Untuk mencegah hal tersebut Ayah Bunda perlu menerapkan pengasuhan yang tidak menerapkan ini, simak selengkapnya!

Tak semua orang memiliki lesung pipi. Tak heran, banyak orang mempertanyakan asal muasal lesung pada pipi ini terbentuk. Apakah ini buatan atau memang ada dari lahir ya, AyBun?
Ada sebagian orang menganggap ini terjadi karena kecacatan pada kulit. Namun, benarkah demikian?
Absen yuk Ayah Bunda siapa yang pernah nempelin cabe ke pipi si Kecil supaya muncul lesung pipi?😆 Foto: I stock
Sumber: https://medlineplus.gov/genetics/understanding/traits/dimples/#:~:text=A%20dimple%20is%20an%20anomaly,get%20older%2C%20their%20dimples%20disappear.

Fakta: Lesung Pipi Ternyata Kelainan yang Tidak Disadari

Beberapa dari Ayah Bunda sempat panik ketika anak mengalami batuk pilek yang berkepanjang hingga mengandalkan nebulizer, tapi tahukah Ayah Bunda tidak semua bisa diselesaikan dengan hal tersebut. Yuk, simak di sini

Pernapasan

Masalah pernapasan pada anak merupakan hal yang umum terjadi. Banyak faktor yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan pada anak, seperti infeksi saluran pernapasan, alergi, asma, dan berbagai kondisi medis lainnya.&nbsp;
Pernapasan yang tidak normal pada anak dapat menyebabkan ketidaknyamanan, kualitas tidur yang buruk, dan berdampak negatif pada aktivitas sehari-hari. Salah satu metode pengobatan yang efektif untuk masalah pernapasan pada anak adalah menggunakan nebulizer.
 Artikel ini akan membahas tentang nebulizer anak, cara kerjanya, manfaatnya, serta beberapa jurnal terkait penggunaan nebulizer pada anak.
<h3>Apa itu Nebulizer Anak?</h3>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/64ca44d6-c1f33c88-a7c6-4b3c-8b22-10e29b930079.jpg" />
Nebulizer adalah alat medis yang digunakan untuk mengubah obat cair menjadi uap halus yang mudah dihirup oleh pasien. Nebulizer menjadi solusi yang populer untuk mengatasi masalah pernapasan pada anak karena kemudahan penggunaannya. Terutama pada anak-anak yang mungkin kesulitan untuk mengonsumsi obat dalam bentuk tablet atau kapsul. 
Selain itu beberapa kondisi membutuhkan obat yang bekerja langsung di saluran pernapasan. Hal ini dapat dicapai dengan penggunaan nebulizer.
<h3>Cara Kerja Nebulizer Anak</h3>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/64ca4513-4a1431ff-5ca0-4421-bed4-6f7c6609f198.jpg" />
Nebulizer bekerja dengan cara memasukkan obat cair ke dalam kompresor, yang akan mengubah obat cair tersebut menjadi kabut atau uap halus. Kabut obat ini kemudian dihembuskan melalui masker atau pipa khusus yang akan diletakkan di mulut atau hidung anak. Anak akan menghirup uap obat ini ke dalam paru-paru, sehingga obat bisa bekerja langsung pada saluran pernapasan yang terganggu.
<h3>Manfaat Penggunaan Nebulizer Anak</h3>
Penggunaan nebulizer pada anak memiliki beberapa manfaat, antara lain:
&nbsp;
Pengobatan Efektif: Nebulizer memberikan pengobatan yang efektif karena obat diubah menjadi uap halus yang dapat menembus saluran pernapasan lebih baik daripada obat dalam bentuk tablet atau sirup.
&nbsp;
Penggunaan yang Mudah: Anak-anak seringkali kesulitan atau menolak minum obat dalam bentuk sirup atau tablet. Nebulizer menyediakan cara yang lebih mudah karena anak hanya perlu menghirup uap obat.
&nbsp;
Dosis yang Akurat: Penggunaan nebulizer memastikan bahwa dosis obat yang diberikan sesuai dengan yang direkomendasikan oleh dokter. Hal ini penting untuk mendapatkan hasil pengobatan yang optimal.
&nbsp;
Menenangkan Saluran Pernapasan: Uap obat dari nebulizer dapat membantu menenangkan saluran pernapasan yang teriritasi akibat alergi, radang, atau infeksi.
&nbsp;
Mengurangi Risiko Efek Samping: Dibandingkan dengan obat yang diminum secara oral, penggunaan nebulizer dapat mengurangi risiko efek samping sistemik karena obat bekerja secara lokal pada saluran pernapasan.
 
Namun, perlu Ayah Bunda ketahui penggunaan nebulizer jangan sembarangann.. Batuk-pilek tidak sembuh dengan diuap/nebu! Ini kesalahan yang paling sering dilakukan orang tua.
&nbsp;
Penggunaan nebulizer harus sesuai rekomendasi dari dokter karena memiliki efek samping seperti gangguan saluran cerna,&nbsp; atau iritasi, serta obat asma yang diberikan untuk pasien batuk pilek akan menyebabkandenyut jantung menjadi lebih cepat .&nbsp;
&nbsp;
Anak yang direkomendasi untuk diuap biasanya pada kondisi alergi atau asma bukan batuk pilek biasa. Nah, kesalahan orang tua biasanya ketika anak batuk-pilek sedikit, langsung diuap.
Ada juga bagi pengidap asma, mereka mencampur cairan nebulizer dengan air.Hal Ini akan memperburuk kondisi asma. Melonggarkan masker inhalasi juga dapat mengurangi efektivitas nebulizer
Lalu, apa yang penting saat si Kecil batuk pilek?
<ol>
<li> Minum yang banyak</li>
<li> Istirahat</li>
<li> Menjaga hygiene&nbsp;</li>
<li> Melakukan disinfektan</li>
</ol>
<h3>Studi Kasus dan Jurnal Terkait Nebulizer untuk Anak</h3>
Studi Kasus "Penggunaan Nebulizer pada Anak dengan Asma" (Jurnal Pediatri, Vol. 25, No. 2, 2018)
Studi ini menguji efektivitas penggunaan nebulizer pada anak-anak yang menderita asma. Hasilnya menunjukkan bahwa nebulizer memberikan perbaikan yang signifikan dalam gejala pernapasan, seperti mengurangi sesak napas dan mengurangi serangan asma.
Studi "Perbandingan Efektivitas Nebulizer dan Inhaler Dosis-Tetap pada Anak dengan Alergi Saluran Pernapasan" (Jurnal Kedokteran Anak, Vol. 30, No. 4, 2020)
Studi ini membandingkan efektivitas nebulizer dengan inhaler dosis-tetap dalam mengurangi gejala alergi saluran pernapasan pada anak. Hasilnya menunjukkan bahwa kedua metode pengobatan memberikan hasil yang sama baiknya dalam mengurangi gejala alergi pada anak.
Foto: Freepik
Sumber: Jurnal Kedokteran Anak, Vol. 30, No. 4, 2020 Jurnal Pediatri, Vol. 25, No. 2, 2018

Nebulizer Anak Amankah? Kenali Cara Pakainya, Yuk!

Kesehatan gigi anak adalah salah satu aspek penting dalam pertumbuhan dan perkembangan mereka. Tak jarang kita sebagai orang tua masih lengah dan menganggap gigi anak masih gigi susu, dan belum memerlukan perawatan lebih. Salah satu masalah yang sering ditemui yaitu gigi keropos yang berawal dari karies gigi. Diperkirakan 90% dari

Kesehatan Gigi & Mulut

Kesehatan gigi anak adalah salah satu aspek penting dalam pertumbuhan dan perkembangan mereka. Tak jarang kita sebagai orang tua masih lengah dan menganggap gigi anak masih gigi susu, dan belum memerlukan perawatan lebih.&nbsp;
Salah satu masalah yang sering ditemui yaitu gigi keropos yang berawal dari karies gigi.
Diperkirakan 90% dari anak-anak usia sekolah diseluruh dunia dan sebagian besar orang dewasa pernah menderita karies. Prevalens tertinggi terdapat di Asia dan Amerika latin.
Gigi dan mulut yang tidak sehat akan mempengaruhi pada perkembangan anak, sebab kondisi gigi susu pasti menentukan pertumbuhan gigi tetap si anak.&nbsp;
Selain itu, bila si Kecil memiliki gigi yang tidak sehat, dia akan sulit mencerna makanan sehingga proses pertumbuhan si anak akan terganggu.
<h2>Penyebab Gigi Keropos</h2>
Penyebab umumnya berawal dari karies, penyakit yang multifaktorial yang disebabkan&nbsp; oleh berbagai faktor yang berhubungan satu sama lain. Banyak faktor yang dapat menimbulkan karies gigi pada anak, di antaranya faktor yang di dalam mulut dan berhubungan langsung dengan proses terjadinya karies gigi, seperti struktur gigi (susunan gigi-geligi di rahang), kebersihan mulut yang berhubungan dengan frekuensi dan kebiasaan menggosok gigi, jumlah dan frekuensi konsumsi makanan/minuman terutama yang manis.
<h2>Gejala karies gigi pada anak</h2>
Tanda gigi keropos bermula dari gigi karies, gigi tersebut memang tidak akan menunjukkan perubahan yang signifika, tetapi, seiring berjalannya waktu, kerusakan bisa akan terlihat. Adapun gejala karies gigi anak di antaranya:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Timbul plak putih pada permukaan gigi yang biasanya diabaikan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bercak kuning atau kecokelatan pada gigi mulai muncul sebagai tanda kerusakan telah berkembang.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Gigi mulai kehitaman dan bahkan menjadi tidak utuh, yang menunjukkan bahwa telah terjadi pembusukan.</li>
</ul>
<h2>Pencegahan Gigi Keropos karena Karies</h2>
Pencegahan gigi anak keropos dapat dimulai dengan
<ol>
<li> Menjelaskan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut denan membaca buku tentunya dengan cerita yang menarik.</li>
<li> Membuat suasana sikat gigi menyenangkan dengan memutar lagu selama 2 (dua)&nbsp; menit saat menggosok gigi, dan menggosok gigi bersama.</li>
<li> Mengajak anak untuk memilih sikat dan pasta giginya ( perlu dipastikan sesuai dengan usia anak)</li>
<li> Pola Makan yang Sehat: Batasi konsumsi makanan dan minuman tinggi gula. Gantilah camilan manis dengan makanan sehat seperti buah segar, sayuran, dan produk susu rendah lemak.</li>
<li> Perawatan Gigi yang Baik: Ajari anak AyBun untuk menyikat gigi secara teratur setidaknya dua kali sehari dengan pasta gigi yang mengandung fluoride. Gunakan benang gigi atau alat pembersih gigi antara gigi untuk menghilangkan plak.</li>
<li> Minum Air: Anjurkan anak AyBun untuk minum air setelah makan atau minum minuman manis. Air dapat membantu membersihkan sisa makanan dan minuman serta menetralkan asam dalam mulut.</li>
<li> Periksa Rutin ke Dokter Gigi: Pastikan anak AyBun menjalani pemeriksaan gigi rutin oleh dokter gigi. Dokter gigi dapat memberikan saran khusus dan membersihkan gigi anak secara profesional.</li>
</ol>
Nah, gimana Ayah Bunda apakah gigi si Kecil baik-baik saja atau mulai menandakan gejala gigi keropos seperti yang disbeutkan di atas? Yuk, sharing di kolom komentar soal kondisi gigi anak dan TIPS ala AyBun!
&nbsp;
Foto: Freepik
Sumber:
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1459/waspada-karies-gigi-pada-anak
https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/kapan-anak-mulai-menggosok-gigi
https://news.unair.ac.id/2021/11/26/karies-gigi-pada-anak-pahami-penyebab-dan-cara-cerdas-mengatasinya/?lang=id