Anak yang suka berteriak perlu dikendalikan emosinya. Berikut ini cara melatih emosi dan self regulation pada anak.

Psikologi Anak

Parenting

Halo AyBun, coba absen siapa di sini yang anaknya mulai sering teriak-teriak kalau dinasihati oleh Ayah dan Bunda? Hal ini ternyata ada kaitannya dengan kemampuan self regulation atau kemampuan memahami, mengelola perilaku, dan reaksi diri saat anak menghadapi suatu situasi, lho.
Kemampuan self-regulation sudah ditunjukkan oleh si kecil sejak lahir dan berkembang pesat di usia 1-5 tahun. Namun, ada beberapa anak yang cukup sulit mengatur emosi dan anak suka berteriak. Berikut ini hubungan self regulation dengan anak suka berteriak dan cara melatihnya.
<h2>Mengapa Anak Suka Berteriak dan Hubungannya dengan Self Regulation</h2>
Perkembangan emosional anak terus meningkat seiring bertambahnya usia. Anak akan mulai mengekspresikan perasaannya, mulai dari bahagia hingga sedih.&nbsp;
Namun, dalam fase ini, Ayah dan Bunda akan mendengar ungkapan emosional si kecil yang belum stabil, salah satunya adalah suka berteriak. Ada beberapa alasan mengapa anak suka berteriak, yakni sebagai berikut.
<h3>1. Anak Suka Berteriak untuk Berkomunikasi</h3>
Dilansir Center for Disease Control and Prevention (CDC), bayi usia 18 bulan akan lebih mudah untuk mengekspresikan dirinya dengan cara berteriak untuk berkomunikasi dengan orang lain. Kemampuan komunikasi anak yang belum sempurna membuat anak mudah berteriak saat lawan bicaranya sulit mengerti apa yang ia katakan.
<h3>2. Anak Mencari Perhatian</h3>
Saat anak merasa dirinya kesepian dan tidak diperhatikan oleh Ayah dan Bunda, anak sering kali berteriak untuk mencari perhatian. Selain berteriak, anak juga akan menangis agar orang tua dapat menghampirinya.
<h3>3. Belum Mengerti untuk Mengungkapkan Emosi</h3>
Mengutip dari Healthy Children, anak suka berteriak menjadi tanda-tanda bahwa anak sedang bertumbuh. Berteriak menjadi salah satu cara anak untuk mengungkapkan emosinya.
Dalam hal ini, anak dapat berteriak untuk mengekspresikan segala perasaannya, bisa sedih, senang, atau kecewa. Selain itu, anak juga bisa berteriak karena ada benda atau orang di sekitar yang ia takuti.
<h3>4. Anak Merasa Lelah</h3>
Tak hanya orang dewasa, anak-anak pun sering kali kesal dan rewel saat merasa lelah. Anak-anak cenderung sulit untuk mengungkapkan rasa lelahnya dan lebih memilih untuk berteriak.&nbsp;
Saat anak merasa rewel dan lelah, Ayah dan Bunda dapat menenangkan anak secara perlahan dengan memberinya pelukan, menggendongnya, atau mengajaknya beristirahat.
Lalu, apa hubungan anak suka berteriak dengan self regulation? Istilah self regulation adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kontrol terhadap dirinya dalam mengatur emosi dan perilaku di segala situasi.
Untuk mengontrol self regulation pada anak, Ayah dan Bunda dapat mengajarkan anak tentang belajar konsekuensi atau sebab akibat dari perilakunya. Libatkan anak dalam kegiatan sehari-hari, seperti membuatnya untuk memilih baju yang ia pakai, memilih rumah makan yang ia akan kunjungi atau diskusi ringan tentang sesuatu dengan anak. Berikut beberapa contoh lainnya yang bisa diterapkan.
-Usia bayi: mengisap jari untuk mendapatkan rasa nyaman.
-Usia 1-3 tahun: mulai dapat menunggu untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan.
-Usia 4-5 tahun: dapat mengecilkan volume suara ketika berbicara saat orang lain sedang tidur.
<h2>Cara Melatih Self Regulation agar Anak dapat Mengendalikan Emosi</h2>
Setelah mengetahui hubungan anak suka berteriak dengan self regulation. Ayah dan Bunda dapat meningkatkan self regulation pada anak secara bertahap. Yuk ikuti Langkah berikut ini:
<h3>1. Bantu anak menemukan strategi efektif</h3>
Jika ia terlihat kewalahan dengan pengalaman emosi yang dirasakan dan/atau tantangan yang dihadapi, ajarkan untuk meminta bantuan atau strategi alternatif
Contohnya: "Adik coba jelaskan dengan tenang dan perlahan, Ayah akan dengarkan." "Kakak minum dulu ya supaya lebih tenang..."
<h3>2. Bantu anak melatih self regulation</h3>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Langkah 1: Identifikasi situasi "menantang" yang dapat membuat emosinya meluap-luap Misal: si Kecil paling sering tidak sabar dan marah kalau menunggu giliran bermain</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Langkah 2: Beri si Kecil kesempatan berlatih menggunakan strategi alternatif yang efektif Misal: "Saat ingin meminjam mainan dari teman, adik tarik nafas dulu yang dalam ya lalu bicaranya tidak bolek teriak... Yuk kita coba"</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Langkah 3: Puji anak ketika ia berhasil Misal: "Adik tadi bisa menyampaikan tanpa berteriak, hebat!"</li>
</ul>
<h3>3. Bantu anak merefleksikan pengalaman</h3>
Lakukan evaluasi dengan anak tentang situasi yang terjadi saat ia sudah tenang
Contohnya: "Berarti lain kali, Bunda perlu menenangkan diri dengan menarik nafas secara perlahan beberapa kali sebelum berbicara ya..."
____________________________________________________________________________
Kunci pembelajaran self regulation terletak pada hubungan yang hangat dan responsif antara orang tua dan anak.&nbsp;
Selain itu, orang tua perlu memberikan contoh yang baik atas tindakan dan pengalaman emosi di depan anak karena prinsipnya &lsquo;children see, children do&rsquo;. Semangat AyBun!

Anak Suka Berteriak, Begini Cara Melatih Emosinya

Empati, kemampuan untuk membayangkan bagaimana perasaan orang lain dalam situasi tertentu dan menanggapinya dengan hati-hati. Ini adalah keterampilan yang sangat kompleks untuk dikembangkan. Membangun rasa empati pada anak sejak dini adalah langkah penting dalam membentuk pribadi yang peduli dan penuh pengertian. Dalam artikel ini, kita akan membahas mengapa mengajarkan anak

Empati, kemampuan untuk membayangkan bagaimana perasaan orang lain dalam situasi tertentu dan menanggapinya dengan hati-hati. Ini adalah keterampilan yang sangat kompleks untuk dikembangkan.&nbsp;
Membangun rasa empati pada anak sejak dini adalah langkah penting dalam membentuk pribadi yang peduli dan penuh pengertian. 
Dalam artikel ini, kita akan membahas mengapa mengajarkan anak rasa empati penting, strategi efektif untuk melakukannya, dan dampak positifnya dalam kehidupan sehari-hari.
<h2>Mengapa Mengajarkan Anak Rasa Empati Penting?</h2>
<ol>
<li> Mengembangkan Hubungan Sosial yang Sehat:</li>
</ol>
Anak yang memiliki rasa empati cenderung lebih baik dalam berinteraksi dengan orang lain. Mereka dapat membentuk hubungan yang kuat dan sehat dengan teman, keluarga, dan orang-orang di sekitarnya.
<ol start="2">
<li> Mendorong Perilaku Pro-sosial:</li>
</ol>
Rasa empati memotivasi anak untuk membantu dan peduli terhadap kebutuhan orang lain. Mereka lebih mungkin terlibat dalam perilaku pro-sosial, seperti berbagi dan membantu sesama.
<ol start="3">
<li> Mengajarkan Toleransi dan Penerimaan:</li>
</ol>
Anak yang memiliki rasa empati biasanya lebih toleran terhadap perbedaan dan lebih menerima keunikan setiap individu.
<ol start="4">
<li> Memperkuat Keterampilan Komunikasi:</li>
</ol>
Kemampuan untuk memahami perasaan orang lain membantu anak mengembangkan keterampilan komunikasi yang efektif. Mereka belajar mendengarkan dengan empati dan merespons dengan penuh pengertian.
<ol start="5">
<li> Membantu Mengatasi Konflik:</li>
</ol>
Anak yang memiliki rasa empati lebih mampu menempatkan diri mereka dalam posisi orang lain, sehingga lebih mungkin untuk menyelesaikan konflik dengan cara yang damai.
<ol start="6">
<li> Membangun Kemandirian dan Kepercayaan Diri:</li>
</ol>
Dengan memahami perasaan orang lain, anak dapat membangun hubungan yang mendukung dan meningkatkan rasa kemandirian dan kepercayaan diri mereka.
<ol start="7">
<li> Pembentukan Karakter Positif:</li>
</ol>
Rasa empati merupakan salah satu dasar pembentukan karakter positif. Anak yang memiliki karakter positif cenderung tumbuh menjadi individu yang bertanggung jawab dan peduli.
<h3>Strategi Efektif untuk Mengajarkan Anak Rasa Empati</h3>
<ol>
<li> Berbicara tentang Perasaan:</li>
</ol>
Ajak anak untuk berbicara tentang perasaan mereka sendiri dan perasaan orang lain. Diskusikan berbagai emosi dan ajarkan anak untuk mengenali ekspresi wajah yang menunjukkan perasaan tersebut.
<ol start="2">
<li> Cerita dan Buku:</li>
</ol>
Baca buku atau cerita yang mengeksplorasi tema empati. Cerita tentang pengalaman orang lain dapat membantu anak memahami perspektif yang berbeda. Misalnya dengan membaca buku cerita seri Kenali Emosi, salah satunya TAKUT dan SEDIH.
<ol start="3">
<li> Contoh Perilaku:</li>
</ol>
Berikan contoh perilaku empatik dalam kehidupan sehari-hari. Ketika anak melihat orang tua atau orang dewasa lainnya menunjukkan empati, mereka cenderung meniru dan mempraktikkannya.
<ol start="4">
<li> Berkomunikasi dengan Empati:</li>
</ol>
Ketika anak menghadapi situasi sulit, berbicaralah dengan mereka dengan penuh empati. Dorong mereka untuk berbicara tentang perasaan mereka, dan tunjukkan bahwa Ayah Bunda memahami dan mendukung mereka.&nbsp;
<ol start="5">
<li> Permainan Peran:</li>
</ol>
Lakukan permainan peran di mana anak dapat berpura-pura menjadi orang lain dan merasakan perasaan mereka. Ini membantu mereka melihat dunia dari perspektif yang berbeda.
<ol start="6">
<li> Pertanyaan Terbuka:</li>
</ol>
Ajukan pertanyaan terbuka yang merangsang pemikiran empatik. Misalnya, "Bagaimana perasaanmu jika berada di posisi temanmu yang sedang kesulitan?"
<ol start="7">
<li> Meminta Maaf:</li>
</ol>
Kita sering memaksa balita kita untuk mengatakan &ldquo;Saya minta maaf&rdquo; sebagai cara agar mereka bertanggung jawab atas tindakannya. Namun banyak balita yang belum sepenuhnya memahami arti kata-kata tersebut. Meskipun mungkin terasa &ldquo;benar&rdquo; bagi mereka untuk mengatakan &ldquo;Saya minta maaf&rdquo;, hal ini tidak serta merta membantu balita belajar berempati.&nbsp;
Pendekatan yang lebih bermakna adalah dengan membantu anak-anak memusatkan perhatian pada perasaan orang lain: Chandra, lihat Sierra&mdash;dia sangat sedih. Dia menangis. 
Dia menggosok lengannya di tempat kamu mendorongnya. Mari kita lihat apakah dia baik-baik saja. Hal ini membantu anak membuat hubungan antara tindakan (mendorong) dan reaksi (teman yang sedih dan menangis).
<ol start="8">
<li> Latihan Menyimak:</li>
</ol>
Latih anak untuk mendengarkan dengan penuh perhatian ketika orang lain berbicara. Ini melibatkan tidak hanya mendengarkan kata-kata, tetapi juga membaca bahasa tubuh dan ekspresi wajah.
<ol start="9">
<li> Berbicara tentang Perbedaan:</li>
</ol>
Ajarkan anak untuk menghormati dan merayakan perbedaan di antara mereka dan teman-teman mereka. Diskusikan bagaimana perbedaan dapat membuat kita lebih kaya secara budaya dan emosional.
<ol start="10">
<li> Memberikan Tanggung Jawab:</li>
</ol>
Latih anak dengan delegasi tugas sederhana saat di rumah, misalnya AyBun meminta anak
Di tengah kondisi anak-anak dan saudara kita yang ada di Palestina, ini saatnya Ayah Bunda mulai mengenalkan dan mengajarkan bagaimana anak mengembangkan rasa empatinya terhadap orang lain. 
Anak akan menjadi lebih bisa memposisikan diri, terhindar dari sifat merundung, dan menganggap semua memiliki hak kebahagiaan yang sama sebagai manusia.
Dengan Ayah Bunda membaca, menggunakan produk-produk Tentang Anak, serta menerapkan hal-hal yang disampaikan pada artikel di atas sudah sebagai salah satu aksi dukungan terhadap Palestina 🍉 Terima kasih Ayah Bunda!
Foto: Freepik
Sumber: https://www.zerotothree.org/resource/how-to-help-your-child-develop-empathy/

10 Cara Ajarkan Anak Mengembangkan Rasa Empatinya

Cara mengatasi bayi pilek dapat dimulai dengan memberikan ASI yang cukup, membersihkan cairan hidung bayi secara teratur, hingga membuat bayi nyaman.

Influenza

Masalah Kesehatan

Bayi memiliki sistem imun yang masih lemah, sehingga mereka rentan terkena penyakit, salah satunya pilek. Penyebab pilek bisa dari apa saja, mulai dari iritasi, alergi, infeksi, hingga paparan polusi.&nbsp;
Pilek sendiri bukanlah sebuah penyakit, melainkan gejala dari penyakit tertentu pada saluran pernapasan, seperti flu, sinusitis, rhinitis, dan lainnya. Pilek juga bisa berasal dari cuaca dingin, polusi asap rokok, dan debu.
Bayi yang sedang pilek kerap membuat AyBun khawatir, karena cairan yang keluar dari hidung perlu dibersihkan, belum lagi jika lendir membuat pernapasan bayi terhambat. Nah, untuk menyembuhkan pilek bayi, AyBun perlu ketahui penyebabnya terlebih dahulu, cek di bawah ini untuk tahu selengkapnya!&nbsp;
<h2>Apa Saja Penyebab Bayi Pilek?</h2>
Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER), bayi memang rentan terhadap pilek. Penyebab utamanya adalah mereka belum memiliki kekebalan terhadap banyak infeksi umum. Jadi, sangat lumrah apabila bayi mengalami enam hingga delapan pilek pada tahun pertama kehidupan.&nbsp;
Mungkin si kecil juga akan mengalami lebih banyak pilek lagi jika AyBun sering membawa bayi bertemu orang banyak. Tetapi, pilek adalah sebuah gejala yang dapat sembuh sendiri dengan penanganan yang tepat.
Pilek biasa atau terkenal dengan istilah common cold adalah infeksi pada hidung dan tenggorokan yang dapat disebabkan oleh salah satu atau beberapa dari 200 virus. Virus yang sering menyebabkan pilek adalah rhinovirus. Virus tersebut memasuki tubuh bayi melalui mulut, mata, atau hidungnya.
Setelah terinfeksi oleh virus, bayi mengalami pilek dan tubuhnya akan menyesuaikan, kemudian si kecil menjadi kebal terhadap virus tersebut. Tetapi karena banyaknya virus yang menyebabkan pilek, bayi mungkin harus mengalami beberapa pilek dan lebih banyak lagi sepanjang hidupnya.&nbsp;
Untuk lebih jelasnya, bayi dapat terinfeksi virus melalui:
<h3>1. Udara</h3>
Ketika seseorang sedang sakit batuk, bersin, atau berbicara, ia akan menularkan virus dan penyakit ke bayi melalui udara dalam bentuk tetesan atau percikan air liur. Bayi yang belum memiliki kekebalan terhadap virus tersebut akan merasakan gejala pilek sekitar satu sampai lima hari.
<h3>2. Kontak langsung</h3>
Seseorang dengan flu ketika menyentuh bagian tubuh si kecil dapat menyebarkan virus tersebut. Virus akan masuk melalui mata, hidung atau mulutnya. Oleh sebab itu, penting untuk AyBun agar memperhatikan dan menjaga kebersihan ketika berada di dekat bayi.
<h3>3. Permukaan yang terkontaminasi&nbsp;</h3>
Beberapa virus dapat hidup di atas permukaan selama beberapa jam. Bayi dapat tertular virus dengan menyentuh permukaan yang terkontaminasi. Oleh sebab itu, AyBun perlu membersihkan mainan, dan barang yang sering dipegang bayi agar terhindar dari kontaminasi virus.
<h2>Gejala Pilek pada Bayi</h2>
Ada beberapa tanda bahwa bayi memiliki gejala flu. Apabila muncul gejala pilek pada bayi yang baru lahir, disarankan agar AyBun langsung membawa si kecil langsung ke dokter atau pelayanan kesehatan terdekat.&nbsp;
Beberapa gejala pilek adalah sebagai berikut:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Hidung tersumbat atau berair</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Cairan hidung yang bening kemudian berubah menjadi kuning atau hijau</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Demam</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bersin</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Batuk</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Nafsu makan menurun</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Rewel</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kesulitan tidur</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kesulitan menyusui atau minum susu dari botol karena hidung tersumbat.</li>
</ul>
Apabila terjadi komplikasi gejala penyakit pada bayi, AyBun perlu segera membawa bayi ke dokter.&nbsp;
<h2>Bagaimana Cara Mengatasi Bayi Pilek di Rumah?</h2>
Pilek seharusnya dapat sembuh dengan sendirinya. Namun, gejala ini sangat mengganggu pernapasan bayi, oleh karena itu AyBun perlu memastikan bayi agar tetap nyaman dan tidur nyenyak. Berikut adalah cara mengatasi bayi pilek di rumah:
<h3>1. Memberikan ASI atau susu secara teratur</h3>
Dikutip dari Centers of Disease Control and Prevention (CDC), ketika si kecil mengalami pilek, AyBun harus memberikannya asupan ASI atau susu secara teratur. Bayi membutuhkan ASI atau susu agar tetap terhidrasi dengan baik. Apabila bayi kesulitan menyusu dari payudara, AyBun dapat memberikan ASI melalui cangkir atau botol.
<h3>2. Jaga kebersihan lingkungan sekitar</h3>
Yang tidak kalah penting adalah selalu menjaga kebersihan di lingkungan sekitar. Ini termasuk kebersihan dari AyBun yang harus mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum memegang bayi. Jika air tidak ada, AyBun dapat menggunakan hand sanitizer yang memiliki minimal 60% alkohol.
<h3>3. Membuat bayi nyaman</h3>
Si kecil mungkin akan mengalami kesulitan tidur ketika sedang pilek, maka dari itu AyBun harus membuat bayi tetap nyaman. Ini bisa dengan memposisikan kepala si kecil dengan menggunakan bantal tambahan.
AyBun juga harus memperhatikan kondisi ruangan bayi. Tempatkan si kecil di ruangan tanpa pendingin udara atau AC. Lebih baik lagi jika AyBun memiliki humidifier untuk menjaga kualitas dan kelembapan ruangan.
<h3>4. Menjauhkan bayi dari orang sakit</h3>
Yang terpenting adalah menjauhkan bayi dari orang yang sedang sakit. Oleh karena itu, disarankan bayi yang baru lahir tidak bertemu orang banyak terlebih dahulu, dan jangan membawa bayi ke tempat umum.
AyBun juga harus memulai kebiasaan ketika batuk atau bersin harus ditutupi dengan tisu yang kemudian dibuang langsung ke tempat sampah. Ini berlaku juga dengan anggota keluarga lain yang tinggal satu rumah dengan bayi. Jika tisu tidak ada, maka bisa secepatnya ditutup dengan siku.&nbsp;
<h3>5. Mencuci Hidung Bayi</h3>
Apabila pilek mengganggu pernapasan si bayi, AyBun dapat mencuci hidung bayi dengan langkah-langkah berikut ini: 
<h3>a. Siapkan Alat dan Bahan</h3>
Saat melakukan cuci hidung, AyBun memerlukan beberapa peralatan, seperti baskom atau wadah, tisu atau lap, Transofix, 500 ml cairan NaCl 0,9%., dan Spuit 10 cc.
<h3>b. Langkah-Langkah Mencuci Hidung Anak</h3>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Cuci tangan AyBun dengan sabun dan air mengalir sebelum mencuci hidung anak.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Buka larutan NaCl dengan transofix.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tuangkan larutan NaCl secukupnya ke dalam gelas, lalu ambil menggunakan spuit.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Arahkan ke kepala anak dengan posisi miring 45 derajat. Saat kepala miring ke kanan, spuit akan masuk ke lubang hidung kanan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Minta anak untuk bernafas dengan mulut dan tahan. Kemudian, semprotkan cairan NaCL ke dalam rongga atas hidung.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bersihkan sisa ingus yang tersisa pada anak.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Cuci tangan menggunakan sabun.</li>
</ul>
Itulah penyebab bayi pilek dan bagaimana cara mengatasi bayi pilek. Apabila si kecil mengalami gejala selain pilek atau semakin parah, disarankan agar AyBun segera menemui dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Dokter akan memberikan obat dan solusi agar bayi cepat sembuh, sehingga si kecil dapat beraktivitas tanpa hidung yang berair. AyBun juga jangan lupa untuk selalu jaga kebersihan tempat tinggal bayi agar si kecil terhindar dari penyakit!&nbsp;
Foto: designed by freepik
Sumber: https://www.childrensmn.org/educationmaterials/childrensmn/article/16567/nasal-saline-rinse/#:~:text=Have%20your%20child%20stand%20over,other%20side%20of%20the%20nose
https://www.cdc.gov/breastfeeding/breastfeeding-special-circumstances/maternal-or-infant-illnesses/influenza.html&nbsp;
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/common-cold-in-babies/symptoms-causes/syc-20351651&nbsp;
Cabaillot A, Vorilhon P, Roca M, Boussageon R, Eschalier, Pereirad B. Saline nasal irrigation for acute upper respiratory tract infections in infants and children: a systematic review and meta-analysis. Paediatr Respir Rev. 2020;36:151-8.
Audag N, Cnockaert P, Reychler G, Poncin W. Consensus on nasal irrigation in infants: a delphi study. Ann Otol Rhino Laryngol. 2022;34894221112514.
De Gabory L, Kerimian M, Sagardoy T, Verdaguer A, Gauchez H. Pediatric nasal irrigation: the &ldquo;fencing&rdquo; method. Eur Ann Otorhinolaryngol Head Neck Dis. 2021;138:107-13.

Penyebab Bayi Pilek dan Cara Mengatasinya

Nah, itulah sejumlah penyebab berat badan bayi yang tidak bertambah dan solusinya. Yuk, baca artikel ini semoga bisa mencerahkan AyBun yang sedang mengalami masalah terkait berat badan anak.&nbsp;

Pertumbuhan

Kesehatan Anak

Masa pertumbuhan, umumnya anak cenderung mengalami kenaikan berat badan. 
Berat badan ideal pada anak baiknya disesuaikan dengan usianya. 
Nah, untuk mencapai berat badan ideal dalam masa pertumbuhan, sebaiknya anak mengkonsumsi makanan-makanan bergizi seperti sayur, buah, protein, dan makanan bergizi lainnya.
Dalam hal ini, Ayah Bunda harus memastikan nutrisi anak terpenuhi dengan baik, tentunya bukan hal yang mudah. 
Anak seringkali melakukan &lsquo;GTM&rsquo; atau gerakan tutup mulut yang membuat Ayah Bunda kebingungan.
Anak yang sering tidak mau makan akan mengalami penurunan berat badan. 
Penurunan berat badan pada anak dalam beberapa kondisi dapat terjadi secara drastis. 
Penurunan berat badan ini juga bisa menyebabkan stunting, berawal dari growth faltering atau gagal tumbuh yang terjadi pada usia 3 sampai 24 bulan.
 Growth faltering terjadi lebih awal pada anak-anak dari beberpa negara berpenghasilan menengah ke bawah yang ditandai dengan berat lahir dan panjang lahir di bawah batas normal kurva World Health Organization (WHO).
Penyebab terjadinya stunting bukan hanya saat anak sudah lahir, ternyata berawal sejak nutrisi ibu selama hamil, adanya kehamilan usia remaja dan interval kelahiran pendek, kualitas MPASI yang rendah, serta infeksi berulang dan faktor lingkungan.
Kebanyakan dari Ayah Bunda mengajukan pertanyaan seperti ini 
&ldquo;Dok, anakku sudah banyak makan, tapi kok segitu-gitu saja berat badannya?&rdquo;.
 Eitss, Ayah Bunda tunggu dulu, jumlah makan yang banyak belum tentu bergizi, lho untuk si Kecil! 
Lalu, makanan seperti apa yang baik pada saat anak MPASI? Yang terpenting Ayah Bunda memastikan di dalam asupan makanannya sehari-hari terdapat:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sumber karbohidrat</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sumber protein</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sayur/Buah</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Susu</li>
</ul>
Kemudian makanan MPASI harus mengandung zat besi, lemak, dan zinc misalnya bisa didapat dari daging sapi dan hati ayam. 
Selanjutnya yang perlu diperhatikan yaitu tekstur dari MPASI yang tepat, konsistensinya tidak boleh terlalu encer. 
Selain itu Ayah Bunda juga bisa menyajikan bervariasi jenis makanan supaya anak tidak cepat bosan dan mencegah picky eater. 
Berikut tips untuk Ayah Bunda yang masih kebingungan menghadapi anak yang susah makan atau GTM.
<h2>Cara Mengatasi Bayi GTM</h2>
Setelah penjabaran sekilas di atas, penyebab tidak bertambahnya berat badan bayi selanjutnya adalah pola makan yang salah. Berikut adalah 5 tips yang bisa dilakukan agar berat badan anak bertambah:
<h3>1. Jadwal Makan</h3>
Pembuatan jadwal makan, anak terhindar dari kondisi mudah marah dan tidak nyaman karena lapar. 
Maka, AyBun perlu membuat jadwal makanan utama dan makanan selingan (snack) yang teratur.&nbsp;
Berikut ini adalah jadwal makan ideal yang AyBun bisa adopsi:&nbsp;
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pukul 08.00: sarapan&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pukul 10.00: camilan atau snack</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pukul 12.00: makan siang</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pukul 14.00: susu atau jus&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pukul 16.00: camilan atau snack&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pukul 18.00: makan malam</li>
</ul>
<h3>2. Tidak Makan Lebih dari 30 Menit&nbsp;</h3>
Waktu makan ideal baik untuk makan berat atau camilan adalah tidak lebih dari 30 menit. 
Mengapa? Sederhananya karena makanan akan jadi dingin dan tidak lagi nikmat untuk dimakan.&nbsp;
Alasan lain, jika waktu makan sudah lebih dari 30 menit anak biasanya mengalami perlambatan saat makan dan cenderung mendiamkan makanan di mulut. 
Tentu saja kondisi tersebut bukan proses makan yang sehat.&nbsp;&nbsp;&nbsp;
<h3>3. Tidak Berikan Camilan Sebelum Makan Berat</h3>
Hal ini supaya anak tidak merasa kenyang terlebih dulu dan bersemangat saat makan. 
Selain menjadwalkan kapan anak mengasup camilan, perhatikan juga kalori dan gula yang terkandung.&nbsp;
<h3>4. Buat Kondisi Makan yang Menyenangkan&nbsp;&nbsp;</h3>
Suasana lingkungan turut mempengaruhi nafsu makan anak. 
Jadi buatlah suasana menyenangkan ketika anak makan misalnya dengan menyiapkan serbet untuk alas makan yang menarik perhatian anak.&nbsp;
Selain itu, jangan memaksa anak untuk makan ya Ayah Bunda karena akan membuat psikologis anak tertekan. 
Pastikan juga supaya anak fokus untuk makan dan tidak melakukan aktivitas lain seperti bermain atau menonton.&nbsp;
<h3>5. Berikan Makanan dalam Porsi Kecil</h3>
Untuk membantu agar anak makan dengan lebih mudah, berikan makanan dalam porsi kecil dan sesuai. 
Cara lain, berikan makanan utama atau lauk terlebih dahulu dan diakhiri dengan minum.&nbsp;
<h2>Penutup</h2>
Nah, itulah sejumlah penyebab berat badan bayi yang tidak bertambah dan solusinya. Semoga artikel ini bisa mencerahkan AyBun yang sedang mengalami masalah terkait berat badan anak.&nbsp;
Jika anak mengalami masalah makan lebih dari 2 minggu dan tidak ada kenaikan berat badan meskipun aturan makan sudah tepat dan tidak terlihat adanya gejala penyakit, segera bawa ke dokter spesialis anak untuk pertolongan dan penanganan yang ideal.&nbsp;
Ayah Bunda bisa gunakan aplikasi Tentang Anak untuk mendapatkan resep bergizi untuk si Kecil demi mencegah berat badan yang turun. Yuk, gunakan aplikasi Tentang Anak!
Foto: www.freepik.com
Sumber referensi:
https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/sulit-makan-pada-bayi-dan-anak&nbsp;

Cemas Berat Badan Anak Turun? Bisa Jadi GTM, Cegah dengan Cara Ini

Membesarkan anak adalah sebuah perjalanan yang penuh tantangan, dan salah satu hal yang sering menjadi perdebatan adalah apakah sebaiknya anak diajarkan dua bahasa sejak dini. Seiring dengan globalisasi yang semakin berkembang, kemampuan berbicara dalam dua bahasa telah menjadi sebuah keunggulan yang sangat berharga. Dalam artikel ini, kita akan membahas manfaat

Perkembangan

Stimulasi

NOBAR

Membesarkan anak adalah sebuah perjalanan yang penuh tantangan, dan salah satu hal yang sering menjadi perdebatan adalah apakah sebaiknya anak diajarkan dua bahasa sejak dini. Seiring dengan globalisasi yang semakin berkembang, kemampuan berbicara dalam dua bahasa telah menjadi sebuah keunggulan yang sangat berharga.&nbsp;
Dalam artikel ini, kita akan membahas manfaat dari mengajarkan anak dua bahasa sejak dini dan menunjukkan cara membaca buku pada video di atas berjudul READ ALOUD &ldquo;SORRY&rdquo;.
Mari kita simak dan telusuri mengapa belajar dua bahasa merupakan salah satu investasi pendidikan yang baik. Anak-anak yang mengetahui lebih dari satu bahasa dapat memperoleh semua manfaat ini.
<h2>Manfaat Anak Berbicara Dua Bahasa</h2>
<h3>1. Cedas Pada Aspek Kognitif</h3>
Secara khusus, orang yang menguasai dua bahasa memiliki kemampuan yang lebih baik saat dihadapkan dengan pekerjaan yang memerlukan kemampuan berpikir dalam dua bahasa.&nbsp;
Meskipun kelebihan ini sebagian besar dipelajari pada orang dewasa yang memiliki pemahaman dua bahasa dan anak-anak, bukti baru menunjukkan bahwa bayi dan balita yang mengenal dua bahasa menunjukkan manfaat di aspek kognitif. Selain itu, terdapat beberapa bukti bahwa bayi bilingual memiliki keunggulan dalam aspek memori tertentu, misalnya mampu pemecahan masalah, kreativitas, dan pemikiran fleksibel. Anak-anak ini juga dapat memiliki fokus yang baik.
<h3>2. Memiliki Keterampilan Sosial yang Baik</h3>
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bilingual menunjukkan keuntungan tertentu dalam hal pemahaman sosial hal ini karena ketika anak memiliki kemampuan bilingual, mereka akan&nbsp; menghadapi dunia sosial yang lebih kompleks saat berinteraksi dengan orang yang berbeda memiliki pengetahuan bahasa yang berbeda.&nbsp;
Misalnya, anak-anak pra-sekolah bilingual berusaha mengasah keterampilan sosial yang lebih baik daripada anak-anak monolingual dalam memahami perspektif, pemikiran dan kebutuhan orang lain.. Sehingga, membuat anak-anak yang berbicara dua bahasa juga memiliki kepekaan yang lebih tinggi terhadap bagaimana orang berkomunikasi tertentu seperti nada suara, intonasi, dan sebagainya.&nbsp;
<h2>Cara Ajarkan Anak Berbicara Dua Bahasa</h2>
<h3>1. Mulai sejak dini</h3>
Ayah Bunda tidak perlu khawatir soal usia anak yang dianggap masih terlalu dini untuk belajar dua bahasa, justru mulai sesegera mungkin sejak bayi. Jika dimulai sejak dini, si Kecil memiliki kemudahan dalam mengadaptasi intonasi, aksen yang lebih menyerupai penutur aslinya. Lalu, kata atau kalimat seperti apa yang bisa diajarkan?
 Yuk, kita gunakan istilah sehari-hari dan membiasakannya di rumah, misal:&nbsp;
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sebutkan nama makanan, mainan, warna sambil ditunjuk oleh AyBun</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ajak anak mengobrol dalam bahasa kedua</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kenalkan magic words seperti sorry, please, thank you</li>
</ul>
<h3>2. Gunakan buku atau produk edukasi bilingual</h3>
Buku bergambar adalah salah satu pilihan tepat, Ayah Bunda bisa membacakan cerita tersebut sambil menunjuk gambarnya.
Ayah Bunda bisa menggunakan buku seri SIKAP BAIK dalam versi bilingual, lho! Kini dapat diperoleh baik melalui aplikasi maupun marketplace.&nbsp;
<h3>3. Jangan hiraukan mitos</h3>
Tak jarang Ayah Bunda merasa khawatir jika si Kecil akan mengalami kebingungan berbicara jika diajarkan dua bahasa. Penyerapan bahasa pada si Kecil ternyata lebih efektif sebelum usia 6 tahun, lho! Memang pada awalnya bisa ada yang terlihat lebih lambat perkembangannya, tetapi itu hanya penyesuaian, seiring berkembangnya pengalaman dan usia ia akan lebih lancar menggunakan dua bahasa. Tentunya terus amati perkembangan anak agar sesuai dengan usianya.
&nbsp;
<h3>4. Konsisten</h3>
Kerap kali AyBun mengajarkan kedua bahasa disatukan,, ternyata ini bisa menjadi salah satu penyebab anak menjadi bingung. Oleh karena itu, Ayah Bunda perlu menerapkan konsistensi dalam berkomunikasi, misalnya saat berbicara bahasa Indonesia tidak mencampurkan dengan bahasa kedua &ldquo;Adek please bilang thank you dulu&rdquo; lebih baik katakan &ldquo;Adik, thank you for listening today&rsquo;&rsquo;
 
Nah, semoga dapat membuat Ayah Bunda semakin semangat mengajarkan si Kecil dua bahasa di rumah. Lakukan juga dengan rutin stimulasi dua bahasa pada kategori Bahasa, temukan ide-ide stimulasinya di aplikasi Tentang Anak!
 
Foto: freepik
Sumber:
https://raisingchildren.net.au/babies/connecting-communicating/bilingualism-multilingualism/bilingualism
https://modules.ilabs.uw.edu/module/language-development/sensitive-period-language/&nbsp;
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6168212/
https://www.parents.com/bilingual/benefits-of-learning-a-second-language-as-a-child/
https://www.nct.org.uk/baby-toddler/your-childs-development/18-24-months/raising-bilingual-baby-or-child-8-tips-for-how-do-it
https://www.parents.com/bilingual/benefits-of-learning-a-second-language-as-a-child/&nbsp;

Studi: Anak Bilingual Lebih Cerdas, Ajarkan dengan Tutorial Ini Sejak Dini

Sekolah merupakan masa yang penting bagi perkembangan anak, bagaimana ia bersosialisasi dan juga mengasah kemampuan dari segi akademisi dan non akademis. Lalu, apa saja yang perlu disiapkan sebelum anak masuk SD? Simak di sini

Anak Usia Sekolah

Sebelum anak mengampu pendidikan di sekolah dasar tentunya ada banyak persiapan yang harus dilakukan Mama. Salah satunya adalah memastikan bahwa si Kecil memiliki keterampilan yang sesuai untuk usia anak yang akan masuk SD.&nbsp;
Pemerintah memang mewajibkan pendidikan hingga 12 tahun dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas/sederajat, tetapi tidak menetapkan adanya keterampilan yang wajib dimiliki oleh anak sebelum masuk SD. Namun, banyak ahli yang menyarankan bahwa sebaiknya anak memiliki beberapa keterampilan sebelum masuk SD.
Keterampilan ini dibutuhkan untuk menunjang aktivitasnya selama belajar di sekolah dasar (SD). Selain itu, keterampilan tersebut guna memudahkan anak dalam memahami dan beradaptasi dengan lingkungan sekolah.
Nah, apa saja ya kemampuan dasar sebelum masuk SD yang harus dimiliki anak? Yuk, simak di bawah ini.
<h2>6 Kemampuan Dasar yang Perlu Dibangun pada Anak</h2>
<h3>1. Mengenal nilai agama dan budi pekerti&nbsp;</h3>
Sedini mungkin, usahakan untuk AyBun rutin mencontohkan anak&hellip;
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Cara berdoa dan beribadah </li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengucapkan kata ajaib seperti maaf, tolong, dan terima kasih</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sikap baik saat berinteraksi dengan orang lain seperti sering berbagi&nbsp;</li>
</ul>
<h3>2. Keterampilan sosial dan bahasa&nbsp;</h3>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Biasakan untuk AyBun sejajarkan pandangan dan adakan kontak mata saat berbicara dengan anak</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Buat aturan keluarga untuk saling menghargai dan bergantian berbicara</li>
</ul>
<h3>3. Kematangan emosi</h3>
Bimbing anak untuk mengenal berbagai emosi dan cara mengelolanya secara efektif misalnya saat marah, ajak ia lebih tenang dengan mengatur napas.
<h3>4. Pemaknaan terhadap belajar positif</h3>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Batasi penggunaan gadget untuk cegah kecanduan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Rutin ajak anak bermain bebas di luar ruangan untuk bereksplorasi dan rasa ingin tahu meningkat</li>
</ul>
<h3>5. Keterampilan motorik dan perawatan diri&nbsp;</h3>
Biasakan anak untuk..
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Duduk tegak saat beraktivitas</li>
</ul>
Misal: saat jam makan, bermain puzzle atau menggambar&nbsp;
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menjaga gaya hidup sehat dengan rajin cuci tangan, batasi konsumsi makanan manis, dan bergerak aktif</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Belajar mandiri dengan merapikan mainan sendiri</li>
</ul>
<h3>6. Kematangan kognitif untuk mengikuti kegiatan pembelajaran</h3>
Ajak anak membaca bersama minimal 1 buku setiap hari dan dorong ia untuk&hellip;
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menunjuk gambar di buku</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menceritakan ulang apa yang sudah AyBun bacakan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengikuti permainan tebak kata&nbsp;</li>
</ul>
Meskipun tes baca tulis hitung dihapuskan dari syarat masuk SD, anak tetap dapat dikenalkan calistung sejak dini dapat menumbuhkan motivasi melalui kegiatan pra calistung
Contohnya
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Hitung jumlah buah</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menulis di atas tepung</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Meronce&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bermain plastisin</li>
</ul>
AyBun dapat mencari ide aktivitas lainnya di fitur Permainan aplikasi Tentang Anak&nbsp;
Foto: Designed by freepik
Sumber:
https://ditpsd.kemdikbud.go.id/transisipaudsd/

6 Kemampuan Dasar Perlu Dibangun Sebelum Anak Masuk SD

Pipi bayi merah, apakah alergi? Eits, belum tentu! Yuk, kenali penyebabnya di artikel ini.

Penyakit Kulit & Kelamin

1-6 bulan

Bayi

Hampir semua orang pasti sangat senang akan betemu bayi kecil yang menggemaskan. Ingin rasanya orang-orang menyentuh atau memegang bahkan mencium pipi bayi. Namun, tak jarang dari kulit bayi yang menampakkan pipi berwarna kemerahan.
Kulit yang berwarna kemerahan pada bayi seringkali diasumsikan jika bayi mengalami alergi, ternyata belum tentu. Lho! Ruam merah di kulit bayi dapat terjadi saat kelenjar keringat tersumbat dan meradang.
Hal tersebut dapat terjadi karena kelenjar keringat anak belum belum berkembang sempurna, terutama pada bayi baru lahir. Pada usia yang lebih besar, ruam merah dapat muncul karena adanya demam, lingkungan panas dan terlalu lembab, kepanasan dan berkeringat, dan roduk kulit tidak cocok dengan jenis kulit anak.
Anak yang mengalami ruam merah gejalanya mulai muncul bintik kecil, yang kemudian bintik tersebut terlihat berwarna merah. Pada anak-anak dengan kulit lebih gelap, bintik-bintik mungkin terlihat cokelat, ungu, dan abu-abu.
Lalu, kapan ya si Kecil perlu ke dokter bilang mengalami ruam merah?
Jika anak mengalami kulit lrpuh berisi nanah kuning atau hijau, anak demam, ruam terjadi lebih dari 3 hari, segera bawa ke fasilitas kesehatan atau perika ke dokter.
Si Kecil ditemukan ruam merah, sudahkah AyBun pastikan penyebabnya? Jangan lupa juga Ayah Bunda perlu mencegah sebelum ruam merah muncul dan berakibat lebih lanjut pada kesehatan kulit anak.
<h2>Cara Mencegah Ruam Merah pada Anak</h2>
<h3>1. Pastikan pakaian yang digunakan terbuat dari bahan tipis dan menyerap keringat</h3>
Bahan pakaian merupakan hal penting untuk menghindari adanya ruam kulit, ini guna kulit bernapas dan tidak bergesek dengan bahan pakaian yang kasar.
<h3>2. Hindari pakaian dengan banyak lapisan</h3>
Semakin banyak lapisan pakaian semakin banyak produksi keringat yang mungkin menyebabkan ruam merah pada kulit, sehingga pakailan baju atau bedong bayi dengan tidak berlapis-lapis.
<h3>3. Ganti popok secara teratur</h3>
Jika si Kecil setiap hari menggunakan popok, pastikan Ayah Bunda menggantinya setiap 4 jam sekali karena kondisi popok yang penuh urin anak juga dapat memicu ruam merah.
<h3>4. Pastikan suhu ruangan selalu sejuk dan berventilasi</h3>
Oksigen yang cukup pada ruangan dengan suhu yang sejuk meniminalisirkan jumlah biang keringat yang keluar dari kulit anak, sehingga Ayah Bunda juga bisa mengaktifkan AC atau alat penyejuk ruangan lainnya.
<h3>5. Keringkan lipatan kulit bayi setelah mandi</h3>
Seusai mandi untuk memastikan kulit bayi bersih dan tidak gatal-gatal keringkan lipatan kulit anak. Ayah Bunda juga bisa menggunakan anduk dengan menekan kain lembab jika diperlukan.
Nah, gimana Ayah Bunda sudah cek apa penyebab merah-merah yang mucul di pipi anak? Tanya GRATIS masalah kesehatan kulit anak lainnya di fitur Tanya Ahli dan dapatkan informasi seputar kesehatan anak di aplikasi Tentang Anak, yuk unduh sekarang!
Foto: designed by freepik
Sumber:
https://raisingchildren.net.au/guides/a-z-health-reference/heat-rash

Pipi Bayi Merah-Merah? Belum Tentu Karena Alergi! Simak Penjelasannya

Ketahui jam terakhir yang aman untuk makan malam dan dampak negatif sering makan larut malam, termasuk peningkatan risiko berat badan, diabetes, kanker, dan penyakit jantung. Cegah dengan pola makan yang tepat!

Halo AyBun! Tahukah AyBun bahwa makan malam di waktu yang salah ternyata bisa mempengaruhi kesehatan jangka panjang?
Artikel ini akan membahas tentang waktu ideal makan malam dan dampak buruk dari kebiasaan makan larut malam, terutama jika sering dilakukan setelah jam 11 malam.
<h2>Risiko Penyakit yang Muncul Saat Rutin Makan Malam Setelah Jam 11</h2>
Sebuah studi terbaru di tahun 2024 yang melakukan penelitian kepada 41.744 orang dewasa selama 8,7 tahun menunjukan hasilnya sangat mengejutkan.
Para peneliti menemukan bahwa konsumsi makanan berenergi tinggi (&gt;342,91 kkal) di atas jam 11 malam berkaitan erat dengan peningkatan kadar gula darah yang lebih tinggi, yang seiring waktu meningkatkan risiko penyakit serius seperti kanker, diabetes, hingga kematian dini.&nbsp;
Studi lain juga mendukung temuan ini. Penelitian yang diterbitkan di Journal of Clinical Endocrinology &amp; Metabolism menemukan bahwa makan terlalu larut malam tidak hanya memicu kenaikan berat badan, tetapi juga meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan diabetes.
Kebiasaan makan di larut malam pada peserta studi menunjukkan beberapa efek, seperti:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Peningkatan berat badan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Metabolisme lemak menurun, sementara metabolisme karbohidrat meningkat</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kadar insulin dan gula darah saat puasa meningkat</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Peningkatan kolesterol dan trigliserida (nilai normal untuk kolesterol di bawah 200 mg/dL dan trigliserida di bawah 150 mg/dL).</li>
</ul>
Namun kabar baiknya, makan malam dengan makanan rendah kalori tidak menunjukkan risiko serupa.
<h2>Kenapa Makan Tengah Malam Berisiko?</h2>
Ketika AyBun makan makanan berkalori tinggi larut malam, tubuh sulit untuk memprosesnya secara optimal.&nbsp;
Kadar gula darah yang meningkat berlebihan pada malam hari dapat menyebabkan resistensi insulin, memicu obesitas, dan menjadi faktor risiko untuk diabetes tipe 2.&nbsp;
Kondisi ini pada akhirnya juga dapat berdampak pada peningkatan risiko kanker serta masalah kesehatan lainnya.
Makan makanan berat saat tubuh seharusnya beristirahat mengganggu metabolisme, memperlambat pencernaan, dan memaksa tubuh bekerja ekstra. Akibatnya, berbagai penyakit degeneratif bisa muncul.
<h2>Takaran Makanan yang Dikonsumsi Saat Makan Malam</h2>
Peneliti menemukan bahwa konsumsi makanan berenergi tinggi (&gt;342,91 kkal) di atas jam 11 berkaitan erat dengan meningkatnya risiko penyakit.&nbsp;
Untuk AyBun yang ingin lebih paham, berikut perbandingan dari beberapa makanan yang sering kita konsumsi:
<table style="border-collapse: collapse; width: 61.6988%;" border="1">
<tbody>
<tr>
<td style="width: 75.8355%; text-align: center;">Jenis Makanan</td>
<td style="width: 24.1193%; text-align: center;">Jumlah Kalori</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 75.8355%;">Mie Goreng 1 Bungkus (80 gram)</td>
<td style="width: 24.1193%; text-align: center;">350 kkal</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 75.8355%;">Martabak Manis Per 1 Potong</td>
<td style="width: 24.1193%; text-align: center;">270 kkal</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 75.8355%;">Nasi Padang Per 1 Bungkus (380 gram)</td>
<td style="width: 24.1193%; text-align: center;">664 kkal</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 75.8355%;">Ayam Goreng McD per 100 gram</td>
<td style="width: 24.1193%; text-align: center;">223 kkal</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 75.8355%;">Es Kopi Susu Keluarga (180 ml)</td>
<td style="width: 24.1193%; text-align: center;">240 kkal</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 75.8355%;">Mie Bakso Per 1 Mangkuk</td>
<td style="width: 24.1193%; text-align: center;">388 kkal</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 75.8355%;">Kwetiau Siram Seafood Solaria Per 1 Porsi</td>
<td style="width: 24.1193%; text-align: center;">369 kkal</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 75.8355%;">Simple Set Teriyaki HokBen per 1 Porsi</td>
<td style="width: 24.1193%; text-align: center;">509 kkal</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 75.8355%;">Sate Maranggi 1 Porsi</td>
<td style="width: 24.1193%; text-align: center;">383 kkal</td>
</tr>
</tbody>
</table>
Bisa AyBun bayangkan, kalau mengonsumsi makanan berkalori tinggi di malam hari, apalagi di atas jam 11 malam, risiko gangguan kesehatan pun makin meningkat.&nbsp;
Jadi, pastikan untuk memperhatikan apa yang AyBun makan di malam hari, ya!
<h2>Jam Ideal untuk Makan Malam</h2>
Waktu terbaik untuk makan malam adalah sebelum jam 7 malam untuk memberi tubuh cukup waktu untuk mencerna makanan sebelum tidur.&nbsp;
Mengonsumsi makanan ringan atau rendah kalori di malam hari juga bisa menjadi pilihan yang lebih sehat.
<h2>Kesimpulan</h2>
Intinya, banyak penelitian yang menunjukkan bahwa kebiasaan makan larut malam dapat meningkatkan munculnya risiko penyakit seperti peningkatan berat badan, kanker, diabetes, hingga kematian dini.
Oleh sebab itu, cobalah AyBun membuat jadwal makan yang lebih awal dan terus konsisten. Kesehatan tubuh terjaga dan membantu AyBun juga nyenyak tidur.
Jangan lupakan dirisendiri ya AyBun meskipun lelah mengurus si Kecil. AyBun berhak hidup sehat untuk menemani si Kecil tumbuh dengan optimal.
Memiliki keluhan terkait masalah kesetan si Kecil? Ayah &amp; Bunda ga sendirian kok! AyBun bisa tanya langsung pada DSA di fitur <a href="tentanganak://consult_list?type=consult_list">Tanya Ahli</a> melalui aplikasi Tentang Anak. 
Semua bisa dilakukan GRATIS! Namun perlu diingat untuk bertanya dalam keadaan yang tidak darurat.

Ketahui Jam Terakhir Boleh Makan Malam & Dampak Sering Makan Tengah Malam

insisi tongue tidak direkomendasikan, ketahui syaratnya

Ketahui apakah tindakan insisi tongue tie benar-benar diperlukan untuk si Kecil. Pelajari gejala, cara mengatasi, dan tips menyusui untuk bayi dengan tongue tie.

Ayah dan Bunda, apakah si Kecil mengalami tongue tie? Sebuah panduan terbaru dari American Academy of Pediatrics (AAP) menegaskan bahwa tindakan insisi atau potong jaringan lidah tidak selalu dibutuhkan!
<h2>Kapan Tindakan Insisi Dibutuhkan?</h2>
Tidak semua bayi dengan tongue tie butuh tindakan bedah, AyBun. Bedah hanya dilakukan jika:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Intervensi non-bedah sudah dicoba dan tidak berhasil.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tindakan insisi memberikan dampak yang sangat signifikan bagi si Kecil terutama terkait fungsional.</li>
</ul>
<h2>Pentingnya Identifikasi Dini</h2>
Tongue tie dapat diidentifikasi, salah satunya melalui kegiatan menyusui. Namun, penanganan tongue tie tidak bisa dilakukan dengan bedah secara langsung.
Sebaiknya, AyBun berkonsultasi dulu dengan konselor laktasi dan dokter spesialis sebelum mengambil keputusan.
<h2>Fakta Penting Tentang Tongue Tie</h2>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kurang dari setengah bayi dengan tongue tie mengalami masalah menyusui.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Studi menunjukkan 63% bayi dengan tongue tie tidak membutuhkan bedah untuk dapat menyusui dengan baik.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Otot di bawah lidah bayi bisa meregang dan memanjang dengan terus menyusui.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Keberhasilan menyusui lebih dipengaruhi oleh pergerakan tengah lidah, bukan hanya ujungnya. Jadi, bedah sering tidak diperlukan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tongue tie tidak menghambat perkembangan bicara si Kecil.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak ada bukti bahwa insisi tongue tie dapat memperbaiki kesehatan gigi atau mencegah sleep apnea.</li>
</ul>
<h2>Tren Insisi Tongue Tie Semakin Meningkat</h2>
Saat ini, makin banyak bayi yang didiagnosa tongue tie dan dilakukan tindakan insisi. Namun, AyBun perlu hati-hati terhadap overdiagnosis.
Overdiagnosis adalah ketika sebuah kondisi didiagnosa, padahal sebenarnya tidak menimbulkan gejala atau masalah kesehatan.
Tongue tie yang benar-benar memerlukan tindakan adalah yang:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menyebabkan nyeri pada puting ibu.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Membuat pelekatan saat menyusui buruk.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menyebabkan berat badan bayi tidak naik secara optimal meskipun sudah diberi dukungan laktasi yang baik.</li>
</ul>
Baca juga: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=1263">Tongue Tie, Salah Satu Penyebab Bayi Kesulitan Menyusui</a>
<h2>Mengenal Frenulum Sebagai Jaringan Normal di Bawah Lidah</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/66d98348-540cd073-dc94-4f0d-96ba-8857fd9cbf62.jpg" alt="insisi tongue tie tidak direkomendasikan" width="316" height="181" />
Semua bayi, termasuk yang tidak memiliki tongue tie, memiliki jaringan yang disebut frenulum lingualis, yang menghubungkan dasar mulut dengan lidah.
Pada bayi dengan tongue tie, frenulum ini lebih pendek dan tegang sehingga membatasi gerakan lidah. 
Penelitian menunjukkan sekitar 1,7-10,7% bayi lahir dengan kondisi ini. Namun, tidak semua bayi perlu tindakan insisi.
Jadi, jika si Kecil didiagnosa tongue tie, jangan langsung panik. Diskusikan dulu dengan konselor laktasi dan dokter sebelum memutuskan langkah selanjutnya!
<h2>Kesimpulan</h2>
Ayah dan Bunda, tidak semua kasus tongue tie membutuhkan tindakan bedah. Banyak bayi dengan kondisi ini dapat menyusui dengan baik tanpa harus melalui insisi.&nbsp;
Penting untuk melakukan identifikasi dini dan berkonsultasi dengan konselor laktasi atau dokter sebelum mengambil keputusan.
Jika AyBun masih ragu atau ingin informasi lebih lanjut, jangan segan untuk <a href="tentanganak://consult_list?type=consult_list">Tanya Ahli</a>&nbsp;di aplikasi Tentang Anak.&nbsp;
Dapatkan saran langsung dari pakar kesehatan anak yang siap membantu AyBun kapan saja!

Insisi Tongue Tie Tidak Direkomendasikan, Ketahui Syaratnya Yuk, Bun!

Kenalkan emosi pada anak sejak dini untuk membantu mereka mengelola perasaan dengan baik. Temukan tips stimulasi emosi melalui buku yang mendukung perkembangan emosional anak.

Mengenalkan emosi kepada anak sejak dini merupakan bagian penting dalam perkembangan mereka.&nbsp;
Dengan memahami dan mengenali emosi, anak dapat belajar cara mengelola perasaan mereka dengan lebih baik.&nbsp;
Artikel ini akan membahas tentang pentingnya pengenalan emosi, tahap perkembangan emosi anak, serta cara efektif untuk mengajarkan emosi kepada mereka.
<h2>Apa Itu Emosi?</h2>
Emosi adalah reaksi kompleks dan subjektif yang dialami individu, baik anak-anak maupun orang dewasa.&nbsp;
Reaksi ini biasanya dipicu oleh suatu peristiwa dan disertai dengan sensasi fisiologis, serta diikuti oleh tampilan perilaku tertentu.&nbsp;
Emosi dasar yang biasanya dirasakan oleh anak-anak meliputi marah, senang, takut, dan sedih.&nbsp;
Seiring berkembangnya usia, mereka akan mengenali emosi yang lebih luas seperti khawatir, bangga, malu, dan bosan.
Contoh Emosi pada Anak:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Makanan Jatuh: Anak merasa sedih, tampak dengan wajah cemberut dan menangis.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kakak Berbagi Kue Favorit: Anak merasa senang, terlihat dengan senyum lebar.</li>
</ul>
<h2>Tahap Perkembangan Emosi Anak</h2>
Berikut tahapan perkembangan emosi anak antara lain:
<h3>Tahun Pertama Perkembangan Emosi Anak</h3>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Usia &lt; 1 Bulan: Anak sudah dapat menunjukkan emosi melalui ekspresi wajah, seperti tersenyum atau menangis. Menangis bisa menjadi indikasi lapar atau lelah, sedangkan senyuman bisa menunjukkan kepuasan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Self-Soothing: Anak mulai menunjukkan perilaku seperti menghisap jari untuk mengatasi ketidaknyamanan.</li>
</ul>
<h3>Tahapan Perkembangan Emosi Usia 18 - 24 Bulan</h3>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Anak mulai menggunakan kata-kata untuk menggambarkan emosi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mereka menggunakan strategi seperti distraksi untuk meregulasi emosi.</li>
</ul>
<h3>Tahapan Perkembangan Emosi Usia 3 - 4 Tahun</h3>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Anak mulai mampu menggambarkan sebab dan akibat dari emosi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mereka semakin mahir mengkomunikasikan pengalaman emosional dengan kata-kata, dan tantrum mulai berkurang.</li>
</ul>
<h3>Tahapan Perkembangan Emosi Usia 4 - 6 Tahun</h3>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Anak mulai memahami perasaan orang lain.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mereka semakin mahir mengenali dan mengungkapkan emosi yang lebih kompleks, seperti frustasi dan cemburu.</li>
</ul>
<h2>Tahapan Regulasi Emosi</h2>
Regulasi emosi meliputi beberapa aspek penting:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menyadari Tanda-tanda Emosi: Anak perlu belajar mengenali saat emosi mulai muncul.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengenali Emosi: Memahami jenis emosi yang dirasakan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Memproses Emosi: Mengelola dan memahami emosi yang muncul.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengekspresikan Emosi: Menyampaikan perasaan dengan cara yang sesuai.</li>
</ol>
Penting:&nbsp;
Anak-anak memerlukan bantuan orang tua untuk belajar meregulasi emosi dengan efektif.&nbsp;
Hal ini bisa dilakukan melalui modeling (mencontohkan), berdiskusi, dan berlatih bersama, termasuk menggunakan buku.
Baca juga: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=1976">Dari Mengamuk Tidak Jelas hingga Sering Memukul. Cara Memperbaiki Perilaku Anak dengan Kenalkan Sikap Baik</a>
<h2>Baca Buku dengan Tema Emosi Bersama, Yuk!</h2>
Membaca buku tentang emosi dapat membantu anak memahami perasaan mereka dengan cara yang menyenangkan.&nbsp;
Berikut langkah-langkah untuk melakukannya:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pilih Buku: Ajak anak memilih buku dengan tema senang, sedih, marah, atau takut.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ekspresi Wajah: Sebelum membuka halaman, tunjukkan ekspresi wajah sesuai dengan emosi yang ada di buku.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Diskusi Emosi: Tanyakan kepada anak apakah mereka mengenali ekspresi tersebut.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Membaca Bersama: Bacakan buku dan ajak anak melihat gambar, berikan kesempatan untuk anak berkomentar, dan ceritakan pengalaman pribadi AyBun terkait emosi dengan bahasa yang mudah dimengerti anak.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Contoh: Jika buku menjelaskan emosi marah, gambarkan perasaan seperti jantung berdebar atau muka panas dan bagaimana cara meregulasi emosi tersebut, misalnya dengan menghitung atau mengatur napas.</li>
</ol>
<h2>Pertanyaan untuk Diskusi</h2>
Diskusi tentang emosi dengan anak bisa dimulai dengan pertanyaan berikut:
<h3>Tentang Tokoh Buku</h3>
&ldquo;Kira-kira apa yang sedang dirasakan oleh toko di dalam buku ini?&rdquo;
&ldquo;Menurut kamu, mengapa tokoh merasakan emosi senang / sedih / marah / takut?&rdquo;
&ldquo;Dari mana kamu tahu kalau tokoh sedang senang / marah? Apa saja tanda-tandanya?&rdquo;
&ldquo;Apa yang dilakukannya ketika senang / marah?&rdquo;
<h3>Tentang Diri Anak</h3>
&ldquo;Pernahkah dirimu merasa senang / sedih / marah / takut?&rdquo;
&ldquo;Hal apa yang membuatmu senang / sedih / marah / takut?&rdquo;
&ldquo;Bagaimana kamu tahu kalau kamu sedang merasa senang / sedih / marah / takut?&rdquo; &ldquo;Apa yang kamu lakukan jika senang / sedih / marah / takut?&rdquo; &ldquo;Kalimat apa yang kamu ucapkan saat senang / sedih / marah / takut?&rdquo;
&ldquo;Kepada siapa kamu menceritakan perasaan senang / sedih / marah / takut?&rdquo;
<h3>Tentang Orang Lain</h3>
&ldquo;Pernahkah kamu melihat orang lain merasa senang/sedih/marah/takut? Apa yang kamu pikirkan?&rdquo;
<h2>Penting untuk Diingat&nbsp;</h2>
Tidak semua anak akan tertarik membaca buku hingga selesai, terutama usia 0-2 tahun. Jika anak kehilangan minat, tutup buku dan coba lagi di lain waktu.
<h2>Kesimpulan</h2>
Dengan mengenalkan emosi sejak dini, anak-anak dapat belajar memahami dan mengelola perasaan mereka lebih baik, serta berinteraksi dengan lebih positif di lingkungan mereka.&nbsp;
Ajarkan mereka cara mengenali dan mengungkapkan emosi dengan cara yang menyenangkan dan mendidik.
Ajak anak bereksplorasi dengan mencoba berbagai aktivitas yang ada di <a href="tentanganak://activity?type=activity">ide stimulasi</a>. Aktivitas ini mendukung perkembangan emosional anak dan menciptakan momen berharga bersama mereka.