Orang tua perlu mengawasi penggunaan gadget pada anak karena dapat menyebabkan autisme. Simak penjelasannya di sini!

Autisme

Masalah Kesehatan

Autism spectrum disorder (ASD) merupakan kelainan perkembangan saraf yang disebabkan oleh perbedaan pada otak. Seringkali tidak ada yang terlihat berbeda dari penampilan orang dengan ASD dan orang biasa pada umumnya. Namun, orang dengan ASD biasanya mengalami gangguan berperilaku, berkomunikasi sosial, interaksi, dan berbahasa. Mereka juga bisa menunjukkan cara belajar yang berbeda dengan orang kebanyakan.
Selain itu, kemampuan orang dengan ASD bisa sangat berbeda antara satu dan lainnya. Misalnya, beberapa orang dengan ASD bisa memiliki keterampilan bercakap sangat tinggi, tetapi pada yang lainnya kemampuan nonverbal.
Begitu pula, beberapa orang dengan ASD butuh banyak bantuan dalam kehidupan sehari-hari mereka, sedangkan yang lain dapat bekerja dan hidup dengan sedikit bantuan atau bahkan tanpa bantuan sama sekali.
<h2>Penyebab Autisme</h2>
Pada bayi, gejala ASD dapat terlihat dari absennya aksi menatap mata. Bayi berusia dua bulan umumnya sudah mulai mampu menatap mata AyBun dan berinteraksi melalui senyum atau tawa kecil. Pada bayi dengan ASD, alih-alih menatap, matanya bisanya 'jelalatan' atau tidak fokus.
Perbedaan kondisi genetik diketahui merupakan salah satu penyebab kasus ASD. Namun sebagian lainnya belum diketahui sebabnya. Hingga kini pun, para ilmuwan masih terus menggali penyebabnya dan bagaimana penyebab-penyebab tersebut mempengaruhi para penderita autisme.
Meskipun penyebabnya multifaktorial (genetik dan lingkungan), paparan gagdet ternyata menjadi salah satu faktor risiko gangguan ASD, lho!
Ini tentu saja menjadi tantangan tersendiri. Terlebih di era saat ini, tidak jarang kita melihat AyBun yang memberikan gadget kepada anak yang masih dalam tahap tumbuh kembang, bahkan kepada bayi.
Perlu diketahui, bahwa usia 0 &ndash; 5 tahun merupakan masa emas atau golden period dari perkembangan otak anak. Setelah 5 tahun, otak anak masih berkembang meskipun tidak secepat sebelumnya.
Jika si Kecil sudah dibiasakan mengkonsumsi gadget sejak dini, terlebih di masa emas perkembangan otaknya, dia akan menjadi terlalu fokus, tidak mau diganggu, sehingga di situ lah perkembangannya menjadi terganggu bahkan berhenti. Hal inilah mengapa gadget disebut-sebut dapat memicu autisme pada anak.
<h3>Apa yang Bisa Dilakukan Orang Tua</h3>
Apa yang dapat AyBun lakukan untuk meminimalkan risiko autisme pada si Kecil kesayangan? Sebetulnya, ada beberapa hal yang dapat AyBun lakukan sedari dini demi perkembangan saraf si Kecil.
Pertama, jauhkan gadget dari anak. Hindarkan paparan gadget sejauh mungkin, terlebih pada anak usia di bawah usia 18 bulan. Pada usia emas ini, sebaiknya jangan berikan anak menonton TV. Kalaupun ada aktivitas &lsquo;main game&rsquo; hanya boleh sebatas video chatting.
Kedua, atur jadwal screen time atau menyaksikan layar screen. Ini untuk anak usia di atas 18 bulan. Atur jadwal screen time sesuai dengan pedoman usia dan dibagi menjadi 2-3 sesi per hari. Sebagai contoh, anjuran screen time untuk anak usia 2 tahun hanya maksimal 1 jam. Untuk itu, AyBun dapat membaginya menjadi 15 menit pada pagi hari, 15 menit pada siang hari, dan 15 menit pada sore hari.
Ketiga, rutin bermain fisik. AyBun, bermain merupakan salah satu aktivitas yang mampu meningkatkan perkembangan anak baik secara motorik, sensori, maupun kognitif. Ajak anak untuk bersama-sama bermain atau beraktivitas fisik bersama AyBun. Lakukan hal ini secara rutin.
Keempat, dan terpenting, menjadi contoh. Penting sekali untuk memastikan bahwa AyBun menjadi contoh untuk anak. Jangan sampai, AyBun melarang anak bermain gawai, tetapi malah asyik sendiri dengan gawainya.
❌ Melarang anak tapi AyBun sibuk bermain gawai&nbsp;
✅ Singkirkan distraksi gawai saat bersama anak
Ada beberapa contoh gejala yang menunjukkan adanya keterlambatan atau bahkan hilangnya kemampuan motorik, sensorik, maupun kognitif pada si Kecil. Misalnya, si Kecil tidak menoleh pada usia 6-12 bulan, tidak babbling atau menunjukkan mimik wajah yang wajar atau mampu menunjuk pada usia 12 bulan, tidak ada kata berarti pada usia 16 bulan, tidak ada kalimat 2 kata pada usia 24 bulan, atau hilangnya kemampuan yang anak sudah bisa lakukan.
Jika dalam proses tumbuh kembang si Kecil AyBun menemukan beberapa gejala tersebut di atas, sebaiknya AyBun segera konsultasi ke dokter.

Gadget Dapat Menyebabkan Autisme? Orang Tua Perlu Ketahui Hal Ini

Ternyata sumber zat besi juga bisa berasal dari buah-buahan. Lantas buah apa yang mengandung zat besi? Bisa dicek di sini!

Kesehatan Anak

Zat besi adalah salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh, terutama bagi anak-anak yang sedang dalam masa tumbuh kembang.&nbsp;
Nutrisi ini berperan besar dalam pembentukan hemoglobin yang membawa oksigen ke seluruh tubuh, membantu meningkatkan energi, dan mendukung fungsi otak. Kekurangan zat besi bisa membuat si kecil mudah lelah, kurang fokus, atau bahkan rentan terkena anemia.
Selain daging dan sayuran, buah-buahan juga bisa menjadi sumber zat besi alami yang lezat dan mudah disukai anak. Apa saja buah yang mengandung zat besi dan bagaimana cara menyajikannya agar si kecil semakin lahap? Simak penjelasannya berikut ini!
<h2>Apa Itu Zat Besi?</h2>
<a href="https://tentanganak.com/artikel/daftar-makanan-yang-mengandung-zat-besi-tinggi-baik-untuk-anak/">Zat besi</a> adalah mineral esensial yang dibutuhkan tubuh untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan, khususnya pada anak-anak.&nbsp;
Zat besi berperan dalam pembentukan hemoglobin, yaitu protein dalam sel darah merah yang membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Selain itu, zat besi juga penting untuk kesehatan otot, sumsum tulang, organ tubuh, serta produksi beberapa hormon.
Zat besi dapat ditemukan secara alami dalam berbagai makanan atau ditambahkan ke produk makanan yang difortifikasi.&nbsp;
Sumber utama zat besi meliputi:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Daging tanpa lemak, makanan laut, dan unggas</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sereal dan roti yang difortifikasi zat besi</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kacang putih, lentil, bayam, kacang merah, dan kacang polong</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kacang-kacangan dan buah kering seperti kismis</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Selain dari makanan, zat besi juga tersedia dalam bentuk suplemen, baik dalam kombinasi multivitamin/mineral maupun secara terpisah.</li>
</ul>
<h2>Dampak Kekurangan dan Kelebihan Zat Besi</h2>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1"><a href="https://tentanganak.com/artikel/studi-anak-kekurangan-zat-besi-akan-pengaruhi-hasil-vaksinasi/">Kekurangan zat besi </a>dapat menyebabkan anemia defisiensi besi, dengan gejala seperti kelelahan, sesak napas, dan kesulitan berkonsentrasi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kelebihan zat besi, terutama akibat konsumsi suplemen berlebihan, dapat menyebabkan konstipasi, mual, atau bahkan kerusakan organ serius. Kondisi penumpukan zat besi yang berlebihan dalam tubuh disebut hemokromatosis.</li>
</ul>
Memastikan si kecil mendapatkan zat besi yang cukup, terutama dari sumber alami seperti buah-buahan, sangat penting untuk mendukung tumbuh kembangnya.&nbsp;
<h2>Buah yang Mengandung Zat Besi</h2>
Jika Aybun sedang mencari cara alami untuk memenuhi kebutuhan zat besi si kecil, buah-buahan dapat menjadi pilihan sehat dan lezat! Berikut beberapa buah kaya zat besi yang cocok untuk dikonsumsi anak-anak maupun dewasa:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Buah Ara (Figs) Selain rasanya manis, buah ara mengandung zat besi yang dapat membantu mencegah anemia. Kandungan seratnya juga baik untuk pencernaan si kecil.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kurma (Dates) Kaya akan zat besi dan energi, kurma menjadi camilan sehat yang praktis untuk anak-anak.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kismis (Raisins) Kismis adalah sumber zat besi yang mudah disajikan, baik sebagai topping untuk oatmeal, yogurt, atau dikonsumsi langsung.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Prune dan Jus Prune Selain kaya zat besi, prune juga membantu melancarkan pencernaan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Aprikot Kering Camilan sehat ini mengandung zat besi yang tinggi serta vitamin A yang baik untuk kesehatan mata.</li>
</ol>
<h2>Tips Mengoptimalkan Penyerapan Zat Besi dari Buah</h2>
Buah-buahan umumnya mengandung besi non-heme, yaitu jenis zat besi yang penyerapannya bisa ditingkatkan dengan vitamin C. Oleh karena itu, coba padukan buah kaya zat besi dengan:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Jeruk</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kiwi</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Stroberi</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Brokoli</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tomat</li>
</ul>
Misalnya, siapkan salad dengan irisan aprikot kering dan stroberi, atau sajikan jus prune dengan tambahan perasan jeruk.
Baca Juga: <a href="https://tentanganak.com/artikel/makanan-yang-mengandung-zat-besi/">6 Makanan yang Mengandung Zat Besi, Pengganti Daging Merah</a>
<h2>Kesimpulan</h2>
Zat besi adalah nutrisi penting untuk mendukung tumbuh kembang si kecil. Selain membantu pembentukan hemoglobin, zat besi juga mendukung energi dan fungsi otak anak.
Buah-buahan seperti kurma, kismis, prune, dan aprikot kering adalah sumber zat besi alami yang praktis dan lezat. Agar penyerapan zat besi lebih optimal, padukan dengan makanan kaya vitamin C seperti jeruk atau stroberi.
Pastikan si kecil mendapatkan cukup zat besi agar tetap sehat, aktif, dan penuh energi!
Nah, ingin tahu cara mengolah buah kaya zat besi menjadi camilan sehat dan lezat untuk si kecil? Temukan <a href="tentanganak://food_list?type=food_list">ide resepnya</a> di sini dan jadikan momen makan lebih menyenangkan!

Buah yang Mengandung Zat Besi, Jangan Lupa Berikan ke Si Kecil!

perkembangan motorik halus usia 0 - 36 bulan

Pelajari perkembangan motorik halus anak dari usia 0 hingga 3 tahun. Temukan tahap-tahap penting seperti menggenggam, memindahkan, hingga menggambar yang dapat membantu mendukung tumbuh kembang si kecil secara optimal

Halo, AyBun! Perkembangan motorik halus si Kecil adalah langkah penting dalam tumbuh kembangnya.&nbsp;
Kemampuan ini mencakup segala hal yang berkaitan dengan pengendalian otot-otot kecil di tangan dan jari, yang sangat diperlukan untuk aktivitas sehari-hari seperti menggenggam, meraih, dan menggambar.&nbsp;
Mari kita bahas pencapaian motorik halus berdasarkan usia, dari bayi baru lahir hingga anak usia 3 tahun, agar AyBun bisa lebih memahami dan mendukung setiap tahap perkembangan si kecil.
<h3>Usia 0-3 Bulan</h3>
Di usia ini, si Kecil mulai menunjukkan kemampuan menarik perhatian:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menggerakkan kepala: Bayi mulai bisa menggerakkan kepala dari tengah ke kiri dan kanan, mengikuti benda atau mainan yang ada di depan, sekitar 15-25 cm.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kedua tangan bayi mulai bisa bertemu di dada.&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Memperhatikan gerakan: Ia mulai memperhatikan gerakan kedua tangannya dan tertarik untuk mengeksplorasi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menggenggam benda: Bayi sudah bisa menggenggam benda atau mainan, menahannya dengan baik di tangan.</li>
</ul>
<h3>Usia 3-6 Bulan</h3>
Saat si Kecil memasuki fase ini, kemampuannya semakin meningkat:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Meraih mainan: Bayi dapat meraih mainan dengan kedua tangan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Memegang kuat: Ia bisa memegang mainan dengan kuat dan melepaskannya saat ditawarkan mainan baru.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menghasilkan bunyi: Bayi senang menggerakkan mainan untuk menghasilkan bunyi yang mengasyikkan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Memindahkan benda: Memindahkan mainan dari satu tangan ke tangan lainnya jadi aktivitas seru.</li>
</ul>
<h3>Usia 6-9 Bulan</h3>
Di fase ini, si Kecil semakin lihai:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengambil benda: Bayi bisa meraih dan memegang benda dengan tepat.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Memasukkan makanan: Ia belajar mengambil makanan dan memasukkannya ke mulut. Pastikan makanan yang diberikan aman ya!</li>
</ul>
Baca juga: &nbsp;<a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=1991">Kesulitan Ajar Anak Baca &amp; Berhitung? Mulai dengan Latih Rentang Fokusnya melalui Stimulasi Motorik Halus</a>
<h3>Usia 9-12 Bulan</h3>
Di usia ini, eksplorasi semakin seru:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Memungut benda kecil: Kini bayi bisa memungut benda kecil dengan cara pinch, lho.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Melempar mainan: Ia mulai menjatuhkan dan melempar mainan dengan senang hati.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mencari benda: Ketika mainannya hilang, ia berusaha mencarinya dan mengambilnya kembali.</li>
</ul>
<h3>Usia 12-18 Bulan</h3>
Fase eksplorasi dan kreatifitas:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Membenturkan kubus: Anak bisa membenturkan dua kubus dan menumpuknya. Mengeksplorasi benda: Ia senang mengeksplorasi benda dengan cara menggoyang, membentur, atau melempar.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mencorat-coret: Berikan alat gambar, dan si kecil sudah bisa mulai mencorat-coret. Selain itu, ia juga belajar menggunakan sendok.</li>
</ul>
<h3>Usia 18-24 Bulan</h3>
Saat si kecil mulai lebih mandiri:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Corat-coret sendiri: Anak mulai bisa mencorat-coret tanpa bantuan. Berilah mereka kebebasan untuk berkreasi!</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menumpuk kubus: Ia sudah bisa menumpuk 2-4 kubus dan memegang gelas sendiri untuk minum tanpa tumpah.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Membalik halaman buku: Kemampuan membalik halaman buku juga mulai muncul, membantu mereka untuk memahami cerita.</li>
</ul>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/66f13d7a-10223df9-0589-4b19-b614-ed1a98d083b1.png" alt="perkembangan motorik halus usia 0-36 bulan" width="338" height="600" />
Sumber: instagram.com/tentanganakofficial
<h3>Usia 24-36 Bulan</h3>
Di usia ini, kemampuan motorik halus semakin berkembang:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menumpuk lebih banyak: Anak dapat menumpuk 4 atau lebih kubus dan membuat garis lurus.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengelompokkan benda: Ia mulai bisa mengelompokkan benda berdasarkan bentuk. Hal ini juga menunjukkan perkembangan pemahaman tentang berbagai bentuk geometris kian berkembang!</li>
</ul>
<h3>Usia di Atas 36 Bulan</h3>
Dan di usia ini, si Kecil siap untuk tantangan baru:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menumpuk 8 kubus: Ia sudah bisa menumpuk hingga 8 kubus, menunjukkan keterampilan yang semakin baik.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menyusun puzzle: Anak bisa menyusun puzzle yang terdiri dari 3 - 4 bagian. AyBun jangan lupa untuk mengajak mereka bermain bersama!</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menggambar: Si kecil bisa menggambar lingkaran, baik dengan contoh ataupun tanpa contoh. Biarkan kreativitas mereka mengalir!</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menggunakan gunting: Kemampuan menggunakan gunting untuk memotong kertas atau benda lainnya mulai muncul, jadi pastikan selalu ada pengawasan.</li>
</ul>
<h2>Penutup</h2>
Dengan memahami setiap tahap perkembangan motorik halus si kecil, AyBun bisa memberikan dukungan yang tepat untuk membantu mereka tumbuh dan berkembang.&nbsp;
Ingat, setiap anak itu unik dan tumbuh dengan kecepatan masing-masing, jadi nikmati setiap pencapaian mereka!&nbsp;
AyBun dapat terus menstimulasinya dengan berbagai <a href="tentanganak://activity?type=activity">ide stimulasi</a> yang ada di Aplikasi Tentang Anak. Terus dampingi perjalanan &amp; tumbuh kembang si kecil!

Milestone Motorik Halus Anak: Dari Bayi hingga Usia 3 Tahun

Jenis kelamin anak ternyata dapat ditentukan sejak pembuahan, Beginilah caranya.

Fertilitas

Kehamilan

Kehadiran anak dalam pernikahan bukan hanya menjadi penyemarak dan penghibur dalam keseharian. Kehadirannya pun bisa menjadi kawan bepergian hingga sahabat berbagi cerita bagi AyBun kelak di masa dia beranjak dewasa.
Bagi sebagian orang tua, tak masalah apakah anak yang lahir berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Namun bagi sebagian yang lain, ada yang mengharapkan jenis kelamin tertentu bagi si buah hati yang ditunggu-tunggu.
<h2>Sperma Sebagai Penentu Jenis Kelamin Anak</h2>
Tahukah AyBun bahwa penentu jenis kelamin anak yaitu sperma? Jenis kelamin perempuan dihasilkan oleh sperma X. Jenis kelamin laki-laki berasal dari sperma Y.
Memang, perbedaan antara sperma X dan Y telah menjadi perhatian besar bagi para peneliti, dokter, hingga peternak sejak zaman dulu. Berbagai metode telah digunakan untuk membedakan antara sperma X dan Y, meskipun validitasnya masih menjadi pertanyaan hingga saat.
Satu-satunya perbedaan de novo yang konsisten, yang teridentifikasi antara sperma X dan Y sampai dengan saat ini adalah kandungan DNA masing-masing spermatozoa. Kandungan ini mungkin bertanggungjawab atas perbedaan ekspresi beberapa gen dan protein, juga terjadinya penyakit tertentu yang berkaitan dengan karakter jenis kelamin tertentu.
Jenis kelamin anak sebetulnya sudah ditentukan sejak pembuahan sel telur oleh sperma. Sifatnya tetap alias tidak akan berubah setelah janin berkembang.
<h2>Tips Agar Hamil Anak Perempuan</h2>
Nah, bagi AyBun yang menginginkan kehadiran anak perempuan di tengah keluarga, ternyata ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan peluang kehamilan anak perempuan. Seperti apa saja tips-nya?
&nbsp;
Secara medis dan penelitian, metode yang terbukti keberhasilannya untuk menentukan jenis kelamin tertentu adalah program inseminasi atau bayi tabung. Sesuai namanya, program bayi tabung yakni program untuk melakukan pembuahan atau fertilisasi sel telur secara in vitro atau di dalam laboratorium, yakni mempertemukan sel sperma dengan sel telur.
Ada dua metode bayi tabung yang dapat dilakukan. Pertama, program inseminasi dengan menyeleksi sperma atau sperm selection sehingga didapatkan kualitas sperma terbaik untuk kelak menjadi bakal calon si buah hati. Keberhasilan metode pertama ini berkisar antara 60%-80%, tergantung dari rasio sperma X dan Y.
Kedua, bayi tabung dengan prenatal genetic diagnosis. Diagnosis prenatal genetik merupakan teknik diagnostik yang dilakukan untuk menentukan kondisi janin yang belum lahir, apakah dia memiliki kelainan genetik, bawaan penyakit, maupun kelainan lainnya.
Sebagai informasi bagi AyBun, Komite Etika American College of Obstetricians and Gynecologist menyajikan berbagai pertimbangan dan argumen etis yang relevan dengan teknik preferensi dan pasca-fertilisasi untuk pemilihan jenis kelamin.
Menurut komite, alasan medis utama untuk pemilihan jenis kelamin calon janin adalah risiko kelainan genetik. Kendati kerap muncul alasan lainnya yang bersifat pribadi, sosial, atau budaya.
Komite etika mendukung praktik menawarkan prosedur kepada pasien untuk tujuan mencegah penyakit genetik serius tertentu yang terkait dengan jenis kelamin. Namun, komite menolak permintaan pemilihan jenis kelamin karena alasan pribadi dan keluarga, termasuk alasan keseimbangan keluarga, karena dikhawatirkan justru malah akan mendukung praktik yang bersifat gender.
Selain teknologi bayi tabung, sebetulnya ada beberapa tips yang secara tradisional dilakukan, tetapi efektivitasnya tidak terbukti secara ilmiah.
Pertama, melakukan hubungan badan pada saat awal masa subur, yang dapat dihitung jika haid ibu berlangsung lancar dan teratur. Untuk diketahui, puncak ovulasi yaitu pada hari pertama mens yang akan datang dikurangi 14 hari dengan masa subur terhitung sejak 5 hari sebelum ovulasi hingga 3 hari setelahnya.
Sebagai contoh, jika masa haid yang akan datang jatuh pada tanggal 28, maka ovulasi diperkirakan jatuh pada tanggal 14. Ini artinya, masa subur berlangsung pada tanggal 10 - 17. Adapun awal masa subur berlangsung pada tanggal 6 &ndash; 9.
Kedua, meningkatkan konsumsi sayur dan buah sebelum melakukan program hamil. Penting bagi AyBun untuk mengkonsumsi porsi besar sayur-sayuran hijau yang beragam misalnya bayam, brokoli, sawi, kubis, dan edamame. Jangan lupakan juga buah-buahan segar yang beragam, seperti jeruk, pisang, apel, mangga, dan alpukat. Perlu diingat, batasi konsumsi jus kemasan dan buah kering ya AyBun.
Perlu AyBun ketahui dua poin terakhir termasuk tips yang secara tradisional banyak dilakukan pasangan orang tua. Efektivitasnya memang tidak atau belum terbukti secara ilmiah, namun metode tersebut tergolong aman dan boleh dicoba.
Hal yang paling penting, AyBun tetap fokus pada kualitas anak ya. Bukan hanya pada jenis kelaminnya dan atau kuantitasnya. Sehat selalu, AyBun!
Foto: www.pexels.com
Sumber:
https://www.researchgate.net/publication/290040220_ACOG_Committee_Opinion_No_360_Sex_selection&nbsp;
https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fcell.2019.00388/full

Cara Meningkatkan Peluang Agar Hamil Anak Perempuan

Stimulasi untuk anak merupakan salah satu kebutuhan untuk perkembangannya, tak terkecuali bagi anak yang mengalami stunting. Pertama-tama kita kenali dulu perihal stunting, yuk! Stunting adalah kondisi terhambatnya pertumbuhan anak yang terjadi sebagai akibat dari kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang yang ditandai dengan kondisi tinggi badan anak yang berada di

Pertumbuhan

Stimulasi untuk anak merupakan salah satu kebutuhan untuk perkembangannya, tak terkecuali bagi anak yang mengalami stunting. Pertama-tama kita kenali dulu perihal stunting, yuk!
Stunting adalah kondisi terhambatnya pertumbuhan anak yang terjadi sebagai akibat dari kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang yang ditandai dengan kondisi tinggi badan anak yang berada di bawah standar pada usia tertentu. Stunting menyebabkan hambatan dalam mencapai potensi fisik dan kognitif anak. 
WHO mendefinisikan stunting sebagai tinggi badan anak di bawah -2 standar deviasi (SD) dari tinggi badan rata-rata yang seharusnya pada usia tersebut berdasarkan kurva pertumbuhan WHO, AyBun juga bisa cek <a href="https://tentanganak.onelink.me/Shof/fiturtumbuh">disini</a> atau fitur <a href="https://tentanganak.onelink.me/Shof/fiturtumbuh">TUMBUH </a>pada aplikasi Tentang Anak.
Stunting tidak hanya terjadi karena persoalan gizi, tapi juga karena masalah ekonomi dan budaya. Sebagai contoh karena masalah ekonomi ibu tidak dapat mengasup makanan bergizi pada saat mengandung, sedangkan persoalan budaya juga bisa menjadi penyebab stunting karena kebiasaan turun temurun masyarakat yang mementingkan kondisi perut kenyang namun mengabaikan keseimbangan dan kecukupan gizi.
Namun, tahukah Ayah Bunda memberikan asupan tambahan si Kecil yang alami stunting saja tidak cukup, lho! Perlu adanya intervensi stimulasi untuk meningkatkan perkembangan kognitif yang acapkali menjadi perhatian Ayah Bunda pada si Kecil.
Sebuah penelitian menyebutkan bahwa anak yang stunting dapat diintervensi dengan stimulasi rutin dan pemberian makan anak serta perawatan kesehatan anak untuk memaksimalkan kompetensi kognitif atau kecerdasannya pada periode kehidupan selanjutnya.
Berdasarkan hasil studi dapat dikatakan bahwa stunting pada anak biasanya dikaitkan dengan adanya selisih kognitif dan pendidikan pada masa remaja akhir, ini yang dapat dikurangi dengan intervensi stimulasi pada usia dini.
Stimulasi yang dilakukan rutin setiap minggunya antara ibu dan anak. Berdasarkan penelitian tidak ada hasil bermakna pada fungsi kognitif atau IQ anak usia 7 tahun, kemampuan tersebut justru akan meningkat saat berusia 11 tahun dan signifikan 17, 22, dan 31 tahun.&nbsp;
Pada telaah sistematik menunujukkan pentingnya intervensi stimulasi terhadap fungsi kognitif yang berkelanjutan pada anak stunting serta dampak jangka panjang.
Pemberian intervensi stimulasi tidak hanya dilakukan di rumah, tetapi juga dapat dilakukan saat anak masih dalam perawatan di rumah sakit. Pemberian intervensi harus dilakukan secara konsisten dan berulang kali. Ini demi mendapatkan hasil yang optimal
Penelitian intervensi yang dilakukan oleh Grantham-McGregor pada populasi malnutrisi terdiri dari satu jam per hari selama subjek berada di rumah sakit.23 Intervensi tersebut dilakukan selama enam hari dalam satu minggu dan dilanjutkan dengan kunjungan rumah oleh perawat setelah pasien dipulangkan. Kunjungan rumah dilakukan setiap minggu dengan durasi satu jam.
Kemudian pengaplikasian intervensi ini sebaiknya mulai dilakukan pada anak usia 9 bulan, lalu apa contoh stimulasi yang dapat dilakukan? Yuk, cek di bawah ini!
<h2>Ide Stimulasi untuk Intervensi Stunting</h2>
Berikut adalah contoh ide stimulasi untuk anak yang alami stunting di usia 9 bulan ke atas:
<h3>1. Gunakan kata kerja</h3>
- &nbsp; Bantu bayi melakukan suatu aktivitas sembari Anda mengatakannya
- &nbsp; Ucapkan &ldquo;tepuk tangan&rdquo; saat Anda bertepuk tangan dan menyanyikan lagu
- &nbsp; Ucapkan &ldquo;terima kasih&rdquo; saat memberikan benda ke bayi atau saat mendapatkan benda dari bayi
<h3>2. Mainan atau benda dan kain</h3>
- &nbsp; Beri bayi mainan
- &nbsp; Letakkan kain di depan bayi
- &nbsp; Ambil mainan dari bayi secara perlahan dan letakkan pada ujung kain
- &nbsp; Arahkan ujung kain sisi lainnya mendekati bayi
- &nbsp; Bayi akan mencoba untuk menarik ujung kain tersebut dan mendapatkan mainanya
- &nbsp; Puji bayi saat berhasil melakukannya
<h3>3. Botol plastik bening dan benda kecil (yang tidak dapat ditelan bayi)</h3>
- &nbsp; Beri botol pada bayi
- &nbsp; Tunjukkan pada bayi cara mema- sukkan benda ke dalam botol
- &nbsp; Bantu bayi memasukkan benda sembari mengatakan &ldquo;masuk&rdquo;
- &nbsp; Bantu bayi mengeluarkan benda sembari mengatakan &ldquo;keluar&rdquo;
- &nbsp; Puji bayi saat berhasil melakukannya
Nah, gimana Ayah Bunda udah terbukti secara ilmiah dan disertai contoh stimulasi si Kecil, untuk tahu ide bermain dan stimulai lainnya sebagai intervensi dapat akses di aplikasi Tentang Anak pada menu stimulasi! 
Caranya gampang banget! AyBun bisa cari ide stimulasi bertanda / terdapat ikon 📈 pada menu&nbsp;<a href="https://share.tentanganak.com/Shof/stimulasimainpage"> STIMULASI </a>&nbsp;untuk lebih lengkapnya atau langsung <a href="https://share.tentanganak.com/Shof/stimulasimainpage">klik ini</a>
&nbsp;
Sumber: Buku Panduan Praktik Klinis Stunting IDAI 2023

Stimulasi yang Terbukti Dukung Kecerdasan Anak Stunting

dosis maksimum suplementasi harian berdasarkan bpom

Temukan batas maksimum dosis suplemen harian yang aman berdasarkan BPOM untuk berbagai vitamin dan mineral. Pelajari dosis optimal untuk menjaga kesehatan dan mencegah risiko overdosis. Bacalah panduan lengkapnya di sini!

Apakah AyBun rutin mengonsumsi suplemen setiap hari? Penting untuk mengetahui bahwa meski suplemen bermanfaat, konsumsi berlebihan dapat membahayakan kesehatan.&nbsp;
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menetapkan batas maksimum harian untuk berbagai vitamin dan mineral, memastikan kita mendapatkan manfaat optimal tanpa risiko.&nbsp;
Yuk, kita pelajari lebih lanjut dosis maksimum harian yang aman agar AyBun bisa tetap sehat dan bugar!
Berdasarkan rekomendasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), berikut adalah batas maksimum untuk beberapa vitamin dan mineral yang sering dikonsumsi:
<table style="border-collapse: collapse; width: 60.5315%; height: 895.832px;" border="1">
<tbody>
<tr style="height: 44.7917px;">
<td style="width: 9.94032%; text-align: center; height: 44.7917px;">No</td>
<td style="width: 51.3277%; text-align: center; height: 44.7917px;">Jenis Suplemen</td>
<td style="width: 38.6874%; text-align: center; height: 44.7917px;">Batas Maksimum</td>
</tr>
<tr style="height: 44.7917px;">
<td style="width: 9.94032%; height: 44.7917px;">1</td>
<td style="width: 51.3277%; height: 44.7917px;">Vitamin A</td>
<td style="width: 38.6874%; height: 44.7917px;">5000 IU (1500 mcg)</td>
</tr>
<tr style="height: 44.7917px;">
<td style="width: 9.94032%; height: 44.7917px;">2</td>
<td style="width: 51.3277%; height: 44.7917px;">Beta Karoten</td>
<td style="width: 38.6874%; height: 44.7917px;">25.000 IU (15 mg)</td>
</tr>
<tr style="height: 22.3958px;">
<td style="width: 9.94032%; height: 22.3958px;">3</td>
<td style="width: 51.3277%; height: 22.3958px;">Vitamin B1</td>
<td style="width: 38.6874%; height: 22.3958px;">100 mg</td>
</tr>
<tr style="height: 22.3958px;">
<td style="width: 9.94032%; height: 22.3958px;">4</td>
<td style="width: 51.3277%; height: 22.3958px;">Vitamin B2</td>
<td style="width: 38.6874%; height: 22.3958px;">40 mg</td>
</tr>
<tr style="height: 44.7917px;">
<td style="width: 9.94032%; height: 44.7917px;">5</td>
<td style="width: 51.3277%; height: 44.7917px;">Asam Nikotinat</td>
<td style="width: 38.6874%; height: 44.7917px;">15 mg</td>
</tr>
<tr style="height: 22.3958px;">
<td style="width: 9.94032%; height: 22.3958px;">6</td>
<td style="width: 51.3277%; height: 22.3958px;">Nikotinamid</td>
<td style="width: 38.6874%; height: 22.3958px;">450 mg</td>
</tr>
<tr style="height: 44.7917px;">
<td style="width: 9.94032%; height: 44.7917px;">7</td>
<td style="width: 51.3277%; height: 44.7917px;">Asam Pantotenat</td>
<td style="width: 38.6874%; height: 44.7917px;">200 mg</td>
</tr>
<tr style="height: 22.3958px;">
<td style="width: 9.94032%; height: 22.3958px;">8</td>
<td style="width: 51.3277%; height: 22.3958px;">Vitamin B6</td>
<td style="width: 38.6874%; height: 22.3958px;">100 mg</td>
</tr>
<tr style="height: 22.3958px;">
<td style="width: 9.94032%; height: 22.3958px;">9</td>
<td style="width: 51.3277%; height: 22.3958px;">Vitamin B12</td>
<td style="width: 38.6874%; height: 22.3958px;">0,6 mg</td>
</tr>
<tr style="height: 22.3958px;">
<td style="width: 9.94032%; height: 22.3958px;">10</td>
<td style="width: 51.3277%; height: 22.3958px;">Biotin</td>
<td style="width: 38.6874%; height: 22.3958px;">0,9 mg</td>
</tr>
<tr style="height: 22.3958px;">
<td style="width: 9.94032%; height: 22.3958px;">11</td>
<td style="width: 51.3277%; height: 22.3958px;">Asam Folat</td>
<td style="width: 38.6874%; height: 22.3958px;">0,9 mg</td>
</tr>
<tr style="height: 22.3958px;">
<td style="width: 9.94032%; height: 22.3958px;">12</td>
<td style="width: 51.3277%; height: 22.3958px;">Vitamin D</td>
<td style="width: 38.6874%; height: 22.3958px;">1000 IU</td>
</tr>
<tr style="height: 22.3958px;">
<td style="width: 9.94032%; height: 22.3958px;">13</td>
<td style="width: 51.3277%; height: 22.3958px;">Vitamin E</td>
<td style="width: 38.6874%; height: 22.3958px;">400 IU</td>
</tr>
<tr style="height: 22.3958px;">
<td style="width: 9.94032%; height: 22.3958px;">14</td>
<td style="width: 51.3277%; height: 22.3958px;">Vitamin C</td>
<td style="width: 38.6874%; height: 22.3958px;">1000 mg</td>
</tr>
<tr style="height: 22.3958px;">
<td style="width: 9.94032%; height: 22.3958px;">15</td>
<td style="width: 51.3277%; height: 22.3958px;">Vitamin K</td>
<td style="width: 38.6874%; height: 22.3958px;">0,12 mg</td>
</tr>
<tr style="height: 22.3958px;">
<td style="width: 9.94032%; height: 22.3958px;">16</td>
<td style="width: 51.3277%; height: 22.3958px;">Besi</td>
<td style="width: 38.6874%; height: 22.3958px;">30 mg</td>
</tr>
<tr style="height: 22.3958px;">
<td style="width: 9.94032%; height: 22.3958px;">17</td>
<td style="width: 51.3277%; height: 22.3958px;">Boron</td>
<td style="width: 38.6874%; height: 22.3958px;">3 mg</td>
</tr>
<tr style="height: 22.3958px;">
<td style="width: 9.94032%; height: 22.3958px;">18</td>
<td style="width: 51.3277%; height: 22.3958px;">Fosfor</td>
<td style="width: 38.6874%; height: 22.3958px;">800 mg</td>
</tr>
<tr style="height: 22.3958px;">
<td style="width: 9.94032%; height: 22.3958px;">19</td>
<td style="width: 51.3277%; height: 22.3958px;">Kalium</td>
<td style="width: 38.6874%; height: 22.3958px;">200 mg</td>
</tr>
<tr style="height: 22.3958px;">
<td style="width: 9.94032%; height: 22.3958px;">20</td>
<td style="width: 51.3277%; height: 22.3958px;">Kalsium</td>
<td style="width: 38.6874%; height: 22.3958px;">1200 mg</td>
</tr>
<tr style="height: 22.3958px;">
<td style="width: 9.94032%; height: 22.3958px;">21</td>
<td style="width: 51.3277%; height: 22.3958px;">Kromium</td>
<td style="width: 38.6874%; height: 22.3958px;">0,2 mg</td>
</tr>
<tr style="height: 22.3958px;">
<td style="width: 9.94032%; height: 22.3958px;">22</td>
<td style="width: 51.3277%; height: 22.3958px;">Magnesium</td>
<td style="width: 38.6874%; height: 22.3958px;">350 mg</td>
</tr>
<tr style="height: 22.3958px;">
<td style="width: 9.94032%; height: 22.3958px;">23</td>
<td style="width: 51.3277%; height: 22.3958px;">Mangan</td>
<td style="width: 38.6874%; height: 22.3958px;">3,5 mg</td>
</tr>
<tr style="height: 22.3958px;">
<td style="width: 9.94032%; height: 22.3958px;">24</td>
<td style="width: 51.3277%; height: 22.3958px;">Molibdenum</td>
<td style="width: 38.6874%; height: 22.3958px;">75 mcg</td>
</tr>
<tr style="height: 22.3958px;">
<td style="width: 9.94032%; height: 22.3958px;">25</td>
<td style="width: 51.3277%; height: 22.3958px;">Selenium</td>
<td style="width: 38.6874%; height: 22.3958px;">0,2 mg</td>
</tr>
<tr style="height: 22.3958px;">
<td style="width: 9.94032%; height: 22.3958px;">26</td>
<td style="width: 51.3277%; height: 22.3958px;">Tembaga</td>
<td style="width: 38.6874%; height: 22.3958px;">2 mg</td>
</tr>
<tr style="height: 22.3958px;">
<td style="width: 9.94032%; height: 22.3958px;">27</td>
<td style="width: 51.3277%; height: 22.3958px;">Vanadium</td>
<td style="width: 38.6874%; height: 22.3958px;">20 mcg</td>
</tr>
<tr style="height: 22.3958px;">
<td style="width: 9.94032%; height: 22.3958px;">28</td>
<td style="width: 51.3277%; height: 22.3958px;">Iodine</td>
<td style="width: 38.6874%; height: 22.3958px;">0,15 mg</td>
</tr>
<tr style="height: 22.3958px;">
<td style="width: 9.94032%; height: 22.3958px;">29</td>
<td style="width: 51.3277%; height: 22.3958px;">Zink</td>
<td style="width: 38.6874%; height: 22.3958px;">30 mg</td>
</tr>
</tbody>
</table>
Catatan: Dosis optimal suplemen dapat berbeda tergantung pada kebutuhan tubuh masing-masing individu. Konsultasikan dengan tenaga kesehatan sebelum mengonsumsi suplemen apa pun.
<h3>Keterangan &amp; Catatan Khusus:</h3>
<h4>1. Vitamin D</h4>
<ul>
<li>Dalam bentuk vitamin D3. </li>
<li>Batas maksimal dalam kombinasi suplemen tidak melebihi 800 IU/hari. </li>
<li>Jika lebih dari 800 IU hingga 1.000 IU/hari, hanya diizinkan dalam bentuk suplemen tunggal.</li>
</ul>
<h4>2. Vitamin K</h4>
<ul>
<li>Hanya vitamin K1 dan K2 yang diperbolehkan</li>
<li>Untuk digunakan dalam bentuk multivitamin/mineral untuk dewasa dan bukan sebagai komposisi tunggal</li>
<li>Konsultasikan dengan tenaga kesehatan jika sedang dalam terapi antikoagulan atau warfarin.</li>
</ul>
<h4>3. Selenium</h4>
Konsumsi dalam bentuk elemental.
<h4>4. Zink</h4>
Digunakan dalam bentuk kombinasi, bukan sebagai komposisi tunggal.
Baca juga: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=1994">Kesalahan Saat Mengkonsumsi Vitamin D</a>
<h2>Dosis Suplemen untuk Ibu Hamil Berdasarkan Rekomendasi ACOG</h2>
Bagi AyBun yang sedang hamil, menjaga asupan nutrisi yang tepat sangat penting untuk kesehatan ibu dan perkembangan janin.&nbsp;
Rekomendasi dari American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) memberikan panduan jelas tentang dosis suplemen yang optimal untuk ibu hamil.&nbsp;
Mengetahui dosis yang tepat dapat membantu memastikan asupan vitamin dan mineral yang cukup tanpa risiko overdosis.&nbsp;
Mari simak panduan ACOG untuk dosis suplemen yang direkomendasikan selama masa kehamilan agar AyBun dapat menjaga kesehatan dengan lebih baik.
<table style="border-collapse: collapse; width: 67.5352%;" border="1">
<tbody>
<tr>
<td style="width: 8.66007%; text-align: center;">No</td>
<td style="width: 35.3572%; text-align: center;">Jenis Suplemen</td>
<td style="width: 55.9447%; text-align: center;">Rekomendasi Dosis Harian</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 8.66007%;">1</td>
<td style="width: 35.3572%;">Vitamin D</td>
<td style="width: 55.9447%;">600 IU (15 mcg)</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 8.66007%;">2</td>
<td style="width: 35.3572%;">Vitamin A</td>
<td style="width: 55.9447%;">
<ul>
<li>Usia 14 - 18: 750 mcg</li>
<li>Usia 19 - 50: 770 mcg</li>
</ul>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 8.66007%;">3</td>
<td style="width: 35.3572%;">Vitamin C</td>
<td style="width: 55.9447%;">
<ul>
<li>Usia 14 - 18: 80 mg</li>
<li>Usia 19 - 50: 85 mg</li>
</ul>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 8.66007%;">4</td>
<td style="width: 35.3572%;">Vitamin B6</td>
<td style="width: 55.9447%;">1,9 mg</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 8.66007%;">5</td>
<td style="width: 35.3572%;">Vitamin B12</td>
<td style="width: 55.9447%;">2,6 mcg</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 8.66007%;">6</td>
<td style="width: 35.3572%;">Asam Folat</td>
<td style="width: 55.9447%;">600 mcg</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 8.66007%;">7</td>
<td style="width: 35.3572%;">Kalsium</td>
<td style="width: 55.9447%;">
<ul>
<li>Usia 14 - 18: 1300 mg</li>
<li>Usia 19 - 50: 1000 mg</li>
</ul>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 8.66007%;">8</td>
<td style="width: 35.3572%;">Besi</td>
<td style="width: 55.9447%;">27 mg</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 8.66007%;">9</td>
<td style="width: 35.3572%;">Iodin</td>
<td style="width: 55.9447%;">220 mcg</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 8.66007%;">10</td>
<td style="width: 35.3572%;">Kolin</td>
<td style="width: 55.9447%;">450 mg</td>
</tr>
</tbody>
</table>
<h2>Apakah Seluruh Vitamin merupakan Suplemen Kesehatan?</h2>
Tidak seluruhnya ya, AyBun! Vitamin sebagai suplemen kesehatan bertujuan untuk melengkapi kebutuhan gizi, memelihara, meningkatkan dan/atau memperbaiki fungsi kesehatan, bukan untuk mengobati suatu penyakit.
Apabila dosis vitamin melebih batasan yang sudah ditetapkan maka masuk dalam kategori obat, dan harus dengan rekomendasi dokter.
<h2>Lalu, apakah Suplemen Kesehatan itu hanya berupa Vitamin saja?</h2>
Tidak. Bisa juga mengandung mineral, asam amino, ataupun bahan lain. Bukan tumbuhan yang dapat dikombinasikan dengan tumbuhan.
<h2>Penutup</h2>
Mengetahui batas maksimum konsumsi suplemen sangat penting untuk menjaga kesehatan AyBun dan keluarga.&nbsp;
Meskipun suplemen bisa memberikan manfaat tambahan, konsumsi yang berlebihan justru dapat menimbulkan risiko.&nbsp;
Selalu perhatikan dosis yang direkomendasikan dan sesuaikan dengan kebutuhan tubuh. 
Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan sebelum memulai atau mengubah dosis suplemen harian.&nbsp;
Dengan demikian, AyBun bisa memastikan asupan nutrisi yang tepat dan aman setiap hari!

Dosis Maksimum Suplementasi Kesehatan Harian Berdasarkan BPOM

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat memengaruhi siapa saja, termasuk anak-anak karena gejalanya seringkali tidak spesifik, penting bagi orangtua untuk mengenali tanda-tanda TBC pada anak agar bisa mendapatkan pengobatan yang tepat dan cepat. Dalam artikel ini, kita akan menjelaskan gejala TBC pada

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.&nbsp;
Penyakit ini dapat memengaruhi siapa saja, termasuk anak-anak karena gejalanya seringkali tidak spesifik, penting bagi orangtua untuk mengenali tanda-tanda TBC pada anak agar bisa mendapatkan pengobatan yang tepat dan cepat.&nbsp;
Dalam artikel ini, kita akan menjelaskan gejala TBC pada anak, penyebabnya, serta langkah-langkah pengobatan yang tersedia.
<h3>Gejala TBC pada Anak</h3>
Tanda dan gejala TBC pada anak dapat bervariasi tergantung pada bagian tubuh yang terinfeksi dan seberapa parah infeksinya. Berikut adalah beberapa gejala yang umum terkait dengan TBC pada anak:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Batuk Kronis: Anak AyBun mungkin mengalami batuk yang berlangsung lebih dari dua minggu atau batuk yang semakin memburuk dari waktu ke waktu.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Demam: Demam yang tidak berhubungan dengan infeksi lain bisa menjadi tanda TBC pada anak.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Hilangnya Nafsu Makan: Anak AyBun mungkin kehilangan nafsu makan atau mengalami penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pembesaran Kelenjar Getah Bening: Beberapa anak dengan TBC mungkin mengalami pembesaran kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau pangkal paha.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kelelahan: Anak AyBun mungkin merasa lelah atau lemah secara umum.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Batuk Darah: Kadang-kadang, TBC dapat menyebabkan batuk yang menghasilkan darah atau dahak berwarna darah.</li>
</ol>
<h3>Penyebab TBC pada Anak</h3>
TBC disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyebar melalui udara dari orang yang terinfeksi kepada orang lain.
Anak-anak lebih rentan terhadap infeksi TBC karena sistem kekebalan tubuh mereka belum sepenuhnya berkembang. Selain itu, anak-anak cenderung memiliki kontak yang lebih dekat dengan individu yang terinfeksi, seperti anggota keluarga atau teman sekelas.
<h3>Langkah-langkah Pengobatan TBC pada Anak</h3>
Jika AyBun mencurigai anak AyBun mengalami gejala TBC, sangat penting untuk segera menghubungi dokter. Diagnosa dini dan pengobatan yang tepat dapat membantu mencegah komplikasi serius dan menyembuhkan penyakit. Langkah-langkah pengobatan TBC pada anak mungkin termasuk:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pemeriksaan Kesehatan: Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan mungkin tes darah atau tes dahak untuk membantu mendiagnosis TBC.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Terapi Antibiotik: Pengobatan TBC pada anak biasanya melibatkan terapi antibiotik yang berlangsung selama beberapa bulan hingga tahunan.&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Antibiotik yang paling umum digunakan untuk mengobati TBC adalah isoniazid, rifampicin, pyrazinamide, dan ethambutol.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kepatuhan dan Pemantauan: Penting untuk memastikan anak AyBun meminum obat sesuai resep dokter dan menyelesaikan seluruh kursus pengobatan. Dokter juga akan memantau kemajuan anak AyBun selama pengobatan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Isolasi: Saat anak AyBun sedang dalam pengobatan, mungkin perlu diisolasi dari orang lain untuk mencegah penyebaran infeksi kepada orang lain.</li>
</ul>
<h3>Pencegahan TBC pada Anak</h3>
Meskipun tidak ada cara pasti untuk mencegah TBC, langkah-langkah berikut dapat membantu mengurangi risiko infeksi:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Vaksinasi: Vaksinasi BCG (Bacillus Calmette-Gu&eacute;rin) dapat membantu melindungi anak-anak dari bentuk parah TBC.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Hindari Kontak dengan Orang yang Terinfeksi: Anak AyBun harus menghindari kontak dekat dengan orang yang terinfeksi TBC.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Promosi Kebersihan: Mendorong kebiasaan kebersihan yang baik, seperti mencuci tangan secara teratur, dapat membantu mencegah penyebaran infeksi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Nutrisi yang Sehat: Memastikan anak AyBun menerima makanan yang sehat dan bergizi dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh mereka.</li>
</ul>
Mengenali gejala TBC pada anak dan mendapatkan pengobatan yang tepat adalah langkah penting untuk mengatasi penyakit ini.&nbsp;
Jika AyBun mencurigai anak AyBun mengalami gejala TBC, segera hubungi dokter untuk evaluasi lebih lanjut.&nbsp;
Dengan perawatan yang tepat dan pencegahan yang sesuai, kita dapat membantu menjaga kesehatan anak-anak dan mencegah penyebaran TBC di masyarakat.
Foto: Freepik
Sumber: NHS. Tuberculosis. <a href="https://www.nhs.uk/conditions/tuberculosis-tb/">https://www.nhs.uk/conditions/tuberculosis-tb/</a>
Jilani TN, Avula A, Zafar Gondal A, et al. Active Tuberculosis. [Updated 2023 Jan 26]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513246/

Kenali Gejala TBC pada Anak: Tanda-tanda, Penyebab, dan Pengobatan

Jangan berikan sembarangan buah pada si kecil. Berikut ini buah-buahan yang aman untuk bayi 6 bulan ke atas.

Nutrisi

Bayi usia 6 hingga 8 bulan sudah siap untuk menerima makanan padat pertamanya. Selain karena pencernaanya yang sudah lebih kuat, bayi usia 6-8 bulan bisa mengalami defisit energi jika hanya menerima susu, baik ASI maupun formula, tanpa adanya asupan lain.&nbsp;
&nbsp;
Mengingat pentingnya makanan pendamping ASI bagi bayi yang sudah masuk usia 6 bulan ke atas, ayah-bunda perlu untuk menyusun menu makanan atau camilan yang bisa diberikan pada si Kecil. Buah-buahan menjadi salah satu yang perlu dipertimbangkan.
&nbsp;
Namun, ayah-bunda tidak boleh memberikan buah sembarangan. Hindari jenis buah yang dapat mengakibatkan bayi tersedak dan pastikan untuk mengolah buah jika teksturnya tidak cukup lunak untuk bayi. Lantas, buah apa saja yang baik untuk bayi 6-8 bulan? Berikut ini rekomendasinya.
<h2>6 Buah yang Bagus untuk Bayi 6 Bulan</h2>
<h3>1. Pisang</h3>
Pisang merupakan sumber yang baik untuk kandungan kalium, serat, dan vitamin C. Selain itu, tekstur pisang yang lembut dan mudah dicerna membuatnya menjadi salah satu pilihan yang baik untuk bayi.&nbsp;
&nbsp;
Cara penyajian: Pisang dapat dipotong-potong atau dihancurkan dengan sendok untuk membuat teksturnya lebih halus dan mudah dikonsumsi oleh bayi.
&nbsp;
<h3>2. Apel</h3>
Apel kaya akan serat dan vitamin C. Ayah Bunda dapat memilih apel yang lebih lembut dan matang untuk bayi.
&nbsp;
Cara penyajian: Kupas kulit apel dan iris menjadi potongan-potongan kecil. Setelah itu, rebus hingga empuk dan hancurkan menggunakan blender atau food processor. Jika sudah halus, tambahkan sedikit air jika diperlukan.
<h3>3. Mangga</h3>
Mangga mengandung vitamin A dan C yang baik untuk kesehatan bayi. Pilih mangga yang matang untuk memastikan teksturnya lembut dan mudah dikonsumsi oleh bayi.&nbsp;
&nbsp;
Cara penyajian: Kupas kulit mangga dan potong menjadi potongan-potongan kecil. Setelah itu, blender atau hancurkan mangga menggunakan garpu hingga halus.
<h3>4. Pir</h3>
Pir kaya akan serat dan vitamin C, serta merupakan buah yang mudah dicerna oleh bayi.
&nbsp;
Cara penyajian: Kupas kulit pir dan iris menjadi potongan-potongan kecil. Setelah itu, rebus hingga empuk dan lembutkan menggunakan blender atau food processor. Jika sudah halus, tambahkan sedikit air jika diperlukan.
<h3>5. Alpukat</h3>
Buah alpukat kaya akan lemak sehat dan nutrisi penting lainnya, seperti vitamin C dan K. Kandungan lemak sehat yang ada pada alpukat baik untuk perkembangan otak bayi.&nbsp;
&nbsp;
Cara penyajian: Kupas kulit alpukat dan lembutkan daging buah dengan garpu atau blender.
<h3>6. Buah Naga</h3>
Buah naga mengandung nutrisi yang baik untuk kesehatan bayi, seperti vitamin C, serat, magnesium, dan kalium. Vitamin C dalam buah naga dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi, sedangkan serat dan magnesium dapat membantu menjaga kesehatan pencernaan bayi. Begitu juga dengan kalium yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan jantung dan sistem saraf bayi.
&nbsp;
Cara penyajian: kupas kulit buah naga dan potong kecil-kecil atau dihaluskan menjadi puree. Perlu diingat untuk menghilangkan biji kerasnya sebelum diberikan pada bayi.
<h3>Hal yang Perlu Diperhatikan Saat Memberikan Buah pada Bayi</h3>
Sebelum ayah-bunda memberikan buah pada si kecil, ada beberapa hal terkait kesehatan bayi yang harus diperhatikan. Pertama, sebaiknya konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi terlebih dahulu untuk memastikan jumlah yang diberikan sesuai dengan kebutuhan nutrisi bayi, serta aman bagi bayi.
&nbsp;
Kedua, kenali reaksi alergi. Beberapa jenis buah dapat menyebabkan reaksi alergi pada bayi. Oleh karena itu, perkenalkan buah-buahan dalam jumlah kecil secara bertahap dan awasi gejala alergi yang mungkin timbul.
&nbsp;
Ketiga, pilih buah yang matang dan segar. Selain rasanya lebih enak, buah-buahan matang memiliki kandungan nutrisi yang lebih baik. Selain itu, buah yang matang lebih mudah dicerna oleh bayi. Jangan lupa untuk membersihkan dan mencuci buah sebelum diberikan pada bayi.
&nbsp;
Keempat, sesuaikan. Untuk bayi usia 6-8 bulan, buah dapat dihaluskan menjadi puree agar lebih mudah dikonsumsi atau dipotong kecil-kecil menjadi finger food asal teksturnya mudah hancur ketika diremas tangan.
&nbsp;
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, memberikan buah-buahan pada bayi usia 6-8 bulan dapat dilakukan dengan aman dan sehat. Perhatikan dengan baik cara memberikan makanan dan pastikan makanan yang diberikan sudah memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. Dengan memberikan makanan yang sehat dan seimbang, bayi akan tumbuh dan berkembang dengan optimal.
Foto: Designed by freepik
Sumber:
https://www.nhs.uk/start4life/weaning/what-to-feed-your-baby/around-6-months/&nbsp;
https://www.gov.nl.ca/healthyeating/baby/offering-healthy-foods/what-foods-should-i-offer-my-baby/vegetables-and-fruit/
https://www.newkidscenter.org/Fruits-for-6-Months-Babies.html&nbsp;
https://solidstarts.com/foods/dragon-fruit-pitaya/#:~:text=Is%20dragon%20fruit%20healthy%20for,babies%206%20months%20and%20up.
https://www.mango.org/featured-blog-5-benefits-of-mango-for-kids-plus-a-nutritious-mango-chia-pudding-recipe/

Buah yang Bisa Dikonsumsi Bayi 6-8 Bulan


 Stunting adalah kondisi terhambatnya pertumbuhan anak karena asupan gizi. Berikut informasi penting penyebab stunting dan ciri-cirinya.&nbsp;

Penurunan angka stunting pada anak menjadi salah satu program kesehatan besar Pemerintah Indonesia saat ini. Hal ini merujuk pada angka Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yang menunjukkan pada tahun 2022 persentase anak terkena stunting sebesar 21,6%.
&nbsp;
Sejumlah program kesehatan telah dilakukan pemerintah seperti: program pemberian makanan tambahan untuk meningkatkan status gizi anak, membangun sanitasi di desa dan pembangunan infrastruktur air minum. Harapannya, program tersebut bisa menekan angka stunting pada tahun 2024 sebesar 14%.&nbsp;
&nbsp;
Tentunya, penurunan angka stunting bisa terjadi jika setiap keluarga memiliki wawasan yang baik tentang gizi dan ancaman stunting yang bisa terjadi pada anak. Artikel berikut ini dapat memberikan wawasan kepada Anda tentang faktor penyebab stunting dan ciri anak yang terkena stunting berikut juga pengobatannya.&nbsp;
<h2>Apa itu Stunting?</h2>
Stunting adalah kondisi terhambatnya pertumbuhan anak yang terjadi sebagai akibat dari kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang yang ditandai dengan kondisi tinggi badan anak yang berada di bawah standar pada usia tertentu. Stunting menyebabkan hambatan dalam mencapai potensi fisik dan kognitif anak. WHO mendefinisikan stunting sebagai tinggi badan anak di bawah -2 standar deviasi (SD) dari tinggi badan rata-rata yang seharusnya pada usia tersebut.
<h2>Faktor Penyebab Stunting<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/64cb5a30-6fcd3022-9b32-4b68-b5e7-d0c4916518ef.jpg" /></h2>
Stunting tidak hanya terjadi karena persoalan gizi tapi juga karena masalah ekonomi dan budaya. Sebagai contoh karena masalah ekonomi ibu tidak dapat mengasup makanan bergizi pada saat mengandung, sedangkan persoalan budaya juga bisa menjadi penyebab stunting karena kebiasaan turun temurun masyarakat yang mengabaikan gizi dan lebih mementingkan kondisi perut kenyang.&nbsp;&nbsp;
&nbsp;
Berikut enam faktor penyebab stunting yang perlu Anda ketahui untuk melakukan pencegahan sejak dini.&nbsp;
<h3>1. Gizi Buruk&nbsp;</h3>
Asupan gizi yang tidak seimbang dan buruk bisa menyebabkan anak terkena malnutrisi. Kondisi yang disebut sebagai ketidakseimbangan nutrisi sesuai dengan kebutuhan sehingga membuat kesehatan anak terganggu dan menghambat perkembangannya.&nbsp;
<h3>2. Penyakit</h3>
Gizi yang diasup anak akan terserap untuk perbaikan jaringan atau sel yang rusak karena penyakit dan infeksi. Hal ini akan membuat anak kurang gizi di tengah pertumbuhan dan secara fisik dan perkembangannya otak sehingga menyebabkan stunting.&nbsp;
<h3>3. Kebersihan Lingkungan&nbsp;</h3>
Sulit mengakses air yang bersih, sanitasi yang buruk dengan perilaku buang air kecil dan air besar di luar rumah juga kesadaran rendah untuk terbiasa mencuci tangan menjadi faktor penyebab stunting. Seperti kita ketahui, lingkungan kotor menimbulkan berbagai jenis penyakit.&nbsp;
<h3>4. Asupan Gizi Ibu Hamil&nbsp;</h3>
Ibu hamil yang mengalami kurang gizi, terkena infeksi atau penyakit serius dan anemiaa akan berdampak perkembangan janin. Sehingga saat ibu kurang gizi, bayi yang dilahirkan berpotensi akan mengalami kurang berat badan yang menjadi cikal kondisi stunting.&nbsp;
<h3>5. Gizi Minim Saat Pemberian MPASI</h3>
Saat bayi berusia enam bulan, maka kebutuhan akan asupan makanan mengalami perubahan. Dari bergantung pada Air Susu Ibu (ASI) atau susu menjadi makanan padat. Ibu harus memastikan bahwa anak harus terpenuhi gizinya dari pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) saat berusia enam bulan agar daya tahan tubuh dan sistem imunologis anak berkembang.&nbsp;
<h3>6. Layanan Kesehatan yang Minim&nbsp;</h3>
Ibu hamil yang minim mendapatkan fasilitas kesehatan hingga melahirkan akan minim pengetahuan tentang pengelolaan gizi untuk dirinya sendiri dan buah hati karena tidak terpantau tenaga kesehatan profesional. Anak sulit mendapatkan pelayanan kesehatan berupa: vaksin, imunisasi juga minim pantauan perkembangan dan kesehatan.&nbsp;
<h2>Ciri-Ciri Anak Alami Stunting</h2>
&nbsp;
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, tinggi badan menjadi ciri dasar anak terkena stunting. Selain itu terdapat juga ciri-ciri anak terkena stunting, berikut rinciannya:&nbsp;
&nbsp;
<h3>1. Tinggi Badan</h3>
Anak yang terkena stunting, tinggi badannya lebih rendah dari tinggi badan normal pada anak seusianya atau anak terlihat lebih pendek. Idealnya sejak berusia 1-5 tahun, tinggi badan anak perempuan dan laki-laki setiap tahun terjadi penambahan lima centimeter.&nbsp;
<h3>2. Berat Badan&nbsp;</h3>
Stunting membuat berat badan anak jadi lebih ringan dibandingkan berat badan normal pada anak seusianya atau anak terlihat kurus. Rata-rata pertumbuhan berat badan anak berusia 1-5 tahun menurut standar WHO setiap tahunnya naik 1-2 kilogram.&nbsp;
<h3>3. Lingkar Kepala</h3>
Pengukuran kepala anak menjadi salah satu metode untuk mengetahui kesehatan anak, pada anak yang terkena stunting kepalanya terlihat lebih kecil dari kepala normal pada anak seusianya.&nbsp;
<h3>4. Kurus dan Tidak Berisi</h3>
Gizi yang tidak terpenuhi juga tidak seimbang berpengaruh pada berat badan anak menyebabkan anak secara fisik terlihat kurus dan badannya tidak bergizi. Berat badan anak tidak naik dan cenderung lebih kecil dibandingkan anak seusianya.&nbsp;
<h3>5. Mudah Lelah dan Terlihat Lesu</h3>
Anak yang terkena stunting asupan makanannya tidak sehat dan bergizi sehingga tidak cukup energi untuk beraktivitas, kalaupun melakukan kegiatan ia akan gampang lelah dan lesu karena kurang darah.&nbsp;
<h3>6. Rentan Sakit&nbsp;</h3>
Mudah terkena infeksi dan penyakit bisa menyebabkan daya tahan tubuh rendah dan rentan sakit. Anak yang terkena stunting kekebalan tubuhnya lemah sehingga mudah terpapar virus dan bakteri dalam jangka waktu panjang karena proses penyembuhannya memakan waktu.
<h3>7. Mengalami Perlambatan&nbsp;</h3>
Ciri anak terkena stunting juga terlihat dari keterlambatan dalam perkembangan fisik dan mentalnya. Hal ini disebabkan perkembangan motorik dan verbal anak akan terganggu sejalan karena efek dari kurangnya nutrisi yang diasup.&nbsp;
<h3>8. Masalah Belajar&nbsp;</h3>
Selain masalah motorik dan verbal, anak yang terkena stunting memiliki masalah dalam pembelajaran dan perkembangan kognitifnya. Hal ini karena IQ dan IQ non verbal lebih rendah dibandingkan anak yang tidak terkena stunting.&nbsp;
<h2>7 Langka Cegah Stunting&nbsp;</h2>
Lantas bagaimana dengan anak yang terlanjur mengalami stunting? Apakah bisa diobati sehingga perkembangan dan pertumbuhannya kembali normal? Sayangnya jika anak terkena stunting tidak bisa diperbaiki apalagi jika telah melewati usia dua tahun.
&nbsp;
Meski begitu, Anda bisa memperbaiki kualitas kesehatan dan kehidupannya agar kelak di masa mendatang bisa hidup baik dan sejahtera. Perbaikan yang dapat Anda lakukan bagi anak yang terkena stunting sebagai berikut:&nbsp;
<h3>1. Memenuhi Kebutuhan Dasar Anak</h3>
Pemberian protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral penting untuk kesehatan anak. Selain itu pemberian afeksi, kasih sayang, dan stimulasi perkembangan juga perlu dilakukan.
<h3>2. Melakukan Pemantauan</h3>
Ini penting untuk mencegah stunting dengan memantau tumbuh kembang anak ke fasilitas kesehatan secara teratur
&nbsp;- usia 0-12 bulan: 1 kali/bulan
- usia 1-3 tahun: 1 kali/3 bulan
- usia 3-6 tahun: 1 kali/6 bulan
- usia &gt;6 tahun: 1 kali/tahun
<h3>3. Memberikan ASI&nbsp;</h3>
Mencegah anak stunting perlu memberikan gizi melalui ASI eksklusif sampai anak berusia 6 bulan.
<h3>4. Memberikan MPASI</h3>
Pemberian makanan pendamping ASI yang lengkap mengandung makro dan mikronutrien mencakup karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.
<h3>5. Beraktivitas Fisik yang Teratur</h3>
Dapat membantu meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak dengan cara memperbanyak interaksi sosial, bermain bersama, untuk bayi baru lahir bisa dimulai dengan aktivitas tummy time.
<h3>6. Istirahat Cukup</h3>
Dalam rangka mendukung pencegahan stunting jam tidur yang cukup sesuai usia merupakan hal penting yang perlu dipenuhi si Kecil untuk optimalkan pertumbuhannya.
&nbsp;
<h3>7. Jaga Kebersihan Diri &amp; Lingkungan</h3>
Rutin mencuci tangan dan membersihkan lingkungan sekitar anak membantu meminimalkan penyebaran virus dan kuman yang mungkin saja menjadi sumber penyakit bagi si Kecil.
Nah, itulah ketujuh cara mencegah stunting pada anak, smeoga bermanfaat untuk Ayah Bunda dalam mendampingi si Kecil.
&nbsp;
Foto: Freepik
Sumber:
https://www.who.int/news/item/19-11-2015-stunting-in-a-nutshell
https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/mencegah-anak-berperawakan-pendek&nbsp;

Penyebab dan Ciri Anak yang Mengalami Stunting

Menyambut bayi lahir membuat Ayah Bunda bahagia sehingga mempersiapkan segala macam, termausk barang keperluan bayi, ternyata tidak semua bisa digunakan, lho! Lalu apa saja ya? Yuk, simak artikel ini!

Bayi

Kehadiran si Kecil memang membuat Ayah Bunda bahagia, tak lupa juga jika orang terdekat kita juga punya kabar baik pasti ingin membeli hadiah. Namun, Ayah Bunda perlu memperhatikan ya sebelum memberikan pada si Kecil atau hadiah untuk kerabat yang telah melahirkan, ternyata tidak semua barang bisa digunakan lho! Yuk, simak di bawah ini!
<h2>5 Barang yang Tidak Dianjurkan untuk Bayi</h2>
<h3>1. Pasta Gigi Tanpa Fluoride</h3>
Penggunaan pasta gigi berfluoride ini penting untuk kesehatan gigi dan mulut anak yang akan berpengaruh pada kemampuan makan anak. Fluoride merupakan salah satu mineral yang terjadi secara alami, membantu mencegah gigi berlubang baik pada anak-anak maupun orang dewasa dengan membuat permukaan luar gigi (enamel) lebih kuat terhadap serangan asam yang menyebabkan kerusakan gigi. Jadi penting untuk memastikan anak menggunakan pasta gigi berfluoride untuk mencegah adanya karies gigi, penggunaan pasta gigi ini dapat digunakan sejak gigi pertama si Kecil tumbuh.
<h3>2. Pelampung Leher / Pelampung di Lengan</h3>
Pada akhir Juni 2022 Food and Drug Administration (FDA) mengeluarkan larangan penggunaan pelampung. Tak jarang dari Ayah Bunda membelikan pelampung renang untuk anak baik untuk lengak maupun perut, biasanya Ayah Bunda tergiur untuk melakukan Baby Spa, ternyata pemakaian pelampung ini berisiko anak tercekik, tenggelam, bahkan menyebabkan kematian.
<h3>3. Kalung Teether</h3>
Sebagian dari Ayah Bunda percaya penggunaan kalung teether saat bayi tumbuh gigi bisa meredakan rasa sakit yang dialami sehingga tidak mudah rewel. Manik-manik kalung yang dipercaya ini terbukti tidak dapat memberikan efek apapun, benda ini justru dapat membahayakan bayi karena jika tali kalung tersebut dapat menyulitkan pergerakan leher, atau bahkan mencekiknya. Tak dipungkiri juga akibat penggunaan kalung bisa membbuatnya tersedak jika manik-maniknya lepas.
Saat anak tumbuh gigi daripada Ayah Bunda memberikan kalung teether lebih baik meredeakan dengan memberikan camilan dingin supaya aman dan berikan susu atau ASI yang cukup untuk memenuhi kebutuhan asupan gizinya.
<h3>4. Bedong saat Bayi Bisa Berguling</h3>
Bedong adalah salah satu barang yang langsung ada di benak Ayah Bunda untuk diberikan pada bayi, ternyata bedong boleh digunakan hanya untuk menyelimuti bayi baru lahir, tetapi si Kecil yang sudah bisa berguling tidak dianjurkan menggunakan bedong karena berisiko menyulitkan mobilitas atau pergerakannya hingga melilit atau mencekik sehingga bayi kesulitan bernapas.
<h3>5. Empeng setelah 18 Bulan</h3>
Empeng atau pacifier dan botol susu yang masih digunakan hingga lebih dari 18 bulan akan berdampak mengubah bentuk dan struktur rongga mulut si Kecil juga akan menyebabkan adanya karies gigi. Gigi anak yang mengalami karies dapat menyebabkan anak susah makan atau GTM sehingga kenaikan berat badan anak sulit, lho!
Memang memberikan barang-barang tersebut kelihatannya menggemaskan dan bahkan terlihat sangat membantu, ternyata harus lebih diperhatikan lagi ya ke depannya. Jadi, tidak semua barang yang dilabeli untuk bayi boleh digunakan oleh semua anak, Ayah Bunda penting memperhatikan penggunaan barang sesuai dengan peruntukkan usia karena berbahaya bagi kesehatan anak, akan mengganggu proses tumbuh kembangnya, bahkan beberapa ada yang berdampak fatal pada kematian.&nbsp;
Nah, kalo Ayah Bunda biasa memberikan barang apa nih yang si Kecil atau hadiah pada kerabat yang punya bayi? 
Solusi lengkap untuk Ayah Bunda yang ingin membeli kebutuhan bayi hingga perlengkapan Bunda, bisa beli di aplikasi Tentang Anak, yuk unduh dan gunakan aplikasinya!
Foto: www.freepik.com
Sumber:&nbsp;
American Academy of Pediatrics. Healthy Children (2018). Teething Necklaces and Beads: A Caution for Parents.
DiMaggio, D &amp; Cernigliaro, J. American Academy of Pediatrics. Healthy Children (2020). Baby&rsquo;s First Tooth: 7 Facts Parents Should Know.
https://www.fda.gov/medical-devices/safety-communications/do-not-use-baby-neck-floats-due-risk-death-or-injury-fda-safety-communication?fbclid=IwAR1Iswt47zZAIrnB9FZW_sdvMSRRrGzeKsWBIm86Cd4GqxA5G6Cp3HHM6Qg