Perkembangan bicara anak laki-laki tersayang terhambat? Cari tahu penyebab anak laki-laki lambat bicara dan cara mengatasinya berikut!
&nbsp;

Gangguan Perkembangan

Masalah Kesehatan

Setiap orang tua tentu berbahagia jika si kecil mulai berbicara. Namun, ketika anak berusia 2 tahun dan belum bisa berbicara, kita seringkali khawatir tentang perkembangannya. Terlebih ketika kita membandingkan si kecil dengan anak lain seusianya.&nbsp;
Namun, perlu setiap orang tua ketahui bahwa anak memiliki perkembangannya tersendiri, termasuk dalam kemampuan berbicara. Bahkan, menurut beberapa studi, anak laki-laki cenderung telat untuk menguasai kemampuan berbicara daripada anak perempuan.
Lantas, apa penyebab anak laki-laki lambat bicara daripada anak perempuan? Lalu, bagaimana mengatasi keterlambatan kemampuan berbicara pada anak? Untuk mengetahui selengkapnya, cek informasi di bawah ini!
<h2>Beda Kemampuan Bicara Anak Laki-Laki dan Perempuan</h2>
Memang ada perbedaan kemampuan yang dimiliki anak laki-laki dan perempuan. Anak perempuan cenderung lebih cepat untuk memahami bahasa, sehingga mereka lebih mudah untuk berkomunikasi.&nbsp;
Hal itu dipaparkan oleh penelitian Hyde dan Linn (1988), anak perempuan cenderung mampu menghasilkan 100 kata pada usia 16 bulan, sedangkan anak laki-laki sangat terbatas sekitar 30 kata.&nbsp;
Ini bisa disebabkan karena anak laki-laki cenderung menyukai permainan non-komunikatif, seperti konstruksi atau kendaraan. Mereka begitu mudah untuk dibiarkan sendiri. Sedangkan, anak perempuan memiliki kepekaan lebih besar terhadap suara manusia, mereka akan meniru dan merespon dari suara tersebut.
Namun, apabila AyBun masih bingung terhadap perkembangan berbicara anak laki-lakinya,&nbsp; ada tolak ukur atau milestones yang setidaknya harus dicapai di usia tertentu. Berikut adalah rekomendasi milestones berbicara dari American Speech-Language Association (ASHA):
<h3>Lahir &ndash; 3 Bulan</h3>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Membuat ocehan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tangisan berbeda di setiap keinginan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Senyum ketika melihat orang</li>
</ul>
<h3>4 &ndash; 6 Bulan</h3>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengoceh ketika bermain sendiri atau bersama AyBun</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Membuat ocehan kata, seperti pa, ba dan mi</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tertawa dan cekikikan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Membuat suara ketika senang ataupun kesal</li>
</ul>
<h3>7 Bulan &ndash; 1 Tahun</h3>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mampu mengucapkan 1 atau 2 kata seperti papa atau mama</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menirukan berbagai jenis suara</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengoceh panjang seperti mimi upup bababa</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Dapat menggunakan gestur seperti &ldquo;Dadah&rdquo; atau menggelengkan kepala dan mengangguk</li>
</ul>
<h3>1 &ndash; 2 Tahun</h3>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mampu menggunakan banyak kata baru</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bertanya beberapa hal, seperti &ldquo;apa itu?&rdquo; atau &ldquo;siapa itu?&rdquo;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Dapat menggunakan 2 kata secara bersamaan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Dapat berbicara tentang gambar di buku</li>
</ul>
<h3>2 &ndash; 3 Tahun</h3>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Anak bertanya tentang hal yang tidak ada di kamar</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Anak mampu menanyakan &ldquo;kenapa&rdquo;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Dapat menyatukan 3 kata dalam satu kalimat untuk berbicara sesuatu Kemungkinan melakukan pengulangan pada beberapa kata atau suara</li>
</ul>
<h3>3 &ndash; 4 Tahun</h3>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Dapat menjawab beberapa pertanyaan simpel seperti Siapa, Apa dan Dimana</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Dapat menggunakan panggilan seperti saya kamu, kami dan mereka</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menanyakan pertanyaan kapan dan dimana</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Dapat menyatukan 4 kata bersamaan seperti &ldquo;saya pergi ke sekolah&rdquo;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mampu mendeskripsikan harinya&nbsp;</li>
</ul>
<h3>4 &ndash; 5 Tahun</h3>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Anak bisa berbicara berbagai bunyi di setiap kata</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Merespon pertanyaan &ldquo;apa yang kamu katakan tadi?&rdquo;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengerti tulisan dan angka</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mampu menceritakan cerita pendek</li>
</ul>
<h2>Mengapa Anak Laki-Laki Cenderung Lambat Bisa Berbicara?</h2>
Ada beberapa penyebab anak laki-laki cenderung lambat berbicara. Mengutip dari WebMD, sekitar 15%&ndash;25% anak-anak memiliki gangguan komunikasi. Dengan anak laki-laki yang cenderung memiliki keterlambatan kemampuan berbahasa.
Ada beberapa alasan kenapa anak laki-laki terlambat berbicara. Ada yang berpendapat bahwa hormon testosteron pada laki-laki berhubungan dengan perkembangan bicara dan menyebabkan gangguan bicara. Akan tetapi, pendapat tersebut dibantah oleh riset lain.&nbsp;
Namun, yang hanya anak laki-laki butuhkan adalah stimulasi yang lebih supaya mereka senang berbicara. AyBun dapat membantu mereka dengan memberikan stimulus dengan mengajak mereka bermain permainan eduaktif.&nbsp;
Sementara itu, anak laki-laki akan tumbuh pesat ketika menginjak usia memasuki Taman Kanak-Kanak ataupun Sekolah Dasar. Kemampuan motorik kasar mereka dan fisik keseluruhan akan mengalahkan anak perempuan.&nbsp;
<h2>Cara Mengatasi Anak Terlambat Berbicara</h2>
AyBun kini telah mengetahui alasan mengapa anak laki-laki terlambat berbicara. Ada beberapa cara untuk memberikan stimulus yang seru dan menyenangkan yang dapat meningkatkan kemampuan bicara anak. Berikut adalah caranya:
<h3>1. Berbicara dengan anak sepanjang hari</h3>
AyBun memiliki peran yang penting bagi perkembangan bicara si kecil. Untuk menstimulasi kemampuan bicara anak, yang paling utama adalah berbicara dengan anak sepanjang hari. Dari setelah tidur, memandikan, mengenakannya baju baju, saat bermain, makan, dan aktivitas lainnya.
<h3>2. Bermain bersama</h3>
Cara untuk mengatasi keterlambatan berbicara pada anak yang efektif adalah bermain bersama.&nbsp; Bisa itu memainkan permainan edukasi seperti balok-balokan, puzzle, bricks, mainan profesi, dan lain sebagainya.
Sambil bermain, AyBun bisa berbicara atau menjelaskan tentang keseruan permainan tersebut. Adapun, cara lain yang efektif adalah sering membacakan anak sebuah dongeng atau buku, dengan ini si kecil akan memperbanyak kosa kata dan meningkatkan kemampuan mendengar.&nbsp;
<h3>3. Memberikannya pujian</h3>
Memberikan pujian setelah si kecil berhasil melakukan sesuatu tak kalah penting. Apalagi AyBun memberikan pujian secara antusias, ini akan membuat mereka makin bersemangat untuk melakukan hal yang serupa.&nbsp;
<h3>4. Berbicara dengan bahasa tubuh serta ekspresi</h3>
Ketika sedang melakukan aktivitas bersama si kecil, sebaiknya AyBun juga melakukan ekspresi atau bahasa tubuh agar si kecil mudah mengasosiasikan ekspresi dan bahasa tubuh ke tindakan, dengan ini dia akan mudah berkenalan dengan kata-kata.
Contohnya, seperti &ldquo;Ayo kita tidur&rdquo; sambil AyBun melelapkan kedua mata. Atau, &ldquo;Ayo lepas sepatunya&rdquo; sembari AyBun melepaskan sepatu si kecil.&nbsp;
<h3>5. Membiasakan membuat narasi atau deskripsi</h3>
AyBun dapat membiasakan si kecil untuk menggunakan percakapan sehari-hari ketika mendeskripsikan sesuatu. Ini akan membantu si kecil memahami objek tertentu. Seperti saat anak mengenakan baju, cobalah untuk mendeskripsikan warna, motif atau gambar dari bajunya.
Contohnya, &ldquo;Hari ini adik mengenakan baju spiderman berwarna merah, di tengahnya ada gambar laba-laba.&rdquo;, sambil AyBun menunjuk bajunya.
Demikian informasi lengkap tentang penyebab anak laki-laki lambat bicara. Apakah si kecil mengalami terlambat bicara? AyBun lakukanlah stimulasi ekstra di atas agar anak kesayangan dapat berbicara lancar.
Apabila AyBun ingin informasi lebih lanjut tentang perkembangan bicara anak, konsultasi ke dokter perkembangan anak untuk mendapatkan saran yang tepat dari profesional.
Foto: Photo by PexelsSumber:
Hyde, J. S., &amp; Linn, M. C. (1988). Gender differences in verbal ability: A meta-analysis. Psychological bulletin, 104(1), 53.
https://www.webmd.com/baby/features/helping-your-late-talking-children&nbsp;
https://vocalsaints.co.nz/late-talking-boys-why-we-must-be-proactive-and-how/
https://www.aapd.org/research/oral-health-policies--recommendations/speech-and-language-milestones2/&nbsp;

Anak Laki-Laki Cenderung Lambat Bicara, Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya

Pelajari perkembangan motorik bayi berdasarkan usia serta tanda bahaya (red flag) yang perlu diwaspadai. Dukung tumbuh kembang si Kecil dengan memahami tahapan motoriknya dan lakukan skrining perkembangan jika diperlukan.
&nbsp;

Kesehatan Anak

Perkembangan motorik bayi adalah salah satu aspek penting dalam tumbuh kembang anak yang perlu diperhatikan oleh setiap orang tua.&nbsp;
Setiap tahap usia memiliki pencapaian motorik yang berbeda, mulai dari menggenggam hingga merangkak.&nbsp;
Namun, penting bagi AyBun untuk mengenali tanda-tanda perkembangan motorik normal dan kapan perlu waspada terhadap milestone nya yang mungkin mengindikasikan keterlambatan.&nbsp;
Dengan mengetahui perbedaannya, AyBun dapat membantu si Kecil mencapai milestone sesuai usianya dan segera mengambil tindakan jika diperlukan.
<h3>Usia 3 Bulan</h3>
<table style="border-collapse: collapse; width: 100.052%;" border="1">
<tbody>
<tr>
<td style="width: 50.0706%; text-align: center;">Normal</td>
<td style="width: 50.0706%; text-align: center;">Red Flag</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 50.0706%;">
<ul>
<li aria-level="1">Tummy time tangan mampu menopang tubuh</li>
<li aria-level="1">Dapat mengangkat kepala beberapa detik hingga 1 menit</li>
</ul>
</td>
<td style="width: 50.0706%;">
<ul>
<li>Tidak dapat mengangkat kepala</li>
<li>Kaki kaku</li>
<li>Sering mendorong punggung dengan kepala</li>
<li>Tangan sering mengepal</li>
</ul>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 50.0706%;"><img style="display: block; margin-left: auto; margin-right: auto;" src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/66f29080-6159dbf2-0185-4cc4-9af0-5c080e49c444.png" alt="" width="106" height="55" /></td>
<td style="width: 50.0706%;"><img style="display: block; margin-left: auto; margin-right: auto;" src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/66f290b1-eba33b87-ada5-43f6-a5a4-1f373756d2e0.png" alt="" width="114" height="94" /></td>
</tr>
</tbody>
</table>
<h3>Usia 6 Bulan</h3>
<table style="border-collapse: collapse; width: 100.052%;" border="1">
<tbody>
<tr>
<td style="width: 47.6345%; text-align: center;">Normal</td>
<td style="width: 47.6345%; text-align: center;">Red Flag</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 47.6345%;">
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Duduk dengan bantuan tangan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Berguling dari terlentang ke telungkup dan sebaliknya</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kaki menopang seluruh beban tubuh saat berdiri.</li>
</ul>
</td>
<td style="width: 47.6345%;">
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Punggung rounding (melengkung ke depan)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak dapat mengangkat kepala &amp; sulit mengontrol kepala</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak menggapai barang dengan tangan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kaki kaku</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sering posisikan tangan ke arah belakang.</li>
</ul>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 47.6345%;"><img style="display: block; margin-left: auto; margin-right: auto;" src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/66f29115-e1226e0c-4c87-4c25-bde7-0794a74191c0.png" alt="" width="79" height="89" /></td>
<td style="width: 47.6345%;"><img style="display: block; margin-left: auto; margin-right: auto;" src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/66f29191-8709fb38-16e6-499f-a810-0c38d8d9ab9e.png" alt="" width="96" height="113" /></td>
</tr>
</tbody>
</table>
<h3>Usia 9 bulan</h3>
<table style="border-collapse: collapse; width: 100.052%;" border="1">
<tbody>
<tr>
<td style="width: 47.6345%; text-align: center;">Normal</td>
<td style="width: 47.6345%; text-align: center;">Red Flag</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 47.6345%;">
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Duduk stabil (bisa ambil mainan tanpa jatuh)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Duduk dari posisi terlentang atau tengkurap</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mulai merayap/merangkak</li>
</ul>
</td>
<td style="width: 47.6345%;">
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sulit gunakan tangan saat duduk</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menggunakan satu tangan predominan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Hanya gunakan satu sisi badan untuk bergerak</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Punggung rounding</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak merayap/merangkak</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kaki tidak bisa menopang berat tubuh</li>
</ul>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 47.6345%;"><img style="display: block; margin-left: auto; margin-right: auto;" src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/66f291c3-e514ccc5-7124-4688-8584-cf71a26f563f.png" alt="" width="108" height="128" /></td>
<td style="width: 47.6345%;"><img style="display: block; margin-left: auto; margin-right: auto;" src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/66f291ef-88de125b-c5f3-4957-997e-01342cd30644.png" alt="" width="92" height="150" /></td>
</tr>
</tbody>
</table>
<h3>Usia 12 bulan</h3>
<table style="border-collapse: collapse; width: 100.052%;" border="1">
<tbody>
<tr>
<td style="width: 47.6345%; text-align: center;">Normal</td>
<td style="width: 47.6345%; text-align: center;">Red Flag</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 47.6345%;">
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Berdiri &amp; merayap di sepanjang furniture</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Berdiri mandiri / jalan beberapa langkah.</li>
</ul>
</td>
<td style="width: 47.6345%;">
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sulit berdiri karena kaki kaku/cenderung jinjit</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Hanya mampu menggunakan tangan untuk menarik badan ke posisi berdiri</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Duduk dengan beban di satu sisi</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tangan sering menekuk atau memanjang tapi kaku</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Butuh tangan untuk menopang saat duduk</li>
</ul>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 47.6345%;"><img style="display: block; margin-left: auto; margin-right: auto;" src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/66f29218-aa0ad4df-24ec-49f9-8a1f-a50651dc7fa4.png" alt="" width="94" height="128" /></td>
<td style="width: 47.6345%;"><img style="display: block; margin-left: auto; margin-right: auto;" src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/66f2924b-cd4e00ec-8f6a-4a9c-ac3a-5b28f6eed555.png" alt="" width="74" height="209" /></td>
</tr>
</tbody>
</table>
<h3>Usia 15 Bulan</h3>
<table style="border-collapse: collapse; width: 100.052%;" border="1">
<tbody>
<tr>
<td style="width: 47.6345%; text-align: center;">Normal</td>
<td style="width: 47.6345%; text-align: center;">Red Flag</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 47.6345%;">
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Jalan mandiri, jarang jatuh</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bisa jongkok untuk ambil mainan.</li>
</ul>
</td>
<td style="width: 47.6345%;">
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sulit jalan mandiri</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Keseimbangan berdiri kurang, sering jatuh</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Jalan jinjit.</li>
</ul>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 47.6345%;"><img style="display: block; margin-left: auto; margin-right: auto;" src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/66f29280-f1e7f1b3-205f-49b8-b5c4-6f8b4cfd8faa.png" alt="" width="91" height="149" /></td>
<td style="width: 47.6345%;"><img style="display: block; margin-left: auto; margin-right: auto;" src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/66f2929a-c51b87ec-64c9-422d-9aa7-926ce15308e8.png" alt="" width="76" height="124" /></td>
</tr>
</tbody>
</table>
<h2>Penutup</h2>
Memantau perkembangan motorik bayi dan mengenali red flag adalah langkah penting untuk mendukung tumbuh kembang optimal.
AyBun juga bisa lho melakukan skrining perkembangan motorik si Kecil melalui fitur <a href="tentanganak://screening?type=screening">skrining perkembangan</a> di Aplikasi Tentang Anak untuk memastikan si Kecil mendapatkan perhatian yang tepat sejak dini.

Perkembangan Motorik Bayi Berdasarkan Usia: Normal VS Red Flag

Kesehatan gigi anak adalah salah satu aspek penting dalam pertumbuhan dan perkembangan mereka. Salah satu masalah yang sering ditemui adalah white spot gigi anak, yang dapat mengancam kesehatan gigi mereka. Artikel ini akan membahas lebih lanjut tentang white spot pada gigi anak, termasuk penyebab, cara pencegahan, dan perawatan yang diperlukan

Kesehatan Gigi & Mulut

Kesehatan gigi anak adalah salah satu aspek penting dalam pertumbuhan dan perkembangan mereka. Salah satu masalah yang sering ditemui adalah white spot gigi anak, yang dapat mengancam kesehatan gigi mereka. 
Artikel ini akan membahas lebih lanjut tentang white spot pada gigi anak, termasuk penyebab, cara pencegahan, dan perawatan yang diperlukan untuk menjaga senyuman mereka tetap cerah.
Gigi putih bisa menjadi pertanda kesehatan gigi yang prima dan beberapa orang melakukan apapun untuk menjaga senyum mereka seputih mungkin. Hal tersebut juga bagaimana menyikat gigi anak setiap hari, membersihkan gigi secara teratur, dan menggunakan produk pemutih gigi. Namun, perubahan warna bercak putih terjadi pada gigi.
Warna putih ini berbeda dari warna gigi lainnya, dan beberapa orang menganggapnya mengganggu. Bintik putih pada gigi mungkin merupakan tanda kerusakan, jadi penting untuk mengetahui penyebabnya.
<h2>Penyebab White Spot pada Gigi Anak</h2>
Penyebab umumnya adalah fluorosis gigi. Orang biasanya mengalami hal ini ketika mereka masih muda jika mereka mengonsumsi terlalu banyak fluoride saat masih kecil. Biasanya ini merupakan kondisi tidak berbahaya yang cenderung berkembang sebelum gigi menembus gusi.
Penyebab umum lainnya adalah hipoplasia email. Kondisi ini terjadi ketika email gigi seseorang tidak terbentuk dengan baik. Seperti halnya fluorosis, hipoplasia hanya terjadi pada masa kanak-kanak ketika gigi seseorang masih berkembang. Namun, hal ini dapat meningkatkan risiko kerusakan gigi.
Penyebab lain timbulnya bercak putih pada gigi adalah kebersihan gigi yang buruk, terutama saat seseorang memakai kawat gigi, atau terlalu banyak mengonsumsi makanan asam atau bergula.
<h2>Pencegahan White Spot Gigi pada Anak</h2>
Pencegahan white spot pada gigi anak adalah langkah penting untuk menjaga kesehatan gigi mereka. Berikut adalah beberapa tips untuk mencegah white spot:
<ol>
<li> Pola Makan yang Sehat: Batasi konsumsi makanan dan minuman tinggi gula. Gantilah camilan manis dengan makanan sehat seperti buah segar, sayuran, dan produk susu rendah lemak.</li>
<li> Perawatan Gigi yang Baik: Ajari anak AyBun untuk menyikat gigi secara teratur setidaknya dua kali sehari dengan pasta gigi yang mengandung fluoride. Gunakan benang gigi atau alat pembersih gigi antara gigi untuk menghilangkan plak.</li>
<li> Minum Air: Anjurkan anak AyBun untuk minum air setelah makan atau minum minuman manis. Air dapat membantu membersihkan sisa makanan dan minuman serta menetralkan asam dalam mulut.</li>
<li> Periksa Rutin ke Dokter Gigi: Pastikan anak AyBun menjalani pemeriksaan gigi rutin oleh dokter gigi. Dokter gigi dapat memberikan saran khusus dan membersihkan gigi anak secara profesional.</li>
<li> Fluoride: Pertimbangkan untuk menggunakan pasta gigi dengan fluoride, yang dapat membantu menguatkan enamel gigi. Namun, pastikan untuk mengikuti petunjuk dokter gigi atau ahli kesehatan gigi dalam penggunaan fluoride.</li>
<li> Kalsium dalam Diet: Pastikan anak AyBun mendapatkan cukup kalsium dalam diet mereka. Produk susu rendah lemak, sayuran berdaun hijau, dan ikan adalah sumber kalsium yang baik.</li>
</ol>
<h2>Perawatan White Spot Gigi Anak&nbsp;</h2>
Jika white spot sudah muncul pada gigi anak AyBun, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengobatinya:
<ol>
<li> Perawatan Dokter Gigi: Konsultasikan dengan dokter gigi untuk evaluasi dan perawatan yang sesuai. Dokter gigi dapat merekomendasikan tindakan seperti aplikasi fluoride topikal atau pencabutan bercak yang lebih parah.</li>
<li> Pasta Gigi Khusus: Dokter gigi mungkin meresepkan pasta gigi khusus yang mengandung fluoride atau kalsium-fosfat. Ini dapat membantu menguatkan enamel gigi dan meminimalkan kemungkinan terjadinya white spot.</li>
<li> Perubahan Kebiasaan: Ajari anak AyBun untuk meningkatkan rutinitas kebersihan gigi mereka. Pastikan mereka menyikat gigi secara teratur dan menggunakan benang gigi.</li>
<li> Pengurangan Makanan Tinggi Gula: Batasi konsumsi makanan dan minuman yang tinggi gula. Ini adalah langkah penting dalam menghentikan perkembangan white spot yang lebih parah.</li>
<li> Behel yang Baik: Jika anak AyBun memakai behel gigi, pastikan mereka menjaga kebersihan mulut dengan baik dan mengikuti instruksi dokter gigi mereka.</li>
</ol>
White spot pada gigi anak adalah masalah umum yang dapat dicegah dengan perawatan yang baik dan perubahan gaya hidup yang sehat. Makanan yang rendah gula, perawatan gigi yang rutin, dan&nbsp;
Sumber:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34856910/
https://www.healthline.com/health/dental-and-oral-health/white-spots-on-teeth#causes

Bercak Putih pada Gigi Anak, Bagus atau Gejala Penyakit Mulut & Gigi?

Bakteri baik dari probiotik dapat menunjang kesehatan tubuh anak menjadi lebih sehat. Berikut ini beberapa manfaat probiotik untuk anak.

Nutrisi

Probiotik merupakan salah satu jenis bakteri baik yang dapat hidup alami di dalam tubuh manusia. Bakteri ini dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan memiliki banyak manfaat lainnya untuk kesehatan anak.
Produk probiotik yang dapat AyBun dapatkan di pasaran adalah yogurt, susu formula, hingga suplemen. Saat dikonsumsi sesuai dosis yang tepat, probiotik dapat membuat tubuh anak lebih sehat dan menunjang tumbuh kembang anak.
Bakteri baik seperti Lactobacillus, Bifidobacterium, atau Saccharomyces ini akan melawan bakteri jahat dan mengembalikan jumlah bakteri yang hilang. Lalu, apa itu probiotik dan apa manfaat probiotik untuk anak? Simak selengkapnya berikut ini.
<h2>Apa itu Probiotik</h2>
Probiotik merupakan bakteri yang membawa manfaat bagi kesehatan tubuh, terutama kesehatan saluran pencernaan. Probiotik dapat ditemukan dalam Lactobacillus, Bifidobacterium, atau Saccharomyces.
Lactobacillus merupakan mikroorganisme yang seringkali muncul di minuman yogurt. Bakteri yang satu ini dapat dikonsumsi oleh anak yang mengalami intoleransi laktosa.
Selain itu, Bifidobacterium bisa kamu temukan dalam ragi, dan Saccharomyces menghasilkan probiotik tambahan pada produk roti, susu atau buah-buahan.
<h2>Apa saja Manfaat Probiotik untuk Anak</h2>
Probiotik sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh anak. Bakteri baik yang satu ini memberikan dampak yang baik juga bagi anak. Berikut ini manfaat probiotik untuk anak:
<h3>1. Melancarkan Saluran Pencernaan</h3>
<h3>Anak-anak masih senang untuk mencoba segala makanan, terutama hidangan yang baru pertama kali mereka coba. Namun, situasi ini bisa saja mengakibatkan keluhan saluran pencernaan.</h3>
Solusinya, Ayah dan Bunda dapat memberikan probiotik agar penyerapan makanan di dalam tubuh anak dapat berjalan secara optimal dan nutrisi tetap terjaga. Yogurt dengan aneka rasa bisa menjadi solusi untuk memberikan probiotik kepada anak.
<h3>2. Meningkatkan Perkembangan Otak Anak</h3>
<h3>Selain melancarkan saluran pencernaan, probiotik dapat membuat neurotransmitter yang menghubungkan otak dengan usus secara baik sehingga proses komunikasi anak menjadi lebih efektif.</h3>
Probiotik yang cukup di otak akan menghasilkan hormon serotonin dan melatonin yang dapat membuat anak lebih rileks, tenang, dan tidak mengalami kelelahan. Dalam pemilihan makanannya, AyBun dapat memiliki makanan dengan ragi, roti, keju, atau yogurt.
<h3>3. Meningkatkan Imunitas Tubuh Anak</h3>
Selanjutnya, probiotik dapat meningkatkan imunitas tubuh anak. Bakteri baik ini dapat melindungi anak dari segala gangguan kesehatan. Dengan pemberian probiotik secara rutin, tubuh anak bisa memiliki respons cepat saat melawan bakteri jahat di tubuhnya. Kondisi ini akan meningkatkan imunitas tubuh anak sehingga tidak mudah sakit.
<h3>4.&nbsp; Mencegah Peradangan pada Usus</h3>
<h3>Menurut Ghosh (2018), probiotik dapat mencegah peradangan pada usus karena komponen bakteri baiknya yang dapat mengurangi peradangan di dalam tubuh. Wah, ternyata probiotik sangat bermanfaat ya AyBun bagi kesehatan kita.</h3>
<h3>5. Mencegah Terjadinya Diare pada Anak</h3>
Tak hanya imunitas tubuh, probiotik juga dapat mencegah terjadinya diare pada tubuh anak. Probiotik dapat menurunkan risiko diare dan mengurangi gejala perut yang dirasakan.
Untuk mengatasinya, AyBun dapat memberikan probiotik kepada anak bersamaan dengan antibiotik agar menurunkan terjadinya diare pada anak akibat antibiotik.
<h3>6. Menurunkan Gejala Penyakit Kolik</h3>
Kolik merupakan kondisi ketika bayi terus menangis tanpa sebab yang jelas dan sulit dikendalikan. Kolik terjadi pada bayi sehat yang berusia 2 minggu sampai 4 bulan, dan seringkali menangisnya lebih dari 3 jam sehari, 3 kali seminggu, bahkan terjadi lebih dari 2 minggu.&nbsp;
Namun, jangan khawatir, terdapat Studi menunjukkan durasi tangisan anak akibat kolik dapat berkurang signifikan dengan pemberian probiotik Lactobacillus reuteri 5 tetes per hari hingga 3 minggu.
<h2>Cara Memberikan Probiotik yang Tepat</h2>
Probiotik dapat diberikan pada bayi usia minimal 3 bulan ke atas. Tidak ada anjuran khusus untuk mengkonsumsi probiotik setiap harinya. Baik pagi, siang, atau malam, semuanya dapat ditentukan sesuai selera.
Meski tidak memiliki panduan, probiotik biasanya akan diberikan kepada akan saat sebelum makan atau setelah makan. Keduanya tidak memengaruhi hidangan atau minuman yang mengandung probiotik. Namun, jika probiotik berbentuk suplemen, kamu bisa membaca anjuran yang ada di luar kemasan.
Makanan atau minuman yang mengandung probiotik memberikan banyak manfaat pada anak baik secara psikis dan mental. Bakteri baik ini dapat menahan segala serangan yang dapat mengganggu kesehatan anak.
Memiliki harga yang cukup murah dan mudah untuk ditemukan, aneka produk probiotik dapat diberikan secara rutin kepada anak. Jadi, jangan lupa untuk memberikan probiotik pada si kecil, ya!
Foto: <a href="http://www.pexels.com">www.pexels.com&nbsp;</a>&nbsp;
Sumber:&nbsp; Zermiani APD, Soares ALP, de Moura BL, Miguel ERA, Lopes LDG, Santana NCS, dkk. Evidence of Lactobacillus reuteri to reduce colic in breastfed babies: systematic review and meta-analysis. Complement Ther Med. 2021 Dec;63:102781.
<a href="https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/kolik-pada-bayi-bagian-1">https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/kolik-pada-bayi-bagian-1</a> 
&nbsp;

6 Manfaat Probiotik untuk Anak

Kenali perbandingan gizi susu sapi dan susu kambing di sini

Air Susu Ibu adalah susu terbaik untuk mendukung tumbuh kembang anak di 6 bulan pertama kehidupan dan dapat diteruskan sampai usia anak &gt;2 tahun jika produksi ASI Bunda belum berhenti.
Sebagai pilihan, anak yang berusia lebih dari 12 bulan dapat diberikan asupan fresh milk lainnya seperti susu kambing maupun sapi jika diperlukan. Banyak orang yang gemar mengonsumsi susu sapi daripada susu kambing, baik dari produk yogurt, keju, hingga es krim. Lalu, bagaimana terkait gizinya? Apakah susu kambing lebih unggul dari susu sapi?
Perbandingan komposisi ASI, susu kambing, dan susu sapi&nbsp;
<table style="border-collapse: collapse; width: 100%;" border="1">
<tbody>
<tr>
<td style="width: 25.1337%;">
Komposisi
</td>
<td style="width: 12.2995%;">
ASI
</td>
<td style="width: 27.8075%;">
Susu sapi murni
</td>
<td style="width: 34.7594%;">
Susu kambing murni
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 25.1337%;">
Energi (kkal)
</td>
<td style="width: 12.2995%;">
64-80
</td>
<td style="width: 27.8075%;">
64
</td>
<td style="width: 34.7594%;">
69
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 25.1337%;">
Karbohidrat (g)
</td>
<td style="width: 12.2995%;">
6,9
</td>
<td style="width: 27.8075%;">
4,7
</td>
<td style="width: 34.7594%;">
4,5
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 25.1337%;">
Lemak (g)
</td>
<td style="width: 12.2995%;">
4,4
</td>
<td style="width: 27.8075%;">
3,7
</td>
<td style="width: 34.7594%;">
4,1
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 25.1337%;">
Protein (g)
</td>
<td style="width: 12.2995%;">
1
</td>
<td style="width: 27.8075%;">
3,3
</td>
<td style="width: 34.7594%;">
3,6
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 25.1337%;">
Kalsium (mg)
</td>
<td style="width: 12.2995%;">
32
</td>
<td style="width: 27.8075%;">
119
</td>
<td style="width: 34.7594%;">
134
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 25.1337%;">
Fosfor (mg)
</td>
<td style="width: 12.2995%;">
14
</td>
<td style="width: 27.8075%;">
93
</td>
<td style="width: 34.7594%;">
111
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 25.1337%;">
Natrium (mg)
</td>
<td style="width: 12.2995%;">
17
</td>
<td style="width: 27.8075%;">
49
</td>
<td style="width: 34.7594%;">
50
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 25.1337%;">
Kalium (mg)
</td>
<td style="width: 12.2995%;">
51
</td>
<td style="width: 27.8075%;">
151
</td>
<td style="width: 34.7594%;">
204
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 25.1337%;">
Besi (mg)
</td>
<td style="width: 12.2995%;">
0,03
</td>
<td style="width: 27.8075%;">
0,05
</td>
<td style="width: 34.7594%;">
0,05
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 25.1337%;">
Zinc (mg)
</td>
<td style="width: 12.2995%;">
0,2
</td>
<td style="width: 27.8075%;">
0,4
</td>
<td style="width: 34.7594%;">
0,3
</td>
</tr>
</tbody>
</table>
Catatan: komposisi per 100 ml
Dari tabel penelitian di atas dapat dilihat bahwa susu kambing memiliki kandungan kalsium yang lebih tinggi, lemak dan protein yang lebih unggul dari susu sapi.
Namun, susu sapi memiliki kandungan zinc yang sedikit lebih unggul dibandingkan susu kambing.
Memang susu kambing mengandung kalori dan protein yang lebih tinggi daripada susu sapi, tetapi pemberiannya dilarang untuk anak kurang dari 1 tahun jika susu murni.
Jika susu sudah dimodifikasi menjadi susu formula memang harus dikonsultasikan dengan Dokter Spesialis Anak. Kandungan protein dan mineral yang tinggi pada susu kambing tidak cocok untuk anak&nbsp; kurang dari 1 tahun sehingga adanya potensi:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ketidakseimbangan elektrolit (hipernatremia)&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">pH dalam darah menjadi asam dan basa terganggu (asidosis metabolik)&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengganggu ginjal (azotemia)</li>
</ul>
Pemberian susu kambing tidak direkomendasikan oleh ESPHGAN atau Asosiasi Dokter Anak Khusus Nutrisi dan Pencernaan di Eropa sebagai pengganti susu anak yang mengalami alergi susu sapi.
Studi menunjukkan sebagian besar anak yang alergi terhadap susu sapi ternyata juga mengalami alergi terhadap susu kambing yaitu adanya cross-reactivity alergen pada susu sapi dan susu kambing, terutama kasein.
Studi menunjukkan bahwa BB anak balita malnutrisi dengan intervensi nutrisi baik susu sapi maupun dengan susu kambing sama-sama meningkat tanpa perbedaan yang bermakna. Kemudian ada 200 bayi yang mendapatkan susu formula berbasis susu sapi dan susu kambing tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dari peningkatan BB, PB, dan lingkar kepala.
Kesimpulannya pertumbuhan anak sama optimal, baik yang mendapat susu sapi maupun susu kambing.
Foto: www.pexels.com
Sumber:
Truck D. Cow&rsquo;s milk and Goat&rsquo;s milk. World Rev Nutr Diet. 2013;108:56-62.&nbsp;
Vita D, et al: Ass&rsquo;s milk in children with atopic dermatitis and cow&rsquo;s milk allergy: crossover comparison with goat&rsquo;s milk. Pediatr Allergy Immunol 2007;18:594&ndash;598.&nbsp;
Razafindrakoto O, Ravelomanana N, Rasolofo A, Rakotoarimanana RD, Gourgue P, Coquin P, dkk. Goat's milk as a substitute for cow's milk in undernourished children: a randomized double-blind clinical trial. Pediatrics. 1994;94:65-9.&nbsp;

Susu Kambing Lebih Baik dari Susu Sapi untuk Anak? Cek Faktanya!

lele melengkung diberi pakan kotoran, simak fakta nutrisi lele

Benarkah lele yang melengkung saat digoreng disebabkan oleh pakan feses? Simak fakta sebenarnya tentang pakan lele dan cara memilih lele segar yang sehat dan berkualitas untuk dimasak.

Ada banyak mitos seputar ikan lele, salah satunya adalah tentang pemberian pakan kotoran yang diklaim mempengaruhi kualitas dan bentuk lele saat dimasak.&nbsp;
Apakah hal ini benar? Yuk sini Tentang Anak bahas lebih lanjut dan temukan fakta nutrisi serta cara memilih lele yang aman dan sehat untuk keluarga AyBun.
<h2>Fakta: Pakan Tidak Pengaruhi Bentuk Lele saat Digoreng</h2>
Banyak yang percaya bahwa lele yang melengkung saat digoreng disebabkan oleh pakan berupa feses.&nbsp;
Namun, faktanya, bentuk lele lebih dipengaruhi oleh cara memasak dan kondisi tubuh lele itu sendiri.
Dalam proses pencernaannya, lele dapat memecah semua makanan yang masuk, termasuk feses, menjadi mikromolekul seperti asam amino dan asam lemak.&nbsp;
Namun, feses manusia tidak mengandung nutrisi yang bermanfaat bagi lele, karena 75% komposisi feses manusia terdiri dari air dan sisanya berupa mikroba serta serat yang tidak memiliki nilai gizi untuk ikan.
Lele membutuhkan protein atau pakan berkualitas agar tubuhnya lebih berdaging dan sehat.
Lele tidak akan berkembang dengan baik jika hanya diberi pakan feses.&nbsp;
Bila lele terlalu banyak mengonsumsi makanan tanpa nutrisi, tubuhnya cenderung lebih banyak lemak.&nbsp;
Lemak inilah yang akan mencair saat digoreng, menyebabkan lele melengkung kering dan kaku.
Meski begitu, bentuk melengkung saat digoreng tidak selalu disebabkan oleh makanan apalagi langsung menyimpulkan bahwa lele diberi pakan feses.&nbsp;
Faktor lain seperti kualitas air kolam, kepadatan ikan dalam satu kolam, atau bahkan cara menyimpan dan memasaknya juga bisa menyebabkan lele melengkung.
Misalnya, lele bisa melengkung jika:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Wajan yang digunakan terlalu kecil.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Suhu minyak terlalu panas.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Lele dibekukan terlalu lama di freezer.</li>
</ul>
Jadi, yang lebih penting adalah memilih lele yang segar dan berkualitas agar masakan AyBun tidak hanya lezat tetapi juga sehat.
Baca juga: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=2000">Makanan yang Perlu Ditunda Pemberiannya Karena Bisa Hambat Pertumbuhan</a>
<h2>Cara Memilih Lele yang Segar dan Berkualitas</h2>
Untuk memastikan lele yang AyBun masak berkualitas, berikut beberapa tips memilih lele yang aman dan segar:
<h3>Lele Utuh</h3>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pilih lele yang masih hidup, karena kesegarannya lebih terjamin.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Daging lele harus terasa kencang dan memantul kembali saat ditekan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pastikan sirip punggung dan ekornya basah serta utuh, tanpa luka atau goresan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Hindari lele yang berbau menyengat, tanda bahwa ikan sudah tidak segar.</li>
</ul>
<h3>Lele Filet</h3>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pastikan daging filet lele berkilau, basah, dan tidak terlalu banyak air dalam kemasannya.</li>
</ul>
<h3>Lele Beku</h3>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Hindari lele beku yang memiliki kristal es di sekitarnya, karena ini menunjukkan ikan sudah terlalu lama disimpan.</li>
</ul>
<h2>Nutrisi Ikan Lele yang Kaya Manfaat</h2>
Lele adalah salah satu ikan yang kaya akan nutrisi, dan sangat baik untuk mendukung tumbuh kembang anak. Berikut beberapa nutrisi utama yang terdapat dalam lele:
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/66dc152b-010e4668-17df-444f-a4ce-f9cc6db89fac.jpg" alt="Nutrisi Ikan Lele yang Kaya Manfaat" width="60%" height="60%" />
Sumber: instagram.com/tentanganakofficial/
<h3>Protein (18g per 100g)</h3>
Protein berperan penting dalam mendukung pertumbuhan otot dan jaringan tubuh. Ikan lele mengandung protein tinggi yang bermanfaat bagi pertumbuhan anak-anak.
<h3>Vitamin B12 (121% AKG Harian)</h3>
Vitamin B12 membantu mencegah anemia dan penting untuk kesehatan otak, khususnya dalam mendukung perkembangan saraf.
<h3>Omega-3 (237mg per 100g)</h3>
Asam lemak Omega-3 dikenal baik untuk kesehatan jantung dan fungsi otak. Konsumsi lele dapat membantu meningkatkan kemampuan kognitif dan fungsi jantung.
<h3>Vitamin D dan Kalsium</h3>
Vitamin D bersama dengan kalsium membantu memperkuat tulang dan gigi, serta mendukung sistem kekebalan tubuh, menjaga anak tetap sehat.
<h3>Rendah Merkuri</h3>
Tidak seperti beberapa jenis ikan lain yang tinggi kandungan merkuri, lele merupakan ikan yang relatif rendah merkuri, sehingga aman dikonsumsi oleh anak-anak dan ibu hamil.
<h2>Pilihan Olahan Ikan Lele</h2>
Berikut beberapa hidangan berbahan dasar lele yang bisa AyBun coba di rumah, beserta kandungan kalorinya per porsi:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bubur Ikan Lele: 103 kkal</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Lele Goreng: 105 kkal</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Lele Santan Kemangi: 201 kkal</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Lele Kuah Segar: 265 kkal.</li>
</ul>
<h2>Kesimpulan</h2>
Lele bukan hanya enak dan terjangkau, tetapi juga kaya nutrisi yang sangat bermanfaat untuk kesehatan, terutama bagi anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan.&nbsp;
Jangan ragu untuk memasukkan ikan lele ke dalam menu keluarga, namun pastikan memilih lele yang segar dan berkualitas untuk mendapatkan manfaat maksimal.
AyBun juga bisa berbagai jenis olahan ikan lele untuk menu MPASI dan makan si Kecil di fitur <a href="tentanganak://food_list?type=food_list">resep</a> yang ada di aplikasi Tentang Anak.

Lele yang Melengkung Diberi Pakan Kotoran? Simak Fakta Nutrisi & Protein dari Lele

Kenali di sini tentang bahayanya bayi tidur tengkurap

Pola Tidur

Bayi memiliki banyak waktu untuk tidur di awal kelahirannya. Demi pertumbuhan yang optimal tidur berkualitas merupakan hal yang penting untuk si Kecil, sehingga bayi perlu dikondisikan dengan nyaman baik lingkungan dan ruangan untuk si Kecil. Tak jarang banyak orang tua yang masih berpikir bahwa bayi akan tidur lebih nyenyak jika dalam posisi tengkurap. Faktanya, posisi bayi tidur tengkurap berbahaya, lho Ayah Bunda. 
Posisi si Kecil yang tidur tengkurap akan menyebabkan&nbsp; Sudden infant death syndrome (SIDS) adalah kematian mendadak pada bayi yang tidak diketahui penyebabnya dan rentan dialami anak usia kurang 1 tahun. Risikonya meningkat 2 kali lipat jika anak tidur dalam posisi tengkurap.
Posisi tidur tengkurap menyebabkan tekanan pada rahang akan mempersempit saluran pernapasan, sehingga saluran napas bati menjadi terganggu dan menybebkan kematian mendadak. Selain itu, bayi yang tidur tengkurap dan menyamping akan mengirup oksigen yang telah dikeluarkan sehingga kadar oksigen turun dan karbondioksida meningkat.&nbsp;
Lalu, kapan si Kecil boleh tidur tengkurap? Setelah usia 1 tahun umumnya dapat berguling dari posisi tengkurap menjadi terlentang sehingga pada usia ini bayi cukup aman tidur tengkurap. Sebenarnya masih ada beberapa hal penting yang perlu diperhatiin.
Untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan anak saat tidur, pastikan keenam 6 hal ini.
<h2>6 Hal yang Harus Diperhatikan saat Anak Tidur</h2>
<h3>1. Anak yang berusia 1 tahun tidak tidur tengkurap</h3>
Posisi tidur paling aman yaitu terlentang
Pastikan Ayah Bunda kembali memposisikan anak telentang untuk mencegah kesulitan bernapas.
<h3>2. Alas tidur tidak boleh terlalu empuk&nbsp;</h3>
Risiko SIDS meningkat 67 kali lipat jika bayi dibiarkan tidur di sofa dan/atau kursi berlengan. Jangan letakan barang empuk di bawah bayi seperti boneka, kain, atau bantal. Bayi juga tidak boleh tidur satu ranjang dengan Ayah Bunda karena akan berisiko wajah si Kecil terperangkap.
<h3>3. Gunakan empeng pada saat bayi tidur apabila ia sudah lancar direct breastfeeding&nbsp;</h3>
Sebaiknya penggunaan dihentikan sebelum usia 6 bulan untuk mencegah:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Infeksi telinga (otitis media)&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Gangguan struktur rahang/gigi</li>
</ul>
Empeng atau dot yang digunakan bila terlepas tidak perlu dimasukkan ke dalam mulut lagi dan sebaiknya tidak dikalungkan ke leher akan meningkatkan risiko tercekik.
<h3>4. Gunakan baju yang nyaman dan aman&nbsp;</h3>
Ketika anak tidur membutuhkan pakaian yang nyaman hindari baju tebal yang membuat bayi malah kegerahan.
<h3>5. Suhu dan lingkungan tidur bayi tidak terlalu panas</h3>
Atur suhu ruangan supaya bayi tidak merasa gerah, panas, atau gelisah. Bila bayi tampah berkeringat dan panas Ayah Bunda bisa mengganti pakaiannya.
Jadi, sekarang tahu kan Bun bahwa tidur bayi tengkurap tidak disarankan. Usahan si Kecil tidur dalam posisi terlentang hingga berusia 1 tahun.
Nah, jika si Kecil sedang mengalami masalah tidur atau terkait kesehatan lainnya, yuk periksakan dan konsultasi langsung dengan Ahli di Tanya Ahli Premium video call 30 menit dan dapatkan voucher belanja Rp50.000. Yuk, daftar sekarang!
Foto: <a href="http://www.pexels.com">www.pexels.com</a>&nbsp;
Sumber:
<a href="https://www.aap.org/en/news-room/news-releases/aap/2020/tips-for-keeping-infants-safe-during-sleep-from-the-american-academy-of-pediatrics/">https://www.aap.org/en/news-room/news-releases/aap/2020/tips-for-keeping-infants-safe-during-sleep-from-the-american-academy-of-pediatrics/</a>

Bayi Tidak Boleh Tidur Tengkurap, Ini Jawabannya

Stretch mark adalah garis yang sering muncul pada perut dan paha ibu hamil. Kenali penyebab stretch mark pada ibu hamil dan cara mengatasinya di sini!

Fertilitas

Kehamilan

Selama kehamilan, perut ibu hamil akan membesar mengikuti pertumbuhan janin dalam kandungan. Kulit perut pun akan mulai meregang hingga memunculkan garis yang terlihat jelas. Garis inilah yang kita kenal sebagai stretch mark.
Garis stretch mark adalah kondisi kulit yang normal dialami oleh kebanyakan ibu hamil. Meskipun stretch mark tidak membahayakan ibu hamil, banyak yang kurang menyukai tampilan garis ini karena dianggap mengurangi kecantikan. Bunda yang memiliki stretch mark mungkin ingin mengetahui cara menghilangkan stretch mark yang terlihat jelas di beberapa bagian tubuh.&nbsp;
Sebelum mengetahui cara mengatasi stretch mark, Bunda perlu tahu dulu penyebab munculnya stretch mark pada ibu hamil. Simak penjelasan lengkapnya berikut ini!
<h2>Penyebab Stretch Mark pada Ibu Hamil</h2>
Bunda mungkin pernah bertanya-tanya tentang apa itu stretch mark yang muncul di perut atau bagian tubuh lainnya. Stretch mark yang muncul saat kehamilan adalah garis gurat peregangan yang dialami oleh mayoritas ibu hamil. Meski demikian, stretch mark tidak hanya muncul pada ibu hamil saja, tetapi juga pada laki-laki atau perempuan yang tidak hamil.&nbsp;
Warna garis stretch mark bervariasi dari merah hingga cokelat karena tergantung pada warna kulit penderitanya. Stretch mark pada ibu hamil muncul karena peregangan yang melebihi kemampuan elastisitas kulit. Dalam hal ini, peregangan tersebut disebabkan oleh ukuran janin yang membesar. Stretch mark juga dapat disebabkan oleh naiknya berat badan ibu hamil di setiap trimester.&nbsp;
Bunda mungkin akan menyadari munculnya stretch mark saat memasuki usia kehamilan 6&ndash;7 bulan. Setelah melahirkan, stretch mark dapat bertahan di kulit Bunda. Dapat dikatakan stretch mark seperti &ldquo;oleh-oleh&rdquo; dari proses kehamilan.
Faktor genetik juga berperan dalam kemunculan stretch mark selama kehamilan. Jika ibu Bunda pernah memiliki stretch mark, Bunda berpotensi besar turut memiliki stretch mark selama kehamilan. Stretch mark juga bisa dipengaruhi oleh gaya hidup, seperti konsumsi makanan bergizi, minum air yang cukup, hingga rutin berolahraga.
<h3>Apakah Stretch Mark Muncul karena Garukan?</h3>
Banyak yang menduga bahwa stretch mark pada ibu hamil muncul karena sering menggaruk perut yang gatal. Hal ini tidaklah benar. Namun, garis stretch mark dapat memicu rasa gatal. Garis stretch mark adalah bagian kulit yang menipis karena peregangan. Akibatnya, kulit akan terasa lebih sensitif dan rentan mengalami rasa gatal.&nbsp;
Jika Bunda ingin menggaruk garis stretch mark yang gatal, sebaiknya tidak digaruk dengan jari, melainkan diusap lembut dengan sisir atau kain. Dengan demikian, Bunda tidak akan memperparah garis stretch mark yang sudah muncul.&nbsp;
<h3>Tips Mengatasi Stretch Mark pada Ibu Hamil</h3>
Terlepas dari kondisi stretch mark yang normal terjadi selama kehamilan, Bunda mungkin ingin mencari tahu tips merawat kulit agar terhindar dari stretch mark atau untuk memudarkan stretch mark yang sudah ada. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa Bunda lakukan terhadap garis stretch mark:
<ol>
<li> Konsumsi Makanan dengan Gizi Seimbang</li>
</ol>
Makanan yang Bunda konsumsi tidak hanya mempengaruhi bagian dalam tubuh, tetapi juga bagian luar seperti kulit. Melengkapi asupan sayuran dan buah saat hamil dapat membantu menjaga kesehatan kulit dan menghindari kemunculan stretch mark.&nbsp;
Bunda dapat mengonsumsi sumber makanan yang kaya akan vitamin E, C, protein, dan zat besi untuk menambah kolagen pada kulit. Kolagen sendiri berperan dalam menjaga kulit tetap kencang dan kuat.&nbsp;
Dengan kandungan kolagen yang cukup, kulit Bunda pun akan lebih ternutrisi. Risiko munculnya stretch mark akan lebih berkurang serta dapat mempermudah menyamarkan stretch mark yang sudah ada.
<ol start="2">
<li> Lakukan Olahraga Ringan</li>
</ol>
Salah satu penyebab munculnya stretch mark saat hamil adalah naiknya berat badan di setiap trimester. Berat badan yang terus naik menyebabkan kulit menjadi meregang dan memunculkan garis-garis stretch mark. Maka dari itu, Bunda dapat melakukan olahraga secara rutin untuk mengontrol berat badan agar tetap sehat.&nbsp;
Namun, pastikan olahraga tersebut aman dilakukan oleh ibu hamil, ya! Beberapa olahraga yang bisa Bunda lakukan adalah senam hamil hingga jalan pagi. Tidak hanya mampu mencegah stretch mark, olahraga ringan dapat membantu menjaga kesehatan dan stamina ibu hamil.
<ol start="3">
<li> Rutin Minum Air Putih</li>
</ol>
Cara mengatasi stretch mark berikutnya adalah dengan rutin mengonsumsi air putih. Hal ini dapat membantu kulit agar tetap lembap dan terhidrasi. Kulit yang terhidrasi akan lebih sedikit berisiko untuk mendapatkan stretch mark dibandingkan kulit kering. Bunda dapat mengonsumsi air putih sesuai rekomendasi, yaitu 2 liter per hari, untuk menjaga kulit tetap sehat dan lembap.&nbsp;
Selain itu, Bunda juga dianjurkan untuk mengurangi konsumsi berkafein seperti kopi. Kandungan kafein dapat meningkatkan risiko kemunculan stretch mark. Jika Bunda kesulitan mengurangi asupan kafein, Bunda dapat mengimbanginya dengan mengonsumsi minuman non-kafein seperti air putih.
<ol start="4">
<li> Gunakan Krim Pelembab</li>
</ol>
Selain meminum air putih secara rutin, Bunda dapat menjaga kelembapan kulit dengan mengoleskan pelembab ke daerah yang rawan mengalami stretch mark, seperti perut, paha, pinggul, payudara, dan bokong. Gunakanlah krim pelembab khusus stretch mark setelah mandi dan diulangi setiap 3&ndash;4 jam, terutama ketika Bunda sudah memasuki trimester ke-3.
<ol start="5">
<li> Konsultasi dengan Dokter Kulit</li>
</ol>
Jika Bunda mulai jengah dengan stretch mark yang tidak kunjung hilang setelah melahirkan, Bunda dapat mencoba berkonsultasi dengan dokter kulit. Untuk saat ini, terapi hanya bisa memudarkan garis stretch mark saja dengan anjuran dari dokter spesialis kulit. Salah satu terapi ini adalah dengan menggunakan laser.
Demikian penjelasan seputar penyebab stretch mark pada ibu hamil dan cara mengatasinya! Terlepas dari tips merawat stretch mark di atas, Bunda perlu mengetahui bahwa stretch mark bukanlah hal aneh yang terjadi pada ibu hamil. Jadi, jangan sampai kehadiran stretch mark menurunkan kepercayaan diri Bunda, ya!
Foto: Photo by pexels
Sumber:
https://perdoski.id/article/detail/188-selulit-dan-stretch-mark-apa-bedanya&nbsp;&nbsp;&nbsp;
https://www.aad.org/public/cosmetic/scars-stretch-marks/stretch-marks-why-appear&nbsp;

Stretch Mark Muncul Karena Bumil Sering Garuk Perut, Benarkah?

kurangi risiko tantrum bacakan buku tentang keseharian

Kurangi risiko tantrum pada anak dengan rutin membacakan buku tentang keseharian. Temukan manfaat pentingnya membaca untuk perkembangan bahasa, kosakata, dan fokus anak. Ayo bantu si kecil tumbuh cerdas dan percaya diri!

Tahukah AyBun bahwa membacakan buku secara rutin bisa menjadi cara efektif untuk membantu mengurangi risiko tantrum pada anak?&nbsp;
Penelitian menunjukkan bahwa anak dengan keterlambatan bicara (speech delay) memiliki risiko hampir dua kali lipat untuk mengalami tantrum parah dibandingkan anak-anak dengan kemampuan bahasa yang sesuai usianya.&nbsp;
Salah satu cara sederhana untuk membantu perkembangan bahasa anak sekaligus mengurangi risiko tantrum adalah dengan membacakan buku, terutama yang berkaitan dengan keseharian si Kecil.
<h2>Mengapa Membacakan Buku Penting untuk Anak?</h2>
Buku bukan hanya pengantar tidur, tetapi juga alat penting untuk mendukung perkembangan bahasa, kognitif, dan emosional anak.&nbsp;
Dengan mengenalkan kata-kata yang familiar dari lingkungan sekitar, anak dapat belajar lebih cepat memahami dan mengasosiasikan kata dengan benda atau peristiwa nyata.&nbsp;
Hal ini membantu mereka mengekspresikan diri dengan lebih baik, sehingga mengurangi frustrasi yang seringkali menjadi penyebab tantrum.
Bukan hanya itu, anak yang rutin dibacakan buku memiliki risiko lebih rendah mengalami keterlambatan bicara.&nbsp;
Anak-anak yang mampu mengekspresikan keinginannya dengan kata-kata cenderung lebih tenang dan tidak mudah mengalami ledakan emosi, karena mereka memiliki lebih banyak cara untuk menyampaikan perasaan dan kebutuhannya.
<h2>Manfaat Membacakan Buku tentang Keseharian</h2>
Membacakan buku tentang keseharian membawa banyak manfaat, antara lain:
<h3>1. Perkembangan Kosakata dan Bahasa</h3>
Buku dapat membantu anak menambah kosakata dengan memperkenalkan kata-kata yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Semakin banyak kata yang dikenali anak, semakin mudah bagi mereka untuk mengekspresikan diri dan berkomunikasi, yang pada akhirnya mengurangi risiko tantrum.
<h3>2. Mengurangi Risiko Tantrum</h3>
Keterlambatan bicara membuat anak frustrasi karena mereka kesulitan mengekspresikan perasaan atau kebutuhan mereka.
Dengan rutin membacakan buku, AyBun bisa membantu anak memperkaya kosakata sehingga anak lebih mudah berkomunikasi dan risiko tantrum pun menurun.&nbsp;
&nbsp;
Selain itu, keterampilan bahasa, baik receptive maupun expressive, berkontribusi pada pengembangan keterampilan regulasi diri, serta fungsi emosional dan perilaku anak.&nbsp;
&nbsp;
<h3>3. Meningkatkan Fokus dan Konsentrasi</h3>
Membaca buku secara rutin juga melatih anak untuk lebih fokus dan berkonsentrasi dalam jangka waktu yang lebih lama.&nbsp;
Buku yang interaktif, dengan gambar dan fitur yang menarik, bisa membantu anak lebih tertarik pada aktivitas membaca, sekaligus melatih keterampilan motorik halus mereka melalui interaksi langsung.
<h3>4. Penggunaan Gambar Nyata untuk Mendukung Pemahaman</h3>
Buku yang menggunakan gambar realistis dan sesuai dengan dunia sehari-hari anak dapat membantu mereka memahami konteks lebih baik.&nbsp;
Gambar-gambar ini membantu anak mengenali objek dan situasi di sekitarnya dengan lebih mudah, mendukung kemampuan pemecahan masalah mereka.
AyBun juga bisa mendukung pemahaman anak dengan menggunakan worksheet <a href="tentanganak://activity?type=activity_detail&amp;id=578">Ayo Cari Bendanya!</a> &amp; <a href="tentanganak://activity?type=activity_detail&amp;id=584">Ayo, Jadi Detektif Kata!</a> yang dibuat oleh Tim Tentang Anak.
<h3>5. Dampak Positif terhadap Kesehatan Mental</h3>
Anak-anak dengan keterampilan bahasa yang baik cenderung memiliki kesehatan mental yang lebih baik.&nbsp;
Masalah dalam keterampilan bahasa di usia dini dapat berkontribusi pada masalah perilaku, rendahnya harga diri, dan kesulitan beradaptasi secara sosial saat dewasa.&nbsp;
Oleh karena itu, mengembangkan keterampilan bahasa sejak dini sangat penting untuk kesejahteraan anak di masa depan.
<h2>Kenapa Membaca Buku Lebih Efektif daripada Media Lain?</h2>
Penelitian menunjukkan bahwa membacakan buku secara langsung lebih efektif untuk perkembangan bahasa dan kognitif anak dibandingkan media digital.&nbsp;
Hal ini dikarenakan interaksi langsung dengan orang tua memberikan anak kesempatan untuk bertanya, berdiskusi, dan memahami lebih dalam isi buku.&nbsp;
Aktivitas ini juga memperkuat ikatan emosional antara AyBun dan si kecil, menciptakan momen yang penuh makna setiap harinya.
Membacakan buku juga membantu anak lebih tenang dan lebih perhatian, yang penting untuk melatih fokus mereka.&nbsp;
Anak yang terbiasa dengan rutinitas membaca juga akan lebih siap menghadapi tantangan belajar di masa depan.
Dengan membacakan buku seperti Serunya Dunia Sekitarku: 101+ Kata Pertamaku, AyBun dapat memperkaya kosakata anak.&nbsp;
Buku ini menggunakan gambar realistis yang biasa ditemukan dalam keseharian membantu mereka memahami konteks lebih baik, sekaligus mendukung perkembangan bahasa, dan mengurangi risiko tantrum.
<img style="display: block; margin-left: auto; margin-right: auto;" src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/671b1efc-a481f12c-7bff-4a5b-8a4d-fa70f5e0f039.png" alt="Buku 101+ Kata Pertamaku" width="50%" height="50%" />
Dikerjakan bersama oleh: Grace Sameve (psikolog anak), Mesty Ariotedjo (dokter spesialis anak), Vega Noviriesca (illustrator), dan Tim Tentang Anak
&nbsp;
Sinopsis:&nbsp;
Waaah, ada banyak sekali hal yang menarik di sekitarku! Lihat, ada mainan yang bisa terbang! Apa warna baju yang Kakak pakai? Ada apa, ya, di balik semak-semak itu? Aku tak sabar untuk tahu jawabannya! Yuk, Teman, kita cari tahu bersama!
Dua tahun pertama kehidupan merupakan periode pesatnya peningkatan jumlah kosakata anak. Oleh sebab itu, kata-kata pertama si Kecil sangat berarti dalam proses tumbuh kembangnya. Selain menandakan perkembangan kognitif dan bahasa, jumlah dan jenis kata yang diketahui anak penting untuk membantu mereka memahami diri sendiri, serta berinteraksi lebih baik dengan orang lain.
Dirangkum dalam 14 tema yang sering ditemui anak setiap hari, buku ini hadir dengan lebih dari 125 kata, disertai gambar asli dan ilustrasi menarik, untuk mendampingi proses pengembangan kosakata dan mengajak si Kecil lebih mengenal dunia sekitarnya!
Dapatkan di <a href="https://shopee.co.id/tentanganak/29115262356">marketplace</a> kesayangan AyBun atau langsung beli pada <a href="tentanganak://commerce_product_detail?type=commerce_product_detail&amp;id=3d7ed48c-7a90-455b-b6a8-d1c50efe8665">Fitur Belanja</a>&nbsp;di Aplikasi Tentang Anak!
<h2>Tips Membacakan Buku untuk Mengurangi Risiko Tantrum</h2>
Berikut beberapa tips sederhana yang bisa AyBun coba agar waktu membaca bersama menjadi momen yang lebih bermanfaat dan menyenangkan:
<h3>1. Pilih Waktu yang Tepat</h3>
Bacakan buku di saat anak sedang santai, misalnya sebelum tidur atau setelah makan. Waktu yang tepat membantu anak lebih fokus dan dapat menikmati suatu bacaan tanpa gangguan.
<h3>2. Buat Rutinitas Membaca Harian</h3>
Membaca secara konsisten setiap hari membantu anak mengembangkan kebiasaan baik dan memberikan manfaat jangka panjang untuk perkembangan bahasa dan kognitifnya.
Penelitian menunjukkan bahwa sesi membaca cerita dengan frekuensi lebih dari 4 kali per minggu, dengan durasi lebih dari 10 menit per sesi, dapat mengurangi risiko keterlambatan bahasa hingga 84%.&nbsp;
<h3>3. Libatkan Anak dalam Aktivitas Membaca</h3>
Ajak si kecil untuk ikut serta selama membaca, misalnya dengan bertanya, "Apa yang terjadi selanjutnya?" atau "Coba lihat gambar ini, apa warnanya?".
Pertanyaan-pertanyaan ini bisa meningkatkan keterlibatan dan pemahaman anak.
<h3>4. Gunakan Ekspresi yang Menarik</h3>
Bacakan cerita dengan penuh ekspresi dan nada suara yang bervariasi untuk menarik perhatian anak dan membantu mereka lebih memahami emosi yang terkandung dalam cerita.
Baca juga: <a href="tentanganak://article_list?type=article_list&amp;id=1991">Kesulitan Ajar Anak Baca &amp; Berhitung? Mulai dengan Latih Rentang Fokusnya melalui Stimulasi Motorik Halus</a>
<h2>Kesimpulan</h2>
Membacakan buku tentang keseharian anak dapat menjadi solusi efektif untuk mendukung perkembangan bahasa dan mengurangi risiko tantrum.&nbsp;
Dengan menambah kosakata dan kemampuan bahasa si kecil, AyBun membantu anak mengekspresikan diri mereka lebih baik dan membangun hubungan yang lebih sehat dengan lingkungan sekitarnya.&nbsp;
Rutinitas sederhana ini juga bisa membantu anak lebih fokus, lebih tenang, dan siap menghadapi masa depan yang penuh tantangan.
Ayo mulai membacakan buku secara rutin untuk membantu si kecil tumbuh lebih cerdas, tenang, dan penuh percaya diri!

Kurangi Risiko Tantrum pada Anak dengan Rutin Bacakan Buku Tentang Keseharian

Resiliensi adalah kemampuan untuk pulih dan beradaptasi setelah menghadapi berbagai tantangan, stress, dan rintangan dalam hidup. Memiliki anak yang tangguh dan mampu mengatasi berbagai kesulitan adalah impian setiap orang tua. Dalam artikel ini, kita akan membahas pentingnya resiliensi pada anak serta cara-cara untuk membangunnya, berdasarkan penelitian dan sumber yang terpercaya.

Resiliensi adalah kemampuan untuk pulih dan beradaptasi setelah menghadapi berbagai tantangan, stress, dan rintangan dalam hidup. Memiliki anak yang tangguh dan mampu mengatasi berbagai kesulitan adalah impian setiap orang tua. Dalam artikel ini, kita akan membahas pentingnya resiliensi pada anak serta cara-cara untuk membangunnya, berdasarkan penelitian dan sumber yang terpercaya.
<h3>Apa Itu Resiliensi?</h3>
Menurut<a href="https://developingchild.harvard.edu/science/key-concepts/resilience/"> Harvard University's Center on the Developing Child</a>, resiliensi adalah Resiliensi adalah 'keberhasilan' untuk menunjukkan upaya/outcome positif terlepas dari tekanan yang dihadapi/dialami. 
Dengan kata lain, bukan hanya bertindak guna 'bertahan' dalam situasi, dengan bantuan/dukungan yang sesuai, situasi ini bisa menjadi katalis tumbuh/kembang anak.
<h3>Pentingnya Memperkuat Resiliensi pada Anak</h3>
Membantu anak mengembangkan resiliensi memiliki banyak manfaat, termasuk:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kemampuan Mengatasi Kesulitan: Anak yang tangguh memiliki kemampuan untuk mengatasi rintangan dan tantangan dengan cara yang positif.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Meningkatkan Kemandirian: Resiliensi membantu anak untuk menjadi mandiri dan percaya diri dalam mengambil keputusan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Meningkatkan Kesejahteraan Emosional: Anak yang memiliki resiliensi yang kuat cenderung memiliki tingkat kesejahteraan emosional yang lebih tinggi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Memperkuat Hubungan Sosial: Anak yang tangguh mampu membangun hubungan sosial yang baik dan memperoleh dukungan dari orang-orang di sekitarnya.</li>
</ul>
<h3>Cara Membangun Resiliensi pada Anak</h3>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Memberikan Dukungan Emosional dari Orang Tua: Pentingnya peran orang tua yang menjadi sumber dukungan emosional yang stabil bagi anak. Dengarkan perasaan dan kekhawatiran mereka, dan berikan dukungan yang mereka butuhkan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ajarkan Keterampilan Problem Solving: Ajarkan anak cara-cara untuk menyelesaikan masalah dan mengatasi rintangan dengan cara yang positif. Berikan mereka kesempatan untuk mencoba dan belajar dari kegagalan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mendorong Kemandirian: Mendorong anak untuk menjadi mandiri dan mengambil tanggung jawab atas tindakan dan keputusan mereka dapat membantu memperkuat resiliensinya.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Fokus pada Pengembangan Hubungan Sosial yang Positif: Bantu anak untuk membangun hubungan yang sehat dan positif dengan teman-teman dan keluarga. Ini akan memberikan mereka dukungan sosial yang penting dalam mengatasi kesulitan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Membangun Optimisme: Ajarkan anak untuk melihat sisi positif dari setiap situasi dan untuk tetap optimis bahkan dalam menghadapi kesulitan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Berikan Model Perilaku yang Positif: Berperilaku positif dan menunjukkan sikap yang tangguh dalam menghadapi kesulitan dapat menjadi contoh yang baik bagi anak.</li>
</ul>
Menurut sebuah studi yang diterbitkan di<a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6069421/"> NCBI</a>, ada beberapa strategi yang bisa diterapkan untuk membangun resiliensi pada anak, termasuk:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Membangun Hubungan yang Aman: Memberikan anak lingkungan yang aman dan penuh kasih adalah langkah penting dalam membangun resiliensi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mendorong Dukungan Sosial: Mendukung anak untuk memiliki hubungan yang positif dan mendukung dengan teman sebaya dan orang dewasa dapat membantu mereka mengatasi kesulitan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengajarkan Keterampilan Penyesuaian Diri: Mengajarkan anak cara-cara untuk beradaptasi dengan perubahan dan mengatasi stres dapat membantu mereka menjadi lebih tangguh dalam menghadapi tantangan.</li>
</ul>
Membangun resiliensi pada anak adalah investasi penting dalam masa depan mereka. 
Dengan memberikan dukungan emosional yang stabil, mengajarkan keterampilan problem solving, mendorong kemandirian, dan membangun hubungan sosial yang positif, Ayah Bunda dapat membantu si Kecil mengatasi berbagai kesulitan dan tumbuh menjadi individu yang tangguh dan berkembang secara positif.&nbsp;
AyBun bisa dengan membaca dan membelikan buku Resilience
<img src="https://tentanganak.com/_next/image/?url=%2Fstatic%2Fproducts%2Fbooks%2Fresiliencetangguh-buku-bilingual.jpg&amp;w=3840&amp;q=75" alt="Resilience/Tangguh (buku bilingual)" width="171" height="171" />
<div>Penulis
Writer: Gianti Amanda, Grace Sameve, Mesty Ariotedjo &amp; Reda Gaudiamo Illustrator: Bellansori Translator: Natalia Marhum
</div>
<div>Sinopsis
Ketangguhan adalah salah satu karakter baik dengan beragam manfaat jika dimiliki. Proses menumbuhkan karakter baik, termasuk ketangguhan, memerlukan waktu dan dukungan dari lingkungan.
Oleh sebab itu, buku ini diharapkan dapat mendampingi orang tua untuk memulai proses ini dan turut menginspirasi si Kecil untuk mulai menerapkannya dalam keseharian sejak dini.
Hadir dalam Bahasa Indonesia dan English, buku ini juga turut mendukung AyBun untuk membiasakan penggunaan 2 bahasa dengan si Kecil.
</div>
<div class="py-1 flex items-center justify-between">
<div class="flex items-center space-x-2">Segera hadir dapatkan di aplikasi pada menu BELANJA atau <a href="https://shope.ee/4Ac2BKJgMz">di SHOPEE kesayangan AyBun&nbsp;</a> klik <a href="https://shope.ee/4Ac2BKJgMz">di sini!</a></div>
</div>
Ingatlah bahwa membangun resiliensi adalah proses yang berkelanjutan, serta penting untuk terus memberikan dukungan dan bimbingan kepada anak dalam perjalanan mereka menuju kedewasaan.
&nbsp;
Foto: Freepik
Referensi:
https://raisingchildren.net.au/school-age/behaviour/understanding-behaviour/resilience-how-to-build-it-in-children-3-8-years#:~:text=Resilience%20is%20the%20ability%20to,get%20back%20to%20living%20life.&nbsp;
https://developingchild.harvard.edu/science/key-concepts/resilience/&nbsp;
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6069421/&nbsp;