Yuk, terapkan aktivitas membaca pada anak sejak dini! Ada banyak manfaat yang bisa anak dapatkan dari membaca buku, cek selengkapnya berikut ini.

Psikologi Anak

Parenting

Kebiasaan membaca perlu diterapkan pada anak sejak dini. Ada banyak manfaat yang bisa anak dapatkan dengan membaca buku. Membaca membuat otak anak berkembang secara maksimal dan juga bisa meningkatkan kecerdasan emosional mereka.&nbsp;
AyBun bisa memperkenalkan kegiatan membaca sejak dini atau bahkan dari anak masih bayi. Mulailah dengan membacakan anak berbagai buku anak-anak yang bergambar dan berwarna agar menarik, sehingga nantinya anak akan menyukai aktivitas membaca.
Dengan membaca buku, AyBun juga bisa dekat dengan si kecil. Nah, selain itu masih banyak lagi manfaat dari membaca buku untuk anak. Lantas, apa saja manfaat membiasakan membaca pada anak? Simak selengkapnya di bawah ini!
<h2>Korelasi Membaca dan Kecerdasan Emosi Anak</h2>
Menurut Clifonline.org, membaca literatur fiksi membuat kecerdasan emosional anak berkembang secara pesat. Kecerdasan emosional atau EQ sendiri adalah kemampuan seseorang untuk mengatur emosi atau perasaannya.&nbsp;
Membaca buku bisa membuat siapa saja yang baca akan memiliki respons emosional yang nyata, termasuk anak kecil. Bisa dengan tawa, tangisan, kemarahan, kekecewaan ataupun kegembiraan. Buku cerita fiksi akan membantu si kecil untuk mengenali perasaan-perasaan tersebut.
Membaca juga membentuk si kecil memiliki empati yang merupakan inti dari kecerdasan emosional itu sendiri. Dari buku, si kecil bisa merasakan dan membayangkan bagaimana rasanya menjadi karakter yang ada di dalam buku, sehingga mereka mampu mengerti perasaan orang lain.&nbsp;
<h2>Daftar Manfaat Membaca Bagi Anak</h2>
Berikut ini adalah berbagai manfaat membaca bagi anak, simak selengkapnya:
<h3>1. Meningkatkan kreativitas anak</h3>
Buku bisa memperkenalkan anak dengan dunia baru yang berbeda dan misterius. Buku mengajarkan bukan sekedar dunia nyata seperti binatang, dinosaurus, kendaraan, atau lainnya. Tetapi buku juga mengenalkan dunia fantasi yang bikin anak berpikir out of the box.&nbsp;
Anak bisa berimajinasi dengan bebas bersama buku. Mereka akan menemukan berbagai ide dan keinginan baru yang akan meningkatkan kreativitas dan kesehatan emosional mereka.&nbsp;
<h3>2. Memperluas pengetahuan bahasa&nbsp;</h3>
Menurut studi National Library of Medicine pada tahun 2019, anak yang dibiasakan membaca selama 5 tahun hingga mereka berada di Taman Kanak-Kanak (TK) telah mengetahui lebih dari 1,4 juta lebih kata daripada anak-anak yang tidak membaca.
Penelitian tersebut membuktikan bahwa anak yang suka baca buku akan memiliki pengetahuan kosa kata yang cukup banyak. Dengan banyaknya pengetahuan kosa kata, anak akan lebih mudah berkomunikasi untuk menyampaikan perasaan ataupun apa yang dipikirkannya.&nbsp;
<h3>3. Melatih konsentrasi</h3>
Adanya gadget, video game, hingga ponsel pintar sekarang ini membuat anak sulit untuk menjaga konsentrasinya dalam kegiatannya. Solusinya, orang tua bisa mengajarkan anak berkonsentrasi penuh dengan membaca. Membaca akan membuat anak fokus pada tiap kata dan meningkatkan kemampuan berkonsentrasi.&nbsp;
<h3>4. Meningkatkan kemampuan komunikasi anak</h3>
Manfaat besar buku untuk anak dapat meningkatkan kemampuan komunikasi. Selain anak dapat memiliki pengetahuan banyak kosa kata, kemampuan mendengarkan si kecil juga bisa dilatih dengan membacakannya buku secara rutin.&nbsp;
Buku cerita juga mengajarkan si kecil tentang budaya dan interaksi antar karakternya. Dengan eksplorasi buku cerita dari berbagai budaya dan negara, anak bisa memiliki pengertian tentang berkomunikasi dengan orang lain.&nbsp;
<h3>5. Mempererat hubungan dengan orang tua</h3>
Membacakan buku untuk anak mampu mendekatkan hubungan anak dengan orang tua. Kegiatan ini bisa memunculkan berbagai topik diskusi yang membuat anak merasa dekat dan diperhatikan oleh orang tua.&nbsp;
Anak yang masih bayi mungkin tidak akan mengerti apa yang kamu katakan ketika membacakan buku. Tapi bayi suka mendengarkan suara-suara yang dia kenal, dan membacakannya sebuah cerita adalah hal yang tepat untuk menciptakan hubungan intim antara orang tua dan anak.
<h2>Cara Membacakan Anak Buku Sesuai Usia</h2>
Saat berapa tahun anak bisa dibacakan buku? Jawabannya adalah sejak bayi. Anak bisa dibiasakan membaca dengan AyBun mengawalinya membacakannya buku. Berikut adalah panduan membacakan anak buku sesuai usia:
<h3>Usia 0-1 tahun</h3>
Bayi di usia ini sangat menyukai suara orang-orang yang dia kenali, utamanya ibunya. AyBun bisa membacakan kepada anak di usia ini dengan suara dan beragam nada yang akan merangsang indera pendengarannya.
<h3>Usia 1-2 tahun</h3>
Pada usia ini, anak mampu untuk menunjuk, membolak balikkan serta menyebutkan berbagai hal yang familiar. AyBun bisa mengajak anak untuk menunjuk gambar dalam buku dan aktif menjawab pertanyaan si kecil.
<h3>Usia 2-3 tahun</h3>
Anak berumur 2-3 tahun mampu diajak beridiskusi. Maka AyBun harus aktif menjelaskan adegan dan makna dari kosakata yang baru dia temukan di buku. Supaya si kecil lebih semangat dalam membaca, berikanlah pujian atau reward setelah selesai membaca.
<h3>Usia 3-4 tahun</h3>
Di usia ini, anak mulai memiliki pendapat tersendiri terhadap cerita sebuah buku. Orang tua bisa membicarakan tokoh-tokoh yang ada dalam buku sebagai bahan diskusi. AyBun juga bisa tanyakan kesan anak setelah membaca buku.&nbsp;
<h3>Usia 4-5 tahun</h3>
AyBun sudah mulai bisa meminta anak menceritakan isi buku di usia ini. Karena itu, ajaklah anak berdiskusi lebih jauh tentang cerita dan kosakata baru yang lebih rumit. Dorong anak untuk mengarang cerita atau menggambar di buku.&nbsp;
Demikian informasi tentang berbagai manfaat membaca bagi anak. AyBun tidak perlu bingung untuk memilih buku untuk anak, pilihlah buku bergambar berwarna-warni yang menarik. Anak akan tertarik dengan gambar dan cerita yang mudah dimengerti di buku.
Yuk, AyBun ajak anak untuk membaca sejak dini, supaya tumbuh kembang otak anak lebih maksimal!&nbsp;
AyBun masih memiliki pertanyaan seputar psikologi Anak atau anak mengalami keluhan kesehatan?Pakai aplikasi Tentang Anak AyBun bisa gunakan fitur Tanya Ahli untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dan baca informasi seputar parenting lainnya. Yuk, unduh Tentang Anak sekarang!
Foto:&nbsp;<a href="http://www.pexels.com">www.pexels.com</a>&nbsp;
Sumber:
Logan JAR, Justice LM, Yumuş M, Chaparro-Moreno LJ. When Children Are Not Read to at Home: The Million Word Gap. J Dev Behav Pediatr. 2019 Jun;40(5):383-386. doi: 10.1097/DBP.0000000000000657. PMID: 30908424.
<a href="https://clifonline.org/7-ways-reading-improves-emotional-intelligence/">https://clifonline.org/7-ways-reading-improves-emotional-intelligence/</a>&nbsp;
<a href="https://www.healthline.com/health/childrens-health/reading-to-children#benefits">https://www.healthline.com/health/childrens-health/reading-to-children#benefits</a>
<a href="https://schoolhouse-daycare.co.uk/blog/benefits-of-reading-to-your-child/">https://schoolhouse-daycare.co.uk/blog/benefits-of-reading-to-your-child/</a>&nbsp;

5 Manfaat Membaca Bagi Anak, Meningkatkan Kecerdasan Emosi hingga Kognitif

Saat memasuki usia 15 bulan, penting untuk diperhatikan agar anak mencapai sejumlah tahapan perkembangan berikut ini. 

Perkembangan

Kesehatan Anak

Pada usia 15 bulan, anak-anak akan memasuki tahap perkembangan yang penting dalam hidup mereka. Di tahap ini, perkembangan anak 15 bulan ditandai dengan si Kecil yang mulai belajar berdiri dan berjalan dengan bantuan serta menjelajahi lingkungan sekitarnya dengan lebih aktif.&nbsp;
Dalam hal ini, Ayah dan Bunda sebagai orang tua dapat membantu anak-anak untuk tumbuh dan berkembang dengan memberikan dukungan dan kesempatan untuk belajar dan mengeksplorasi.
Lalu, seperti apa tahapan ideal perkembangan anak 15 bulan? Dan hal apa saja yang harus diperhatikan AyBun? Yuk, simak pembahasannya di artikel berikut ini!
<h2>Tahapan Perkembangan Anak Usia 15 Bulan?</h2>
Perkembangan anak 15 bulan biasanya ditandai dengan sejumlah tahapan berikut ini:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Berdiri sendiri dan berjalan dengan bantuan atau tanpa bantuan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengenali orang-orang terdekatnya seperti keluarga dan teman-temannya.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menunjuk ke objek atau orang yang dia inginkan dengan menggunakan jari atau tangannya.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menggunakan satu atau dua kata untuk menyatakan keinginannya, meskipun masih sulit untuk memahami apa yang mereka katakan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menirukan gerakan sederhana seperti menepuk tangan atau menggoyangkan kepala.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mulai memahami konsep seperti "ke atas" dan "ke bawah" dan mungkin bisa menunjuk ke atas atau ke bawah sesuai permintaan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menunjukkan minat terhadap alat-alat seperti pensil, garpu, atau sendok dan mungkin akan mencoba menggunakannya untuk melakukan sesuatu.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mulai memahami arti dari "ya" dan "tidak" dan mungkin akan menggelengkan kepala untuk menunjukkan tidak setuju.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menunjukkan emosi yang berbeda seperti marah, sedih, atau senang.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mulai memahami konsep "milik" dan mungkin akan bersikap cemburu jika sesuatu yang dia sukai diambil oleh orang lain.</li>
</ol>
Ini hanyalah beberapa contoh dari apa yang anak-anak usia 15 bulan mungkin sudah bisa lakukan.&nbsp;
Perlu diingat bahwasanya kemampuan setiap anak akan bervariasi tergantung pada faktor-faktor seperti latar belakang keluarga, lingkungan, dan genetik.
<h2>Stimulus untuk Mendukung Perkembangan Anak 15 Bulan</h2>
Berikut adalah beberapa stimulus yang perlu dilakukan untuk mendukung perkembangan anak 15 bulan:
<h3>1. Memberikan permainan yang sesuai dengan usianya</h3>
Anak usia 15 bulan biasanya senang bermain dengan mainan yang mudah mereka genggam, pindahkan, dan masukkan ke lubang.&nbsp;
Ayah dan Bunda dapat memberikan mainan seperti balok-balok, bola kecil, dan boneka untuk membantu mengembangkan koordinasi tangan dan mata si Kecil.
<h3>2. Memberikan anak kesempatan untuk bergerak dan belajar berjalan</h3>
Anak-anak yang berusia 15 bulan mulai bisa merangkak dan berdiri dengan bantuan. Mereka juga sudah mulai menunjukkan tanda-tanda berjalan.
Dalam hal ini, memberikan anak kesempatan untuk bergerak dan menjelajahi lingkungan sekitarnya dengan aman adalah hal yang penting untuk diperhatikan.
<h3>3. Menggunakan bahasa yang sesuai</h3>
Saat memasuki usia anak 15 bulan, Ayah dan Bunda sebaiknya menggunakan bahasa yang sesuai dengan si Kecil saat berkomunikasi dengan mereka.&nbsp;
Hal ini akan membantu anak mengembangkan kemampuan bahasa dan meningkatkan kosakata mereka.
<h3>4. Mengajari anak tentang pola</h3>
Anak-anak di usia 15 bulan suka belajar tentang pola dan mencoba menirukan tindakan orang lain.&nbsp;
Untuk itu, Ayah dan Bunda perlu mengajarkan si Kecil pola sederhana seperti "kaki kiri, kaki kanan" saat memakai sepatu atau "atas, tengah, bawah" saat memasukkan balok-balok ke dalam lubang.
<h3>5. Mengajari anak tentang emosi</h3>
Anak-anak di usia 15 bulan umumnya akan mulai belajar tentang emosi mereka sendiri dan orang lain.&nbsp;
Pastikan Ayah dan Bunda mengajarkan anak tentang nama emosi yang berbeda dan bagaimana mengekspresikannya dengan cara yang positif.
<h2>Apa yang Harus Diperhatikan Orang Tua?</h2>
Tahukah Ayah dan Bunda, ada sebuah studi yang menunjukkan bahwa lebih dari 80% kemampuan berjalan anak dipengaruhi oleh faktor genetik usia perkembangannya. Ini tak akan jauh beda dengan waktu AyBun bisa berjalan saat kecil.
Di usia 15 bulan, 90% anak idealnya sudah menguasai kemampuan berjalan dengan baik.
Lalu, bagaimana tahapannya?&nbsp;
Pada awal proses berjalan, anak umumnya memiliki cara jalan yang khas dan termasuk normal, seperi:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tangan kadang terbuka untuk menyeimbangkan postur</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Jarak antar kaki lebar difungsikan sebagai pondasi</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Awal melangkah dengan telapak kaki, bukan dengan tumit saat menginjak lantai</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Langkah kaki tinggi dan tungkai cenderung berputar ke luar</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tungkai cenderung berbentuk O (bow legged)</li>
</ul>
Hal ini normal untuk anak berusia di bawah 2 tahun dan akan menghilang saat usia 3 tahun. Namun, Ayah dan Bunda perlu segera konsultasikan ke dokter jika anak:
<h3>1. Belum tertarik atau belum melangkah sendiri tanpa dibantu pada usia 15 bulan</h3>
Kemungkinan penyebabnya stimulasi kurang optimal dan/atau adanya gangguan perkembangan.
<h3>2. Berjalan dengan tumit atau jinjit di usia lebih dari 2 tahun dan secara konsisten</h3>
Kemungkinan penyebabnya adanya gangguan saraf dan otot
<h3>3. Tampak berjalan pincang&nbsp;</h3>
Kemungkinan penyebab si Kecil berjalan pincang adalah:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Disertai nyeri saat berjalan. Ini bisa disebabkan karena riwayat terjatuh, terluka, infeksi, atau radang sendi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tanpa nyeri saat berjalan. Ini bisa terjadi karena adanya kelemahan saraf, otot, atau kelainan sendi.</li>
</ul>
<h3>4. Sering terjatuh saat jalan dan kesulitan berdiri sehingga harus dibantu tangan untuk mencoba berdiri</h3>
Kemungkinan penyebab si Kecil sering terjatuh dan kesulitan berdiri adalah gangguan saraf dan otot (muscular dystrophy). Oleh sebab itu, Ayah dan Bunda sebaiknya segera konsultasikan hal ini ke dokter.
Itu dia pembahasan tentang perkembangan anak 15 bulan. Agar anak-anak dapat mencapai perkembangan yang optimal, Ayah dan Bunda harus memberikan dukungan dan kesempatan bagi anak-anak untuk belajar dan tumbuh.&nbsp;
Dengan demikian, si Kecil akan dapat mencapai perkembangan yang ideal pada usia 15 bulan, yang akan membantu mereka tumbuh dan berkembang secara sehat dan positif di masa depan.

Ini Tahapan Ideal Perkembangan Anak Usia 15 Bulan


dr. Banyak yang bertanya tentang mengapa ibu hamil pernah mengalami susah BAB? Yuk, kenali penyebab dan cara mengatasinya di artikel ini

Kehamilan

Kehamilan adalah perjalanan yang penuh tantangan dan perubahan fisik yang signifikan bagi seorang wanita. Salah satu masalah yang mungkin dihadapi oleh bumil adalah kesulitan BAB atau Buang Air Besar. Meskipun mungkin terdengar sepele, masalah ini bisa sangat mengganggu dan bahkan memengaruhi kesehatan ibu hamil. Artikel ini akan membahas beberapa penyebab umum mengapa bumil bisa mengalami kesulitan BAB serta memberikan solusi yang mungkin membantu mengatasi masalah ini.
<h2>Penyebab Bumil Susah BAB</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/64fafe2e-36bd37f5-84f7-47b8-aca9-1153c60b1723.jpg" />
Perubahan Hormon: Saat hamil, tubuh seorang wanita mengalami perubahan hormon yang signifikan, terutama hormon progesteron. Hormon ini dapat membuat otot-otot usus lebih rileks, yang bisa menghambat pergerakan makanan melalui saluran pencernaan. Akibatnya, bumil seringkali mengalami sembelit.
Peningkatan Tekanan pada Lambung: Berkembangnya janin dalam rahim bisa memberikan tekanan ekstra pada lambung, menyebabkan asam lambung naik ke kerongkongan dan merasa tidak nyaman. Ini bisa membuat bumil kurang ingin makan atau minum, yang pada gilirannya bisa memperparah masalah sembelit.
Konsumsi Zat Besi: Bumil sering disarankan untuk mengonsumsi suplemen zat besi untuk mencegah anemia. Namun, zat besi bisa menjadi penyebab sembelit karena dapat mengeraskan tinja.
Kekurangan Serat: Pola makan yang rendah serat dapat menyebabkan sembelit. Ini sering terjadi pada wanita hamil yang mungkin tidak memiliki nafsu makan normal dan lebih memilih makanan dengan kandungan serat rendah.
Dehidrasi: Kehamilan dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh. Jika bumil tidak minum cukup air, ini dapat menyebabkan tinja mengering dan sulit dikeluarkan.
<h2>Solusi dan TIPS</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/64fafe1f-907bdab5-cb23-4752-aef2-7df3b8e60926.jpg" />
Untungnya, ada beberapa solusi dan tips yang bisa membantu bumil mengatasi masalah kesulitan BAB:
Konsumsi Makanan Kaya Serat: Makanan seperti sayuran hijau, buah-buahan, biji-bijian, dan sereal tinggi serat dapat membantu melunakkan tinja dan memperlancar proses pencernaan.
Minum Air yang Cukup: Pastikan untuk minum cukup air sepanjang hari. Air membantu menjaga tinja tetap lembut dan memudahkan proses BAB.
Aktivitas Fisik: Melakukan olahraga ringan atau aktivitas fisik seperti berjalan dapat merangsang pergerakan usus dan membantu mengatasi sembelit.
Konsultasikan dengan Dokter: Jika masalah sembelit terus berlanjut, penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau bidan. Mereka dapat memberikan saran yang sesuai, termasuk penggunaan suplemen serat atau obat-obatan yang aman untuk bumil.
&nbsp;
Hindari Zat Besi Berlebihan: Konsultasikan dengan profesional medis mengenai dosis yang tepat untuk suplemen zat besi. Mungkin Anda dapat mengurangi dosis atau mencari sumber zat besi dalam makanan yang lebih mudah dicerna.
&nbsp;
Kesulitan BAB adalah masalah umum yang dapat dihadapi oleh bumil, tetapi dengan perubahan gaya hidup yang tepat dan konsultasi medis yang sesuai, masalah ini bisa diatasi. Penting untuk mengenali penyebabnya dan mengambil tindakan yang sesuai untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi yang sedang dikandung. Dengan perawatan yang tepat, bumil dapat menghadapi perubahan fisik yang datang dengan kehamilan dengan lebih nyaman dan lebih sehat. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter atau bidan Anda jika mengalami kesulitan BAB yang berkepanjangan.

Penyebab Bumil Susah BAB: Faktor-Faktor dan Solusinya

Mau menghemat pengeluaran setelah punya bayi? Baca tips menabung kami untuk menghemat anggaran belanja kebutuhan bayi Anda.

Gaya Hidup

Menjadi orang tua bukanlah perkara mudah. Tidak hanya wajib berkomitmen seumur hidup untuk merawat, membesarkan dan mencintai sang buah hati, Ayah Bunda juga harus menyiapkan biaya yang tidak sedikit, bahkan, sebelum si kecil lahir ke dunia. Untuk biaya perawatan antenatal (sebelum melahirkan) misalnya, ayah-bunda wajib mengeluarkan minimal Rp 200 ribu-Rp 500-ribu per bulan. Sedangkan, untuk kebutuhan persalinan dan perawatan setelah melahirkan, survei yang dilakukan oleh Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) pada tahun 2019 menyebutkan angka Rp 6 juta hingga Rp 50 juta.
Pengeluaran juga terus berlanjut setelah si kecil lahir. Berbagai macam kebutuhan bayi mulai dari susu formula (jika ibu tidak bisa memberikan ASI), perlengkapan bayi seperti pakaian, selimut, popok, membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Begitu juga dengan pengeluaran untuk peralatan makan seperti botol susu dan dot hingga kebutuhan kesehatan bayi seperti imunisasi dan obat. Menurut laporan survei dari Kementerian Kesehatan Indonesia dan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2019, untuk pengeluaran kesehatan bayi saja, orang tua wajib menyediakan Rp 680 ribu. Namun, besaran tersebut berbeda-beda tergantung pilihan layanan kesehatan yang diambil.
Mengingat besarnya biaya, banyak orang tua yang mengeluh kesulitan menabung saat memiliki bayi. Padahal, menabung penting untuk menyiapkan dana kebutuhan mendadak atau kebutuhan penting di masa depan. Lantas, apa solusinya? Nah, bagi Ayah Bunda calon orang tua baru, jangan khawatir. Berikut ini sejumlah tips untuk menghemat pengeluaran sehingga bisa tetap menabung saat baru punya bayi.
<h2>Tips Menabung Harian dan Bulanan</h2>
<h3>1. Menabung dari Menghemat Kebutuhan Susu</h3>
Memberikan ASI eksklusif tidak hanya memberikan manfaat kesehatan bagi bayi, melainkan juga menguntungkan secara finansial. Sayangnya, masih banyak orang tua yang tidak sadar bahwa menyusui ASI merupakan salah satu cara untuk menghemat uang. Bayangkan saja, jika Ayah Bunda berencana memberikan susu formula, maka biaya yang harus disiapkan berkisar antara Rp 200 ribu hingga Rp 1 juta per bulan.
Agar nominal tabungan bisa lebih besar, usahakan untuk memberikan ASI eksklusif hingga anak berusia 2 tahun. Dengan perhitungan kasar, maka dana yang bisa Ayah Bunda sisihkan sebagai tabungan bisa mencapai Rp 4,8 juta hingga 24 juta.
<h3>2. Menabung dari Menghemat Pengeluaran untuk Sepatu Bayi</h3>
Sepatu hanya diperlukan ketika bayi mulai belajar berjalan, dan bahkan pada tahap tersebut, bayi dapat belajar berjalan dengan kaki telanjang atau memakai kaos kaki anti-slip yang lembut. Jadi, jika Ayah Bunda ingin menghemat pengeluaran, sebaiknya tidak perlu membeli sepatu bayi hingga mereka mulai belajar berjalan. Namun, pastikan bahwa kaki bayi tetap hangat dan dilindungi dari potensi cedera atau goresan dengan memakai kaos kaki. Ayah Bunda bisa menghemat uang puluhan ribu rupiah hingga Rp 500 ribu dengan menunda pembelian sepatu.
<h3>3. Membeli Barang Multi-purpose</h3>
Cara lain yang bisa Ayah Bunda lakukan untuk menghemat biaya kebutuhan perlengkapan bayi adalah membeli barang serba guna. Contohnya, saat membeli baby tafel untuk kebutuhan mengganti popok hingga memandikan bayi, pastikan membeli produk yang dapat digunakan untuk menyimpan baju bayi. Dengan cara ini, Ayah Bunda bisa menghemat pengeluaran untuk kebutuhan lemari pakaian bayi.
<h3>4. Jangan Membeli dalam Partai Besar</h3>
Terkadang membeli barang dalam jumlah besar memang dapat menghemat karena harga per unitnya jadi lebih murah. Namun, dalam kebutuhan bayi, teori ini tidak selalu benar. Berikut ini sejumlah alasannya:
<ul>
<li>Kebutuhan bayi berubah-ubah dengan cepat: Kebutuhan bayi seperti popok, baju, atau susu dapat berubah dengan cepat seiring pertumbuhan bayi. Jika Ayah Bunda membeli barang dalam jumlah besar, kemungkinan akan ada barang yang tidak terpakai karena bayi sudah tumbuh lebih besar atau membutuhkan jenis yang berbeda.</li>
<li>Keterbatasan ruang penyimpanan: Karena barang yang dibeli banyak, maka Ayah Bunda butuh ruang penyimpanan yang besar. Jika Ayah Bunda memiliki ruang penyimpanan yang terbatas, membeli barang dalam jumlah besar bukan pilihan yang tepat.</li>
<li aria-level="1">Resiko kadaluarsa: Beberapa produk bayi seperti susu formula, makanan bayi, dan obat-obatan memiliki kedaluwarsa yang relatif pendek. Jika Ayah Bunda membeli dalam jumlah besar, risiko produk tersebut kadaluarsa sebelum terpakai akan lebih tinggi.</li>
</ul>
<h3>5. Menghemat dengan Menyetok Kebutuhan Bayi di Mobil</h3>
Usahakan untuk menyimpan berbagai kebutuhan bayi seperti popok, susu formula, bedak dan minyak telon di dalam mobil. Jika Ayah Bunda lupa membawanya ketika berlibur atau dalam perjalanan, Ayah Bunda akan menghemat pengeluaran yang tidak terduga karena harus membeli dengan harga yang bisa jauh lebih mahal.
<h3>6. Menghemat dengan Menggunakan Barang Bekas</h3>
Membeli barang-barang bekas seperti baju bayi, stroller, kereta dorong, dan mainan bayi tentu akan menghemat biaya dibandingkan membeli baru karena barang bekas dijual dengan harga yang lebih murah. Ayah Bunda juga dapat meminta atau meminjam sekian kebutuhan tersebut dari saudara atau teman yang sudah tidak memakainya lagi.
Nah, ayah-bunda, demikianlah tips menabung yang bisa Ayah Bunda terapkan ketika baru memiliki bayi. Pastikan untuk konsisten melakukan penghemat agar jumlah uang yang bisa ditabung jadi lebih maksimal. Selamat mencoba, semoga berhasil!
Foto: drobotdean / freepik

6 Tips Menabung Saat Ayah Bunda Baru Punya Bayi

Kenali tanda-tanda bayi kurang ASI, seperti berat badan sulit naik, jarang buang air, dan rewel setelah menyusu. Simak ciri-ciri lengkap dan cara mengatasinya di sini!

ASI adalah sumber nutrisi utama bagi bayi, terutama dalam enam bulan pertama kehidupannya. Namun, tidak semua bayi mendapatkan cukup ASI, dan hal ini bisa berdampak pada tumbuh kembangnya.
Sebagai orang tua, AyBun perlu mengenali tanda-tanda bayi kurang ASI sejak dini agar dapat segera mengambil tindakan. Yuk, simak ciri-cirinya dalam artikel berikut!
<h2>Tanda Bayi Kurang ASI yang Perlu Diwaspadai</h2>
<h3>1. Bayi Terlalu Mengantuk atau Lemas</h3>
Bayi yang mendapatkan cukup ASI biasanya aktif dan terjaga dalam waktu tertentu setelah menyusu. Namun, jika bayi tampak sangat mengantuk, lemas, atau sering tidur lebih dari 4 jam tanpa menyusu, ini bisa menjadi tanda ia tidak mendapatkan cukup ASI.
<h3>2. Durasi Menyusu Terlalu Singkat atau Lama</h3>
Normalnya, bayi menyusu sekitar 10-30 menit per sesi. Jika bayi hanya menyusu sebentar lalu tertidur atau sebaliknya, menyusu lebih dari 40 menit tanpa tanda puas, ini bisa menjadi pertanda bahwa ia kesulitan mendapatkan ASI yang cukup.
<h3>3. Nyeri Saat Menyusui atau Perlekatan Buruk</h3>
Jika Bunda merasakan sakit saat menyusui atau melihat bayi sulit menempel dengan baik, kemungkinan besar perlekatannya tidak sempurna. Perlekatan yang buruk dapat membuat bayi tidak mendapatkan cukup ASI.
<h3>4. Berat Badan Tidak Bertambah dengan Normal</h3>
Bayi yang mendapatkan cukup ASI biasanya bertambah berat badan sekitar 155-240 gram per minggu hingga usia 4 bulan. Jika bayi belum kembali ke berat lahir dalam 10-14 hari atau pertambahannya lebih sedikit dari angka ini, Bunda perlu berkonsultasi dengan tenaga kesehatan.
<h3>5. Jarang Buang Air Besar</h3>
Dalam empat hari pertama, bayi yang mendapatkan cukup ASI akan buang air besar setidaknya 3-4 kali sehari. Jika frekuensinya kurang atau fesesnya masih berwarna gelap setelah hari kelima, ini bisa menjadi tanda bayi kurang ASI.
<h3>6. Urine Berwarna Pekat atau Sedikit</h3>
Pada awalnya, bayi mungkin jarang buang air kecil, tetapi setelah hari keempat, ia seharusnya memiliki setidaknya enam popok basah per hari. Jika urine bayi tampak gelap atau ada bercak merah kecokelatan (brick dust), ini bisa menandakan dehidrasi akibat kurangnya asupan ASI.
<h3>7. Bayi Tidak Terlihat Puas Setelah Menyusu</h3>
Jika setelah menyusu bayi masih rewel, menangis, atau terus mencari payudara tanpa terlihat puas, kemungkinan ia tidak mendapatkan ASI dalam jumlah yang cukup.
Baca Juga: <a href="https://tentanganak.com/artikel/cara-menyusui-bayi-yang-benar-aman-dan-nyaman/">Cara Menyusui Bayi yang Benar, Aman dan Nyaman</a>
<h2>Apa yang Harus Dilakukan Jika Bayi Kurang ASI?</h2>
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Perbaiki Perlekatan Pastikan bayi menempel dengan benar pada payudara agar ia bisa mengisap ASI dengan optimal. Jika perlu, Bunda bisa berkonsultasi dengan konsultan laktasi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menyusui Lebih Sering Susui bayi setidaknya 8-12 kali dalam 24 jam untuk merangsang produksi ASI dan memastikan bayi mendapatkan cukup nutrisi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Perah dan Berikan ASI Tambahan Jika bayi masih kesulitan menyusu langsung, AyBun bisa mencoba memerah ASI dan memberikannya menggunakan sendok atau cangkir kecil.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Perhatikan Asupan Nutrisi Bunda Pastikan Bunda mengonsumsi makanan bergizi dan cukup cairan agar produksi ASI tetap optimal.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Cari Bantuan Ahli Jika Bunda merasa bayi masih tidak mendapatkan cukup ASI, segera konsultasikan dengan tenaga kesehatan atau konsultan laktasi untuk mendapatkan solusi yang tepat.</li>
</ol>
<h2>Kesimpulan</h2>
ASI adalah sumber nutrisi utama bagi bayi, tetapi tidak semua bayi mendapatkannya dengan cukup. AyBun perlu mengenali tanda-tanda bayi kurang ASI, seperti bayi terlalu mengantuk, durasi menyusu tidak normal, berat badan tidak bertambah, dan frekuensi buang air yang sedikit.
Jika bayi menunjukkan tanda-tanda tersebut, segera perbaiki perlekatan, susui lebih sering, perah ASI jika perlu, serta konsultasikan dengan tenaga kesehatan. Dengan tindakan yang tepat, kebutuhan ASI bayi dapat terpenuhi untuk tumbuh kembang yang optimal.

Kenali Sejak Dini, Ini Tanda Bayi Kurang ASI yang Perlu AyBun Ketahui!


Temukan cara efektif mengatasi sembelit pada anak dengan langkah-langkah sederhana seperti meningkatkan asupan serat, menjaga hidrasi, dan menciptakan rutinitas toilet. Baca selengkapnya di artikel ini.

BAB keras atau sembelit pada anak adalah masalah umum yang sering dialami oleh anak sekitar usia 2 tahun. Anak yang buang air besar (BAB) kurang dari dua kali dalam seminggu termasuk mengalami sembelit (konstipasi).&nbsp;
Tinja anak konstipasi biasanya keras, kering, dan sulit dikeluarkan, sehingga dapat menimbulkan rasa sakit saat buang air besar.&nbsp;
Kondisi ini biasanya disebabkan oleh pola makan rendah serat, dehidrasi, perubahan rutinitas, atau menolak untuk belajar menggunakan toilet.&nbsp;
Pahami penyebab, gejala, dan cara sederhana mengatasi BAB keras pada anak sekitar 2 tahun di rumah:
<h2>Penyebab BAB Keras atau Sembelit Pada Anak</h2>
Beberapa faktor yang menyebabkan BAB susah dikeluarkan atau sembelit pada anak antara lain yaitu:
<h3>1. Pola Makan yang Tidak Seimbang</h3>
Pola makan yang terlalu banyak mengandung makanan olahan, produk susu, dan makanan manis, tetapi rendah serat (seperti biji-bijian utuh, buah-buahan, dan sayuran) dapat menyebabkan BAB keras atau sembelit.&nbsp;
Kekurangan cairan juga dapat membuat tinja atau BAB menjadi keras. Perubahan diet, seperti transisi dari ASI atau susu formula ke susu sapi, dapat mempengaruhi konsistensi tinja.
<h3>2. Menahan BAB</h3>
Anak-anak sekitar usia 2 tahun sering lebih tertarik bermain daripada pergi ke toilet. Beberapa anak merasa enggan, takut, atau belum terbiasa menggunakan toilet, terutama di toilet umum.&nbsp;
Ketika anak menolak untuk menggunakan toilet, hal ini tentu akan mempersulit proses toilet training.
<h3>3. Takut Akan Ketidaknyamanan</h3>
Anak yang pernah mengalami rasa sakit saat buang air besar mungkin cenderung untuk menahan buang air besar&nbsp; karena takut akan rasa sakit yang sama akan terulang.&nbsp;
Menahan buang air besar dapat menyebabkan penumpukan tinja yang semakin besar dan keras, sehingga lebih sulit dan menyakitkan untuk dikeluarkan.
<h3>4. Perubahan Rutinitas</h3>
Perubahan rutinitas, seperti pergi berlibur, dapat membuat anak enggan untuk menggunakan toilet umum entah karena mereka merasa belum terbiasa atau kebersihan toilet yang tidak terjaga.
<h3>5. Kurangnya Aktivitas Fisik</h3>
Kurangnya aktivitas fisik dapat memperlambat proses pencernaan dan menyebabkan feses menjadi keras.
<h3>6. Penyakit</h3>
Perubahan nafsu makan akibat sakit perut atau penyakit lain dapat memengaruhi diet anak, yang berujung pada sembelit.
<h3>7. Dalam Pengobatan</h3>
Beberapa obat atau suplemen, seperti suplemen zat besi dosis tinggi atau obat penghilang rasa sakit, dapat menyebabkan sembelit. Namun, zat besi dalam susu formula untuk bayi biasanya tidak menyebabkan masalah ini.
<h3>8. Kondisi Fisik</h3>
Dalam kasus yang jarang terjadi, masalah anatomi pada usus, anus, atau rektum dapat menyebabkan sembelit atau BAB keras yang kronis. Gangguan pada sistem saraf, seperti cerebral palsy, juga dapat mempengaruhi kemampuan anak untuk buang air besar.
Baca juga:&nbsp;<a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=481">1 dari 3 Anak Sering Sembelit karena Stres! Kok Bisa?</a>
<h2>Gejala Sembelit atau BAB Keras Pada Anak</h2>
Beberapa gejala yang dapat Anda amati jika anak AyBun mengalami sembelit meliputi:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">BAB kurang dari dua kali dalam seminggu.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tinja yang keras, kering, atau berbentuk gumpalan yang besar, menyakitkan, atau sulit dikeluarkan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Posisi dan gerakan yang tidak biasa, seperti berdiri di ujung jari atau bergerak-gerak, yang dapat menunjukkan bahwa mereka menghindari atau menunda buang air besar.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Keram, pembengkakan, atau perut yang kembung.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mual.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tinja berdarah.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tinja di celana yang mirip dengan diare.</li>
</ol>
<h2>Cara Mengatasi BAB Keras atau Sembelit Pada Anak</h2>
Jika anak AyBun mengalami sembelit, AyBun dapat membantu mereka dengan beberapa langkah sederhana di rumah, antara lain:
<h3>1. Berikan Makanan Tinggi Serat</h3>
Pastikan anak AyBun mengonsumsi cukup serat dari buah, sayur, biji-bijian, dan kacang-kacangan. Makanan tinggi serat membantu membentuk tinja yang lebih lunak. Tambahkan serat secara perlahan untuk mencegah kembung. Targetkan sekitar 20 gram serat per hari untuk anak usia 1-3 tahun.
<h3>2. Biasakan Banyak Minum Air Mineral</h3>
Pastikan anak minum cukup air setiap hari. Untuk anak usia 1-3 tahun, kebutuhan air sekitar 1300 mL/hari. Selain air putih, berikan juga buah-buahan berair seperti semangka atau jeruk. Gunakan gelas atau botol minum yang lucu agar anak lebih tertarik.
<h3>3. Batasi Makanan Tinggi Lemak dan Gula</h3>
Kurangi makanan cepat saji, gorengan, dan minuman manis yang dapat memperberat sembelit. Sebaiknya, fokus pada makanan bergizi dengan lebih banyak sayur dan buah. Untuk minuman manis, buatlah jus buah segar yang lebih sehat.
<h3>4. Berikan Rewards</h3>
Dorong anak untuk buang air secara teratur, terutama setelah makan. Gunakan sistem reward untuk memotivasi mereka, seperti memberikan stiker atau akses ke buku atau permainan khusus setelah menggunakan toilet. Fokus pada usaha anak untuk membangun kebiasaan positif.
<h3>5. Buat Rutinitas BAB</h3>
Tetapkan waktu khusus setelah makan untuk anak buang air besar. Jika perlu, sediakan bangku kecil agar mereka bisa duduk dengan nyaman dan lebih mudah mengeluarkan BAB. Ingat, beberapa anak mungkin teralihkan oleh permainan, sehingga mereka perlu diingatkan untuk pergi ke toilet.
<h3>6. Berikan Obat Pencahar</h3>
Jika langkah-langkah di atas belum efektif, konsultasikan dengan dokter tentang penggunaan obat pencahar yang aman untuk anak. Obat seperti laktulosa dapat membantu melunakkan tinja.
<h2>Makanan yang Harus Dihindari</h2>
Jika anak AyBun mengalami sembelit, sebaiknya hindari makanan yang rendah serat, seperti:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Cokelat.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Olahan susu, walaupun tidak semua, kebanyakan anak yang mengalami sembelit umumnya memiliki intoleransi terhadap laktosa.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Makanan yang mengandung gluten, seperti: gandum dan roti.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Makanan yang menimbulkan alergi, seperti: seafood, telur, dan kacang-kacangan.</li>
</ul>
<h3>Kapan Harus Menghubungi Dokter?</h3>
Bawa anak Anda ke dokter jika sembelit berlangsung lebih dari 2 minggu dan pengobatan di rumah tidak memberikan hasil. Hubungi dokter jika anak mengalami gejala seperti:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Demam</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Muntah</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pendarahan rektum</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tinja berdarah</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Perut bengkak</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Nyeri perut yang terus-menerus</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Penurunan berat badan</li>
</ul>
Dengan langkah-langkah sederhana ini, AyBun dapat membantu anak mengatasi sembelit dan menjaga kesehatan pencernaan mereka.&nbsp;
Jika AyBun masih memiliki pertanyaan atau butuh saran lebih lanjut, jangan ragu untuk menggunakan fitur "<a href="tentanganak://consult_list?type=consult_list">Tanya Ahli</a>" di Tentang Anak. Para DSA siap membantu menjawab pertanyaan dan memberikan dukungan yang AyBun butuhkan!

Cara Mengatasi BAB Keras Pada Anak 2 Tahun

Pelajari pertolongan pertama saat anak kesetrum atau tersengat listrik di rumah. Temukan langkah cepat dan cara pencegahannya untuk menjaga si kecil tetap aman dari bahaya listrik.

Kesetrum atau tersengat listrik adalah salah satu risiko yang dapat terjadi pada anak-anak, terutama saat mereka bermain di rumah.
Data menunjukkan bahwa 47.2% kasus kematian akibat kesetrum terjadi pada anak di bawah usia 18 tahun, dan 81% di antaranya terjadi saat mereka bermain di rumah.
Anak-anak sering kali tidak menyadari bahaya di sekitar mereka dan bisa mengalami kejadian ini karena:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Memegang sumber listrik, seperti colokan atau saklar</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menggigit kabel listrik</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Memasukkan benda logam, seperti garpu atau pensil, ke dalam stop kontak</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tersetrum arus listrik melalui air, seperti saat menyentuh alat listrik dengan tangan basah.</li>
</ol>
<h2>Apa yang Harus Dilakukan Saat Anak Kesetrum?</h2>
Berikut merupakan pertolong pertama yang harus dilakukan oleh orang tua saat anak tersengat listrik atau tersetrum:
<h3>1. Putuskan Sambungan Listrik</h3>
Sebelum melakukan apapun, pastikan untuk memutus sambungan listrik. Hal ini merupakan langkah pertama yang sangat krusial untuk memastikan keselamatan AyBun dan anak.
<h3>2. Gunakan Benda Non Konduktor</h3>
Jika AyBun perlu memindahkan anak dari sumber listrik, jangan gunakan tangan kosong. Gunakan benda non konduktor yang tidak dapat menghantarkan listrik, seperti tongkat kayu, gulungan koran, atau kain tebal untuk menghindari risiko tersetrum lebih lanjut.
Baca juga: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=58">Lakukan Pertolongan Pertama pada Bayi Tersedak!</a>
<h3>3. Minimalkan Pergerakan Anak</h3>
Sengatan listrik dapat menyebabkan cedera serius, termasuk patah tulang belakang. Cobalah untuk meminimalkan pergerakan anak selama proses pertolongan.
<h3>4. Periksa Kondisi Anak</h3>
Setelah arus listrik diputus, periksa keadaan anak dengan cermat:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pernafasan: Apakah anak masih bernapas?</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Denyut nadi: Apakah ada detak jantung?</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Warna kulit: Apakah kulitnya tampak normal?</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kesadaran: Apakah anak sadar dan responsif?</li>
</ul>
<h3>5. Lakukan CPR Jika Diperlukan</h3>
Jika anak tidak bernapas atau tidak ada denyut nadi, segera lakukan CPR sambil meminta bantuan dari orang lain.
<h3>6. Periksa Luka Bakar</h3>
Setelah memastikan keselamatan, periksa apakah anak mengalami luka bakar. Luka bakar harus ditangani segera untuk menghindari komplikasi lebih lanjut.
<h3>7. Segera Bawa ke Rumah Sakit</h3>
Walaupun anak terlihat sehat, sangat penting untuk membawanya ke rumah sakit. Kerusakan internal akibat arus listrik tidak selalu terlihat dan dapat berakibat fatal jika tidak ditangani.
<h2>Apakah Anak Perlu Dibawa ke Rumah Sakit meskipun Terlihat Sehat Setelah Tersetrum?</h2>
Ya, sangat perlu! Meskipun anak tampak baik-baik saja, kerusakan internal yang tidak terlihat dapat terjadi akibat tersetrum.&nbsp;
Pemeriksaan medis lanjutan akan membantu mendeteksi masalah yang mungkin tidak teridentifikasi.
<h2>Cara Mencegah Kesetrum pada Anak</h2>
Sebagai langkah pencegahan tersengat listrik atau kesetrum, orang tua dapat melakukan beberapa hal berikut:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">⚡ Tutup Semua Stop Kontak dengan pelindung untuk menghindari akses langsung anak ke colokan listrik.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">🔌 Jauhkan Kabel dan Perangkat Listrik dari jangkauan anak. Pastikan kabel tidak tergeletak sembarangan di area bermain anak.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">🧒 Awasi Anak secara ketat saat mereka berada di dekat alat listrik. Jangan biarkan anak bermain tanpa pengawasan di area yang memiliki potensi bahaya listrik.</li>
</ol>
<h2>Kesimpulan</h2>
Keselamatan anak adalah prioritas utama bagi setiap orang tua. Dengan memahami pertolongan pertama yang tepat saat anak kesetrum, AyBun dapat meminimalkan risiko dan mengambil tindakan cepat yang dapat menyelamatkan nyawa.&nbsp;
Semoga hal ini tidak terjadi pada AyBun dan si Kecil!

Pertolongan Pertama Saat Anak Kesetrum atau Tersengat Listrik

Anak bisa konsumsi 100&ndash;200 mg pewarna buatan per hari. Kenali bahaya Tartrazine dan cara menghindari pewarna sintetis dalam makanan anak.

Tahukah AyBun? Anak-anak Indonesia diperkirakan bisa mengonsumsi 100 hingga 200 mg pewarna buatan setiap hari dari makanan dan minuman yang mereka konsumsi. Salah satu zat pewarna buatan yang paling umum digunakan adalah Tartrazine, atau dikenal juga sebagai Yellow 5.
Meski terlihat menarik dan membuat makanan tampak lebih menggugah selera, pewarna buatan seperti Tartrazine ternyata bisa berdampak buruk bagi kesehatan anak jika dikonsumsi berlebihan atau dalam jangka panjang.
<h2 data-start="818" data-end="841">Apa Itu Tartrazine?</h2>
Tartrazine (E102) adalah pewarna sintetik berwarna kuning cerah yang digunakan secara luas dalam makanan olahan, minuman kemasan, kosmetik, hingga produk rumah tangga. Tartrazine juga bisa ditemukan dengan nama lain seperti Food Yellow 4 atau Acid Yellow 23.
Tartrazine sering dipakai karena stabil dan murah. Namun, penelitian menunjukkan bahwa konsumsi jangka panjang dapat berdampak pada kesehatan, terutama bagi anak-anak yang masih dalam tahap pertumbuhan.
<h2 data-start="1310" data-end="1352">Makanan yang Mengandung Pewarna Buatan</h2>
Berikut beberapa contoh makanan dan minuman yang sering mengandung Tartrazine dan pewarna buatan lain:
<ul>
<li data-start="1463" data-end="1486">Sereal warna-warni</li>
<li data-start="1463" data-end="1486">Adonan kue &amp; pie instan</li>
<li data-start="1463" data-end="1486">Es krim kemasan</li>
<li data-start="1463" data-end="1486">Permen warna-warni</li>
<li data-start="1463" data-end="1486">Minuman soda &amp; minuman serbuk</li>
<li data-start="1463" data-end="1486">Roti cepat saji</li>
</ul>
Selain makanan, Tartrazine juga bisa ditemukan pada:
<ul>
<li data-start="1683" data-end="1705">Kosmetik &amp; parfum</li>
<li data-start="1683" data-end="1705">Produk perawatan hewan peliharaan</li>
</ul>
<h2 data-start="1748" data-end="1784">Dampak Pewarna Makanan pada Anak</h2>
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pewarna makanan buatan dapat berdampak pada kesehatan anak, seperti:
<ul>
<li data-start="1895" data-end="1944">Risiko alergi atau reaksi hipersensitivitas</li>
<li data-start="1895" data-end="1944">Gangguan perilaku dan konsentrasi (seperti ADHD)</li>
<li data-start="1895" data-end="1944">Perubahan biologis pada tubuh, termasuk dampak seluler</li>
</ul>
Dalam studi tahun 2024 yang dipublikasikan di Science, ditemukan bahwa pewarna makanan seperti yang digunakan pada Cheetos dapat membuat jaringan tikus menjadi transparan. Meskipun penelitian ini masih tahap awal dan pada hewan, temuan ini menunjukkan adanya efek biologis yang tidak bisa diabaikan.
<h2 data-start="2373" data-end="2427">Cara Menghindari Pewarna Buatan dalam Makanan Anak</h2>
Berikut beberapa tips agar AyBun bisa mengurangi paparan pewarna makanan buatan pada anak:
<ol>
<li data-start="2523" data-end="2638">Baca label kemasan dengan teliti &mdash; Hindari produk dengan bahan seperti &ldquo;Tartrazine,&rdquo; &ldquo;E102,&rdquo; atau &ldquo;Yellow 5.&rdquo;</li>
<li data-start="2523" data-end="2638">Pilih makanan alami &mdash; Buat camilan sendiri di rumah dengan bahan segar dan pewarna alami seperti kunyit atau buah naga.</li>
<li data-start="2523" data-end="2638">Kurangi makanan ultra proses &mdash; Semakin sedikit prosesnya, semakin kecil kemungkinan mengandung pewarna buatan.</li>
<li data-start="2523" data-end="2638">Ajarkan anak untuk mengenali makanan sehat &mdash; Anak juga perlu diajak terlibat memilih makanan yang baik untuk tubuh mereka.</li>
</ol>
<h2 data-start="3019" data-end="3033">Kesimpulan</h2>
Meski pewarna makanan buatan seperti Tartrazine masih diperbolehkan di banyak negara, bukan berarti aman dikonsumsi setiap hari dalam jumlah besar. Anak-anak cenderung lebih rentan terhadap zat kimia tambahan, dan efeknya bisa muncul dalam jangka panjang.
Untuk itu, bijaklah dalam memilih makanan kemasan untuk anak dan selalu prioritaskan bahan alami tanpa tambahan pewarna sintetis.

Anak Konsumsi 100–200 mg Pewarna Buatan per Hari, Ini Bahayanya!

Bosan akhir pekan di rumah aja? Mendingan pergi jalan-jalan bersama keluarga dan ajak anak ke restoran yang nyaman, yuk cari tahu rekomendasinya di sini!

Akhir pekan tiba&hellip; Yuk, sempatkan waktu bersama keluarga dengan mengunjungi restoran yang ramah anak, Ayah Bunda!
Pastinya idaman banget ya tempat super komplit yang menyediakan fasilitas itu. Selain bisa enjoy melahap makanan lezat, Ayah Bunda gak khawatir dengan si Kecil.
<h2>Berikut 5 restoran rekomendasi ala Tentang Anak yang ramah untuk si Kecil!</h2>
<h3>1. Talaga Sampireun</h3>
Sebuah restoran yang mengusung tema khas Indonesia terutama sunda dan berlokasi di area Jakarta, Depok, Tangerang, Bogor, Bekasi. AyBun bisa memilih tempat makan di ruangan semi outdoor, ruang VIP, saung-saung atau di meja sepanjang jembatan di atas telaga. Di malam hari, pemandangan akan lebih cantik oleh lampion dan air mancur di tengah telaga.
Di restoran ini ada taman bermain anak-anak, termasuk area kelinci yang bakal bikin si kecil enggan pulang. Yang paling unik, Ayah Bunda dan keluarga bisa menyusuri telaga, dengan perahu dayung yang dikenakan tarif Rp20.000 per orang dan gratis untuk anak di bawah 3 tahun.
Selain berbagai menu makanan Sunda, ternyata disajikan juga aneka seafood, daging sapi, ayam, sayuran, gorengan, traditional dessert, BBQ, hingga es cendol.
Alamat: Talaga Sampireun (Bekasi Grand Kota Bintang, Cikarang, Dmall Depok, Bogor, Puri, Ancol, dan Bintaro Tangerang Selatan)
2. Kampung Makan Joglo 21
Pilihan yang bisa kunjungi bersama anak-anak adalah Kampung Makan Joglo 21. Tempatnya luas dan memiliki arena bermain untuk anak-anak.
Rumah makan ini cukup sejuk untuk menikmati makanan. Menu makanannya yang lengkap seperti gurame goreng kipas, udang saus padang, olahan kepiting, sop buntut, rawon dll.
Alamat: Jl. Joglo Raya No. 21, Joglo, Kec. Kembangan, Kota Jakarta Barat.
3. Twin House Coffee &amp; Kitchen
Twin House ini adalah cafe yang juga seru untuk dikunjungi sembari mengajak anak-anak. Untuk cabang mereka yang di Cipete, Jakarta Selatan, terdapat area yang luas dengan indoor maupun outdoor.&nbsp;
Anak-anak akan ceria bermain di bagian tamannya yang luas lengkap dengan pepohonan yang rindang dan sejuk. Menunya dari mulai aglio olio, mushroom spaghetti, spaghetti lidah sapi, hingga makanan manis seperti waffle dan nutella brownies.
Alamat: Jl. Cipete Raya No. 4B, Fatmawati, Jakarta Selatan.
4. HaloNiko! Mini
Sebuah cafe dan resto bernama HaloNiko! Mini. Nah, AyBun bisa ajak si Kecil karena terdapat kolam renang cantik dan area outdoor untuk bermain.
Design interior cafe ini menggemaskan dan pastinya disukai baik anak-anak maupun AyBun yang gemar berfoto-foto. Makanan yang disajikan pun tidak kalah menarik, yaitu menu khas Yunani. Seperti souvlaki, skepasti, moussaka, spinach lazania, dan pasta mediterania.
Alamat: Jl. Pejaten Barat No. 16 (Dalam Area Griya Patria), Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
5. Pingoo Restaurant
Ayah Bunda mau memperkenalkan penguin dan binatang air lainnya ke si Kecil? Yuk, datangi Pingoo Restaurant ini, desain restonya cukup cantik dengan nuansa biru menampilkan dunia air.
Restoran ini ada di Mall Neo Soho (Jakarta Barat) bagian dari Jakarta Aquarium, sehingga anak-anak pasti suka mengunjunginya. Menunya juga enak lho! Ada salmon capgomeh, fish n chips, grilled prawn sambal matah, dan seafood platter.
Alamat: Neo Soho Mall, Lantai Lower Ground, Jl. Letjen S. Parman, Slipi, Jakarta Barat.
Gimana Ayah Bunda, menggemaskan ya tempatnya? Yuk, buat yang punya rekomendasi restoran ramah anak di sekitar Ayah Bunda, bisa juga isi di kolom komentar! 😍
Jangan lupa unduh aplikasi Tentang Anak untuk cari tahu aktivitas dan rekomendasi permainan sesuai anak untuk si Kecil!
Foto: Tentang Anak Photostock

Rekomendasi Restoran Enak & Ramah Anak

Panci Aluminium Ada Risiko Anemia Defisiensi Zat Besi!

Waspada! Sering pakai panci aluminium bisa picu anemia defisiensi zat besi. Simak penjelasan ahli dan alternatif aman dalam artikel ini.

Selama ini AyBun mungkin sering fokus pada bahan makanan yang sehat, tapi bagaimana dengan alat masaknya? Panci dan wajan aluminium sudah lama jadi andalan di dapur karena ringan, cepat panas, dan murah.
Tapi siapa sangka, benda yang tampak "biasa" ini bisa membawa dampak luar biasa pada kesehatan tubuh, khususnya memicu anemia defisiensi zat besi.
Bayangkan ini: setiap kali AyBun memasak sayur asam atau menumis daging dalam panci aluminium, kandungan aluminium dari permukaan panci bisa larut ke dalam makanan. Apalagi jika dimasak dengan suhu tinggi. Tanpa disadari, kita sudah menyerap logam berat dalam jumlah kecil namun konsisten.
Inilah yang terjadi pada banyak keluarga. Terlihat sehat, namun anak mudah lelah, sulit konsentrasi, dan pertumbuhannya tidak optimal. Apa yang salah? Bisa jadi jawabannya ada pada alat masak yang digunakan setiap hari.
<h2 class="" data-start="3812" data-end="3854">Apa Itu Anemia Defisiensi Zat Besi?</h2>
Anemia defisiensi zat besi adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah sehat karena kurangnya zat besi. Zat besi dibutuhkan untuk membentuk hemoglobin, yaitu protein dalam sel darah merah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh.
Gejala yang umum terjadi:
<ul>
<li data-start="4127" data-end="4138">Mudah lelah</li>
<li data-start="4127" data-end="4138">Kulit pucat</li>
<li data-start="4127" data-end="4138">Napas pendek</li>
<li data-start="4127" data-end="4138">Sulit konsentrasi</li>
</ul>
Pada anak-anak, anemia ini bisa berdampak lebih serius:
<ul>
<li data-start="4247" data-end="4273">Gangguan perkembangan otak</li>
<li data-start="4247" data-end="4273">Menurunnya prestasi belajar</li>
<li data-start="4247" data-end="4273">Meningkatkan risiko infeksi</li>
</ul>
<h2 class="" data-start="4340" data-end="4397">Bagaimana Aluminium dari Panci Bisa Memicu Anemia?</h2>
Salah satu fakta mengejutkan yang dibuktikan studi dari National Medical Journal of India adalah penggunaan jangka panjang panci aluminium bisa meningkatkan kadar aluminium dalam tubuh. Apalagi saat memasak makanan dengan pH rendah (asam), suhu tinggi, dan waktu lama, pelepasan logam ini makin besar.
Dalam jurnal ilmiah lain disebutkan bahwa sekitar 1% dari aluminium yang tertelan bisa diserap tubuh, dan sebagian tidak berhasil dikeluarkan, lalu menumpuk di organ tubuh, termasuk otak dan sumsum tulang.
Khususnya bagi pasien dengan penyakit ginjal, akumulasi aluminium ini bisa berbahaya karena mereka sulit membuangnya secara optimal.
<h2 class="" data-start="5066" data-end="5112">Mekanisme Aluminium Mengganggu Zat Besi</h2>
Paparan aluminium dalam tubuh bisa mengganggu penyerapan zat besi dengan dua cara utama:
<ol>
<li data-start="5207" data-end="5275">Menghambat fungsi enzim yang bertugas menyerap zat besi di usus.</li>
<li data-start="5207" data-end="5275">Mengganggu mekanisme transportasi zat besi menuju sumsum tulang.</li>
</ol>
Hasilnya? Tubuh jadi kesulitan memproduksi sel darah merah. Ini adalah salah satu penyebab yang mendasari anemia defisiensi besi yang jarang disadari banyak orang.
<h2 class="" data-start="5519" data-end="5563">Risiko Terbesar untuk Kelompok Rentan</h2>
Efek negatif aluminium paling berisiko terhadap:
<ul>
<li data-start="5616" data-end="5703">Anak-anak, karena tubuh mereka masih berkembang dan sangat sensitif terhadap toksin</li>
<li data-start="5616" data-end="5703">Ibu hamil, yang membutuhkan zat besi lebih tinggi untuk janin</li>
<li data-start="5616" data-end="5703">Pasien gagal ginjal, yang sulit membuang kelebihan logam dari tubuh</li>
</ul>
<h2 class="" data-start="5852" data-end="5907">&nbsp;</h2>
<ul>
<li data-start="5911" data-end="5926">Cepat lelah</li>
<li data-start="5911" data-end="5926">Sulit fokus belajar</li>
<li data-start="5911" data-end="5926">Wajah tampak pucat</li>
<li data-start="5911" data-end="5926">Sering sakit karena daya tahan tubuh lemah</li>
<li data-start="5911" data-end="5926">Perkembangan fisik melambat</li>
</ul>
<h2 class="" data-start="6642" data-end="6690">Alternatif Aman Pengganti Panci Aluminium</h2>
Gunakan alat masak dari:
<ul>
<li data-start="6719" data-end="6789">Stainless steel &ndash; tahan lama dan aman untuk berbagai jenis masakan</li>
<li data-start="6719" data-end="6789">Keramik &ndash; bebas reaksi kimia dan cocok untuk suhu tinggi</li>
</ul>
<h2 class="" data-start="61" data-end="110">Tips Memasak Aman dan Sehat untuk Keluarga</h2>
Agar keluarga tetap sehat dan terhindar dari risiko anemia akibat aluminium, berikut beberapa tips memasak aman:
<ol data-start="226" data-end="789">
<li class="" data-start="226" data-end="378">
Pilih alat masak non-aluminium Gunakan wajan dan panci berbahan stainless steel, keramik, atau cast iron yang tidak bereaksi dengan makanan.
</li>
<li class="" data-start="380" data-end="517">
Hindari memasak makanan asam di panci aluminium Jeruk nipis, tomat, cuka, dan asam jawa bisa mempercepat pelarutan aluminium.
</li>
<li class="" data-start="519" data-end="647">
Jangan simpan makanan lama-lama di dalam panci aluminium Proses oksidasi bisa membuat pelepasan aluminium meningkat.
</li>
<li class="" data-start="649" data-end="789">
Gunakan spatula kayu atau silikon Ini untuk menghindari goresan yang bisa mempercepat pelepasan logam dari permukaan alat masak.
</li>
</ol>
<h2 class="" data-start="796" data-end="843">Bagaimana Meminimalkan Paparan Aluminium?</h2>
Jika kamu masih punya alat masak aluminium, coba langkah berikut agar lebih aman:
<ul>
<li data-start="930" data-end="972">Cuci dengan lembut, hindari sabut besi</li>
<li data-start="930" data-end="972">Jangan gunakan untuk menyimpan makanan</li>
<li data-start="930" data-end="972">Masak pada suhu sedang-rendah</li>
<li data-start="930" data-end="972">Ganti secara bertahap ke bahan yang lebih aman</li>
</ul>
<h2 class="" data-start="3779" data-end="3796">Kesimpulan</h2>
Panci dan wajan aluminium memang praktis dan ekonomis. Namun, di balik kemudahannya tersembunyi risiko kesehatan yang tak bisa diabaikan. Terutama bagi anak-anak, ibu hamil, dan penderita penyakit ginjal, paparan aluminium bisa menyebabkan anemia defisiensi zat besi serta gangguan lainnya.
Saatnya bijak memilih alat masak. Yuk, mulai ganti ke bahan yang lebih aman seperti stainless steel dan keramik demi kesehatan seluruh anggota keluarga.
Karena tumbuh optimal, dimulai dari dapur yang aman.