Cara menyusui bayi yang benar dapat membuat si kecil menyusu lebih optimal. Berikut ini adalah cara dan teknik menyusui yang direkomendasikan dokter.

1-6 bulan

Bayi

Laktasi

Selain memastikan produksi ASI cukup dengan mengkonsumsi makanan dan minuman bernutrisi, ibu menyusui juga harus mengetahui posisi serta teknik menyusui yang benar. Tujuannya agar ibu dan bayi merasa nyaman sepanjang proses menyusui dan bayi mendapatkan asupan ASI yang maksimal.
Posisi dan teknik menyusui tidak bisa dapat dianggap remeh. Teknik dan posisi menyusui yang salah dapat menyebabkan sejumlah masalah pada Ibu dan bayi. Masalah yang dapat dirasakan Ibu mulai dari luka pada puting, pembengkakan payudara, hingga mastitis. Sedangkan masalah pada bayi yang paling sering dijumpai adalah kenaikan berat badan yang tidak optimal karena asupan ASI tidak terpenuhi
Bagi bunda yang baru pertama kali menyusui bayi, berikut ini adalah sejumlah posisi dan teknik menyusui yang dapat dipelajari agar proses menyusui menjadi aman, nyaman dan berkualitas.
<h2>4 Posisi Menyusui yang Benar</h2>
Sebelum mulai mempraktekan sejumlah posisi di bawah ini, pastikan bahwa tubuh Anda terhidrasi. Jika diperlukan, bawa satu gelas besar air yang dapat Anda minum saat menyusui.
<h3>1. Cradle Hold</h3>
Ini adalah posisi menyusui yang paling populer. Namun, bagi bunda yang menjalani operasi caesar, posisi ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan karena si kecil akan berbaring di bagian tubuh yang dekat dengan bekas luka. Untuk posisi cradle hold, duduklah di kursi yang nyaman dengan sandaran tangan, atau di atas tempat tidur dengan bantal yang ditempatkan di sekitar Anda.
Berikut ini adalah cara menyusui dengan posisi cradle hold:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Letakkan bayi di atas pangkuan dengan posisi wajah menghadap Anda.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pastikan posisi perut bayi berhadapan dan menempel dengan perut Anda.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tempatkan kepala bayi di atas lengan dengan hidung menghadap puting susu. Gunakan tangan untuk menopang seluruh tubuh bayi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Letakkan lengan bayi di bawah lengan Anda seperti sedang memeluk.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pastikan telinga, bahu, dan pinggul bayi berada dalam garis lurus.</li>
</ul>
<h3>2. Posisi Berbaring Miring</h3>
Posisi ini disarankan bagi bunda yang menjalani operasi caesar atau saat bunda menyusui di malam hari.
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mulailah dengan membaringkan si kecil di samping bunda dengan posisi wajah menghadap bunda sehingga perut saling bersentuhan.&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pastikan telinga, bahu, dan pinggul bayi berada dalam garis lurus.</li>
</ul>
Taruh beberapa bantal atau selimut yang digulung di belakang bunda dan bayi sebagai penopang.
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Taruh lengan di bawah kepala atau bantal dan gunakan lengan bebas untuk menopang dan membimbing kepala bayi ke puting susu.</li>
</ul>
<h3>3. Laid-back Breastfeeding</h3>
Laid-back breastfeeding atau biological nursing adalah posisi menyusui berbaring setengah rebahan di sofa atau tempat tidur. Posisi ini disarankan bagi ibu menyusui yang telah menjalani operasi caesar. Berikut ini adalah langkah-langkah posisi laid-back breastfeeding:
&nbsp;
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Rebahkan tubuh Anda ke belakang, namun tidak benar-benar tidur, di atas sofa atau tempat tidur.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Topang badan Anda dengan bantal.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Jika sudah merasa nyaman, letakkan bayi di depan dengan posisi perut menempel pada perut Anda. Namun, jika posisi ini tidak nyaman, letakkan di satu sisi saja.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pastikan Anda cukup tegak untuk melihat mata bayi Anda.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Arahkan si kecil untuk menemukan puting Anda.</li>
</ul>
<h3>4. Football Hold</h3>
Ini adalah posisi menyusui yang direkomendasikan untuk bayi kembar karena Bunda dapat menyusui secara bersamaan atau bagi Bunda yang memiliki posisi puting di bagian bawah. Berikut ini adalah cara menyusui dengan posisi football hold:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Duduklah di sofa atau kursi dan letakkan bantal di punggung Anda.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Letakan bayi di atas bantal yang cukup padat dengan posisi kaki berada di siku atau ketiak Anda dan posisi pinggangnya dekat dengan pinggang Anda.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pastikan posisi hidung si kecil sejajar dengan puting.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Topang leher bayi dengan telapak tangan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Arahkan dengan lembut ke puting Anda.</li>
</ul>
<h3>Teknik Menyusui Agar Pelekatan Sempurna</h3>
Salah satu teknik menyusui yang direkomendasikan tenaga kesehatan adalah teknik AMUBIDA. Seperti dikutip dari situs resmi Kementerian Kesehatan RI, berikut ini adalah penjelasan teknik AMUBIDA dalam menyusui bayi:
&nbsp;
A: Areola
Pastikan bayi menghisap dengan benar sehingga bayi dapat menyedot ASI secara maksimal. Areola atau bagian berwarna gelap di sekitar puting harus masuk sebagian besar ke dalam mulut bayi.&nbsp;
Mu: Mulut terbuka lebar
Saat memasukan puting ke dalam mulutnya, pastikan mulut si kecil terbuka lebar.
Bi: Bibir dower
Selain itu bibir bawah bayi juga harus melipat ke luar sehingga sebagian besar aerola masuk ke dalam mulut.
Da: Dagu menempel ke payudara
Agar hidung bayi tidak tertutup, pastikan dagu menempel ke payudara.
Nah, demikianlah penjelasan mengenai teknik dan posisi menyusui yang benar. Untuk mendapatkan saran yang lebih spesifik, segera kunjungi dokter konselor laktasi untuk mendapatkan panduan yang lebih detail.
Foto: Designed by freepik
Sumber:
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1321/teknik-menyusu-yang-benar
https://www.nhs.uk/start4life/baby/feeding-your-baby/breastfeeding/how-to-breastfeed/breastfeeding-positions/

Cara Menyusui Bayi yang Benar, Aman dan Nyaman

Ajarkan anak 2 bahasa tidak akan mengganggu perkembangan bicara anak, lho! Ayah Bunda bisa melatihnya sejak dini, tapi pastikan tidak ada tanda-tanda beriku ini!

Perkembangan

Kesehatan Anak

Sudahkah Ayah Bunda ajarkan bahasa kedua pada anak sejak bayi? Ternyata perkembangan bahasa di usia 1 tahun pertama sangat cepat sehingga memudahkan si Kecil untuk menyerap bahasa lain. Bayi yang berusia 4 bulan mulai bisa membedakan suku kata yang diucapkan oleh orang lain dalam 2 bahasa yang berbeda, Ia lebih mudah untuk belajar 2 bahasa sekaligus tanpa menjadi bingung dibandingkan saat usia lebih dari 2 tahun.
Selain bermanfaat pada kemampuan bicara ternyata belajar menggunakan 2 bahasa atau bilingual dapat melatih kemampuan pemecahan masalah dan perlu diingat. Bilingual tidak meningkatkan risiko terlambat bicara.&nbsp;
Mencampurkan dua bahasa dalam satu kalimat merupakan komunikasi alami yang lazim digunakan oleh orang bilingual. Aybun dapat menggunakan bahasa kedua dengan konsisten di satu waktu tertentu, misalnya saat sedang membaca buku sebelum tidur, di 1 jam tersebut dengan bahasa inggris.
Saat mengajarkan anak dengan bahasa kedua, Ayah Bunda harus tetap sabar dan pastikan apresiasi si Kecil ketika ia berbicara dalam bahasa apapun supaya lebih optimal.
Selain itu Ayah Bunda penting memperhatikan perkembangan bicara anak karena ada studi menunjukkan tak ada anjuran menunda pengenalan bahasa lain, kecuali ditemukan tanda keterlambatan, seperti:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Usia 4 bulan tidak mengoceh</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Usia 6 bulan tidak babbling</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak merespons saat diajak bicara dengan salah satu bahasa&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ada keterlambatan pada tonggak perkembangan lain</li>
</ul>
<h2>Tips mengajarkan anak bilingual sedini mungkin</h2>
<h3>1. Perbanyak &lsquo;eksposur&rsquo; bahasa secara berkualitas dan terjadwal&nbsp;</h3>
Pastikan orang yang mengajarkan bahasa kedua adalah orang yang fasih terhadap bahasa tersebut&nbsp;
Misal:
Ayah pakai bahasa Indonesia, Bunda pakai bahasa Inggris (Satu Orang-Satu Bahasa)
AyBun pakai bahasa Indonesia di rumah, di luar rumah pakai bahasa Inggris
AyBun menetapkan tiap 2 hari sekali berbicara dengan bahasa Inggris&nbsp;
Tiap malam AyBun konsisten hanya membacakan buku bahasa Inggris
<h2>2. Lakukan pengulangan setiap hari secara konsisten dan dimulai dari kalimat sehari-hari</h2>
Misal:&nbsp;
Sebutkan nama makanan, mainan, warna sambil ditunjuk oleh AyBun
Kenalkan magic words seperti sorry, thank you, please, excuse me
<h2>3. Dorong anak untuk terus berkomunikasi dalam bahasa apapun yang paling ingin ia gunakan</h2>
Tidak menyudutkan/menertawakan kesalahan anak&nbsp;
Apresiasi proses belajar anak
Anak belajar 2 bahasa tanpa paksaan sehingga kemampuan bicara menjadi lebih optimal. AyBun lebih pilih yang mana, nih?
Anak lancar bicara Bahasa Indonesia tetapi tidak bisa bahasa asing
Lancar berbahasa asing tetapi sulit berbahasa Indonesia&nbsp;
Berbagi jawaban dan alasannya di kolom komentar, ya!
Membesarkan si Kecil dengan dua bahasa bukan hanya tugas Ayah Bunda. Jika Ayah Bunda ingin si kecil mahir berbahasa asing, ajak anggota keluarga lain seperti kakak, paman atau bibi bahkan pengasuhnya untuk menggunakan bahasa tersebut.
Yuk, ciptakan lingkungan keluarga yang mendukung, akan membantu mendidik anak untuk terbiasa dengan bilingual.
Unduh sekarang dan gunakan aplikasi Tentang Anak untuk pantau perkembangan si Kecil sesuai usia!
Foto: www.pexels.com
Sumber:
https://raisingchildren.net.au/babies/connecting-communicating/bilingualism-multilingualism/raising-bilingual-children-tips
https://raisingchildren.net.au/babies/connecting-communicating/bilingualism-multilingualism/bilingualism
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6168212/

Ajarkan 2 Bahasa pada Anak Sejak Dini Lebih Baik, Gini TIPSnya!

Pelajari risiko penggunaan dot pada bayi, termasuk bingung puting, karies gigi, dan infeksi telinga. Temukan tips memilih dot yang aman serta cara menggunakannya dengan benar.

Penggunaan dot memang bisa menjadi solusi praktis saat AyBun tidak bisa menyusui secara langsung atau direct breastfeeding (DBF).&nbsp;
Namun, sebelum menjadikan dot sebagai pilihan utama, penting untuk memahami risiko dan dampak yang bisa terjadi pada si Kecil. 
Berikut ulasan lengkap yang perlu AyBun ketahui mengenai penggunaan dot pada bayi.
<h2>Risiko Penggunaan Dot Pada Bayi</h2>
Salah satu risiko utama dari penggunaan dot adalah bingung puting. 
Bingung puting terjadi ketika bayi kesulitan beralih antara menyusu langsung dari payudara (DBF) dan menggunakan dot
Akibatnya, bayi bisa kesulitan melekat dengan baik di payudara dan bunda kesulitan memproduksi dan memompa ASI secara maksimal.
Selain itu, jika dot digunakan terlalu lama, terutama setelah bayi berusia lebih dari 18 bulan, beberapa risiko lain dapat muncul, seperti:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Karies gigi: Menyusu dari dot, terutama saat tidur, meningkatkan risiko terbentuknya plak yang menyebabkan kerusakan gigi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Infeksi telinga: Posisi menyusu dengan dot yang tidak tepat dapat memicu masuknya cairan ke saluran telinga, meningkatkan risiko infeksi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Obesitas: Bayi yang terbiasa menyusu dari dot berisiko mengalami overfeeding, yang bisa menyebabkan kenaikan berat badan berlebih.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Gerakan tutup mulut (GTM): Terlalu lama menggunakan dot bisa membuat anak sulit menerima makanan padat saat waktunya MPASI.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Perubahan struktur gigi: Penggunaan dot yang berlebihan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan struktur gigi bayi.</li>
</ol>
<h2>Kapan Harus Menghentikan Penggunaan Dot?</h2>
Para ahli merekomendasikan penggunaan dot mulai dihentikan secara bertahap sejak bayi berusia 6 bulan. 
Paling lambat, AyBun disarankan untuk menghentikan penggunaan dot saat si Kecil berusia 12 hingga 18 bulan.
Namun, jika kondisi tertentu mengharuskan penggunaan dot, seperti adanya indikasi medis, pastikan AyBun memilih dot dengan bahan dan bentuk yang tepat serta menerapkan teknik pemberian yang benar.
Saat DBF tidak memungkinkan dilakukan, terdapat beberapa alternatif metode pemberian ASI pada anak, yaitu menggunakan:
<ul>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Spuit</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pipet</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sendok/spoon feeder</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Cup feeder</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Gelas</li>
</ul>
</ul>
Baca juga: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=2016">Waspadai! 3 Kebiasaan yang Bisa Bikin Anak Tonggos &amp; Sulit Mengunyah!</a>
<h2>Tips Memilih Dot dan Bahan Botol yang Tepat</h2>
Jika AyBun perlu menggunakan dot, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih dot dan botol yang aman untuk si Kecil:
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/66f54d16-28a7ed76-b64a-41c3-bff8-4d471fd344da.jpg" alt="tips memilih dot &amp; bahan botol yang tepat" width="60%" height="60%" />
Sumber: instagram.com/tentanganakofficial/
<h2>Teknik Pemberian Dot yang Benar</h2>
Gunakan paced bottle feeding agar laju alir susu dikontrol oleh bayi, seperti saat menyusu langsung dari payudara. Teknik ini bisa membantu mengurangi risiko overfeeding dan mendekati pengalaman menyusu alami.
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/66f55416-cb49dfcd-aada-4d6c-8d19-5476bab51fd0.jpg" alt="teknik pemberian dot yang benar" width="60%" height="60%" />
Sumber: instagram.com/tentanganakofficial/
<h2>Pilih Dot dengan Laju Alir Rendah</h2>
Pastikan dot yang digunakan memiliki laju alir rendah untuk menyerupai proses menyusu dari payudara. AyBun bisa memilih dot dengan &lsquo;level&rsquo; yang sesuai usia bayi, seperti:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Level 0: Untuk bayi prematur</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Level 1: Baru lahir (0-3 bulan)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Level 2: 3-6 bulan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Level 3: 6 bulan atau lebih</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Level 4: 9 bulan atau lebih.</li>
</ul>
Namun, perhatikan sinyal dari bayi. Jika terlihat terlalu berusaha menyedot, laju alir mungkin terlalu lambat. Jika bayi tersedak atau muntah, laju alir terlalu cepat.
<h2>Bentuk Dot yang Direkomendasikan</h2>
Meskipun belum ada rekomendasi resmi dari lembaga seperti AAP, WHO, atau UNICEF mengenai bentuk dot terbaik, AyBun bisa mencari dot dengan ciri-ciri berikut:
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/66f54d70-ab017c0a-7ddf-4018-a5c9-b3b2aabdf597.jpg" alt="bentuk dot yang direkomendasikan" width="60%" height="60%" />
Sumber: instagram.com/tentanganakofficial/
Tujuannya adalah untuk meniru posisi mulut dan lidah bayi saat menyusu langsung dari payudara.
Namun, sering kali AyBun perlu mencoba beberapa tipe dot untuk menemukan yang paling cocok untuk si Kecil.
<h2>Kesimpulan</h2>
Penggunaan dot memang bisa membantu AyBun saat direct breastfeeding tidak memungkinkan, tetapi ada risiko yang perlu diwaspadai.&nbsp;
Untuk mengurangi dampak negatifnya, pastikan memilih dot yang tepat, menerapkan teknik pemberian susu yang benar, dan tidak menggunakan dot terlalu lama.&nbsp;
Jika memungkinkan, mulai hentikan penggunaan dot saat bayi memasuki usia 6 bulan. Dengan memahami risiko dan dampaknya, AyBun dapat mengambil keputusan terbaik untuk mendukung tumbuh kembang si Kecil secara optimal!

Risiko dan Dampak Penggunaan Dot Pada Bayi yang Perlu Diketahui

Anak-anak memiliki resiko cedera yang besar ketika bermain trampolin. Cari tahu bahaya bermain trampolin pada anak sekaligus alternatif permainannya di sini!

Balita

Trampolin merupakan permainan yang menggunakan alat untuk bisa melompat tinggi. Ini adalah kegiatan seru dilakukan oleh semua usia, termasuk anak-anak. Namun, permainan ini memiliki resiko yang besar bagi anak.
Berdasarkan data yang dipublikasikan The American Academy of Pediatrics (AAP), ada lebih dari 91 ribu kasus kecelakaan pada anak karena bermain trampolin pada rentang tahun 2010&ndash;2014. Parahnya, beberapa kasus diantaranya ada yang mengalami kelumpuhan hingga kematian.&nbsp;
Trampolin dapat bikin anak berapi-api karena keseruan melompat di atas alatnya. Lantas, kapan anak bisa dengan aman bermain trampolin? Yuk, AyBun cari tahu selengkapnya di informasi berikut ini!
<h3>Kapan usia yang tepat untuk bermain trampolin?</h3>
Sejatinya, trampolin adalah permainan yang baik untuk kesehatan dan bisa membantu tumbuh kembang anak. Namun, olahraga ini memiliki resiko yang tinggi jika dilakukan pada anak kecil. Lantas, kapan usia yang tepat supaya anak bisa bermain trampolin?
Usia yang tepat untuk bermain trampolin adalah di atas 6 tahun. Hal itu sesuai dengan anjuran dari OrthoInfo. Mereka juga merekomendasikan untuk melepas tangga trampolin setelah digunakan agar mencegah anak kecil memanjat dan melompat tanpa pengawasan.
<h3>Bahaya Main Trampolin untuk Anak&nbsp; di bawah 6 Tahun</h3>
Menurut Stanford Medicine, cedera ketika bermain trampolin bisa jadi masalah yang serius. Anak kecil di bawah 6 tahun memiliki resiko yang besar ketika bermain permainan seru ini. Resiko patah tulang hingga kematian dapat terjadi.
Cedera dalam bermain trampolin dapat terjadi dengan beberapa cara, anak mungkin bisa mendarat di dataran yang salah, mereka bisa terjatuh, ataupun jatu di bingkau trampolin. Bahkan, apabila ada 2 orang atau lebih yang melompat, ada kemungkinan bisa menabrak satu sama lain.
Berikut adalah cedera yang bisa mungkin terjadi ketika bermain trampolin:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Gegar otak</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Patah tulang</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Terkilir</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Memar, goresan dan luka</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Cidera di kepala dan leher yang dapat menyebabkan kelumpuhan atau kematian</li>
</ul>
<h2>Manfaat Bermain Trampolin</h2>
Jika anak telah cukup umur, AyBun dapat memperbolehkannya bermain trampolin, tapi harus dengan pengawasan. Permainan ini sangat seru dan dapat meningkatkan kesehatan anak. Trampolin juga bisa dijadikan sebagai olahraga yang mampu meningkatkan energi dan stamina anak.
Masih banyak manfaat bermain trampolin untuk anak. Seperti:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Jantung sehat</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bahagia</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Meningkatkan energi</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Meningkatkan kemampuan motor dan koordinasi antar tubuh anak</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mampu meningkatkan kepercayaan diri anak</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Daya tahan tubuh menjadi kuat</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Anak jadi bisa berkonsentrasi dengan baik</li>
</ul>
<h2>Jenis Permainan Alternatif selain Trampolin</h2>
The American Academy of Pediactrics (AAP) menganjurkan agar orang tua tidak membelikan anak trampolin di rumah. Ini termasuk trampolin mini dan trampolin besar di luar. Mereka justru menyarankan agar orang tua mengajak anaknya untuk bermain aktivitas fisik lain.
Ada banyak permainan alternatif fisik seru selain bermain trampolin. Berikut adalah daftarnya:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">
<h3>Bersepeda</h3>
</li>
</ol>
Tak hanya trampolin saja yang dapat melatih keseimbangan tubuh anak, melainkan bersepeda juga bisa. Aktivitas ini dapat membuat anak melatih kemampuan motorik kasar dan berkonsentrasi lebih baik.&nbsp;
Dengan bersepeda, anak juga bisa bersosialisasi bersama teman sebayanya. Dari sisi kesehatan, kegiatan ini juga sangat baik untuk menyehatkan jantung dan tulang.&nbsp;
<h3>1. Berenang</h3>
Berenang adalah kegiatan yang sangat menyenangkan untuk anak. Mereka bisa bermain dan lebih akrab dengan air ketika berenang. AAP merekomendasikan untuk mengajarkan anak berenang sedini mungkin, dari usia 1 tahun.
Belajar berenang dapat meminimalisir kejadian tenggelam pada anak. Namun, orang tua harus mengawasi dengan baik ketika anaknya berenang.
<h3>2. Menari dengan lantunan musik</h3>
Kegiatan menari dapat membuat anak belajar koordinasi dan kontrol tubuh. Apalagi dengan musik yang ceria, menari dapat menjadi kegiatan yang seru untuk melepas stres. Menari juga dapat menjadi cara untuk menyalurkan energi anak, apalagi buat anak yang begitu aktif.
<h3>3. Bermain lempar tangkap bola</h3>
Permainan melambungkan lalu menangkap bola akan melatih koordinasi mata, tangan dan kaki si kecil. Kegiatan ini akan menguatkan otot-otot tangan dan kaki, sekaligus membantu anak berkonsentrasi lebih lama.
<h3>4. Bermain di taman bermain</h3>
Ajaklah anak untuk sering berjalan-jalan keluar setiap hari, kemudian sempatkan beberapa waktu di taman bermain untuk menikmati perosotan, ayunan atau jungkat-jungkit. Permainan ini cenderung lebih aman daripada trampolin.&nbsp;
Sekarang AyBun telah mengetahui bahaya bermain trampolin untuk anak di bawah 6 tahun. Walaupun anak sudah cukup usia bermain trampolin, AyBun tetap saja harus waspada mengawasi mereka ketika bermain trampolin.&nbsp;
Namun, AyBun tidak perlu parno dengan trampolin. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meminimalisir resiko seperti yang telah disebutkan di atas. Jadi, anak tetap bisa menikmati keseruan dengan trampolin dengan aman!
Foto: <a href="http://www.pexels.com/">www.pexels.com</a>
Sumber:
<a href="https://www.aaos.org/contentassets/1cd7f41417ec4dd4b5c4c48532183b96/1135---trampolines-and-trampoline-safety.pdf">https://www.aaos.org/contentassets/1cd7f41417ec4dd4b5c4c48532183b96/1135---trampolines-and-trampoline-safety.pdf</a>
<a href="https://www.medicalnewstoday.com/articles/243497#1">https://www.medicalnewstoday.com/articles/243497#1</a>
<a href="https://publications.aap.org/aapnews/news/14452">https://publications.aap.org/aapnews/news/14452</a>&nbsp;
Choi, Eun Seok; Hong, Jin Heon; Sim, Jae Ang (2017). Distinct features of trampoline-related orthopedic injuries in children aged under 6 years. Injury, (), S0020138317309051&ndash;. doi:10.1016/j.injury.2017.12.017&nbsp;
<a href="https://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=224408">https://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=224408</a>

Ini Bahaya Bermain Trampolin untuk Anak di Bawah 6 Tahun

Kenali 3 kebiasaan yang bisa bikin anak mengalami gigi tonggos dan sulit mengunyah. Yuk, cegah sejak dini dengan memahami penyebab dan cara mengatasinya!

Sebagai orang tua, tentu kita ingin memastikan tumbuh kembang anak berjalan dengan baik.&nbsp;
Namun, ada beberapa kebiasaan yang sering kali tidak kita sadari justru dapat mempengaruhi susunan gigi si Kecil dan menyebabkan masalah seperti gigi tonggos atau kesulitan mengunyah.&nbsp;
Jika dibiarkan, hal ini dapat mempengaruhi kualitas hidupnya hingga dewasa. Yuk, simak 3 kebiasaan yang harus diwaspadai!
<h3>1. Bernapas Lewat Mulut</h3>
Salah satu penyebab yang sering diabaikan adalah kebiasaan bernapas lewat mulut. Hal ini biasanya terjadi karena adanya gangguan pada saluran pernapasan seperti rinitis, sinusitis, atau peradangan.
Ketika si Kecil bernapas lewat mulut, lidahnya cenderung menempel di dasar mulut agar udara bisa masuk. Akibatnya, otot pipi mendorong rahang atas sebabkan rahang menjadi sempit dan berbentuk "V".&nbsp;
Kondisi ini membuat ruang untuk gigi menjadi lebih sempit, menyebabkan gigi tumbuh tidak beraturan dan gigi depan terdorong ke depan, sehingga muncul kondisi yang disebut open bite (gigitan terbuka).
Selain itu, wajah anak akan terlihat lebih panjang dan sempit, dan bibirnya sering kali kering serta pecah-pecah.
<h3>2. Menghisap Jari Jempol atau Empeng dalam Waktu Lama</h3>
Kebiasaan menghisap jari, jempol, atau empeng mungkin terlihat sepele, namun jika dilakukan terus-menerus hingga usia di atas 3 tahun, kebiasaan ini dapat menyebabkan berbagai masalah gigi.&nbsp;
Gigi depan atas bisa terdorong maju, sedangkan gigi depan bawah akan mundur. Rahang atas juga menjadi sempit dan langit-langit mulut menjadi lebih dalam.
Tidak hanya itu, gigitan gigi depan anak bisa terbuka, dan gigi belakang bisa mengalami gigitan terbalik, yang tentu akan berdampak pada kemampuan mengunyah si Kecil.
<h3>3. Lidah Mendorong ke Depan (Tongue Thrusting)</h3>
Kebiasaan lain yang perlu diwaspadai adalah lidah yang sering mendorong ke depan saat menelan atau berbicara (tongue thrusting).&nbsp;
Jika tidak segera ditangani, dorongan lidah yang terus menerus dapat menyebabkan gangguan bicara dan gigitan gigi depan terbuka.&nbsp;
Selain itu, gigi depan atas akan terdorong ke depan, membuat susunan gigi semakin tidak beraturan.
Baca juga: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=1998">Cari Tahu Perbedaan Karies dan Noda Hitam Pada Gigi Anak</a>
<h3>Dampak Jangka Panjang</h3>
Jika kebiasaan-kebiasaan ini dibiarkan, bukan hanya susunan gigi yang akan berantakan, tetapi juga risiko karies atau gigi berlubang akan meningkat.&nbsp;
Hal ini disebabkan oleh plak yang lebih mudah terselip di sela-sela gigi yang tidak beraturan. Selain itu, kondisi ini juga dapat berdampak pada psikologis anak karena bisa menjadi bahan bully di kemudian hari.
<h3>Cara Mencegah</h3>
Sebagai orang tua, penting untuk memperhatikan kebiasaan-kebiasaan si Kecil sejak dini.
Jika anak menunjukkan tanda-tanda bernapas lewat mulut, menghisap jari, atau dorongan lidah ke depan, segera konsultasikan dengan dokter gigi anak untuk mendapatkan penanganan yang tepat.&nbsp;
Semakin dini masalah ini ditangani, semakin baik hasilnya untuk kesehatan mulut dan gigi si Kecil.
<h2>Penutup</h2>
Semoga artikel ini bermanfaat, AyBun! Jangan ragu untuk memeriksakan si Kecil ke dokter gigi jika melihat tanda-tanda tersebut.&nbsp;
Jangan lupa, AyBun juga bisa bertanya dengan dokter gigi anak lebih lanjut melalui fitur <a href="tentanganak://consult_list?type=consult_list">Tanya Ahli</a> di Aplikasi Tentang Anak, namun harus diingat, dalam keadaan yang tidak darurat ya bun! 🦷

Video: Waspadai! 3 Kebiasaan yang Bisa Bikin Anak Tonggos & Sulit Mengunyah!

Ruam popok disebabkan oleh kondisi kulit yang basah dan kotor. Berikut ini cara mencegah dan mengobati ruam popok yang efektif.

Penyakit Kulit & Kelamin

Masalah Kesehatan

Ruam popok adalah masalah kulit yang sering dialami bayi yang mengenakan popok sekali pakai secara rutin. Meski tidak berbahaya, ruam popok tidak boleh diremehkan. Jika si kecil mengalami ruam popok dan tidak mendapatkan penanganan yang baik, kondisi ini dapat memburuk hingga menyebabkan rasa sakit atau ketidaknyamanan pada bayi. Selain itu, ruam popok yang dibiarkan tanpa pengobatan dapat berisiko menimbulkan infeksi kulit bahkan mengakibatkan luka pada kulit bayi.
&nbsp;
Namun, ayah-bunda tidak perlu khawatir. Ruam popok dapat dicegah dan diobati dengan mudah. Ingin tahu lebih lanjut mengenai ruam popok dan cara penanganannya? Temukan penjelasan seputar ruam popok di bawah ini.
<h2>Penyebab Ruam Popok</h2>
Ruam popok biasanya disebabkan oleh kurang terjaganya kebersihan popok si kecil. Namun, sejumlah masalah lain seperti alergi juga dapat memicu timbulnya ruam popok. Berikut ini sejumlah penyebab ruam popok yang perlu diwaspadai ayah-bunda:
&nbsp;
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kulit yang lembab dan terus-menerus terkena kotoran dan urine.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Popok yang terlalu ketat atau gesekan kulit dan kain popok.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bayi yang mengalami diare atau memiliki tinja yang encer juga dapat memperburuk kondisi ruam popok.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Produk perawatan bayi seperti sabun, tisu basah beralkohol, dan krim yang mengandung bahan kimia yang menyebabkan alergi pada kulit bayi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Makanan baru yang membuat tinja lebih encer atau meningkatkan frekuensi buang air besar.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Popok tidak diganti dalam waktu yang lama. Idealnya, popok harus diganti setiap 3-4 jam sekali.</li>
</ul>
<h2>Ciri-ciri Ruam Popok</h2>
Bagi Ayah Bunda yang baru punya anak, mungkin belum tahu seperti apa ruam popok. Nah, ruam popok atau diaper rash dapat dikenali dari ciri-ciri berikut ini:
&nbsp;
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kulit kemerahan di area popok dan tampak seperti bintik-bintik merah atau kulit yang melepuh.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kulit terlihat basah karena kelembaban yang terperangkap di dalam popok.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Terjadi pembengkakan di sekitar area popok.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kulit di area popok terlihat pecah-pecah bahkan muncul luka.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bayi rewel atau sulit tidur karena rasa perih dan gatal yang menimbulkan ketidaknyamanan.</li>
</ul>
<h2>Cara Mencegah Ruam Popok</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/1688553921.jpg" />
Salah satu penyebab utama ruam popok adalah kulit yang lembab. Selain karena penggantian popok yang terlalu lama, kondisi ini pada umumnya disebabkan oleh popok yang terlalu tebal dan berdaya serap rendah. Untuk itu, ayah-bunda perlu memilih produk popok dengan kemampuan daya serap dan sirkulasi udara yang baik. Pastikan juga popok yang digunakan tidak terlalu ketat dan berbahan lembut. Penggunaan salep popok bayi juga bisa dilakukan untuk mencegah timbulnya ruam popok. Jadi, ayah-bunda perlu memberikan salep secara rutin pada si kecil.
&nbsp;
Untuk mencegah munculnya ruam popok saat si kecil diare, pastikan area selangkangan dibersihkan dengan rutin dan hati-hati. Gunakan air hangat dan kain lembut untuk membersihkan area popok. Setelah dibersihkan, area popok bayi juga dipastikan kering sebelum memakaikan popok baru.
<h2>Cara Mengobati Ruam Popok</h2>
Jika si kecil sudah terlanjur terkena ruam popok, ada sejumlah tindakan yang bisa dilakukan ayah-bunda untuk mengobatinya. Berikut ini adalah penjelasannya:
<h3>1. Berikan Salep Khusus Ruam Popok</h3>
Saat si kecil terkena ruam popok, ayah-bunda bisa secepatnya memberikan salep khusus ruam popok. Salep ruam popok pada umumnya mengandung dekspanthenol dan lanolin yang menjaga kelembaban, membantu pemulihan, mengurangi inflamasi dan meredakan iritasi pada kulit bayi.
<h3>2. Berikan Bahan Alami</h3>
Selain salep, ayah-bunda juga bisa memberikan si kecil bahan alami untuk mempercepat pemulihan kulit dari ruam popok. Salah satu contohnya adalah lidah buaya. Lidah buaya memiliki sifat antiinflamasi dan antibakteri, serta membantu menghidrasi kulit dan mempercepat penyembuhan.
<h3>3. Stop Popok Sementara Waktu</h3>
Biarkan area popok bayi terbuka agar kulit bayi tetap kering dan mencegah terjadinya iritasi. Lepaskan popok hingga kondisi ruam membaik. Namun, ayah-bunda harus sering memeriksa celana si kecil. Segera ganti jika terasa basah.
<h3>4. Bawa ke Dokter jika Tidak Membaik</h3>
Jika kondisi ruam tidak membaik atau justru semakin parah setelah ditangani di rumah selama seminggu, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter anak untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Nah, itulah serba serbi mengenai ruam popok yang mungkin dapat membantu ayah-bunda mengatasi ruam popok pada si kecil. Selamat mencoba!
Foto: Designed by freepik
Sumber:
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/diaper-rash/symptoms-causes/syc-20371636#:~:text=Diaper%20rash%20is%20a%20common,regularly%20can%20develop%20the%20condition.

Penyebab dan Cara Mengatasi Ruam Popok pada Bayi

Anak yang pintar baik dari sisi akademik memiliki beberapa faktor, salah satunya genetik. Acapkali orang berpendapat bahwa kecerdasan anak menurun dari sang ibu, apakah benar? Untuk itu kupas selengkapnya di artikel ini
&nbsp;

Kecerdasan anak adalah aspek penting dalam perkembangan manusia yang selalu menjadi perhatian orangtua dan pendidik. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan anak, dan salah satu faktor yang telah menjadi fokus penelitian adalah peran ibu dalam perkembangan anak.&nbsp;
Dalam artikel ini, kami akan mengeksplorasi bagaimana peran ibu dapat memengaruhi kecerdasan anak dan apa yang dapat dilakukan untuk mendukung perkembangan intelektual mereka.
Pada 12 ribu anak ditemukan bahwa IQ Ibu merupakan penentu utama IQ anak. Kok bisa? Karena Kecerdasan diturunkan melalui kromosom X dan Ibu memiliki 2 kromosom X maka memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap kecerdasan anak.
Berikut penjelasan lebih detailnya yaitu Anak laki-laki mendapatkan sebagian kecerdasan dari Ibu sedangkan Anak perempuan mendapatkan kecerdasan dari Ayah dan Ibu, dan ternyata faktor genetik ternyata berperan 20-40% pada IQ anak.
Namun, tidak mutlak karena keturunan, terdapat faktor lain seperti ras, pendidikan, status sosio-ekonomi, lingkungan, dan kedekatan emosional Ayah &amp; Ibu
<h2>Apa Saja yang Diturunkan dari Ibu?</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/64e37509-d8fe3d08-7f77-4a9f-8600-7794ee10ff68.jpg" />
<h3>1. Kebiasaan tidur</h3>
Sebagian kebiasaan tidur anak diturunkan dari pola tidur dan siklus bangun-tidur Contohnya: Anak dari ibu dengan insomnia cenderung juga menularkan kebiasaan Ibunya.
<h3>2. Kemampuan menurunkan atau menambah berat badan</h3>
Hal ini terjadi karena adanya kemungkinan Anak diwarisi metabolisme Ibu. Walaupun begitu, gaya hidup tetap berperan lebih besar ya.
<h3>3. Suasana Hati / Mood&nbsp;</h3>
Sistem kortikal limbik yang mengatur emosi dan berperan dalam gangguan mood juga dapat diturunkan dari ibu ke anak.
<h3>4. Kesehatan mental</h3>
Gen yang mengatur produksi serotonin di otak juga dapat diturunkan dari ibu ke anak.
&nbsp;
<h2>Pentingnya Peran Ibu dalam Perkembangan Anak</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/64e37555-97e327f2-7222-41f8-a158-fe0c171b393b.jpg" />
Peran ibu dalam perkembangan anak adalah sangat penting. Ibu seringkali adalah orang yang pertama kali berinteraksi dengan bayi dan anak-anak mereka. Interaksi ini tidak hanya memengaruhi perkembangan emosional anak, tetapi juga perkembangan kognitif mereka. Berikut adalah beberapa aspek peran ibu yang mungkin berperan dalam penurunan kecerdasan anak:
&nbsp;
<h3>1. Stimulasi Awal</h3>
Ibu sering kali menjadi orang yang memberikan stimulasi awal kepada bayi mereka. Ini termasuk berbicara dengan bayi, menyanyikan lagu, dan memberikan permainan yang merangsang perkembangan otak. 
Jika ibu kurang memberikan stimulasi ini, anak dapat mengalami keterlambatan perkembangan kognitif.
&nbsp;
<h3>2. Nutrisi Selama Kehamilan dan Menyusui</h3>
Nutrisi selama kehamilan dan masa menyusui sangat penting untuk perkembangan otak bayi. Ibu yang tidak mendapatkan nutrisi yang cukup selama kehamilan dapat memengaruhi perkembangan otak janin. 
Selain itu, ASI (Air Susu Ibu) adalah sumber nutrisi penting untuk bayi, dan ibu yang tidak bisa memberikan ASI atau memilih untuk tidak melakukannya dapat berdampak pada perkembangan kognitif anak.
<h3>3. Pengasuhan dan Pola Asuh</h3>
Cara ibu mengasuh anaknya juga berperan dalam perkembangan kecerdasan. Pola asuh yang positif, seperti memberikan kasih sayang, memberikan aturan yang jelas, dan mendorong keingintahuan anak, dapat meningkatkan kecerdasan anak. 
Sebaliknya, pola asuh yang tidak sehat, seperti pengabaian atau pengasuhan yang keras, dapat memiliki dampak negatif pada perkembangan kognitif anak.
&nbsp;
<h3>4. Lingkungan Keluarga</h3>
Kualitas lingkungan keluarga yang disediakan oleh ibu juga berperan penting. Lingkungan yang penuh dengan buku, permainan, dan kesempatan untuk belajar dapat memberikan anak banyak peluang untuk mengembangkan kecerdasannya. 
Lingkungan yang kurang stimulatif, sebaliknya, dapat menghambat perkembangan intelektual.
Kira-kira apa nih kesamaan Bunda dengan si Kecil? Komen di bawah ya!
 Foto: freepik
Sumber:
https://www.rd.com/article/inherit-intelligence-from-mom/ https://www.medicinenet.com/what_do_you_inherit_from_your_mother/article.htm&nbsp;

Kecerdasan Anak Menurun dari Ibu, Benarkah? Simak Faktanya di Sini

Banyak yang bertanya tentang bolehkah ibu hamil makan pedas? Artikel ini akan membahas semuanya dan telah diulas oleh ahli dari Tim Tentang Anak.

Kehamilan

Kehamilan adalah periode yang penuh dengan banyak pertimbangan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh calon ibu. Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah, "Bolehkah ibu hamil makan pedas?" Diskusi seputar makanan selama kehamilan selalu menarik perhatian, dan dalam artikel ini, kita akan menjelajahi mitos dan fakta seputar konsumsi makanan pedas selama masa kehamilan.
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/64efff39-a6b39e27-dc0e-446c-9628-e0db2b8bee5e.jpg" />
<h3>Mitos dan Fakta</h3>
<ol>
<li> Makanan Pedas Membahayakan Janin:</li>
</ol>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mitos ini seringkali membuat ibu hamil khawatir bahwa makan makanan pedas akan membahayakan perkembangan janin. Namun, tidak ada bukti ilmiah yang kuat yang mendukung klaim ini.</li>
</ul>
<ol start="2">
<li> Makan Pedas Menyebabkan Masalah Pencernaan:</li>
</ol>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Fakta, bagi beberapa orang berpendapat bahwa makan makanan pedas dapat menyebabkan masalah pencernaan atau perut kembung selama kehamilan. Ini bisa saja membuat perut Bunda lebih bergas atau mengalami diare jika mengonsumsi dalam jumlah yang banyak</li>
</ul>
<ol start="3">
<li> Makan Pedas Menyebabkan Keguguran:</li>
</ol>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ini adalah mitos yang sangat berbahaya. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa makan makanan pedas dapat menyebabkan keguguran. Keguguran biasanya disebabkan oleh masalah medis yang lebih kompleks.</li>
</ul>
<h3>Perlu Diperhatikan</h3>
<ol>
<li> Nutrisi Penting:</li>
</ol>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Makan makanan pedas dengan bijak selama kehamilan dapat memberikan nutrisi penting. Rasa pedas berasal dari zat bernama kapsaisin yang dapat memiliki sifat antiinflamasi dan antioksidan.</li>
</ul>
<ol start="2">
<li> Rasa Mual dan Muntah:</li>
</ol>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Beberapa ibu hamil mengalami mual dan muntah selama trimester pertama. Makanan pedas dapat membantu merangsang nafsu makan dan mengatasi rasa mual. Namun, sebaiknya konsultasikan dengan dokter Anda terlebih dahulu.</li>
</ul>
<ol start="3">
<li> Pertimbangan Individu:</li>
</ol>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Setiap ibu hamil berbeda. Apa yang baik untuk satu orang mungkin tidak cocok untuk yang lain. Penting untuk mendengarkan tubuh Anda sendiri. Jika Anda merasa tidak nyaman setelah makan makanan pedas, hindarilah.</li>
</ul>
<h2>Pedoman untuk Makan Pedas selama Kehamilan</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/64efff41-e2b2db7f-5c06-4002-91bb-1769fe4419d8.jpg" />
Jika Anda memutuskan untuk makan makanan pedas selama kehamilan, berikut adalah beberapa pedoman yang perlu diikuti:
<ol>
<li> Konsultasikan dengan Dokter:</li>
</ol>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Selalu konsultasikan dengan dokter kandungan Anda sebelum membuat perubahan besar dalam diet Anda selama kehamilan. Mereka dapat memberikan saran berdasarkan kondisi medis Anda.</li>
</ul>
<ol start="2">
<li> Konsumsi dalam Batas Wajar:</li>
</ol>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengonsumsi makanan pedas dalam jumlah yang wajar dapat membantu menghindari ketidaknyamanan. Jangan terlalu berlebihan.</li>
</ul>
<ol start="3">
<li> Pilih Sumber Makanan yang Aman:</li>
</ol>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pastikan makanan pedas yang Anda konsumsi berasal dari sumber yang aman dan bersih. Hindari makanan pedas yang disajikan di tempat yang tidak higienis.</li>
</ul>
<ol start="4">
<li> Perhatikan Reaksi Tubuh Anda:</li>
</ol>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Jika Anda merasa tidak nyaman setelah makan makanan pedas, berhenti segera. Tidak semua orang dapat mentolerir makanan pedas dengan baik.</li>
</ul>
<ol start="5">
<li> Pertimbangkan Alternatif:</li>
</ol>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Jika Anda merasa ragu, pertimbangkan alternatif yang lebih lembut tetapi tetap dapat memberikan rasa pedas, seperti makanan yang dibumbui dengan rempah-rempah.</li>
</ul>
<h2>Kesimpulan</h2>
Bolehkah ibu hamil makan pedas? Jawabannya adalah ya, dengan beberapa catatan. Makanan pedas dapat menjadi bagian yang sehat dari diet selama kehamilan jika dikonsumsi dengan bijak dan memperhatikan reaksi tubuh Bunda. 
Yang terpenting, selalu berkonsultasi dengan dokter kandungan sebelum membuat perubahan signifikan dalam pola makan selama masa kehamilan. Ingatlah bahwa setiap ibu hamil adalah individu yang berbeda, dan yang penting adalah kesehatan Bunda dan janin Bunda.&nbsp;Perlu diingat ibu hamil terutama trimester awal sebagian besar mengalami mual muntah bahkan GERD. Konsumsi makanan pedas akan memperparah kondisi ini.
Selalu perhatikan batas aman yang direkomendasikan dan ingatlah bahwa setiap individu dapat merespons kafein dengan cara yang berbeda. Dengan perencanaan yang baik dan perhatian terhadap kesehatan Bunda, Bunda dapat menikmati kehamilan yang sehat dan bahagia. 
Bunda bisa melakukan tanya jawab oleh dokter kandungan di aplikasi Tentang Anak, lho! Yuk, unduh sekarang dan dapatkan banyak manfaat dari aplikasi pendamping tumbuh kembang anak
&nbsp;
Foto: Freepik
Sumber: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6396620/
https://www.healthline.com/health/pregnancy/spicy-food-pregnancy#takeaway

Bolehkah Ibu Hamil Makan Pedas: Mitos dan Fakta


Ternyata, berhubungan seks saat hamil tidak dilarang secara medis. Temukan penjelasan selengkapnya di artikel ini.

Fertilitas

Banyak mitos seputar kehamilan yang beredar di tengah masyarakat. Salah satunya adalah mitos berhubungan seks saat hamil. Tidak sedikit yang meyakini bahwa berhubungan seks saat hamil aman untuk dilakukan. Di sisi lain, ada juga orang yang percaya bahwa berhubungan badan saat hamil bisa berdampak negatif terhadap kandungan, bahkan bisa memicu keguguran.&nbsp;
Untuk menjawabnya, artikel kali ini akan membahas topik seks saat hamil berikut penjelasan medisnya. Ingin tahu jawabannya? Yuk, baca artikel ini hingga tuntas.
<h2>Apakah Aman Berhubungan Badan Saat Hamil?</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/64d50bd8-354e19c1-d73d-452a-9917-cdd99fd7406b.jpg" />
Ternyata, berhubungan seks saat hamil tidak berbahaya, kecuali jika pasangan Anda merasa tidak nyaman atau dilarang oleh dokter ahli kandungan karena alasan medis tertentu. Hal ini didukung oleh pernyataan ahli. Salah satunya adalah pernyataan resmi The American College of Obstetricians and Gynecologist.(ACOG) Seperti dikutip dari situs resminya, ACOG menyatakan aktivitas seksual aman dilakukan oleh perempuan dengan kehamilan yang sehat. Berhubungan seks ternyata tidak berbahaya bagi janin. Alasannya karena penetrasi penis tidak akan melampaui vagina. Selain itu, bayi juga dilindungi oleh otot rahim yang kuat dan air ketuban yang berfungsi sebagai bantalan alami untuk menjaga janin dari benturan.
&nbsp;
Aktivitas seksual juga bisa dilakukan di semua tahap kehamilan. Namun, dorongan seks pada umumnya menurun di semester pertama kehamilan. Namun, pada semester kedua saat morning sickness tidak terasa lagi, biasanya dorongan seks kembali muncul.
<h2>Waktu Berhubungan saat Hamil yang Dilarang</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/64d50bcf-88efa2b7-c219-4e46-bb81-95ed1aa8e36f.jpg" />
Seperti dijelaskan sebelumnya, hubungan seks aman dilakukan jika kehamilan Anda dinyatakan sehat oleh dokter. Namun, dalam kondisi dan waktu tertentu, dokter bisa saja melarang ibu hamil untuk melakukan aktivitas seks. Berikut ini adalah waktu berhubungan saat hamil yang dilarang:
&nbsp;
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ibu hamil mengalami pendarahan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Air ketuban merembes keluar dari vagina.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Serviks terbuka secara alami.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ibu hamil dalam kondisi plasenta previa di mana plasenta hampir menutupi atau sudah menutupi mulut rahim.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ibu hamil memiliki riwayat kelahiran prematur.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kondisi kehamilan kembar.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pasangan terinfeksi penyakit menular seksual.</li>
</ul>
<h2>Posisi Seks yang Aman Saat Hamil</h2>
Meskipun tidak dilarang, berhubungan seks saat hamil bukan hal yang mudah. Oleh karenanya, Anda perlu menemukan posisi yang tepat dengan cara mengeksplorasi dan bereksperimen bersama pasangan. Pada saat hamil, posisi misionaris akan kurang nyaman bagi perempuan. Begitu juga jika pasangan Anda melakukan penetrasi terlalu dalam.
&nbsp;
Beberapa posisi seks yang direkomendasikan dokter dan ahli kesehatan adalah dengan berbaring di samping pasangan, posisi di mana wanita berada di atas (woman on top) atau berlutut dan pasangan melakukan penetrasi dari belakang. Penggunaan bantal disarankan karena dapat membantu membuat posisi lebih nyaman. Namun, sebelum mencoba sekian posisi tadi, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter kandungan atau ahli kesehatan terlebih dahulu untuk memastikan kesehatan ibu dan janin tetap terjaga.
<h3>Timbul Nyeri Ketika Berhubungan Seks saat Hamil, Normal atau Tidak?</h3>
Jika ibu hamil merasakan sedikit nyeri saat berhubungan badan, ini bukan tanda adanya masalah. Nyeri disebabkan karena adanya peningkatan aliran darah ke daerah panggul selama kehamilan, ditambah dengan adanya kontraksi yang normal terjadi setelah berhubungan seks.
&nbsp;
Kontraksi rahim ini dapat berlangsung hingga setengah jam setelah selesai berhubungan badan. Namun, jika Anda mengalami nyeri yang berlebihan atau keluar darah setelah berhubungan seks, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter kandungan atau ahli kesehatan.
 Foto: Freepik
Sumber:
https://www.acog.org/womens-health/experts-and-stories/ask-acog/is-it-safe-to-have-sex-during-pregnancy
https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/pregnancy-week-by-week/in-depth/sex-during-pregnancy/art-20045318
https://www.nhs.uk/pregnancy/keeping-well/sex/#:~:text=It's%20perfectly%20safe%20to%20have,will%20not%20hurt%20your%20baby.

Waktu Berhubungan Saat Hamil yang Dilarang Secara Medis


Sebagai orang tua, Ayah &amp; Bunda tentu ingin anaknya tumbuh dengan cerdas. Namun, apa rahasia agar anak cerdas? Yuk, simak di sini!

Sebagai orang tua, Ayah dan Bunda tentu menginginkan yang terbaik untuk sang buah hati, termasuk mendukung perkembangan kecerdasan anak. Namun, tidak sedikit orang tua yang masih bingung tentang bagaimana cara membentuk dan mendukung kecerdasan anak mereka.
Apakah Ayah dan Bunda salah satunya? Jika iya, Ayah dan Bunda tidak perlu khawatir, karena Ayah dan Bunda sudah berada di jalur yang tepat. Artikel berikut ini akan membahas tentang rahasia agar anak cerdas. Tanpa berlama lagi, yuk simak selengkapnya!
<h2>Apa rahasia agar anak cerdas?</h2>
Tidak ada rahasia pasti yang bisa membuat seorang anak menjadi cerdas, karena kecerdasan setiap orang berbeda-beda dan setiap anak memiliki potensi yang berbeda juga. Selain itu, kecerdasan seseorang dapat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti genetik, lingkungan, maupun pengalaman.
Namun demikian, ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu anak mengembangkan kecerdasannya.&nbsp;
<h2>Apa yang bisa dilakukan orang tua untuk membentuk kecerdasan anak?</h2>
Sebagai guru pertama untuk anak, orang tua memiliki andil besar dalam mendukung perkembangan otak dan membangun keterampilan sosial anak. Lalu, hal-hal dasar apa yang dapat dilakukan orang tua untuk mendorong kesiapan belajar anak sejak dini?
Berikut adalah beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu membentuk kecerdasan anak:
<h3>1. Jadikan membaca bersama sebagai aktivitas rutin keluarga</h3>
American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan orang tua untuk mulai menjadikan membaca sebagai aktivitas rutin sejak dini. Ini karena membaca diketahui dapat membangun kemampuan bahasa, literasi, dan keterampilan sosial-emosional anak.&nbsp;
Tidak hanya itu saja, rutinitas membaca juga dapat mendorong aktivitas di bagian otak yang terlibat dalam proses imajinasi. Dengan demikian, anak juga dapat mengembangkan imajinasi yang berperan penting dalam membentuk kecerdasan anak.
<h3>2. Adakan interaksi dengan anak sesering mungkin</h3>
Ayah dan Bunda perlu melakukan berbagai interaksi yang menyenangkan dengan, seperti bernyanyi, bercengkerama dan berpelukan bersama anak sepanjang hari.&nbsp;
Selain itu, AAP juga menyarankan orang tua untuk mendukung perkembangan anak melalui permainan yang menyenangkan dan sesuai usia si Kecil.
<h3>3. Ciptakan rutinitas kegiatan sehari-hari</h3>
Adanya struktur atau rutinitas sehari-hari dapat membantu si Kecil untuk menetapkan ekspektasi, mempersiapkan diri dan bertindak secara sesuai.&nbsp;
Dalam hal ini, Ayah dan Bunda bisa mulai dengan menetapkan jadwal rutin untuk makan, bermain dan tidur. Contohnya adalah menerapakan rutinitas sleep hygiene yang dapat memudahkan si Kecil untuk tidur.
<h3>4. Tunjukan apresiasi untuk si Kecil</h3>
Pujilah anak saat kita melihat ia berusaha dan/atau berhasil melakukan hal yang baik dan/atau menguasai hal baru.&nbsp;
Penting: Apresiasi tidak selalu harus dalam bentuk barang, namun dapat berupa pujian, pelukan dan/atau kejutan-kejutan sederhana yang anak sukai.
<h3>5. Ajarkan cara membangun hubungan yang sehat</h3>
Tunjukkan kepada anak bagaimana cara memperlakukan orang lain, seperti teman dan orang tua dengan baik. Pastikan kita memperlakukan anak dengan baik dan penuh penghargaan. Buat &lsquo;menghormati orang lain&rsquo; sebagai peraturan rumah yang perlu diterapkan oleh semua anggota keluarga.
Hal ini dapat membantu Anak untuk mengembangkan kecerdasan sosial mereka dan membangun hubungan yang sehat dengan orang-orang di sekitarnya.
<h2>Nutrisi apa saja yang dibutuhkan untuk mendukung kecerdasan anak?</h2>
Selian melakukan hal di atas, Ayah dan Bunda juga dapat mendukung kecerdasan anak dengan memberikan nutrisi yang seimbang dan bergizi. Sebab, anak membutuhkan asupan nutrisi yang bergizi untuk dapat mengembangkan kecerdasan mereka.
Adapun beberapa nutrisi yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan otak anak adalah:&nbsp;
<h3>1. Protein dan Lemak Sehat</h3>
Protein dapat membantu meningkatkan kinerja otak, sementara lemak sehat dapat membantu menjaga kesehatan otak. Ada berbagai jenis protein yang dapat dikonsumsi anak selama masa pertumbuhan, seperti daging ayam, sapi, telur, dan sumber protein lainnya.
Sementara itu, untuk balita yang belum masuk tahap MPASI dapat memperoleh protein dari Alpha-Lactalbumin, kandungan protein yang ada di dalam ASI.&nbsp;
Alpha-Lactalbumin dapat membantu memastikan jumlah asam amino yang dibutuhkan selama proses tumbuh kembang tercukupi. Dalam hal ini, asam amino berperan dalam perkembangan otak anak.
Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa Alpha-Lactalbumin diperlukan untuk merangsang sistem kekebalan tubuh anak, sehingga mereka menjadi tidak mudah sakit.
<h3>2. Karbohidrat</h3>
Karbohidrat memiliki peran penting dalam perkembangan kecerdasan anak, karena dapat memberikan energi yang dibutuhkan oleh otak untuk bekerja dengan baik.
Otak anak membutuhkan energi yang cukup untuk dapat berfungsi dengan baik, dan karbohidrat adalah sumber energi utama bagi otak.&nbsp;
Selain itu, karbohidrat juga dapat membantu meningkatkan konsentrasi dan memori, yang merupakan faktor penting dalam perkembangan kecerdasan anak.&nbsp;
Oleh karenanya, orang tua harus memastikan bahwa anak mereka mendapatkan karbohidrat yang cukup dari makanan yang mereka makan.
<h3>3. Vitamin dan Mineral</h3>
Vitamin dan mineral juga dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan otak, serta membantu menjaga kesehatan anak, termasuk kesehatan otak.
Beberapa vitamin dan mineral yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan otak anak adalah vitamin D, vitamin B12, zat besi, seng, dan asam folat.&nbsp;
Vitamin D dapat membantu meningkatkan pertumbuhan sel otak, vitamin B12 dapat membantu menjaga kesehatan syaraf, sedangkan zat besi dapat meningkatkan fungsi otak. Seng dan asam folat juga dibutuhkan untuk pertumbuhan sel otak.
Oleh karena itu, Ayah dan Bunda harus memastikan bahwa si Kecil mendapatkan cukup vitamin dan mineral dari makanan yang mereka makan.
Itu dia rahasia agar anak cerdas yang perlu diketahui Ayah dan Bunda. Bagaimana, apakah sudah jelas? Kalau sudah, jangan lupa untuk menerapkannya ya AyBun!&nbsp;
Ingat, untuk mendukung kecerdasan anak, Ayah dan Bunda perlu berperan aktif dalam melakukan hal-hal di atas, termasuk memberikan asupan nutrisi yang bergizi seimbang untuk si Kecil.