Benarkah mie instan bisa sebabkan leukemia pada anak? Simak fakta medis dan tips aman konsumsi mie instan untuk keluarga.&nbsp;

Kesehatan Anak

Kabar tentang seorang anak penderita leukemia yang dikaitkan dengan konsumsi mie instan sempat viral dan mengundang kekhawatiran para orang tua. Banyak yang bertanya-tanya, apakah benar mie instan bisa menyebabkan kanker seperti leukemia pada anak? Apa kandungan mie instan yang perlu diwaspadai?
Artikel ini membahas fakta ilmiah seputar leukemia, kandungan dalam mie instan, dan bagaimana menyikapinya dengan bijak sebagai orang tua.
<h2 class="" data-start="805" data-end="862">Apakah Mie Instan Bisa Menyebabkan Leukemia pada Anak?</h2>
Leukemia adalah salah satu jenis kanker darah yang paling sering terjadi pada anak. Namun, penyebab utama leukemia pada anak adalah mutasi genetik, bukan makanan.
Faktor makanan dan lingkungan hanya berperan kecil, dan belum ada bukti ilmiah kuat bahwa mie instan secara langsung menyebabkan leukemia pada anak.
Memang, beberapa produk mie instan tertentu sempat ditemukan mengandung etilen oksida, zat yang dalam kadar tinggi berpotensi karsinogenik. Namun, kasus ini lebih banyak ditemukan pada populasi dewasa dan tidak cukup bukti untuk menyimpulkan hubungan langsung dengan kanker anak.
<h2 class="" data-start="1559" data-end="1615">Bahaya Lain di Balik Mie Instan yang Perlu Diwaspadai</h2>
Meski tidak secara langsung menyebabkan kanker, konsumsi mie instan secara berlebihan tetap tidak disarankan untuk anak-anak karena risiko lain yang mengintai:
<h3 class="" data-start="1782" data-end="1817">1. Risiko Sindrom Metabolik</h3>
Studi dari Harvard menunjukkan bahwa konsumsi mie instan lebih dari dua kali seminggu dapat meningkatkan risiko sindrom metabolik, terutama pada perempuan. Sindrom ini mencakup tekanan darah tinggi, kadar gula darah tinggi, dan peningkatan risiko penyakit jantung.
<h3 class="" data-start="2088" data-end="2134">2. Tingginya Kandungan Garam dan Lemak</h3>
Mie instan mengandung sodium dan lemak jenuh dalam jumlah tinggi, yang dapat membebani tubuh anak dan meningkatkan risiko gangguan ginjal serta obesitas.
<h3 class="" data-start="2290" data-end="2321">3. Minim Kandungan Gizi</h3>
Sebagian besar mie instan tidak mengandung cukup serat, protein, vitamin, dan mineral, sehingga tidak cocok menjadi makanan utama.
<h2 class="" data-start="2459" data-end="2502">Tips Aman Konsumsi Mie Instan untuk Anak</h2>
Bukan berarti mie instan harus dihindari sepenuhnya. Aybun bisa tetap memberikan sesekali, asalkan memperhatikan beberapa hal berikut:
<ul>
<li data-start="2642" data-end="2696">Batasi konsumsi hingga maksimal 1&ndash;2 kali per bulan</li>
<li data-start="2642" data-end="2696">Pilih produk dengan kandungan garam yang rendah</li>
<li data-start="2642" data-end="2696">Tambahkan sayuran dan protein seperti telur atau ayam</li>
<li data-start="2642" data-end="2696">Jangan jadikan mie instan sebagai makanan pokok harian</li>
</ul>
<h2 class="" data-start="2874" data-end="2887">Kesimpulan</h2>
Konsumsi mie instan tidak terbukti menjadi penyebab langsung leukemia pada anak, karena faktor utama leukemia adalah mutasi genetik. Namun, mie instan tetap perlu dibatasi karena risiko lain seperti sindrom metabolik, kelebihan garam, dan kurangnya gizi.
Sebagai orang tua, tugas kita adalah menjaga pola makan sehat untuk anak dan mengedukasi mereka sejak dini. Pilih makanan bergizi seimbang dan jadikan mie instan hanya sebagai sesekali alternatif&mdash;bukan andalan.

Benarkah Leukemia pada Anak Disebabkan oleh Mie Instan?

Ajarkan anak 2 bahasa tidak akan mengganggu perkembangan bicara anak, lho! Ayah Bunda bisa melatihnya sejak dini, tapi pastikan tidak ada tanda-tanda beriku ini!

Perkembangan

Sudahkah Ayah Bunda ajarkan bahasa kedua pada anak sejak bayi? Ternyata perkembangan bahasa di usia 1 tahun pertama sangat cepat sehingga memudahkan si Kecil untuk menyerap bahasa lain. Bayi yang berusia 4 bulan mulai bisa membedakan suku kata yang diucapkan oleh orang lain dalam 2 bahasa yang berbeda, Ia lebih mudah untuk belajar 2 bahasa sekaligus tanpa menjadi bingung dibandingkan saat usia lebih dari 2 tahun.
Selain bermanfaat pada kemampuan bicara ternyata belajar menggunakan 2 bahasa atau bilingual dapat melatih kemampuan pemecahan masalah dan perlu diingat. Bilingual tidak meningkatkan risiko terlambat bicara.&nbsp;
Mencampurkan dua bahasa dalam satu kalimat merupakan komunikasi alami yang lazim digunakan oleh orang bilingual. Aybun dapat menggunakan bahasa kedua dengan konsisten di satu waktu tertentu, misalnya saat sedang membaca buku sebelum tidur, di 1 jam tersebut dengan bahasa inggris.
Saat mengajarkan anak dengan bahasa kedua, Ayah Bunda harus tetap sabar dan pastikan apresiasi si Kecil ketika ia berbicara dalam bahasa apapun supaya lebih optimal.
Selain itu Ayah Bunda penting memperhatikan perkembangan bicara anak karena ada studi menunjukkan tak ada anjuran menunda pengenalan bahasa lain, kecuali ditemukan tanda keterlambatan, seperti:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Usia 4 bulan tidak mengoceh</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Usia 6 bulan tidak babbling</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak merespons saat diajak bicara dengan salah satu bahasa&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ada keterlambatan pada tonggak perkembangan lain</li>
</ul>
<h2>Tips mengajarkan anak bilingual sedini mungkin</h2>
<h3>1. Perbanyak &lsquo;eksposur&rsquo; bahasa secara berkualitas dan terjadwal&nbsp;</h3>
Pastikan orang yang mengajarkan bahasa kedua adalah orang yang fasih terhadap bahasa tersebut&nbsp;
Misal:
Ayah pakai bahasa Indonesia, Bunda pakai bahasa Inggris (Satu Orang-Satu Bahasa)
AyBun pakai bahasa Indonesia di rumah, di luar rumah pakai bahasa Inggris
AyBun menetapkan tiap 2 hari sekali berbicara dengan bahasa Inggris&nbsp;
Tiap malam AyBun konsisten hanya membacakan buku bahasa Inggris
<h2>2. Lakukan pengulangan setiap hari secara konsisten dan dimulai dari kalimat sehari-hari</h2>
Misal:&nbsp;
Sebutkan nama makanan, mainan, warna sambil ditunjuk oleh AyBun
Kenalkan magic words seperti sorry, thank you, please, excuse me
<h2>3. Dorong anak untuk terus berkomunikasi dalam bahasa apapun yang paling ingin ia gunakan</h2>
Tidak menyudutkan/menertawakan kesalahan anak&nbsp;
Apresiasi proses belajar anak
Anak belajar 2 bahasa tanpa paksaan sehingga kemampuan bicara menjadi lebih optimal. AyBun lebih pilih yang mana, nih?
Anak lancar bicara Bahasa Indonesia tetapi tidak bisa bahasa asing
Lancar berbahasa asing tetapi sulit berbahasa Indonesia&nbsp;
Berbagi jawaban dan alasannya di kolom komentar, ya!
Membesarkan si Kecil dengan dua bahasa bukan hanya tugas Ayah Bunda. Jika Ayah Bunda ingin si kecil mahir berbahasa asing, ajak anggota keluarga lain seperti kakak, paman atau bibi bahkan pengasuhnya untuk menggunakan bahasa tersebut.
Yuk, ciptakan lingkungan keluarga yang mendukung, akan membantu mendidik anak untuk terbiasa dengan bilingual.
Unduh sekarang dan gunakan aplikasi Tentang Anak untuk pantau perkembangan si Kecil sesuai usia!
Foto: www.pexels.com
Sumber:
https://raisingchildren.net.au/babies/connecting-communicating/bilingualism-multilingualism/raising-bilingual-children-tips
https://raisingchildren.net.au/babies/connecting-communicating/bilingualism-multilingualism/bilingualism
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6168212/

Ajarkan 2 Bahasa pada Anak Sejak Dini Lebih Baik, Gini TIPSnya!

Si Kecil sering menangis ketika bertemu orang baru? Yuk, persiapkan dengan 5 cara ini sebelum lebaran

Gaya Hidup

Pertemuan keluarga di momen Lebaran merupakan hal yang ditunggu-tunggu. Ayah Bunda menantikan masa-masa ini demi melepas rasa rindu dengan keluarga besar.
Seiring menambah usia Ayah Bunda kini kumpul keluarga besar dengan membawa si Kecil. Membawa anak untuk bertemu dengan keluarga besar saat Lebaran berarti Ayah Bunda harus siap dengan anak yang pastinya semakin aktif. Namun, tak jarang ada anak yang malu, bingung, atau bahkan tidak nyaman berada di keramaian hingga bisa membuatnya tantrum.
Lalu, bagaimana ya agar lancar mengajak Si Kecil bersilaturahmi? Yuk, siapkan dengan menyimak di bawah ini
<h2>5 Cara Siapkan Anak di Keramaian</h2>
<h3>1. Pastikan Fisik dan Psikis Anak Sehat</h3>
Kondisi tubuh dan psikis anak harus berada dalam kondisi yang fit saat akan bertemu dengan orang banyak atau keluarga besar saat Lebaran, karena bila anak kurang sehat, maka ia akan menjadi lebih rewel dari biasanya.
<h3>2. Siapkan Pakaian Anak yang Aman &amp; Nyaman</h3>
Dalam pertemuan keluarga besar yang terdiri dari banyak orang penting untuk kita bahkan si Kecil mengenakan pakaian yang nyaman ,misalnya yang menyerap keringat, tidak terlalu banyak aksessoris, dan tidak terlalu sempit ukurannya.
<h3>3. Ajarkan Sopan Santun</h3>
Kebiasaan sopan dimulai dengan Ayah Bunda mencontohkan terlebih dulu, misalnya ketika bertemu orang menyapa, bersalaman, dan tersenyum. Kemudian bisa mengajak anak melakukan hal tersbeut secara perlahan tapi tidak memaksa.
<h3>4. Buat Jadwal Aktivitas Anak saat Lebaran</h3>
Walaupun di tengah padatnya silaturahim bersama keluarga, tetapi tidak ada salahnya, lho mempersiapkan jadwal anak, karena tetap penting bagi pertumbuhannya. Misal Ayah Bunda menetapkan jam 10 bermain, jam 12 anak tidur siang jam 2 makan siang jam 4 minum susu, dan seterusnya.
<h3>5. Jangan Tinggalkan Anak</h3>
Ketika baru mengenalkan orang atau mengajak si Kecil di tengah banyak orang, jangan tinggalkan ia dampingi dan jaga kontak fisik dengan si Kecil saat bertemu orang baru. Gandengan tangannya atau minta anak duduk di pangkuan di dekat orang-orang baru.
Perihal Setelah melakukan kelima tips di atas, jangan lupa untuk berisitirahat ya AyBun! Yuk, tetap pantau pertumbuhannya di momen lebaran untuk tumbuh kembang yang optimal dengan unduh dan gunakan aplikasi Tentang Anak!
Foto: Designed by freepik

Anak Takut dengan Keramaian? Siapkan 5 Cara Ini Jelang Lebaran


Mau tahu selengkapnya? Yuk, simak lebih lanjut di sini

Tidak hanya orang dewasa, bayi juga membutuhkan pijatan untuk meningkatkan kesehatannya, lho. Pijat bayi juga menjadi salah satu momen terbaik untuk membangun bonding antara orang tua dan anak.
Namun, berbeda dengan pijat orang dewasa, pijat bayi memiliki teknik tersendiri. Pada dasarnya, pijat bayi adalah pijatan lembut berirama pada tubuh si kecil. Sebagai bagian dari rutinitas pijat, Bunda juga bisa memijat pergelangan tangan, kaki, dan jari-jarinya. Pijat bayi berperan serupa dengan pelukan hangat Bunda, yaitu untuk memberikan kenyamanan pada si kecil.
Rasa nyaman dari pijat bayi akan membuat si kecil lebih rileks serta meningkatkan kualitas tidurnya. Masih ada banyak manfaat lainnya dari pijatan sederhana untuk si kecili. Apa saja manfaatnya? Dan bagaimana cara memijat bayi yang benar? Yuk pelajari di sini!
<h2>Kapan Bisa Memulai Pijat Bayi?</h2>
Untuk bayi yang lahir dengan cukup sehat, Bunda dapat melakukan pijat bayi sesegera mungkin, yaitu sejak bayi baru lahir. Untuk bayi prematur, Bunda mungkin perlu berkonsultasi dengan dokter mengenai pijat bayi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah bayi sudah bisa mendapatkan pijatan atau belum.
Pijat bayi di usia dini bermanfaat untuk memperkenalkan sentuhan orang tua kepada anak. Bunda dapat memijat bayi dengan durasi 10&ndash;20 menit dan disesuaikan dengan kenyamanan bayi. Bunda dapat memilih waktu ketika bayi sadar dan nyaman untuk dipijat, tidak lelah atau lapar, dan tertarik untuk mengetahui situasi di sekitarnya. Artinya, bayi siap untuk memulai interaksi dengan Bunda.&nbsp;
<h2>Manfaat Pijat Bayi</h2>
Manfaat pijat bayi dapat dirasakan oleh si kecil dan juga Bunda yang melakukan pemijatan. Pijat bayi tidak hanya berguna untuk menyehatkan tubuh bayi, tetapi juga memperdalam hubungan antara orang tua dan anak. Pijatan sederhana pada si kecil memberikan berbagai manfaat penting lainnya, seperti:
<h3>1. Membuat Bayi Lebih Rileks</h3>
Salah satu manfaat utama dari pijat bayi adalah membuat bayi lebih rileks. Dengan memijat bayi, sistem sarafnya akan menstimulasi otak untuk memproduksi hormon serotonin. Hormon ini berperan untuk membuat bayi merasa nyaman dan tenang.&nbsp;
Pijat bayi akan membantu otot bayi lebih rileks, serta detak jantung dan napas yang lebih lambat. Hasilnya, tidur si kecil akan menjadi lebih lelap. Pijat bayi juga sekaligus menurunkan hormon kortisol yang menyebabkan stres. Minyak yang digunakan untuk memijat juga berguna untuk melembutkan kulit bayi.
<h3>2. Meningkatkan Bonding Orang Tua dan Anak</h3>
Memijat bayi sambil melakukan kontak mata dan berbicara dengan si kecil dapat memperdalam hubungan antara orang tua dan anak. Sentuhan dan ucapan dari Bunda akan membuat anak mengenal sentuhan-sentuhan dari orang tuanya. Bagi orang tua, proses memijat anak juga mampu meningkatkan rasa cinta dan kasih sayang terhadap anak.
<h3>3. Mendukung Pertumbuhan Otak</h3>
Manfaat pijat bayi yang tidak kalah penting adalah mendukung pertumbuhan motorik. Semua sentuhan dan pijatan lembut dari ujung kepala sampai ujung kaki bayi berperan dalam menstimulasi pertumbuhan sistem otak anak. Pijatan secara rutin pada anak akan berdampak baik pada perkembangan motoriknya.
<h3>4. Mengurangi Risiko Sembelit dan Kembung</h3>
Bayi yang baru lahir rentan mengalami sembelit dan kembung. Hal ini disebabkan oleh sistem perncernaan bayi yang masih belum sempurna. Akibatnya, gas dapat terperangkap di perut atau tinja menjadi sulit dikeluarkan.&nbsp;
Pijatan lembut di sekitar perut dapat membantu mengurangi risiko sembelit dan kembung pada anak. Cara ini bertujuan untuk mengeluarkan gas dari perut dan menstimulasi sistem pencernaan si kecil agar lebih lancar.
<h3>5. Melatih Kesadaran Bayi</h3>
Bayi yang baru lahir masih belum memiliki kesadaran mengenai dunia di sekitarnya. Bayi mungkin tidak tahu jika mereka memiliki dua tangan dan dua kaki. Pijatan bayi secara rutin dapat membantu melatih kesadaran bayi.&nbsp;
Bunda juga dapat membantu bayi mengenali bagian tubuhnya saat memijat bagian tubuh tersebut, seperti menyebutkan tangan milik si kecil saat memijat tangannya.
Pijatan lembut dan berirama dari Bunda juga akan meningkatkan sensitivitas anak terhadap sentuhan. Otot bayi pun akan menjadi lebih kuat dan fleksibel. Sambil merasakan sensasi pijatan Bunda, bayi akan belajar membedakan bagian-bagian tubuhnya dari sentuhan yang diberikan.
<h3>6. Membantu Mengatasi Depresi Pasca Melahirkan</h3>
Bunda yang baru saja melahirkan rentan mengalami depresi pasca melahirkan. Kondisi ini ditandai dengan insomnia, hilangnya nafsu makan, sangat mudah marah, dan sulit membangun hubungan dengan anak. Bunda yang mengalami depresi pasca melahirkan dianjurkan melakukan pemijatan pada anak selama 15 menit sehari.&nbsp;
Langkah ini mampu meningkatkan interaksi antara ibu dan anak serta membantu meredakan depresi pasca melahirkan. Bunda juga akan menyadari manfaat yang didapatkan bayi dari pijatan yang sudah diberikan, sehingga perasaan Bunda akan menjadi lebih positif. Hormon oksitosin yang dihasilkan selama pemijatan tidak hanya membuat bayi merasa nyaman, tetapi juga Bunda yang melakukak proses pemijatan.
<h3>7. Meningkatkan Kesehatan Fisik dan Mental Anak</h3>
Pemijatan rutin pada anak diyakini mampu membuat bayi usia di bawah 6 bulan untuk tidur lebih baik, jarang menangis, dan jarang mengalami stres. Pijat bayi juga berperan dalam menstimulasi hormon melatonin, yaitu hormon penting untuk membantu pola tidur anak. Bagi bayi yang lahir dengan berat badan rendah, pijat bayi bermanfaat untuk meningkatkan berat badan menjadi lebih sehat.
<h3>Cara Memijat Bayi di Rumah</h3>
Cara pijat bayi akan lebih optimal jika Bunda melakukannya sendiri. Bunda bisa melakukannya cukup dari rumah dengan memakai alas kasur yang lembut dan ruangan cukup cahaya. Hal ini bertujuan agar anak mendapatkan kontak mata yang jelas dengan Bunda.&nbsp;
Waktu terbaik untuk melakukan pemijatan adalah pagi hari setelah mandi dan di malam hari sebagai rutinitas sebelum tidur. Langkah pemijatan yang bisa Bunda terapkan pada bayi adalah sebagai berikut:
<ol>
<li> Cek Kondisi Bayi</li>
</ol>
Sebelum melakukan pemijatan, pastikan kondisi bayi siap dan sadar dalam melakukan pemijatan. Hindari pemijatan jika bayi terlihat lapar atau bayi baru saja selesai menyusu atau makan. Disarankan agar bayi dalam keadaan sadar dan siap menerima pijatan, yaitu dengan kondisi bayi yang tidak rewel, nampak nyaman, dan penasaran.
<ol start="2">
<li> Cek Kondisi Bunda</li>
</ol>
Bunda juga harus menyiapkan diri sebelum memberi pijatan pada bayi. Pastikan tangan Bunda bersih dan bebas dari kuku tajam agar tidak melukai bayi. Jangan lupa untuk menggunakan minyak pijat khusus bayi agar proses memijat menjadi lebih nyaman dan rileks bagi bayi dan juga Bunda.
<ol start="3">
<li> Buat Suasana Nyaman</li>
</ol>
Saat memijat si kecil, direkomendasikan agar bayi tidak mengenakan pakaian untuk memaksimalkan sentuhan dan proses pemijatan. Sentuhan kulit antara ibu dan anak sangatlah penting dalam pemijatan bayi. Maka dari itu, pastikan suhu ruangan tempat memijat bayi tidak terlalu dingin agar bayi tidak kedinginan selama menjalani pemijatan.
Bunda dapat melakukan pemijatan di lantai, kasur, atau sofa, dengan bayi beralaskan kasur lembut di depan Bunda. Carilah posisi yang Bunda rasa nyaman. Pastikan ruangan cukup terang agar bayi bisa melihat Bunda dan melakukan kontak mata dengan jelas.
<ol start="4">
<li> Mulai dari Wajah</li>
</ol>
Mulailah pemijatan bayi dengan menyentuh wajah dan kepala bayi secara lembut. Buat bayi sadar dan penasaran dengan apa yang Bunda lakukan, sehingga interaksi antara Bunda dan si kecil selama memijat dapat tercipta. Bunda juga bisa berkomunikasi untuk memperkuat bonding antara Bunda dan anak, seperti dengan menyampaikan cerita atau hal-hal lainnya.
<ol start="5">
<li> Lanjutkan ke Bagian Lainnya</li>
</ol>
Dari wajah dan kepala, Bunda dapat lanjut memijat ke bagian lainnya, seperti:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bahu, lengan, telapak tangan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Perut dengan gerakan memutar searah jarum jam</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bagian pinggul dan kaki</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Belakang tubuh bayi</li>
</ul>
<ol start="6">
<li> Sesuaikan Pijatan dengan Usia Bayi</li>
</ol>
Tubuh bayi masih belum kuat untuk menerima pijatan yang terlalu kuat. Jadi, Bunda perlu menyesuaikan tekanan pijatan pada bayi sesuai dengan usianya. Adapun tekanan pijatan yang bisa Bunda lakukan menurut usianya adalah sebagai berikut:
<ul>
<li aria-level="1">Usia kurang dari 1 bulan: Gerakan usapan halus, hindari pijatan di area perut sebelum tali pusat puput</li>
</ul>
<ul>
<li aria-level="1">Usia 1&ndash;3 bulan: Gerakan halus dengan tekanan ringan dalam waktu yang singkat</li>
</ul>
<ul>
<li aria-level="1">Usia lebih dari 3 bulan: Tekanan ringan dalam waktu yang lebih lama</li>
</ul>
Demikian penjelasan manfaat pijat bagi bayi dan cara melakukannya! Jadi, Bunda tidak perlu ragu lagi untuk memberikan pijatan pada sang buah hati. Apalagi dengan banyaknya manfaat pijat yang bisa dirasakan oleh bayi dan juga Bunda.&nbsp;
Jika Bunda masih ragu dengan teknik pemijatan yang tepat, atau jika bayi memiliki kondisi kesehatan tertentu, Bunda dapat berkonsultasi dengan dokter mengenai pemijatan yang akan diberikan pada bayi.

7 Manfaat Pijat Bayi Bagi Kesehatan & Tumbuh Kembangnya

Ketahui bahaya resistensi antibiotik pada anak! Temukan panduan penggunaan antibiotik yang tepat untuk menghindari risiko kebal obat dan efek samping bagi si Kecil

Antibiotik telah menjadi salah satu pengobatan yang seringkali dianggap ampuh untuk berbagai penyakit.&nbsp;
Namun, penggunaan antibiotik yang tidak tepat dan berlebihan kini menjadi perhatian serius di Indonesia, terutama bagi kesehatan anak-anak.&nbsp;
Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan, hingga 70% antibiotik di Indonesia bisa diperoleh tanpa resep, meningkatkan risiko resistensi antibiotik pada anak-anak.&nbsp;
Berikut adalah yang perlu Ayah Bunda (AyBun) ketahui mengenai penggunaan antibiotik secara bijak agar kesehatan si kecil terjaga.
<h2>Waspadai Konsumsi Antibiotik untuk Sakit Ringan pada Balita</h2>
Menurut Wakil Menteri Kesehatan, Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono, lebih dari 1,27 juta orang meninggal akibat infeksi yang berhubungan dengan resistensi antimikroba (AMR) secara global.&nbsp;
&ldquo;Sekarang ternyata 70% antibiotik itu bisa didapatkan tanpa resep. Jadi orang beli di apotek terus dikasih sama apotekernya, disimpan di rumah tanpa penggunaan yang tepat, Kalau panas (demam) langsung minum antibiotik padahal panasnya itu bukan melulu memerlukan pengobatan antibiotik&rdquo;.
Resistensi antimikroba ini adalah kondisi ketika bakteri, jamur, atau parasit menjadi kebal terhadap obat-obatan antimikroba, sehingga pengobatan menjadi tidak efektif.
Di Indonesia, banyak orang masih bisa membeli antibiotik tanpa resep dokter, menyimpannya di rumah, dan menggunakannya tanpa arahan medis.&nbsp;
Ketika anak mengalami demam atau sakit ringan, antibiotik sering kali langsung diberikan, padahal kondisi tersebut biasanya tidak memerlukan antibiotik, terutama jika penyebabnya adalah infeksi virus.
<h2>Mengapa Antibiotik Tidak Selalu Dibutuhkan?</h2>
1 dari 2 balita mungkin telah mengonsumsi antibiotik untuk sakit ringan seperti batuk pilek atau flu. Padahal, antibiotik hanya efektif untuk infeksi bakteri, bukan untuk infeksi virus seperti:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Batuk pilek (common cold)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Flu</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Diare cair</li>
</ul>
Contoh penyakit yang memerlukan antibiotik mencakup:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pneumonia</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Disentri</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Infeksi saluran kemih</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Radang otak</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Infeksi telinga</li>
</ul>
Penggunaan antibiotik yang tidak sesuai malah membuat bakteri &lsquo;beradaptasi&rsquo; dan akhirnya menjadi kebal, atau resisten, terhadap obat tersebut.
Baca juga: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=2045">10 Vitamin Penting Anak 1 Tahun untuk Maksimalkan Tumbuh Kembangnya</a>
<h2>Cara Mengonsumsi Antibiotik dengan Benar</h2>
Jika si Kecil memang memerlukan antibiotik, ada aturan penting yang perlu AyBun perhatikan agar pengobatan efektif dan menghindari risiko resistensi:
<h3>1. Ikuti Aturan Minum Obat dengan Tepat</h3>
Jika dokter menyarankan antibiotik diminum tiga kali sehari, bukan berarti pagi, siang, dan malam, melainkan setiap 8 jam sekali agar dosisnya konsisten dalam tubuh.
<h3>2. Gunakan Alat Ukur yang Tepat</h3>
Jangan menggunakan sendok makan dapur untuk dosis antibiotik cair. Gunakan alat ukur yang direkomendasikan dokter untuk memastikan dosis yang tepat.
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/67264931-7dd145f8-095f-4262-9edb-e0ff069ca5f1.jpg" alt="alat ukur pemberian obat cair yang dianjurkan oleh AAP" width="70%" height="70%" />
Sumber: Tentang Anak
<h2>Bahaya Penggunaan Antibiotik yang Tidak Tepat pada Anak</h2>
Selain risiko resistensi, antibiotik yang dikonsumsi sembarangan juga membawa risiko lain bagi kesehatan anak:
<h3>1. Risiko Alergi Meningkat</h3>
Anak di bawah usia 1 tahun yang menerima antibiotik spektrum luas, seperti amoxicillin atau ampicillin, memiliki risiko alergi lebih tinggi di masa depan.
<h3>2. Gangguan Pencernaan</h3>
Antibiotik dapat membunuh flora normal dalam usus, sehingga memicu diare dan gangguan pencernaan lainnya pada anak.
<h3>3. Biaya Pengobatan Lebih Tinggi</h3>
Jika bakteri menjadi resisten, pengobatan akan lebih mahal dan sulit dilakukan karena pilihan obat terbatas, serta diagnosis lebih kompleks.
<h3>Kesimpulan: Gunakan Antibiotik dengan Hati-hati</h3>
Penggunaan antibiotik yang sembarangan membawa dampak besar bagi kesehatan anak-anak. Pastikan hanya memberikan antibiotik sesuai resep dokter dan ikuti aturan minum dengan tepat.&nbsp;
Jika AyBun memiliki pertanyaan atau kekhawatiran tentang kesehatan si kecil, konsultasikan langsung dengan dokter, bukan mengandalkan antibiotik untuk setiap sakit ringan.
Untuk penjelasan lebih lanjut, AyBun juga bisa menyimak panduan dari dr. Mesty Ariotedjo, Sp.A, MPH mengenai penggunaan antibiotik pada anak melalui <a href="https://www.youtube.com/watch?v=5tv2awNqdNE">video berikut</a>.
Dengan langkah bijak, kita bisa melindungi kesehatan anak dan mencegah resistensi antibiotik di masa depan.

Waspadai Konsumsi Antibiotik untuk Sakit Ringan Pada Bayi & Balita

Hati-hati! Jangan biarkan anak pegang 5 binatang ini, karena bisa berbahaya! Mulai dari anjing/kucing berbulu botak hingga kaki seribu, temukan bahayanya di sini.

<article class="w-full text-token-text-primary" dir="auto" data-testid="conversation-turn-2" data-scroll-anchor="true">
<div class="text-base my-auto mx-auto py-5 px-6">
<div class="mx-auto flex flex-1 text-base gap-4 md:gap-5 lg:gap-6 md:max-w-3xl lg:max-w-[40rem] xl:max-w-[48rem] group/turn-messages focus-visible:outline-none" tabindex="-1">
<div class="group/conversation-turn relative flex w-full min-w-0 flex-col agent-turn @xs/thread:px-0 @sm/thread:px-1.5 @md/thread:px-4">
<div class="relative flex-col gap-1 md:gap-3">
<div class="flex max-w-full flex-col flex-grow">
<div class="min-h-8 text-message relative flex w-full flex-col items-end gap-2 whitespace-normal break-words text-start [.text-message+&amp;]:mt-5" dir="auto" data-message-author-role="assistant" data-message-id="af3e07d5-400a-4f4c-a1e4-fa476c9781bc" data-message-model-slug="gpt-4o">
<div class="flex w-full flex-col gap-1 empty:hidden first:pt-[3px]">
<div class="markdown prose w-full break-words dark:prose-invert light">
Sebagai orang tua, kita tentu ingin si Kecil bisa bereksplorasi dan mengenal lingkungan sekitarnya. Namun, ada beberapa binatang yang tampak tidak berbahaya tetapi sebenarnya bisa menimbulkan risiko kesehatan bagi anak.
Beberapa hewan dapat menyebabkan alergi, infeksi, hingga reaksi beracun yang berbahaya bagi tubuh si Kecil. Lalu, apa saja binatang yang sebaiknya tidak disentuh oleh anak-anak? Simak daftar berikut ini!
<h2 class="" data-start="531" data-end="580">Jangan Biarkan Anak Pegang Binatang Ini!</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/67e50019-2b715915-0cbb-441b-8ec8-318e9164a68d.jpg" />
<h3 class="" data-start="582" data-end="631">1. Anjing atau Kucing dengan Bulu Botak</h3>
Meskipun anjing dan kucing adalah hewan peliharaan yang sering ditemui, sebaiknya waspada jika menemukan yang bulunya botak.
Kondisi ini bisa disebabkan oleh infeksi jamur seperti ringworm, yang dapat menular ke manusia. Jika anak menyentuhnya, ia bisa mengalami gatal-gatal dan bahkan kebotakan pada area kulit yang terinfeksi.
Bahaya:
<ul>
<li data-start="966" data-end="979">Infeksi jamur yang menular ke kulit manusia</li>
<li data-start="966" data-end="979">Risiko kebotakan pada area yang terinfeksi</li>
</ul>
<h3 class="" data-start="1076" data-end="1098">2. Ulat Bulu</h3>
Ulat bulu terlihat menarik bagi anak-anak karena bentuknya yang unik dan berbulu. Namun, bulu pada ulat ini sering kali mengandung racun yang bisa menyebabkan iritasi dan gatal-gatal pada kulit.
Bahaya:
<ul>
<li data-start="1297" data-end="1310">Kulit merah, gatal, dan iritasi</li>
<li data-start="1297" data-end="1310">Reaksi alergi yang berlebihan pada beberapa anak</li>
</ul>
<h3 class="" data-start="1401" data-end="1440">3. Semut Peluru dan Semut Api</h3>
Semut peluru (Paraponera clavata) dan semut api (Solenopsis invicta) terkenal karena gigitannya yang sangat menyakitkan. Semut ini agresif dan memiliki racun yang bisa menyebabkan reaksi alergi serius, bahkan anafilaksis pada beberapa kasus.
Bahaya:
<ul>
<li data-start="1690" data-end="1703">Rasa sakit luar biasa akibat gigitan</li>
<li data-start="1690" data-end="1703">Reaksi alergi seperti bengkak, gatal, dan kemerahan</li>
<li data-start="1690" data-end="1703">Risiko syok anafilaktik pada anak yang sensitif terhadap racun serangga</li>
</ul>
<h3 class="" data-start="1878" data-end="1896">4. Cicak</h3>
Meskipun tampak tidak berbahaya, cicak adalah pembawa bakteri berbahaya seperti E. coli dan Salmonella. Jika anak menyentuh cicak dan tidak mencuci tangan, risiko terkena infeksi saluran pencernaan meningkat.
Bahaya:
<ul>
<li data-start="2113" data-end="2126">Infeksi bakteri penyebab diare dan sakit perut</li>
<li data-start="2113" data-end="2126">Risiko kontaminasi makanan jika cicak sering berkeliaran di rumah</li>
</ul>
<h3 class="" data-start="2249" data-end="2273">5. Kaki Seribu</h3>
Ketika merasa terancam, kaki seribu akan menggulung tubuhnya dan mengeluarkan cairan beracun sebagai mekanisme pertahanan diri. Cairan ini bisa menyebabkan iritasi pada kulit dan mata anak.
Bahaya:
<ul>
<li data-start="2467" data-end="2480">Iritasi dan kemerahan pada kulit</li>
<li data-start="2467" data-end="2480">Jika terkena mata, bisa menyebabkan perih dan bengkak</li>
</ul>
<h2 class="" data-start="2582" data-end="2630">Lindungi Si Kecil dari Bahaya Hewan Ini</h2>
Untuk menjaga kesehatan kulit anak, pastikan mereka selalu menggunakan lotion yang dapat melindungi skin barrier dan mengatasi gejala iritasi seperti gatal, bentol, atau biduran.
Jika si Kecil mengalami reaksi berlebihan setelah menyentuh hewan-hewan di atas, segera konsultasikan dengan dokter. Ingat! Selalu awasi anak saat bermain di luar rumah dan ajarkan mereka untuk tidak menyentuh binatang yang berpotensi berbahaya.
<h2 class="" data-start="3071" data-end="3090">Kesimpulan</h2>
Sebagai orang tua, kita harus selalu waspada terhadap lingkungan sekitar anak, termasuk binatang yang mungkin mereka temui. Beberapa hewan seperti anjing atau kucing berbulu botak, ulat bulu, semut peluru dan semut api, cicak, serta kaki seribu bisa menimbulkan risiko kesehatan yang tidak bisa dianggap remeh.
Lindungi si Kecil dengan menjaga kebersihan tangan setelah bermain di luar, menggunakan produk perawatan kulit yang tepat, dan segera berkonsultasi dengan dokter jika terjadi reaksi yang mencurigakan.
Jaga kesehatan si Kecil, karena pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan!&nbsp;
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</article>

Hati-Hati! Jangan Biarkan Anak Pegang 5 Binatang Ini, Bisa Berbahaya!

Mengajarkan anak dua bahasa atau bilingual bukan tidak mungkin dilakukan secara dini. Bacakan buku ini untuk permudah ia belajar!

Ajarkan anak dua bahasa&nbsp;sejak dini tentu menjadi keinginan para Ayah Bunda. Tidak hanya sekadar memahami, tetapi juga agar dapat berbicara dengan kedua bahasa tersebut dengan fasih.&nbsp;
Oleh sebab itu, Tentang Anak mempersembahkan buku edisi bilingual dengan judul <a href="https://share.tentanganak.com/Shof/lj40bzc8">"Thank you - Terima kasih"</a> dan <a href="https://share.tentanganak.com/Shof/bb58e4w4">"Please - Tolong"</a>
Selain ditulis dalam dua bahasa, yaitu Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia, kedua buku ini juga mengangkat tema tentang sikap baik yang praktis dan relevan untuk diterapkan dikeseharian.
Ayah Bunda tidak perlu khawatir apabila belum terbiasa bicara dengan kedua bahasa. Ayah Bunda bisa menggunakan kesempatan ini untuk belajar bersama si Kecil, salah satunya dengan menonton video buku &lsquo;Thank you - terima kasih&rsquo; di atas.
Setelah menonton video, simak lebih lanjut artikel Tentang Anak tentang belajar bilingual pada anak, AyBun!
<h2>Usia yang Tepat Ajarkan Anak Dua Bahasa&nbsp;</h2>
Tahukah AyBun bahwa <a href="https://tentanganak.com/artikel/ajarkan-dua-bahasa-pada-anak/">anak bisa diajarkan bilingual</a> sejak usianya di bawah dua tahun? Pada usia ini, perkembangan bahasa anak sedang berkembang dengan sangat pesat.&nbsp;
Jika ingin memulai lebih dini, Ayah Bunda juga bisa melakukan stimulasi bicara dua bahasa sejak Si Kecil lahir, lho.
Pada dasarnya, semakin bertambah usia anak saat mulai mempelajari bahasa, semakin sulit untuk anak mempelajari bahasa lain.
Tenang saja, Ayah Bunda. Ini bukan berarti anak AyBun tidak bisa belajar bahasa kedua.&nbsp;
Semakin cepat lancar atau fasih mereka berbicara bahasa pertama, semakin mudah untuk belajar bahasa kedua. Oleh karena itu, jangan berhenti mengajak bicara Si Kecil menggunakan bahasa pertama, terutama saat mengajari anak Ayah Bunda dengan bahasa lain.
Berbicara dalam berbagai bahasa memiliki banyak manfaat bagi anak dan merupakan sesuatu yang mereka pahami dengan baik.
Anak-anak bilingual mungkin akan merespon dan menggunakan bahasa mereka dengan cara yang berbeda:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">beberapa anak bilingual akan berbicara dua bahasa secara teratur</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">beberapa anak akan berbicara dua bahasa dalam pengaturan yang berbeda</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Beberapa anak akan berbicara satu bahasa lebih sering daripada yang lain</li>
</ul>
Ternyata bukan hanya anak saja yang bisa belajar dua bahasa dengan aktivitas tersebut. Ayah Bunda juga bisa mempelajari bilingual tersebut, lho.
<h2>Tips Ajarkan Anak Dua Bahasa</h2>
Memang bukan hal yang mudah mengasuh anak menggunakan dua bahasa. Harus adanya kesabaran dari orang tua. Hal ini karena tidak semua anak bisa cepat menyerap dua bahasa salam waktu yang cepat..
Sehingga, Ayah Bunda bisa mendukung anak untuk belajar dua bahasa melalui aktivitas sehari-hari, contohnya:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Membaca bersama buku dalam dua bahasa.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bermain boneka atau mainan favorit anak&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menyanyikan lagu dua bahasa.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Berkomunikasi dengan keluarga lain yang berbicara dengan dua bahasa.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Berkeliling rumah sambil menunjuk benda dan memberi tahu dalam dua bahasa.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bergantian saat mengucapkan dua bahasa. Contoh: saat Ayah menggunakan bahasa Indonesia, Bunda bisa berbahasa Inggris.</li>
</ul>
Selain itu, Ayah Bunda juga perlu memperhatikan faktor pendukung belajar bahasa kedua pada anak.
Faktor tersebut antara lain adalah paparan pada sumber belajar bahasa, durasi kesempatan mendengar, dan berinteraksi menggunakan bahasa kedua.
Ayah Bunda dapat mulai mengajarkan dua bahasa dengan memperkenalkan buku sedini mungkin.<a href="https://tentanganak.com/artikel/manfaat-membaca/"> Membaca buku bisa meningkatkan kecerdasan emosi dan kognitif</a> pada anak juga, lho.
Meskipun anak belum bisa membaca, Ayah Bunda bisa memulai membaca cerita dari buku-buku dengan dua bahasa.
Sehingga, anak bisa lebih mudah menyerap kosakata dua bahasa dari cerita Ayah Bunda lebih cepat. Tentu saja ini akan mempermudah anak untuk memiliki keterampilan dua bahasa.
Bacakan rutin buku ini kepada anak bisa membantu kelancaran mengenal bahasa kedua.
Saat membacakan buku ini pada anak, Ayah Bunda bisa mengikuti langkah berikut:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Buka buku dan mulai bacakan cerita dalam Bahasa Indonesia pada halaman pertama</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tunjukkan gambar dengan menggunakan Bahasa Indonesia</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Lanjutkan bacakan isi halaman pertama dengan Bahasa Inggris</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tunjukkan gambar dengan narasi berbahasa Inggris</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kemudian, lakukan hal ini bergantian hingga buku selesai dibacakan</li>
</ol>
Untuk mendampingi Ayah Bunda, yuk bacakan buku &lsquo;Thank you - Terima kasih&rsquo; dari Tentang Anak, sambil menonton video pada artikel ini.
&nbsp;
Foto: Freepik, Canva

Ajarkan Anak Dua Bahasa Sejak Dini? Simak Contoh Video Ini

Saat memasuki usia 15 bulan, penting untuk diperhatikan agar anak mencapai sejumlah tahapan perkembangan berikut ini. 

Pada usia 15 bulan, anak-anak akan memasuki tahap perkembangan yang penting dalam hidup mereka. Di tahap ini, perkembangan anak 15 bulan ditandai dengan si Kecil yang mulai belajar berdiri dan berjalan dengan bantuan serta menjelajahi lingkungan sekitarnya dengan lebih aktif.&nbsp;
Dalam hal ini, Ayah dan Bunda sebagai orang tua dapat membantu anak-anak untuk tumbuh dan berkembang dengan memberikan dukungan dan kesempatan untuk belajar dan mengeksplorasi.
Lalu, seperti apa tahapan ideal perkembangan anak 15 bulan? Dan hal apa saja yang harus diperhatikan AyBun? Yuk, simak pembahasannya di artikel berikut ini!
<h2>Tahapan Perkembangan Anak Usia 15 Bulan?</h2>
Perkembangan anak 15 bulan biasanya ditandai dengan sejumlah tahapan berikut ini:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Berdiri sendiri dan berjalan dengan bantuan atau tanpa bantuan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengenali orang-orang terdekatnya seperti keluarga dan teman-temannya.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menunjuk ke objek atau orang yang dia inginkan dengan menggunakan jari atau tangannya.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menggunakan satu atau dua kata untuk menyatakan keinginannya, meskipun masih sulit untuk memahami apa yang mereka katakan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menirukan gerakan sederhana seperti menepuk tangan atau menggoyangkan kepala.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mulai memahami konsep seperti "ke atas" dan "ke bawah" dan mungkin bisa menunjuk ke atas atau ke bawah sesuai permintaan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menunjukkan minat terhadap alat-alat seperti pensil, garpu, atau sendok dan mungkin akan mencoba menggunakannya untuk melakukan sesuatu.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mulai memahami arti dari "ya" dan "tidak" dan mungkin akan menggelengkan kepala untuk menunjukkan tidak setuju.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menunjukkan emosi yang berbeda seperti marah, sedih, atau senang.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mulai memahami konsep "milik" dan mungkin akan bersikap cemburu jika sesuatu yang dia sukai diambil oleh orang lain.</li>
</ol>
Ini hanyalah beberapa contoh dari apa yang anak-anak usia 15 bulan mungkin sudah bisa lakukan.&nbsp;
Perlu diingat bahwasanya kemampuan setiap anak akan bervariasi tergantung pada faktor-faktor seperti latar belakang keluarga, lingkungan, dan genetik.
<h2>Stimulus untuk Mendukung Perkembangan Anak 15 Bulan</h2>
Berikut adalah beberapa stimulus yang perlu dilakukan untuk mendukung perkembangan anak 15 bulan:
<h3>1. Memberikan permainan yang sesuai dengan usianya</h3>
Anak usia 15 bulan biasanya senang bermain dengan mainan yang mudah mereka genggam, pindahkan, dan masukkan ke lubang.&nbsp;
Ayah dan Bunda dapat memberikan mainan seperti balok-balok, bola kecil, dan boneka untuk membantu mengembangkan koordinasi tangan dan mata si Kecil.
<h3>2. Memberikan anak kesempatan untuk bergerak dan belajar berjalan</h3>
Anak-anak yang berusia 15 bulan mulai bisa merangkak dan berdiri dengan bantuan. Mereka juga sudah mulai menunjukkan tanda-tanda berjalan.
Dalam hal ini, memberikan anak kesempatan untuk bergerak dan menjelajahi lingkungan sekitarnya dengan aman adalah hal yang penting untuk diperhatikan.
<h3>3. Menggunakan bahasa yang sesuai</h3>
Saat memasuki usia anak 15 bulan, Ayah dan Bunda sebaiknya menggunakan bahasa yang sesuai dengan si Kecil saat berkomunikasi dengan mereka.&nbsp;
Hal ini akan membantu anak mengembangkan kemampuan bahasa dan meningkatkan kosakata mereka.
<h3>4. Mengajari anak tentang pola</h3>
Anak-anak di usia 15 bulan suka belajar tentang pola dan mencoba menirukan tindakan orang lain.&nbsp;
Untuk itu, Ayah dan Bunda perlu mengajarkan si Kecil pola sederhana seperti "kaki kiri, kaki kanan" saat memakai sepatu atau "atas, tengah, bawah" saat memasukkan balok-balok ke dalam lubang.
<h3>5. Mengajari anak tentang emosi</h3>
Anak-anak di usia 15 bulan umumnya akan mulai belajar tentang emosi mereka sendiri dan orang lain.&nbsp;
Pastikan Ayah dan Bunda mengajarkan anak tentang nama emosi yang berbeda dan bagaimana mengekspresikannya dengan cara yang positif.
<h2>Apa yang Harus Diperhatikan Orang Tua?</h2>
Tahukah Ayah dan Bunda, ada sebuah studi yang menunjukkan bahwa lebih dari 80% kemampuan berjalan anak dipengaruhi oleh faktor genetik usia perkembangannya. Ini tak akan jauh beda dengan waktu AyBun bisa berjalan saat kecil.
Di usia 15 bulan, 90% anak idealnya sudah menguasai kemampuan berjalan dengan baik.
Lalu, bagaimana tahapannya?&nbsp;
Pada awal proses berjalan, anak umumnya memiliki cara jalan yang khas dan termasuk normal, seperi:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tangan kadang terbuka untuk menyeimbangkan postur</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Jarak antar kaki lebar difungsikan sebagai pondasi</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Awal melangkah dengan telapak kaki, bukan dengan tumit saat menginjak lantai</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Langkah kaki tinggi dan tungkai cenderung berputar ke luar</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tungkai cenderung berbentuk O (bow legged)</li>
</ul>
Hal ini normal untuk anak berusia di bawah 2 tahun dan akan menghilang saat usia 3 tahun. Namun, Ayah dan Bunda perlu segera konsultasikan ke dokter jika anak:
<h3>1. Belum tertarik atau belum melangkah sendiri tanpa dibantu pada usia 15 bulan</h3>
Kemungkinan penyebabnya stimulasi kurang optimal dan/atau adanya gangguan perkembangan.
<h3>2. Berjalan dengan tumit atau jinjit di usia lebih dari 2 tahun dan secara konsisten</h3>
Kemungkinan penyebabnya adanya gangguan saraf dan otot
<h3>3. Tampak berjalan pincang&nbsp;</h3>
Kemungkinan penyebab si Kecil berjalan pincang adalah:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Disertai nyeri saat berjalan. Ini bisa disebabkan karena riwayat terjatuh, terluka, infeksi, atau radang sendi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tanpa nyeri saat berjalan. Ini bisa terjadi karena adanya kelemahan saraf, otot, atau kelainan sendi.</li>
</ul>
<h3>4. Sering terjatuh saat jalan dan kesulitan berdiri sehingga harus dibantu tangan untuk mencoba berdiri</h3>
Kemungkinan penyebab si Kecil sering terjatuh dan kesulitan berdiri adalah gangguan saraf dan otot (muscular dystrophy). Oleh sebab itu, Ayah dan Bunda sebaiknya segera konsultasikan hal ini ke dokter.
Itu dia pembahasan tentang perkembangan anak 15 bulan. Agar anak-anak dapat mencapai perkembangan yang optimal, Ayah dan Bunda harus memberikan dukungan dan kesempatan bagi anak-anak untuk belajar dan tumbuh.&nbsp;
Dengan demikian, si Kecil akan dapat mencapai perkembangan yang ideal pada usia 15 bulan, yang akan membantu mereka tumbuh dan berkembang secara sehat dan positif di masa depan.

Ini Tahapan Ideal Perkembangan Anak Usia 15 Bulan

Flat foot pada anak sering dianggap normal, tapi kapan harus diwaspadai? Kenali tanda-tanda penting dan cara stimulasi efektif untuk atasi flat foot sejak dini.

Flat foot atau telapak kaki datar adalah kondisi yang sering menimbulkan kekhawatiran pada orang tua. Banyak anak memang tampak memiliki kaki datar di usia balita, tetapi kapan kondisi ini dianggap normal dan kapan harus diwaspadai?
Artikel ini akan mengulas lengkap mengenai flat foot pada anak, dari penyebab hingga penanganannya yang efektif.
<h2 class="" data-start="3172" data-end="3210">Apa Itu Flat Foot (Pes Planus)?</h2>
Flat foot, atau dalam istilah medis disebut pes planus, adalah kondisi di mana lengkungan kaki menghilang atau rata, menyebabkan seluruh bagian telapak menyentuh lantai saat berdiri. Ini bisa terjadi pada satu atau kedua kaki.
Flat foot dibagi menjadi dua jenis utama:
<ul>
<li data-start="3484" data-end="3581">Flexible flat foot: lengkungan muncul saat kaki tidak menanggung beban (misalnya saat duduk).</li>
<li data-start="3484" data-end="3581">Rigid flat foot: lengkungan tetap tidak ada bahkan saat tidak menanggung beban&mdash;ini biasanya memerlukan penanganan medis lebih lanjut.</li>
</ul>
<h2 class="" data-start="3728" data-end="3787">Semua Anak Lahir dengan Flat Foot: Mitos atau Fakta?</h2>
Benar, hampir semua bayi terlahir dengan kaki datar. Ini karena struktur kaki mereka masih lunak dan mengandung lapisan lemak di telapak yang menyamarkan lengkungan kaki.
Namun seiring bertambahnya usia, terutama antara usia 2&ndash;6 tahun, lengkungan kaki mulai terbentuk. Bila setelah usia 6 tahun lengkungan belum juga terbentuk, bisa jadi ada kondisi yang memerlukan perhatian khusus.
<h2 class="" data-start="4180" data-end="4230">Perbedaan Flat Foot Normal dan Tidak Normal</h2>
Normal:
<ul>
<li data-start="4246" data-end="4274">Terjadi pada bayi dan balita</li>
<li data-start="4246" data-end="4274">Tidak menimbulkan keluhan atau hambatan aktivitas</li>
<li data-start="4246" data-end="4274">Membaik seiring usia</li>
</ul>
Tidak Normal:
<ul>
<li data-start="4371" data-end="4400">Bertahan setelah usia 6 tahun</li>
<li data-start="4371" data-end="4400">Disertai keluhan seperti nyeri, jalan jinjit, atau cepat lelah</li>
<li data-start="4371" data-end="4400">Disertai pola berjalan tidak wajar atau sepatu cepat aus</li>
</ul>
<h2 class="" data-start="4531" data-end="4566">Penyebab Flat Foot pada Anak</h2>
Berikut beberapa faktor risiko umum:
<ul>
<li data-start="4607" data-end="4664">Keturunan: Riwayat keluarga dengan kondisi kaki datar</li>
<li data-start="4607" data-end="4664">Kurang aktivitas fisik: Otot kaki kurang distimulasi</li>
<li data-start="4607" data-end="4664">Obesitas: Memberi tekanan ekstra pada lengkungan kaki</li>
<li data-start="4607" data-end="4664">Kondisi neurologis dan muskuloskeletal: Seperti cerebral palsy atau koalisi tarsal</li>
</ul>
<h2 class="" data-start="4879" data-end="4936">Gejala Flat Foot yang Perlu Diwaspadai (Red Flags)</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/68185e4a-420f3e0f-828f-415f-bc8d-b89bea35e8b1.jpg" />
<ul>
<li data-start="4938" data-end="5300">Nyeri pada kaki, pergelangan kaki, lutut, pinggul, atau punggung bawah</li>
<li data-start="4938" data-end="5300">Kesulitan melakukan aktivitas fisik seperti lari atau melompat</li>
<li data-start="4938" data-end="5300">Pola berjalan canggung atau tidak normal</li>
<li data-start="4938" data-end="5300">Sering terjatuh</li>
<li data-start="4938" data-end="5300">Sepatu mudah aus atau tidak rata</li>
<li data-start="4938" data-end="5300">Daya tahan tubuh berkurang saat aktivitas</li>
<li data-start="4938" data-end="5300">Kaku pada kaki &rarr; bisa menandakan masalah seperti koalisi tarsal</li>
</ul>
<h2 class="" data-start="5307" data-end="5351">Dampak Flat Foot Jika Tidak Ditangani</h2>
<ul>
<li data-start="5355" data-end="5391">Gangguan keseimbangan dan koordinasi</li>
<li data-start="5355" data-end="5391">Performa motorik kasar menurun</li>
<li data-start="5355" data-end="5391">Risiko nyeri kronis atau kelainan postur</li>
<li data-start="5355" data-end="5391">Gangguan tumbuh kembang secara fungsional</li>
</ul>
<h2 class="" data-start="5518" data-end="5570">Diagnosis dan Pemeriksaan Flat Foot pada Anak</h2>
Dokter anak atau spesialis ortopedi akan melakukan:
<ul>
<li data-start="5626" data-end="5694">Pemeriksaan fisik: Melihat bentuk kaki saat berdiri dan berjalan</li>
<li data-start="5626" data-end="5694">Tes tiptoe dan heel walking</li>
<li data-start="5626" data-end="5694">Pemeriksaan imaging (X-ray, MRI) jika dicurigai kondisi patologis</li>
</ul>
<h2 class="" data-start="5807" data-end="5836">Kapan Harus ke Dokter?</h2>
Jika anak sudah lebih dari 6 tahun dan masih menunjukkan flat foot yang kaku atau disertai gejala red flag, segera konsultasi ke dokter spesialis anak atau ortopedi anak.
<h2 class="" data-start="6015" data-end="6074">Stimulasi dan Latihan untuk Mengatasi Flat Foot Anak</h2>
Latihan terstruktur sangat efektif untuk memperkuat otot lengkungan kaki. Dilakukan secara rutin, hasilnya signifikan!
<h3 class="" data-start="6196" data-end="6229">Panduan Latihan di Rumah:</h3>
<div class="_tableContainer_16hzy_1">
<div class="_tableWrapper_16hzy_14 group flex w-fit flex-col-reverse" tabindex="-1">
<table class="w-fit min-w-(--thread-content-width)" data-start="6230" data-end="6705">
<thead data-start="6230" data-end="6253">
<tr data-start="6230" data-end="6253">
<th data-start="6230" data-end="6240" data-col-size="sm">Latihan</th>
<th data-start="6240" data-end="6253" data-col-size="md">Deskripsi</th>
</tr>
</thead>
<tbody data-start="6277" data-end="6705">
<tr data-start="6277" data-end="6345">
<td data-start="6277" data-end="6289" data-col-size="sm">Toe Curls</td>
<td data-start="6289" data-end="6345" data-col-size="md">Duduk, kerutkan jari kaki untuk menarik handuk kecil</td>
</tr>
<tr data-start="6346" data-end="6414">
<td data-start="6346" data-end="6360" data-col-size="sm">Heel Raises</td>
<td data-col-size="md" data-start="6360" data-end="6414">Berdiri jinjit, tahan 3&ndash;5 detik, turunkan perlahan</td>
</tr>
<tr data-start="6415" data-end="6504">
<td data-start="6415" data-end="6428" data-col-size="sm">Arch Lifts</td>
<td data-start="6428" data-end="6504" data-col-size="md">Angkat lengkung kaki sambil duduk, tumit dan jari tetap menyentuh lantai</td>
</tr>
<tr data-start="6505" data-end="6564">
<td data-start="6505" data-end="6522" data-col-size="sm">Ankle Alphabet</td>
<td data-start="6522" data-end="6564" data-col-size="md">&ldquo;Menulis&rdquo; alfabet dengan kaki di udara</td>
</tr>
<tr data-start="6565" data-end="6629">
<td data-start="6565" data-end="6582" data-col-size="sm">Tiptoe Walking</td>
<td data-start="6582" data-end="6629" data-col-size="md">Jalan jinjit pendek untuk perkuat otot kaki</td>
</tr>
<tr data-start="6630" data-end="6705">
<td data-start="6630" data-end="6645" data-col-size="sm">Sand Walking</td>
<td data-start="6645" data-end="6705" data-col-size="md">Jalan tanpa alas kaki di pasir untuk aktivasi otot alami</td>
</tr>
</tbody>
</table>
<div class="sticky end-(--thread-content-margin) h-0 self-end select-none">
<div class="absolute end-0 flex items-end">&nbsp;</div>
</div>
</div>
</div>
<h2 class="" data-start="6712" data-end="6752">Apakah Flat Foot Perlu Dioperasi?</h2>
Operasi sangat jarang diperlukan. Tindakan ini hanya dilakukan jika:
<ul>
<li data-start="6825" data-end="6887">Kaki sangat kaku dan tidak respons terhadap terapi konservatif</li>
<li data-start="6825" data-end="6887">Disertai gangguan struktural yang signifikan</li>
<li data-start="6825" data-end="6887">Nyeri hebat dan mengganggu aktivitas harian</li>
</ul>
<h2 class="" data-start="6987" data-end="7037">Penggunaan Orthotic dan Alas Kaki Pendukung</h2>
Foot orthotics bisa membantu memperbaiki posisi kaki dan memberi dukungan pada lengkungan. Namun, penggunaannya harus diresepkan oleh dokter spesialis setelah evaluasi menyeluruh.
<h2 data-start="7039" data-end="7218">Kesimpulan</h2>
Flat foot pada anak adalah kondisi umum, namun penting bagi orang tua untuk mengenali batas normalnya. Jika terjadi setelah usia 6 tahun atau disertai tanda-tanda seperti nyeri atau gangguan aktivitas, konsultasi ke dokter diperlukan.
Latihan rutin dan perhatian dini akan membantu perkembangan kaki anak secara optimal. Jangan lupa juga cek perkembangan anak lewat fitur <a href="tentanganak://cekliskembang?type=cekliskembang">Kembang</a>.

Flat Foot pada Anak, Apa yang Normal dan Tidak?

polusi udara yang memburuk membuat seluruh penduduk di Jakarta tak terkecuali orang tua cemas akan kesehatan pernapasan anak. Untuk itu sebelum terjadi kondisi pernapasan yang kurang baik, kenali lebih lanjut di artikel ini

Pernapasan

Masalah Kesehatan

Jakarta, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) akhirnya angkat bicara soal peningkatan polusi udara di Jakarta. Menurut BMKG,&nbsp; polusi udara akhir-akhir ini meningkat akibat musim kemarau. Plt.&nbsp; Dodo Gunawan, Wakil Kepala Departemen Klimatologi.&nbsp;
Ia menjelaskan, pencemaran udara bisa meningkat saat musim kemarau karena curah hujan sedikit dan polutan tidak terbawa arus sehingga tetap berada di udara. Dulu, masalah pencemaran udara menjadi perhatian pemerintah. Apalagi, Presiden Joko Widodo sudah&nbsp; hampir empat minggu menderita batuk. Semua ini karena polusi udara Jakarta yang buruk.&nbsp;&nbsp;
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengungkapkan&nbsp; kualitas udara di wilayah Jabodetabek sangat buruk. Hal itu disampaikan Siti usai rapat terbatas yang digelar Senin (14/08/2023) lalu untuk meningkatkan kualitas udara di kawasan Jabodetabek di Istana Merdeka, kompleks Istana Kepresidenan Jakarta. &ldquo;Ada beberapa faktor, antara lain waktu pengeringan yang lama, lalu tingkat polusi, lalu ada emisi dari transportasi, termasuk produksi industri,&rdquo; ujarnya.&nbsp;
<h2>Polusi Sebabkan Gangguan Kesehatan hingga Kematian</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/64df1bb8-4024ff94-3229-43bb-9c7a-223f8ac98595.jpg" />
Tahukah Ayah Bunda pencemaran udara menyebabkan lebih dari 10.000 kematian, 5.000&nbsp; rawat inap dan 7.000 anak mengalami berbagai gangguan kesehatan di Jakarta setiap tahunnya, dengan biaya satu triliun rupiah. 
Penyakit, kematian, biaya, dan efek jangka panjang pada anak dapat dihindari jika pemerintah memenuhi tuntutan warga yang memenangkan gugatan pencemaran udara di tingkat banding.
Ginanjar Syuhada dari Vital Strategies, divisi lingkungan, iklim, dan kesehatan perkotaan Singapura, dan timnya melaporkan dalam Riset Lingkungan dan Kesehatan Masyarakat edisi Februari 2023 tentang sejauh mana dampak kesehatan dan ekonomi dari polusi udara Jakarta.&nbsp;
Sekelompok peneliti dari Universitas Padjadjaran Bandung, Media Service DKI Jakarta dan Institut Teknologi Bandung berpartisipasi dalam penelitian ini. Dalam studi ini,&nbsp; peneliti menentukan beban kesehatan dan ekonomi dari partikel 2,5 mikron (PM 2,5) dan ozon permukaan tanah (O3), yang melebihi standar kualitas udara&nbsp; lokal dan global.
&nbsp;Menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2021 menyatakan bahwa polusi udara adalah salah satu risiko kesehatan terbesar dan menyebabkan morbiditas dan mortalitas, termasuk kanker, penyakit kardiovaskular, dan pernapasan.&nbsp;
&nbsp;
<h2>Dampak Polusi pada Anak</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/64df1adc-fa8bf69d-904c-46e7-8480-5db59330a551.jpg" />
Laporan WHO tahun 2018, Polusi Udara dan Kesehatan Anak: Resep untuk Udara Bersih, menyebut polusi udara sebagai "krisis kesehatan yang diabaikan secara global untuk anak-anak". Menurut American Lung Association, Children and Air Pollution, anak-anak sangat rentan terhadap polusi udara karena organ&nbsp; mereka, seperti jantung dan paru-paru, sistem pernapasan dan kardiovaskular, masih berkembang.&nbsp;
Akibat terjadinya polusi udara yang makin parah tidak menutup kemungkinan anak alami ISPA dan pneumonia. Apa yang perlu Ayah Bunda ketahui dan bagaimana mengobatinya?
<h3>Infeksi Saluran Pernapasan Akut</h3>
Penyebab ISPA berasal dari 300 jenis bakteri, virus dan rakhitis. bakteri agen penyebab infeksi saluran pernapasan akut termasuk Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus, Haemophilus influenzae, Bordetella, dan Corynebacterium.
ISPA merupakan kelompok penyakit yang sering disebut sebagai salah satu dari 10 penyakit teratas di negara berkembang pada bayi dan anak kecil, termasuk: Indonesia Episode ISPA didefinisikan sebagai insiden ISPA yang dipaksakan setelah diagnosis klinis dengan interval minimal 2 hari gratis gejala&nbsp; penyakit yang sama. Rata-rata setiap tahun anak balita mendapat 3-6 kali episode ISPA (DCPP, 2016 ) dan 4 sampai 6 episode (Lanata dkk., 2014)
Adapun gejala ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas) di antaranya:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Demam</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Batuk</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Nyeri tenggorokan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Hidung tersumbat, bersin, pilek (coryza)&rlm;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Badan pegal&ndash;pegal (myalgia)&rlm;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mata berair</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kesulitan bernafas</li>
</ul>
Pencegahan ISPA&nbsp; dapat dilakukan dengan cara mencuci tangan sesering mungkin serta menghindari penularan infeksi, dengan cara menutup mulut dan hidung pada saat batuk atau bersin. Gunakan tissue, sapu tangan, atau masker hidung saat batuk atau bersin.
<h3>Pneumonia</h3>
Pneumonia adalah peradangan pada paru-paru yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, dan jamur.&nbsp;
Pneumonia bukan hanya menimpa orang dewasa, melainkan juga terjadi pada anak-anak, bahkan bayi yang baru lahir. Penyakit ini dapat menyebarkan ke orang lain melalui menghirup tetesan udara dari bersin atau batuk.
Pneumonia dapat dicegah dengan meningkatkan tindakan-tindakan perlindungan, seperti memastikan asupan gizi anak terpenuhi, mengurangi faktor risiko dari polusi udara (yang membuat paru-paru lebih rentan infeksi), dan menerapkan praktik hidup bersih yaitu:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Cuci tangan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Membuat ventilasi udara yang baik di rumah</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Vaksinasi PCV</li>
</ol>
Foto: Freepik
Sumber:
https://www.cnbcindonesia.com/news/20230816114723-4-463466/polusi-udara-di-jakarta-makin-parah-bmkg-akhirnya-buka-suara
https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/03/29/umur-dan-kesehatan-yang-hilang-dalam-polusi-udara-jakarta&nbsp;
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1879/ketahui-apa-itu-pneumonia
https://www.nhlbi.nih.gov/health/pneumonia/causes
https://www.nhs.uk/conditions/pneumonia/
https://www.cdc.gov/pneumonia/causes.html#:~:text=Common%20causes%20of%20bacterial%20pneumonia,from%20those%20in%20healthcare%20settings.