Wajah anak melongo terus? Waspadai adenoid facies dan mouth breathing yang bisa sebabkan gangguan tidur, perubahan postur, hingga risiko asma. Cari tahu tanda dan solusinya di sini!

Kesehatan Anak

Pernahkah Ayah dan Bunda memperhatikan si kecil tampak seperti melongo terus? Atau mungkin sering melihat anak ngorok dan ngeces saat tidur? Mungkin sekilas terlihat lucu, tetapi faktanya, ini bisa menjadi tanda adanya masalah serius seperti adenoid facies dan mouth breathing.
Jika dibiarkan, kondisi ini dapat mempengaruhi postur tubuh, meningkatkan risiko asma, bahkan mengganggu fungsi otak anak!
Wajah anak yang tampak melongo, sering ngeces, atau ngorok saat tidur adalah gejala yang perlu diwaspadai. Mari kita bahas lebih lengkap agar AyBun lebih memahami kondisi ini.
<h2 class="" data-start="1511" data-end="1572">Mengenali Adenoid Facies dan Mouth Breathing pada Anak</h2>
Mouth breathing, atau kebiasaan bernapas lewat mulut, seringkali tampak sepele. Namun, jika dibiarkan, kondisi ini bisa memengaruhi tumbuh kembang anak, bahkan memunculkan ciri khas pada wajah yang disebut adenoid facies.
Agar Ayah dan Bunda bisa lebih waspada, berikut beberapa tanda yang perlu diperhatikan:
<ul data-start="500" data-end="1445">
<li class="" data-start="500" data-end="703">
Wajah anak tampak melongo terus-menerus Perhatikan ekspresi anak saat ia diam atau beraktivitas. Jika mulutnya terus terbuka tanpa sadar, ini bisa menjadi sinyal awal adanya masalah pernapasan.
</li>
<li class="" data-start="705" data-end="916">
Sering mengeluarkan air liur saat tidur Kebiasaan &lsquo;ngeces&rsquo; atau drooling saat tidur bisa menjadi pertanda bahwa anak mengalami kesulitan bernapas lewat hidung, sehingga secara refleks ia membuka mulut.
</li>
<li class="" data-start="918" data-end="1071">
Mendengkur saat tidur Suara dengkuran pada anak, yang mungkin terdengar ringan hingga keras, menunjukkan adanya hambatan di saluran pernapasan.
</li>
<li class="" data-start="1073" data-end="1219">
Mulut dan bibir tampak kering Karena terus-menerus bernapas melalui mulut, anak rentan mengalami kekeringan pada bibir dan rongga mulut.
</li>
<li class="" data-start="1221" data-end="1445">
Mudah lelah dan sering mengantuk di siang hari Anak yang tidak mendapatkan kualitas tidur yang baik akibat gangguan pernapasan saat malam hari akan cenderung mengantuk, rewel, atau kurang bersemangat di siang hari.
</li>
</ul>
Apabila Ayah dan Bunda menemukan dua atau lebih tanda di atas pada si kecil, ada kemungkinan ia mengalami mouth breathing, atau bahkan gangguan tidur yang lebih serius seperti sleep apnea.
<h2 data-start="2051" data-end="2091">Penyebab Wajah Anak Melongo</h2>
Ada beberapa faktor utama yang bisa menyebabkan wajah anak melongo, yaitu:
<ul data-start="2178" data-end="2530">
<li class="" data-start="2178" data-end="2309">
Pembengkakan kelenjar adenoid: Kelenjar ini terletak di belakang hidung dan jika membengkak, dapat menghalangi saluran napas.
</li>
<li class="" data-start="2310" data-end="2430">
Septum hidung yang miring: Struktur dalam hidung yang bengkok bisa membuat anak lebih sering bernapas lewat mulut.
</li>
<li class="" data-start="2431" data-end="2530">
Hidung sering tersumbat: Misalnya akibat flu berkepanjangan, sinusitis, atau rhinitis alergi.
</li>
</ul>
Semua kondisi ini membuat anak sulit bernapas lewat hidung, sehingga mereka terbiasa bernapas lewat mulut, menyebabkan wajah terlihat melongo.
<h2 data-start="2681" data-end="2731">Dampak Jangka Panjang Jika Tidak Ditangani</h2>
Jika tidak segera ditangani, mouth breathing dan adenoid facies bisa memicu berbagai masalah kesehatan, seperti:
<ul data-start="2847" data-end="3314">
<li class="" data-start="2847" data-end="2939">
Gangguan tidur: Anak menjadi tidak nyenyak saat tidur dan kualitas tidurnya terganggu.
</li>
<li class="" data-start="2940" data-end="3103">
Perubahan postur tubuh: Untuk memudahkan napas, anak cenderung mengubah posisi kepala dan tubuh, yang dalam jangka panjang bisa mempengaruhi postur permanen.
</li>
<li class="" data-start="3104" data-end="3215">
Suplai oksigen berkurang: Anak menjadi mudah lelah, sulit konsentrasi, bahkan fungsi otak bisa terganggu.
</li>
<li class="" data-start="3216" data-end="3314">
Risiko asma meningkat: Karena bernapas lewat mulut memperbesar kemungkinan masuknya alergen.
</li>
</ul>
Maka dari itu, penting sekali untuk memperhatikan perubahan kecil pada pola napas anak sejak dini.
<h2 data-start="3421" data-end="3475">Pentingnya Konsultasi ke Dokter Spesialis Anak</h2>
Apabila AyBun mendapati si kecil menunjukkan gejala-gejala di atas, jangan ragu untuk segera konsultasi dengan Dokter Spesialis Anak (DSA). Pemeriksaan lebih lanjut dapat memastikan penyebab pasti dan menentukan penanganan terbaik.
Dalam beberapa kasus, dokter mungkin merekomendasikan terapi, penggunaan alat bantu napas, atau bahkan tindakan operasi kecil untuk mengatasi pembengkakan adenoid. Yang terpenting adalah deteksi dini agar komplikasi lebih berat dapat dicegah.
<h2 data-start="3968" data-end="4020">Kesimpulan</h2>
Melihat anak melongo mungkin tampak biasa saja, namun bisa menjadi tanda adanya masalah serius seperti adenoid facies dan mouth breathing.
Jika disertai gejala ngeces, ngorok, dan kelelahan siang hari, AyBun perlu segera konsultasi ke DSA. Penanganan tepat waktu dapat mencegah gangguan tidur, perubahan postur, bahkan gangguan fungsi otak si kecil.

Wajah Anak Melongo, Normal atau Tanda Masalah?

Apakah si Kecil sudah mulai berhenti ngedot? Atau masih dalam tahap melepas ngedotnya? hati-hati jika terlalu lama ini risikonya

Nutrisi

Ayah Bunda biasanya menggunakan dot dan botol untuk mempermudah si Kecil dalam mengonsumsi susu. Kebiasaan pemakaian dot dan botol susu pada anak dirasa sulit dihentikan. Namun, sejatinya banyak cara yang dapat dilakukan untuk menghentikan penggunaannya
Sebenarnya waktu yang baik untuk menghentikan penggunaan dot dan botol susu adalah pada usia 9 bulan. Tahukah Ayah Bunda, jika menghentikannya lebih awal maka akan lebih cepat anak tidak lagi menggunakan dot. Seperti yang dijelaskan oleh American Academy of Pediatrics (AAP), bahwa anak sudah bisa minum menggunakan cangkir atau gelas hisap sejak usia 6-9 bulan.&nbsp;
American Academy of Pediatrics juga memberi saran paling lambat pada 12 bulan sampai usia 18 bulan penggunaan dot atau botol susu ini telah dihentikan. Apa sih risikonya jika menggunakan dot terlalu lama?
<h2>Risiko Anak Masih Ngedot</h2>
<h3>1. Karies gigi dan/atau infeksi telinga.&nbsp;</h3>
Ini dapat terjadi bila anak sering minum dalam posisi terlentang. Selain itu dari gigi anak yang karies juga bisa menyebabkan anak susah makan atau GTM sehingga kenaikan berat badan anak sulit.
<h3>2. Obesitas.&nbsp;</h3>
Obesitas menjadi salah satu risiko anak yang lama berhenti ngedot akibat mengonsumsi susu terlalu banyak sebab anak merasa nyaman menghisap dari botol. Obesitas berpengaruh pada beberapa penyakit seperti jantung dan kencing manis di kemudian hari.
<h3>3. Gerakan Tutup Mulut.&nbsp;</h3>
Ketika si Kecil merasa lapar dan ia merasa saat minum susu sudah cukup, sehingga tidak mau makan.
<h3>4. Perubahan Struktur Gigi</h3>
Susunan gigi dan rahang si Kecil akan berubah bahkan tidak menutup kemungkinan tidak normal yang dapat berdampak mempengaruhi kemampuan bicara anak dan mengganggu proses makanan.
<h2>TRIK Anak Mudah Berhenti Ngedot</h2>
<ul>
<li aria-level="1">Lakukan Pendekatan dan Sounding dari Jauh-Jauh Hari</li>
</ul>
Ayah Bunda bisa mulai memberikan susu menggunakan cangkir atau gelas dan botol yang menggunakan sedotan misalnya sambil mengatakan &ldquo;Adik kan sudah semakin besar, 3 hari lagi minumnya pake gelas ya..&rdquo;
Penggunaan sedotan dan cangkir dapat melatih otot-otot mulu anak sehingga keterampilan bicaranya dapat lebih terasah.
<ul>
<li aria-level="1">Buang atau Singkirkan Dot di Depan Anak</li>
</ul>
Cobalah katakan pada si Kecil misalnya &ldquo;Bye bye botol&hellip; Kakak sekarang mau belajar pakai gelas dulu yah&rdquo; Hal ini bisa Ayah Bunda terapkan dengan cara yang menyenangkan, supaya si Kecil tidak merasa berat untuk melepas dot atau sesuatu yang biasa ia gunakan untuk minum susu
<ul>
<li aria-level="1">Ajak Anak Membeli dan Memilih Gelasnya Sendiri</li>
</ul>
Sampaikan kepada anak misalnya &ldquo;Yay, Adik punya 3 gelas, hari ini mau pakai gelas warna apa?&rdquo;
Bila melakukan hal seperti yang disebutkan di atas, usahakan membuat proses penyesuaian dari botol ke gelas dengan cara yang menyenangkan. AyBun bisa lakukan secara bertahap bila si Kecil memang sangat ketergantungan dengan botol atau dot.
Selain itu, temukan &ldquo;benda kesayangan&rdquo; lain sebagai pengganti botol dan ketika melakukan penyesuaian berikan si Kecil pujian untuk meningkatkan keinginan dan semangatnya berhenti menggunakan dot atau botol susu.
Nah, gimana Bun apakah si Kecil sudah mulai berhenti ngedot? Atau masih dalam tahap melepas ngedotnya? Semangat ya Ayah Bunda, jika memang si Kecil terlanjur lama menggunakan dot dan mengalami kondisi medis pada kesehatan gigi dan mulutnya segera hubungi dokter gigi anak ya.
Jangan lupa gunakan aplikasi Tentang Anak untuk mendampingi Ayah Bunda saat mengasuh anak!
Foto: Tentang Anak Photostock
Sumber:
<a href="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/cara-menghentikan-penggunaan-dot-dan-botol-susu-pada-anak">https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/cara-menghentikan-penggunaan-dot-dan-botol-susu-pada-anak</a>

Gini Risiko Setelah 18 Bulan Anak Masih Ngedot

Perjalanan dengan anak-anak bisa menjadi pengalaman yang penuh kesenangan dan kenangan, tetapi juga bisa menantang. Persiapan yang baik menjadi kunci untuk memastikan perjalanan berjalan lancar dan memberikan kenyamanan bagi seluruh keluarga. Artikel ini akan membahas lima barang wajib yang harus dibawa saat traveling dengan anak, membantu orangtua merencanakan perjalanan yang

Perjalanan dengan anak-anak bisa menjadi pengalaman yang penuh kesenangan dan kenangan, tetapi juga bisa menantang.&nbsp;
Persiapan yang baik menjadi kunci untuk memastikan perjalanan berjalan lancar dan memberikan kenyamanan bagi seluruh keluarga.&nbsp;
Artikel ini akan membahas lima barang wajib yang harus dibawa saat traveling dengan anak, membantu orangtua merencanakan perjalanan yang menyenangkan dan bebas khawatir.
<h3>1. Tas Perlengkapan Bayi&nbsp;</h3>
Tas perlengkapan bayi yang terorganisir adalah salah satu barang paling esensial saat melakukan perjalanan dengan anak. Pastikan tas ini berisi semua kebutuhan bayi, seperti popok, tisu basah, susu formula atau ASI, botol susu, gantungan mainan, pakaian cadangan, dan bedak bayi.&nbsp;
Mengorganisir tas dengan baik akan memudahkan Ayah Bunda untuk menemukan apa yang dibutuhkan saat bayi rewel atau butuh perhatian.
Selain itu, bawa juga kantong plastik untuk popok kotor dan barang-barang kotor lainnya. Ini akan membantu menjaga kebersihan dan kenyamanan selama perjalanan.
<h3>2. Makanan dan Camilan yang Sehat</h3>
Anak-anak sering kali menjadi lapar atau ingin ngemil selama perjalanan, jadi membawa makanan dan camilan atau snack yang sehat adalah suatu keharusan. Persiapkan camilan seperti buah-buahan potong, biskuit gandum, atau kacang-kacangan yang mudah dimakan dan tidak membuat banyak kekacauan.&nbsp;
Pastikan juga membawa air minum atau minuman lainnya yang dapat digunakan untuk menghindari dehidrasi.
Jika Ayah Bunda melakukan perjalanan dengan anak yang sudah bisa makan makanan padat, pertimbangkan untuk membawa bekal makan siang yang sehat dan bergizi.&nbsp;
Ini membantu menghindari bergantung pada makanan cepat saji yang mungkin tidak selalu memenuhi standar gizi yang dibutuhkan oleh anak-anak.
<h3>3. Alat Higienis dan Kebersihan</h3>
Ketika traveling dengan anak, menjaga kebersihan adalah suatu keharusan. Pastikan untuk membawa:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tisu Basah Antibakteri: Berguna untuk membersihkan tangan, wajah, atau permukaan yang mungkin kotor.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Hand Sanitizer: Gunakan ketika air dan sabun tidak tersedia untuk membersihkan tangan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sabun Cair Mini: Untuk mencuci tangan atau membersihkan barang-barang kecil seperti dot atau mainan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Moisturizer Travel Size (50 gr): Guna menjaga hidrasi kulit anak mencegah ruam dan kulit kering di cuaca yang tidak menentu, Ayah Bunda bisa membawa <a href="https://share.tentanganak.com/Shof/b2ywb4pe">Expert Care Daily prOATect Soothing &amp; Calming Cream</a>&nbsp; Ayah Bunda bisa bawa kemana aja dengan menggunakan kemasan Travel Size (50 gr) sehingga gak repot lagi kalo liburan bareng si Kecil.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tisu Toilet Kering: Berguna jika fasilitas toilet tidak menyediakan tisu toilet.</li>
</ul>
Menjaga kebersihan tidak hanya penting untuk kesehatan anak, tetapi juga memberikan rasa nyaman dan keamanan bagi seluruh keluarga selama perjalanan.
<h3>4. Peralatan Keselamatan dan Kenyamanan</h3>
Perhatikan kebutuhan keselamatan dan kenyamanan anak dengan membawa:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Carseat atau Booster Seat: Pastikan kendaraan yang Ayah Bunda gunakan memiliki carseat atau booster seat yang sesuai dengan usia dan berat anak.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Selimut atau Bantal Kecil: Memberikan kenyamanan ekstra saat anak tertidur atau ingin beristirahat.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Obat-obatan Penting: Sertakan obat-obatan yang mungkin dibutuhkan anak, seperti obat demam atau obat anti-mual. Jangan lupa membawa salinan resep dokter jika diperlukan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pakaian Tambahan: Bawa pakaian tambahan seperti jaket atau selimut ringan, terutama jika perjalanan melibatkan perubahan suhu.</li>
</ul>
Pastikan juga untuk memeriksa dan mengikuti regulasi keamanan dan keselamatan di tempat tujuan Ayah Bunda, terutama jika Ayah Bunda bepergian dengan pesawat atau transportasi umum.
<h3>5. Kit Hiburan untuk Anak</h3>
Agar perjalanan tetap menyenangkan bagi anak-anak, persiapkan kit hiburan yang dapat mengusir kebosanan. Beberapa barang yang dapat Ayah Bunda bawa termasuk:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Buku atau Cerita Pendek: Bawa buku favorit anak atau cerita pendek untuk dibacakan selama perjalanan. Misalnya buku yang mengajarkan sikap baik, bagaimana mengajarkan si Kecil berkata <a href="https://tentanganak.onelink.me/Shof/qsdrqc6v">&ldquo;Terima Kasih&rdquo; &ldquo;Maaf&rdquo; &ldquo;Tolong&rdquo; dan &ldquo;Berbagi&rdquo;</a>.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mainan Kecil: Bawa beberapa mainan kecil atau boneka kesayangan anak untuk menghibur mereka di perjalanan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Permainan Interaktif: Bawa permainan papan kecil, kartu permainan/ flashcard, atau permainan interaktif yang sesuai dengan usia anak yang AyBun bisa persiapkan dengan mudah dengan produk edukasi Tentang Anak, mulai dari <a href="https://share.tentanganak.com/Shof/32bz0vsy">flashcard kenali emosi</a>, <a href="https://share.tentanganak.com/Shof/fxvg7npb">angka &amp; bentuk</a>, dan <a href="https://share.tentanganak.com/Shof/wbflago2">hewan di sini</a>.</li>
</ul>
Memastikan bahwa anak-anak terhibur selama perjalanan dapat membantu mengurangi tingkat stres dan membuat perjalanan menjadi lebih menyenangkan bagi seluruh keluarga.
Traveling dengan anak-anak membutuhkan persiapan ekstra, tetapi dengan membawa barang-barang yang tepat, perjalanan dapat menjadi pengalaman yang lebih lancar dan menyenangkan.&nbsp;
Pastikan untuk membuat daftar sesuai dengan kebutuhan spesifik keluarga Ayah Bunda dan jangan lupa untuk tetap fleksibel. Dengan perencanaan yang baik, Ayah Bunda dapat menjalani perjalanan yang tak terlupakan bersama anak-anak Ayah Bunda.

5 Barang Wajib Dibawa saat Traveling bersama Anak

Anak pendek tidak bisa berprestasi? Eitss.. Ayah Bunda perlu tahu bahwa selain karena stunting, kelainan Growth Hormone Deficiency (kekurangan hormon pertumbuhan) menjadi salah satu penyebab TB anak tidak sesuai usia, lho! Intip lebih lanjut di sini, yuk!

Ukuran fisik bukanlah penghalang bagi prestasi gemilang. Hal ini terbukti oleh suksesnya tim sepak bola Indonesia yang menempati peringkat ketiga se-Asia pada klasemen akhir. 
Mereka ialah peringkat tiga Grup E, Yordania, yang mengoleksi empat angka, disusul Palestina (Grup C, 4 angka), Suriah (Grup B, 4 angka) dan Timnas Indonesia (Grup D, 3 angka).
Nah, artikel ini akan membahas bagaimana prestasi sepak bola Indonesia menjadi bukti bahwa tinggi badan bukanlah faktor penentu kesuksesan, menginspirasi untuk meyakini bahwa kemampuan dan semangat pantas mendapat pengakuan sebesar apapun postur tubuh.
<h2>Sepak Bola Indonesia di Puncak Se-Asia</h2>
<h3>Prestasi Tanpa Batas Tinggi</h3>
Tim sepak bola Indonesia berhasil mencapai peringkat ketiga se-Asia dalam turnamen terbaru. Ini adalah pencapaian luar biasa yang membuktikan bahwa prestasi tidak terkait dengan tinggi badan. 
Para pemain, meskipun tidak memiliki tinggi yang mencolok dibandingkan pemain dari negara lain, memamerkan keterampilan teknis, strategi permainan yang cerdas, dan semangat juang yang luar biasa.
<h2>Faktor-faktor Kesuksesan Sepak Bola Indonesia&nbsp;</h2>
<ol>
<li> Pembinaan Usia Dini yang Baik: Program pembinaan usia dini yang berkualitas memberikan kesempatan kepada pemain muda untuk mengembangkan bakat mereka sejak dini, tanpa memandang tinggi badan.</li>
<li> Fokus pada Teknik dan Taktik: Tim sepak bola Indonesia menunjukkan bahwa keberhasilan tidak hanya tentang kekuatan fisik, tetapi juga keterampilan teknis dan pemahaman taktik yang baik.</li>
<li> Semangat Juang yang Tinggi: Semangat dan tekad juang pemain memainkan peran kunci dalam mencapai prestasi tingkat tinggi. Mereka membuktikan bahwa keinginan untuk sukses dapat mengatasi segala kendala.</li>
</ol>
<h3>Inspirasi untuk Generasi Mendatang</h3>
Prestasi tim sepak bola Indonesia menjadi sumber inspirasi bagi generasi mendatang. Hal ini membuktikan bahwa dengan kerja keras, latihan yang konsisten, dan semangat yang tinggi, setiap orang, tanpa memandang tinggi badan, dapat mencapai prestasi gemilang dalam bidang apa pun yang mereka tekuni.
<h3>Mengubah Paradigma Masyarakat&nbsp;</h3>
Keberhasilan tim sepak bola Indonesia menjadi pionir dalam mengubah paradigma masyarakat terkait penilaian berdasarkan tinggi badan. Masyarakat semakin menyadari bahwa kemampuan, dedikasi, dan semangat juang adalah faktor yang jauh lebih penting dalam meraih keberhasilan.
Prestasi tim sepak bola Indonesia yang memukau di tingkat Asia menjadi bukti bahwa tinggi bukanlah pengukur utama keberhasilan. 
Hal ini memberikan inspirasi kepada semua orang Indonesia, terutama generasi muda, untuk menggapai impian mereka tanpa terkendala oleh stereotip tentang tinggi badan.&nbsp;
Prestasi tinggi bukan hanya milik mereka yang tinggi, tetapi mereka yang memiliki tekad dan semangat juang tanpa batas.
Anak pendek tidak bisa berprestasi? Eitss.. Ayah Bunda perlu tahu bahwa selain karena stunting, kelainan Growth Hormone Deficiency (kekurangan hormon pertumbuhan) menjadi salah satu penyebab TB anak tidak sesuai usia.
Berkaitan dengan kelenjar pituitari yang tidak menghasilkan hormon pertumbuhan yang cukup sehingga dapat terjadi sebelum atau setelah kelahiran.
Bagaimana gejalanya?
Adanya keterlambatan pertumbuhan tinggi badan menjadi gejala utama anak mengalami Growth Hormone Deficiency. Tumbuh dengan tinggi badan kurang 3,5 cm setiap tahun setelah usia 3 tahun.&nbsp;
Anak dengan Growth Hormone Deficiency mungkin juga memiliki ciri-ciri:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Wajah yang terlihat lebih muda&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bentuk tubuh yang gemuk&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pubertas tertunda</li>
</ul>
Misalnya anak laki-laki usia 9 tahun volume testis belum membesar, anak perempuan usia 8 tahun belum mulai tumbuh payudara.
PENTING perlu AyBun ketahui adanya Growth Hormone Deficiency pada anak tidak memengaruhi kecerdasan.
Namun, anak sebaiknya diterapi untuk mengejar pertumbuhan dan untuk mencegah masalah:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kepercayaan diri</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kecemasan atau depresi</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kemampuan bersosialiasi&nbsp;</li>
</ul>
Untuk menegakkan diagnosis Growth Hormone Deficiency, dokter akan melakukan di antaranya pemeriksaan:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Fisik secara berkala</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kondisi genetik sesuai riwayat kesehatan keluarga</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Penunjang&nbsp;</li>
</ul>
Misal: tes hormon di darah, foto tulang, CT scan, atau MRI
Semakin cepat anak diterapi akan semakin besar kemungkinan anak memiliki tinggi badan normal seusianya,
Terapi dilakukan dengan suntikan hormon pertumbuhan sintetis setiap hari dan dapat berlangsung sampai usia akhir pubertas. Hasil sering terlihat segera setelah 3-4 bulan setelah terapi dimulai.
Yuk, pantau TB/BB Anak dan perbarui datanya setiap bulan&nbsp; di halaman tumbuh!
Foto: Freepik
Sumber:&nbsp;
https://www.cedars-sinai.org/health-library/diseases-and-conditions---pediatrics/g/growth-hormone-deficiency-in-children.html&nbsp;
https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/kapan-anak-dikatakan-mengalami-pubertas#:~:text=Pubertas%20adalah%20satu%20fase%20yang,setiap%20anak%20supaya%20menjadi%20dewasa

Tinggi Bukan Pengukur Keberhasilan: Indonesia Raih Peringkat 3 Terbaik Piala Asia 2023

Benarkah orang tua pendek pasti punya anak pendek? Ternyata, tinggi badan anak dipengaruhi oleh banyak faktor, bukan hanya genetika. Cek penjelasannya di sini!

Banyak orang tua yang khawatir jika mereka memiliki postur tubuh pendek, maka anak mereka juga akan tumbuh pendek. Namun, benarkah faktor genetika sepenuhnya menentukan tinggi badan anak? Ataukah ada faktor lain yang memengaruhi pertumbuhan mereka?
Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam tentang hubungan antara tinggi badan orang tua dan anak serta faktor lain yang dapat memengaruhi pertumbuhan anak.
<h2 class="" data-start="522" data-end="563">Faktor Penentu Tinggi Badan Anak</h2>
Untuk menentukan apakah seorang anak pendek atau mengalami gangguan pertumbuhan, ada beberapa cara yang bisa dilakukan.
Salah satu indikator utamanya adalah berat badan yang tidak naik, yang kemudian diikuti oleh tinggi badan yang stagnan. Jika hal ini berlangsung lama, bahkan lingkar kepala anak juga bisa tidak berkembang dengan baik.
Menurut grafik pertumbuhan, seorang anak dikatakan pendek jika tinggi badannya berada di bawah -2 SD (Standar Deviasi) dari kurva pertumbuhan.
Namun, sebelum menyimpulkan bahwa seorang anak pendek karena faktor genetika, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan:
<h3 data-start="1188" data-end="1220">1. Memeriksa Pola Pertumbuhan</h3>
<ul>
<li data-start="1226" data-end="1336">Jika berat badan anak lebih buruk dibandingkan tinggi badannya, ada kemungkinan anak mengalami stunting.</li>
<li data-start="1226" data-end="1336">Jika tinggi badan anak tetap tumbuh dalam garis pertumbuhan yang stabil, maka kemungkinan besar itu adalah kondisi normal yang dipengaruhi oleh genetika.</li>
</ul>
<h3 data-start="1502" data-end="1535">2. Mengevaluasi Faktor Genetik</h3>
<ul>
<li data-start="1541" data-end="1660">Tinggi badan anak bisa diperkirakan berdasarkan tinggi badan orang tuanya dengan menggunakan rumus prediksi genetika.</li>
<li data-start="1541" data-end="1660">Anak bisa memiliki tinggi badan 8,5 cm lebih tinggi dari rata-rata tinggi orang tuanya jika mendapat nutrisi yang baik.</li>
</ul>
<h3 data-start="1796" data-end="1839">3. Memeriksa Faktor Nutrisi dan Penyakit</h3>
<ul>
<li data-start="1845" data-end="1932">Jika anak memiliki asupan protein yang buruk, maka pertumbuhannya bisa terhambat.</li>
<li data-start="1845" data-end="1932">Beberapa kondisi medis seperti gangguan hormon pertumbuhan, alergi, atau infeksi kronis seperti tuberkulosis (TB) juga bisa menjadi penyebab tinggi badan anak tidak berkembang.</li>
</ul>
Baca Juga: <a href="https://tentanganak.com/artikel/berapa-tinggi-badan-anak-indonesia-sesuai-usia/">Berapa Tinggi Badan Anak Indonesia Sesuai Usia?</a>
<h2 class="" data-start="2127" data-end="2178">Perbedaan Antara Stunting dan Late Bloomer</h2>
Tidak semua anak yang pendek berarti mengalami stunting. Ada dua kondisi yang perlu dibedakan:
<h3 data-start="2281" data-end="2295">1. Stunting</h3>
<ul>
<li data-start="2301" data-end="2364">Terjadi akibat kekurangan nutrisi kronis sejak usia dini.</li>
<li data-start="2301" data-end="2364">Berat badan biasanya juga rendah.</li>
<li data-start="2301" data-end="2364">Bisa menyebabkan gangguan perkembangan otak jika tidak ditangani segera.</li>
<li data-start="2301" data-end="2364">Biasanya tidak mengalami percepatan pertumbuhan di masa pubertas.</li>
</ul>
<h3 data-start="2567" data-end="2609">2. Late Bloomer (Pertumbuhan Terlambat)</h3>
<ul>
<li data-start="2615" data-end="2705">Anak lahir dengan berat dan tinggi normal, tetapi pertumbuhannya melambat di masa kecil.</li>
<li data-start="2615" data-end="2705">Memasuki remaja, anak mengalami fase percepatan pertumbuhan dan akhirnya memiliki tinggi yang mendekati rata-rata.</li>
<li data-start="2615" data-end="2705">Biasanya memiliki pola pertumbuhan yang mirip dengan salah satu orang tua.</li>
</ul>
Untuk membedakan antara keduanya, dokter spesialis anak akan mengamati pola pertumbuhan anak dengan melihat grafik pertumbuhan secara berkala dan mempertimbangkan riwayat keluarga.
<h2 class="" data-start="3108" data-end="3178">Nutrisi dan Pola Makan yang Tepat untuk Mendukung Pertumbuhan</h2>
Agar anak mencapai tinggi badan optimal sesuai dengan potensinya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pola makan:
<h3 data-start="3311" data-end="3335">1. Pentingnya Protein</h3>
Protein adalah nutrisi utama untuk pertumbuhan. Setiap satu sendok makan protein setara dengan sekitar 3 gram protein. Pastikan anak mendapatkan cukup protein dari daging, telur, ikan, susu, dan kacang-kacangan.
<h3 data-start="3577" data-end="3604">2. Pemantauan Pola Makan</h3>
Setiap bulan, AyBun disarankan untuk mengukur berat dan tinggi badan anak di posyandu atau dokter anak. Data tersebut harus diplot dalam grafik pertumbuhan untuk melihat apakah anak berkembang dengan baik atau mengalami hambatan pertumbuhan.
<h3 data-start="3877" data-end="3927">3. Penanganan Jika Anak Susah Makan atau Muntah</h3>
Jika anak sering muntah setelah makan, bisa jadi ada masalah pencernaan atau alergi makanan. Jika anak menunjukkan gejala alergi, dokter bisa menyarankan penggantian susu atau makanan tertentu.
Jika pertumbuhan tetap tidak membaik, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter spesialis anak.
<h2 class="" data-start="4259" data-end="4304">Kapan Harus Berkonsultasi ke Dokter?</h2>
Jika AyBun melihat tanda-tanda berikut pada anak, sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter:
<ul>
<li data-start="4306" data-end="4403">Tinggi badan anak lebih dari -2 SD di bawah standar pertumbuhan.</li>
<li data-start="4306" data-end="4403">Berat badan tidak naik selama lebih dari 2 bulan berturut-turut.</li>
<li data-start="4306" data-end="4403">Anak mengalami keterlambatan perkembangan motorik atau kognitif.</li>
<li data-start="4306" data-end="4403">Adanya tanda-tanda gangguan pencernaan, alergi, atau infeksi kronis seperti tuberkulosis (TB).</li>
</ul>
Dokter spesialis anak memiliki kompetensi untuk menentukan apakah kondisi anak adalah gangguan pertumbuhan yang perlu ditangani atau hanya variasi normal dari pola pertumbuhan.
<h2 class="" data-start="5053" data-end="5072">Kesimpulan</h2>
Jadi, orang tua pendek belum tentu memiliki anak pendek. Tinggi badan anak tidak hanya dipengaruhi oleh genetika, tetapi juga oleh nutrisi, kesehatan, dan pola pertumbuhan individu.
Beberapa anak yang terlihat pendek mungkin adalah late bloomer, yang akan mengalami pertumbuhan pesat di masa remaja. Namun, ada juga yang mengalami stunting akibat kekurangan nutrisi dan perlu segera ditangani agar tidak berdampak pada perkembangan otak.
Untuk memastikan pertumbuhan optimal, AyBun harus memantau grafik pertumbuhan anak, memberikan nutrisi yang cukup, serta berkonsultasi dengan dokter jika ada tanda-tanda keterlambatan pertumbuhan.
Jika ragu, segera konsultasikan ke dokter spesialis anak agar si Kecil mendapatkan perawatan yang tepat sesuai kebutuhannya.

Benarkah Orang Tua Pendek Pasti Punya Anak Pendek? Cek Penjelasannya!

Pelajari bagaimana pola asuh mempengaruhi risiko anak terlibat dalam bullying. Temukan jenis pola asuh yang dapat mengurangi risiko dan mendukung kesehatan emosional anak.

Balita

Parenting

Psikologi Anak

Tentang Ayah Bunda

Kasus perundungan, baik di dunia nyata maupun maya, masih sering terjadi di kalangan anak-anak.&nbsp;
Anak-anak yang menjadi korban bullying berisiko tinggi mengalami kecemasan, depresi, kesulitan tidur, bahkan pemikiran untuk menyakiti diri sendiri.&nbsp;
Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk mempersiapkan anak dalam menghadapi lingkungan sosial dengan tepat.
Salah satu faktor kunci yang mempengaruhi risiko anak menjadi korban bullying adalah pola asuh.
Penelitian menunjukkan bahwa pola asuh yang negatif dapat membuat anak merasa takut, cemas, ditolak, atau tidak nyaman.
Akibatnya, risiko anak menjadi korban bullying meningkat, serta mengalami masalah emosional seperti depresi, keluhan fisik, dan menarik diri dari lingkungan sosial.
<h2>Jenis-jenis Pola Asuh</h2>
Setiap orang tua memiliki gaya pola asuh yang berbeda-beda. Berikut adalah beberapa jenis pola asuh dan dampaknya terhadapt risiko bullying:
<h3>1. Pola Asuh Otoriter</h3>
Orang tua dengan gaya ini menerapkan aturan yang ketat tanpa banyak ruang untuk negosiasi.&nbsp;
Mereka biasanya tidak menjelaskan alasan di balik aturan dan lebih sering menghukum kesalahan.
Dampak pada Anak:&nbsp;
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tingkat Agresi: Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh otoriter mungkin menunjukkan tingkat agresi yang lebih tinggi. Anak-anak dapat menyalurkan kemarahan dan frustrasi ke perilaku bullying terhadap teman sebaya atau adik.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kepatuhan Berlebihan: Anak-anak dari pola asuh ini seringkali patuh, tetapi mereka mungkin merasa tertekan atau tidak nyaman dalam situasi sosial. Anak bisa menjadi pemalu atau kesulitan dalam berinteraksi dengan teman sebaya, yang dapat membuat mereka lebih rentan menjadi korban bullying.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Masalah Emosional: Kurangnya penjelasan dan dukungan emosional dalam pola asuh otoriter dapat menyebabkan masalah emosional seperti kecemasan atau depresi, yang dapat meningkatkan kemungkinan anak terlibat dalam bullying, baik sebagai pelaku maupun korban.</li>
</ul>
<h3>2. Pola Asuh Otoritatif</h3>
Orang tua dengan gaya ini memiliki hubungan yang mendukung dan dekat dengan anak-anak mereka.&nbsp;
Baik Ayah &amp; Bunda dengan pola asuh otoratif selalu menjelaskan alasan di balik tindakan disiplin dan menggunakan disiplin sebagai bentuk dukungan, bukan hukuman.
Dampak pada Anak:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kemampuan Mengelola Emosi: Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh otoritatif cenderung lebih mampu mengelola emosi negatif. Kemampuan ini membantu mengurangi kemungkinan terlibat dalam perilaku bullying.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kepercayaan Diri dan Tanggung Jawab: Anak-anak dari pola asuh otoritatif biasanya lebih percaya diri dan bertanggung jawab. Anak dapat membangun hubungan sosial yang sehat dan menghindari perilaku bullying baik sebagai pelaku maupun korban.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kesehatan Sosial dan Emosional: Gaya ini mendukung kesehatan emosional yang lebih baik, membantu anak-anak berinteraksi dengan lingkungan sosial secara positif dan mencegah keterlibatan dalam bullying.</li>
</ul>
<h3>3. Pola Asuh Permisif</h3>
Pola Asuh Permisif adalah gaya pola asuh di mana orang tua menunjukkan sikap hangat dan penuh perhatian terhadap anak, tetapi memiliki sedikit atau tidak ada ekspektasi dan aturan.&nbsp;
Orang tua dengan pola asuh ini cenderung membiarkan anak membuat keputusan sendiri tanpa banyak bimbingan atau batasan.
Dampak pada Anak:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kebiasaan Buruk: Anak-anak yang tidak mendapatkan batasan atau disiplin sehingga bebas berekspresi semaunya tanpa tahu yang benar dan yang salah memungkin mengembangkan perilaku buruk atau tidak sehat. Ini bisa membuat anak lebih rentan menjadi pelaku bullying.&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kurangnya Mengatur Diri: Anak yang tidak diajarkan cara mengatur diri sendiri mungkin kesulitan mengelola frustrasi dan emosi, serta tidak terbiasa dengan aturan dapat meningkatkan kemungkinan mereka terlibat dalam perilaku agresif atau bullying.</li>
</ul>
<h3>4. Pola Asuh Kurang Terlibat</h3>
Pola Asuh Kurang Terlibat adalah gaya pola asuh dimana orang tua memenuhi kebutuhan dasar anak, seperti makanan dan tempat tinggal, tetapi tidak aktif terlibat dalam kehidupan sehari-hari anak.&nbsp;
Orang tua dengan pola asuh ini cenderung memiliki komunikasi yang terbatas dan menetapkan ekspektasi yang rendah terhadap anak.
Dampak pada Anak:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kesulitan Mengelola Emosi: Anak mungkin kesulitan mengatur emosi dan frustrasi, meningkatkan risiko terlibat dalam perilaku bullying.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Keterampilan Sosial yang Kurang: Anak tidak mengembangkan keterampilan sosial penting seperti empati dan komunikasi, yang membuat mereka lebih rentan terhadap bullying.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Perasaan Tidak Diperhatikan: Anak merasa kurang diperhatikan, yang dapat membuat mereka mencari perhatian dengan cara tidak sehat atau menjadi target bullying.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kurangnya Dukungan dan Bimbingan: Tanpa bimbingan yang cukup, anak mungkin kesulitan menghadapi konflik sosial, meningkatkan kemungkinan mereka menjadi korban atau pelaku bullying.</li>
</ul>
Baca juga: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=1976">Dari Mengamuk Tidak Jelas hingga Sering Memukul. Cara Memperbaiki Perilaku Anak dengan Kenalkan Sikap Baik</a>
<h2>Apa yang Harus Dilakukan oleh Orang Tua Mengurangi Risiko Bullying?</h2>
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">
<h3>Adakan Quality Time dengan Anak Secara Rutin ✅ Tunjukkan Antusiasme:</h3>
</li>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Hadir secara penuh</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Singkirkan distraksi</li>
</ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">
<h3>❌ Hindari:</h3>
</li>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Sibuk dengan aktivitas lain</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Tidak menunjukkan antusiasme saat berinteraksi</li>
</ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">
<h3>Berikan Kesempatan Anak Eksplorasi ✅ Beri Anak Kesempatan:</h3>
</li>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Coba dan eksplorasi dengan pendampingan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Berikan bantuan hanya jika diperlukan</li>
</ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">
<h3>❌ Hindari:</h3>
</li>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Melakukan semua hal untuk anak</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Memberi terlalu banyak larangan dan batasan</li>
</ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">
<h3>Pertimbangkan Sudut Pandang Anak ✅ Hargai dan Bantu Anak:</h3>
</li>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Validasi pengalaman mereka</li>
</ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">
<h3>❌ Hindari:</h3>
</li>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Merendahkan pengalaman anak</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Menggunakan kekerasan verbal atau non-verbal dalam interaksi</li>
</ul>
</ol>
<h2>Penutup</h2>
Dengan menerapkan pola asuh yang positif dan mendukung, AyBun dapat membantu anak merasa lebih percaya diri dan aman dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.&nbsp;
Hal ini juga dapat mengurangi risiko mereka menjadi korban atau pelaku bullying. Semoga artikel ini bermanfaat!

Pola Asuh Turut Menentukan Tingkat Risiko Bullying, Ini yang Harus Dilakukan

Usia Berapa Anak Boleh Memiliki Media Sosial Sendiri

Kapan anak boleh memiliki media sosial sendiri? Yuk, AyBun, ketahui batas usia, dampak media sosial, pentingnya screen time, serta tips mengenalkan teknologi dengan aman bagi Si Kecil!

Sebagai orang tua di era digital, AyBun tentu sering melihat anak-anak yang semakin akrab dengan gadget sejak dini. Bahkan, mungkin Si Kecil sudah mulai tertarik melihat AyBun bermain media sosial atau meniru aktivitas online yang dilakukan orang dewasa. Dari sini, muncul pertanyaan penting: kapan sebenarnya anak boleh memiliki akun media sosial sendiri?
Meskipun saat ini Si Kecil mungkin masih balita, AyBun tentu ingin memahami lebih awal tentang dunia digital yang akan dihadapi anak nantinya. Dengan banyaknya manfaat sekaligus risiko yang ada di media sosial, penting bagi orang tua untuk mengetahui aturan usia yang direkomendasikan, dampaknya bagi perkembangan anak, serta cara terbaik untuk mengenalkan teknologi secara aman dan bijak.
Di artikel ini, kita akan membahas berbagai pertimbangan penting sebelum anak memiliki media sosial, termasuk aturan dari berbagai platform, dampak psikologis, serta tips agar Si Kecil bisa tumbuh di era digital dengan sehat dan terlindungi. Yuk, simak sampai selesai!&nbsp;
<h2>Batas Usia Anak Menggunakan Media Sosial</h2>
Sebagian besar platform media sosial menetapkan batas usia minimum 13 tahun, sesuai dengan Children&rsquo;s Online Privacy Protection Act (COPPA) yang melarang pengumpulan data anak di bawah usia tersebut tanpa izin orang tua. Namun, setiap platform memiliki kebijakan masing-masing:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Facebook, Instagram, TikTok, Twitter, dan Snapchat &rarr; 13 tahun</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">WhatsApp &rarr; 16 tahun di beberapa negara</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">YouTube &rarr; 13 tahun untuk akun reguler, tetapi YouTube Kids tersedia untuk anak di bawah usia tersebut</li>
</ul>
Meskipun aturan ini ada, banyak anak yang tetap bisa membuat akun dengan mudah. Oleh karena itu, peran AyBun sangat penting dalam mengawasi dan membimbing anak dalam mengenal dunia digital agar aman dan sesuai dengan usia mereka.
<h2>Dampak Media Sosial bagi Anak: Manfaat dan Risikonya</h2>
Media sosial memiliki dua sisi bagi anak-anak, di satu sisi dapat memberikan manfaat, namun di sisi lain juga berisiko jika tidak digunakan dengan bijak.
<h4>Manfaat Media Sosial bagi Anak</h4>
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Membangun Hubungan Sosial &ndash; Anak dapat terhubung dengan keluarga, teman, dan komunitas yang memiliki minat serupa.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menjadi Sarana Belajar &ndash; Banyak platform menyediakan informasi edukatif yang dapat membantu perkembangan anak.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menunjang Kreativitas &ndash; Anak bisa mengekspresikan diri melalui gambar, video, atau tulisan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Meningkatkan Rasa Percaya Diri &ndash; Dukungan positif dari lingkungan digital dapat membantu anak lebih percaya diri.</li>
</ol>
<h4>Risiko Media Sosial bagi Anak</h4>
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Terpapar Konten Tidak Pantas &ndash; Anak bisa menemukan konten kekerasan, pornografi, atau ujaran kebencian.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Cyberbullying &ndash; Pelecehan dan perundungan online bisa berdampak buruk pada kesehatan mental anak.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ketergantungan dan Gangguan Tidur &ndash; Terlalu sering menggunakan media sosial bisa mengganggu pola tidur anak.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Masalah Privasi dan Keamanan &ndash; Anak mungkin membagikan informasi pribadi tanpa menyadari risikonya.</li>
</ol>
Agar anak mendapatkan manfaat maksimal dan terhindar dari risiko, AyBun perlu membimbing dan mengawasi aktivitas digital si kecil dengan bijak.
<h2>Peran Orang Tua dalam Mengenalkan Media Sosial Secara Aman</h2>
Sebagai orang tua, peran dalam mengenalkan media sosial kepada Si Kecil sangatlah penting. Media sosial bisa menjadi sarana edukatif dan hiburan, tetapi tanpa pengawasan, dapat menimbulkan risiko.&nbsp;
Berikut adalah langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk memastikan anak mengenal media sosial secara aman:
<h3>1. Menjadi Role Model dalam Penggunaan Media Sosial</h3>
Anak belajar dari orang tua. Pastikan AyBun menunjukkan kebiasaan digital yang sehat, seperti membatasi waktu penggunaan gadget dan tidak terlalu sering bermain media sosial di depan anak.
<h3>2. Mengatur Batasan Usia dan Waktu Penggunaan</h3>
Tunda pemberian akses media sosial hingga usia yang direkomendasikan. Batasi waktu penggunaan gadget untuk menghindari kecanduan.
<h3>3. Mengawasi dan Berdiskusi Secara Terbuka</h3>
Gunakan fitur parental control untuk memantau aktivitas anak di dunia digital. Ajak anak berdiskusi tentang apa yang mereka lihat di media sosial dan ajarkan mereka berpikir kritis terhadap konten yang ada.
<h3>4. Mengajarkan Keamanan dan Privasi Digital</h3>
Jelaskan pentingnya tidak membagikan informasi pribadi di internet. Ajarkan anak untuk mengenali tanda-tanda cyberbullying dan cara mengatasinya.
Dengan bimbingan yang tepat, AyBun bisa membantu Si Kecil mengenal media sosial secara aman dan bijak, sehingga mereka dapat memanfaatkannya tanpa risiko yang berlebihan.
<h2>Pentingnya Mengatur Screen Time bagi Anak</h2>
Selain memperhatikan batas usia dalam menggunakan media sosial, pengaturan screen time juga menjadi hal yang tidak kalah penting.&nbsp;
Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), anak usia 2-5 tahun sebaiknya tidak menghabiskan lebih dari 1 jam per hari di depan layar, sementara anak usia sekolah dan remaja perlu batasan waktu yang konsisten untuk mencegah dampak negatif seperti gangguan tidur, berkurangnya aktivitas fisik, dan kecanduan gadget.
Beberapa langkah yang bisa AyBun lakukan untuk mengatur screen time anak dengan bijak:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tetapkan batas waktu sesuai usia dan kebutuhan anak.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ciptakan zona bebas gadget, misalnya saat makan atau menjelang tidur.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Dorong aktivitas offline, seperti bermain di luar atau membaca buku.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Gunakan parental control untuk mengatur konten yang diakses anak.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Jadilah role model dengan menerapkan kebiasaan digital yang sehat.</li>
</ul>
Dengan membatasi screen time dan mengenalkan media sosial secara bertahap, AyBun dapat membantu Si Kecil tumbuh di era digital dengan lebih sehat dan seimbang.
<h2>Pemerintah Siapkan Regulasi Batas Usia Anak di Dunia Digital</h2>
Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) tengah merancang regulasi untuk melindungi anak-anak dari dampak negatif dunia digital. Salah satu fokus utama adalah batas usia anak dalam mengakses platform digital guna mencegah paparan konten berbahaya sejak dini.
Menteri Komdigi Meutya Hafid menegaskan bahwa aturan ini bertujuan agar anak-anak dapat menggunakan internet secara aman dan produktif. Regulasi ini akan dimasukkan dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Tata Kelola Pelindungan Anak dalam Ruang Digital dan ditargetkan rampung di awal tahun 2025 ini.
<h2>Kesimpulan</h2>
Sebagai orang tua, AyBun berperan penting dalam membimbing Si Kecil mengenal media sosial dengan aman. Meski bermanfaat, media sosial juga memiliki risiko seperti cyberbullying dan paparan konten tidak pantas.
Membatasi waktu penggunaan, mengawasi aktivitas digital, serta mengajarkan privasi dan etika online adalah langkah penting. Regulasi pemerintah akan membantu, tetapi peran utama tetap ada di tangan AyBun. Dengan bimbingan yang tepat, Si Kecil bisa memanfaatkan teknologi secara positif dan aman.

Usia Berapa Anak Boleh Memiliki Media Sosial Sendiri?


Mau tahu selengkapnya? Yuk, simak lebih lanjut di sini

Perkembangan

Tidak hanya orang dewasa, bayi juga membutuhkan pijatan untuk meningkatkan kesehatannya, lho. Pijat bayi juga menjadi salah satu momen terbaik untuk membangun bonding antara orang tua dan anak.
Namun, berbeda dengan pijat orang dewasa, pijat bayi memiliki teknik tersendiri. Pada dasarnya, pijat bayi adalah pijatan lembut berirama pada tubuh si kecil. Sebagai bagian dari rutinitas pijat, Bunda juga bisa memijat pergelangan tangan, kaki, dan jari-jarinya. Pijat bayi berperan serupa dengan pelukan hangat Bunda, yaitu untuk memberikan kenyamanan pada si kecil.
Rasa nyaman dari pijat bayi akan membuat si kecil lebih rileks serta meningkatkan kualitas tidurnya. Masih ada banyak manfaat lainnya dari pijatan sederhana untuk si kecili. Apa saja manfaatnya? Dan bagaimana cara memijat bayi yang benar? Yuk pelajari di sini!
<h2>Kapan Bisa Memulai Pijat Bayi?</h2>
Untuk bayi yang lahir dengan cukup sehat, Bunda dapat melakukan pijat bayi sesegera mungkin, yaitu sejak bayi baru lahir. Untuk bayi prematur, Bunda mungkin perlu berkonsultasi dengan dokter mengenai pijat bayi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah bayi sudah bisa mendapatkan pijatan atau belum.
Pijat bayi di usia dini bermanfaat untuk memperkenalkan sentuhan orang tua kepada anak. Bunda dapat memijat bayi dengan durasi 10&ndash;20 menit dan disesuaikan dengan kenyamanan bayi. Bunda dapat memilih waktu ketika bayi sadar dan nyaman untuk dipijat, tidak lelah atau lapar, dan tertarik untuk mengetahui situasi di sekitarnya. Artinya, bayi siap untuk memulai interaksi dengan Bunda.&nbsp;
<h2>Manfaat Pijat Bayi</h2>
Manfaat pijat bayi dapat dirasakan oleh si kecil dan juga Bunda yang melakukan pemijatan. Pijat bayi tidak hanya berguna untuk menyehatkan tubuh bayi, tetapi juga memperdalam hubungan antara orang tua dan anak. Pijatan sederhana pada si kecil memberikan berbagai manfaat penting lainnya, seperti:
<h3>1. Membuat Bayi Lebih Rileks</h3>
Salah satu manfaat utama dari pijat bayi adalah membuat bayi lebih rileks. Dengan memijat bayi, sistem sarafnya akan menstimulasi otak untuk memproduksi hormon serotonin. Hormon ini berperan untuk membuat bayi merasa nyaman dan tenang.&nbsp;
Pijat bayi akan membantu otot bayi lebih rileks, serta detak jantung dan napas yang lebih lambat. Hasilnya, tidur si kecil akan menjadi lebih lelap. Pijat bayi juga sekaligus menurunkan hormon kortisol yang menyebabkan stres. Minyak yang digunakan untuk memijat juga berguna untuk melembutkan kulit bayi.
<h3>2. Meningkatkan Bonding Orang Tua dan Anak</h3>
Memijat bayi sambil melakukan kontak mata dan berbicara dengan si kecil dapat memperdalam hubungan antara orang tua dan anak. Sentuhan dan ucapan dari Bunda akan membuat anak mengenal sentuhan-sentuhan dari orang tuanya. Bagi orang tua, proses memijat anak juga mampu meningkatkan rasa cinta dan kasih sayang terhadap anak.
<h3>3. Mendukung Pertumbuhan Otak</h3>
Manfaat pijat bayi yang tidak kalah penting adalah mendukung pertumbuhan motorik. Semua sentuhan dan pijatan lembut dari ujung kepala sampai ujung kaki bayi berperan dalam menstimulasi pertumbuhan sistem otak anak. Pijatan secara rutin pada anak akan berdampak baik pada perkembangan motoriknya.
<h3>4. Mengurangi Risiko Sembelit dan Kembung</h3>
Bayi yang baru lahir rentan mengalami sembelit dan kembung. Hal ini disebabkan oleh sistem perncernaan bayi yang masih belum sempurna. Akibatnya, gas dapat terperangkap di perut atau tinja menjadi sulit dikeluarkan.&nbsp;
Pijatan lembut di sekitar perut dapat membantu mengurangi risiko sembelit dan kembung pada anak. Cara ini bertujuan untuk mengeluarkan gas dari perut dan menstimulasi sistem pencernaan si kecil agar lebih lancar.
<h3>5. Melatih Kesadaran Bayi</h3>
Bayi yang baru lahir masih belum memiliki kesadaran mengenai dunia di sekitarnya. Bayi mungkin tidak tahu jika mereka memiliki dua tangan dan dua kaki. Pijatan bayi secara rutin dapat membantu melatih kesadaran bayi.&nbsp;
Bunda juga dapat membantu bayi mengenali bagian tubuhnya saat memijat bagian tubuh tersebut, seperti menyebutkan tangan milik si kecil saat memijat tangannya.
Pijatan lembut dan berirama dari Bunda juga akan meningkatkan sensitivitas anak terhadap sentuhan. Otot bayi pun akan menjadi lebih kuat dan fleksibel. Sambil merasakan sensasi pijatan Bunda, bayi akan belajar membedakan bagian-bagian tubuhnya dari sentuhan yang diberikan.
<h3>6. Membantu Mengatasi Depresi Pasca Melahirkan</h3>
Bunda yang baru saja melahirkan rentan mengalami depresi pasca melahirkan. Kondisi ini ditandai dengan insomnia, hilangnya nafsu makan, sangat mudah marah, dan sulit membangun hubungan dengan anak. Bunda yang mengalami depresi pasca melahirkan dianjurkan melakukan pemijatan pada anak selama 15 menit sehari.&nbsp;
Langkah ini mampu meningkatkan interaksi antara ibu dan anak serta membantu meredakan depresi pasca melahirkan. Bunda juga akan menyadari manfaat yang didapatkan bayi dari pijatan yang sudah diberikan, sehingga perasaan Bunda akan menjadi lebih positif. Hormon oksitosin yang dihasilkan selama pemijatan tidak hanya membuat bayi merasa nyaman, tetapi juga Bunda yang melakukak proses pemijatan.
<h3>7. Meningkatkan Kesehatan Fisik dan Mental Anak</h3>
Pemijatan rutin pada anak diyakini mampu membuat bayi usia di bawah 6 bulan untuk tidur lebih baik, jarang menangis, dan jarang mengalami stres. Pijat bayi juga berperan dalam menstimulasi hormon melatonin, yaitu hormon penting untuk membantu pola tidur anak. Bagi bayi yang lahir dengan berat badan rendah, pijat bayi bermanfaat untuk meningkatkan berat badan menjadi lebih sehat.
<h3>Cara Memijat Bayi di Rumah</h3>
Cara pijat bayi akan lebih optimal jika Bunda melakukannya sendiri. Bunda bisa melakukannya cukup dari rumah dengan memakai alas kasur yang lembut dan ruangan cukup cahaya. Hal ini bertujuan agar anak mendapatkan kontak mata yang jelas dengan Bunda.&nbsp;
Waktu terbaik untuk melakukan pemijatan adalah pagi hari setelah mandi dan di malam hari sebagai rutinitas sebelum tidur. Langkah pemijatan yang bisa Bunda terapkan pada bayi adalah sebagai berikut:
<ol>
<li> Cek Kondisi Bayi</li>
</ol>
Sebelum melakukan pemijatan, pastikan kondisi bayi siap dan sadar dalam melakukan pemijatan. Hindari pemijatan jika bayi terlihat lapar atau bayi baru saja selesai menyusu atau makan. Disarankan agar bayi dalam keadaan sadar dan siap menerima pijatan, yaitu dengan kondisi bayi yang tidak rewel, nampak nyaman, dan penasaran.
<ol start="2">
<li> Cek Kondisi Bunda</li>
</ol>
Bunda juga harus menyiapkan diri sebelum memberi pijatan pada bayi. Pastikan tangan Bunda bersih dan bebas dari kuku tajam agar tidak melukai bayi. Jangan lupa untuk menggunakan minyak pijat khusus bayi agar proses memijat menjadi lebih nyaman dan rileks bagi bayi dan juga Bunda.
<ol start="3">
<li> Buat Suasana Nyaman</li>
</ol>
Saat memijat si kecil, direkomendasikan agar bayi tidak mengenakan pakaian untuk memaksimalkan sentuhan dan proses pemijatan. Sentuhan kulit antara ibu dan anak sangatlah penting dalam pemijatan bayi. Maka dari itu, pastikan suhu ruangan tempat memijat bayi tidak terlalu dingin agar bayi tidak kedinginan selama menjalani pemijatan.
Bunda dapat melakukan pemijatan di lantai, kasur, atau sofa, dengan bayi beralaskan kasur lembut di depan Bunda. Carilah posisi yang Bunda rasa nyaman. Pastikan ruangan cukup terang agar bayi bisa melihat Bunda dan melakukan kontak mata dengan jelas.
<ol start="4">
<li> Mulai dari Wajah</li>
</ol>
Mulailah pemijatan bayi dengan menyentuh wajah dan kepala bayi secara lembut. Buat bayi sadar dan penasaran dengan apa yang Bunda lakukan, sehingga interaksi antara Bunda dan si kecil selama memijat dapat tercipta. Bunda juga bisa berkomunikasi untuk memperkuat bonding antara Bunda dan anak, seperti dengan menyampaikan cerita atau hal-hal lainnya.
<ol start="5">
<li> Lanjutkan ke Bagian Lainnya</li>
</ol>
Dari wajah dan kepala, Bunda dapat lanjut memijat ke bagian lainnya, seperti:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bahu, lengan, telapak tangan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Perut dengan gerakan memutar searah jarum jam</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bagian pinggul dan kaki</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Belakang tubuh bayi</li>
</ul>
<ol start="6">
<li> Sesuaikan Pijatan dengan Usia Bayi</li>
</ol>
Tubuh bayi masih belum kuat untuk menerima pijatan yang terlalu kuat. Jadi, Bunda perlu menyesuaikan tekanan pijatan pada bayi sesuai dengan usianya. Adapun tekanan pijatan yang bisa Bunda lakukan menurut usianya adalah sebagai berikut:
<ul>
<li aria-level="1">Usia kurang dari 1 bulan: Gerakan usapan halus, hindari pijatan di area perut sebelum tali pusat puput</li>
</ul>
<ul>
<li aria-level="1">Usia 1&ndash;3 bulan: Gerakan halus dengan tekanan ringan dalam waktu yang singkat</li>
</ul>
<ul>
<li aria-level="1">Usia lebih dari 3 bulan: Tekanan ringan dalam waktu yang lebih lama</li>
</ul>
Demikian penjelasan manfaat pijat bagi bayi dan cara melakukannya! Jadi, Bunda tidak perlu ragu lagi untuk memberikan pijatan pada sang buah hati. Apalagi dengan banyaknya manfaat pijat yang bisa dirasakan oleh bayi dan juga Bunda.&nbsp;
Jika Bunda masih ragu dengan teknik pemijatan yang tepat, atau jika bayi memiliki kondisi kesehatan tertentu, Bunda dapat berkonsultasi dengan dokter mengenai pemijatan yang akan diberikan pada bayi.

7 Manfaat Pijat Bayi Bagi Kesehatan & Tumbuh Kembangnya

Kemampuan bayi usia sembilan bulan semakin beragam. Berikut stimulus yang tepat agar perkembangan bayi makin pesat.

Perkembangan Anak

6-12 bulan

Bayi

Menginjak usia sembilan bulan, bayi akan semakin aktif menunjukkan perkembangannya sehingga membuat orang tua semakin bangga dan senang. Bayi sudah mengenali wajah ayah dan ibunya, mampu berekspresi bahkan sudah memanggil orang tuanya dengan mama atau papa.&nbsp;
Selain kemampuan komunikasi yang menonjol, kemampuan motorik bayi usia ini juga semakin kuat sebagai latihan awal untuk mulai berjalan sendiri. Oleh karena itu, stimulus yang tepat harus diberikan.
Kemampuan bayi usia sembilan bulan semakin beragam. Berikut stimulus yang tepat agar perkembangan bayi makin pesat.&nbsp;
Artikel ini bisa membantu Anda memberikan stimulus yang tepat, tidak berlebihan ataupun kekurangan untuk bayi sembilan bulan. Perlu diketahui, stimulus berlebihan akan berefek pada rasa lelah dan tak nyaman bagi bayi. Sebaliknya, kekurangan stimulus akan berdampak pada perkembangannya yang tidak optimal.
<h2>Kemampuan Bayi Sembilan Bulan&nbsp;</h2>
Meski perkembangan setiap bayi tidak persis sama, tapi Anda bisa mengukur enam kemampuan bayi yang umumnya terjadi saat memasuki usia sembilan bulan.&nbsp;
<h3>1.&nbsp; Keterampilan Motorik Halus</h3>
Bayi berusia sembilan bulan dapat meraih dan memegang benda dan terlihat lebih terampil dalam menggunakan jari-jari mereka. Selain itu, mampu memasukkan benda ke dalam wadah kecil.
<h3>2. Keterampilan Motorik Kasar&nbsp;</h3>
Merangkak atau bergerak mundur sudah bisa dilakukan, bahkan beberapa telah menunjukkan kemampuan untuk berdiri sendiri tanpa bantuan. Sebagian sudah mampu merangkak naik ke tempat yang lebih tinggi.
<h3>3. Kemampuan Bicara&nbsp;</h3>
Bayi 9 bulan mulai memahami kata sederhana, dan biasanya memulai kata pertamanya dengan memanggil orang tua yakni: "mama" atau "papa" dengan jelas. Kemudian, disambung dengan kemampuan meniru suara-suara dan gerakan yang mereka lihat.
<h3>4. Interaksi Sosial&nbsp;</h3>
Kemampuan berkomunikasi lain yang menonjol yakni bayi sudah merespons untuk berinteraksi dengan orang di sekitarnya. Mereka sudah bisa tersenyum, memainkan mata, dan meniru gerakan-gerakan orang yang berkomunikasi dengannya.
<h3>5. Gigi Pertama&nbsp;</h3>
Pada usia sembilan bulan, gigi pertama bayi akan muncul meskipun tidak semua terjadi di usia tersebut karena beberapa bayi memiliki gigi pertamanya lebih cepat atau lebih lama dari.
<h3>6. Keterampilan Kognitif&nbsp;</h3>
Bayi 9 bulan mulai mempelajari konsep sederhana seperti objek atau benda tetap yang ada dalam pandangan meski tidak selalu terlihat. Tahapan belajarnya juga semakin luas dengan mulai memahami hubungan sebab-akibat sederhana.
<h2>Aktivitas yang Tepat untuk Stimulasi Bayi Sembilan Bulan&nbsp;</h2>
Berikut aktivitas sederhana yang bisa dilakukan untuk mengembangkan keterampilan anak di usia 9 bulan.&nbsp;
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Berikan Mainan Berbeda&nbsp;</li>
</ol>
Mainan dengan warna cerah, suara, atau tekstur yang berbeda dapat membantu memperkaya pengalaman bayi. Berikan mainan seperti bola, mainan mobil, atau mainan yang dapat dimasukkan dan dikeluarkan dari kotak.&nbsp;
<h3>2. Bacakan Buku&nbsp;&nbsp;</h3>
Bacakan buku dengan gambar menarik. Saat membacakan buku gunakan suara-suara yang lembut dan senang. Ajak bayi menyentuh buku yang dibacakan dan berikan kesempatan untuk&nbsp; bayi mengembangkan keterampilan bahasa dan kognitif mereka.
<h3>3. Mainkan Musik&nbsp;</h3>
Memperkenalkan musik kepada bayi 9 bulan sangat dianjurkan. Ajak mereka untuk berdansa atau bergerak sesuai irama. Hal ini dapat membantu meningkatkan kemampuan motorik kasar dan memperkenalkan bayi pada berbagai jenis musik.
<h3>4. Aktivitas Fisik</h3>
Ajak anak untuk bermain di luar ruangan, merangkak, atau bermain bola. Aktivitas ini dapat membantu meningkatkan kemampuan motorik kasar mereka dan memberikan pengalaman sensorik yang lebih kaya.
<h3>5. Ajak Berbicara&nbsp;</h3>
Berbicaralah dengan bayi secara teratur dan ajak mereka untuk berinteraksi dengan Anda dan orang-orang di sekitar mereka. Hal ini dapat membantu memperkaya pengalaman sosial dan bahasa bayi.
<h3>6. Bermain Air&nbsp;</h3>
Bermain dengan air di tempat yang aman membantu meningkatkan koordinasi mata-tangan bayi. Selain itu juga sarana memperkenalkan konsep air dan kedalaman.
Sebagai pengingat, setiap bayi adalah unik, sehingga stimulasi yang diberikan bisa bervariasi antara satu bayi dengan bayi lain. Penting juga untuk memperhatikan keamanan saat memberikan stimulus pada bayi dan pastikan selalu mengawasi mereka dengan cermat.
 Foto: Designed by freepik
Sumber:
https://www.unicef.org/parenting/child-development/your-babys-developmental-milestones-9-months

Perkembangan Bayi 9 Bulan dan Cara Stimulasinya

Pelajari tentang hemangioma pada bayi, termasuk jenis-jenisnya seperti hemangioma superfisial, dalam, dan campuran. Temukan tanda-tanda, penyebab, dan langkah yang perlu diambil untuk memastikan kesehatan kulit anak.

AyBun, pernah menemukan benjolan merah menyerupai tanda lahir pada kulit si kecil? Jangan panik dulu, kondisi ini bisa jadi hemangioma infantil atau dikenal dengan strawberry birthmarks.&nbsp;
Artikel ini akan membantu AyBun memahami apa itu hemangioma, kapan harus waspada, dan bagaimana menanganinya.
<h2>Apa Itu Hemangioma Infantil?</h2>
Hemangioma infantil adalah pertumbuhan pembuluh darah abnormal yang muncul di kulit atau jaringan di bawahnya.&nbsp;
Hemangioma infantil terjadi pada 4-5% bayi dan muncul karena adanya gumpalan pembuluh darah abnormal.&nbsp;
Pada 3 bulan pertama, hemangioma bisa tumbuh cepat dan rentan berdarah jika tergores. Umumnya, tanda ini berkembang di area kepala, wajah, atau leher bayi dan dimulai dengan bercak ungu muda.&nbsp;
Kondisi ini tidak menular dan tidak ganas. Kabar baiknya, pada kebanyakan kasus, benjolan ini akan mengecil secara alami tanpa perawatan khusus ketika anak berusia 4 - 5 tahun.
<h2>Kapan Hemangioma Perlu Diwaspadai?</h2>
Hemangioma umumnya tidak berbahaya, tetapi AyBun perlu segera berkonsultasi dengan dokter jika muncul tanda-tanda berikut:
<h3>1. Disertai luka, infeksi, atau peradangan</h3>
Jika hemangioma terbuka dan tidak sembuh, bisa menyebabkan infeksi.
<h3>2. Menekan area mata atau mengganggu penglihatan</h3>
Hemangioma di sekitar mata bisa mengganggu perkembangan penglihatan.
<h3>3. Menekan saluran pernapasan atau organ vital lainnya</h3>
Hemangioma bisa menyebabkan gangguan bernapas atau masalah fungsi organ.
<h3>4. Menyebabkan kesulitan makan</h3>
Jika hemangioma muncul di mulut atau leher, bayi mungkin akan kesulitan menyusu.
Jika AyBun melihat gejala-gejala ini, periksakan ke dokter anak. Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), waktu terbaik untuk pemeriksaan pertama adalah saat bayi berusia 1 bulan.
Baca juga: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=2039">Ketahui Penyebab Ruam Air Liur pada Bayi &amp; Cara Efektif Mengatasinya</a>
<h2>Jenis-jenis Hemangioma pada Bayi</h2>
Berikut beberapa jenis hemangioma pada bayi yang perlu AyBun ketahui:
<h3>1. Superficial Hemangiomas</h3>
Disebut strawberry marks karena permukaannya menyerupai stroberi. Awalnya berupa bintik putih, merah muda, atau merah kecil yang berubah menjadi lesi merah terang dan menonjol. Biasanya muncul di wajah, leher, atau punggung dan bisa terlokalisasi atau menyebar.
<h3>2. Deep Hemangiomas</h3>
Terletak di bawah kulit dengan permukaan halus dan tampak kebiruan, menyerupai memar. Jenis ini bisa menyebabkan pembengkakan dan kadang lebih sulit terdeteksi.
<h3>3. Mixed Hemangiomas</h3>
Warnanya bervariasi antara merah di permukaan dan biru di bagian dalam, dengan pertumbuhan lebih kompleks.
<h2>Bagaimana Dokter Mendiagnosis Hemangioma?</h2>
Sebagian besar hemangioma dapat didiagnosis hanya dengan pemeriksaan fisik. Jika hemangioma berada di bawah kulit atau tumbuh besar di area kepala dan leher, dokter mungkin akan menggunakan USG atau MRI untuk melihat lebih jelas.
<h2>Apakah Hemangioma Perlu Diobati?</h2>
Mayoritas hemangioma tidak memerlukan perawatan khusus. Namun, beberapa hemangioma yang mengganggu mungkin membutuhkan obat beta-blocker seperti:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Propranolol: Obat cair yang membantu mengecilkan hemangioma.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Timolol: Beta-blocker dalam bentuk tetes, dioleskan langsung ke hemangioma kecil.</li>
</ol>
<h2>Kapan Operasi Dibutuhkan?</h2>
Operasi jarang diperlukan karena kebanyakan hemangioma bisa ditangani dengan obat. Namun, jika hemangioma meninggalkan jaringan parut atau menyebabkan masalah estetika, dokter mungkin akan merekomendasikan prosedur bedah, biasanya sebelum usia sekolah.
<h2>Kesimpulan</h2>
Hemangioma infantil sering membuat orang tua cemas, tapi AyBun tidak perlu khawatir berlebihan.&nbsp;
Kebanyakan kasus akan membaik dengan sendirinya tanpa perawatan khusus. Tetap awasi perkembangan hemangioma dan konsultasikan dengan dokter jika muncul gejala mengkhawatirkan.
Punya pengalaman dengan tanda lahir seperti ini? Share cerita AyBun di kolom komentar