manfaat-bermain-di-luar-ruangan-bagi-anak-anak

Ada banyak manfaat anak bermain di luar rumah selain untuk bersosialisasi dan lebih sehat, simak artikel berikut untuk tahu selengkapnya!

Perkembangan

Kesehatan Anak

Saat ini, banyak anak-anak yang lebih memilih untuk bermain game dan gadget di rumah dibandingkan ke luar. Padahal, bermain di luar sangat baik untuk kesehatan dan perkembangan anak.
Agar anak dapat menyukai aktivitas di luar rumah, AyBun harus membiasakannya dari semenjak dia bayi. Dengan begitu, mereka akan terbiasa untuk bermain di luar rumah ketika memasuki tingkat usia prasekolah atau sekolah dasar.
Anak-anak yang aktif di luar rumah selama masa kecilnya, kemungkinan besar akan hidup sehat dan berolahraga teratur pada saat dewasa nanti. Selain itu, masih banyak lagi manfaat bermain di luar ruangan bagi anak-anak lainnya.
Cari tahu selengkapnya, di berikut ini!
<h2>Manfaat Anak Bermain di Luar Ruangan</h2>
Tahukah AyBun bermain di luar ruangan dapat membantu tumbuh kembang anak? Aktivitas ini juga mampu mendekatkan si kecil dengan alam. Ada beberapa manfaat lainnya seperti berikut ini:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">
<h3>Paparan sinar matahari</h3>
</li>
</ol>
Paparan sinar matahari pagi mempunyai vitamin D yang sangat baik untuk perkembangan tulang dan daya tahan si kecil. Sinar matahari juga bisa bikin kualitas tidur dan suasana hati jadi lebih baik. Sehingga, daya tahan tubuh anak dapat terjaga dengan baik.&nbsp;
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">
<h3>Bersosialisasi</h3>
</li>
</ol>
Dengan anak bermain di luar ruangan, mereka akan bertemu dengan banyak orang. AyBun bisa ajak si kecil ke taman bermain untuk bertemu dengan teman-teman sebayanya, nantinya dia akan belajar untuk memiliki teman, bagaimana memperlakukan orang lain, hingga bekerja sama dengan orang lain.
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">
<h3>Mental lebih sehat</h3>
</li>
</ol>
Anak yang sering bermain di luar akan dekat dengan alam. Dengan menghabiskan waktu bersama orang tua, teman sebayanya dan alam, suasana hati dan kebahagiaan anak akan membaik. Anak juga mampu untuk menjadi pribadi yang menghargai alam dan melindungi lingkungan.&nbsp;&nbsp;
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">
<h3>Fisik jadi lebih kuat</h3>
</li>
</ol>
Tak dipungkiri bahwa anak harus aktif selama satu jam sehari. Mereka mungkin dapat bermain di dalam rumah, tapi bermain di luar ruangan adalah hal yang lebih baik. Ada banyak aktivitas yang bisa dilakukan di luar rumah dan lebih seru, bermain perosotan atau bersepeda misalnya.
Kegiatan bermain di luar ruangan membantu meningkatkan koordinasi dan kekuatan anak. Ketika bermain ayunan, mereka akan menggunakan semua otot untuk bertahan dan duduk. Ataupun ketika bermain perosotan, bersepeda, petak umpet hingga skuter akan memperkuat fisik dan ototnya pula.
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">
<h3>Kesadaran diri lebih besar</h3>
</li>
</ol>
Anak-anak yang bermain di luar lebih mungkin mengembangkan keterampilan observasi dan penalaran. Berada di luar ruangan dapat memberikan mereka prespektif yang berbeda dalam melihat dunia.&nbsp;
Contohnya, ketika anak kecil bermain ayunan. Mereka akan mempelajari konsep sebab dan akibat saat AyBun mendorong mereka di ayunan.&nbsp;&nbsp;
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">
<h3>Meningkatkan konsentrasi</h3>
</li>
</ol>
Lingkungan di luar rumah akan membuat anak lebih penasaran dan fokus untuk mengerjakan tugas lebih lama. Anak-anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya dalam ruangan dengan sedikit aktivitas yang membutuhkan inisiasinya, mereka menunjukkan ketertarikan lebih rendah untuk memulai.
Di sisi lain, menurut penelitian pada anak yang mengidap Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), peneliti menemukan bahwa anak dengan ADHD yang menghabiskan waktu di luar lebih lama, menunjukkan gejala ADHD yang lebih sedikit.&nbsp;&nbsp;
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">
<h3>Lebih peduli pada lingkungan</h3>
</li>
</ol>
Menurut penelitian University of British Columbia pada Februari tahun 2017, anak yang sering bermain di luar cenderung peduli dengan alam ketika mereka menginjak dewasa nanti.&nbsp;
Ada alasan mengapa hal itu bisa terjadi. Anak-anak belajar mencintai alam melalui pengalaman di luar rumah. Anak berinteraksi secara langsung dengan flora dan fauna di sekitarnya. Mereka mendengarkan kicauan burung dari pepohonan, menanam bunga, menjelajahi taman, hingga menyaksikan matahari terbenam.&nbsp;
<h2>Permainan Outdoor yang Cocok untuk Anak-Anak</h2>
Bermain di luar ternyata memiliki manfaat yang banyak untuk anak. Oleh karena itu, AyBun harus ajak mereka untuk bermain keluar. Ada beberapa permainan seru yang bisa anak mainkan dengan orang tua atau teman sebayanya, seperti berikut:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bersepeda</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bermain pasir atau tanah</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Petak umpet&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Benteng-bentengan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bermain layangan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Berenang/bermain air</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Lompat tali</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Estafet</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Engklek</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ular naga panjang</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bermain ayunan/prosotan di taman</li>
</ul>
Itulah deretan manfaat dan ide permainan yang seru yang bisa AyBun mainkan bersama anak. Mulai dari sekarang, AyBun sering ajak anak main keluar, jangan biarkan mereka bermain gadget terlalu lama di rumah.&nbsp;
Dunia anak kecil adalah bermain, arahkan mereka untuk aktivitas di luar yang bermanfaat, ya, AyBun. Yuk, ajak anak bermain di luar sekarang juga!

7 Manfaat Bermain di Luar Ruangan bagi Anak-anak

Kenali tanda-tanda bayi kurang ASI, seperti berat badan sulit naik, jarang buang air, dan rewel setelah menyusu. Simak ciri-ciri lengkap dan cara mengatasinya di sini!

ASI adalah sumber nutrisi utama bagi bayi, terutama dalam enam bulan pertama kehidupannya. Namun, tidak semua bayi mendapatkan cukup ASI, dan hal ini bisa berdampak pada tumbuh kembangnya.
Sebagai orang tua, AyBun perlu mengenali tanda-tanda bayi kurang ASI sejak dini agar dapat segera mengambil tindakan. Yuk, simak ciri-cirinya dalam artikel berikut!
<h2>Tanda Bayi Kurang ASI yang Perlu Diwaspadai</h2>
<h3>1. Bayi Terlalu Mengantuk atau Lemas</h3>
Bayi yang mendapatkan cukup ASI biasanya aktif dan terjaga dalam waktu tertentu setelah menyusu. Namun, jika bayi tampak sangat mengantuk, lemas, atau sering tidur lebih dari 4 jam tanpa menyusu, ini bisa menjadi tanda ia tidak mendapatkan cukup ASI.
<h3>2. Durasi Menyusu Terlalu Singkat atau Lama</h3>
Normalnya, bayi menyusu sekitar 10-30 menit per sesi. Jika bayi hanya menyusu sebentar lalu tertidur atau sebaliknya, menyusu lebih dari 40 menit tanpa tanda puas, ini bisa menjadi pertanda bahwa ia kesulitan mendapatkan ASI yang cukup.
<h3>3. Nyeri Saat Menyusui atau Perlekatan Buruk</h3>
Jika Bunda merasakan sakit saat menyusui atau melihat bayi sulit menempel dengan baik, kemungkinan besar perlekatannya tidak sempurna. Perlekatan yang buruk dapat membuat bayi tidak mendapatkan cukup ASI.
<h3>4. Berat Badan Tidak Bertambah dengan Normal</h3>
Bayi yang mendapatkan cukup ASI biasanya bertambah berat badan sekitar 155-240 gram per minggu hingga usia 4 bulan. Jika bayi belum kembali ke berat lahir dalam 10-14 hari atau pertambahannya lebih sedikit dari angka ini, Bunda perlu berkonsultasi dengan tenaga kesehatan.
<h3>5. Jarang Buang Air Besar</h3>
Dalam empat hari pertama, bayi yang mendapatkan cukup ASI akan buang air besar setidaknya 3-4 kali sehari. Jika frekuensinya kurang atau fesesnya masih berwarna gelap setelah hari kelima, ini bisa menjadi tanda bayi kurang ASI.
<h3>6. Urine Berwarna Pekat atau Sedikit</h3>
Pada awalnya, bayi mungkin jarang buang air kecil, tetapi setelah hari keempat, ia seharusnya memiliki setidaknya enam popok basah per hari. Jika urine bayi tampak gelap atau ada bercak merah kecokelatan (brick dust), ini bisa menandakan dehidrasi akibat kurangnya asupan ASI.
<h3>7. Bayi Tidak Terlihat Puas Setelah Menyusu</h3>
Jika setelah menyusu bayi masih rewel, menangis, atau terus mencari payudara tanpa terlihat puas, kemungkinan ia tidak mendapatkan ASI dalam jumlah yang cukup.
Baca Juga: <a href="https://tentanganak.com/artikel/cara-menyusui-bayi-yang-benar-aman-dan-nyaman/">Cara Menyusui Bayi yang Benar, Aman dan Nyaman</a>
<h2>Apa yang Harus Dilakukan Jika Bayi Kurang ASI?</h2>
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Perbaiki Perlekatan Pastikan bayi menempel dengan benar pada payudara agar ia bisa mengisap ASI dengan optimal. Jika perlu, Bunda bisa berkonsultasi dengan konsultan laktasi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menyusui Lebih Sering Susui bayi setidaknya 8-12 kali dalam 24 jam untuk merangsang produksi ASI dan memastikan bayi mendapatkan cukup nutrisi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Perah dan Berikan ASI Tambahan Jika bayi masih kesulitan menyusu langsung, AyBun bisa mencoba memerah ASI dan memberikannya menggunakan sendok atau cangkir kecil.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Perhatikan Asupan Nutrisi Bunda Pastikan Bunda mengonsumsi makanan bergizi dan cukup cairan agar produksi ASI tetap optimal.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Cari Bantuan Ahli Jika Bunda merasa bayi masih tidak mendapatkan cukup ASI, segera konsultasikan dengan tenaga kesehatan atau konsultan laktasi untuk mendapatkan solusi yang tepat.</li>
</ol>
<h2>Kesimpulan</h2>
ASI adalah sumber nutrisi utama bagi bayi, tetapi tidak semua bayi mendapatkannya dengan cukup. AyBun perlu mengenali tanda-tanda bayi kurang ASI, seperti bayi terlalu mengantuk, durasi menyusu tidak normal, berat badan tidak bertambah, dan frekuensi buang air yang sedikit.
Jika bayi menunjukkan tanda-tanda tersebut, segera perbaiki perlekatan, susui lebih sering, perah ASI jika perlu, serta konsultasikan dengan tenaga kesehatan. Dengan tindakan yang tepat, kebutuhan ASI bayi dapat terpenuhi untuk tumbuh kembang yang optimal.

Kenali Sejak Dini, Ini Tanda Bayi Kurang ASI yang Perlu AyBun Ketahui!

Apakah si Kecil sudah mulai berhenti ngedot? Atau masih dalam tahap melepas ngedotnya? hati-hati jika terlalu lama ini risikonya

Nutrisi

Ayah Bunda biasanya menggunakan dot dan botol untuk mempermudah si Kecil dalam mengonsumsi susu. Kebiasaan pemakaian dot dan botol susu pada anak dirasa sulit dihentikan. Namun, sejatinya banyak cara yang dapat dilakukan untuk menghentikan penggunaannya
Sebenarnya waktu yang baik untuk menghentikan penggunaan dot dan botol susu adalah pada usia 9 bulan. Tahukah Ayah Bunda, jika menghentikannya lebih awal maka akan lebih cepat anak tidak lagi menggunakan dot. Seperti yang dijelaskan oleh American Academy of Pediatrics (AAP), bahwa anak sudah bisa minum menggunakan cangkir atau gelas hisap sejak usia 6-9 bulan.&nbsp;
American Academy of Pediatrics juga memberi saran paling lambat pada 12 bulan sampai usia 18 bulan penggunaan dot atau botol susu ini telah dihentikan. Apa sih risikonya jika menggunakan dot terlalu lama?
<h2>Risiko Anak Masih Ngedot</h2>
<h3>1. Karies gigi dan/atau infeksi telinga.&nbsp;</h3>
Ini dapat terjadi bila anak sering minum dalam posisi terlentang. Selain itu dari gigi anak yang karies juga bisa menyebabkan anak susah makan atau GTM sehingga kenaikan berat badan anak sulit.
<h3>2. Obesitas.&nbsp;</h3>
Obesitas menjadi salah satu risiko anak yang lama berhenti ngedot akibat mengonsumsi susu terlalu banyak sebab anak merasa nyaman menghisap dari botol. Obesitas berpengaruh pada beberapa penyakit seperti jantung dan kencing manis di kemudian hari.
<h3>3. Gerakan Tutup Mulut.&nbsp;</h3>
Ketika si Kecil merasa lapar dan ia merasa saat minum susu sudah cukup, sehingga tidak mau makan.
<h3>4. Perubahan Struktur Gigi</h3>
Susunan gigi dan rahang si Kecil akan berubah bahkan tidak menutup kemungkinan tidak normal yang dapat berdampak mempengaruhi kemampuan bicara anak dan mengganggu proses makanan.
<h2>TRIK Anak Mudah Berhenti Ngedot</h2>
<ul>
<li aria-level="1">Lakukan Pendekatan dan Sounding dari Jauh-Jauh Hari</li>
</ul>
Ayah Bunda bisa mulai memberikan susu menggunakan cangkir atau gelas dan botol yang menggunakan sedotan misalnya sambil mengatakan &ldquo;Adik kan sudah semakin besar, 3 hari lagi minumnya pake gelas ya..&rdquo;
Penggunaan sedotan dan cangkir dapat melatih otot-otot mulu anak sehingga keterampilan bicaranya dapat lebih terasah.
<ul>
<li aria-level="1">Buang atau Singkirkan Dot di Depan Anak</li>
</ul>
Cobalah katakan pada si Kecil misalnya &ldquo;Bye bye botol&hellip; Kakak sekarang mau belajar pakai gelas dulu yah&rdquo; Hal ini bisa Ayah Bunda terapkan dengan cara yang menyenangkan, supaya si Kecil tidak merasa berat untuk melepas dot atau sesuatu yang biasa ia gunakan untuk minum susu
<ul>
<li aria-level="1">Ajak Anak Membeli dan Memilih Gelasnya Sendiri</li>
</ul>
Sampaikan kepada anak misalnya &ldquo;Yay, Adik punya 3 gelas, hari ini mau pakai gelas warna apa?&rdquo;
Bila melakukan hal seperti yang disebutkan di atas, usahakan membuat proses penyesuaian dari botol ke gelas dengan cara yang menyenangkan. AyBun bisa lakukan secara bertahap bila si Kecil memang sangat ketergantungan dengan botol atau dot.
Selain itu, temukan &ldquo;benda kesayangan&rdquo; lain sebagai pengganti botol dan ketika melakukan penyesuaian berikan si Kecil pujian untuk meningkatkan keinginan dan semangatnya berhenti menggunakan dot atau botol susu.
Nah, gimana Bun apakah si Kecil sudah mulai berhenti ngedot? Atau masih dalam tahap melepas ngedotnya? Semangat ya Ayah Bunda, jika memang si Kecil terlanjur lama menggunakan dot dan mengalami kondisi medis pada kesehatan gigi dan mulutnya segera hubungi dokter gigi anak ya.
Jangan lupa gunakan aplikasi Tentang Anak untuk mendampingi Ayah Bunda saat mengasuh anak!
Foto: Tentang Anak Photostock
Sumber:
<a href="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/cara-menghentikan-penggunaan-dot-dan-botol-susu-pada-anak">https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/cara-menghentikan-penggunaan-dot-dan-botol-susu-pada-anak</a>

Gini Risiko Setelah 18 Bulan Anak Masih Ngedot

Kesehatan mata anak merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan oleh orang tua. Salah satu masalah yang umum terjadi adalah keadaan mata minus atau miopia. Artikel ini akan memberikan panduan lengkap bagi orang tua tentang bagaimana mencegah mata anak minus sejak dini. Apa Itu Miopia pada Anak? Miopia, atau mata minus,

Kesehatan mata anak merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan oleh orang tua. Salah satu masalah yang umum terjadi adalah keadaan mata minus atau miopia.&nbsp;
Artikel ini akan memberikan panduan lengkap bagi orang tua tentang bagaimana mencegah mata anak minus sejak dini.
<h2>Apa Itu Miopia pada Anak?</h2>
Miopia, atau mata minus, adalah kondisi di mana mata anak tidak dapat fokus dengan jelas pada objek yang jauh. Kondisi ini dapat memengaruhi perkembangan anak dan dapat berkembang seiring waktu jika tidak diatasi.
 Oleh karena itu, mencegah perkembangan miopia pada anak menjadi langkah yang sangat penting untuk menjaga kesehatan mata mereka.
<h2>Faktor Risiko dan Penyebab Miopia pada Anak&nbsp;</h2>
<h3>Beberapa faktor risiko dan penyebab miopia pada anak meliputi:</h3>
1. Genetika
Jika salah satu atau kedua orang tua memiliki miopia, anak memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan kondisi ini.
2. Paparan Terhadap gawai
Penggunaan gawai dalam waktu yang lama, terutama pada jarak yang dekat, dapat meningkatkan risiko miopia pada anak.
3. Kurangnya Paparan Sinar Matahari
Anak yang jarang berada di luar ruangan dan kurang mendapatkan paparan sinar matahari memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami miopia.
<h2>Langkah-Langkah untuk Mencegah Miopia pada Anak</h2>
Pemeriksaan Mata Rutin: Rutin membawa anak untuk pemeriksaan mata adalah langkah awal yang penting. 
Dengan mendeteksi masalah mata sejak dini, tindakan pencegahan dapat segera diambil.
Kontrol Penggunaan gawai: Batasi waktu anak menggunakan gawai dan pastikan mereka menjaga jarak yang aman dari layar. Gunakan aturan "20-20-20," di mana setiap 20 menit anak melihat ke sesuatu yang berjarak 20 kaki selama setidaknya 20 detik.
Fokus pada Aktivitas Luar Ruangan: Ajak anak untuk lebih sering bermain di luar ruangan. Paparan sinar matahari dan aktivitas yang melibatkan penglihatan jarak jauh dapat membantu mengurangi risiko miopia.
Perhatikan Gaya Hidup Makanan: Sertakan makanan yang kaya nutrisi untuk mata, seperti makanan yang mengandung vitamin A, C, E, dan mineral seperti zinc. Ini dapat membantu menjaga kesehatan mata secara keseluruhan.
Atur Pencahayaan Ruangan dengan Baik: Pastikan ruangan tempat anak belajar atau bermain memiliki pencahayaan yang cukup, dan hindari membaca atau menulis dalam kondisi yang terlalu gelap.
<h2>Pentingnya Peran Orang Tua dalam Pencegahan Miopia</h2>
Peran orang tua sangat vital dalam mencegah miopia pada anak. Dengan mengawasi kegiatan sehari-hari anak, memberikan dukungan untuk gaya hidup sehat mata, dan memberikan pemahaman tentang pentingnya menjaga kesehatan mata, orang tua dapat menjadi agen perubahan yang efektif dalam mencegah masalah penglihatan pada anak.
Dilansir dari<a href="https://www.webmd.com/eye-health/slow-progression-child-myopia"> </a>American Optometric Association, memberikan informasi mengenai cara memperlambat perkembangan miopia pada anak dan memberikan dasar yang kuat untuk langkah-langkah pencegahan yang dijelaskan dalam artikel ini.
Mencegah miopia pada anak memerlukan perhatian dan tindakan yang tepat dari orang tua. Dengan pemeriksaan mata rutin, pengaturan penggunaan gawai, dan mengedepankan gaya hidup sehat, orang tua dapat berperan besar dalam menjaga kesehatan mata anak dan mencegah perkembangan miopia yang dapat memengaruhi kualitas penglihatan mereka di masa depan.
Foto: Freepik
Sumber:&nbsp;
Rudri, B. (2023). &lsquo;How to Slow Your Child&rsquo;s Myopia Progression&rsquo;. WebMD
Cooper, Y. (2019). &lsquo;With Childhood Myopia Rates on the Rise, the American Optometric Association Highlights the Importance of Early Intervention through Annual Eye Exams&rsquo;. American Optometric Association.
Subudhi P, Agarwal P. Myopia. (2023 Mar 31). In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK580529/

Cegah Mata Minus Anak Sejak Dini, Ini yang Perlu Diperhatikan Orang Tua

Pilihan antara popok kain dan popok sekali pakai sering membuat Bunda dilema. Sebelum membeli, ketahui dulu kelebihan, dan kekurangan kedua jenis popok tersebut!

1-6 bulan

Bayi

Isu popok kain vs popok sekali bayi sudah lama menjadi perdebatan di kalangan orang tua. Popok sendiri adalah salah satu kebutuhan yang wajib dimiliki para orang tua baru, terlebih karena bayi masih belum mampu melakukan toilet training. Stok popok pun harus selalu tersedia agar bayi dapat bersih dari kotoran dan pipisnya.&nbsp;
Saat ini, popok yang beredar di pasaran terdiri atas 2 jenis, yaitu popok kain dan popok sekali pakai. Kedua jenis popok memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Namun, penting bagi Bunda untuk mengutamakan kenyamanan bayi saat memilih jenis popok, mengingat popok akan selalu bersinggungan langsung dengan kulit sensitif bayi.
Beberapa ciri popok yang ideal untuk kesehatan kulit bayi adalah mampu menjaga kestabilan pH kulit, tidak menyebabkan kering pada kulit bayi, serta tidak menyebabkan ruam. Bunda mungkin kebingungan dengan jenis popok mana yang memiliki ciri-ciri tersebut. Yuk simak penjelasan popok kain vs popok sekali pakai berikut ini!
<h2>Popok Kain vs Popok Sekali Pakai: Kelebihan dan Kekurangan</h2>
Sebelum membeli popok yang tepat untuk sang buah hati, Bunda harus mengenali kelebihan dan kekurangan dari popok kain ataupun popok sekali pakai. Kelebihan dan kekurangan tersebut berhubungan dengan aspek kemudahan, biaya, penyerapan, hingga dampaknya untuk lingkungan.
<h3>Kelebihan dan Kekurangan Popok Sekali Pakai</h3>
Bunda mungkin sering melihat produk popok sekali pakai dipajang di minimarket atau supermarket. Seperti namanya, jenis popok ini hanya digunakan sekali dan dapat langsung dibuang setelah kotor oleh pipis atau tinja bayi. Popok sekali pakai hadir dalam berbagai ukuran berbeda yang bisa dipilih menurut berat bayi.
Kelebihan Popok Sekali Pakai
Kelebihan pertama dari popok sekali pakai adalah produknya yang praktis dan mudah digunakan. Karena popok sekali pakai dapat langsung dibuang, Bunda tidak perlu repot-repot menyuci popok sampai bersih. Maka dari itu, popok sekali pakai menjadi pilihan terbaik bagi Bunda yang ingin membawa bayi bepergian.&nbsp;
Tidak hanya itu, beberapa popok sekali pakai juga didesain dengan lapisan dalam untuk menyerap air dengan lebih baik. Lapisan luarnya dibuat waterproof sehingga mencegah popok agar tidak bocor. Model ini dapat menampung beberapa kali pipis bayi. Jadi, Bunda tidak harus selalu mengganti popok setelah bayi buang air kecil.&nbsp;
Banyak popok jenis sekali pakai dibuat dari bahan yang memudahkan kulit bayi untuk bernapas saat tertutup oleh popok. Bahan ini menjaga kulit bayi agar tetap kering dan mengurangi risiko terjadinya ruam popok pada bayi.
Kekurangan Popok Sekali Pakai
Terlepas dari kepraktisannya, popok sekali pakai juga memiliki kekurangan, lho. Salah satunya adalah biaya yang cukup besar untuk membeli popok sekali bayi. Pergantian popok secara rutin sangat diperlukan untuk menjaga kulit bayi yang tertutup popok tetap bersih dan sehat. Bunda pun harus selalu menyetok persediaan popok sekali pakai di rumah.
Kekurangan lainnya adalah kandungan kimia yang ada di popok sekali pakai yang berpotensi menimbulkan alergi pada kulit bayi. Meskipun risiko ini tergolong kecil, Bunda mungkin perlu mempertimbangkan pemakaian popok sekali pakai jika bayi memiliki alergi terhadap bahan-bahan tertentu.
Popok sekali pakai juga berdampak buruk pada lingkungan. Karena jenis popok ini terbuat dari pohon dan plastik, popok sekali pakai yang sudah dibuang akan menumpuk menjadi sampah dan sulit terurai. Limbah popok bayi juga menjadi salah satu sampah yang mencemari laut dan sungai.
<h3>Kelebihan dan Kekurangan Popok Kain</h3>
Dalam perdebatan popok kain vs popok sekali pakai, popok kain menjadi alternatif dari popok sekali pakai. Banyak yang memilih popok kain dibandingkan popok sekali pakai karena lebih murah dan lebih aman untuk kulit bayi. Tapi, apa saja kelebihan dan kekurangan lainnya dari popok kain?
Kelebihan Popok Kain
Tidak seperti popok sekali pakai yang didominasi oleh warna putih, popok kain banyak didesain dalam warna dan gambar yang menggemaskan untuk bayi. Kain untuk popok juga sudah dilengkapi dengan bahan untuk menyerap air pipis bayi. Namun, kelebihan utama dari popok kain adalah dapat dicuci setelah pemakaian.
Dibandingkan dengan popok sekali pakai yang harus dibuang setelah pemakaian, Bunda dapat mencuci bersih popok kain yang kotor dari pipis dan tinja bayi. Oleh karena itu, popok kain dapat digunakan berkali-kali. Bunda dapat menghemat pengeluaran popok karena tidak perlu terus-terusan membeli persediaan popok seperti popok sekali pakai.
Ditambah lagi, popok kain yang dapat dicuci membuatnya lebih ramah lingkungan. Popok kain tidak akan menimbulkan limbah seperti popok sekali pakai. Bunda bahkan dapat menggunakan kembali popok kain untuk anak selanjutnya.
Popok kain juga menjadi pilihan terbaik untuk kulit bayi yang sensitif. Popok kain cenderung terbebas dari bahan kimia. Jenis popok ini dapat menjadi alternatif bagi kulit bayi yang alergi dengan bahan kimia pada popok sekali pakai.
Kekurangan Popok Kain
Selain kelebihannya, Bunda juga perlu mempertimbangkan kekurangan popok kain. Meskipun popok kain dapat dicuci, popok kain rentan mengalami kebocoran karena bagian luarnya yang terbuat dari kain. Jika Bunda memilih popok kain untuk si kecil, Bunda harus terus mengganti dan mencuci popok kain yang sudah basah terkena pipis atau tinja.&nbsp;
Situasi ini memunculkan kekurangan lainnya dari popok kain, yaitu tidak praktis, terutama jika Bunda akan bepergian dengan si kecil. Bunda mungkin harus menenteng popok kotor selama perjalanan. Popok kain kotor juga akan menambah tumpukan cucian di rumah. Akibatnya, akan lebih banyak air dan listrik yang dibutuhkan untuk mencuci popok kain kotor.
Selain itu, dalam beberapa kasus, popok kain lebih berisiko memicu ruam popok pada bayi dibandingkan popok sekali pakai. Hal ini disebabkan oleh cara menyerap popok kain yang berbeda dari popok sekali pakai. Ditambah lagi, popok kain lebih sering diganti dibandingkan popok sekali pakai. Jika terlambat diganti, risiko ruam popok pada bayi akan semakin besar.
<h3>Usia Terbaik untuk Popok Kain atau Sekali Pakai</h3>
Di tengah perdebatan popok kain vs popok sekali pakai, Bunda tidak perlu terpaku memakai satu jenis popok saja. Bunda dapat mulai dari menggunakan popok sekali pakai untuk bayi baru lahir, kemudian beralih ke popok kain ketika bayi sudah cukup besar. Bunda mungkin dapat memilih popok sekali pakai untuk bayi baru lahir agar dapat beristirahat pasca melahirkan.
Namun, Bunda juga bisa memakaikan popok kain sejak bayi baru lahir, lho. Terlepas dari pemilihan popok kain atau popok sekali pakai, yang terpenting adalah kenyamanan, kesehatan, dan perawatan kulit bayi selama pemakaian popok. Ditambah lagi, popok kain dan popok sekali pakai tidak terlalu mempengaruhi fase toilet training anak nantinya.&nbsp;
Baik popok kain ataupun popok sekali pakai, ada beberapa hal yang harus Bunda perhatikan saat mengganti popok, yaitu:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pergantian popok secara rutin setelah bayi buang air kecil dan buang air besar</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Jika menggunakan popok dengan bahan AGM (Absorbent Gelling Material), pergantian popok dapat dilakukan 2&ndash;3 jam sekali</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pada bayi baru lahir dengan tali pusar yang belum terlepas, pastikan popok yang digunakan tidak menyentuh tali pusar</li>
</ul>
Itu dia perbandingan popok kain vs popok sekali pakai yang bisa Bunda pertimbangkan. Faktanya, belum dapat dipastikan jenis popok mana yang lebih unggul. Namun, pemilihan popok dapat Bunda sesuaikan dengan kondisi finansial, frekuensi buang air si kecil, hingga kenyamanan bayi. Apapun jenis popoknya, jangan lupa untuk mengutamakan kebersihan dan kenyamanan bayi selama memakai popok, ya!

Popok Kain vs Popok Sekali Pakai, Mana yang Lebih Baik?

Fase ini adalah masa transisi anak menuju ke masa dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik biologi, kapan seharusnya anak mengalami pubertas?

Remaja

Pubertas adalah fase transisi anak menuju ke masa dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik-biologis dan psikis. Umumnya terjadi lebih awal pada anak perempuan dibandingkan anak laki-laki. Lalu, perubahan fisik seperti apa yang normal pada masa pubertas?
Tahapan pubertas anak perempuan akan dimulai sejak usia 8 sampai 13 tahun dengan ditandai ciri berikut.
<h2>&nbsp;4 Tanda Anak Perempuan Alami Pubertas</h2>
<ol>
<li> Payudara mulai menonjol dan ada nyeri spontan saat tidak sengaja tersentuh</li>
<li> Pertambahan tinggi badan secara pesat sekitar 9 cm/tahun</li>
<li> Tumbuhnya rambut kemaluan</li>
<li> Menstruasi</li>
</ol>
Sedangkan, tahapan pubertas anak laki-laki ditandai dimulai sejak usia 9 sampai 14 tahun dengan tanda di antaranya:
<ol>
<li> Pertambahan volume testis mencapai 4 mL</li>
<li> Tumbuhnya rambut kemaluan</li>
<li> Pertambahan tinggi badan secara pesat sekitar 10 cm/tahun</li>
<li> Munculnya jakun dan kumis</li>
<li> Mimpi basah</li>
</ol>
Semua tahapan pubertas anak harus berjalan secara berurutan! Ayah Bunda dapat melakukan hal-hal berikut untuk mengoptimalkan masa pubertas anak, seperti membiasakan ia:
- Makan makanan sehat dan bergizi seimbang
- Melakukan aktivitas fisik secara rutin
- Terbuka dan jujur pada Ayah Bunda mengenai perubahan fisik maupun psikologisnya.
Ada beberapa anak yang mengalami lebih cepat puber ketimbang anak lain seusianya. Masa pubertas yang datang terlalu cepat dapat berdampak buruk pada kondisi anak. Anak perempuan yang melewati pubertas lebih awal, rentan mengalami serangan panik, depresi, dan ketidakpuasan bentuk tubuh. Mengapa anak lebih cepat puber ketimbang anak lain seusianya?&nbsp;
Masa pubertas yang dialami lebih cepat menyebabkan perubahan bentuk serta ukuran tubuh anak-anak. Anak perempuan dikatakan mengalami pubertas lebih cepat ketika menjalani menstruasi sebelum usia 8 tahun, pada anak laki-laki, pubertas dini terjadi dengan tanda perubahan suara yang menjadi lebih berat, tumbuh rambut halus, serta pembesaran testis atau penis sebelum memasuki usia 9 tahun.
Selain itu, gejala umum lainnya adalah munculnya masalah jerawat pada wajah, pertumbuhan tinggi yang menjadi lebih pesat, dan muncul aroma badan seperti orang dewasa. Selain para remaja, baiknya Ayah Bunda juga memerhatikan dan memahami tanda-tanda pubertas yang dialami anak dengan baik.
<h3>Dampak Pubertas Dini pada Anak</h3>
Jika pubertas berhenti, pertambahan tinggi badan anak juga berhenti karena tulang kerangka matang dan pertumbuhan tulang berhenti pada usia yang lebih dini dari normalnya. Pertumbuhan dini dapat membuat mereka yang awalnya lebih tinggi dari teman seusianya, tapi berhenti tumbuh terlalu cepat dan meyebabkan tinggi badan yang lebih pendek dari yang seharusnya mereka peroleh.
Menjalani pubertas dini juga bisa sulit bagi anak secara emosi dan sosial misalnya, anak perempuan dengan pubertas dini bisa bingung atau malu tentang perubahan fisiknya seperti menstruasi atau payudara yang membesar sebelum teman seusianya mengalami kondisi tersebut. Namun, bagian tersulit adalah menghadapi berbagai ucapan yang kerap didapat oleh anak dengan kondisi ini, terutama pada anak perempuan. Emosi dan perilaku bisa berubah pada anak dengan pubertas dini. Anak perempuan bisa sangat cepat marah dan beralih emosi. Jika pubertas dini ini terjadi pada anak laki-laki, ia akan menjadi lebih agresif dan memiliki libido yang tidak tepat untuk usianya.
Nah, Ayah Bunda selalu kenali bagaimana kondisi si Kecil ya, pantau terus si Kecil sekalipun ia sudah memasuki usia sekolah dan remaja karena mulai adanya perkembangan hormon yang juga berpengaruh pada kesehatannya. Jika ada yang ingin ditanyakan lebih lanjut, yuk gunakan aplikasi Tentang Anak untuk konsultasi bersama dokter spesialis anak dan psikolog anak!
Sumber:
https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/kapan-anak-dikatakan-mengalami-pubertas
Ditinjau oleh:
dr. Ganda Ilmana, Sp.A

Kapan Seharusnya Anak Alami Pubertas?

Para orang tua menginginkan anaknya dapat lancar berbicara sesuai rentang usia yang diharapkan. Berikut ini cara menambah perbendaharaan kata anak.

Perbendaharaan kata anak mengalami peningkatan yang signifikan pada usia 2 tahun pertama anak, dalam hal ini peran Ayah dan Bunda, keluarga, juga lingkungan rumah berperan penting dalam menopang perkembangan bahasa anak.&nbsp;
Menurut Steinberg dkk., (1991) pada saat anak mulai memasuki taman kanak-kanak, rata-rata 2 sampai 4 kata baru dipelajari dalam kesehariannya dan ketika memasuki usia 6 tahun, perbendaharaan kata yang dimiliki anak sekitar 8000-4000 kata.&nbsp;
Anak mempelajari kosakata baru dengan mendengar konteks yang cukup bermakna saat membaca buku, saat bercerita, dan percakapan antara orang tua dengan anak. Kosakata baru ini perlu disebutkan secara berulang dan dipaparkan terus menerus agar anak dapat memahami makna kata tersebut.
Lalu, apakah menambah perbendaharaan kata pada anak itu penting? Bagaimana cara menambah perbendaharaan kata pada anak? Simak penjelasan berikut.
<h2>Mengapa Penting untuk Menambah Perbendaharaan Kata Anak?</h2>
Menurut Nurgiyantoro (2001), penguasaan kosakata merupakan kemampuan untuk menambah kata yang mudah dipahami. Kemampuan ini meliputi cara menulis, membaca, menyimak, bernyanyi, dan berbicara.
Menambah perbendaharaan kata anak memiliki peranan penting untuk meningkatkan skill komunikasi anak terhadap lingkungan sekitarnya, seperti orang tua, guru, atau teman-temannya.
Selain itu, perbendaharaan kata anak juga dapat menjadi sarana pembelajaran anak untuk semakin memahami metode pembelajaran yang ada di sekolah.
<h2>Cara Menambah Kosakata Anak yang Bisa Dilakukan Orang Tua</h2>
Interaksi dengan anak dan berbagai aktivitas yang dilakukan bersama anak dapat menjadi cara untuk membuat anak memiliki kosakata yang baru. Selain itu, berikut beberapa cara lainnya yang dapat Ayah dan Bunda praktikkan kepada anak.
<h3>1. Ajak Mengobrol Anak</h3>
Komunikasi antara anak dengan orang tua sangat penting untuk menambah kosakata yang dimiliki anak. Orang tua dapat menanyakan tentang hari anak, aktivitas yang dilakukan, perasaan anak, dan aktivitas lainnya yang dilakukan bersama orang lain.
<h3>2. Membuat Rutinitas Literasi kepada Anak</h3>
&nbsp;Bangun rutinitas literasi keluarga seperti membuat jadwal untuk membaca buku setiap harinya saat sebelum tidur. dan pilihlah buku yang mendukung dalam mengenalkan kosakata baru lakukan berulang-ulang untuk membantu anak belajar dan memahami makna kata baru yang dikenalkan.
Selain itu, orang tua juga dapat membuat pojok baca atau ruang belajar untuk anak agar dapat membaca buku dengan nyaman dan tenang.
<h3>3. Membangun Komunikasi saat Anak Membaca Buku</h3>
Saat anak membaca buku atau AyBun sedang membacakan isi buku untuk anak, AyBun dapat menanyakan anak tentang cerita atau ilustrasi buku yang sedang dibaca. Bantu anak untuk memprediksi kejadian yang akan terjadi sesuai ilustrasi buku tersebut.
AyBun dapat menjelaskan makna atau kata-kata yang menarik perhatian anak. Selalu ingatkan anak untuk aktif dalam bertanya jika ada kosakata yang belum diketahui.&nbsp;
<h3>4. Membuat Suasana Rumah menjadi Tempat Ternyaman untuk Membaca dan Mempelajari Kosakata</h3>
AyBun dapat membuat lingkungan rumah menjadi &lsquo;arena bermain&rsquo; bagi anak untuk mempelajari kata-kata baru setiap harinya di rumah, mulai dari memiliki buku cerita di setiap ruangan atau menempelkan mainan kulkas yang berbentuk huruf-huruf.
Selain itu, AyBun juga dapat membimbing anak untuk menulis atau menggambar sesuai isi hatinya. Usahakan anak menggambar dan menulis tentang benda, makana, karakter, atau apapun yang ingin anak gambar.
<h3>5. Mengajak Anak ke Perpustakaan atau Toko Buku</h3>
Terakhir, AyBun juga dapat mengajak anak ke perpustakaan atau toko buku. Biarkan anak untuk memilih buku yang ia akan baca. Usahakan untuk membaca atau membeli buku yang penuh warna dan tulisan yang unik agar anak lebih mudah untuk mempelajarinya.
____________________________________________________________________________
Menambah perbendaharaan kata anak agar makin lancar bicara dapat dilakukan oleh Ayah dan Bunda dengan cara yang mudah di rumah. Usahakan untuk selalu konsisten melatih anak dalam berbicara.
Perbendaharaan kata yang luas akan membuat anak AyBun menjadi lebih kritis dan mudah untuk berkomunikasi, baik di rumah atau sekolah.

Cara Menambah Perbendaharaan Kata Anak Agar Makin Lancar Bicara

Puasa adalah praktik keagamaan penting yang dilakukan oleh banyak orang di seluruh dunia. Namun, ketika dan bagaimana mengajarkan anak untuk berpuasa adalah keputusan yang sensitif dan memerlukan pertimbangan yang matang. Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang pentingnya mengajarkan anak untuk berpuasa di waktu yang tepat, bagaimana mempersiapkan mereka dengan

<div class="w-full text-token-text-primary" data-testid="conversation-turn-66">
<div class="px-4 py-2 justify-center text-base md:gap-6 m-auto">
<div class="flex flex-1 text-base mx-auto gap-3 md:px-5 lg:px-1 xl:px-5 md:max-w-3xl lg:max-w-[40rem] xl:max-w-[48rem] group">
<div class="relative flex w-full flex-col agent-turn">
<div class="flex-col gap-1 md:gap-3">
<div class="flex flex-grow flex-col max-w-full">
<div class="min-h-[20px] text-message flex flex-col items-start gap-3 whitespace-pre-wrap break-words [.text-message+&amp;]:mt-5 overflow-x-auto" data-message-author-role="assistant" data-message-id="6416963a-eddc-48d2-90ae-14e59bcf8c44">
<div class="markdown prose w-full break-words dark:prose-invert light">
<div class="w-full text-token-text-primary" data-testid="conversation-turn-66">
<div class="px-4 py-2 justify-center text-base md:gap-6 m-auto">
<div class="flex flex-1 text-base mx-auto gap-3 md:px-5 lg:px-1 xl:px-5 md:max-w-3xl lg:max-w-[40rem] xl:max-w-[48rem] group">
<div class="relative flex w-full flex-col agent-turn">
<div class="flex-col gap-1 md:gap-3">
<div class="flex flex-grow flex-col max-w-full">
<div class="min-h-[20px] text-message flex flex-col items-start gap-3 whitespace-pre-wrap break-words [.text-message+&amp;]:mt-5 overflow-x-auto" data-message-author-role="assistant" data-message-id="6416963a-eddc-48d2-90ae-14e59bcf8c44">
<div class="markdown prose w-full break-words dark:prose-invert light">
Puasa adalah praktik keagamaan penting yang dilakukan oleh banyak orang di seluruh dunia. Namun, ketika dan bagaimana mengajarkan anak untuk berpuasa adalah keputusan yang sensitif dan memerlukan pertimbangan yang matang.&nbsp;
Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang pentingnya mengajarkan anak untuk berpuasa di waktu yang tepat, bagaimana mempersiapkan mereka dengan baik, serta langkah-langkah yang dapat diambil oleh orang tua untuk membimbing anak dalam menjalani praktik puasa dengan bijak.
<h2>Mengapa Penting untuk Mengajarkan Anak Puasa di Waktu yang Tepat?</h2>
<ol>
<li> Kesiapan Fisik dan Mental</li>
</ol>
Mengajarkan anak untuk berpuasa di waktu yang tepat memungkinkan mereka untuk mengembangkan kesiapan fisik dan mental yang diperlukan untuk menjalani praktik ini dengan nyaman dan aman.
<ol start="2">
<li> Memahami Nilai-Nilai Agama</li>
</ol>
Mengajarkan anak untuk berpuasa di waktu yang tepat memberi mereka kesempatan untuk memahami nilai-nilai agama yang mendasari praktik puasa, seperti kesabaran, pengendalian diri, dan empati.
<ol start="3">
<li> Penguatan Hubungan Keluarga</li>
</ol>
Proses mengajarkan anak untuk berpuasa di waktu yang tepat dapat menjadi momen yang berharga dalam memperkuat hubungan keluarga dan membina komunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak.
<ol start="4">
<li> Pencegahan Dampak Negatif</li>
</ol>
Mengajarkan anak untuk berpuasa di waktu yang tepat dapat membantu mencegah kemungkinan dampak negatif, seperti stres, kecemasan, atau gangguan kesehatan yang mungkin terjadi jika mereka tidak siap.
<ol start="5">
<li> Memastikan Pengalaman Positif</li>
</ol>
Mengajarkan anak untuk berpuasa di waktu yang tepat memungkinkan mereka untuk memiliki pengalaman positif dan bermakna dalam menjalani praktik keagamaan ini.
<h2>Kapan Waktu yang Tepat untuk Mengajarkan Anak Puasa?</h2>
<ol>
<li> Sesuaikan dengan Kemampuan dan Kesiapan Anak</li>
</ol>
Setiap anak berkembang dengan kecepatan yang berbeda-beda. Pertimbangkan kemampuan dan kesiapan fisik serta mental anak sebelum memutuskan untuk mengajarkan mereka berpuasa.
<ol start="2">
<li> Pertimbangkan Usia dan Kematangan</li>
</ol>
Anak-anak yang lebih tua mungkin lebih siap secara fisik dan mental untuk menjalani praktik puasa dibandingkan dengan anak-anak yang lebih muda. Pertimbangkan usia dan tingkat kematangan anak sebelum memulai.
<ol start="3">
<li> Perhatikan Kesehatan Anak</li>
</ol>
Pastikan anak dalam kondisi kesehatan yang baik sebelum memutuskan untuk mengajarkan mereka berpuasa. Konsultasikan dengan dokter jika perlu.
<ol start="4">
<li> Ajarkan Nilai-Nilai Agama secara Bertahap</li>
</ol>
Mulailah dengan memperkenalkan nilai-nilai agama kepada anak sejak dini. Ajarkan mereka tentang pentingnya kesabaran, belas kasihan, dan pengendalian diri dalam kehidupan sehari-hari.
<h2>Tips untuk Mengajarkan Anak Puasa dengan Bijak</h2>
<ol>
<li> Berbicara secara Terbuka dan Jujur</li>
</ol>
Jelaskan dengan jelas kepada anak tentang arti dan tujuan puasa dalam agama Ayah Bunda. Berikan penjelasan yang sesuai dengan usia dan pemahaman mereka.
<ol start="2">
<li> Beri Contoh Positif</li>
</ol>
Tunjukkan kepada anak contoh praktik puasa yang bijak dengan menjalani puasa secara konsisten dan bertanggung jawab.
<ol start="3">
<li> Bimbing dengan Sabar</li>
</ol>
Bimbinglah anak secara perlahan dan sabar dalam proses mengajarkan mereka untuk berpuasa. Berikan dukungan dan dorongan yang mereka butuhkan.
<ol start="4">
<li> Berikan Pilihan</li>
</ol>
Biarkan anak merasa memiliki kontrol atas keputusan mereka. Beri mereka pilihan untuk mencoba berpuasa atau tidak, dan biarkan mereka membuat keputusan sendiri.
<ol start="5">
<li> Dorong Keterlibatan Aktif</li>
</ol>
Libatkan anak dalam persiapan dan pelaksanaan puasa. Ajak mereka untuk membantu mempersiapkan makanan sahur atau berbuka, dan berdiskusi tentang pengalaman mereka.
<ol start="6">
<li>Pantau dan Evaluasi</li>
</ol>
Perhatikan kesehatan dan kesejahteraan anak selama mereka mencoba berpuasa. Pantau reaksi dan perasaan mereka, dan evaluasi apakah mereka siap untuk melanjutkan atau membutuhkan istirahat.
<ol start="7">
<li> Berikan Penghargaan dan Dorongan</li>
</ol>
Berikan pujian dan penghargaan kepada anak atas upaya dan dedikasi mereka dalam menjalani puasa. Dorong mereka untuk terus menjalani praktik ini dengan bijak.
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>

STOP Memaksa, Ini Cara dan Waktu yang Tepat Ajarkan Anak Berpuasa

Idealnya rata-rata berat badan bayi lima bulan dimulai dari 5 kilogram. Jika bayi Ayah Bunda masih kurang dari rata-rata ideal, berikut cara menaikan berat badannya.&nbsp;
&nbsp;

Pertumbuhan

Tidak terasa, bayi Ayah Bunda telah memasuki usia lima bulan. Pada masa ini kemampuan motorik dan interaksinya semakin pesat, ia semakin aktif bergerak hingga berceloteh. Usia lima bulan pun menjadi masa penting bagi bayi karena dari yang semula lebih banyak berbaring atau tidur menjadi mulai berguling dan memainkan anggota tubuhnya seperti: kaki dan tangan.&nbsp;
&nbsp;
Bayi yang semakin aktif bergerak membutuhkan tenaga yang juga besar, karena itu asupan energi lewat Air Susu Ibu (ASI) atau susu semakin banyak. Tak jarang ia menghabiskan asupan ASI dan susu lebih banyak dari porsi normal, sehingga berat badan bayi lima bulan bertambah dan terlihat bongsor.&nbsp;
&nbsp;
Meski berat badan bayi pada usia lima bulan tidak selalu sama, namun ada standar kesehatan yang menempatkan rata-rata berat badan bayi. Gunanya sebagai pedoman memantau perkembangan kesehatan bayi setiap bulannya, apakah beratnya normal atau tidak. Plus mencegah terjadinya bayi terkena stunting sejak dini.&nbsp;
&nbsp;
Artikel ini akan membahas berapa idealnya berat badan bayi pada usia lima bulan dan cara untuk menaikkan berat badan bayi yang belum mencapai standar.&nbsp;
<h2>Standar Berat Badan Bayi dari WHO&nbsp;</h2>
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan standar berat badan bayi mulai dari usia 0 bulan hingga 12 bulan, dan saat ini seluruh dunia menggunakan standar tersebut untuk mengukur perkembangan kesehatan bayi.&nbsp;
&nbsp;
Pada usia lima bulan, berat badan bayi laki-laki sebesar 6,1 kilogram hingga 8,3 kilogram sedangkan bayi perempuan sebesar 5,5 kilogram sampai 7,7 kilogram. Bila dibandingkan pada bayi berusia empat bulan terjadi peningkatan berat badan sebesar 0,4 kilogram hingga 1 kilogram ketika bayi memasuki usia lima bulan.&nbsp;
<h2>Berat Badan Belum Mencapai Standar&nbsp;</h2>
Lalu bagaimana jika bayi Ayah Bunda berat badannya belum mencapai standar dari WHO? Ayah Bunda tidak perlu panik atau cemas berlebihan karena setiap bayi berkembang dengan kecepatan yang berbeda, jadi tidak semua bayi akan memiliki berat badan yang sama persis pada usia yang sama.&nbsp;
&nbsp;
Hanya saja Ayah Bunda juga perlu memantau perkembangannya dan terus mengupayakan agar berat badan mengalami peningkatan, karena berat badan bayi berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan bayi dari waktu ke waktu.&nbsp; Berikut sejumlah hal yang dapat dilakukan jika berat badan bayi belum mencapai standar:&nbsp;
<h3>1. Konsultasi ke Dokter atau Petugas Kesehatan&nbsp;</h3>
Jangan ragu untuk berkonsultasi untuk mendapatkan saran tentang cara meningkatkan berat badan bayi dengan dokter atau petugas kesehatan. Bantuan mereka dengan memeriksa dan mengevaluasi berguna dalam memutuskan penanganan yang tepat menambah berat badan bayi usia lima bulan.&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
<h3>2. Ubah Pola Menyusui&nbsp;</h3>
Tak ada salahnya untuk meningkatkan durasi dan frekuensi menyusui. Cobalah untuk lebih sering menyusui bayi Ayah Bunda, namun tetap diberikan jarak sesudah dan saat menyusui. Misalnya jika biasanya Ibu menyusui 2-3 jam sekali selama 20 menit maka Ayah Bunda bisa memperpendek durasinya menjadi 1-2 jam sekali selama 15 menit.&nbsp;
<h3>3. Bagi Ibu Menyusui, Tingkatkan Nutrisi&nbsp;</h3>
Kualitas ASI ditentukan konsumsi makanan dari ibu yang disarankan untuk banyak mengonsumsi serat, mineral dan protein dari hewani. ASI yang berkualitas bisa menambah berat badan bayi karena lemak yang dihasilkan bisa lebih banyak.&nbsp;&nbsp;&nbsp;
<h3>4. Lakukan Tes Kesehatan&nbsp;</h3>
Skrining adalah tahap awal untuk mengetahui pertumbuhan anak dan jika diketahui berat badannya kurang yang harus dilakukan adalah berkonsultasi dengan dokter. Apabila dokter menganjurkan untuk melakukan tes kesehatan seperti: pemeriksaan darah, urine, jantung, atau melakukan rontgen. Selain itu Ayah Bunda bisa memeriksakan apakah kondisi bayi lip atau tongue tie.&nbsp;
<h2>Cara Menaikkan Berat Badan Bayi Lima Bulan&nbsp;</h2>
Pertumbuhan dan penambahan berat badan bayi usia lima bulan sangat penting untuk memastikan kesehatan dan perkembangan yang optimal. Berikut adalah beberapa cara yang dapat membantu menambah berat badan bayi usia lima bulan:
<h3>1. ASI dan Susu Cukup</h3>
Pastikan bayi Ayah Bunda mendapatkan ASI atau susu formula yang cukup. Jika bayi belum diberi makanan padat, maka ASI atau susu formula harus menjadi sumber utama makanannya tapi bagi yang bayi sudah diberi makanan padat, ASI atau formula masih harus menjadi sumber nutrisi utama.
<h3>2. Beri Makanan Padat</h3>
Makanan Pendamping ASI (MPASI) dini sering menjadi cara untuk menambah berat badan, meski idealnya bayi mendapatkan MPASI saat berusia 6 bulan. MPASI dini yang diberikan harus di bawah pengawasan dokter atau tenaga kesehatan, jadi pastikan telah berkonsultasi. Sebagai permulaan, berikan makanan padat seperti bubur nasi, sayuran dan buah-buahan yang membantu menambah asupan kalori dan nutrisi untuk bayi.
<h3>3. Pertimbangkan untuk Mendapatkan Bantuan Medis</h3>
Jika kondisi bayi kesulitan saat menyusui, Ayah Bunda perlu memeriksanya ke ahli laktasi apakah mengalami tongue atau lip tie. Dapatkan saran dari dokter atau tenaga kesehatan profesional untuk tindak lanjut jika bayi anda mengalami kondisi tersebut. Apakah diperlukan untuk melakukan tindakan medis seperti: operasi.&nbsp;
<h3>4. Tidur Cukup&nbsp;</h3>
Bayi berusia lima bulan harus cukup tidur agar kesehatan dan perkembangannya lebih optimal. Biasakan bayi memiliki pola tidur agar terbiasa tidak mudah lelah dan rewel. Idealnya menentukan jam tidur siang dan malam, misalnya pada siang hari tidur selama tiga sampai empat jam, sedangkan tidur malam antara 10 sampai 12 jam.&nbsp;&nbsp;
Semoga artikel ini bisa memberikan pencerahan atas perkembangan buah hati Ayah Bunda, dan jangan terlalu khawatir atau cemas jika berat badan bayi belum ideal. Lakukan perubahan sedari dini dan berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan saran terbaik.&nbsp;
Foto: designed by freepik
Sumber:
https://www.who.int/tools/child-growth-standards/standards

Berat Badan Bayi Lima Bulan yang Ideal dan Cara Menaikkannya

Kapan bayi bisa melihat dengan jelas? Pertanyaan ini seringkali ditanyakan oleh banyak orang tua. Temukan jawabannya di sini, ya!

Banyak orang tua yang bertanya, &ldquo;kapan bayi bisa melihat dengan jelas?&rdquo;.
Penglihatan bayi memang berkembang secara bertahap sejak lahir hingga mendekati penglihatan orang dewasa pada <a href="https://tentanganak.com/artikel/vitamin-anak-satu-tahun/">usia satu tahun</a>.&nbsp;
Memahami tahapan ini sangat penting bagi AyBun untuk memberikan stimulasi yang tepat dan mengenali tanda-tanda jika ada masalah penglihatan. Berikut adalah tahapannya dan panduan untuk mendukung perkembangan penglihatan si Kecil.
<h2>Tahapan Perkembangan Penglihatan Bayi</h2>
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Baru Lahir (0-1 Bulan) <a href="https://tentanganak.com/artikel/kebiasaan-bayi-baru-lahir/">Bayi yang baru lahir</a> hanya bisa melihat pada jarak dekat, sekitar 20-30 cm. Mereka memiliki kemampuan untuk mengenali wajah, terutama wajah Bunda atau orang yang sering berinteraksi dengannya. Bayi pada tahap ini lebih tertarik pada pola kontras tinggi, seperti hitam dan putih.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Usia 2-3 Bulan Pada tahap ini, kemampuan fokus bayi mulai berkembang. Si Kecil dapat mengikuti benda yang bergerak perlahan dan mulai mengenali warna, meskipun warna-warna terang lebih menarik bagi mereka dibandingkan warna pastel.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Usia 4-6 Bulan Koordinasi mata dan tangan bayi mulai terlihat. Mereka mulai menunjukkan ketertarikan terhadap benda kecil dan mencoba meraihnya. Persepsi kedalaman juga mulai berkembang sehingga mereka dapat memahami jarak benda di sekitarnya.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Usia 7-12 Bulan Pada usia ini, penglihatan bayi semakin tajam. Mereka dapat melihat benda yang jauh, mengenali wajah lebih jelas, dan memahami pergerakan. Bayi juga menunjukkan ketertarikan untuk mengikuti objek atau orang yang bergerak cepat.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Setelah 1 Tahun Penglihatan bayi sudah hampir menyerupai penglihatan orang dewasa. Pada tahap ini, mereka mampu membedakan detail kecil dan mengenali lebih banyak warna dengan baik.</li>
</ol>
<h2>Tanda Masalah Penglihatan pada Bayi</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/674ed703-48ecf7b4-d821-401f-84f1-5e501dd3e8d0.jpg" />
Masalah kesehatan mata pada bayi jarang terjadi, tetapi AyBun tetap harus mewaspadai tanda-tanda berikut:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Terlalu banyak air mata: Dapat menandakan saluran air mata tersumbat.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kelopak mata merah atau berkerak: Bisa menjadi tanda infeksi mata.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mata sering berputar: Mungkin menandakan masalah kontrol otot mata.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sensitivitas ekstrem terhadap cahaya: Berpotensi menunjukkan tekanan mata yang meningkat.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pupil berwarna putih: Bisa menjadi indikasi kanker mata.</li>
</ul>
Jika salah satu dari tanda-tanda ini muncul, segera konsultasikan ke dokter mata.
Baca Juga:<a href="https://tentanganak.com/artikel/milestone-perkembangan-anak/"> Milestone Perkembangan Anak Menurut CDC &amp; AAP Beserta Pembaruannya </a>
<h2>Cara Mendukung Perkembangan Penglihatan Bayi</h2>
0-4 Bulan
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Gunakan lampu redup atau lampu malam di kamar bayi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sering ubah posisi tempat tidur bayi dan arah pandangnya.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sediakan mainan dalam jarak fokus bayi (20-30 cm).</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bicara dengan bayi saat bergerak di sekitar ruangan.</li>
</ul>
5-8 Bulan
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pasang mainan gantung atau benda yang dapat dijangkau bayi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Berikan waktu bermain di lantai untuk mengeksplorasi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Gunakan mainan seperti balok kayu atau plastik yang dapat digenggam bayi.</li>
</ul>
9-12 Bulan
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bermain petak umpet dengan mainan untuk melatih memori visual.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sebutkan nama benda untuk mendukung kemampuan bahasa.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Dorong bayi untuk merangkak untuk meningkatkan koordinasi mata.</li>
</ul>
1-2 Tahun
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bermain bola untuk melatih kemampuan melacak objek dengan mata.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Berikan balok dan bola aneka ukuran untuk mengembangkan otot kecil.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bacakan cerita untuk merangsang imajinasi dan membantu bayi belajar.</li>
</ul>
<h2>Kesimpulan</h2>
Penglihatan bayi berkembang dari kemampuan sederhana di bulan pertama hingga hampir sempurna pada usia satu tahun. AyBun dapat berperan aktif dengan memberikan stimulasi visual sesuai <a href="https://tentanganak.com/artikel/perkembangan-bayi-1-bulan-yang-wajar-menurut-dokter-anak/">tahapan perkembangan</a> dan memantau tanda-tanda gangguan penglihatan.
Mau memantau perkembangan bayi dengan mudah? Gunakan <a href="tentanganak://milestone_list?type=milestone_list">fitur Kembang</a>&nbsp;di aplikasi Tentang Anak untuk mencatat milestone bayi.