Ketahui rentang fokus anak &amp; temukan tips efektif melatih kemampuan fokus anak agar mereka bisa berkembang dengan optimal. Baca panduan praktis untuk membantu si Kecil meningkatkan konsentrasi dan kesiapan menghadapi tantangan..

Kesehatan Anak

Di usia balita, si Kecil mulai aktif mengeksplorasi dunia sekitarnya. Dari bermain bersama teman, belajar membaca dan berhitung, hingga mulai membantu Ayah dan Bunda menyelesaikan tugas rumah sederhana.&nbsp;
Untuk bisa berhasil melakukan semua kegiatan ini, si Kecil tentu membutuhkan kemampuan fokus yang baik.
Attention span atau rentang perhatian adalah durasi waktu di mana seorang anak mampu mempertahankan perhatian terhadap suatu aktivitas. Durasi ini biasanya berbanding lurus dengan usia anak.&nbsp;
Namun, setiap anak memiliki kemampuan fokus yang berbeda-beda. Lalu, berapa lama sebenarnya si Kecil bisa fokus?&nbsp;
Dan bagaimana jika kemampuan fokus anak Anda belum sesuai dengan usianya?
<h2>Berapa Lama Rentang Fokus Anak</h2>
Menurut data yang dipublikasikan oleh Brain Balance Center, rentang fokus ideal pada anak dihitung dengan mengalikan usia mereka dengan dua hingga tiga menit saat seorang anak umumnya dapat mempertahankan konsentrasi pada tugas yang diberikan.&nbsp;
Misalnya, anak usia 2 tahun memiliki rentang fokus ideal sekitar 4 hingga 6 menit, anak usia 4 tahun sekitar 8 hingga 12 menit, begitu pun seterusnya.
Berikut tabel rentang fokus anak:
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/1677637257.png" alt="tabel rentang fokus anak" width="60%" height="60%" />
&nbsp;
<h2>Tips Efektif Melatih Kemampuan Fokus Anak</h2>
Kemampuan fokus adalah kunci perkembangan anak yang optimal, membantu mereka menyerap informasi dan menyelesaikan tugas dengan baik.&nbsp;
Namun, tidak semua anak memiliki kemampuan fokus yang kuat sejak dini. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengetahui cara efektif melatih fokus anak agar mereka bisa menghadapi berbagai tantangan dengan lebih baik.&nbsp;
Berikut ini adalah beberapa tips efektif yang dapat Anda coba.
<h3>1. Batasi Screen Time Sesuai Usia</h3>
Terlalu banyak screen time dapat berdampak negatif pada kemampuan fokus, kognitif, regulasi emosi, dan perkembangan bahasa anak. Ayah dan Bunda bisa cek panduan batas screen time sesuai usia di aplikasi Tentang Anak.
<h3>2. Gunakan Benda Konkret dan Ringan dalam Proses Belajar</h3>
Melibatkan objek nyata yang bisa dilihat, disentuh, dan digunakan langsung dapat meningkatkan ketertarikan, fokus, serta koordinasi sensorimotor si Kecil.
<h3>3. Pastikan Anak Tidur Cukup dan Kenyang Sebelum Berkegiatan</h3>
Kondisi fisik yang baik, seperti cukup tidur dan perut kenyang, akan membuat mood anak lebih stabil dan memudahkan mereka untuk fokus.
<h3>4. Sediakan Tempat Khusus untuk Belajar atau Bermain</h3>
Atur ruang yang bebas dari distraksi seperti mainan yang berserakan atau TV yang menyala, sehingga anak bisa belajar atau bermain dengan tenang.
<h3>5. Pecah Tugas Besar Menjadi Aktivitas yang Lebih Sederhana</h3>
Anak-anak cenderung lebih mudah fokus jika tugas besar dipecah menjadi langkah-langkah kecil yang lebih mudah dikelola.&nbsp;
Misalnya, saat belajar memasang puzzle, bantu si Kecil dengan menunjukkan langkah awal, kemudian biarkan dia menyelesaikannya sendiri.
<h3>6. Beri Jeda dan Ajak Anak Beristirahat Sejenak</h3>
Setelah melakukan aktivitas yang memerlukan konsentrasi, ajak anak beristirahat sejenak dengan minum air putih, mengambil camilan, atau sekadar stretching.
<h3>7. Biarkan Anak Bereksplorasi Tanpa Banyak Intervensi</h3>
Ketika tidak diperlukan, kurangi intervensi agar anak bisa belajar mandiri dan meningkatkan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah.
<h3>8. Apresiasi Setiap Kemajuan yang Ditunjukkan Anak</h3>
Berikan pujian yang spesifik untuk setiap usaha yang dilakukan anak. Misalnya, "Wah, hari ini Kakak bisa menyelesaikan gambarnya dengan rapi, pasti karena sering berlatih!"
Baca juga: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=1470">ADHD pada Anak dan Bedanya dengan Autisme</a>
<h2>Penutup</h2>
Dengan menerapkan tips di atas, AyBun dapat membantu si Kecil meningkatkan fokusnya sehingga lebih siap menghadapi berbagai tantangan.
Ingat, setiap anak berkembang dengan cara yang unik, jadi kesabaran dan konsistensi sangat penting.
Jika AyBun butuh bantuan lebih lanjut, jangan ragu untuk menggunakan fitur <a href="tentanganak://consult_list?type=consult_list">Tanya Ahli</a> di aplikasi Tentang Anak. Para ahli siap membantu Anda dengan saran yang tepat.

Rentang Kemampuan Fokus Anak Sesuai Usianya

Terbaru! Cek jadwal imunisasi IDAI 2023 dan kenali manfaatnya di sini!

Jadwal imunisasi IDAI 2023 sudah ada yang terbaru, lho, AyBun!
IDAI atau Ikatan Dokter Anak Indonesia merupakan organisasi profesi Dokter Spesialis Anak di Indonesia. Organisasi ini masih berada dalam naungan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Saat ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) di Indonesia telah menerapkan imunisasi rutin dan lengkap untuk anak usia 0 hingga 18 tahun.
Imunisasi ini menjadi cara yang terbukti ampuh untuk mencegah penyakit menular. Tentu saja, Ayah Bunda kepingin anaknya selalu sehat, bukan?
Lalu, apa saja sih imunisasi yang harus diberikan pada anak? Apa saja manfaat dari imunisasi? Lalu, kapan ya harusnya imuniasai ini beriktan?
Yuk, simak pembahasan imunisasi terbaru di bawah ini!
&nbsp;
<h1>Jadwal Imunisasi IDAI 2023 Terbaru</h1>
Ayah Bunda punya anak usia 0-24 bulan? Bingung dengan imunisasi 2023 ini? Cek tabel berikut ini, yuk!&nbsp;
AyBun juga bisa bagikan gambar ini ke teman dan kerabat dekatmu!
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/1685443846.jpg" alt="jadwal imunisasi idai 2023 (1)" width="600" height="600" />
Jadwal imunisasi berikut ini diperuntukkan buat anak Ayah Bunda yang berusia 3-18 tahun.
Bagikan gambar ini juga pada teman dan kerabat dekatmu, ya, biar tidak ketinggalan jadwalnya!
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/1685443853.jpg" alt="jadwal imunisasi idai 2023 (2)" width="600" height="600" />
&nbsp;
<h1>Penjelasan Mengenai Jadwal Imunisasi Terbaru 2023</h1>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/1677730516.png" alt="jadwal imunisasi idai 2023 (3)" width="342" height="226" />
Artikel Ikatan Doker Anak Indonesia (idai.or.id) menyebutkan bahwa, untuk mencapai kadar perlindungan optimal, imunisasi anak harus diberikan sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Oleh karena itu, jadwal imunisasi anak terbagi atas jadwal imunisasi dasar dan ulangan.
Ada imunisasi yang cukup dilakukan satu kali, ada pula yang perlu dilakukan beberapa kali. Selain itu, ada beberapa imuniasasi yang perlu dilakukan berulang.
Jadwal imunisasi anak ini dibuat berdasarkan rekomendasi World Health Organization (WHO) dan organisasi profesi yang berkecimpung dalam imunisasi setelah melalui uji klinis.
Oleh karena itu, jika ada imunisasi anak yang belum diberikan sesuai jadwal yang seharusnya atau tertunda, Ayah Bunda harus secepatnya mengejar dan memberikannya pada Si Kecil.
Pada dasarnya, imunisasi anak yang telah diberikan sudah menghasilkan respon imunologis. Namun, kadar proteksi ini masih di bawah ambang dan masih belum mampu melindungi dalam waktu panjang.
Oleh karena itu, Ayah Bunda tetap perlu melanjutkan dan melengkapi imunisasi agar tercapai kadar perlindungan yang optimal.
&nbsp;
<h1>Manfaat Imunisasi Anak dan Fungsinya</h1>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/1688481868.png" alt="jadwal imunisasi idai 2023" width="600" />
Ada kurang lebih 20 penyakit yang tercakup dalam jadwal imunisasi IDAI 2023 ini. &nbsp;<a href="https://tentanganak.com/artikel/imunisasi-anak-wajib-dilengkapi-untuk-mencegah-penyakit-menular/">Tujuan utama vaksinasi adalah untuk menghindari penyakit menular</a>.
Berikut penjelasan kegunaan beserta fungsi tiap vaksin:
<ul>
<li>Vaksin Hepatitis B guna mencegah infeksi hati akibat virus hepatitis B. Virus ini dapat menyebabkan penyakit ringan selama beberapa minggu atau mengakibatkan penyakit berat seumur hidup. </li>
<li>Vaksin Polio untuk mencegah penyakit polio pada anak. Sebagian orang terinfeksi polio memiliki gejala ringan atau tanpa gejala. Namun, beberapa infeksi bisa sangat serius dan menyebabkan kelumpuhan atau ketidakmampuan bergerak pada bagian tubuh tertentu, seperti lengan, kaki atau otot pernapasan. Tidak ada obat untuk infeksi polio, lho, Ayah Bunda. </li>
<li><a href="https://tentanganak.com/artikel/vaksin-anak-bayi/#:~:text=Vaksin%20Bacillus%20Calmette,memberikan%20vaksin%20BCG.">Vaksin BCG</a> untuk mencegah TB atau tuberculosis, yang disebabkan oleh infeksi bakteri mycobacterium tuberculosis. </li>
<li>Vaksin DPT adalah vaksin kombinasi untuk mencegah tiga penyakit, yakni difteri, pertussis, dan tetanus. </li>
<li>Vaksin PCV guna mencegah penyakit seperti radang paru (pneumonia), radang selaput otak (meningitis) dan infeksi darah (bacteremia). </li>
<li><a href="https://tentanganak.com/artikel/vaksin-anak-bayi/#:~:text=1.-,Vaksin%20Rotavirus,-Rotavirus%20adalah%20jenis">Vaksin rotavirus</a> untuk melindungi anak dari penyakit gastroenteritis (radang pada lambung dan usus), yang ditunjukkan dengan gejala seperti diare akut, muntah, demam, anak sulit makan dan minum serta sakit perut. </li>
<li>Vaksin influenza untuk mencegah penyakit influeza atau biasa dikenal flu yang menyerang saluran pernapasan. </li>
<li>Vaksin MR/MMR untuk mencegah penyakit Campak, Rubella dan gondongan. </li>
<li>Vaksin Japanese encephalitis (JE) guna mencegah penyakit radang otak. </li>
<li>Vaksin Varisela untuk mencegah cacar air atau chickenpox. </li>
<li>Vaksin hepatitis A untuk mencegah peradangan pada organ hati yang disebabkan oleh virus hepatitis A. </li>
<li>Vaksin tifoid polisakarida untuk mencegah penyakit tifus. </li>
<li>Vaksin HPV untuk mencegah virus&nbsp;Human Papillomavirus&nbsp;yang menyebabkan infeksi kulit, termasuk kutil kelamin.</li>
</ul>
&nbsp;
Melihat jadwal terbaru 2023 ini, imunisasi anak sudah lengkap belum, Ayah Bunda?
Semakin lengkap imunisasi anak, semakin baik untuk daya tahan tubuhnya, AyBun. Upaya ini terbukti efektif untuk melindungi dan mencegah anak dari penyakit infeksi sehingga tumbuh kembangnya lebih optimal.
Yuk, segera cek jadwalnya dan lakukan imunisasi. Cegah risiko dapat menyebabkan kecacatan pada anak bahkan kematian.
Agar tidak kelupaan jadwal atau menandai vaksin mana yang sudah diberikan, Ayah Bunda bisa memanfaatkan <a href="https://tentanganak.onelink.me/Shof/egeg10er">aplikasi Tentang Anak</a>, lho!
Aplikasi Tentang Anak punya fitur Vaksin yang bisa membantu Ayah Bunda untuk mencatat daftar imunisasi anak. <a href="https://tentanganak.onelink.me/Shof/vaksin">Klik di sini untuk lengkapi data imunisasi anakmu!</a>
Bila belum melengkapi imunisasi IDAI, segera jadwalkan vaksinasi kejar di Dokter Spesialis Anak, ya!
&nbsp;
Foto: Freepik
Sumber: Jadwal imunisasi 2023 IDAI

Jadwal Imunisasi IDAI 2023, Terbaru! Cek Selengkapnya di Sini


Cari tahu 15 rekomendasi lotion terbaik untuk merawat kulit anak yang sensitif dan kering. Teruji aman &amp; bisa menjaga kelembapan kulit di sini! 

15 Rekomendasi Lotion Terbaik Bayi & Anak 2024 untuk Merawat Kulit Kering Sensitif

Artikel ini membahas pentingnya pencegahan sejak kehamilan, pemberian ASI eksklusif, dan makanan bergizi untuk memastikan berat badan bayi normal sesuai usia, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

1-6 bulan

Bayi

Pertumbuhan

Stunting telah menjadi masalah kesehatan serius saat ini, berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2023 dari Kementerian Kesehatan, persentase stunting anak Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 21,5%. &nbsp;
Untuk mencegah stunting, diperlukan intervensi sedari awal yaitu sejak ibu hamil dengan mendapatkan gizi yang cukup. 
Setelah anak lahir dan mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif, dilanjutkan memberikan makanan tambahan berkualitas dan bergizi dengan mengutamakan pemberian protein hewani, dengan demikian bayi dapat mencapai berat badan yang normal seiring dengan pertambuhan usianya.&nbsp;
Mengapa berat badan menjadi penting untuk diperhatikan? Selain mencegah stunting, status gizi yang baik adalah bekal bagi anak dalam mencapai perkembangan kognitif yang optimal. 
Artikel ini akan menjelaskan berat badan anak normal sesuai dengan usia serta faktor apa saja yang memengaruhi berat badan anak.&nbsp;
<h2>Berat Badan Bayi Normal Menurut Usianya&nbsp;</h2>
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan standar bayi normal sejak lahir hingga berusia satu tahun, gunanya untuk mempersiapkan potensi anak untuk berkembang dalam kisaran berat dan tinggi badan yang sama.&nbsp;
Standar berat badan bayi WHO adalah petunjuk umum, jika Anda memiliki kekhawatiran tentang berat badan bayi maka berkonsultasilah dengan dokter anak untuk mendapatkan penilaian yang lebih akurat dan informasi lebih lanjut. 
Berikut rentang berat badan bayi normal menurut usianya berdasarkan standar dari WHO:&nbsp;
<h2>1. Berat Badan Bayi Saat Lahir&nbsp;</h2>
Bayi yang lahir dalam kondisi normal atau sesuai dengan prediksi kisaran lahiran, usia ibu, kenaikan berat badan ibu saat hamil hingga kadar hemoglobin ibu. 
Berat badan bayi laki-laki yang baru lahir umumnya antara 2,5 - 4,5 kilogram (kg), sedangkan bayi perempuan sebesar 2,5 - 4,0 kg.&nbsp;
<h2>2. Berat Badan Bayi Usia 0-1 Bulan&nbsp;</h2>
Setelah lahir, berat badan bayi akan menyusut akibat kehilangan cairan tubuh dan juga dalam proses awal penyesuaian minum ASI atau susu. 
Penurunan BB bayi yang normal ini hanya berlangsung hingga usia 7-10 hari dan tidak lebih dari 10% BB lahir. 
Setelahnya saat sudah berhasil menyusui, bayi akan mulai mengalami kenaikan berat badan yang pesat hingga mencapai BB antara 3 - 6 kg.&nbsp;
<h2>3. Berat Badan Bayi Usia 1-2 Bulan&nbsp;</h2>
Setelah satu hingga dua bulan, bayi akan sering merasa lapar. Sehingga bayi akan semakin sering menyusui dan mencapai pertumbuhan berat badan yang normal. 
Pada usia 1 - 2 bulan, berat badan bayi normalnya berkisar antara 4 - 7 kg.&nbsp;
<h2>4. Berat Bayi Usia 2-4 Bulan</h2>
Bayi akan semakin aktif dan responsif sehingga membuatnya sering merasa lapar. Bayi akan mudah atau cepat menangis karena lapar dan sudah mulai memahami jam-jamnya laparnya untuk rutin menyusu. 
Pada usia ini juga, frekuensi bayi menyusui semakin tinggi sehingga pertumbuhan berat badan bayi akan terlihat pesat berkisar antara 5 - 8 kg.&nbsp;
<h2>5. Berat Badan Bayi Usia 4-6 Bulan</h2>
Memasuki masa grow spurt atau percepatan pertumbuhan bayi di usia 6 bulan, rasa lapar yang dirasakan semakin meningkat. 
Jadwal menyusui yang telah rutin dilakukan mendadak berantakan dan membuat AyBun memberikan lebih banyak dari kebutuhan normal. 
Tidak perlu khawatir dengan kondisi tersebut dan berikan tambahan waktu menyusui. Pada usia empat hingga enam bulan berat badan bayi pun berada di antara 6 - 9 kg.&nbsp;
<h3>6. Berat Badan Bayi Usia 6-9 bulan</h3>
Bayi usia 6 bulan bayi akan memulai makan pertama mereka atau yang disebut dengan Makanan Pendamping ASI (MPASI). 
Pada usia ini, bayi akan melakukan adaptasi dengan makanan yang masuk ke dalam mulut mereka dan mencernanya untuk pertama kali. 
Transisi dari mengonsumsi ASI atau susu formula menjadi makanan padat menempatkan bayi usia 6-9 bulan mencapai berat badannya antara 7 - 10 kg.&nbsp;&nbsp;
<h3>7. Berat Badan Bayi Usia 9-12 bulan</h3>
Setelah berhasil melakukan MPASI, pada usia 9-12 bulan bayi akan dikenalkan dengan makanan bertekstur. 
Orang tua semakin mengetahui makanan yang disukai oleh bayinya, sehingga minat untuk makan semakin bertambah dan berdampak pada berat badan bayi antara 8 - 11 kg.&nbsp;
<h2>Faktor yang Memengaruhi Kenaikan Berat Badan Bayi&nbsp;</h2>
Berat badan bayi yang satu dengan lainnya dapat saja bervariasi, dan pertumbuhannya tidaklah selalu sama dengan standar berat badan bayi berdasarkan WHO. 
Ragam faktor memengaruhi kenaikan atau justru penurunan berat badan bayi, mulai dari faktor lingkungan sekitar, genetik dan gaya hidup orang tua. 
Apa saja faktor tersebut? Berikut ini rinciannya.&nbsp;
<h3>1. Genetik</h3>
Genetik memainkan peran penting dalam menentukan tinggi badan seorang bayi.
Secara umum, bayi cenderung memiliki tinggi badan yang mirip dengan orang tua mereka, karena faktor genetik yang diturunkan dari generasi sebelumnya.
Namun, genetik bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi tinggi badan anak.
Meskipun faktor genetik memberikan kontribusi yang signifikan, ada banyak faktor lain yang juga berperan dalam pertumbuhan anak, seperti nutrisi, aktivitas fisik, dan kondisi kesehatan secara keseluruhan
<h3>2. Kesehatan Ibu</h3>
Kesehatan ibu selama kehamilan sangat mempengaruhi berat badan bayi. Jika ibu menderita penyakit tertentu, seperti diabetes atau hipertensi, berat badan bayi dapat terpengaruh.&nbsp;
<h3>3. Gizi Ibu</h3>
Asupan nutrisi selama kehamilan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. 
Jika ibu tidak mendapatkan nutrisi yang cukup, berat badan bayi saat lahir akan terkena dampak.
<h3>4. Waktu Lahir</h3>
<div class="flex max-w-full flex-col flex-grow">
<div class="min-h-[20px] text-message flex w-full flex-col items-end gap-2 whitespace-pre-wrap break-words [.text-message+&amp;]:mt-5 overflow-x-auto" dir="auto" data-message-author-role="assistant" data-message-id="faf1b750-cacb-4340-af84-f4e00d82ec71">
<div class="flex w-full flex-col gap-1 empty:hidden first:pt-[3px]">
<div class="markdown prose w-full break-words dark:prose-invert light">
Bayi yang lahir prematur cenderung memiliki berat badan yang lebih rendah karena mereka belum menyelesaikan proses pertumbuhan yang seharusnya terjadi di dalam rahim.
Ketika bayi lahir sebelum waktunya, mereka kehilangan waktu penting untuk berkembang, terutama dalam hal penambahan berat badan dan pematangan organ-organ vital.
</div>
</div>
</div>
</div>
<h3>5. Jenis Kelamin</h3>
Bayi laki-laki cenderung memiliki berat badan yang lebih berat daripada bayi perempuan.
<h2>6. Kehamilan Ganda</h2>
Bayi kembar ganda atau lebih cenderung memiliki berat badan yang lebih rendah karena mereka harus berbagi sumber nutrisi yang sama di dalam rahim.
<h2>7. Faktor lingkungan</h2>
Perhatikan kondisi lingkungan sekitar Anda seperti: asap rokok, polusi, hingga paparan zat beracun. Hal tersebut bisa memengaruhi kenaikan berat badan bayi.
<h2>8. Pemberian ASI</h2>
ASI dapat mempengaruhi berat badan bayi karena itu bayi yang mendapatkan ASI eksklusif cenderung memiliki berat badan di atas rata-rata dari bayi yang mendapatkan susu formula.
<h2>9. Kesehatan Bayi</h2>
Pastikan bayi Anda tidak terkena infeksi atau masalah medis lainnya, sebab kondisi tersebut dapat menyebabkan gangguan pada pertumbuhan BB bayi.&nbsp;
Baca juga: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=1592">Berapa Berat Badan Bayi yang Normal? Cek Sesuai Usianya, Yuk!</a>
<h2>Penutup</h2>
Setiap bayi memiliki ritme tumbuh kembang yang berbeda-beda ya AyBun, jadi tidak semua bayi akan mengalami penambahan berat badannya yang cepat ataupun seragam. 
AyBun perlu memantau secara konsisten pertumbuhan berat badan bayi setiap bulannya dan melakukan memastikan trennya terus meningkat.
AyBun bisa memanfaatkan fitur <a href="tentanganak://growth_screen?type=growth_screen">Tumbuh</a> di Aplikasi Tentang Anak. Lengkap dengan penjelasannya yang komperhensif.
Jika dirasa tidak sesuai dengan kurva maka sangat dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter anak. Tetap semangat AyBun!

Berat Badan Bayi Normal Sesuai Usia dan Faktor yang Mempengaruhinya

Jadi sudahkah si Kecil mendapatkan 3 suplementasi tersebut?&nbsp;

Nutrisi

Setiap anak pernah melalui masa lonjakan pertumbuhan atau disebut growth spurt, salah satu tanda yang bisa dilihat adalah berkurangnya nafsu makan.&nbsp;
Perubahan nafsu makan pada anak pastinya membuat Ayah Bunda khawatir. Ditambah lagi saat anak mulai kehilangan berat badan. Ayah Bunda mungkin terpikir untuk memberikan vitamin penambah nafsu makan anak untuk mengatasi masalah ini. Eits, sebelum itu tahu gak sih Ayah Bunda ada 3 suplementasi yang perlu dikonsumsi si Kecil? Yuk, kenali 3 suplementasi penting untuk bayi di bawah ini!
<h2>3 Suplementasi untuk Bayi</h2>
<h3>1. Vitamin D</h3>
Sejak bayi lahir, IDAI atau Ikatan Dokter Indonesia merekomendasikan vitamin D dikonsumsi karena faktanya di Indoneisa 1 dari 2 bayi belum mengonsumsi vitamin D. Tak hanya untuk kesehatan tulang, tetapi vitamin D penting untuk kekebalan tubuh si Kecil dan vitamin D berpengaruh pada batuk pilek berulang serta mencegah infeksi saluran kemih.
Dosis vitamin D yang dibutuhkan sesuai usia:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Usia anak 0-1 tahun 400 IU/hari</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Anak lebih dari 1 tahun 600 IU/hari</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Dewasa 19-50 tahun 600 IU/hari untuk pemeliharaan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Wanita hamil &amp; menyusui 600 IU/hari untuk pemeliharaan</li>
</ul>
Rekomendasi makanan yang dapat dikonsumsi untuk meningkatkan vitamin D
<table style="border-collapse: collapse; width: 74.4144%; height: 201.586px; border-color: #000000;" border="1">
<tbody>
<tr style="height: 22.3984px;">
<td style="width: 31.554%; height: 22.3984px;">Makanan</td>
<td style="width: 29.3695%; height: 22.3984px;">Porsi</td>
<td style="width: 39.0784%; height: 22.3984px;">Vitamin D (IU)</td>
</tr>
<tr style="height: 22.3984px;">
<td style="width: 31.554%; height: 22.3984px;">Salmon (liar)</td>
<td style="width: 29.3695%; height: 22.3984px;">350 gram</td>
<td style="width: 39.0784%; height: 22.3984px;">600-1000</td>
</tr>
<tr style="height: 22.3984px;">
<td style="width: 31.554%; height: 22.3984px;">Salmon ternak&nbsp;</td>
<td style="width: 29.3695%; height: 22.3984px;">350 gram</td>
<td style="width: 39.0784%; height: 22.3984px;">100-250</td>
</tr>
<tr style="height: 22.3984px;">
<td style="width: 31.554%; height: 22.3984px;">Tuna kaleng</td>
<td style="width: 29.3695%; height: 22.3984px;">350 gram</td>
<td style="width: 39.0784%; height: 22.3984px;">236</td>
</tr>
<tr style="height: 22.3984px;">
<td style="width: 31.554%; height: 22.3984px;">Sarden kaleng</td>
<td style="width: 29.3695%; height: 22.3984px;">350 gram</td>
<td style="width: 39.0784%; height: 22.3984px;">300</td>
</tr>
<tr style="height: 44.7969px;">
<td style="width: 31.554%; height: 44.7969px;">Jamur shitake (fresh)</td>
<td style="width: 29.3695%; height: 44.7969px;">350 gram</td>
<td style="width: 39.0784%; height: 44.7969px;">100</td>
</tr>
<tr style="height: 22.3984px;">
<td style="height: 22.3984px; width: 31.554%;" rowspan="2">Telur rebus</td>
<td style="height: 22.3984px; width: 29.3695%;" rowspan="2">150 gram</td>
<td style="height: 22.3984px; width: 39.0784%;" rowspan="2">20</td>
</tr>
<tr style="height: 22.3984px;"></tr>
</tbody>
</table>
<h3>2. Zat Besi</h3>
Pemberian zat besi dianjurkan oleh IDAI sejak anak berusia 4 bulan terutama pada bayi yang mendapatkan ASI eksklusif karena kadar besi di ASI sudah mulai tidak mencukupi.
Zat besi sangat dibutuhkan oleh perkembangan otak anak karena berhubungan dengan risiko keterlambatan bicara, ADHD, dan keterlambatan perkembangan motor halus.&nbsp;
Dosis suplementasi zat besi yang diperlukani sesuai usia anak
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bayi Berat badan baru lahir berat kurang dari 2500g dosisnya 3mg/kgBB/hari dengan lama pemberian usia 1 bulan sampai 2 tahun</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bayi cukup bulan dosisnya 2 mg/kgBB/hari dengan lama pemberian usia 4 bulan-2 tahun</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Anak 2 - 12 tahun diberikan zat besi dengan dosis 1 mg/kgBB/hari dengan lama pemberian 2 kali seminggu selama 3 bulan berturut-turut tiap tahun</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Anak usia 12-18 tahun dosis pemberian zat besi 60 mg/hari dengan lama pemberian 2 kali seminggu selama 3 bulan berturut-turut tiap tahun</li>
</ul>
<h3>3. Vitamin A</h3>
Suplementasi vitamin A harus diberikan setiap 6 bulan sekali pada anak, vitamin A dapat diberikan sejak si Kecil berusia 6 bulan di bulan. Vitamin A diberikan pada bulan Februari dan Agustus, vitamin ini penting konsumsi karena bila si Kecil tidak memenuhi asupan suplementasi vitamin A yang cukup, akan berisiko adanya penyakit campak, infeksi saluran pernapasan anak, dan diare.&nbsp;
Rekomendasi suplemen vitamin A sesuai usia
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Anak 6-11 bulan dosis 100.000 IU dengan frekuensi satu kali pemberian</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Anak usia 12-59 bulan dosis 200.000 dengan frekuensi setiap 6 bulan di bulan Februari dan Agustus</li>
</ul>
Vitamin A tersedia gratis di puskesmas atau posyandu terdekat di tempat tinggal Ayah Bunda dan dapat dilakukan dengan cara berikut ini:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menghubungi kader puskesmas atau posyandu terdekat</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kapsul dapat dibagikan ke rumah masing-masing</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Jika tidak tersedia bawa anak ke puskesmas atau rumah sakit, lalu datang ke dokter atau perawat yang bertugas untuk kesediaan kapsul vitamin</li>
</ol>
Jadi sudahkah si Kecil mendapatkan 3 suplementasi tersebut? Yuk, lengkapi dosis suplementasi sesuai dengan usia anak dan pantau perkembangan si Kecil melalui aplikasi Tentang Anak!
Foto: www.freepik.com
Sumber:&nbsp;
https://www.who.int/data/nutrition/nlis/info/children-6-59-months-receiving-vitamin-a-supplements&nbsp;
https://www.hsph.harvard.edu/nutritionsource/vitamin-a/&nbsp;
https://americanbonehealth.org/nutrition/vitamins-for-bone-health
https://promkes.kemkes.go.id/manfaat-pemberian-vitamin-a-untuk-anak
Vitamin D, Kebutuhan dan Rekomendasi. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2020.&nbsp;
American Academy of Pediatrics https://www.healthychildren.org/English/healthy-living/nutrition/Pages/Vitamin-D-On-the-Double.aspx

3 Suplementasi Penting untuk Bayi

Sleep training bayi menjadi solusi bagi si kecil yang hanya mau tidur saat digendong. Simak penyebab dan langkah-langkah menerapkannya di sini.

Pola Tidur

Tidur menjadi kebutuhan penting untuk kesehatan mental dan fisik bayi. American Academy of Pediatrics memperkirakan bahwa masalah tidur memengaruhi 25 hingga 50 persen anak-anak. Masalah ini mungkin tampak kecil bagi Ayah dan Bunda, tetapi sangat berarti bagi bayi, mulai dari baru tumbuh gigi, sakit, hingga sulit membedakan jadwal tidur.
Tak jarang, bayi hanya mau tidur saat digendong. Saat menidurkannya ke kasur, bayi akan menangis. Hal ini tentu tidak bisa dilakukan secara terus-menerus karena Ayah dan Bunda pun perlu melakukan aktivitas lainnya atau istirahat.
Lalu, bagaimana solusi dari masalah ini? Sleep training adalah jawabannya, Bun! Berikut ini penyebab dan langkah-langkah menerapkan sleep training, solusi bayi yang hanya mau tidur saat digendong.
<h2>Mengapa Bayi hanya Mau Tidur dengan Digendong?</h2>
Bayi yang baru lahir perlu beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan sering menangis saat tidur di kasur. Akibatnya, Bunda harus menggendong bayi agar mau tertidur. Selain itu, beberapa kondisi ini menjadi penyebab bayi hanya mau tidur dengan digendong.
<h3>1. Bayi Terbiasa dengan Kondisi di dalam Kandungan</h3>
Proses transisi bayi yang awalnya tidur di dalam rahim ke dunia sungguh perubahan yang sangat besar. Tak jarang, bayi butuh kenyamanan persis seperti di dalam rahim sehingga bayi hanya mau tidur dengan digendong.&nbsp;
Bayi biasanya akan sulit tidur tanpa dekapan orang tuanya. Ayah dan Bunda memerlukan waktu untuk melakukan pendekatan bayi agar bisa tidur secara mandiri dengan cara sleep training.
<h3>2. Bayi Belum Merasa Aman</h3>
Selanjutnya, bayi masih belum merasa aman dengan lingkungan sekitarnya. Bayi masih merasa rahim adalah tempat yang paling nyaman baginya.&nbsp;
Maka dari itu, bayi ingin selalu dekat dengan sosok Bunda dan ingin selalu digendong. Hal ini biasanya terjadi pada kondisi bayi yang baru lahir hingga usia 3 bulan.
<h3>3. Bayi Masih dalam Fase Purple Crying</h3>
Kondisi kolik saat bayi terus-menerus menangis tanpa sebab atau purple crying bisa menjadi penyebab bayi hanya mau tidur saat digendong.
Biasanya, bayi usia 2-5 bulan akan menangis lebih dari 3 jam per hari dalam kondisi kolik. Bunda tak perlu khawatir karena hal ini adalah fase alamiah bayi dan akan berhenti dengan sendirinya.
<h3>4. Mengalami Regresi Tidur</h3>
Regresi tidur merupakan kondisi saat bayi memiliki pola tidur yang buruk saat usia 0-3 bulan. Bayi masih kesulitan untuk membedakan siang dan malam juga ingin berada di dekapan Bunda.
Selain itu, bayi yang mengalami regresi tidur akan merasa sering rewel, gelisah, mudah marah, dan sering terbangun di malam hari.
<h3>5. Bayi sedang Sakit</h3>
Sakit juga bisa menjadi salah satu faktor mengapa bayi hanya mau tidur saat digendong. Bunda bisa mengecek suhu badan bayi terlebih dahulu.
Setelah itu, Bunda bisa melakukan penanganan yang tepat, yakni memberikannya obat atau membawanya ke dokter. Bunda juga bisa memberikan sleep training untuk kesulitan tidur yang dialami bayi.
<h2>Sleep Training sebagai Solusi</h2>
Pelatihan tidur atau sleep training dapat membantu bayi belajar tidur sendiri tanpa digendong. Bayi akan belajar untuk kembali terlelap saat terbangun dari tidurnya.
Sleep training juga dapat membuat bayi tidak rewel saat di malam hari sehingga Ayah dan Bunda bisa beristirahat di malam hari. Dengan tidur yang berkualitas, bayi akan sehat secara fisik dan mental. Lalu, bagaimana cara melakukan sleep training kepada bayi? Berikut langkah-langkahnya.
<h2>Langkah-Langkah Melakukan Sleep Training</h2>
Sleep training dapat diajarkan sejak bayi berusia 4 bulan. Hal ini dapat mencegah masalah tidur, termasuk kebiasaan tidur bayi yang harus tidur dengan cara digendong atau diayun-ayun. Langkah awal menyiapkan sleep training yang dapat dilakukan oleh Ayah dan Bunda, yakni:
<h3>1. Mempersiapkan Kamar Tidur</h3>
Usahakan kamar bayi memiliki cahaya yang redup, tidak bising, dan tidak menyalakan TV atau gadget. Pastikan juga suhu kamar dalam kondisi yang nyaman, tidak terlalu panas atau kedinginan.
Satu jam sebelum tidur, pastikan anak tidak kelaparan, makan malam berat, dan bermain atau menonton tayangan di perangkat digital.
<h3>2. Mandi atau Seka Bayi dengan Air Hangat</h3>
Sebelum tidur, bayi harus dalam keadaan bersih agar dapat tidur dengan nyaman dengan mandi atau diseka air hangat.&nbsp;
Gunakan juga baju tidur yang nyaman. Mandi juga dapat menghindari bayi dari gigitan nyamuk.
<h3>3. Melakukan Pijatan Ringan untuk Bayi</h3>
Sebelum bayi nyenyak tidur di gendongan Ayah Bunda, segera letakkan bayi di kasur lalu elus atau tepuk secara lembut dada, paha atau pantat bayi.
Jika bayi gelisah sebaiknya utamakan elusan dibandingkan langsung menggendongnya. Bunda harus menunggu dan sabar. Anak akan tertidur tanpa digendong jika sudah menenangkan dirinya sendiri. Hal ini perlu konsisten dan kesabaran dari Ayah dan Bunda.
<h3>4. Metode Cry-It-Out</h3>
Dalam metode ini, Ayah dan Bunda bisa membiarkan bayi yang menangis dan mendiamkannya. Namun, pastikan bayi sudah menggunakan pakaian yang bersih, popok baru, dan siap untuk tidur.
Setelah menangis, bayi akan tertidur dengan sendirinya. Hal ini dapat melatih bayi untuk menenangkan dirinya sendiri dan mencari posisi yang nyaman saat tidur.
<h3>5. Metode Whisperer</h3>
Berbeda dengan metode Cry-It-Out, metode whisperer dilakukan dengan menggendong bayi saat mulai menangis. Bunda dapat menenangkan dan memeluknya hingga tertidur.
Setelah itu, Bunda bisa meletakkannya di ranjang bayi saat bayi mulai tenang dan mulai tertidur. Namun, metode ini bisa dilakukan berkali-kali karena bayi sering kali terbangun.
Bayi yang hanya mau tidur saat digendong dan sulit tertidur di kasur tentu menjadi tantangan tersendiri bagi Ayah dan Bunda. Banyak penyebab yang terjadi secara alamiah karena tumbuh dan kembang bayi baru lahir.
Namun, metode sleep training bisa dicoba saat bayi sudah menginjak umur empat bulan agar tidur secara mandiri. Yuk, ciptakan suasana nyaman untuk tidur bayi yang berkualitas!
Foto: www.pexels.com&nbsp;
Sumber:&nbsp;
https://pediatrics.duke.edu/news/sleep-training-your-child-myths-and-facts-every-parent-should-know&nbsp;
Korownyk C, Lindblad AJ. Infant sleep training: rest easy? Can Fam Physician. 2018;64:41
Halal CSE, Nunes ML. Education in children&rsquo;s sleep hygiene: which approaches are effective: a systematic review. J Pediatr. 2014;90:449-56.

Sleep Training, Solusi untuk Bayi yang Hanya Mau Tidur saat Digendong

Pelajari perbedaan picky eater dan selective eater pada anak, serta dapatkan tips praktis untuk mengatasi masalah saat si Kecil susah dan enggan untuk makan

Makan sering kali menjadi tantangan bagi si Kecil. Misal ketika hendak disuapi, tiba-tiba ia lari atau menutup mulutnya.
Mungkin Ayah Bunda pernah juga mengalami momen ketika si Kecil menolak makanan tertentu dan berkata tidak suka.
Apakah ini tanda bahwa si Kecil adalah picky eater atau selective eater? Yuk, pelajari lebih lanjut perbedaannya!
<h2>Penyebab Anak Menjadi Picky Eater</h2>
Anak yang cenderung memilih-milih makanan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari dalam diri anak maupun dari lingkungan sekitarnya.
Apa saja penyebabnya? Simak berikut ini!
<h3>Faktor Eksternal</h3>
<ol>
<li>
Maternal Depression / Anxiety: Kecemasan atau depresi yang dialami Bunda dapat berdampak besar pada pola makan anak.
</li>
<li>
Pengasuhan Otoriter: Gaya pengasuhan yang terlalu keras atau otoriter dapat memengaruhi kebiasaan makan si Kecil.
</li>
<li>
Pemberian Reward: Memberikan penghargaan atau hadiah setiap kali anak makan, seperti mengizinkannya bermain setelah makan, bisa membuat anak semakin pilih-pilih makanan.
</li>
<li>
Ketidakonsistenan: Tidak menetapkan jadwal makan yang konsisten dapat membingungkan anak dan membuatnya sulit untuk mengikuti pola makan yang sehat.
</li>
</ol>
<h3>Faktor Internal</h3>
<ul>
<li>Anak yang terlalu sensitif terhadap bau dan tekstur makanan.</li>
<li>Risiko lebih tinggi pada anak pertama dan anak laki-laki.</li>
<li>Anak dengan temperamen sensitif dan cenderung kaku.</li>
<li>Kebiasaan makan sambil menonton televisi.</li>
</ul>
<h2>Picky Eater vs Selective Eater: Apa Bedanya?</h2>
<ul>
<li>Picky Eater: Anak yang hanya mau makan makanan tertentu, namun masih mengonsumsi sekitar 30 jenis makanan dari berbagai kelompok.</li>
<li>Selective Eater: Anak yang menolak semua jenis atau kelompok makanan tertentu, hanya mau makan kurang dari 20 jenis makanan, dan tetap menolak meskipun makanan tersebut dicampur dengan kelompok makanan lain.</li>
</ul>
<h2>Cara Mengatasi Anak Picky Eater dan Selective Eater</h2>
<ul>
<li>Picky Eater: Umumnya masih dapat ditangani oleh Ayah Bunda dengan berbagai strategi.</li>
<li>Selective Eater: Sebaiknya dikonsultasikan ke dokter spesialis anak (DSA) karena bisa terkait dengan gangguan medis atau perilaku.</li>
</ul>
Picky eating adalah fase normal dalam perkembangan anak dan biasanya akan membaik seiring waktu, asalkan ditangani dengan tepat.
Studi menunjukkan bahwa picky eating pada anak usia dini tidak memiliki dampak jangka panjang pada perkembangan jika ditangani dengan benar.
<h2>6 Tips untuk Mencegah Anak Pilih-Pilih Makanan</h2>
<ol>
<li>Ajak Anak Makan Bersama: Sajikan menu yang sama untuk seluruh anggota keluarga.</li>
<li>Sediakan Makanan yang Bervariasi: Hindari hanya menyajikan makanan favorit anak. Perkenalkan makanan baru secara bertahap (8-15 kali) agar ia terbiasa dan mendapatkan nutrisi yang lengkap.</li>
<li>Libatkan Anak dalam Menyiapkan Makanan: Ini dapat meningkatkan rasa penasaran dan keinginannya untuk mencoba makanan baru.</li>
<li>Jangan Memaksa Anak: Buat suasana makan menjadi menyenangkan dan jangan marah jika ia menolak makanan.</li>
<li>Apresiasi Proses Makan Anak: Tetap tenang dan hargai setiap usaha anak untuk mencoba makanan baru.</li>
<li>Berikan Afirmasi Positif: Katakan hal-hal seperti, &ldquo;Adik lebih suka telur ya daripada ikan? Besok kita coba buat lebih enak lagi ya.&rdquo; atau &ldquo;Terima kasih Adik sudah mau coba 1 suap dagingnya!&rdquo;</li>
</ol>
Baca juga: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=1969">Cara Cegah Anak Menjadi Picky Eater Sebelum Mulai MPASI</a>
<h2>Penutup</h2>
Ayah Bunda adalah contoh utama bagi si Kecil, jadi pastikan untuk menyempatkan diri makan bersama anak dan tunjukkan bahwa AyBun menikmati berbagai jenis makanan.
Makan bersama tidak hanya mempererat ikatan keluarga tetapi juga meningkatkan rasa penasaran dan ketertarikan si Kecil untuk mencoba makanan baru.
Yuk, pantau asupan si Kecil setiap hari untuk memastikan nutrisi yang ia dapatkan tercukupi dan seimbang.
Gunakan fitur <a href="tentanganak://baby-tracker?type=meal_tracker">feed tracker</a> agar AyBun bisa dengan mudah mencatat dan memantau pola makan si Kecil, sekaligus membuat momen makan bersama semakin bermakna!

Anak Suka Pilih-Pilih Makanan, Picky Eater Atau Selective Eater?

Seiring dengan bertambahnya usia, si Kecil biasanya akan semakin sering merasakan dan mengekspresikan berbagai jenis pengalaman emosi di kesehariannya, termasuk pengalaman emosi marah. Biasanya, emosi marah muncul ketika si Kecil tidak mendapatkan apa yang diinginkan, berikut 5 faktor anak pemarah dan sulit diatur di sini


Psikologi Anak

Parenting

Seiring dengan bertambahnya usia,&nbsp; si Kecil biasanya akan semakin sering merasakan dan mengekspresikan berbagai jenis pengalaman emosi di kesehariannya, termasuk pengalaman emosi marah.
Biasanya, emosi marah muncul ketika si Kecil tidak mendapatkan apa yang diinginkan, dilarang melakukan sesuatu, diminta melakukan hal yang tidak diinginkan dan ketika kesulitan melakukan suatu hal padahal sudah berusaha.
Tak jarang, situasi-situasi ini melibatkan orang lain, termasuk orang tua. Oleh sebab itu, sangat mungkin emosi yang marah muncul karena tindakan/ucapan orang tua, misalnya larangan.
Studi 2022 menunjukkan 5 penyebab anak pemarah yang cenderung sulit diatur, yakni:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Orang tuda tidak konsisten menerapkan disiplin</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Orang tua yang depresi atau pencemas</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Disiplinkan anak dengan hukuman-hukuman</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pasangan suami istri komunikasi tidak baik</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Orang tua tidak kompak dalam menetapkan aturan</li>
</ol>
Sehingga pentingnya AyBun sebagai orang tua harus belajar meregulasi emosinya sendiri dan menerapkan konsisten disiplin yang positif. Kemudian tak jarang pertanyaan di bawah ini sering ditanyakan AyBun
&lsquo;Memang anak boleh marah dengan orang tuanya?&rsquo;
Penting untuk mengingat bahwa emosi marah yang anak tunjukkan karena perilaku orang tuanya BELUM TENTU menandakan sikap durhaka anak karena pengalaman emosi, termasuk emosi marah, dapat muncul karena berbagai situasi tidak menyenangkan yang melibatkan siapapun, termasuk orang tua.&nbsp;
Di saat yang sama, bukan berarti juga anak boleh kurang ajar atau menunjukkan perilaku agresif, baik verbal maupun perilaku, terhadap orang tua.
Saat anak marah, pastikan AyBun:
<h3>1. Tidak ikut &lsquo;emosi&rsquo; berlebihan dan berperilaku kasar</h3>
Walaupun si Kecil meluapkan amarahnya tanpa sebab dan memicu Ayah Bunda juga menjadi kesal, sebisa mungkin Ayah Bunda dapat menahan dengan cara mencoba menghela napas dan mencerna proses marah beberapa saat.
<h3>2. Cari tahu faktor penyebab anak marah</h3>
Misalnya apakah ia marah karena mainannya rusak? Tidak paham dengan instruksi AyBun? Atau sulit menerima keputusan yang Aybun buat?
<h3>3. Validasi pengalaman anak dan beri batasan&nbsp;</h3>
&ldquo;Kakak masih kesal ya karena&hellip; Kita coba&nbsp; atur nafas ya Kak supaya&hellip;&rdquo;
&ldquo;Ayah tahu Kakak marah karena&hellip; Tapi tetap bukan berarti boleh pukul Adik ya&rdquo;&nbsp;
<h3>4. Jika anak marah karena kesalahan yang AyBun perbuat, jangan ragu untuk meminta maaf</h3>
Ingatkan diri bahwa kita, walaupun sebagai orang tua, merupakan manusia biasa yang tak jarang melakukan kekeliruan/kesalahan. Selain itu, sebagai salah satu agen sosial pertama dan utama yang memiliki pengaruh besar pada anak. Melalui perilaku AyBun, anak belajar bagaimana cara untuk mengakui kesalahan, meminta maaf dan menunjukkan upaya untuk terus belajar agar menjadi lebih baik.
&nbsp;
Foto: Photo by Pexels&nbsp;
Sumber:
https://www.nhs.uk/mental-health/children-and-young-adults/advice-for-parents/help-your-child-with-anger-issues/
https://childmind.org/article/angry-kids-dealing-with-explosive-behavior/
https://www.yalemedicine.org/conditions/anger-issues-in-children-and-teens#:~:text=For%20children%2C%20anger%20issues%20often,is%20a%20contributor%20as%20well.

Anak Pemarah Sulit Diatur? Cek 5 Faktor Penyebabnya

ikan yang baik dikonsumsi untuk pertumbuhan anak

Temukan 10 jenis ikan lokal yang bergizi untuk mendukung pertumbuhan anak. Dapatkan informasi tentang manfaat nutrisi setiap ikan dan resep olahan sehat yang lezat untuk MPASI si Kecil

Makanan merupakan sumber zat gizi penting untuk tumbuh kembang anak, dan salah satu makanan yang kaya manfaat adalah ikan.
Ikan mengandung protein dan DHA yang sangat penting untuk pertumbuhan.&nbsp;
Protein membantu perkembangan otot dan tubuh, sementara DHA mendukung perkembangan otak, sel saraf, serta indera penglihatan, khususnya pada bayi.
Meski ikan salmon sering menjadi pilihan karena kaya akan nutrisi, ternyata banyak jenis ikan lokal yang juga tidak kalah bergizi dan lebih terjangkau.&nbsp;
Berikut adalah 10 jenis ikan yang bisa menjadi variasi menu MPASI untuk anak!
<h3>1. Ikan Kembung</h3>
Ikan kembung dikenal sebagai ikan lokal yang murah, namun kaya nutrisi. Ikan ini mengandung protein, omega-3, dan DHA yang berperan penting dalam perkembangan kognitif anak.&nbsp;
Menurut Kemenkes RI, kandungan omega-3 dalam ikan kembung bahkan 1,5 kali lebih banyak dibandingkan salmon! 
Hal ini menjadikannya alternatif yang baik untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan otak anak.
Tips Penyajian: Ikan kembung dapat diolah dengan cara dipanggang, digoreng, atau dijadikan sup.
<h3>2. Ikan Teri</h3>
Ikan teri adalah sumber kalsium yang sangat tinggi, dengan kandungan 972 mg per 100 gram saji.&nbsp;
Kalsium dan fosfor dalam ikan teri penting untuk pembentukan tulang dan gigi, serta membantu tubuh menggunakan energi secara efisien.
&nbsp;Ikan teri juga kaya akan protein, lemak sehat, dan zat besi.
Tips Penyajian: Ikan teri dapat digoreng tepung atau dimasak bersama nasi hangat.
<h3>3. Ikan Bandeng</h3>
Ikan bandeng mengandung 20 gram protein per 100 gram saji. Protein ini sangat penting untuk pertumbuhan otot dan tinggi badan anak.&nbsp;
Selain itu, ikan bandeng kaya akan mineral seperti kalium, kalsium, magnesium, dan fosfor yang membantu perkembangan tubuh si Kecil.
Catatan: Karena bandeng memiliki banyak duri halus, sebaiknya diolah dengan cara presto agar aman dikonsumsi anak.
<h3>4. Ikan Salmon Liar</h3>
Ikan salmon liar memiliki kandungan protein dan kalsium lebih tinggi dibandingkan salmon ternak.&nbsp;
Selain itu, omega-3 dalam ikan salmon sangat baik untuk mendukung perkembangan otak dan mata anak.
Tips Penyajian: Ikan salmon dapat dimasak dengan cara dipanggang atau dikukus untuk menjaga kandungan nutrisinya.
Baca juga: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=2000">Makanan yang Perlu Ditunda Pemberiannya Karena Bisa Hambat Pertumbuhan</a>
<h3>5. Ikan Salmon Ternak</h3>
Ikan salmon ternak juga kaya akan omega-3 dan protein, meskipun sedikit lebih rendah kandungannya dibandingkan salmon liar.&nbsp;
Manfaatnya tetap besar untuk perkembangan kognitif dan penglihatan anak.
Tips Penyajian: Salmon dapat disajikan dengan cara dipanggang, direbus, atau dijadikan sup.
Berikut perbedaan kandungan yang ada pada ikan salmon liar dan ikan salmon ternak:
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/6548b158-9d212295-90b5-40e0-8eeb-91e1de73d63d.png" alt="Ikan yang Baik Dikonsumsi untuk Pertumbuhan Anak" width="60%" height="60%" />
<h3>6. Ikan Cakalang</h3>
Ikan cakalang, yang populer dalam kuliner khas Manado, merupakan pilihan sehat bagi anak.
&nbsp;Ikan ini kaya akan protein lengkap dan asam lemak omega-3, yang mendukung perkembangan otak dan menjaga kesehatan jantung.
Manfaat lain dari mengonsumsi ikan cakalang termasuk menurunkan kadar gula darah dan mencegah anemia. Durinya yang tidak terlalu banyak membuat ikan ini aman dan mudah diolah.&nbsp;
AyBun bisa mencoba membuat abon cakalang yang lezat dan pasti disukai si Kecil.
<h3>7. Ikan Selar</h3>
Ikan selar merupakan sumber protein yang baik untuk pertumbuhan anak. Dalam setiap 100 gram ikan selar, terdapat 18,8 gram protein dan 40 mg kalsium, yang penting untuk kesehatan tulang dan gigi.
Ikan ini menyerupai ikan kembung, namun ikan selar memiliki ciri khas berupa garis kuning atau hijau di sepanjang tubuhnya.&nbsp;
Dengan kandungan gizinya, ikan selar dapat menjadi variasi menu sehat untuk anak.
<h3>8. Ikan Tuna</h3>
Ikan tuna sering digunakan sebagai campuran makanan untuk anak karena kandungan gizinya yang lengkap.&nbsp;
Tuna mengandung fosfor, omega-3, kalium, dan magnesium yang berperan penting dalam meningkatkan perkembangan kognitif si Kecil.
Selain itu, ikan tuna memiliki kandungan protein yang tinggi, sekitar 23 gram per 100 gram, tanpa lemak jenuh yang berlebihan.&nbsp;
Hal ini menjadikan ikan tuna sebagai pilihan sehat untuk pertumbuhan otot dan kesehatan anak.
<h3>9. Ikan Kakap Merah</h3>
Ikan kakap merah kaya akan vitamin A yang penting untuk menjaga kesehatan mata dan membantu pertumbuhan tulang.&nbsp;
Selain itu, vitamin A juga membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh, melindungi anak dari berbagai infeksi.&nbsp;
AyBun bisa mengolah ikan kakap merah menjadi gulai atau sekadar digoreng, menjadikannya pilihan praktis untuk MPASI anak.
<h3>10. Ikan Patin</h3>
Ikan patin adalah pilihan ikan lokal yang bagus untuk pertumbuhan anak.&nbsp;
Setiap 100 gram ikan patin mengandung 17 gram protein, 6,6 gram lemak, dan 31 mg kalsium, yang baik untuk pembentukan otot serta menjaga kesehatan tulang.&nbsp;
Selain itu, ikan patin juga membantu mencegah penyakit kardiovaskular, seperti penyakit jantung.
<h3>Berapa Porsi Ikan yang Baik untuk Anak?</h3>
Menurut FDA (Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat), anak dianjurkan untuk mengonsumsi ikan sebanyak 2&ndash;3 kali per minggu.&nbsp;
Namun, porsinya lebih kecil dibandingkan orang dewasa, yaitu sekitar seperempat dari porsi dewasa. Berikut panduannya:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">1&ndash;3 tahun: sekitar 1 ons per porsi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">4&ndash;7 tahun: sekitar 2 ons per porsi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">8&ndash;10 tahun: sekitar 3 ons per porsi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">11 tahun ke atas: sekitar 4 ons per porsi.</li>
</ul>
Pastikan AyBun membagi porsi tersebut ke dalam 2&ndash;3 kali makan agar anak mendapatkan manfaat maksimal dan tidak cepat bosan.
<h2>Penutup</h2>
Untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan optimal si Kecil, menyajikan variasi ikan yang kaya nutrisi sangatlah penting.&nbsp;
Dengan berbagai pilihan ikan lokal yang bergizi, AyBun bisa memberikan asupan yang seimbang tanpa harus mengeluarkan biaya mahal.&nbsp;
Selain kaya protein, ikan-ikan ini juga mengandung omega-3, vitamin, dan mineral yang mendukung kesehatan anak secara keseluruhan.
Yuk, kreasikan menu MPASI atau makanan sehari-hari si Kecil dengan resep-resep ikan yang lezat dan mudah diolah!&nbsp;
Temukan berbagai <a href="tentanganak://food_list?type=food_list">resep</a> olahan ikan sehat di sini dan buat momen makan si Kecil jadi lebih menyenangkan

10 Jenis Ikan yang Baik Dikonsumsi untuk Pertumbuhan Anak

Ukuran kepala yang terlalu kecil atau terlalu besar adalah indikasi masalah kesehatan. Ketahui lingkar kepala bayi normal untuk semua usia di artikel ini.

Saat mengunjungi dokter spesialis anak, dokter dan perawat akan memeriksa dan mencatat berbagai macam aspek yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak, meliputi berat badan, tinggi dan yang tidak kalah penting adalah mengukur lingkar kepala bayi.
Dengan mengukur lingkar kepala, dokter dapat menilai apakah pertumbuhan anak sudah sesuai atau justru terjadi masalah yang menghambat pertumbuhannya. Di artikel kali ini, kita akan membahas berbagai aspek yang berkaitan dengan lingkar kepala anak, mulai dari pengertian, metode atau cara mengukur lingkar kepala hingga ukuran lingkar kepala bayi yang normal. Nah, tanpa panjang lebar lagi, yuk kita bahas satu per satu.
<h2>Apa itu Lingkar Kepala Bayi?</h2>
Lingkar kepala bayi adalah ukuran lingkar kepala yang diukur melewati area di atas kedua telinga dan alis bayi. Seperti dijelaskan sebelumnya, pengukuran ini penting untuk mengevaluasi pertumbuhan otak, serta dapat membantu dalam mendiagnosis masalah kesehatan seperti masalah gizi dan gangguan neurologis.
<h2>Lingkar Kepala Bayi Normal Menurut WHO</h2>
&nbsp;
Penilaian lingkar kepala normal pada bayi menurut WHO dibedakan berdasarkan jenis kelamin. Adapun rentang normal lingkar kepala pada bayi 0-12 bulan menurut WHO adalah sebagai berikut.
<table style="border-collapse: collapse; width: 100%;" border="1">
<tbody>
<tr>
<td style="width: 29.078%;">
Usia (bulan)
</td>
<td style="width: 32.2695%;">
Laki-laki (cm)
</td>
<td style="width: 38.6525%;">
Perempuan (cm)
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 29.078%;">
0
</td>
<td style="width: 32.2695%;">
31,9 - 37&nbsp;
</td>
<td style="width: 38.6525%;">
32,7 - 36,2
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 29.078%;">
1
</td>
<td style="width: 32.2695%;">
34,9 - 39,6
</td>
<td style="width: 38.6525%;">
34,2 - 38,9
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 29.078%;">
2
</td>
<td style="width: 32.2695%;">
36,8 - 41,5
</td>
<td style="width: 38.6525%;">
35,8 - 40,7
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 29.078%;">
3
</td>
<td style="width: 32.2695%;">
38,1 - 42,9
</td>
<td style="width: 38.6525%;">
37,1 - 42
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 29.078%;">
4
</td>
<td style="width: 32.2695%;">
39,2 - 44
</td>
<td style="width: 38.6525%;">
38,1 - 43,1
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 29.078%;">
5
</td>
<td style="width: 32.2695%;">
40,1 - 45
</td>
<td style="width: 38.6525%;">
38,9 - 44
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 29.078%;">
6
</td>
<td style="width: 32.2695%;">
40,9 - 45,8
</td>
<td style="width: 38.6525%;">
39,6 - 44,8
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 29.078%;">
7
</td>
<td style="width: 32.2695%;">
41,5 - 46,4
</td>
<td style="width: 38.6525%;">
40,2 - 45,5
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 29.078%;">
8
</td>
<td style="width: 32.2695%;">
42 - 47
</td>
<td style="width: 38.6525%;">
40,7 - 46
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 29.078%;">
9
</td>
<td style="width: 32.2695%;">
42,5 - 47,5
</td>
<td style="width: 38.6525%;">
41,2 - 46,5
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 29.078%;">
10
</td>
<td style="width: 32.2695%;">
42,9 - 47,9
</td>
<td style="width: 38.6525%;">
41,5 - 46,9
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 29.078%;">
11
</td>
<td style="width: 32.2695%;">
43,2 - 48,3
</td>
<td style="width: 38.6525%;">
41,9 - 47,3
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 29.078%;">
12
</td>
<td style="width: 32.2695%;">
43,5 - 48,6
</td>
<td style="width: 38.6525%;">
42,2 - 47,6
</td>
</tr>
</tbody>
</table>
<h2>Cara Mengukur Lingkar Kepala Bayi</h2>
Untuk mengukur lingkar kepala bayi, dokter menggunakan pita pengukur khusus untuk pengukuran kepala. Biasanya, pita pengukur ini terbuat dari bahan fleksibel seperti kertas atau plastik, sehingga mudah dilingkarkan di kepala bayi.
Prosedur pengukuran lingkar kepala bayi adalah sebagai berikut:
&nbsp;
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bayi diletakkan dalam posisi tidur terlentang atau duduk di pangkuan orang dewasa.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pengukuran dilakukan untuk menilai diameter terbesar kepala. Hal ini dilakukan dengan melingkarkan pita pada garis tepat di atas alis, atas daun telinga dan tonjolan belakang kepala (occipital prominence).</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pita pengukur dipastikan tidak terlalu ketat atau terlalu longgar, sehingga hasil pengukuran akurat.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Dokter atau perawat kemudian membaca nilai lingkar kepala bayi untuk dicatat dalam buku tumbuh kembang bayi.</li>
</ul>
<h2>Hubungan Lingkar Kepala dan Kesehatan Bayi</h2>
Ukuran lingkar kepala bayi dapat menunjukkan masalah kesehatan, terlebih jika ukurannya terlalu kecil atau terlalu besar untuk usianya. Sebagai informasi, berikut adalah sejumlah kemungkinan masalah kesehatan terkait dengan lingkar kepala bayi yang terlalu kecil atau terlalu besar:
<h3>1. Lingkar Kepala Bayi Terlalu Kecil</h3>
Lingkar kepala bayi yang terlalu kecil atau terlambat dalam pertumbuhannya dapat menunjukkan masalah kesehatan seperti pertumbuhan otak yang terhambat, kekurangan gizi, infeksi, atau kondisi kesehatan lainnya. Jika lingkar kepala jauh di bawah standar, ada potensi gangguan perkembangan, kecacatan, dan bahkan risiko kematian.
<h3>2. Lingkar Kepala Bayi Terlalu Besar</h3>
Lingkar kepala bayi yang terlalu besar dapat menunjukkan sejumlah kemungkinan masalah kesehatan serius seperti hidrosefalus (penumpukan cairan di dalam rongga kepala), faktor genetik, atau kondisi kesehatan lainnya.&nbsp;
&nbsp;
Apa yang Harus Dilakukan?
&nbsp;
Jika lingkar kepala bayi terlalu kecil atau terlalu besar, dokter anak atau petugas kesehatan anak akan melakukan evaluasi kesehatan secara menyeluruh untuk mencari tahu penyebabnya dan memberikan perawatan yang diperlukan.&nbsp;
&nbsp;
Ayah-bunda juga wajib memahami bahwa pengukuran lingkar kepala bayi harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti, karena kesalahan dalam pengukuran dapat menghasilkan kesimpulan medis yang tidak akurat. Oleh karena itu, pengukuran lingkar kepala bayi sebaiknya dilakukan oleh petugas kesehatan yang terlatih dan berpengalaman, seperti dokter spesialis anak atau perawat kesehatan anak.
Foto: Designed by pexels
Sumber: https://www.babycenter.com/baby/baby-development/baby-head-circumference_40009394&nbsp;
<h6>IDAI. Diakses pada 2023. Pentingnya Pengukuran Lingkar Kepala dan Ubun-Ubun Besar.&nbsp;</h6>
<h6>CDC. Diakses pada 2023. Measuring Head Circumference. Retrieved from https://www.cdc.gov/zika/pdfs/microcephaly_measuring.pdf&nbsp;</h6>
https://www.who.int/tools/child-growth-standards/standards/head-circumference-for-age&nbsp;