
Dana darurat adalah sejumlah uang yang disimpan untuk situasi darurat atau keadaan tak terduga. Berikut ini besaran dana darurat dan tips untuk mengumpulkannya.

Gaya Hidup

Banyak pasangan yang belum menyiapkan dana darurat setelah menikah. Bisa jadi, Anda salah satunya. Padahal, dengan memiliki dana darurat, kemungkinan Anda memiliki masalah finansial yang besar jadi lebih kecil.&nbsp;
Ingin tahu lebih dalam mengenai dana darurat? Artikel kali ini akan menjelaskan serba serbi dana darurat mulai dari pengertian, cara menghitung, tempat menyimpan dana darurat hingga tips mengumpulkannya. Tanpa panjang lebar lagi, mari kita ulasa satu per satu.
<h2>Pengertian Dana Darurat</h2>
Dana darurat adalah sejumlah uang yang disimpan dalam bentuk tabungan atau investasi yang mudah dicairkan secara cepat dalam situasi darurat atau keadaan tak terduga seperti kehilangan pekerjaan, sakit atau cedera, hingga kebutuhan mendadak lain seperti renovasi rumah. Dana darurat bertujuan untuk membantu seseorang tetap stabil secara finansial dalam situasi-situasi darurat tersebut. Dengan adanya dana darurat, Anda bisa terhindar dari lilitan utang atau penjualan aset yang tak diinginkan.
<h2>Cara Menghitung Dana Darurat untuk Pengeluaran Rp 5 Juta per Bulan</h2>
Menurut para ahli keuangan, dana darurat seharusnya setara dengan tiga hingga enam bulan pengeluaran bulanan Anda. Cara menghitungnya adalah dengan memperkirakan total pengeluaran bulanan Anda, termasuk biaya makanan, transportasi, tagihan bulanan, dan pengeluaran lainnya. Pastikan juga untuk memperhitungkan kebutuhan bulanan lain seperti asuransi, kesehatan, dan biaya pendidikan anak-anak Anda.
Setelah total pengeluaran bulanan ditemukan, kalikan dengan jumlah bulan yang Anda inginkan untuk memiliki dana darurat. Misalnya, jika pengeluaran bulanan Anda sebesar Rp 5 juta dan Anda ingin memiliki dana darurat selama enam bulan, maka dana darurat yang harus Anda kumpulkan adalah Rp 30 juta.
<h2>Di mana Menyimpan Dana Darurat?</h2>
Jangan menyimpan dana darurat secara tunai di rumah! Sebaiknya simpan di instrumen investasi yang aman dan mudah dicairkan. Contohnya seperti tabungan atau reksa dana pasar uang. Dana darurat juga tidak disarankan untuk diinvestasikan dalam instrumen yang berisiko tinggi seperti saham atau properti. Selain itu, pastikan untuk mengalokasikan dana darurat secara terpisah dari dana investasi jangka panjang lainnya untuk menghindari penarikan yang tidak perlu.
<h2>Tips Mengumpulkan Dana Darurat</h2>
Hal pertama yang perlu Anda tentukan adalah tujuan dana darurat dan target jumlah uang yang ingin Anda kumpulkan. Hal ini dapat membantu Anda untuk memiliki visi yang jelas tentang apa yang ingin dicapai dan membantu Anda mengambil tindakan konkret untuk mencapainya.
Buat anggaran bulanan, ikuti dengan disiplin dan konsisten. Agar lebih konkret, coba hitung pengeluaran bulanan Anda dan keluarga sekarang, lalu cari cara untuk menguranginya jika memungkinkan. Dengan begitu, Anda dapat mengalokasikan lebih banyak uang untuk menabung dan mengumpulkan dana darurat.
Coba juga untuk menghindari hutang yang tidak perlu atau utang konsumtif, seperti kartu kredit atau pinjaman online dengan bunga yang tinggi. Hutang yang terlalu banyak dapat menghambat kemampuan Anda untuk menabung dan mengumpulkan dana darurat.
Jangan lupa untuk mengevaluasi dan meninjau rencana keuangan Anda secara berkala. Perubahan dalam situasi keuangan atau keluarga Anda dapat mempengaruhi rencana keuangan Anda dan memerlukan penyesuaian.
<h3>Kapan Mulai Mengumpulkan Dana Darurat?</h3>
Sebaiknya mulai kumpulkan dana darurat secepat mungkin, bahkan jika Anda masih lajang sekalipun. Semakin cepat Anda memulai, semakin cepat Anda dapat mencapai tujuan Anda dan semakin siap Anda dalam menghadapi situasi keuangan yang tidak terduga.
Perlu Anda pahami, dana darurat dapat memberikan rasa aman dan ketenangan pikiran dalam menghadapi situasi keuangan yang tidak terduga. Dengan memiliki dana darurat, Anda dapat menghindari kecemasan dan stres yang disebabkan oleh situasi keuangan yang tidak stabil.
Foto: Designed by Freepik

Apa itu Dana Darurat? Ini 5 Hal yang Perlu Ayah-Bunda Tahu

Tak jarang beberapa dari Ayah Bunda merupakan sandwich generation, sehingga hal ini menjadi beban untuk ke depannya. Lalu, bagaimana ya mencegahnya? Siapkan dana pensiun dengan cek langkahnya di sini!

Ayah Bunda apakah sudah tidak asing dengan istilah sandwich generation? Akhir-akhir ini memang kata tersbut sering terlintas di publik dan sosial media ya. Sandwich generation merupakan istilah yang ditujukan pada individu untuk mencukupi kebutuhan ekonomi dengan banyak pilihan waktu dan bersamaan, yaitu untuk kebutuhan ekonomi untuk dirinya dan keluarga intinya.
Sandwich generation biasanya dijumpai pada masyarakat di negara berkembang, salah satunya Indonesia. Terjadinya fenomena sandwich generation ini bisa dicegah apabila Ayah Bunda dapat mengelola pendapatan dan bergaya hidup sederhana, sehingga bisa mengalokasikan dana untuk tabungan dan investasi masa depan misalnya melalui dana pensiun. Lalu, apa yang bisa Ayah Bunda persiapkan untuk investasi dana pensiun? Yuk, simak di bawah ini!
<h2>5 Langkah Siapkan Dana Pensiun</h2>
Dalam mengelola keuangan bulanan dan sebelum menyisihkan anggaran tabungan sebagai dana pensiun, Ayah Bunda bisa melakukan lima langkah berikut:
<h3>1. Mulai menabung sedini mungkin&nbsp;</h3>
Ayah Bunda sebaiknya mulai menabung saat mulai bekerja, meskipun memulai karir di usia yang sangat muda menabung untuk dana pensiun justru sangat baik, karena semakin dini mulai menabung maka semakin banyak waktu yang dimiliki untuk mengumpulkan dana pensiun yang cukup. Contohnya dengan rutin menyisihkan 5% penghasilan per bulan khusus dana pensiun.
<h3>2. Investasi di produk yang tepat</h3>
Sebelum memulai investasi, AyBun perlu memahami risiko masing-masing instrumen dan memilih instrumen yang sesuai tingkat kenyamanan Ayah Bunda. Berikut tabel investasi berdasarkan tingkat risiko:
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/1679152205.png" />
<h3>3. Memiliki aset produktif</h3>
Selain produk investasi, Ayah Bunda juga dapat mulai mengumpulkan aset yang bisa memberikan cukup keuntungan untuk menutupi kebutuhan nanti di masa pensiun.
Misal:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Rumah untuk dikontrakan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Usaha sampingan</li>
</ul>
<h3>4. Pelajari dan manfaatkan program pensiun dari perusahaan</h3>
Beberapa perusahaan menyediakan program pensiun yang berasal dari sebagian gaji untuk diinvestasikan dalam program tersebut.
Misal: DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) dan BPJS Ketenagakerjaan
<h3>5. Pertimbangkan untuk membeli asuransi pensiun</h3>
Jika Ayah Bunda memutuskan untuk membeli asuransi pensiun di luar pembayaran iuran kantor, pastikan Ayah Bunda memperhatikan:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Semua aturan asuransi harus dipahami guna mencegah risiko merasa &lsquo;ditipu&rsquo;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mampu menanggung iuran bulanan (premi) dan tak mengganggu pos keuangan lainnya</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sudah memiliki asuransi jiwa &amp; kesehatan</li>
</ul>
Yuk, Ayah Bunda siapkan kelima hal di atas dan manfaatkan fitur-fitur di aplikasi Tentang Anak untuk menjawab semua pertanyaan Ayah Bunda mulai dari parenting, perencanaan keuangan, hingga belanja kebutuhan keluarga. Tunggu apalagi? Unduh sekarang aplikasi Tentang Anak!
Foto: Designed by Freepik

Beban Jadi Sandwich Generation, Cegah dengan Langkah Ini

Simak perbincangan #eksklusif antar dr. Mesty Ariotedjo, Sp.A bersama Ibu Dr. (HC) Dra. Hj. Nurhayati Subakat, Apt pendiri dan Komisaris Utama PT Paragon Technology and Innovation, dalam "Episode 02 Caring Mom Tentang Anak."&nbsp;

Kesehatan Anak

Bagaimana jika seorang Ibu rela meninggalkan impian demi mengurus anak-anak di rumah? Bagaimana mungkin sebuah perusahaan bisa bertahan di tengah badai pandemi COVID-19, hingga kini dilanjutkan oleh generasi kedua? Adakah yang lebih penting dari sekadar uang?
Simak perbincangan #eksklusif antar dr. Mesty Ariotedjo, Sp.A bersama Ibu Dr. (HC) Dra. Hj. Nurhayati Subakat, Apt pendiri dan Komisaris Utama PT Paragon Technology and Innovation, dalam "Episode 02 Caring Mom Tentang Anak."&nbsp;
Caring Mom adalah pemberian apresiasi oleh Tentang Anak ini karena pencapaian dan dedikasinya: Rela meninggalkan pekerjaan yang sudah ia jalani demi anak-anak terkasih, membangun perusahaan yang ramah terhadap perempuan, berdampak besar dan menjadi teladan untuk banyak orang.&nbsp;
Tentang Anak menghadirkan sosok inspiratif yang merepresentasikan peran seorang ibu dan pemimpin perusahaan yang tangguh.

EKSKLUSIF: Demi Anak, Pemilik Paragon (Wardah) ini Rela Tinggalkan Pekerjaan - Ibu Nurhayati Subakat

Alasan Istilah Asperger Dihapus Dalam Diskursus Autisme


Pelajari alasan mengapa istilah 'Asperger' dan istilah kuno lainnya harus dihapus dalam diskursus autisme. Temukan dampak negatif dari istilah ini dan pentingnya menggunakan bahasa yang lebih inklusif dalam memahami pengalaman individu autistik.

Autisme adalah spektrum yang kompleks dan beragam, di mana pengalaman setiap individu sangat bervariasi.&nbsp;
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, istilah-istilah seperti "Asperger" dan "high/low functioning" telah menjadi kontroversial dan dipandang sebagai tidak lagi relevan.&nbsp;
Artikel ini akan menjelaskan mengapa penggunaan istilah tersebut harus dihapus dalam diskursus tentang autisme.
<h2>Sejarah Istilah 'Asperger'</h2>
Istilah "Asperger" diciptakan oleh Hans Asperger, seorang ilmuwan yang terlibat dalam program eugenik dan suntik mati terhadap anak-anak dengan disabilitas pada era Nazi.&nbsp;
Istilah ini awalnya digunakan untuk merujuk pada individu yang dianggap dapat berfungsi dalam masyarakat, meskipun mereka berada dalam spektrum autisme.&nbsp;
Penggunaan istilah ini menjadi masalah karena berkaitan dengan stigma dan pemahaman yang keliru tentang autisme.
<h2>Baca Juga: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=1470">ADHD pada Anak dan Bedanya dengan Autisme</a></h2>
<h2>Mengapa 'Asperger' Dianggap Berbahaya?</h2>
Beberapa alasan mengapa penggunaan istilah asperger perlu untuk harus dihentikan antara lain:&nbsp;
<h3>1. Menciptakan Stigma</h3>
Istilah "high functioning" dan "low functioning" sering kali merujuk pada kemampuan intelektual seseorang, yang dapat menciptakan stigma negatif.&nbsp;
Istilah ini tidak mencerminkan pengalaman individu secara akurat dan dapat menyebabkan orang-orang dengan autisme merasa tertekan untuk memenuhi ekspektasi masyarakat.
<h3>2. Menyederhanakan Spektrum Autisme</h3>
Penggunaan istilah asperger dianggap menyederhanakan spektrum autisme yang sangat kompleks.
Autisme bukanlah sesuatu yang dapat dibagi menjadi kategori biner. Sebaliknya, autisme terdiri dari berbagai spektrum yang melibatkan berbagai perbedaan dalam cara individu berinteraksi, merasakan, dan memahami dunia.
<h3>3. Keterbatasan dalam Representasi</h3>
Ketika media dan masyarakat masih menggunakan istilah yang ketinggalan zaman ini, termasuk juga dalam film yang baru saja rilis yakni Aku Jati, Aku Asperger (2024) yang diperankan oleh Jefri Nichol.
Media tidak hanya mengabaikan nuansa atau spektrum pengalaman individu autistik tetapi juga berpotensi mengesampingkan suara para penderita autisme dengan berbagai macam spektrum.&nbsp;
Penting untuk mendengarkan individu autistik dan menggunakan bahasa yang mereka pilih untuk menggambarkan diri mereka sendiri.
<h3>4. Perubahan dalam Diagnostik Autisme</h3>
Pada tahun 2013, istilah "Asperger" dihapus sebagai diagnosis dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5).&nbsp;
Keputusan ini diambil karena sulit untuk membedakan dengan jelas antara Asperger dan bentuk lain dari gangguan spektrum autisme (ASD).&nbsp;
Istilah ini digantikan dengan kategori ASD tingkat 1, yang mencerminkan dukungan yang mungkin diperlukan oleh individu tersebut.
<h3>5. Menuju Bahasa yang Lebih Sensitif</h3>
Dengan hilangnya istilah "Asperger," ada perubahan menuju penggunaan bahasa yang lebih sensitif.&nbsp;
Kini, banyak orang lebih memilih disebut sebagai "individu autistik" daripada "orang dengan autisme."&nbsp;
Perubahan ini mencerminkan pengakuan terhadap identitas dan pengalaman mereka, yang lebih inklusif dan mendukung neurodiversitas.
<h2>Baca Juga: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=1036">Gadget Dapat Menyebabkan Autisme? Orang Tua Perlu Ketahui Hal Ini</a></h2>
<h2>Kesimpulan</h2>
Penting untuk terus mengevaluasi dan memperbarui cara kita berbicara tentang autisme. Menghentikan penggunaan istilah "Asperger" dan istilah kuno lainnya adalah langkah penting dalam menciptakan ruang yang lebih inklusif dan mendukung bagi individu autistik.&nbsp;
Dengan mendengarkan suara mereka dan menggunakan penggunaan bahasa yang lebih tepat, kita dapat membangun masyarakat yang lebih memahami dan menghargai keberagaman pengalaman manusia.

Mengetahui Lebih Jauh Alasan Istilah 'Asperger' yang Dihapus Dalam Diskursus Autisme


COVID-19 varian Arcturus dikenal sangat rentan menginfeksi anak-anak. Berikut ini gejala Covid varian terbaru pada anak yang perlu diketahui ayah-bunda.

Covid-19

Masalah Kesehatan

Meski saat ini situasi penyebaran virus COVID-19 di Indonesia telah mencapai transisi dari pandemi menjadi endemi, bukan berarti masyarakat bisa menurunkan kewaspadaannya. Apalagi dalam beberapa waktu terakhir, kasus COVID-19 mengalami peningkatan. Hal ini dinyatakan oleh Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Rizka Andalucia, seperti dikutip dari situs resmi Kementerian PANRB. Rizka mengatakan, kenaikan kasus COVID-19 terjadi seiring dengan ditemukannya dua kasus varian terbaru yakni XBB.1.16 atau lebih dikenal dengan Arcturus di Indonesia.
&nbsp;
Bagi ayah-bunda yang memiliki anak dan bayi wajib untuk tetap waspada terhadap penyebaran COVID-19. Terlebih karena anak dan bayi sangat rentan tertular COVID-19 sub varian Arcturus. Alasannya karena tingkat vaksinasi pada anak dan bayi masih rendah. Nah, agar lebih waspada dan dapat melakukan penanganan yang tepat, ayah-bunda wajib untuk mengetahui seperti apa gejala COVID-19 pada anak dan bagaimana penanganan yang tepat jika si kecil terinfeksi virus ini. Untuk lebih jelasnya, mari kita bahas satu per satu.
<h2>Gejala Covid pada Anak</h2>
Pada umumnya, gejala COVID-19 akan terlihat 6 hari setelah si kecil terinfeksi virus. Perlu juga diketahui bahwa gejala COVID-19 pada anak bisa tidak sama dengan gejala pada orang dewasa. Nah, berikut ini adalah gejala umum COVID-19 pada anak yang perlu diketahui ayah-bunda:
&nbsp;
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Demam</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Batuk</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Hidung tersumbat</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sesak napas atau kesulitan bernapas</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Terlihat lelah atau lemas</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sakit kepala</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Nafsu makan hilang</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Nyeri pada otot&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sakit tenggorokan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mual &amp; muntah</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Diare</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kehilangan indra penciuman dan perasa</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menggigil</li>
</ul>
<h3>Gejala Varian Arcturus</h3>
Pada 29 Maret 2023 dalam konferensi pers World Health Organization (WHO), seperti dikutip dari Kompas.com, Dr Maria Van Kerkhove, pemimpin teknis WHO untuk COVID-19 mengatakan bahwa varian COVID-19 Arcturus sudah beredar. Varian ini disebut sebagai penyebab peningkatan kasus COVID-19 di India pada April 2023.
&nbsp;
Berikut ini adalah sejumlah gejala COVID-19 Arcturus:
&nbsp;
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mata merah, gatal dan lengket</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sesak dan dada terasa nyeri saat bernapas</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Batuk berdahak</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Gejala gastrointestinal atau penyakit pencernaan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tenggorokan sakit</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Badan dan persendian terasa ngilu</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Hidung berair</li>
</ul>
&nbsp;
Pada beberapa kasus, anak-anak bisa mengalami gejala yang lebih ringan atau bahkan tanpa gejala sama sekali. Penting untuk diingat bahwa gejala COVID-19 pada anak dapat mirip dengan gejala penyakit lain atau bahkan flu biasa, jadi jika anak Anda mengalami gejala di atas, penting untuk berkonsultasi dengan dokter agar mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.&nbsp;
<h2>Penanganan Saat Anak Terkena COVID-19</h2>
Jika anak Anda mengalami gejala yang parah, seperti sesak napas, demam tinggi yang tidak kunjung turun, dan terlihat sangat lemah, segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat. Namun, jika si kecil hanya mengalami gejala yang ringan, berikut adalah beberapa tindakan yang dapat Anda lakukan:
&nbsp;
<ol>
<li> Pertama-tama, Pastikan agar si kecil tetap di rumah dan mengisolasi diri dari orang lain untuk mencegah penyebaran virus. Lakukan isolasi mandiri hingga 2 minggu setelah si kecil terdiagnosa COVID-19.</li>
</ol>
&nbsp;
<ol start="2">
<li> Pastikan anak cukup istirahat, minum banyak cairan untuk menghindari dehidrasi, dan makan makanan bergizi untuk membantu tubuhnya memerangi infeksi.</li>
</ol>
&nbsp;
<ol start="3">
<li> Pastikan si kecil mengikuti semua langkah yang diperlukan untuk mencegah penyebaran virus, seperti mencuci tangan dengan sabun, menggunakan masker medis, dan menjaga jarak dari orang lain.</li>
</ol>
&nbsp;
<ol start="4">
<li> Selalu perhatikan perkembangan anak Anda dan berikan dukungan emosional yang diperlukan selama masa penyembuhan.</li>
</ol>
 Foto: Freepik
Sumber:
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/coronavirus/in-depth/coronavirus-in-babies-and-children/art-20484405
https://www.webmd.com/covid/news/20230411/new-covid-variant-who-radar-itchy-eyes-kids
https://www.menpan.go.id/site/berita-terkini/berita-daerah/indonesia-telah-bergerak-menuju-endemi-covid-19

Gejala Covid pada Anak & Cara Penangan yang Tepat

Kehamilan sering disertai pusing yang bisa disebabkan perubahan hormon, dehidrasi, hingga stres. Temukan penyebab umum dan cara aman mengatasi sakit kepala saat hamil agar tetap nyaman dan sehat.

Kehamilan adalah fase yang membahagiakan sekaligus penuh tantangan. Salah satu keluhan yang cukup umum adalah pusing atau sakit kepala. Tidak sedikit ibu hamil yang merasakan ketidaknyamanan ini, terutama pada trimester pertama. Meskipun sering kali tidak berbahaya, kondisi ini tetap memerlukan perhatian agar tidak mengganggu kenyamanan dan kesehatan ibu serta janin.
Pusing saat hamil bisa terjadi karena berbagai faktor, mulai dari perubahan hormon hingga gaya hidup. Bahkan, dalam beberapa kasus, pusing bisa menjadi tanda dari kondisi serius seperti pre-eklampsia. Maka dari itu, penting bagi ibu hamil untuk memahami penyebab umum serta cara aman untuk mengatasinya.
Mari kita bahas secara lengkap dalam artikel ini.
<h2>Kenapa Ibu Hamil Sering Pusing?</h2>
Rasa pusing yang dirasakan ibu hamil biasanya merupakan reaksi tubuh terhadap perubahan yang terjadi selama masa kehamilan. Perubahan tersebut bisa berupa peningkatan hormon, sirkulasi darah, hingga pola makan dan tidur.
<h3>1. Perubahan Hormon dan Sirkulasi Darah</h3>
Pada awal kehamilan, tubuh wanita mengalami lonjakan hormon estrogen dan progesteron yang mempengaruhi pembuluh darah. Hormon-hormon ini dapat menyebabkan pelebaran pembuluh darah yang memicu penurunan tekanan darah, sehingga ibu hamil merasa pusing atau lemas.
Selain itu, peningkatan volume darah hingga 50% lebih banyak dari sebelum hamil, juga memengaruhi tekanan di otak dan bisa menyebabkan ketegangan atau sakit kepala.
<h3>2. Dehidrasi dan Kekurangan Nutrisi</h3>
Banyak ibu hamil mengalami mual dan muntah di trimester pertama, yang dapat menyebabkan dehidrasi. Tubuh yang kekurangan cairan atau nutrisi penting seperti zat besi dan magnesium, lebih rentan mengalami pusing dan kelelahan.
<h3>3. Kelelahan dan Kurang Tidur</h3>
Ibu hamil sering kali mengalami kesulitan tidur akibat perubahan fisik dan emosi. Tidur yang tidak cukup atau kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan kelelahan berlebih yang menjadi pemicu sakit kepala.
<h3>4. Stres dan Ketegangan Emosional</h3>
Kecemasan menghadapi kehamilan dan persiapan menjadi orang tua sering kali menimbulkan stres. Ketegangan emosional dapat menyebabkan sakit kepala tegang (tension headache), yang biasanya terasa seperti tekanan kuat di sekitar kepala dan leher.
<h3>5. Gangguan Sinus dan Infeksi</h3>
Hidung tersumbat karena peningkatan hormon dapat menyebabkan peradangan sinus (sinusitis). Kondisi ini kerap disertai sakit kepala yang terasa di sekitar dahi, mata, dan pipi.
<h3>6. Pengaruh Berhenti Konsumsi Kafein</h3>
Jika ibu hamil terbiasa mengonsumsi kopi sebelum hamil dan kemudian berhenti secara tiba-tiba, tubuh dapat mengalami efek penarikan kafein. Ini bisa memicu sakit kepala dalam beberapa hari pertama setelah penghentian konsumsi.
<h3>7. Migrain</h3>
Migrain adalah sakit kepala berdenyut hebat yang umumnya terasa di satu sisi kepala. Kondisi ini bisa disertai mual, muntah, dan sensitivitas terhadap cahaya atau suara. Sebanyak 7 dari 10 wanita yang biasanya mengalami migrain melaporkan perbaikan selama kehamilan, terutama di trimester kedua dan ketiga.
<h2>Tanda-tanda Sakit Kepala yang Serius pada Ibu Hamil</h2>
Meski sebagian besar sakit kepala saat hamil bersifat ringan, ada beberapa kondisi yang perlu penanganan medis segera.
<h3>1. Gejala Pre-eklampsia yang Harus Diwaspadai</h3>
Pre-eklampsia adalah komplikasi kehamilan serius yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan pembengkakan. Gejala khasnya antara lain:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sakit kepala parah yang tidak mereda</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Gangguan penglihatan (penglihatan kabur atau melihat kilatan cahaya)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Nyeri di bawah tulang rusuk</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Muntah mendadak</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pembengkakan tiba-tiba pada wajah, tangan, atau kaki</li>
</ul>
Jika mengalami gejala-gejala ini setelah usia kehamilan 20 minggu, segera hubungi tenaga medis.
<h3>2. Hubungan Migrain dan Risiko Stroke</h3>
Meskipun jarang, migrain yang tidak terkontrol pada ibu hamil bisa meningkatkan risiko stroke. Terutama jika disertai aura (penglihatan kilatan cahaya atau sensasi aneh di tubuh). Jika ibu hamil memiliki riwayat migrain, penting untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai strategi penanganan yang aman.
<h2>Cara Mengatasi Sakit Kepala saat Hamil Secara Aman</h2>
Mengelola sakit kepala selama kehamilan memang tidak mudah, terutama karena pilihan obat yang terbatas demi menjaga keselamatan janin. Namun, ada banyak cara aman yang bisa dicoba agar ibu hamil merasa lebih nyaman.
<h3>1. Pilihan Obat yang Aman dan Perlu Dihindari</h3>
Paracetamol adalah obat penghilang rasa sakit yang dianggap paling aman untuk ibu hamil. Namun, penggunaannya harus dalam dosis terendah dan waktu sesingkat mungkin. Hindari penggunaan obat pereda nyeri lain seperti ibuprofen dan aspirin, kecuali diresepkan oleh dokter.
Penting: Jangan pernah mengonsumsi obat tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter atau apoteker, karena beberapa jenis obat dapat berdampak buruk pada perkembangan janin.
<h3>2. Perubahan Gaya Hidup untuk Meredakan Pusing</h3>
Gaya hidup sehat memainkan peran penting dalam mengurangi frekuensi dan intensitas sakit kepala. Beberapa kebiasaan yang bisa membantu antara lain:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Minum cukup air untuk menghindari dehidrasi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidur yang cukup dan usahakan memiliki rutinitas tidur yang konsisten.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Beristirahat di tempat yang tenang dan gelap, terutama saat merasakan migrain.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Melakukan yoga kehamilan atau meditasi, yang dapat membantu meredakan stres dan menenangkan pikiran.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Berjalan di udara segar untuk meningkatkan sirkulasi dan mengurangi ketegangan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menghindari makanan pemicu, seperti daging olahan dan makanan mengandung MSG.</li>
</ul>
<h3>3. Cara Alami Mengatasi Sakit Kepala</h3>
Selain obat, ibu hamil juga dapat mencoba metode alami untuk mengatasi sakit kepala:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kompres dingin atau panas di dahi atau leher belakang.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pijatan ringan di kepala, leher, dan bahu.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Aromaterapi ringan seperti lavender yang menenangkan. </li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Peregangan ringan untuk melemaskan otot-otot yang tegang. </li>
</ul>
<h2>Tips Mencegah Sakit Kepala Selama Kehamilan</h2>
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Beberapa cara pencegahan yang terbukti efektif meliputi:
<h3>1. Pola Makan dan Hidrasi yang Seimbang</h3>
Jangan biarkan perut kosong terlalu lama. Usahakan makan dalam porsi kecil namun sering, serta cukupi kebutuhan cairan harian minimal 8 gelas air putih.
<h3>2. Menghindari Pemicu Sakit Kepala</h3>
Identifikasi pemicu pribadi dengan membuat headache diary. Hindari makanan, suara keras, pencahayaan berlebih, atau situasi yang menyebabkan stres.
<h3>3. Jaga Rutinitas Tidur dan Aktivitas Harian</h3>
Tidur cukup (7&ndash;9 jam per malam) dan tidak begadang sangat penting. Selain itu, olahraga ringan seperti jalan kaki bisa meningkatkan energi dan mengurangi ketegangan.
<h2>Kesimpulan</h2>
Ibu hamil sering pusing bukanlah hal yang asing, terutama pada trimester pertama kehamilan. Meskipun sebagian besar kasus tidak berbahaya, memahami penyebabnya sangat penting untuk bisa melakukan tindakan yang tepat.&nbsp;
Dengan kombinasi pengelolaan gaya hidup, obat yang aman, dan pemantauan gejala, ibu hamil dapat menjalani kehamilan dengan lebih nyaman dan sehat.
Jika sakit kepala tak kunjung mereda atau disertai tanda-tanda serius seperti gangguan penglihatan dan bengkak, segera konsultasikan ke dokter. Ingatlah bahwa kesehatan ibu adalah kunci bagi perkembangan janin yang optimal.

Ibu Hamil Sering Pusing? Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya!

Kesehatan jiwa ibu hamil adalah kunci kehamilan yang sehat dan bahagia. Kenali gejala gangguan mental sejak dini dan temukan cara menjaga keseimbangan emosi dengan dukungan keluarga, tidur cukup, serta pola makan bergizi.

Kesehatan jiwa ibu hamil adalah fondasi penting untuk memastikan kehamilan yang sehat dan bahagia. Ketika seorang ibu hamil merasa tenang dan stabil secara emosional, dampaknya tidak hanya dirasakan oleh dirinya sendiri, tetapi juga oleh bayi yang sedang tumbuh di dalam kandungannya.&nbsp;
Namun, berbagai perubahan fisik, hormonal, hingga tekanan psikologis yang muncul selama masa kehamilan sering kali menjadi tantangan tersendiri. Oleh karena itu, penting bagi para ibu hamil untuk memahami cara menjaga kesehatan mental mereka agar tetap seimbang di setiap tahap kehamilan.
<h2>Gejala Gangguan Kesehatan Jiwa Ibu Hamil</h2>
Kenali gejala gangguan kesehatan jiwa sejak dini agar Bunda dapat segera mendapatkan perawatan yang tepat. Berikut beberapa tanda yang perlu diperhatikan:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ketegangan mental: Perasaan cemas dan rasa khawatir yang berlebihan, hingga sulit menikmati momen kehamilan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ketegangan fisik: Gelisah, gemetar, sulit rileks, ketegangan otot, sakit kepala yang sering datang, atau sensasi tidak nyaman lainnya.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Keluhan fisik lainnya: Jantung berdebar, keringat berlebih, sesak napas, kepala terasa ringan, hingga rasa tidak nyaman di perut bagian atas, terutama di sekitar ulu hati.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Gangguan tidur: Merasa lelah sepanjang waktu, namun sulit untuk tidur atau beristirahat dengan nyenyak.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Emosi tidak stabil: Mudah tersinggung, marah, atau merasa kehilangan kendali atas emosi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Perubahan hubungan dengan suami: Mengalami jarak emosional atau konflik yang lebih sering terjadi dalam hubungan.</li>
</ul>
Jika Bunda atau orang terdekat merasakan gejala ini, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan ahli seperti psikolog atau dokter untuk mendapatkan penanganan yang sesuai. Kesehatan jiwa selama kehamilan sama pentingnya dengan kesehatan fisik!
<h2>Cara Mendukung Kesehatan Jiwa Ibu Hamil</h2>
Kehamilan adalah perjalanan yang penuh tantangan dan kebahagiaan, tetapi Bunda tidak perlu menjalaninya sendirian. Dukungan suami dan keluarga sangat penting untuk menjaga kesehatan jiwa selama masa kehamilan.&nbsp;
Berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidur cukup: Pastikan Bunda mendapatkan waktu istirahat yang cukup setiap hari untuk mengembalikan energi dan menenangkan pikiran.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Konsumsi makanan bergizi: Nutrisi yang baik tidak hanya mendukung kesehatan fisik, tetapi juga membantu mengelola emosi dan suasana hati.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Periksa kesehatan jiwa secara rutin: Jangan ragu untuk pergi ke Puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan untuk melakukan pemeriksaan terkait kesehatan jiwa selama kehamilan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Dukungan suami atau keluarga: Suami atau anggota keluarga perlu mendampingi Bunda, memberikan perhatian, serta membantu dalam berbagai kebutuhan harian agar Bunda merasa didukung secara emosional dan praktis.</li>
</ul>
Dukungan ini tidak hanya menjaga kesehatan jiwa Bunda tetapi juga menciptakan lingkungan yang positif untuk perkembangan si kecil di dalam kandungan.
<h2>Kesimpulan</h2>
Kesehatan jiwa ibu hamil adalah kunci kehamilan yang sehat dan bahagia. Dengan mengenali gejala gangguan mental sejak dini, tidur cukup, makan bergizi, dan mendapat dukungan keluarga, Bunda dapat menjaga keseimbangan emosi. Ingat, kesehatan jiwa Bunda juga memengaruhi tumbuh kembang si kecil dalam kandungan.

Cara Menjaga Kesehatan Jiwa Ibu Hamil agar Lebih Stabil

Bayi sering kentut adalah hal yang normal, tapi kapan harus khawatir? Temukan penyebab, cara mengatasi, dan tanda-tanda bayi perlu dibawa ke dokter dalam panduan lengkap ini.

Bagi banyak orang tua baru, mendengar suara kentut dari bayi bisa jadi hal yang menggelikan, tapi juga menimbulkan tanda tanya. Apakah normal kalau bayi sering kentut? Apakah itu pertanda masalah pencernaan atau sesuatu yang harus dikhawatirkan?
Kentut sebenarnya adalah bagian alami dari proses tubuh membuang gas, dan pada bayi, hal ini terjadi lebih sering karena sistem pencernaannya masih berkembang. Meski begitu, kentut yang terlalu sering, disertai tangisan atau gejala tidak nyaman lainnya, mungkin membuat AyBun merasa cemas.
Dalam artikel ini, kita akan membahas secara menyeluruh apa saja penyebab bayi sering kentut, bagaimana cara mengatasinya, kapan situasi ini masih dianggap normal, dan kapan sebaiknya AyBun membawa si kecil ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.
<h2>Apakah Bayi Sering Kentut Itu Normal?</h2>
Kentut adalah hal yang sangat wajar terjadi pada bayi, bahkan bisa dibilang sehari-hari. Bayi yang sehat bisa kentut antara 13 hingga 21 kali dalam sehari. Hal ini terjadi karena sistem pencernaan mereka masih dalam tahap perkembangan dan belum sepenuhnya matang.
Jadi, sering kentut pada bayi adalah hal normal, terutama jika bayi tetap terlihat nyaman, tidak rewel berlebihan, makan dan tidur dengan baik. Namun, jika bayi tampak kesakitan, menangis terus-menerus, atau menunjukkan tanda-tanda tidak nyaman setiap kali kentut, ini bisa menjadi tanda ada masalah yang memerlukan perhatian lebih lanjut.
<h2>Penyebab Bayi Sering Kentut</h2>
Beberapa penyebab umum yang membuat bayi sering kentut antara lain:
<h3>1. Menelan Udara saat Menyusu</h3>
Bayi sering menelan udara ketika menyusu, baik dari botol maupun langsung dari payudara. Hal ini bisa terjadi karena posisi menyusu yang kurang tepat atau dot botol yang terlalu cepat alirannya.
<h3>2. Menangis Berlebihan</h3>
Saat bayi menangis, mereka juga bisa menelan udara. Udara ini akan masuk ke dalam saluran pencernaan dan memicu pembentukan gas.
<h3>3. Sistem Pencernaan yang Belum Sempurna</h3>
Saluran cerna bayi masih belajar bagaimana cara mencerna makanan dengan efisien. Akibatnya, gas lebih mudah terbentuk dalam proses tersebut.
<h3>4. Alergi atau Sensitivitas terhadap Makanan</h3>
Beberapa bayi mungkin sensitif terhadap susu tertentu atau makanan yang dikonsumsi oleh ibu yang menyusui, seperti produk susu atau makanan bergas.
<h3>5. Kurangnya Aktivitas Fisik</h3>
Bayi yang banyak tidur atau tidak cukup aktif (belum bisa bergerak bebas) cenderung memiliki sistem pencernaan yang lebih lambat, sehingga gas mudah terperangkap.
<h2>Cara Mengatasi Bayi yang Sering Kentut</h2>
Jika bayi terlihat tidak nyaman karena gas, ada banyak cara sederhana yang bisa membantu:
<h3>1. Sendawakan Bayi secara Teratur</h3>
Sendawakan bayi setelah dan selama menyusu untuk membantu mengeluarkan udara dari perut sebelum berubah menjadi gas.
<h3>2. Lakukan &ldquo;Tummy Time&rdquo;</h3>
Tummy time membantu memperkuat otot perut dan mendorong gas keluar secara alami.
<h3>3. Gerakkan Kaki Seperti Mengayuh Sepeda</h3>
Letakkan bayi di atas punggung dan gerakkan kakinya seperti mengayuh sepeda. Ini membantu mendorong gas keluar dari perut.
<h3>4. Pijat Perut dengan Lembut</h3>
Pijat perut bayi searah jarum jam menggunakan jari secara lembut untuk membantu mengeluarkan gas.
<h3>5. Gendong dengan Posisi Tegak</h3>
Gendong bayi dalam posisi tegak setelah menyusu untuk memudahkan udara naik dan keluar sebagai sendawa.
<h3>6. Coba Dot dan Botol Khusus Anti-Kolik</h3>
Beberapa botol dirancang khusus untuk mengurangi masuknya udara saat menyusu.
<h2>Kapan Harus Membawa Bayi ke Dokter?</h2>
Meskipun kentut pada bayi umumnya normal, ada kalanya AyBun perlu konsultasi dengan dokter anak, terutama jika muncul tanda-tanda berikut:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bayi menangis terus-menerus atau tidak bisa ditenangkan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Perut bayi tampak keras dan buncit</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Muntah berulang atau ada darah di feses</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Demam (suhu &ge; 38&deg;C)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bayi tidak buang air besar lebih dari 2 hari</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Penurunan berat badan atau tidak mau menyusu</li>
</ul>
Dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan fisik, meminta asupan makanan, atau memeriksa feses untuk memastikan tidak ada kondisi medis yang lebih serius seperti alergi protein susu sapi atau infeksi pencernaan.
<h2>Kesimpulan</h2>
Bayi yang sering kentut adalah hal yang lumrah, selama tidak disertai tanda-tanda bahaya. Sebagian besar kasus dapat diatasi dengan langkah-langkah sederhana di rumah seperti tummy time, burping, dan pijat lembut. Namun, jika gas disertai gejala mengkhawatirkan, segera konsultasi dengan dokter untuk memastikan semuanya baik-baik saja.

Apa yang Menyebabkan Bayi Sering Kentut? Normal atau Tidak?

Apakah ibu hamil boleh puasa? Temukan panduan lengkap tentang hukum Islam, manfaat, syarat, serta tips aman agar ibu hamil tetap sehat saat berpuasa di bulan Ramadan.

Puasa merupakan ibadah penting bagi umat Muslim, terutama di bulan Ramadhan. Namun, bagi ibu hamil, muncul pertanyaan: Apakah ibu hamil boleh puasa? Kekhawatiran ini wajar, mengingat Bunda membutuhkan asupan nutrisi yang cukup untuk menjaga kesehatan diri dan janin yang dikandungnya.
Secara medis dan agama, puasa bagi ibu hamil sebenarnya diperbolehkan dengan syarat tertentu. Kondisi kesehatan ibu dan janin harus menjadi pertimbangan utama sebelum memutuskan untuk berpuasa.
Lalu, bagaimana cara menjalani puasa yang aman selama kehamilan? Artikel ini akan membahas secara lengkap hukum puasa bagi ibu hamil hingga tips menjaga kesehatan saat berpuasa.
<h2>Apakah Ibu Hamil Boleh Puasa Menurut Islam?</h2>
Dalam Islam, ibu hamil diperbolehkan untuk tidak berpuasa jika ada kekhawatiran terhadap kesehatannya atau janinnya. Sama seperti orang sakit, Bunda mendapatkan keringanan (rukhshah) dalam menjalankan puasa, tergantung pada kondisi kesehatannya.&nbsp;
Jika berpuasa tidak menimbulkan risiko, maka Bunda tetap wajib berpuasa. Namun, jika puasa bisa membahayakan Bunda atau janin, maka diperbolehkan untuk berbuka dan menggantinya di lain waktu.
Karena setiap kehamilan memiliki risiko yang berbeda, ibu hamil dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum memutuskan berpuasa.&nbsp;
Jika dokter menyatakan bahwa puasa tidak membahayakan kesehatan Bunda dan janin, tetap wajib berpuasa. Sebaliknya, jika ada potensi bahaya, lebih baik mengambil keringanan yang diberikan dalam Islam demi menjaga kesehatan diri dan janin.
<h2>Manfaat Puasa untuk Ibu Hamil</h2>
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa puasa selama kehamilan umumnya tidak berdampak negatif pada bayi yang baru lahir. Penelitian tersebut menyatakan bahwa:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Puasa tidak meningkatkan risiko kelahiran prematur.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Puasa tidak menyebabkan berat badan bayi lahir rendah.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Puasa dapat membantu mengontrol kenaikan berat badan ibu selama kehamilan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Puasa pada trimester kedua dapat mengurangi risiko diabetes gestasional.</li>
</ul>
Namun, ibu hamil yang berpuasa tetap harus berhati-hati karena kurangnya asupan makanan dan cairan dapat menyebabkan dehidrasi dan kelelahan. 
Oleh karena itu, ibu hamil perlu menerapkan pola makan yang seimbang dan memastikan tubuh tetap terhidrasi agar tetap sehat selama berpuasa.
<h2>Syarat Puasa untuk Ibu Hamil</h2>
Agar puasa tetap aman bagi ibu hamil, ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Memiliki kondisi kesehatan yang baik sebelum dan selama kehamilan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Berat badan ideal dan pola hidup sehat sebelum memulai puasa.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kehamilan sudah memasuki trimester kedua, karena pada trimester pertama dan ketiga tubuh lebih rentan terhadap perubahan metabolisme.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Cuaca tidak terlalu panas, karena suhu tinggi dapat memperburuk risiko kekurangan cairan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Konsultasi dengan dokter kandungan sebelum berpuasa untuk mengetahui apakah tubuh mampu menjalani puasa tanpa risiko bagi janin.</li>
</ol>
Jika ibu hamil mengalami kelelahan ekstrem, pusing, dehidrasi, atau tanda bahaya lainnya, sebaiknya segera membatalkan puasa untuk menjaga kesehatan ibu dan janin.
<h2>Kalori Harian Ibu Hamil saat Puasa</h2>
Penting! Kalori harian ibu hamil tidak boleh berkurang selama puasa. Sebaliknya, asupan kalori harian hanya perlu dipindahkan ke tiga waktu makan utama, yaitu:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sahur &ndash; Pastikan mengonsumsi makanan bernutrisi tinggi untuk energi sepanjang hari.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Berbuka &ndash; Awali dengan kurma dan air, lalu konsumsi makanan sehat dalam porsi cukup.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Setelah Tarawih &ndash; Makan malam yang lengkap dengan protein, karbohidrat, dan lemak sehat.</li>
</ol>
Dengan cara ini, asupan nutrisi tetap terjaga meskipun sedang berpuasa.
<h2>Tips Puasa Sehat untuk Ibu Hamil</h2>
Agar tetap sehat selama berpuasa, ibu hamil perlu menjaga keseimbangan nutrisi, hidrasi, dan energi. Berikut beberapa tips yang dapat membantu ibu hamil menjalani puasa dengan aman:
<h3>1. Perbanyak Minum Air dan Hindari Dehidrasi</h3>
Minum banyak air saat sahur dan berbuka untuk mencegah dehidrasi. Konsumsi makanan tinggi kandungan air seperti buah dan sayur. Hindari makanan asin dan tinggi garam karena bisa membuat lebih cepat haus.
<h3>2. Jangan Melewatkan Sahur</h3>
Sahur memberikan energi yang dibutuhkan tubuh sepanjang hari. Pilih makanan bergizi seimbang yang kaya protein, serat, dan karbohidrat kompleks seperti roti gandum dan nasi merah. Hindari makanan manis berlebihan agar tidak cepat lemas setelah sahur.
<h3>3. Konsumsi Makanan Berserat Tinggi</h3>
Perubahan pola makan saat puasa bisa menyebabkan sembelit. Konsumsi makanan tinggi serat seperti sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian. Pastikan makanan mengandung karbohidrat kompleks, protein, dan lemak sehat agar kenyang lebih lama.
<h3>4. Hindari Makan Berlebihan Saat Berbuka</h3>
Makan dalam porsi wajar untuk mencegah gangguan pencernaan. Hindari makanan tinggi lemak dan garam agar tubuh tetap nyaman. Makan secara perlahan dan pilih makanan yang mudah dicerna.
<h3>5. Kurangi Aktivitas Berat dan Istirahat yang Cukup</h3>
Hindari berjalan jauh, mengangkat benda berat, atau melakukan pekerjaan rumah yang menguras tenaga. Lakukan aktivitas ringan seperti peregangan atau berjalan santai agar tetap bugar. Jika merasa pusing atau lemas, segera istirahat dan jangan memaksakan diri.
<h3>6. Minta Bantuan dan Kelola Pekerjaan dengan Bijak</h3>
Jangan ragu meminta bantuan keluarga untuk pekerjaan rumah. Diskusikan dengan atasan tentang kemungkinan pengurangan jam kerja atau tambahan waktu istirahat selama Ramadan. Prioritaskan waktu untuk beristirahat agar tubuh tetap kuat menjalani puasa.
Dengan mengikuti tips ini, Bunda dapat menjalani puasa dengan lebih sehat dan nyaman. Namun, jika merasa terlalu lemas atau mengalami tanda-tanda dehidrasi, sebaiknya segera membatalkan puasa demi kesehatan Bunda dan bayi.
Baca Juga: <a href="https://tentanganak.com/artikel/tips-jaga-kesehatan-saat-berpuasa-dan-mengasuh-anak/">Tips Jaga Kesehatan saat Berpuasa dan Mengasuh Anak</a>
<h2>Kesimpulan</h2>
Jadi, apakah ibu hamil boleh puasa? Jawabannya bisa, tetapi dengan syarat tertentu. Jika kondisi tubuh sehat dan dokter mengizinkan, Bunda dapat berpuasa dengan tetap memperhatikan pola makan dan hidrasi.&nbsp;
Namun, jika ada risiko bagi kesehatan Bunda atau janin, Islam memberikan keringanan untuk berbuka dan mengganti puasa di lain waktu. Agar puasa tetap aman, Bunda perlu memperhatikan asupan cairan, makanan bergizi, serta menghindari aktivitas berat.&nbsp;
Jika merasa terlalu lemas atau mengalami tanda-tanda dehidrasi, sebaiknya segera membatalkan puasa demi kesehatan Bunda dan bayi.
Bunda bisa konsultasi lebih lanjut dengan dokter kandungan lewat fitur <a href="tentanganak://consult_list?type=consult_list">Tanya Ahli</a> di aplikasi Tentang Anak.

Apakah Ibu Hamil Boleh Puasa? Ini Tips Puasa Sehat selama Kehamilan!

Bolehkah makan sushi saat hamil? Ibu hamil harus menghindari ikan mentah, tetapi masih bisa menikmati sushi yang dimasak atau berbahan sayur. Simak panduan lengkap jenis sushi yang aman untuk ibu hamil dan tips konsumsi yang sehat!

Sushi adalah makanan Jepang yang populer dan digemari oleh banyak orang di seluruh dunia. Namun, bagi ibu hamil, konsumsi sushi sering menjadi perdebatan. Banyak orang bertanya-tanya, bolehkah makan sushi saat hamil? Apakah ada jenis sushi yang aman dikonsumsi tanpa membahayakan janin?
Menurut para ahli kesehatan, konsumsi ikan mentah selama kehamilan dapat meningkatkan risiko infeksi bakteri dan paparan merkuri, yang bisa berdampak buruk bagi ibu dan janin. Namun, ini bukan berarti semua jenis sushi harus dihindari. Ada beberapa pilihan sushi yang aman dikonsumsi selama kehamilan, asalkan memenuhi standar kebersihan dan keamanan tertentu.
Jika Bunda sedang mengandung dan ingin tetap menikmati sushi tanpa khawatir, simak panduan berikut ini mengenai jenis sushi yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi selama kehamilan.
Bahaya Makan Sushi Mentah saat Hamil
<h3>1. Risiko Infeksi Bakteri dan Parasit</h3>
Sushi yang mengandung ikan mentah, seperti sashimi atau nigiri dengan tuna mentah, dapat mengandung bakteri berbahaya seperti Listeria monocytogenes dan parasit seperti Anisakis.&nbsp;
Ibu hamil memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah, sehingga lebih rentan terkena infeksi. Infeksi Listeria bisa menyebabkan keguguran, persalinan prematur, atau komplikasi serius lainnya.
<h3>2. Paparan Merkuri</h3>
Beberapa jenis ikan yang sering digunakan dalam sushi, seperti tuna sirip kuning (ahi), makarel, dan ikan todak, mengandung kadar merkuri yang tinggi. Merkuri bisa berdampak buruk pada perkembangan otak dan sistem saraf janin. Oleh karena itu, ibu hamil disarankan untuk memilih ikan dengan kadar merkuri yang lebih rendah.
<h3>3. Kontaminasi Silang</h3>
Meskipun sushi dibuat di restoran terpercaya, ada kemungkinan terjadinya kontaminasi silang antara makanan mentah dan makanan matang. Ini bisa meningkatkan risiko infeksi bakteri.&nbsp;
Oleh sebab itu, jika ingin makan sushi saat hamil, pastikan makanan tersebut disiapkan dengan higienis dan tidak bersentuhan dengan bahan mentah lainnya.
Jenis Sushi yang Aman untuk Ibu Hamil
Jika Bunda ingin tetap menikmati sushi selama hamil, berikut adalah beberapa jenis sushi yang lebih aman dikonsumsi:
<h3>1. Sushi yang Dimatangkan atau Dimasak</h3>
Sushi yang menggunakan ikan yang sudah dimasak dengan suhu yang cukup aman untuk dikonsumsi oleh ibu hamil. Beberapa contoh sushi yang bisa Bunda nikmati:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">California Roll (menggunakan kepiting imitasi yang sudah dimasak)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ebi Roll (mengandung udang yang telah direbus)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Unagi Roll (menggunakan belut yang sudah dipanggang)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tamago Sushi (sushi dengan telur dadar Jepang)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tempura Roll (menggunakan seafood yang sudah digoreng)</li>
</ul>
<h3>2. Sushi Vegetarian</h3>
Sushi tanpa ikan mentah adalah pilihan terbaik bagi ibu hamil. Beberapa jenis sushi vegetarian yang bisa dikonsumsi antara lain:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kappa Maki (sushi isi mentimun)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Avocado Roll (sushi isi alpukat)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Shiitake Mushroom Roll (sushi dengan jamur shiitake)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Futomaki Roll (sushi gulung besar dengan sayuran)</li>
</ul>
<h3>3. Sushi dengan Ikan Rendah Merkuri</h3>
Jika ingin tetap mengonsumsi sushi berbahan ikan, pilihlah ikan dengan kadar merkuri rendah, seperti:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Salmon (sake sushi) yang dimasak</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ikan teri</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Udang dan kepiting yang sudah dimasak</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Cumi-cumi yang telah dimasak</li>
</ul>
Tips Aman Makan Sushi saat Hamil
Agar tetap aman menikmati sushi selama hamil, perhatikan beberapa tips berikut ini:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Hindari sushi dengan ikan mentah &ndash; Pilih sushi yang menggunakan ikan matang atau varian vegetarian.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pastikan restoran memiliki standar kebersihan tinggi &ndash; Pilih tempat makan yang terpercaya dan memiliki reputasi baik dalam menyajikan makanan yang higienis.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Periksa bahan yang digunakan dalam sushi &ndash; Pastikan tidak ada ikan mentah atau bahan lain yang berisiko bagi ibu hamil.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Batasi konsumsi ikan tinggi merkuri &ndash; Hindari ikan seperti tuna sirip kuning, makarel, dan ikan todak.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Konsumsi dalam jumlah yang wajar &ndash; Jangan makan sushi berlebihan untuk menghindari risiko kontaminasi yang tidak disengaja.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Konsultasikan dengan dokter &ndash; Jika Bunda ragu, tanyakan kepada dokter apakah sushi yang ingin Anda makan aman untuk kehamilan.</li>
</ol>
Kesimpulan
Jadi, bolehkah makan sushi saat hamil? Jawabannya adalah ya, tetapi dengan catatan! Ibu hamil harus menghindari sushi yang mengandung ikan mentah karena risiko infeksi bakteri, parasit, dan paparan merkuri yang tinggi. Namun, sushi yang dimasak atau berbahan dasar sayuran tetap aman dikonsumsi selama kehamilan.
Pastikan untuk selalu memilih sushi dari tempat yang higienis dan memeriksa kandungan bahannya sebelum mengonsumsinya. Dengan pemilihan yang tepat, ibu hamil tetap bisa menikmati sushi tanpa membahayakan kesehatan diri sendiri maupun janin.
Jika Bunda masih ragu atau memiliki pertanyaan lebih lanjut, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan saran terbaik sesuai kondisi kehamilan Bunda.