Temukan gejala autisme yang mungkin muncul pada bayi usia 12 bulan, seperti kurangnya respons sosial dan komunikasi. Pelajari tanda-tanda awal dan pentingnya deteksi dini untuk mendukung perkembangan optimal anak dalam artikel ini.

Kesehatan Anak

Autisme sering didiagnosis biasanya saat anak berusia 12 bulan atau 1 tahun, namun beberapa orang tua mungkin mulai melihat tanda-tandanya sejak bayi, tergantung pada gejala dan tingkat keparahannya.&nbsp;
Mengetahui apa yang perlu diperhatikan bisa membantu orang tua melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk mendukung perkembangan anak secara optimal. 
Penting untuk AyBun mengenal tanda bahaya perkembangan si Kecil sebagai deteksi dini!
<h2>Memahami Autisme</h2>
Autisme adalah gangguan neurologis dan kumpulan gangguan perkembangan pada keterampilan sosial, emosional, bermain, belajar, dan berkomunikasi.&nbsp;
Gejala umum lainnya termasuk perilaku berulang, minat obsesif, serta tantangan dengan makanan dan makan.&nbsp;
Namun, penting diingat bahwa setiap individu dengan autisme adalah unik. Kasus autisme juga bervariasi pada spektrum yang berkisar dari ringan hingga berat.&nbsp;
Menurut CDC, autisme saat ini memengaruhi 1 dari 36 anak, dan lebih sering terjadi pada anak laki-laki, yaitu empat kali lebih mungkin dibandingkan anak perempuan.
<h2>Penyebab Autisme</h2>
Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan autisme, tetapi diduga merupakan hasil dari kombinasi faktor genetik dan lingkungan.&nbsp;
Beberapa faktor risiko yang meningkatkan autisme meliputi:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Memiliki saudara kandung yang juga autis</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kelahiran prematur</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Berat badan lahir rendah</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Komplikasi selama kehamilan atau persalinan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kondisi genetik atau kromosom tertentu</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Orang tua yang berusia lanjut saat mengandung.</li>
</ol>
Namun, penting untuk diingat bahwa tidak ada bukti yang mengaitkan vaksin dengan autisme.
<h2>Tanda-tanda Autisme pada Bayi</h2>
Pada usia 12 bulan, anak dengan autisme mungkin tidak berkomunikasi melalui suara atau gerakan dan mungkin tidak merespons rangsangan sosial.&nbsp;
Meskipun tanda-tanda ini tidak secara pasti menunjukkan autisme, hal ini bisa menjadi indikator untuk penilaian lebih lanjut. 
Faktor lain juga dapat memengaruhi perkembangan bayi.
Penting untuk AyBun mengenal tanda bahaya perkembangan si Kecil sebagai deteksi dini!
<h3>Tanda Autisme Sejak Usia 12 Bulan</h3>
Tanda-tanda autisme yang mungkin muncul pada bayi usia 12 bulan meliputi:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak atau sulit menoleh saat dipanggil namanya</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak ada ocehan (babbling) Misalnya mama, baba, papa</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak dapat menunjuk dengan jari telunjuk</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak menunjukkan mimik wajah yang wajar misalnya, tidak tertawa / tersenyum saat diajak bercanda.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Belum bisa merangkak dengan baik</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menghindari kontak mata</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Belum bisa berdiri dengan seimbang tanpa didukung.</li>
</ol>
<h3>Tanda Autisme Sejak Usia 16 - 24 Bulan</h3>
Tanda-tanda autisme yang mungkin muncul pada bayi usia 16 - 24 bulan meliputi:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak dapat mengucapkan kata berarti selain &ldquo;mama&rdquo; dan &ldquo;papa&rdquo; pada usia 16 bulan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak ada kalimat sederhana 2 kata selain meniru/mengulang kalimat AyBun pada usia 24 bulan . Misal: &ldquo;mau makan&rdquo;, &ldquo;mau mobil&rdquo;.</li>
</ol>
<h3>Tanda Autisme Pada Seluruh Usia</h3>
Hilangnya kemampuan berbahasa atau kemampuan sosial, misalnya anak sebelumnya sudah bisa ucapkan beberapa kata namun tiba-tiba tidak bisa berbicara sama sekali.
<h2>Lakukan Diagnosis Sejak Dini</h2>
Semakin dini diagnosis autisme dilakukan akan semakin cepat intervensi dapat diberikan. Studi menunjukkan 20% anak dengan autisme dapat mandiri dalam aktivitas sehari-hari.
Jika AyBun menemukan salah satu tanda bahaya tersebut, jangan menunda untuk berkonsultasi dengan DSA ya!
Intervensi autisme disesuaikan berdasarkan usia, beratnya gejala, dan kemampuan intelektual anak.
Beberapa terapi yang terbukti secara ilmiah untuk menatalaksana autisme:
<ol>
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sensori Integrasi (SI)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Terapi perilaku</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sensory-based intervention</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Terapi wicara.</li>
</ol>
</ol>
Baca juga: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=1470">ADHD pada Anak dan Bedanya dengan Autisme</a>
<h2>Penutup</h2>
Memahami tanda-tanda awal dapat membantu AyBun mendukung perkembangan anak dengan lebih baik. 
Diagnosis dan intervensi dini penting untuk meningkatkan kemungkinan anak mandiri dalam aktivitas sehari-hari.
AyBun bisa mencobai fitur <a href="tentanganak://screening?type=screening">skrining autisme</a> yang dimiliki oleh Aplikasi Tentang Anak untuk membantu&nbsp; mendeteksi tanda-tanda awal autisme. 
Semoga informasi di atas bermanfaat!

Gejala Autisme Sudah Muncul Sejak Anak 12 Bulan!

Ketahui rentang fokus anak &amp; temukan tips efektif melatih kemampuan fokus anak agar mereka bisa berkembang dengan optimal. Baca panduan praktis untuk membantu si Kecil meningkatkan konsentrasi dan kesiapan menghadapi tantangan..

Di usia balita, si Kecil mulai aktif mengeksplorasi dunia sekitarnya. Dari bermain bersama teman, belajar membaca dan berhitung, hingga mulai membantu Ayah dan Bunda menyelesaikan tugas rumah sederhana.&nbsp;
Untuk bisa berhasil melakukan semua kegiatan ini, si Kecil tentu membutuhkan kemampuan fokus yang baik.
Attention span atau rentang perhatian adalah durasi waktu di mana seorang anak mampu mempertahankan perhatian terhadap suatu aktivitas. Durasi ini biasanya berbanding lurus dengan usia anak.&nbsp;
Namun, setiap anak memiliki kemampuan fokus yang berbeda-beda. Lalu, berapa lama sebenarnya si Kecil bisa fokus?&nbsp;
Dan bagaimana jika kemampuan fokus anak Anda belum sesuai dengan usianya?
<h2>Berapa Lama Rentang Fokus Anak</h2>
Menurut data yang dipublikasikan oleh Brain Balance Center, rentang fokus ideal pada anak dihitung dengan mengalikan usia mereka dengan dua hingga tiga menit saat seorang anak umumnya dapat mempertahankan konsentrasi pada tugas yang diberikan.&nbsp;
Misalnya, anak usia 2 tahun memiliki rentang fokus ideal sekitar 4 hingga 6 menit, anak usia 4 tahun sekitar 8 hingga 12 menit, begitu pun seterusnya.
Berikut tabel rentang fokus anak:
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/1677637257.png" alt="tabel rentang fokus anak" width="60%" height="60%" />
&nbsp;
<h2>Tips Efektif Melatih Kemampuan Fokus Anak</h2>
Kemampuan fokus adalah kunci perkembangan anak yang optimal, membantu mereka menyerap informasi dan menyelesaikan tugas dengan baik.&nbsp;
Namun, tidak semua anak memiliki kemampuan fokus yang kuat sejak dini. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengetahui cara efektif melatih fokus anak agar mereka bisa menghadapi berbagai tantangan dengan lebih baik.&nbsp;
Berikut ini adalah beberapa tips efektif yang dapat Anda coba.
<h3>1. Batasi Screen Time Sesuai Usia</h3>
Terlalu banyak screen time dapat berdampak negatif pada kemampuan fokus, kognitif, regulasi emosi, dan perkembangan bahasa anak. Ayah dan Bunda bisa cek panduan batas screen time sesuai usia di aplikasi Tentang Anak.
<h3>2. Gunakan Benda Konkret dan Ringan dalam Proses Belajar</h3>
Melibatkan objek nyata yang bisa dilihat, disentuh, dan digunakan langsung dapat meningkatkan ketertarikan, fokus, serta koordinasi sensorimotor si Kecil.
<h3>3. Pastikan Anak Tidur Cukup dan Kenyang Sebelum Berkegiatan</h3>
Kondisi fisik yang baik, seperti cukup tidur dan perut kenyang, akan membuat mood anak lebih stabil dan memudahkan mereka untuk fokus.
<h3>4. Sediakan Tempat Khusus untuk Belajar atau Bermain</h3>
Atur ruang yang bebas dari distraksi seperti mainan yang berserakan atau TV yang menyala, sehingga anak bisa belajar atau bermain dengan tenang.
<h3>5. Pecah Tugas Besar Menjadi Aktivitas yang Lebih Sederhana</h3>
Anak-anak cenderung lebih mudah fokus jika tugas besar dipecah menjadi langkah-langkah kecil yang lebih mudah dikelola.&nbsp;
Misalnya, saat belajar memasang puzzle, bantu si Kecil dengan menunjukkan langkah awal, kemudian biarkan dia menyelesaikannya sendiri.
<h3>6. Beri Jeda dan Ajak Anak Beristirahat Sejenak</h3>
Setelah melakukan aktivitas yang memerlukan konsentrasi, ajak anak beristirahat sejenak dengan minum air putih, mengambil camilan, atau sekadar stretching.
<h3>7. Biarkan Anak Bereksplorasi Tanpa Banyak Intervensi</h3>
Ketika tidak diperlukan, kurangi intervensi agar anak bisa belajar mandiri dan meningkatkan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah.
<h3>8. Apresiasi Setiap Kemajuan yang Ditunjukkan Anak</h3>
Berikan pujian yang spesifik untuk setiap usaha yang dilakukan anak. Misalnya, "Wah, hari ini Kakak bisa menyelesaikan gambarnya dengan rapi, pasti karena sering berlatih!"
Baca juga: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=1470">ADHD pada Anak dan Bedanya dengan Autisme</a>
<h2>Penutup</h2>
Dengan menerapkan tips di atas, AyBun dapat membantu si Kecil meningkatkan fokusnya sehingga lebih siap menghadapi berbagai tantangan.
Ingat, setiap anak berkembang dengan cara yang unik, jadi kesabaran dan konsistensi sangat penting.
Jika AyBun butuh bantuan lebih lanjut, jangan ragu untuk menggunakan fitur <a href="tentanganak://consult_list?type=consult_list">Tanya Ahli</a> di aplikasi Tentang Anak. Para ahli siap membantu Anda dengan saran yang tepat.

Rentang Kemampuan Fokus Anak Sesuai Usianya

Durian memang buah yang kontroversial dalam dunia makanan. Dikenal dengan aroma yang kuat dan rasa yang khas, dan juga disebut sebagai "raja buah" di Asia Tenggara. Namun, banyak di antara Ayah Bunda mempertanyakan Apakah bolehkah anak makan durian? Pada artikel ini, kita akan mengupas mitos seputar anak dan durian serta

Nutrisi

Durian memang buah yang kontroversial dalam dunia makanan. Dikenal dengan aroma yang kuat dan rasa yang khas, dan juga disebut sebagai "raja buah" di Asia Tenggara.&nbsp;
Namun, banyak di antara Ayah Bunda mempertanyakan Apakah bolehkah anak makan durian?&nbsp;
Pada artikel ini, kita akan mengupas mitos seputar anak dan durian serta memberikan panduan yang jelas tentang kapan dan bagaimana mengenalkan durian pada anak-anak.
Sebelum itu yuk bahas mitos dan fakta durian.
<h2>Mitos dan Fakta Durian</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/650448a1-f7ccac9a-8ad7-41be-8cd0-273245831691.jpg" />
Pasalnya, banyak berita tentang durian yang beredar di kalangan Ayah Bunda, seperti diperbolehkan memberi durian pada anak berusia di bawah 1 tahun karena kandungan serat yang tinggi pada durian. Tak hanya berserat tinggi, durian juga mengandung vitamin C dan beta-karoten, serta beberapa mineral penting bagi tubuh, seperti kalsium, fosfor, zat besi, natrium, dan kalium.
Meskipun ada beberapa jenis durian yang rasanya tidak terlalu manis, tetapi kandungan gula di dalamnya terbilang tinggi. Hal ini dikarenakan durian mengandung berbagai macam jenis gula sederhana, seperti sukrosa, fruktosa, dan glukosa yang dapat meningkatkan kadar gula darah pada Si Kecil. Jika durian dikonsumsi dalam porsi yang berlebihan, Si Kecil bisa saja berisiko mengalami obesitas.
Betul AyBun karena pada dasarnya segala hal yang berlebihan tentu akan membahayakan. Jika durian dikonsumsi oleh Si Kecil saat mereka berusia 2-3 tahun, hal tersebut akan aman-aman saja. Hal ini karena Si Kecil baru dapat menerima makanan bertekstur saat usianya sudah memasuki usia 2 tahun.
Jika Si Kecil baru kali ini diperkenalkan dengan buah durian, Ayah Bunda bisa memperkenalkan durian dengan porsi kecil dan tidak berlebihan. 
Namun, akan lebih baik jika hal ini didiskusikan terlebih dulu dengan dokter anak di fitur Tanya Ahli aplikasi Tentang Anak untuk mendapatkan kejelasan perihal boleh atau tidak bolehnya. Nah, selain itu tentunya ada manfaat dari mengonsumsi buah durian, lho!&nbsp;
<h2>Manfaat Durian</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/650448c1-7c5ca8fe-3d3c-49f7-98b8-bb41a11f6333.jpg" />
Selain daging buahnya, biji durian juga bernilai tinggi karena dapat dimakan setelah direbus atau dipanggang dan dijadikan tepung dan keripik durian. Selanjutnya daun dan pucuk muda tanaman durian dapat dimasak sebagai sayuran hijau seperti yang disebutkan oleh Wan. Selain itu, hidangan seperti &ldquo;pulut durian&rdquo; dan &ldquo;tempoyak&rdquo; disajikan bersama dengan durian
<h3>1. Bantu Jaga Kesehatan Tulang</h3>
Durian mengandung kalsium dan potasium. Meskipun kalsium hadir dalam jumlah rendah dalam durian, tetapi jumlah potasium yang ada dalam durian memenuhi sekitar 9% kebutuhan harian tubuh kita.&nbsp;
Potasium merupakan logam alkali atau elektrolit di tubuh dan menyatu dengan menu bernutrisi. Elektrolit, seperti kalsium, klorida, dan sodium, berasal dari makanan dan cairan yang orang konsumsi.
Memonitor asupan potasium pada anak yang aktif dan orang dewasa khususnya penting, karena potasium hilang dalam keringat, akibat berolahraga serta paparan terhadap suhu yang ekstrim.
Ketika menggantikan cairan yang hilang selama berolahraga, AyByn dan si Kecil perlu mendapat potasium yang cukup dari makanan setiap hari, karena potasium berperan penting dalam menjaga keseimbangan cairan tubuh. Minum cairan yang cukup juga penting agar tetap terhidrasi dan sejuk, karena dehidrasi kronis bisa menyebabkan banyak masalah kesehatan.
<h3>2. Melawan Kanker&nbsp;</h3>
Durian memiliki kekayaan vitamin, nutrisi, dan bahan kimia organik yang berfungsi sebagai antioksidan. Dalam perang melawan kanker, radikal bebas sangatlah penting, karena selama metabolisme sel, dihasilkan produk sampingan yang disebut radikal bebas.
Radikal bebas ini dapat menghancurkan DNA sel biasa dan mengubahnya menjadi sel kanker, yang kemudian dapat bermetastasis atau membentuk pertumbuhan tumor yang fatal. 
Semua antioksidan yang mengurangi stres oksidatif pada organ tubuh merupakan bonus bagi sistem kekebalan tubuh, dan durian kaya akan antioksidan, termasuk vitamin C, vitamin B kompleks, dan vitamin E, serta fitonutrien yang melawan sel kanker.
Kesimpulannya, durian menawarkan manfaat yang tidak perlu diragukan lagi bagi kita namun dapat menimbulkan kerugian bagi tubuh kita jika dikonsumsi secara berlebihan.
 Oleh karena itu, jika Ayah Bunda akan mengenalkan si Kecil pada durian sebaiknya mengonsumsi durian secukupnya untuk menghindari masalah kesehatan.
Foto: Freepik
Sumber:&nbsp;
Health Xchange. Diakses pada 2019. ​​​Durians: 8 Myths and Facts About the King of Fruits.
https://research.utm.my/ibd/project/exploring-the-nutritional-contents-and-benefits-of-durian-durio-zibethinus/
https://www.webmd.com/vitamins/ai/ingredientmono-1458/durian

Kapan Anak Boleh Makan Durian? Mitos dan Fakta yang Perlu Diketahui

penyebab bb anak susah naik padahal makan banyak

Temukan 8 penyebab mengapa anak yang sudah makan banyak tetapi berat badannya sulit naik. Ketahui beberapa penyebabnya dalam artikel ini!

Berat badan si Kecil yang sulit naik meski makannya banyak bisa membuat AyBun khawatir.&nbsp;
Masalah ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari kondisi kesehatan hingga pola makan.&nbsp;
Yuk, pahami penyebabnya dan cara mengatasinya agar tumbuh kembang si Kecil tetap optimal!
<h3>1. Anemia Defisiensi Besi (ADB)</h3>
Anemia terjadi ketika tubuh kekurangan zat besi, yang sangat penting untuk membawa oksigen dalam darah. 
Tanpa oksigen yang cukup, tubuh anak cepat lelah dan kehilangan nafsu makan. 
Gejala ADB antara lain:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pucat dan terlihat lemas</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak nafsu makan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mudah lelah saat beraktivitas</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pada kasus berat, bisa terjadi keterlambatan perkembangan</li>
</ul>
Penambahan asupan zat besi seperti daging merah, bayam, atau suplemen zat besi sesuai anjuran bisa membantu. 
Namun sangat disarankan untuk konsultasi dengan dokter jika anak menunjukkan tanda-tanda di atas.
<h3>2. Infeksi Tuberkulosis (TB Paru)</h3>
TB Paru bukan hanya menyerang orang dewasa, tapi juga bisa menginfeksi anak-anak dan mengganggu penyerapan nutrisi. 
Gejala TB Paru pada Anak antara lain:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Batuk dan demam yang berlangsung lebih dari 2 minggu</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tubuh lemas terus-menerus</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Gejala tidak membaik meski sudah diobati</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Muncul benjolan di leher, ketiak, atau selangkangan</li>
</ul>
Segera periksa ke dokter jika AyBun curiga anak terkena TB Paru. 
Penanganan dini sangat penting untuk mencegah komplikasi.
<h3>3. Infeksi Saluran Kemih (ISK)</h3>
ISK pada anak seringkali tidak menunjukkan gejala, namun beberapa menunjukan gejala sebagai berikut:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Demam atau muntah</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Nyeri atau mengejan saat buang air kecil</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Frekuensi BAK meningkat tetapi hanya sedikit yang keluar</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kemerahan atau rasa tidak nyaman di area kelamin</li>
</ul>
Jangan tunda konsultasi dengan dokter jika anak mengalami gejala di atas. Pemeriksaan urin dapat membantu diagnosis.
<h3>4. Asupan Kalori Tidak Mencukupi</h3>
Anak berusia 6 hingga 24 bulan memiliki ukuran perut yang masih kecil, sehingga mereka belum dapat mencerna makanan dalam jumlah yang besar.&nbsp;
Oleh karena itu, penting untuk merancang pola makan yang sesuai, dengan porsi yang akan bertambah seiring dengan pertumbuhan usia dan kapasitas perut mereka.
Sesuai dengan informasi dari Vinmec:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Untuk anak usia 6 hingga 8 bulan, sebaiknya diberikan makanan tambahan dua kali sehari, dengan porsi 100-150 ml setiap kali.&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Untuk anak yang berusia antara 9 hingga 11 bulan, disarankan untuk memberikan tiga kali makan dalam sehari, masing-masing dengan porsi 200 ml.&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sedangkan untuk anak usia 12 hingga 24 bulan, dianjurkan untuk memberikan tiga kali makan sehari dengan porsi 250 ml per sesi.</li>
</ul>
Meski anak terlihat banyak makan, bisa jadi kalori yang dikonsumsinya masih kurang dari kebutuhan harian. 
MPASI yang tepat dapat membantu. Tipsnya yakni:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Coba MPASI fortifikasi dengan kandungan nutrisi yang terukur dan sudah terdaftar BPOM.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kombinasikan dengan MPASI homemade yang kaya kalori seperti alpukat, ubi, atau keju.</li>
</ul>
Baca juga: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=1971">Kupas Tuntas, Mitos atau Fakta Air Kaldu atau Bone Broth Bisa Jadi BB Booster untuk Anak</a>
5. Makanan Tidak Sesuai Usia Anak
Setelah usia 1 tahun, ASI atau susu bukan lagi sumber gizi utama anak. 
Jika anak terlalu banyak minum susu, ia bisa merasa kenyang dan menolak makanan. 
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Batasi pemberian susu maksimal 600 ml per hari.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pastikan anak mengonsumsi makanan lengkap dengan karbohidrat, protein, lemak, dan sayuran.</li>
</ul>
<h3>6. Kurangnya Variasi Makanan</h3>
Banyak orang tua yang memberikan makanan kepada bayi mereka berdasarkan selera dan nafsu makan anak, tanpa memperhatikan variasi dan kuantitas makanan yang diperlukan untuk memastikan kecukupan nutrisi.
Kadang, anak dianggap picky eater hanya karena belum diberi kesempatan mencoba makanan baru secara konsisten.
Beberapa tips yang bisa AyBun lakukan yakni:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Perkenalkan makanan baru 8-15 kali sebelum menyimpulkan anak tidak suka.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sediakan berbagai pilihan makanan bergizi tanpa memaksanya makan yang tidak disukai.</li>
</ul>
Yang paling sering dilupakan ialah konsumsi protein seperti daging, ikan, udang, telur, susu sesuai dengan porsi dan usianya.
<h3>7. Trauma Makan pada Anak</h3>
Trauma makan bisa terbentuk jika makan dijadikan pengalaman yang tidak menyenangkan. Beberapa faktor pemicu trauma makan pada anak yakni:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">AyBun sering mencekoki makanan ke mulut anak secara paksa</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Anak sering dimarahi atau diancam jika tidak mau makan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Memaksa anak menghabiskan makanan meski sudah kenyang</li>
</ul>
Ciptakan suasana makan yang positif dan menyenangkan dengan bermain atau bercerita saat makan. 
AyBun juga bisa memberi contoh makan yang baik agar anak lebih tertarik.
<h3>8. Penyakit Tertentu yang Belum Terdeteksi</h3>
Beberapa penyakit seperti masalah penyerapan nutrisi atau gangguan metabolisme bisa membuat berat badan anak sulit naik meski sudah makan banyak.
Jika aturan makan dan pola nutrisi sudah tepat tetapi berat badan anak tetap tidak bertambah, segera konsultasikan dengan dokter spesialis anak untuk evaluasi lebih lanjut.
<h3>9. Cacingan</h3>
Infeksi cacing dapat menjadi salah satu penyebab mengapa anak tampak makan banyak tetapi mengalami pertumbuhan yang lambat.&nbsp;
Parasit usus ini akan "bersaing" untuk mendapatkan nutrisi dari makanan yang dikonsumsi anak.&nbsp;
Oleh karena itu, sangat penting bagi Bunda untuk memberikan obat cacing kepada anak secara rutin setiap enam bulan, mulai dari usia dua tahun.
<h2>Penutup</h2>
Dengan memahami berbagai penyebab mengapa anak sudah makan banyak tetapi berat badannya sulit naik, AyBun dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mendukung tumbuh kembang si Kecil.&nbsp;
Penting untuk selalu memperhatikan pola makan dan kesehatan anak secara menyeluruh. Jika AyBun masih memiliki kekhawatiran atau pertanyaan, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis anak.
AyBun juga bisa memperdalam pemahaman tentang masalah penyerapan nutrisi pada anak dengan menonton tayangan ulang webinar berjudul "Makan Banyak Tapi Tetap Kurus" bersama dr. Dwinanda Aidina Fitrani, Sp.A, Subsp. IPT.&nbsp;
Temukan solusi dan tips yang bermanfaat untuk memastikan si Kecil mendapatkan nutrisi yang optimal. Klik tautan <a href="tentanganak://event?type=event&amp;id=421">di sini</a> untuk menonton! 🌟

8 Penyebab Anak Sudah Makan Banyak Tapi Berat Badan Susah Naik

Resep MPASI bayi 6 bulan untuk naikkan tinggi badan anak dan rekomendasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Makanan Pendamping ASI atau MPASI adalah jenis makanan yang diberikan pada bayi untuk memenuhi zat nutrisi dan kebutuhan energinya setelah usia bayi 6 bulan. Pada saat ini, Bunda akan menyediakan berbagai jenis makanan agar Si Kecil mau belajar makan.
Bagi Ayah atau Bunda yang ingin mengoptimalkan pertumbuhan anak adalah dengan menyediakan asupan gizinya berasal dari bahan-bahan terbaik, misalnya mengandung bahan protein hewani atau makanan yang tinggi protein.
<h2>Jenis-Jenis MPASI&nbsp;</h2>
Sebelum memberikan makanan terbaik untuk Si Kecil, Ayah Bunda penting mengenal pengertian MPASI instan dan perbandingannya dengan resep MPASI bayi homemade untuk kebutuhan nutrisi bayi berikut ini.
<h3>1. MPASI Instan</h3>
MPASI Instan merupakan makanan komersial yang dibuat untuk memenuhi nutrisi dan energi bayi mulai dari 6 bulan. Dilansir IDAI, makanan ini diproduksi berdasarkan ketentuan khusus yang ditetapkan oleh lembaga kesehatan dunia (WHO).
Makanan ini memiliki protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan zat gizi yang aman dikonsumsi oleh bayi. Pembuatan MPASI instan biasanya menggunakan metode freeze dry dengan bahan makanan yang dikeringkan hingga kadar air sangat minimal dan kuman tidak bisa hidup.
Komposisi MPASI instan juga terukur sesuai kebutuhan anak sehingga tidak akan bisa beredar bebas tanpa izin Codex Alimentarius (standar internasional) dan BPOM.
<h3>2. MPASI Homemade</h3>
Agar memperkaya khazanah rasa dan tekstur anak, Ayah dan Bunda dapat memberikan MPASI homemade dan instan secara selang-seling. MPASI homemade merupakan makanan yang dibuat sendiri di rumah dengan bahan-bahan yang alami. Makanan ini perlu mengandung karbohidrat, protein, dan lemak untuk memenuhi zat gizi bayi.
Saat membuat MPASI homemade, Ayah dan Bunda wajib memerhatikan tingkat kematangan makanan dan kebersihan dari alat makan agar bisa disajikan secara higienis untuk bayi.&nbsp;
<h2>Rekomendasi resep MPASI Bayi 6 Bulan</h2>
Buat Ayah Bunda yang kehabisan ide buat masak MPASI si Kecil, yuk intip rekomendasi 3 resep ini dari Kementerian Kesehatan RI di bawah ini
<h3>Bubur Singkong Isi Ikan dan Ayam dengan Saus Jeruk</h3>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/1688818909.jpg" />
Durasi 30 menit
Porsi 3
Bahan:
75 gr singkong putih, rebus dan haluskan
15 gr (2 sdm datar) daging ikan kembung cincang halus
15 gr daging ayam cincang rebus
250 ml air kaldu ayam
5 gr (1 sdt) minyak kelapa
20 gr (2 sdm) bayam segar, potong halus
1 lembar daun salam
1 batang sereh
1 siung bawang merah
1 siung bawang putih
100 gr (3 buah kecil) jeruk manis diambil sarinya
Cara Membuat:
<ul>
<li>Tumis bumbu halus, lalu masukkan daun salam dan sereh.</li>
<li>Tambahkan air kaldu, masukkan singkong putih, daging ikan, daging ayam cincang rebus, aduk-aduk hingga setengah matang.</li>
<li>Masukkan daun bayam, aduk hingga matang. Jika airnya mengental dapat ditambahkan air matang.</li>
<li>Angkat, lalu saring halus atau diblender. Sebelum disajikan tambahkan saus jeruk.</li>
</ul>
&nbsp;
<h3>Bubur Soto Ayam Santan</h3>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/1688819000.jpg" />
Durasi 30 menit
Porsi 3
Bahan:
60 gr (6 sdm) Nasi putih
45 gr (4.5 sdm) Daging ayam cincang
30 gr (1 buah kecil) Tahu
30 gr (3 sdm) Labu siam&nbsp;
15 gr (1.5 sdm) wortel
1 lembar daun salam
1 batang sereh
1 lembar Daun jeruk
30 ml (3 sdm) Santan
300 ml Air kaldu ayam
Bumbu halus:
1 siung bawang merah
1 siung bawang putih
1 cm Kunyit
1 cm Jahe
Buah:
100 gr (3 buah kecil) Jeruk (diambil sarinya)
Cara Membuat:
<ul>
<li>Tumis bumbu halus sampai harum, masukan ayam cincang sampai berubah warna.</li>
<li>Masukan air kaldu ayam, santan, salam, sereh dan daun jeruk masak sampai mendidih.</li>
<li>Masukan nasi, tahu dan labu siam dan wortel yang sudah diiris kecil-kecil masak sampai semua bahan matang dan empuk.</li>
<li>Haluskan sampai tekstur yang diinginkan. Sajikan selagi hangat</li>
</ul>
&nbsp;
<h3>Bubur Kanji Rumbi Ayam dan Udang</h3>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/1688818948.jpg" />
Durasi 30 menit
Porsi 3
Bahan:
60 gr (6 sdm) Nasi putih
30 gr (3 sdm) daging ayam bagian dada
20 gr udang segar
15 gr wortel
15 gr jagung pipil
15 ml santan
350 ml kaldu ayam
2 lembar daun pandan
Bumbu halus:
1 siung bawang merah
1 siung bawang putih
1/2 buah kapulaga
1 gr ketumbar
1 cm kayumanis
1 buah cengkeh
1/4 sdt merica
1/4 sdt jintan campur adas
1/4 buah pekak
Seujung jari buah pala
Buah:
50 gr (6 potong kecil) Pepaya
Cara Membuat:
<ul>
<li>Cuci terlebih dahulu daging ayam hingga bersih, kemudian rebus sampai setengah matang. setelah matang potong dadu daging ayam. </li>
<li>Lalu cuci dan bersihkan udang, buang bagian kepala udang. Kemudian, rebus dalam air bekas rebusan ayam tadi, hingga udang berubah warna. </li>
<li>Kemudian buang kulitnya, dan potong udang menjadi 2 atau 3 bagian. Sisihkan.</li>
<li>Tumis bumbu halus, masukkan daun pandan. Aduk-aduk, kemudian tambahkan air kaldu, kemudian masak nasi, hingga nasi lembek dan menyerupai bubur.</li>
<li>Tambahkan potongan ayam, udang, wortel dan jagung, masak sambil sesekali diaduk. </li>
<li>Jika dirasa kurang air, tambahkan kembali airnya, aduk hingga rata. Kemudian matikan api, saring sesuai tekstur yang dinginkan. Sajikan.</li>
</ul>
Untuk tahu kandungan protein dan informasi nilai gizi lainnya yuk, unduh dan akses menu resep melalui aplikasi Tentang Anak.
Foto: Freepik
Sumber: Resep MPASI Makanan Lokal Kemenkes RI 2022

Resep MPASI Anak Rekomendasi Kemenkes RI

Penuhi kebutuhan gizi si kecil dengan porsi protein hewani dan karbohidrat untuk MPASI sesuai usia anak. Simak rekomendasi jumlah dan jenis makanan terbaik berdasarkan usia bayi, serta tips MPASI sehat dari ahli gizi!

Makanan Pendamping ASI (MPASI) adalah bagian penting dalam perkembangan anak setelah usia enam bulan. Nutrisi yang seimbang, termasuk protein hewani dan karbohidrat, sangat dibutuhkan untuk menunjang tumbuh kembang optimal.
Namun, berapa takaran yang tepat untuk si kecil? Artikel ini akan membahas rekomendasi porsi protein hewani dan karbohidrat dalam MPASI sesuai usia anak.
<h2 data-start="2622" data-end="2675">Mengapa MPASI Harus Memiliki Porsi Seimbang?</h2>
MPASI yang seimbang memberikan manfaat seperti:
<ul>
<li data-start="2676" data-end="2856">Mendukung pertumbuhan otak dan otot</li>
<li data-start="2676" data-end="2856">Menjaga sistem imun tetap kuat</li>
<li data-start="2676" data-end="2856">Memastikan energi yang cukup untuk aktivitas harian</li>
</ul>
Protein hewani membantu perkembangan otak dan jaringan tubuh, sedangkan karbohidrat menjadi sumber energi utama. Oleh karena itu, pemberian keduanya harus sesuai dengan kebutuhan usia anak.
<h2 data-start="3479" data-end="3525">Porsi Protein Hewani Sesuai Usia Anak</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/67b2d8a6-b62d6b30-2b9d-45a8-82ed-c3dcb2735936.jpg" />
<table style="border-collapse: collapse; width: 100.081%;" border="1">
<tbody>
<tr>
<td style="width: 14.6774%; text-align: center;">Usia</td>
<td style="width: 15.4839%; text-align: center;">Ikan</td>
<td style="width: 15.3226%; text-align: center;">Daging Sapi</td>
<td style="width: 15.4839%; text-align: center;">Ayam</td>
<td style="width: 16.9355%; text-align: center;">Hati Ayam</td>
<td style="width: 22.0968%; text-align: center;">Telur</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 14.6774%;">6-8 bulan</td>
<td style="width: 15.4839%;">40 gr (4 sdm)</td>
<td style="width: 15.3226%;">30 gr (3 sdm)</td>
<td style="width: 15.4839%;">40 gr (4 sdm)</td>
<td style="width: 16.9355%;">35 gr (3,5 sdm)</td>
<td style="width: 22.0968%;">50 gr (1 butir sedang)</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 14.6774%;">9-11 bulan</td>
<td style="width: 15.4839%;">50 gr (4 sdm)</td>
<td style="width: 15.3226%;">40 gr (4 sdm)</td>
<td style="width: 15.4839%;">50 gr (5 sdm)</td>
<td style="width: 16.9355%;">45 gr (4,5 sdm)</td>
<td style="width: 22.0968%;">60 gr (1 butir besar)</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 14.6774%;">12-23 bulan</td>
<td style="width: 15.4839%;">60 gr (6 sdm)</td>
<td style="width: 15.3226%;">50 gr (5 sdm)</td>
<td style="width: 15.4839%;">60 gr (6 sdm)</td>
<td style="width: 16.9355%;">55 gr (5,5 sdm)</td>
<td style="width: 22.0968%;">60 gr (1 butir besar)</td>
</tr>
</tbody>
</table>
<ul>
<li data-start="3963" data-end="4075">6-8 bulan: Disaring</li>
<li data-start="3963" data-end="4075">9-11 bulan: Dicincang/dicacah</li>
<li data-start="3963" data-end="4075">12-23 bulan: Diiris jika diperlukan</li>
</ul>
<h2 data-start="4082" data-end="4125">Porsi Karbohidrat Sesuai Usia Anak</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/67b2d8bb-df646d56-70e9-439a-80a1-056f178a90df.jpg" />
<table style="border-collapse: collapse; width: 68.8155%;" border="1">
<tbody>
<tr>
<td style="width: 26.2887%; text-align: center;">Usia</td>
<td style="width: 30.4124%; text-align: center;">Nasi</td>
<td style="width: 20.1031%; text-align: center;">Kentang</td>
<td style="width: 23.1959%; text-align: center;">Singkong</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 26.2887%;">6-8 bulan</td>
<td style="width: 30.4124%;">30 gr (3 sdm)</td>
<td style="width: 20.1031%;">63 gr</td>
<td style="width: 23.1959%;">36 gr</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 26.2887%;">9-11 bulan</td>
<td style="width: 30.4124%;">45 gr (4 sdm)</td>
<td style="width: 20.1031%;">94,5 gr</td>
<td style="width: 23.1959%;">54 gr</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 26.2887%;">12-23 bulan</td>
<td style="width: 30.4124%;">55 gr (5 sdm)</td>
<td style="width: 20.1031%;">115,5 gr</td>
<td style="width: 23.1959%;">66 gr</td>
</tr>
</tbody>
</table>
Perbandingan Karbohidrat: 100 gr nasi = 120 gr singkong = 210 gr kentang (2 buah)
<h2 data-start="2392" data-end="2452">Jangan Lupa Lengkapi dengan Lemak, Sayur, dan Buah!</h2>
Selain protein hewani dan karbohidrat, asupan lemak, sayur, dan buah juga sangat penting untuk memenuhi kebutuhan nutrisi si kecil:
<ul>
<li data-start="2589" data-end="2783">Lemak sehat: Minyak kelapa, minyak zaitun, santan</li>
<li data-start="2589" data-end="2783">Sayuran: Bayam, wortel, brokoli untuk serat dan vitamin</li>
<li data-start="2589" data-end="2783">Buah-buahan: Pisang, pepaya, jeruk untuk vitamin dan antioksidan</li>
</ul>
Baca Juga: <a href="https://tentanganak.com/artikel/resep-mpasi-bayi/">Resep MPASI Anak Rekomendasi Kemenkes RI</a>
<h2>Kesimpulan</h2>
MPASI yang seimbang dengan porsi protein hewani dan karbohidrat yang sesuai usia akan membantu tumbuh kembang si kecil secara optimal. Jangan lupa menambahkan lemak sehat, sayuran, dan buah untuk melengkapi kebutuhan gizi harian anak.
Untuk mendapatkan inspirasi menu harian anak, AyBun bisa cek di fitur <a href="https://tentanganak.onelink.me/Shof/resep">Resep</a> lewat aplikasi Tentang Anak.

Porsi Protein Hewani dan Karbohidrat untuk MPASI Sesuai Usia Anak

Pahami penyebab, tanda-tanda, dan penanganan speech delay pada anak. Artikel ini menjelaskan pentingnya stimulasi verbal, membacakan cerita, dan membatasi screen time, serta konsultasi dengan dokter untuk mendukung terapi speech delay.

Gangguan Perkembangan

Masalah Kesehatan

Setiap anak berkembang dengan kecepatan yang berbeda-beda, sering kita temukan ada beberapa aspek yang berkembang lebih cepat dibandingkan yang lain. Misalnya, ada anak yang lebih dulu bisa berjalan sebelum lancar bicara.
Namun, AyBun harus hati-hati jika Si Kecil belum bisa mengucapkan sekitar 50 kata ataupun membentuk kalimat dalam dua kata karena bisa menandakan bahwa Si Kecil terkena speech delay.&nbsp;
Speech delay terjadi saat perkembangan bahasa, ekspresif, dan artikulasi terlambat. Umumnya, tanda ini terlihat saat anak berusia 1 tahun. Tanda yang ditunjukan ialah belum bisa babbling, belum dapat menunjuk, belum bisa merespons pembicaraan, dan tidak paham gestur sederhana seperti dadah atau bye.
Hal ini terjadi bisa karena beberapa faktor, mulai dari faktor keturunan, gangguan kesehatan, kurangnya stimulus dari Ayah dan Bunda atau anak perlu membutuhkan waktu lebih banyak untuk belajar berbicara.
Kondisi ini tentu membuat Ayah dan Bunda khawatir. Lalu, apakah speech delay bisa sembuh sendiri? Agar Ayah dan Bunda dapat menangani kasus speech delay pada anak secara tepat, simak penjelasan berikut ini:
<h2>Fakta Speech Delay</h2>
Ada beberapa fakta speech delay yang wajib diketahui oleh Ayah dan Bunda. Keterlambatan bicara ini bisa terjadi karena beberapa faktor yang mungkin terjadi pada kondisi anak, yakni sebagai berikut.
<h3>1. Kurangnya Stimulasi</h3>
Terkadang speech delay bisa disebabkan oleh kurangnya stimulasi seperti mengajak anak berbicara dan bermain bersama. Oleh karena itu, sulit bagi anak untuk secara alami mengerti setiap perkataan jika mereka tidak diajak bicara atau berinteraksi dengan orang lain.&nbsp;
Kurangnya stimulasi verbal dapat menghambat anak mencapai tonggak perkembangan mereka.Peran orang tua sangat penting untuk melibatkan anak dalam percakapan. Selain itu, hindari screen time berlebih saat menonton TV ataupun bermain gadget karena dapat mengganggu perkembangan bahasa anak.
Hal ini karena screen time merupakan aktivitas yang dilakukan satu arah sehingga kurang tepat untuk dijadikan sarana untuk mengasah perkembangan berbicara dan bahasa Anak, terutama jika mereka belum mencapai usia 2 tahun dan kemampuan berbahasa mereka belum berkembang dengan baik.
<h3>2. Faktor Keturunan</h3>
Jika Ayah dan Bunda pernah mengalami speech delay saat kecil, anak bisa memiliki risiko yang sama. Pastikan AyBun membuat Si Kecil nyaman, berikan kesempatan pada anak untuk merespons, ya! Ajarkan mereka untuk berbicara secara perlahan dan bertahap, kata per kata.
<h3>3. Disebabkan oleh Autism Spectrum Disorder</h3>
Perlu diingat bahwa tidak semua speech delay disebabkan oleh kurangnya stimulasi dari orang tua ataupun karena faktor keturunan. Beberapa kasus speech delay bisa terjadi karena anak mengalami Gangguan Spektrum Autisme (Autism Spectrum Disorder).&nbsp;
Anak-anak dengan gangguan autisme sering kali melakukan perilaku berulang, mengulang kata-kata, memiliki interaksi sosial yang terbatas, dan kemampuan berbicara yang terhambat.
<h3>4. Ada Masalah pada Mulut</h3>
Speech delay bisa disebabkan oleh masalah pada mulut, seperti ankyloglossia atau bibir sumbing. Ankyloglossia terjadi ketika lipatan di bawah lidah terlalu pendek, membuat anak kesulitan mengucapkan beberapa huruf seperti R, S, T, Z, D, dan L. Bibir sumbing juga dapat mempengaruhi kemampuan bicara anak karena struktur mulut yang berbeda dari yang normal.
<h3>5. Masalah Pendengaran</h3>
Masalah pendengaran bisa membuat anak sulit membentuk kata-kata, terutama jika ucapan yang mereka dengar terdistorsi. Meskipun sering terlewatkan, kehilangan pendengaran dapat diidentifikasi dengan mudah.&nbsp;
Salah satu tanda umum adalah saat anak tidak mengenali orang atau benda yang disebutkan namanya, tetapi bisa jika ditunjukkan atau digerakkan.&nbsp;
<h2>Apakah Speech Delay Bisa Sembuh Sendiri?</h2>
Terkadang speech delay bisa bersifat sementara dan membaik dengan sendirinya namun hal itu memerlukan banyak bantuan tambahan dari keluarga terdekat untuk menstimulasi Si Kecil.
Penting untuk mendorong anak untuk "berbicara" melalui gerakan atau suara. Stimulasi dengan menghabiskan banyak waktu bermain, membaca buku, dan mengajak Si Kecil ngobrol.
Dalam beberapa kasus, Si Kecil perlu bantuan lebih dari seorang profesional terlatih, seperti terapis bicara dan bahasa, agar mendapatkan penanganan yang tepat dan sesuai.
Selain itu, semakin cepat tindakan dilakukan, semakin banyak waktu dan peluang untuk meningkatkan keterampilan bicara anak.
Terapi untuk speech delay anak dapat ditanggung oleh BPJS Kesehatan, AyBun! Pastikan kartu BPJS AyBun dan anak aktif.&nbsp;
Bawa anak ke fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS untuk diperiksa oleh Dokter Spesialis Anak (DSA). Jika terindikasi mengalami keterlambatan bicara, DSA akan memberikan surat rujukan untuk program terapi anak.
<h2>Cara Mengatasi Speech Delay</h2>
Peran Ayah dan Bunda cukup penting dalam perkembangan berbicara dan berbahasa anak. Untuk itu, AyBun dapat melakukan beberapa hal berikut ini untuk mengatasi speech delay pada anak.
<h3>1. Memberikan Stimulasi kepada Anak</h3>
AyBun dapat mengajak anak berbicara secara rutin, menyanyikan lagu, hingga membacakannya cerita.&nbsp;
AyBun juga dapat mengajarkan anak tentang menebak-nebak suatu benda yang dapat dijawabnya dengan berbicara.
Ayah dan Bunda perlu melatih kecerdasan logika anak dengan memilih mainan yang dapat mengasah kemampuan kognitifnya hingga mengajarkan anak untuk bermain alat musik atau bernyanyi.
<h3>2. Membacakan Cerita kepada Anak</h3>
Selanjutnya, AyBun dapat membacakan cerita atau sebuah dongeng kepada anak. Usahakan untuk membaca buku yang penuh gambar dan menarik perhatian anak.
AyBun bisa meminta anak untuk menebak gambar yang ada di buku tersebut. Baca cerita dapat membuat daya ingat, imajinasi, dan tambahan kosakata untuk anak akan meningkat.
<h3>3. Membatasi Screen Time Gadget atau Televisi</h3>
Ayah dan Bunda perlu bijak dalam memberikan screen time televisi atau gadget kepada anak. Screen time yang terlalu lama dapat menghambat kemampuan berbicara anak.
AyBun dapat membatasi penggunaan gadget anak maksimal 2 jam perhari namun harus tetap dalam pengawasan orang tua agar konten yang ditonton sesuai dengan usianya.&nbsp;
<h3>4. Berkonsultasi dengan Dokter atau Ahli</h3>
Peran para ahli, seperti dokter anak dan psikolog anak sangat penting dalam mengatasi speech delay. Ayah dan Bunda wajib membawa anak ke dokter spesialis atau psikolog agar mendapatkan penanganan yang tepat. Konsultasi diperlukan agar AyBun mengetahui penyebab anak mengalami speech delay.
Baca juga: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=1470">ADHD pada Anak dan Bedanya dengan Autisme</a>
<h2>Penutup</h2>
Berdasarkan artikel di atas, dalam beberapa kasus speech delay terkadang bisa sembuh sendiri, terutama jika keterlambatan tersebut bersifat sementara.&nbsp;
Beberapa anak dapat membaik dengan bantuan tambahan dari keluarga dalam bentuk stimulasi verbal yang sangat kuat.&nbsp;
Namun, dalam beberapa kasus, anak mungkin memerlukan intervensi lebih lanjut dari profesional terlatih, seperti terapis bicara dan bahasa, untuk membantu mereka mengembangkan kemampuan berbicara secara optimal.
Semoga informasi dalam artikel ini bermanfaat. Untuk AyBun tetap terus semangat memberikan yang terbaik bagi Si Kecil. AyBun juga bisa cek jika ada tanda keterlambatan pada si Kecil melalui <a href="tentanganak://screening?type=screening">Skrining Perkembangan</a> di aplikasi Tentang Anak, secara gratis!

Apakah Speech Delay Bisa Sembuh Sendiri?

Agar anak bisa lebih cepat membaca, berikut ini cara mengajar anak TK yang menyenangkan dan mudah dimengerti.

Anak Usia Sekolah

Membaca adalah salah satu keahlian penting yang wajib dikuasai anak. Tahukah ayah-bunda, berdasarkan sejumlah penelitian, anak sebaiknya mulai diajarkan membaca sejak usia PAUD dan TK, yaitu pada usia 3-5 tahun. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh National Early Literacy Panel pada tahun 2008. Studi tersebut&nbsp; menemukan bahwa anak yang mendapat pendidikan literasi sejak usia dini cenderung memiliki kemampuan membaca dan menulis yang lebih baik di kemudian hari, serta cenderung menunjukkan minat yang lebih besar dalam belajar.
Meski pada umumnya kemampuan membaca sudah diberikan oleh para guru di TK, tidak ada salahnya agar ayah-bunda juga ikut melatih anak membaca dan menanamkan kebiasaan membaca pada si kecil. Nah, di artikel ini ayah-bunda bisa menemukan referensi mengenai cara mengajar anak TK membaca yang mudah dimengerti. Tanpa panjang lebar lagi, yuk kita bahas satu per satu cara yang bisa ayah-bunda lakukan di rumah.
<h2>Cara Belajar Baca untuk Anak TK</h2>
<h3>1. Kenalkan Huruf Kecil Terlebih Dahulu</h3>
Langkah pertama yang dilakukan saat mengajari anak membaca adalah dengan memperkenalkannya pada huruf. Cobalah untuk memperkenalkan huruf kecil atau lowercase terlebih dahulu daripada huruf besar atau uppercase. Berikut ini adalah sejumlah alasannya:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Huruf kecil lebih banyak digunakan daripada huruf besar dalam membaca. Sebagian besar teks dan tulisan yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari menggunakan huruf kecil.&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Huruf kecil lebih mudah dikenali dan dihafal oleh anak-anak. Huruf kecil memiliki variasi yang lebih sedikit dan cenderung lebih mudah dikenali oleh anak-anak daripada huruf besar yang lebih kompleks.</li>
</ul>
<h3>2. Gunakan Metode Fonik</h3>
Gunakan metode fonik saat mengajar anak membaca. Metode ini telah terbukti efektif oleh berbagai penelitian dan digunakan di banyak sekolah dan pusat pendidikan di dunia.&nbsp;
Metode fonik mengajar anak membaca dengan cara mengenalkan hubungan antara huruf dan bunyi atau suara yang dihasilkan, kemudian mengajarkan anak bagaimana menggabungkan bunyi tersebut untuk membaca kata-kata dan kalimat.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa metode fonik efektif dalam mengajar anak membaca:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Melalui metode fonik, anak memahami hubungan antara huruf dan suara sehingga lebih mudah mengenali dan membaca kata-kata baru.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Metode fonik membantu anak menguasai kemampuan membaca secara lebih cepat.&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Metode fonik membantu anak memperluas kosa kata dengan lebih cepat.&nbsp;</li>
</ul>
<h3>3. Rutin Ngobrol dengan Anak</h3>
Mengajak anak berbicara secara teratur dapat membantu mereka membangun keterampilan bahasa dan kemampuan membaca. Berikut ini sejumlah alasannya:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Rutin berbicara dengan anak dapat membantu mereka memperkaya kosakata sehingga dapat dengan mudah mengenali kata-kata dalam bacaan dan memahami maknanya.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Orang tua yang rajin berbicara dengan anak juga dapat membantu memperbaiki kemampuan pendengaran dan pengucapan anak sehingga lebih mudah mengenali suara-suara dalam kata.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Berbicara dengan anak juga dapat membantu meningkatkan kemampuan memori dan konsentrasi anak sehingga akan lebih mudah bagi mereka memahami dan mengingat informasi dari bacaan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Berbicara dengan anak juga dapat membantu membangun hubungan yang baik antara orang tua dan anak sehingga anak dapat lebih termotivasi untuk belajar dan meningkatkan minat membaca.</li>
</ul>
<h3>4. Cukup 10-15 Menit per Sesi</h3>
Belajar membaca harusnya ringan dan menyenangkan bagi anak. Bagi anak TK, lama waktu belajar yang direkomendasikan hanya 10 hingga 15 menit saja per sesi. Hal ini ditujukan agar anak tidak stres, bosan atau kelelahan akibat durasi belajar yang terlalu lama. Penting untuk diingat bahwa konsistensi dan kesabaran dalam mengajari anak membaca lebih penting daripada jumlah waktu yang dihabiskan.
<h3>5. Baca Buku Bersama</h3>
Membaca buku bersama anak dapat membantu mereka memperbaiki kemampuan membaca, meningkatkan kosa kata, serta memperluas pemahaman mereka tentang dunia di sekitar mereka.
Berikut adalah beberapa metode yang dapat digunakan saat membaca buku bersama anak:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bacalah cerita dengan suara yang jelas dan ekspresif. Berikan intonasi yang tepat pada kata-kata penting dan karakter yang berbeda dalam cerita.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Beri kesempatan kepada anak untuk berinteraksi selama membaca buku bersama, seperti mengajukan pertanyaan tentang cerita, tokoh atau karakter dalam cerita,&nbsp; atau menanyakan pendapat mereka tentang cerita.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ajak anak untuk memperhatikan gambar dan mengaitkannya dengan cerita. Ini akan membantu anak mengembangkan pemahaman mereka tentang cerita dan memperkaya kosakata mereka.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Setelah membaca bersama, minta anak untuk membaca cerita secara mandiri. Ini akan membantu anak mempraktikkan kemampuan membaca mereka dan memperbaiki kecepatan dan pemahaman membaca.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pilih buku yang sesuai dengan minat dan usia anak. Buatlah suasana yang menyenangkan dan nyaman saat membaca bersama.</li>
</ul>
Nah, Ayah Bunda, itulah sejumlah cara belajar membaca anak TK yang dapat Anda lakukan di rumah. Penting juga untuk diingat bahwa setiap anak memiliki kecepatan belajar yang berbeda-beda. Oleh karena itu, orang tua sebaiknya memiliki kesabaran dan memberikan dukungan yang diperlukan agar belajar membaca menjadi sesuatu yang menyenangkan. Selamat mencoba!
 Foto: Designed by freepik
Sumber:
https://www.pathstoliteracy.org/wp-content/uploads/2022/04/NELPReport09.pdf

5 Cara Mengajar Anak TK Membaca yang Menyenangkan dan Mudah

Anak rentan terkena batuk pilek? BIsa jadi kekurangan vitamin D, lho! Yuk, cegah dengan konsumsi vitamin D sesuai usia anak, lihat rekomendasi vitamin untuk anak di sini!

Tahukah Ayah Bunda setiap anak dianjurkan pemberian suplementasi vitamin D, bahkan sejak bayi baru lahir termasuk bayi ASI karena vitamin D membantu tubuh menyerap kalsium dan fosfor yang penting untuk membangun tulang anak. Ikatan Dokter Indonesia merekomendasikan vitamin tersebut dikonsumsi berdasarkan fakta di Indonesia 1 dari 2 bayi belum mengonsumsi vitamin D. Tak hanya kesehatan tulang, tetapi vitamin D penting untuk kekebalan tubuh si Kecil, agar anak terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh infeksi. Misalnya kekurangan vitamin D dapat meningkatkan risiko 4 kali terkena infeksi saluran kemih.&nbsp;
Kemudian jika anak mengalami kekurangan vitamin D yang berat dapat menyebabkan penyakit riketsia nutrisional. Penyakit riketsia ini biasa terjadi pada usia 6 bulan - 2,5 tahun dengan gejala:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kelemahan otot</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Keterlambatan perkembangan gerak motorik</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pembesaran area pergelangan tangan dan lutut</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tungkai berbentuk O</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Gangguan bentuk kepala</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Keterlambatan pertumbuhan gigi</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Penurunan kepadatan tulang dan infeksi</li>
</ul>
Terlebih di Indonesia yang memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau, saat musim hujan anak akan lebih sulit berjemur untuk mendapatkan vitamin D sehingga rentan terkena batuk pilek. Lalu, berapa dosis vitamin D untuk si Kecil? Yuk, kenali dosis vitamin D untuk anak sesuai usia di bawah ini!
<h2>Dosis vitamin D untuk anak sesuai usia:</h2>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Usia anak 0-1 tahun 400 IU/hari</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Anak lebih dari 1 tahun 600 IU/hari</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Dewasa 19-50 tahun 600 IU/hari untuk pemeliharaan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Wanita hamil &amp; menyusui 600 IU/hari untuk pemeliharaan</li>
</ul>
Selain dosis yang disebutkan di atas, penting untuk Ayah Bunda memberikan asupan makanan bergizi yang mengandung vitamin D, lho! Ayah Bunda bisa membuat masakan yang terbuat dari beberapa makanan makanan berikut:
<h2>Rekomendasi makanan yang dapat dikonsumsi untuk meningkatkan vitamin D<img style="font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, 'Segoe UI', Roboto, Oxygen, Ubuntu, Cantarell, 'Open Sans', 'Helvetica Neue', sans-serif;" src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/1679151993.png" /></h2>
Namun, jika Ayah Bunda merasa anak sering mengalami sakit segera periksakan apakah kadar vitamin D yang dimiliki anak sudah cukup? Sehingga terbukti apabila memang anak kekurangan asupan vitamin D dan dapat diberikan suplementasi vitamin D dalam dosis terapi, pastikan juga Ayah Bunda bertanya langsung ke dokter anak supaya lebih jelas.
Itulah pentingnya dan rekomendasi makanan yang mengandung vitamin D untuk anak.
Yuk, Ayah Bunda pastikan si Kecil dapat asupan vitamin yang cukup untuk pertumbuhan yang optimal! Unduh dan gunakan aplikasi Tentang Anak untuk mendampingi Ayah Bunda dalam mengasuh si Kecil!
Foto: Design by Freepik
Sumber:
Vitamin D, Kebutuhan dan Rekomendasi. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2020.&nbsp;
American Academy of Pediatrics https://www.healthychildren.org/English/healthy-living/nutrition/Pages/Vitamin-D-On-the-Double.aspx

Pentingnya Vitamin D untuk Anak, Kenali Dosis Sesuai Usia


Khawatir anak usia 1 tahun belum bisa bicara? Pelajari tahapan perkembangan bicara, cara mendukungnya, dan tanda-tanda penting yang perlu diperhatikan. Pastikan si Kecil berkembang sesuai usianya dengan 5 langkah efektif ini.

Stimulasi

Perkembangan Anak

Memasuki usia 12 bulan, kemampuan bicara si Kecil biasanya mulai berkembang pesat.&nbsp;
AyBun mungkin sudah mendengar beberapa kata sederhana atau melihat si Kecil mencoba meniru apa yang AyBun katakan.&nbsp;
Tapi, apa yang seharusnya si Kecil sudah bisa ucapkan pada usia ini?
<h2>Perkembangan Bicara Usia 6-12 Bulan</h2>
Pada usia 6-12 bulan, kemampuan bicara dan bahasa si Kecil biasanya meliputi:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengerti nama orang atau benda: Si Kecil mulai memahami dan mengenali nama-nama orang di sekitarnya dan benda-benda favoritnya.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengoceh dengan intonasi: Si Kecil mungkin mengoceh dengan intonasi, mengeluarkan suara seperti &ldquo;mamama&rdquo; atau &ldquo;papapa&rdquo; yang terdengar lebih seperti kata-kata.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Merespons panggilan: Si Kecil sudah bisa menoleh atau menengok jika namanya dipanggil.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Paham perintah sederhana: Misalnya, si Kecil mulai mengerti instruksi seperti &ldquo;lihat itu&rdquo; atau &ldquo;ayo sini.&rdquo;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mencoba meniru ucapan: Si Kecil mulai meniru kata-kata atau suara yang sering didengar dari AyBun.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengerti &plusmn; 70 kata: Meskipun belum bisa mengucapkannya, si Kecil mulai memahami sekitar 70 kata.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengungkapkan keinginan dengan isyarat: Misalnya, si Kecil mungkin menunjuk benda yang diinginkannya.</li>
</ol>
<h2>Perkembangan Bicara Usia 12-18 Bulan</h2>
Memasuki usia 12-18 bulan, kemampuan bicara si Kecil akan berkembang lebih lanjut:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menjawab dengan gerakan: Si Kecil bisa menjawab pertanyaan sederhana dengan mengangguk atau menggelengkan kepala.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengucapkan 3-6 kata bermakna: Kata-kata seperti &ldquo;makan,&rdquo; &ldquo;minum,&rdquo; &ldquo;susu,&rdquo; &ldquo;tidak,&rdquo; &ldquo;jangan,&rdquo; atau &ldquo;mau&rdquo; mulai sering terdengar dari si Kecil.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Memanggil AyBun dengan benar: Si Kecil sudah bisa memanggil AyBun dengan sebutan yang tepat seperti &ldquo;Mama&rdquo; atau &ldquo;Papa.&rdquo;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menunjuk gambar atau anggota tubuh: Si Kecil bisa menunjuk gambar dalam buku atau bagian tubuhnya ketika disebutkan oleh AyBun.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengungkapkan keinginan dengan kata-kata: Selain isyarat, si Kecil mulai menggunakan kata-kata untuk mengungkapkan apa yang diinginkannya.</li>
</ol>
<h2>5 Langkah Penting Mendukung Perkembangan Bicara Anak</h2>
Jika si Kecil belum mencapai kemampuan-kemampuan tersebut menjelang usia 12-18 bulan, AyBun bisa melakukan langkah-langkah berikut ini:
<h3>1. Kurangi Screen Time Anak</h3>
Terlalu banyak screen time dapat menghambat perkembangan bahasa ekspresif. Berikut panduan durasi screen time berdasarkan usia:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Usia &lt; 18 bulan: Maksimal 1 jam, sebaiknya hanya video chat.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Usia 18-24 bulan: Maksimal 1 jam per hari dengan konten yang berkualitas.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Usia 2-5 tahun: Batasi hingga 1 jam per hari.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Usia &ge; 6 tahun: Batasi hingga 1.5-2 jam per hari.</li>
</ul>
Selalu dampingi si Kecil saat screen time dan ajak dia berinteraksi dengan konten yang ditonton.
<h3>2. Beri Jeda Saat Berkomunikasi</h3>
Saat berbicara dengan si Kecil, berikan jeda untuk memberi kesempatan dia merespons.&nbsp;
Hal ini membantu si Kecil belajar menunggu giliran bicara dan merespons dengan lebih baik. Perlambat juga tempo bicara agar si Kecil lebih mudah memahami dan meniru.
<h3>3. Hindari Baby Talk</h3>
Gunakan bahasa yang benar dan jelas saat berbicara dengan si Kecil.
Hindari: "Adik mau mimik cucu?"
Gunakan: "Adik mau minum susu?"
<h3>4. Ulangi Ucapan yang Kurang Tepat</h3>
Jika si Kecil salah melafalkan kata, ulangi dengan pelafalan yang benar agar dia bisa belajar.
Misalnya:
Si Kecil: "Ain ola."
AyBun: "Adik mau main bola?"
<h3>5. Baca Buku Bersama</h3>
Membaca buku bersama si Kecil dapat meningkatkan kosakata dan pemahaman bahasa.&nbsp;
Saat membaca, tunjuk gambar yang ada di buku, dan minta si Kecil menyebutkan apa yang dilihatnya.
<h2>Tanda Anak Membutuhkan Bantuan Profesional</h2>
Jika AyBun melihat tanda-tanda berikut ini, sebaiknya segera konsultasikan ke tenaga profesional:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">6 Bulan: Tidak babbling (mengoceh)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">12 Bulan: Tidak merespons ketika dipanggil atau tidak menunjuk</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">16 Bulan: Belum ada kata yang bermakna.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">2 Tahun: Tidak mampu membuat kalimat dua kata.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">3 Tahun: Ucapannya masih sangat sulit dipahami oleh orang lain.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kehilangan Kemampuan: Si Kecil kehilangan kemampuan yang sebelumnya sudah dikuasainya.</li>
</ol>
Dengan mengikuti langkah-langkah ini, AyBun bisa lebih mendukung perkembangan bicara si Kecil dan memastikan bahwa perkembangan bahasanya sesuai dengan tahapannya.
Baca juga: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=1909">Tanda Anak Terlambat Bicara, Kenali Redflagsnya di Sini</a>
<h2>Penutup</h2>
Memahami tahapan perkembangan bicara dan menerapkan langkah-langkah yang tepat sangat penting untuk mendukung si Kecil.&nbsp;
Jika ada kekhawatiran, segera konsultasikan dengan profesional. AyBun dapat cek <a href="tentanganak://milestone_list?type=milestone_list">Fitur Kembang</a> untuk tahu lebih lanjut tentang tumbuh kembang anak sesuai usia Anak.