Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas mempengaruhi perilaku anak. Artikel ini menguraikan ciri ADHD, penyebabnya, perbedaan dengan autisme, serta cara menangani ADHD melalui terapi dan obat-obatan. Ketahui lebih lanjut untuk membantu anak Anda tumbuh optimal.

Gangguan Perkembangan

Masalah Kesehatan

Balita

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) adalah gangguan mental yang mempengaruhi perilaku manusia. 
Orang dengan ADHD pada umumnya kesulitan untuk berkonsentrasi dan tidak dapat mengontrol perilaku impulsif mereka. 
Jika tidak mendapatkan penanganan medis, ADHD dapat mengganggu prestasi akademik anak dan bahkan menurunkan kualitas hidupnya di masa depan.
Di Indonesia, jumlah anak dengan ADHD cukup tinggi. 
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2007, dari total 82 juta anak Indonesia, terdapat 8,3 juta anak penyandang ADHD. 
Sedangkan pada skala dunia, jumlah anak dengan ADHD berkisar antara 5,2% hingga 7,5%.&nbsp;
Sayangnya, masih banyak orang tua yang tidak menyadari jika anaknya menyandang ADHD. 
Bahkan, tidak sedikit yang melakukan diagnosis sendiri dan keliru menyamakannya dengan autisme, meski keduanya tidak sama dan membutuhkan penanganan berbeda.
Penangan ADHD sejak dini baik melalui terapi dan obat-obatan juga terbukti dapat membantu mengendalikan gejala ADHD. 
Nah, untuk menambah pengetahuan ayah-bunda mengenai ADHD, berikut ini ciri, penyebab dan cara penangan ADHD serta perbedaannya dengan autisme.
<h2>Ciri ADHD pada Anak</h2>
Ciri atau gejala ADHD dapat dikategorikan menjadi dua masalah perilaku yakni sulit fokus/konsentrasi dan hiperaktif atau bersikap impulsif.
Banyak anak dengan ADHD memiliki dua gejala di atas. Namun, dari 3 anak dengan ADHD hanya satu yang menunjukan satu dari dua gejala tersebut.
Perlu juga diketahui oleh ayah-bunda jika anak laki-laki lebih sering terdiagnosis ADHD dibandingkan anak perempuan. 
Alasannya karena anak perempuan yang memiliki ADHD lebih cenderung memiliki gejala sulit fokus saja dan pada umumnya tidak menunjukan gejala hiperaktif dan impulsif.
Gejala ADHD biasanya sudah terlihat sebelum anak memasuki usia 6 tahun. Ciri tersebut pada umumnya muncul baik di sekolah maupun di rumah.
Berikut ini adalah tanda-tanda perilaku sulit fokus pada anak ADHD:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sering cepat bosan dan gampang teralihkan perhatiannya.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Terlihat ceroboh, contohnya saat mengerjakan PR sekolah.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pelupa atau sering kehilangan barang.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Susah mengerjakan tugas yang membosankan atau butuh waktu lama untuk diselesaikan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sulit mendengar atau mengikuti instruksi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sering berganti aktivitas atau pekerjaan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sulit mengorganisasikan pekerjaan.</li>
</ul>
Berikut ini adalah sejumlah tanda hiperaktif dan impulsif pada anak ADHD:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak bisa duduk diam, terutama di tempat yang tenang atau sunyi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sering merengek atau bergerak tanpa henti.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak bisa konsentrasi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Melakukan gerakan fisik yang berlebihan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak bisa menunggu giliran.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menginterupsi pembicaraan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak sadar akan bahaya.</li>
</ul>
<h2>Penyebab ADHD</h2>
Hingga saat ini belum diketahui penyebab pasti ADHD. Namun, para ahli meyakini bahwa ADHD disebabkan oleh kombinasi sejumlah faktor yakni genetik atau keturunan, struktur dan fungsi otak, lahir prematur atau berat badan lahir rendah, epilepsi dan bayi yang lahir dengan cedera otak.
<h2>Beda ADHD dan Autisme</h2>
ADHD dan autisme sering sulit dibedakan oleh orang awam. Keduanya kerap memiliki gejala atau ciri yang sama. Anak dengan autisme dan ADHD dapat kesulitan untuk fokus. 
Selain itu, anak dengan ADHD dan autisme juga bisa berperilaku impulsif dan sulit untuk beromunikasi. 
Mereka juga kerap kesulitan untuk bersosialisasi. Kondisi ini terjadi terpisah, namun terkadang ada beberapa anak yang mengalami kombinasi keduanya.
Untuk memudahkan ayah-bunda yang ingin mengetahui perbedaan ADHD dan autisme, berikut ini tabel perbedaan autisme dan ADHD yang dapat dipelajari.
<table style="border-collapse: collapse; width: 100.052%; height: 402.916px;" border="1">
<tbody>
<tr style="height: 22.3843px;">
<td style="width: 17.3681%; text-align: center; height: 22.3843px;">Kondisi</td>
<td style="width: 45.2188%; text-align: center; height: 22.3843px;">Autisme</td>
<td style="width: 37.3853%; text-align: center; height: 22.3843px;">ADHD</td>
</tr>
<tr style="height: 111.921px;">
<td style="width: 17.3681%; height: 111.921px;">Fokus</td>
<td style="width: 45.2188%; height: 111.921px;">Sulit fokus pada hal yang tidak disukai dan cenderung fokus pada hal yang disukai saja, seperti: mainan mobil.</td>
<td style="width: 37.3853%; height: 111.921px;">Tidak menyukai dan menghindari hal yang membutuhkan konsentrasi atau mengulang suatu aktifitas.</td>
</tr>
<tr style="height: 89.537px;">
<td style="width: 17.3681%; height: 89.537px;">Komunikasi</td>
<td style="width: 45.2188%; height: 89.537px;">Sulit berinteraksi dengan orang lain. Sulit juga mengekspresikan pikiran, perasaan, serta melakukan kontak mata.</td>
<td style="width: 37.3853%; height: 89.537px;">Seringkali menginterupsi orang lain yang berbicara. Biasanya mencoba untuk mangambil alih percakapan.</td>
</tr>
<tr style="height: 111.921px;">
<td style="width: 17.3681%; height: 111.921px;">Minat</td>
<td style="width: 45.2188%; height: 111.921px;">Cenderung suka pada pengulangan. Bisa membicarakan topik yang diminati selama berjam-jam. Sulit beralih dari satu aktifitas ke aktifitas lain.</td>
<td style="width: 37.3853%; height: 111.921px;">Tidak suka melakukan hal yang sama berulang-ulang atau untuk waktu yang lama.</td>
</tr>
<tr style="height: 44.7685px;">
<td style="width: 17.3681%; height: 44.7685px;">Perilaku</td>
<td style="width: 45.2188%; height: 44.7685px;">Dapat terganggu oleh perubahan rutinitas.</td>
<td style="width: 37.3853%; height: 44.7685px;">Tidak terganggu pada perubahan rutinitas.</td>
</tr>
</tbody>
</table>
<h2>Cara Menangani ADHD</h2>
Sejumlah tindakan medis dapat dilakukan untuk mengendalikan gejala perilaku pada anak dengan ADHD. Tindakan dapat dilakukan menggunakan obat-obatan dan terapi. 
Namun, pada umumnya dokter akan merekomendasikan terapi bila timbul gejala sebelum usia sekolah, dan kombinasi dari keduanya untuk pasien yang lebih dewasa
Untuk obat-obatan, sejumlah obat yang dapat diberikan untuk membuat anak dengan ADHD merasa tenang dan mengurangi impulsivitasnya adalah:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Methylphenidate</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Lisdexamfetamine</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Dexamfetamine</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Atomoxetine</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Guanfacine</li>
</ul>
Sedangkan, terapi yang dapat diberikan pada anak ADHD adalah terapi psikoedukasi, terapi perilaku, Cognitive Behavioural Therapy (CBT) dan diet. 
Sekolah khusus juga dipertimbangkan bila gejala ADHD cukup berat dan mengganggu.
Baca juga: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=1469">Ciri-Ciri Anak Autis yang Bisa Dideteksi Sejak Dini</a>
<h2>Penutup</h2>
<div class="flex flex-grow flex-col max-w-full">
<div class="min-h-[20px] text-message flex w-full flex-col items-end gap-2 whitespace-pre-wrap break-words [.text-message+&amp;]:mt-5 overflow-x-auto" dir="auto" data-message-author-role="assistant" data-message-id="6e01dd7b-0932-4317-b2e1-4fcc8831ebf1">
<div class="flex w-full flex-col gap-1 empty:hidden first:pt-[3px]">
<div class="markdown prose w-full break-words dark:prose-invert light">
Untuk memastikan tumbuh kembang anak berjalan optimal, penting bagi AyBun untuk memahami dan mengatasi gangguan seperti ADHD dan autisme sejak dini.
Penanganan yang tepat dapat memberikan dampak positif yang signifikan pada kualitas hidup mereka. Jangan ragu untuk melakukan <a href="tentanganak://screening?type=screening">skrining autisme</a> di Aplikasi Tentang Anak jika AyBun mencurigai adanya gejala pada anak.
Skrining ini bisa menjadi langkah awal yang penting dalam mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat. Semoga informasi di atas bermanfaat.
</div>
</div>
</div>
</div>

ADHD pada Anak dan Bedanya dengan Autisme

Diare pada bayi bisa disebabkan oleh infeksi saluran pencernaan akibat bakteri, virus atau parasit. Berikut ini cara menanganinya dengan tepat.

Pencernaan

Diare adalah penyakit yang bisa diderita siapa saja, tak terkecuali bayi. Meski pada umumnya diare tak berbahaya, penyakit ini bisa membuat si Kecil tidak nyaman dan lemas karena kekurangan cairan. Diare juga bisa mengakibatkan kondisi kesehatan serius jika terlambat ditangani atau tidak ditangani dengan baik. Akibat dehidrasi akut yang disebabkan oleh diare, bayi bisa mengalami kejang bahkan kehilangan kesadaran.
&nbsp;
Meski diare adalah penyakit yang umum, banyak orang tua yang terlambat mengidentifikasi diare pada bayi. Alasannya karena bagi orang yang tidak teredukasi, feses bayi normal dan feses bayi yang terkena diare terlihat sama.
&nbsp;
Nah, untuk mengedukasi ayah-bunda yang baru menjadi orang tua, artikel ini akan membahas seluk beluk diare pada bayi mulai dari penyebab, ciri-ciri dan cara mengatasinya. Tanpa panjang lebar lagi, mari kita bahas satu per satu.
<h2>Penyebab Diare pada Bayi</h2>
Berikut ini adalah sejumlah penyebab umum diare pada bayi dan anak-anak:
<h3>1. Infeksi Saluran Pencernaan</h3>
Infeksi yang terjadi pada saluran pencernaan bayi dapat mengakibatkan diare. Infeksi tersebut pada umumnya disebabkan oleh bakteri, virus, atau parasit yang masuk ke sistem pencernaan bayi melalui makanan yang telah terkontaminasi. Rotavirus, Adenovirus, Salmonella, Bakteri E. Coli dan parasit Giardia lamblia merupakan sejumlah virus, bakteri dan parasit yang menjadi penyebab infeksi saluran pencernaan bayi.
<h3>2. Alergi dan Intoleransi Makanan</h3>
Jika si kecil alergi makanan, artinya sistem kekebalan tubuhnya bereaksi secara berlebihan terhadap makanan tersebut hingga melepaskan histamin dan zat-zat lain yang menyebabkan gejala alergi seperti diare dan muntah-muntah.
&nbsp;
Di sisi lain, si kecil juga bisa mengalami intoleransi makanan yang terjadi ketika sistem pencernaan bayi tidak mampu mencerna makanan tertentu dengan baik. Hal ini bisa terjadi karena kekurangan enzim yang diperlukan untuk mencerna makanan tersebut. Intoleransi makanan dapat menyebabkan sejumlah masalah di saluran pencernaan seperti kembung, sakit perut, mual dan diare.
<h3>3. Terlalu Banyak Mengkonsumsi Jus Buah</h3>
Pemberian jus buah yang terlalu banyak juga bisa menyebabkan bayi mengalami diare. Alasannya karena bayi menerima terlalu banyak nutrisi yang tidak bisa diserap tubuhnya hingga sisa kelebihan yang tidak terserap tersebut dikeluarkan tubuh dalam bentuk feses yang cair.&nbsp;
Bahkan, American Academy of Pediatrics merekomendasikan untuk tidak memberikan jus buah kepada bayi di bawah satu tahun (10). Buah utuh lebih baik karena kaya serat dan memiliki tingkat konsentrasi nutrisi yang dapat ditoleransi.
<h3>4. Pemberian Antibiotik</h3>
Antibiotik ternyata juga dapat membunuh bakteri-bakteri baik dalam saluran pencernaan bayi yang mengakibatkan makanan tidak dapat dicerna dengan baik.
<h2>Ciri Diare pada Bayi</h2>
Bayi yang sehat dan mendapatkan cukup ASI normalnya akan buang air besar sebanyak empat hingga 12 kali sehari. Sementara, bayi yang minum susu formula cenderung buang air besar lebih sedikit dari bayi ASI. Namun, jika tiba-tiba terjadi peningkatan frekuensi buang air besar dan tinja terlihat sangat encer, ada kemungkinan bayi mengalami diare. Ayah-bunda juga bisa perhatikan ciri lainnya seperti adanya lendir yang banyak dan bau feses yang lebih kuat dari biasanya.
<h2>Cara Mengatasi Bayi Diare</h2>
Berikut adalah beberapa langkah yang dapat ayah-bunda lakukan saat si kecil mengalami diare:
<h3>1. Pastikan Bayi Terhidrasi</h3>
Diare dapat menyebabkan dehidrasi pada bayi, sehingga penting untuk memastikan bayi tetap terhidrasi. Berikan ASI atau susu formula lebih sering daripada biasanya. Jika bayi sudah menerima MPASI, ayah-bunda juga dapat memberikan larutan elektrolit yang direkomendasikan oleh dokter.
<h3>2. Jaga Kebersihan untuk Cegah Penularan</h3>
Diare dapat menular melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Oleh karenanya, pastikan untuk mencuci tangan dengan sabun baik sebelum dan setelah menangani bayi yang mengalami diare.&nbsp;
<h3>3. Gunakan Popok yang Sesuai</h3>
Pastikan menggunakan popok dengan daya serap tinggi agar kulit bayi tetap kering dan mencegah iritasi. Hindari popok yang terlalu ketat agar sirkulasi udara tetap baik.
<h3>4. Jangan Berikan Sembarang Obat</h3>
Pada umumnya, dokter tidak memberikan obat-obatan ketika bayi mengalami diare. Namun, jika diare berlangsung berhari-hari, atau menunjukan kondisi kesehatan lainnya seperti demam tinggi atau adanya darah dalam feses, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
<h3>5. Bawa ke Fasilitas Kesehatan</h3>
Jika sudah terjadi tanda bahaya, seperti anak kekurangan cairan secara berlebihan hingga tidak sadarkan diri, segera bawa ke dokter atau fasilitas kesehatan terdekat.
 Foto: Designed by freepik
Sumber:
https://www.webmd.com/parenting/baby/baby-diarrhea-causes-treatment
https://www.momjunction.com/articles/diarrhea-in-infants-or-babies_00374884/#what-causes-diarrhea-in-infants

Penyebab dan Cara Mengatasi Diare pada Bayi


Berat badan bayi 4 bulan yang ideal/normal adalah 5.6 kg hingga 8.7 kg untuk laki-laki dan 5 kg hingga 8.2 kg untuk perempuan. Pastikan agar berat badan si kecil tidak kurang dari ukuran tersebut.

Pertumbuhan

Kesehatan Anak

Salah satu indikator gizi buruk yang umum digunakan untuk bayi adalah kesesuaian antara berat badan dan usianya. Dokter anak dan ahli gizi biasanya akan merujuk pada sumber-sumber resmi seperti World Health Organization (WHO) atau standar yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.&nbsp;
Pada artikel kali ini, kita akan mengulas mengenai standar berat badan bayi 4 bulan yang ideal menggunakan ukuran Kemenkes. Selain itu, artikel ini juga akan membahas sejumlah informasi lain yang penting diketahui ayah-bunda seperti kebutuhan energi dan protein yang harus diasup bayi, serta cara menaikan berat badan bayi yang efektif. Nah, tanpa panjang lebar lagi, mari kita bahas satu per satu.
<h2>Berat Badan Normal Bayi 4 Bulan Laki-Laki</h2>
Berdasarkan kategori dan ambang batas status gizi yang dapat ayah-bunda lihat pada tabel versi Kemenkes di bawah ini, dapat disimpulkan bahwa berat badan bayi 4 bulan yang ideal/normal adalah 5.6 kg hingga 8.7 kg. Namun, perlu dipahami bahwa ukuran ini hanya dapat digunakan pada bayi laki-laki saja.&nbsp;
<table style="border-collapse: collapse; width: 99.9463%; height: 67.1874px;" border="1">
<tbody>
<tr style="height: 22.3958px;">
<td style="width: 13.2189%; height: 76.7917px;">
Usia
</td>
<td style="width: 43.5257%; height: 76.7917px;">
Gizi Buruk / Gizi Kurang
</td>
<td style="width: 25.3094%; height: 76.7917px;">
Gizi Baik
</td>
<td style="width: 18.2163%; height: 76.7917px;">
Gizi Lebih
</td>
</tr>
<tr style="height: 22.3958px;">
<td style="width: 13.2189%; height: 76.7917px;">
0 Bulan
</td>
<td style="width: 43.5257%; height: 76.7917px;">
&lt;2.1 kg - 2.4 kg
</td>
<td style="width: 25.3094%; height: 76.7917px;">
2.5 kg- 4.4 kg
</td>
<td style="width: 18.2163%; height: 76.7917px;">
&gt;4.4 kg
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 13.2189%; height: 76.7917px;">
1 Bulan
</td>
<td style="width: 43.5257%; height: 76.7917px;">
&lt;2.9 kg - 3.3 kg
</td>
<td style="width: 25.3094%; height: 76.7917px;">
3.4 kg - 5.8 kg
</td>
<td style="width: 18.2163%; height: 76.7917px;">
&gt;5.8 kg
</td>
</tr>
<tr style="height: 22.3958px;">
<td style="width: 13.2189%; height: 76.7917px;">
2 Bulan
</td>
<td style="width: 43.5257%; height: 76.7917px;">
&lt;3.8 kg - 4.2 kg
</td>
<td style="width: 25.3094%; height: 76.7917px;">
4.3 kg - 7.1 kg
</td>
<td style="width: 18.2163%; height: 76.7917px;">
&gt;7.1 kg
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 13.2189%; height: 76.7917px;">
3 Bulan
</td>
<td style="width: 43.5257%; height: 76.7917px;">
&lt;4.4 kg - 4.9 kg
</td>
<td style="width: 25.3094%; height: 76.7917px;">
5 kg - 8 kg
</td>
<td style="width: 18.2163%; height: 76.7917px;">
&gt;8 kg
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 13.2189%; height: 76.7917px;">
4 Bulan
</td>
<td style="width: 43.5257%; height: 76.7917px;">
&lt;4.9 kg - 5.5 kg
</td>
<td style="width: 25.3094%; height: 76.7917px;">
5.6 kg - 8.7 kg
</td>
<td style="width: 18.2163%; height: 76.7917px;">
&gt;8.7 kg
</td>
</tr>
</tbody>
</table>
&nbsp;
Untuk standar berat badan menurut umur untuk bayi 4 bulan perempuan, Anda dapat melihatnya di bawah ini:
<h2>Berat Badan Normal Bayi 4 Bulan Perempuan</h2>
Berdasarkan tabel di bawah ini, maka berat badan ideal untuk bayi 4 bulan adalah 5 kg hingga 8.2 kg. Jika kurang dari ukuran tersebut, maka ayah-bunda harus mengusahakan untuk meningkatkan berat badan si kecil hingga setidaknya dapat mencapai ambang batas berat badan normal.
<table style="border-collapse: collapse; width: 99.9463%;" border="1">
<tbody>
<tr>
<td style="width: 14.5086%;">
Usia
</td>
<td style="width: 41.2688%;">
Gizi Buruk / Gizi Kurang
</td>
<td style="width: 25.1482%;">
Gizi Baik
</td>
<td style="width: 18.8611%;">
Gizi Lebih
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 14.5086%;">
0 Bulan
</td>
<td style="width: 41.2688%;">
&lt;2 kg - 2.3 kg
</td>
<td style="width: 25.1482%;">
2.4 kg- 4.2 kg
</td>
<td style="width: 18.8611%;">
&gt;4.2 kg
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 14.5086%;">
1 Bulan
</td>
<td style="width: 41.2688%;">
&lt;2.7 kg - 3.1 kg
</td>
<td style="width: 25.1482%;">
3.2 kg - 5.5 kg
</td>
<td style="width: 18.8611%;">
&gt;5.5 kg
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 14.5086%;">
2 Bulan
</td>
<td style="width: 41.2688%;">
&lt;3.4 kg - 3.8 kg
</td>
<td style="width: 25.1482%;">
3.9 kg - 6.6 kg
</td>
<td style="width: 18.8611%;">
&gt;6.6 kg
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 14.5086%;">
3 Bulan
</td>
<td style="width: 41.2688%;">
&lt;4 kg - 4.4 kg
</td>
<td style="width: 25.1482%;">
4.5 kg - 7.5 kg
</td>
<td style="width: 18.8611%;">
&gt;7.5 kg
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 14.5086%;">
4 Bulan
</td>
<td style="width: 41.2688%;">
&lt;4.4 kg - 4.9 kg
</td>
<td style="width: 25.1482%;">
5 kg - 8.2 kg
</td>
<td style="width: 18.8611%;">
&gt;8.2 kg
</td>
</tr>
</tbody>
</table>
<h2>Cara Menambah Berat Badan Bayi 4 Bulan</h2>
Untuk menambah berat badan bayi yang kurang hingga dapat masuk ke berat badan normal atau ideal, ada beberapa hal yang bisa ayah-bunda lakukan. Namun, sebelum lebih jauh membahas tipsnya, ada baiknya untuk memahami standar kebutuhan energi dan kebutuhan protein yang harus diasup oleh balita.
Kebutuhan Energi Bayi 4 Bulan
<table style="border-collapse: collapse; width: 99.9463%;" border="1">
<tbody>
<tr>
<td style="width: 12.4129%;">
No
</td>
<td style="width: 49.4904%;">
Kelompok Usia
</td>
<td style="width: 38.2059%;">
Energi (Kkal)
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 12.4129%;">
1
</td>
<td style="width: 49.4904%;">
0-6 bulan
</td>
<td style="width: 38.2059%;">
550
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 12.4129%;">
2
</td>
<td style="width: 49.4904%;">
7-11 bulan
</td>
<td style="width: 38.2059%;">
725
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 12.4129%;">
3
</td>
<td style="width: 49.4904%;">
1 tahun - 3 tahun
</td>
<td style="width: 38.2059%;">
1125
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 12.4129%;">
4
</td>
<td style="width: 49.4904%;">
4 tahun- 6 tahun
</td>
<td style="width: 38.2059%;">
1600
</td>
</tr>
</tbody>
</table>
Anjuran jumlah asupan energi dalam setiap tahapan usia tidaklah sama. Kebutuhan energi tersebut ditentukan oleh ukuran tubuh, aktivitas fisik, dan tingkat pertumbuhan. Nah, berdasarkan tabel di atas, maka angka yang dianjurkan untuk balita usia 4 bulan adalah 550 Kkal.
&nbsp;
Kebutuhan Protein Bayi 4 Bulan
<table style="border-collapse: collapse; width: 99.9463%;" border="1">
<tbody>
<tr>
<td style="width: 13.0577%;">
No
</td>
<td style="width: 52.3921%;">
Kelompok Usia
</td>
<td style="width: 34.4982%;">
Protein (g)
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 13.0577%;">
1
</td>
<td style="width: 52.3921%;">
0-6 bulan
</td>
<td style="width: 34.4982%;">
12
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 13.0577%;">
2
</td>
<td style="width: 52.3921%;">
7-11 bulan
</td>
<td style="width: 34.4982%;">
16
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 13.0577%;">
3
</td>
<td style="width: 52.3921%;">
1 tahun - 3 tahun
</td>
<td style="width: 34.4982%;">
26
</td>
</tr>
<tr>
<td style="width: 13.0577%;">
4
</td>
<td style="width: 52.3921%;">
4 tahun- 6 tahun
</td>
<td style="width: 34.4982%;">
35
</td>
</tr>
</tbody>
</table>
&nbsp;
Selain berfungsi sebagai penyedia energi, protein juga memiliki fungsi esensial lain yang dibutuhkan untuk menjamin pertumbuhan bayi berlangsung dengan normal. Sebagai sumber energi, protein menyediakan 4 Kkal energi per 1 gram protein. 
Bicara soal kecukupan protein, anjuran jumlah asupan protein tidak sama untuk tiap tahapan umur. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk protein balita usia 4 bulan adalah 12 g. Perlu diketahui, jika asupan protein tidak mencukupi, maka pertumbuhan linear balita akan terhambat meskipun kebutuhan energinya tercukupi.
Setelah mengetahui anjuran kalori dan protein untuk bayi 4 bulan, berikut ini adalah sejumlah tips yang bisa dilakukan ayah-bunda untuk meningkatkan berat badan bayi:
<h3>1. Meningkatkan Jumlah dan FrekuensiMinum Susu</h3>
ASI atau susu formula adalah sumber utama nutrisi bagi bayi, sehingga sangat penting untuk memberikannya secara teratur untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. Namun, saat harus mengejar ketertinggalan berat badan bayi, ayah-bunda wajib meningkatkan frekuensi pemberian susu untuk memenuhi kebutuhan kalori yang lebih tinggi. Sebaiknya bayi diberikan susu setiap 2-3 jam, termasuk pada malam hari. Yang tidak kalah penting adalah pastikan jumlah ASI atau susu formula yang diberikan mencukupi target kalori harian.
<h3>2. Memperkenalkan MPASI</h3>
Jika berat badan bayi masih jauh tertinggal, pada usia 4 bulan bayi dapat diberikan makanan padat seperti pure sayur atau buah-buahan. Makanan pendamping ASI dapat membantu menambah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan bayi. Namun, sebelum memberikan MPASI pada bayi 4 bulan, pastikan ayah-bunda untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter anak.
<h3>3. Berikan Pijat Bayi</h3>
Pijat bayi memang tidak secara langsung dapat meningkatkan berat badan. Namun, pijatan dapat membantu merangsang sistem pencernaan bayi sehingga dapat membantu meningkatkan nafsu makan bayi. Selain itu, pijat bayi juga dapat membantu meningkatkan kualitas tidur bayi, sehingga dapat membantu memperbaiki pola makan dan aktivitas fisik bayi yang sehat.
<h3>4. Periksakan Bayi ke Dokter</h3>
Beberapa faktor seperti infeksi, penyakit, atau gangguan pencernaan dapat menghambat pertumbuhan bayi. Oleh karena itu, sebaiknya Anda memastikan bayi dalam kondisi sehat dan menghindari faktor-faktor yang dapat mengganggu pertumbuhan bayi. Agar pertumbuhan dan kesehatan bayi dapat diawasi secara teratur, rutinlah untuk membawa si kecil ke dokter spesialis anak.&nbsp;
 Foto: Freepik
Sumber:
https://www.who.int/tools/child-growth-standards/standards

Berat Badan Bayi 4 Bulan yang Ideal Menurut Kementerian Kesehatan

Selain tertawa dan bubbling, 75% bayi usia 6 bulan sudah dapat melakukan sejumlah hal penting. Baca selengkapnya di artikel ini.
&nbsp;

Bayi

Tak terasa, sudah setengah tahun si kecil hadir di tengah-tengah ayah-bunda. Meskipun tantangan yang harus dihadapi selama 6 bulan terakhir tidak mudah, kehadiran si kecil tentu saja membawa kebahagiaan yang sangat besar bagi ayah-bunda sekeluarga, terlebih di bulan ini akan ada pencapaian-pencapaian penting yang menandai pertumbuhannya yang positif.
Tidak hanya tertawa dan bubbling, di usia 6 bulan bayi sudah dapat duduk tanpa bantuan dalam waktu yang singkat. Mereka juga mulai mengkonsumsi makanan padat. Di malam hari, si kecil juga akan tidur lebih pulas dan lebih lama, sehingga kualitas tidur ayah-bunda juga semakin membaik.
Artikel kali ini akan fokus membahas perkembangan bayi 6 bulan, pencapaian penting yang akan diraih si kecil di usianya yang sekarang dan berbagai informasi penting yang harus diketahui ayah-bunda. Nah, untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut, yuk baca artikel selengkapnya.
<h2>Perkembangan Bayi 6 Bulan</h2>
Berdasarkan Centers for Disease Control and Prevention, di usianya sekarang, sekitar 75% bayi mampu melakukan sejumlah pencapaian penting berikut ini:
<h3>1. Pencapaian Sosial / Emosional</h3>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bayi sudah mengenali wajah yang familiar seperti ayah-bunda serta orang terdekat yang berada di sekitarnya. Dia juga sudah bisa membedakan wajah yang familiar dan orang asing.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pada usia 6 bulan, bayi Anda akan lebih sering tertawa dibandingkan saat mereka berusia 3-4 bulan. Tertawa adalah bagian dari perkembangan sosial dan emosional bayi, dan sering kali menjadi tanda bahagia dan kegembiraan.</li>
</ul>
<h3>2. Pencapaian Bahasa / Komunikasi</h3>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Memasuki 6 bulan pertamanya, si kecil sudah dapat mengenali namanya sendiri dan merespon ketika ayah-bunda memanggil namanya.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Blowing raspberries adalah ketika bayi mengeluarkan suara dengan menjulurkan lidah mereka ke luar mulut dan meniup udara melalui bibir pada saat bersamaan. Kebiasaan ini merupakan bagian dari perkembangan bicara dan kemampuan motorik halus bayi yang membantunya mengembangkan otot-otot bibir, mulut, dan lidah.</li>
</ul>
<h3>3. Pencapaian Kognitif</h3>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Saat sudah kenyang atau tidak ingin makan, bayi sudah belajar untuk menutup mulut dengan merapatkan bibirnya.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengambil mainan atau benda benda yang menarik minat dengan tangannya.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Memindahkan benda dari tangan satu ke tangan lainnya.</li>
</ul>
<h3>4. Pencapaian Perkembangan Fisik</h3>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pada usia 6 bulan, bayi sudah dapat berguling dari posisi terlentang ke posisi tengkurap atau sebaliknya.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bayi sudah dapat duduk tanpa bantuan orang dewasa dan bertumpu hanya dengan kedua tangannya.</li>
</ul>
<h2>Stimulasi Bayi Usia 6 Bulan</h2>
Perlu diingat bahwa setiap bayi berkembang dengan kecepatan berbeda. Jika bayi Anda belum mencapai beberapa milestone di atas terdapat sejumlah aktivitas yang dapat dilakukan untuk menstimulasi kemampuan bayi. Berikut ini adalah contoh aktivitasnya:
<h3>1. Membacakan Buku</h3>
Selain bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan berbahasa dan pendengarannya, membacakan buku untuk si kecil dapat mengasah kemampuan motorik halusnya. Saat membacakan buku, lakukanlah dengan perlahan dan pastikan untuk menambahkan emosi dan gestur saat membaca seperti tertawa, terkejut dan lain sebagainya untuk membuat aktivitas membaca jadi lebih punya interaksi.
<h3>2. Bernyanyi</h3>
Untuk mengasah kemampuan pendengaran dan bahasanya, ayah-bunda juga bisa menyanyikan lagu untuk si kecil. Nyanyikan lagu saat aktivitas tertentu seperti saat memandikan si kecil.&nbsp;
<h3>3. Bermain Pesawat-pesawatan</h3>
Aktivitas selanjutnya yang dapat menstimulasi bayi Anda adalah dengan bermain pesawat-pesawatan. Namun, aktivitas ini harus dilakukan dengan hati-hati ya ayah-bunda. Caranya dengan menaruh bayi pada posisi tengkurap di kedua tangan Anda dan mengangkat serta menurunkannya secara lembut dan perlahan. Permainan ini dapat menstimulasi otot otot di seluruh tubuh bayi.
<h3>4. Bermain Gelembung Sabun</h3>
Bermain gelembung sabun dapat membantu mengasah kemampuan penglihatan dan konsentrasi si kecil. Ayah-bunda bisa membeli mainan gelembung sabun di toko mainan offline maupun online.
<h3>5. Bermain Cilukba</h3>
Tidak hanya menyenangkan bagi si kecil, bermain cilukba dapat membantu perkembangan motorik bayi. Permainan ini juga efektif untuk mengasah kemampuan kognitif bayi atau kemampuannya dalam berpikir, mengingat, membayangkan serta mengumpulkan dan mengatur informasi.
Itulah sejumlah aktivitas dan permainan untuk menstimulasi bayi usia 6 bulan. Bermain dan membaca buku memang menyenangkan bagi si kecil sekaligus bermanfaat bagi perkembangannya. Yuk, lakukan stimulasi secara berkelanjutan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan si kecil.
Foto: Designed by Freepik
Sumber:
https://parenting.firstcry.com/articles/development-boosting-6-month-old-baby-activities/
https://www.cdc.gov/ncbddd/actearly/milestones/milestones-6mo.html

Pencapaian Penting Bayi 6 Bulan yang Wajib Dipantau Ayah Bunda


bayi mulai belajar menggunakan koordinasi dengan kedua tangannya, tetapi beberapa dari Ayah Bunda masih ada yang melarang anak menggerakan tangan kiri untuk mengambil atau meletakan benda. Ternyata hal tersebut dapat menghambat perkembangan otak, kok bisa? Yuk, simak artikel di bawah ini

Perkembangan

Sejak zaman dahulu, masyarakat seringkali memiliki keyakinan yang kuat terkait dengan tangan yang dominan. Tangan kanan sering kali dipandang sebagai tangan yang paling baik dan diutamakan, sedangkan tangan kiri sering kali dianggap sebagai tangan yang 'kurang'. 
Meskipun kita hidup di zaman yang semakin modern, pandangan ini masih bertahan. Bahkan, beberapa orang tua sering kali berusaha keras untuk melarang anak-anak mereka menggunakan tangan kiri. Namun, apakah benar-benar tepat untuk melarang anak-anak menggunakan tangan kiri?
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi mengapa melarang anak-anak menggunakan tangan kiri bukanlah pendekatan yang bijak. Sebaliknya, kita akan melihat mengapa penting untuk membiarkan anak-anak mengembangkan kedua tangan mereka dengan seimbang.
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/64ee758f-349b3368-c0ab-40f9-928d-0a345e792626.jpg" />
Pernahkah Ayah dan Bunda khawatir saat si Kecil tiba-tiba memegang sebuah benda dengan tangan kirinya? padahal biasanya ia sudah mampu menggunakan tangan kanan.
Sebelum usia 2 tahun pada umumnya anak belum memiliki dominasi tangan, sehingga si Kecil sering menggunakan kedua tangannya secara acak saat melakukan sesuatu, seperti:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Meraih mainan dengan tangan kanan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bersalaman dengan tangan kiri</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menunjuk dengan tangan kiri</li>
</ul>
Jika terjadi hal-hal tersebut, sebaiknya AyBun tidak perlu melarang anak ketika ia menggunakan tangan kirinya. Kira-kira apa alasannya ya?
Ternyata penggunaan tangan kiri dan tangan kanan tidak luput dari peran salah satu organ tubuh kita, yaitu otak. Otak adalah pusat sistem saraf yang berperan penting dalam mengendalikan tubuh sehingga manusia dapat melakukan berbagai aktivitas di sepanjang hidup.&nbsp;
Otak terbagi menjadi dua bagian, yaitu otak kanan dan otak kiri yang bekerja berkebalikan dengan posisinya.&nbsp;
Otak kanan mengendalikan sisi kiri tubuh manusia yang dianggap lebih baik untuk mengerjakan tugas-tugas yang berkaitan dengan kreativitas.
Sedangkan otak kiri mengendalikan sisi kanan tubuh, dan dianggap lebih baik untuk mengerjakan tugas-tugas yang melibatkan logika, bahasa, dan pemikiran analitis.
Melarang si Kecil menggunakan tangan kiri dapat menghambat perkembangan otak, lho Bun.. karena kecerdasan anak agar berkembang secara optimal diperlukan adanya keseimbangan antara otak kanan dan otak kiri. Melatih keseimbangan otak kanan dan otak kiri dapat dimulai dari stimulasi gerakan fungsional kedua tangan anak secara rutin.
<h2>Berikut 3 Ide Stimulasi Gerakan Fungsional Kedua Tangan Anak</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/64ee74da-7c4991bb-2aab-45a3-a51c-bca03e686204.jpg" />
<h3>1. Meraih Mainan</h3>
Posisikan anak tengkurap atau duduk menghadap AyBun
Minta anak meraih mainan yang dipegang AyBun mulai dari depan, samping kanan dan samping kiri.
Posisikan mainan di sebelah kanan dan kiri secara bergantian, agar ia mau meraihnya dengan tangan kanan lalu tangan kiri
<h3>2. Menggenggam 2 Bola</h3>
Sediakan beberapa bola dengan ukuran kecil agar mudah digenggam anak
Instruksikan anak untuk mengambil 1 bola dengan tangan kanan dan 1 bola dengan tangan kiri.
Jika kesulitan AyBun dapat mencontohkannya terlebih dahulu atau memandu anak
<h3>3. Bermain Tepuk Tangan</h3>
Nyalakan lagu favorit anak dan arahkan untuk bertepuk tangan sesuai irama
Ulangi sampai berhasil sesuai irama
Jika sudah bisa, tambahkan tantangan dengan mengajarkan ia tepuk tangan dengan cepat.
Agar perkembangan otak si Kecil tidak terhambat, jangan lupa coba lakukan ide stimulasi kedua tangannya ya Ayah Bunda! Untuk cari ide aktivitas yang lebih menarik dan beragam, mulai dari ide sensori, DIY, pra calistung, dan stimulasi dua bahasa.
Yuk, gunakan fitur Ide Permainan di aplikasi Tentang Anak.
&nbsp;
Foto: Freepik
Sumber:
<h2>https://journals.plos.org/plosbiology/article?id=10.1371/journal.pbio.1001767&nbsp;</h2>
<h2>https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32066321/&nbsp;</h2>
<h2>https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23231501/</h2>

Jangan Larang Anak Pakai Tangan Kiri, Perkembangan Otak Anak Terhambat


Lendir tanda melahirkan memiliki perbedaan dengan lendir keputihan yang terlihat dari warna, konsistensi, aroma hingga rasa nyeri yang ditimbulkan.&nbsp;

Kehamilan

Memasuki bulan kesembilan kandungan, waktu untuk melahirkan menghitung hari. Sejumlah tanda yang dapat diketahui bahwa hari lahir segera datang adalah munculnya lendir pada ibu hamil. Lendir yang mirip dengan lendir keputihan ini disebut dengan lendir tanda melahirkan.&nbsp;
&nbsp;
Meski begitu tidak semua ibu hamil merasakan lendir tanda melahirkan, sebab setiap kehamilan dan persalinan itu unik dan berbeda-beda. Apabila tidak mengalaminya bukan berarti kondisi ibu hamil tidak normal atau sedang bermasalah, untuk dapat memastikannya sangat baik untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli kesehatan.&nbsp;
&nbsp;
Artikel ini akan membahas tentang apa itu lendir tanda melahirkan dan perbedaannya dengan lendir keputihan dan bagaimana cara menangani lendir tanda melahirkan jika terjadi. Simak artikelnya sampai selesai untuk wawasan persiapan kelahiran.&nbsp;
<h2>Apa Itu Lendir Tanda Melahirkan&nbsp;</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/1690458142.jpg" />
Lendir tanda melahirkan adalah lendir kental dan lengket yang keluar dari leher rahim pada akhir masa kehamilan, dan dapat menjadi tanda persiapan untuk persalinan. Disebut dengan lendir tanda melahirkan karena lendir mengandung lendir serviks, selaput lendir dan cairan ketuban.
&nbsp;
Ibu hamil yang merasakan lendir tanda melahirkan karena terjadi selama kehamilan, ada sumbat lendir di leher rahim Anda. Dalam sejumlah kasus, lendir ini keluar tepat sebelum persalinan dimulai, atau saat awal persalinan. Berwarna lendir merah muda yang lengket seperti jeli.
&nbsp;
Lendir tersebut bertugas untuk menjaga area vagina tetap lembab dan terlindungi karena dapat mencegah bakteri yang tidak diinginkan dan sumber infeksi lainnya. Lendir tanda melahirkan ini juga menandai bahwa serviks sedang membesar dan tubuh Anda bersiap untuk melahirkan.&nbsp;
<h2>Beda Lendir Keputihan dengan Lendir Tanda Melahirkan</h2>
Ibu hamil pada trimester pertama kerap mengalami keputihan, namun dengan kadar normal tanpa keluhan seperti: gatal, perih atau berbau menyengat. Keputihan yang normal terjadi pada ibu hamil karena selama hamil, produksi lendir vagina meningkat akibat perubahan hormon dan aliran darah ke panggul. Keputihan pada masa kehamilan berfungsi untuk membersihkan area sekitar vagina dan rahmi dari kuman atau sel mati.&nbsp;
&nbsp;
Tak hanya terjadi pada awal kehamilan, keputihan juga bisa juga terjadi pada trimester akhir kandungan tapi supaya mengetahui beda antara lendir keputihan dengan lendir tanda melahirkan, Anda perlu membacanya sebagai berikut.&nbsp;
<h3>1. Perbedaan Dari Warna</h3>
Lendir keputihan berwarna putih atau kekuningan sedangkan lendir tanda melahirkan sering kali berwarna kecoklatan atau merah muda.&nbsp;
<h3>2. Aroma</h3>
Lendir keputihan tidak memiliki bau yang menyengat tapi lendir tanda melahirkan biasanya berbau sedikit amis.&nbsp;
<h3>3. Jumlah Lendir&nbsp;</h3>
Lendir tanda melahirkan keluar dalam jumlah yang lebih banyak daripada lendir keputihan, sehingga frekuensi mengganti pakaian dalam akan tinggi atau membuat ibu menggunakan pembalut. Sedangkan lendir keputihan jumlahnya sedikit dan cenderung hanya sekali muncul atau tidak terus-terusan.&nbsp;
<h3>4. Konsistensi</h3>
Lendir keputihan biasanya lebih cair dan halus, sementara lendir tanda melahirkan lebih kental dan lengket.
<h3>5. Rasa Sakit&nbsp;</h3>
Terkadang lendir tanda melahirkan diikuti oleh kontraksi Braxton Hicks, yang merupakan kontraksi palsu yang sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil yang mendapatkan lendir keputihan tidak diikuti dengan rasa sakit atau nyeri apapun.&nbsp;
<h2>Cara Penanganan Lendir Tanda Melahirkan&nbsp;</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/1690458262.jpg" />
Sebagai tanda persiapan waktunya melahirkan, ibu hamil yang mendapati lendir perlu melakukan sejumlah penanganan. Supaya tidak menimbulkan infeksi atau masalah kesehatan baru karena mendapati cairan yang banyak saat kehamilan. Berikut cara penanganan lendir tanda melahirkan yang bisa dilakukan secara mandiri.&nbsp;
<h3>1. Kebersihan Diri</h3>
Menjaga kebersihan diri dengan membersihkan area panggul dengan air bersih dan sabun ringan dapat menghindarkan Anda dari kemungkinan terjadinya infeksi. Selain itu untuk sementara hindari penggunaan tampon atau produk pembersih vagina yang mengandung bahan kimia.
<h3>2. Pantau Jumlah dan Warna Lendir&nbsp;</h3>
Perhatikan jumlah dan warna lendir tanda melahirkan yang keluar. Seperti yang sudah diinformasikan di atas tentang ciri-ciri lendir tanda melahirkan. Jika lendir tanda melahirkan tidak sesuai dengan ciri di atas, maka segera berkonsultasi dengan dokter untuk mencegah gangguan kehamilan.&nbsp;
<h3>3. Catat Waktu dan Frekuensi Lendir&nbsp;</h3>
Tujuannya untuk lebih siap jika waktu melahirkan segera datang. Apalagi jika lendir yang terjadi diikuti dengan kontraksi teratur, kemungkinan hal tersebut adalah tanda persalinan segera dimulai.&nbsp;
<h3>4. Persiapkan Diri&nbsp;</h3>
Beristirahat menjadi salah satu bagian dari persiapan diri untuk persalinan, karena jika lendir tanda melahirkan mulai keluar dalam jumlah yang banyak atau terjadi dalam jangka waktu yang singkat bisa terjadi persalinan. Selain dengan beristirahat, perlu juga untuk memastikan kalau tas persalinan dan barang-barang penting sudah siap untuk di bawa.
<h3>5. Berkonsultasi dengan Dokter&nbsp;</h3>
Jika khawatir dengan lendir tanda melahirkan yang tidak biasa diikuti dengan gejala sakit seperti: mual, demam, sakit kepala, atau nyeri panggul, segera hubungi dokter Anda untuk mendapatkan saran dan perawatan yang tepat.
&nbsp;
Lendir tanda melahirkan bisa menjadi pertanda awal persalinan tapi bisa saja meleset, oleh karena itu sangat perlu untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli kandungan untuk mengetahui lebih pasti waktu persalinan. Semoga artikel ini bisa membantu ibu hamil lebih percaya diri dalam menghadapi persalinan.&nbsp;
&nbsp;
Foto: Freepik
Sumber:&nbsp;
https://www.nhs.uk/pregnancy/labour-and-birth/signs-of-labour/signs-that-labour-has-begun/#:~:text=A%20%22show%22%20can%20signal%20the,mucus%20is%20called%20a%20show.
https://americanpregnancy.org/healthy-pregnancy/labor-and-birth/mucus-plug/
https://promkes.kemkes.go.id/?p=1528

Beda Lendir Keputihan dengan Lendir Tanda Melahirkan

Penting bagi orang tua untuk penuhi asupan vitamin A si kecil. Cari tahu manfaat vitamin A untuk anak selengkapnya di sini!

Nutrisi

Vitamin A adalah salah satu komponen yang diperlukan oleh tubuh pada berbagai usia, termasuk anak-anak. Vitamin A terkenal dengan manfaat baiknya untuk mata. Tapi tidak hanya itu, vitamin ini juga memegang peranan penting dalam kesehatan dan tumbuh kembang anak.
WHO bahkan merekomendasikan agar orang tua memberikan suplemen vitamin A untuk anak 6&ndash;59 bulan. Suplemen diberikan secara teratur setiap 4&ndash;6 bulan sekali supaya anak tidak mengalami defisiensi vitamin A dan permasalahan daya tahan tubuh.
Oleh karena itu, sangat penting buat AyBun mengetahui manfaat dan dosis vitamin A pada anak. Untuk tahu informasi mengenai vitamin A lebih lanjut, simak artikel di bawah selengkapnya.
<h2>Manfaat Vitamin A untuk Anak</h2>
Vitamin A atau retinol terlibat dalam menyehatkan mata hingga pembentukan darah merah dan antibodi. Masih ada manfaat vitamin A lainnya untuk anak, seperti:
<h3>1. Menjaga Kesehatan Mata</h3>
Vitamin A sangat penting untuk kesehatan mata. Hal ini dipaparkan lebih lanjut oleh The American Academy of Ophthalmology bahwa vitamin A dapat memelihara kesehatan mata dan membantu mata untuk menghasilkan pigmen supaya bisa melihat dengan jelas.
Kekurangan vitamin A dapat mengakibatkan xerophthalmia atau kondisi kornea mata rusak, hingga menyebabkan kebutaan. Beberapa sumber lain juga mengatakan, nyctalopia atau kekurangan penglihatan di malam hari bisa terjadi karena defisiensi vitamin A.
<h3>2. Menguatkan Daya Tahan Tubuh</h3>
Vitamin A punya peran penting dalam menjaga daya tahan tubuh. Vitamin A terlibat dalam produksi sel darah putih yang membantu menangkan dan membersihkan bakteri di aliran darah. Oleh karena itu, kekurangan vitamin A dapat meningkatkan kerentanan anak terhadap infeksi dan pemulihan lebih lama ketika sakit.
<h3>3. Membantu Tumbuh Kembang Anak</h3>
Manfaat vitamin A untuk anak yang paling utama adalah membantu pertumbuhan dan perkembangan sel-sel tubuh dan menurunkan risiko stunting. Terutama pertumbuhan tulang, dengan tercukupinya asupan vitamin A, sekaligus vitamin D dan kalsium pada anak, si kecil akan tumbuh tinggi dan kuat.
<h3>4. Memelihara Kesehatan Tulang dan Jaringan</h3>
Mengutip dari Organisasi American Bone Health, vitamin A adalah vitamin yang larut dalam lemak. Ini penting untuk membangun tulang yang kuat dan sehat. Vitamin A sendiri dapat mempengaruhi sel pembangun tulang (osteoblas) dan sel pemecah tulang (osetoklas).&nbsp;
<h3>5. Menjaga Tubuh Dari Penyakit Kronis</h3>
Anak yang memiliki cukup vitamin A di tubuhnya cenderung mempunyai daya tubuh yang kuat. Vitamin A bersifat antioksidan yang mampu melindungi sel-sel dari kerusakan akibat radikal bebas dan stres oksidatif.&nbsp;
Dengan begitu, anak dapat terhindar dari beberapa penyakit kronis. Misalnya, terlindungi dari resiko beberapa jenis kanker dan penyakit jantung.
<h3>6. Merawat Kulit dan Rambut Agar Tetap Sehat</h3>
Vitamin A dapat menjaga agar kulit dan rambut anak tetap sehat. Ini dikarenakan, vitamin A membantu produksi sebum atau kelenjar minyak, sehingga dapat menjaga kulit agar tetap lembap. Sebum minyak tersebut juga bisa merangsang tumbuh rambut
<h2>Dosis Vitamin A untuk Anak</h2>
Anak tumbuh sangat cepat, maka dari itu, AyBun perlu memberikan nutrisi terbaik demi tumbuh kembang si kecil yang optimal. Vitamin A adalah salah satu asupan anak yang perlu diperhatikan oleh AyBun.&nbsp;
Adapun berikut rekomendasi internasional asupan atau dosis vitamin A untuk anak:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bayi sampai anak usia 3 tahun: 300 mcg atau 1.000 IU (International Unit) per hari</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Anak berusia 4&ndash;8 tahun: 400 mcg atau 1.333 IU per hari</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Anak berusia 9&ndash;14 tahun: 600 mcg atau 2.000 IU per hari</li>
</ul>
Kementrian Kesehatan (Kemenkes) juga mencanangkan program suplementasi vitamin A gratis untuk bayi dan anak-anak setiap bulan Februari dan Agustus. Pada program ini, si kecil diberi kapsul yang berisi cairan dengan dosis yang berbeda sesuai usia, yakni:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kapsul Biru: dosis 100.000 IU untuk anak berusia 6&ndash;11 bulan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kapsul Merah: dosis 200.000 Iu untuk anak berusia 12&ndash;59 bulan</li>
</ul>
Untuk mendapatkan suplemen vitamin A, AyBun perlu mengajak anak ke fasilitas kesehatan terdekat, seperti Puskesmas atau Posyandu. Yuk, perhatikan asupan vitamin A si kecil sekarang juga!
<h2>Makanan yang Mengandung Vitamin A&nbsp;</h2>
ASI adalah sumber vitamin yang baik untuk bayi. Apabila si kecil telah menginjak usia 6 bulan, AyBun dapat memberikannya beberapa nutrisi baik dari sayuran dan makanan lain yang mengandung vitamin A.
Berikut adalah deretan sumber makanan dan minuman yang mengandung vitamin A:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Wortel</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sayuran Hijau</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ikan Salmon, Tuna, Makarel</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Minyak Ikan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Susu</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Telur</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Hati Sapi</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tomat</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ubi Jalar</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sereal</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Manggat</li>
</ul>
Itulah informasi lengkap tentang manfaat, dosis dan sumber vitamin A untuk anak. Sangat penting supaya AyBun memenuhi asupan vitamin A untuk anak. Ini dilakukan agar anak bisa tumbuh optimal, sehat dan kuat.
Meskipun begitu, AyBun perlu memerhatikan asupan dosis vitamin A anak. Karena, kelebihan vitamin A dapat menyebabkan gangguan kesehatan untuk si kecil. Konsultasi ke dokter untuk mengetahui tentang asupan nutrisi anak lebih lanjut.
Foto: <a href="http://www.pexels.com/">www.pexels.com</a>
Sumber Referensi:&nbsp;
<a href="https://www.who.int/data/nutrition/nlis/info/children-6-59-months-receiving-vitamin-a-supplements">https://www.who.int/data/nutrition/nlis/info/children-6-59-months-receiving-vitamin-a-supplements</a>&nbsp;
<a href="https://www.hsph.harvard.edu/nutritionsource/vitamin-a/">https://www.hsph.harvard.edu/nutritionsource/vitamin-a/</a>&nbsp;
<a href="https://www.webmd.com/connect-to-care/lasik/vitamins-for-your-eye-health#:~:text=Vitamin%20A%20is%20especially%20important,other%20parts%20of%20your%20eye">https://www.webmd.com/connect-to-care/lasik/vitamins-for-your-eye-health</a>
<a href="https://americanbonehealth.org/nutrition/vitamins-for-bone-health/#:~:text=Vitamin%20A%20is%20a%20fat,are%20influenced%20by%20vitamin%20A">https://americanbonehealth.org/nutrition/vitamins-for-bone-health</a>
<a href="https://promkes.kemkes.go.id/manfaat-pemberian-vitamin-a-untuk-anak">https://promkes.kemkes.go.id/manfaat-pemberian-vitamin-a-untuk-anak</a>

6 Manfaat Vitamin A untuk Anak, Baik untuk Mata dan Tumbuh Kembang Anak

Bentuk &amp; ukuran testis berpengaruh pada kesehatan anak. Pastikan memantaunya dengan mengetahui ciri dan bentuk testis normal berikut ini.

Penyakit Kulit & Kelamin

Mempunyai bentuk testis normal pada bayi itu penting. Sama pentingnya untuk para orang tua memperhatikan dan menyadari sedari dini kondisi testis bayi.
 Pasalnya, hal itu berhubungan dengan <a href="https://tentanganak.com/artikel/perkembangan-bayi-12-bulan-dan-stimulasi-yang-tepat-sesuai-kebutuhan/">perkembangan bayi</a> saat menjadi dewasa. Ini akan mempengaruhi pembentukan spermanya sehingga kesuburannya kelak.
Oleh karena itu, bagi AyBun yang memiliki jagoan kecil, sebaiknya melakukan pemeriksaan testis si Kecil sejak sedini mungkin.
 Hal ini bertujuan untuk mencegah berbagai risiko yang mungkin muncul pada kemudian hari. Yuk, simak ciri-ciri testis normal pada anak.
&nbsp;
<h2>Ukuran testis dapat berbeda antara kanan dan kiri</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/1689176667.png" />
Hal ini normal ya, AyBun. Posisi testis juga tidak selalu sejajar. 
Bahkan, testis kanan seringkali sedikit lebih besar dan testis kiri seringkali lebih rendah rendah dibandingkan dengan testis kanan.
Sebelum lahir, bentuk testis bayi laki-laki berkembang di dalam perut. Menjelang persalinan, organ-organ ini bergerak melalui saluran di selangkangan. 
Saat semuanya berjalan normal, testis kemudian akan jatuh ke dalam skrotum, kantong kulit di bawah penis.
Pada beberapa anak laki-laki, terutama yang lahir prematur, kerap terjadi salah satu atau kedua testis tidak turun ke skrotum sebelum kelahiran. 
Kasus testis yang tidak turun ini dikenal juga dengan kasus cryptorchidism.
Untuk bayi yang lahir dengan kondisi tersebut, testis terkadang turun dengan sendirinya &ndash; <a href="https://tentanganak.com/artikel/contoh-jadwal-makan-bayi-6-bulan-yang-baik/">biasanya pada sekitar usia 6 bulan</a>. Namun pada kasus lainnya, diperlukan perawatan bahkan hingga operasi.
&nbsp;
<h2>Ukuran testis sebesar kacang merah&nbsp;</h2>
Ukuran ini untuk anak usia kurang dari 1 tahun. Sebesar kacang merah berarti sekitar &plusmn; 2 mL.
Namun untuk pengukuran yang akurat, perlu dilakukan oleh dokter dengan alat orchidometer.
&nbsp;
<h2>Teraba adanya skrotum atau kantung buah zakar</h2>
Perhatikan bentuk penis si Kecil secara detail. AyBun perlu berkonsultasi ke dokter jika tidak teraba testis di kantong buah zakar anak hingga usia 6 bulan.
Lalu, perhatikan juga bentuknya:
<ul>
<li>Apakah penis seperti bengkok? </li>
<li>Atau lubang kencing terletak di tengah? </li>
<li>Kedua buah pelir di kantong skrotum?</li>
</ul>
Kemudian, lakukan juga konsultasi kepada dokter jika menemukan buah zakar si Kecil membengkak dan kemerahan.
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/1689176693.png" />
Salah satu risiko dari pembengkakan testis apabila dibiarkan, yaitu hidrokel. Hidrokel sangat umum menyerang anak laki-laki. 
Pada kondisi ini, kantung berisi cairan berkembang di dalam skrotum di sekitar testis sehingga tampak bengkak. Testis tidak terasa sakit dan teraba seperti balon berisi air.
Hidrokel dapat terjadi pada salah satu maupun kedua sisi skrotum. 
Sebelum bayi lahir, buah zakarnya berkembang di dalam janin. Menjelang kelahirannya, mereka turun ke dalam skrotum.
Biasanya, pembuluh yang dilewati menutup dengan sendirinya. Namun, jika hal ini tidak terjadi, sejumlah kecil cairan dari dalam perut bocor ke dalam skrotum. 
Hal ini menyebabkan pembengkakan, baik di salah satu maupun di kedua sisi skrotum.
Sebagian kasus hidrokel akan menghilang dengan sendirinya saat usia bayi sekitar 15 &ndash; 18 minggu dan tidak menyebabkan masalah serius.
Namun, adakalanya kasus hidrokel bisa membesar dan menyebabkan ketidaknyamanan pada anak. 
Jika pembengkakan akibat hidrokel tidak hilang juga, AyBun sebaiknya segera konsultasi ke dokter. Ada kemungkinan si Kecil perlu dioperasi.
Di sisi lain, AyBun juga perlu segera berkonsultasi ke dokter jika menemukan benjolan menetap. Benjolan ini tidak bergerak seperti naik turun, berisi cairan dan bertahan hingga usia 1 tahun.
---
<a href="https://tentanganak.onelink.me/Shof/tanyaahli" target="_blank" rel="noopener">Aplikasi Tentang Anak menyediakan fitur Tanya Ahli</a>. Aybun bisa memanfaatkan fitur ini untuk konsultasi darurat pada dokter anak.
Selain konsultasi, AyBun juga bisa memanfaatkan fitur lainnya, seperti jadwal imunisasi hingga pemantau pertumbuhan anak sesuai dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) Indonesia.&nbsp;
Semua fitur ini bisa diakses secara GRATIS. <a href="http://onelink.to/tentanganak">Yuk, download sekarang</a>!
---

Bentuk dan Ukuran Testis Normal pada Bayi, Cek Ciri-cirinya!


Temukan jawaban yang tepat waktu untuk mengganti popok bayi. Ketahui panduan lengkap dan tips praktis mengganti popok untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan Si Kecil melalui artikel ini.

Newborn

Mengganti popok bayi adalah salah satu tugas penting yang perlu dilakukan secara rutin untuk menjaga kebersihan dan kesehatan Si Kecil.&nbsp;
Mungkin AyBun bertanya-tanya, kapan sebenarnya waktu yang tepat untuk mengganti popok bayi? Berikut beberapa tips yang bisa AyBun terapkan:
<h3>Ganti Popok Maksimal 4 Jam Sekali</h3>
Waktu yang tepat untuk mengganti popok bayi bergantung pada beberapa faktor seperti usia bayi, kebiasaan buang air, dan kondisi kulitnya. Idealnya, popok bayi harus diganti setiap kali bayi buang air besar atau pipis.
Bayi baru lahir hingga usia 2 bulan biasanya buang air besar sekitar 10 kali per hari dan buang air kecil hingga 20 kali per hari. Frekuensi ini berkurang seiring bertambahnya usia bayi.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyarankan untuk mengganti popok bayi setiap 2 - 3 jam sekali, terutama pada bayi baru lahir yang lebih sering buang air kecil.
Namun sebaiknya untuk anak di usia &gt; 2 bulan, popok diganti maksimal setiap 3 - 4 jam sekali untuk mencegah iritasi dan ruam pada kulit bayi yang sensitif. Jika popok sudah penuh sebelum 4 jam, segera ganti untuk menjaga kenyamanan si kecil.
Selain itu, Ayah dan Bunda bisa mempertimbangkan kondisi individu bayi. Jika kulit bayi terlihat merah atau gatal, atau jika bayi merasa tidak nyaman saat mengganti popok, segera hubungi dokter untuk nasihat lebih lanjut.
<h3>Jika Bayi Tidur Pulas, Tunggu Hingga Ia Bangun</h3>
Ketika bayi sedang tidur pulas, AyBun tidak perlu membangunkannya hanya untuk mengganti popok, kecuali jika popok sudah benar-benar penuh atau bayi mengalami iritasi. Biarkan si kecil tidur dengan nyenyak dan ganti popoknya setelah ia bangun.
<h3>Jangan Terlalu Ketat dan Pilih Pakaian Berbahan Katun</h3>
Pastikan popok yang dipakaikan tidak terlalu ketat agar bayi merasa nyaman dan kulitnya bisa bernapas. Selain itu, pilih pakaian dalam berbahan katun yang lembut dan mampu menyerap keringat dengan baik untuk mencegah iritasi kulit.
<h3>Cukupi Kebutuhan Cairan Sesuai Usia</h3>
Jangan lupa untuk selalu mencukupi kebutuhan cairan anak sesuai usianya. Cairan yang cukup membantu menjaga kulit bayi tetap lembab dan sehat, serta menghindari dehidrasi yang bisa memperburuk kondisi kulit.
<h3>Lakukan Sunat Lebih Awal pada Anak Laki-laki</h3>
Untuk anak laki-laki, disarankan untuk melakukan sunat lebih awal. Selain untuk alasan kesehatan, sunat juga membantu menjaga kebersihan area kelamin dan mengurangi risiko infeksi.
<h3>Seka Organ Intim Anak Perempuan dari Arah Depan ke Belakang</h3>
Ketika membersihkan organ intim anak perempuan, seka dari arah depan ke belakang. Hal ini dilakukan untuk mencegah bakteri dari area anus berpindah ke area vagina yang bisa menyebabkan infeksi.
<h3>Hindari Terlalu Sering Mandi Berendam dengan Air Busa</h3>
Mandi berendam dengan air busa yang terlalu sering dapat menghilangkan minyak alami kulit dan menyebabkan iritasi. Sebaiknya, batasi penggunaan sabun berbusa dan gunakan sabun yang lembut serta sesuai untuk kulit bayi.
<h2>Tips Anak Tidak Mengamuk Saat Ganti Popok</h2>
Seringkali bayi merengek atau menangis saat popoknya sudah penuh, bahkan terkadang mengamuk. Berikut beberapa tips untuk membantu Ayah dan Bunda menghadapi situasi ini:
<h3>1. Jangan Terburu-Buru</h3>
Gerakan lembut penting agar bayi tidak merasa dipaksa dan tidak nyaman pada area organ intim. Gunakan popok yang sesuai ukuran dan berbahan lembut, serta bersihkan area popok dengan baik untuk menghindari iritasi.
<h3>2. Ajak Si Kecil Berkomunikasi</h3>
Berkomunikasi dengan bayi bisa meningkatkan kerjasama dan membuat proses mengganti popok lebih tenang. Berikan penjelasan atau ajak si Kecil membantu, seperti:
&ldquo;Kita ganti popok dulu yuk, nanti lanjut main lagi sama Ibu!&rdquo;
&ldquo;Udah penuh popoknya, coba deh Adik pegang..&rdquo;
&ldquo;Bau pup.. Ayoo ke kamar mandi ditemani Ayah!&rdquo;
<h3>3. Minta Anak Berkontribusi</h3>
Jika Si Kecil sudah aktif merespons, ajak ia berkontribusi, seperti:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menurunkan celana sendiri</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengambil popok dari kotak</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengelap dengan tisu sendiri.</li>
</ul>
PENTING!
Hindari memarahi atau mengancam anak dengan alasan harus selalu nurut, mengingat usia 9-24 bulan adalah waktu untuk ia menunjukkan &lsquo;kemandirian&rsquo;.&nbsp;
Itu dia pembahasan tentang kapan waktu yang tepat untuk mengganti popok si Kecil. Jangan lupa untuk selalu mengganti popok dengan yang bersih setiap kali popok yang dipakai sudah kotor.
Jika Ayah dan Bunda menemukan tanda-tanda yang mengindikasikan bahwa popok tidak cocok untuk bayi, segera hubungi dokter untuk berkonsultasi.
Tetap semangat mencari cara ternyaman untuk Ayah dan Bunda serta si Kecil ya!
Baca juga: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=1436">Penyebab dan Cara Mengatasi Ruam Popok pada Bayi</a>
<h2>Penutup</h2>
Dengan memperhatikan hal-hal di atas, Ayah dan Bunda dapat mengganti popok bayi dengan lebih tenang dan nyaman. Mengganti popok secara rutin dan dengan cara yang tepat tidak hanya menjaga kebersihan, tetapi juga mencegah iritasi dan ruam pada kulit si Kecil.&nbsp;
Jika ada tanda-tanda ketidakcocokan dengan popok atau masalah kulit lainnya, segera konsultasikan dengan dokter. Tetap semangat mencari cara terbaik untuk merawat Si Kecil, dan nikmati setiap momen berharga bersama bayi Anda. Selalu utamakan kenyamanan dan kebahagiaan si Kecil dalam setiap langkah perawatan. 💖
Ingin memantau jadwal ganti popok si Kecil dengan lebih mudah? Gunakan <a href="tentanganak://baby-tracker?type=diaper_tracker">Diaper Tracker</a> di aplikasi kami untuk mencatat dan mengingat waktu ganti popok secara praktis! Coba sekarang dan nikmati kemudahan merawat bayi Anda.

Waktu yang Tepat untuk Mengganti Popok Bayi

Pada usia 1 bulan, bayi idealnya sudah bisa mengeluarkan suara, menggerakkan kepala, hingga mengepalkan tangan. Baca selengkapnya di sini.

Banyak orang tua, terlebih jika baru pertama kali memiliki anak, mengira bahwa bayi usia 1 bulan belum bisa melakukan banyak hal selain tidur, minum susu, menangis, buang air besar dan pipis. Padahal, ketika menginjak usia 1 bulan, bayi menjadi lebih punya kesadaran dan semakin responsif. Nah, agar Ayah dan Bunda punya lebih banyak informasi mengenai perkembangan si kecil, berikut ini milestone tumbuh kembang bayi 1 bulan yang wajib Ayah dan Bunda ketahui.
<h2>Bayi Usia 1 Bulan Sudah Bisa Apa Saja?</h2>
Berikut ini sejumlah hal sudah dapat dilakukan bayi usia 1 bulan:
<h3>1. Gerakan Seimbang</h3>
Saat menginjak usia 1 bulan, bayi sudah dapat menggerakkan tangan dan kaki mereka seimbang. Aybun perlu waspada bila ada sisi tubuh, baik tangan atau kaki yang tampak kurang atau tidak aktif.
<h3>2. Merespon Suara Bel</h3>
Saat mendengar suara bel, bayi sudah mulai merespon dengan berubah ekspresi, gerakan mata, dan perubahan laju napas.
<h3>3.Tertarik pada Wajah&nbsp;</h3>
Bayi usia 1 bulan mulai tertarik pada wajah manusia, terutama wajah Ayah dan Bunda. Aybun dapat mengecek dengan menggendong anak berhadapan dengan wajah aybun dengan jarak sekitar 30 cm.
<h3>4. Mengikuti Benda di Garis Tengah</h3>
Di usia 1 bulan, bayi juga sudah dapat mengikuti gerakan benda yang terletak di garis tengah tubuh dan mulai belajar untuk mengikuti gerakan yang melewati garis tengah (kanan-kiri wajah).
<h3>5. Mengangkat Kepala Sedikit</h3>
Saat diletakkan pada posisi tengkurap, bayi dapat mengangkat kepala sedikit sehingga bagian dagu tidak menyentuh permukaan alas.
<h3>6. Bersuara</h3>
Di usia 1 bulan, si kecil juga sudah dapat mengeluarkan suara pertamanya. Mereka akan mengeluarkan suara seperti "ooh" atau "aah" ketika merasa nyaman dan senang.
<h3>7. Menunjukkan Refleks</h3>
Bayi juga dapat menunjukkan refleks primitif, seperti refleks Moro (kaget, kedua tangan kaki dibentangkan lalu melakukan gerakan seperti memeluk), rooting (menoleh dan buka mulut saat ujung bibir disentuh), sucking (mengisap saat ada benda masuk ke mulut), grasp (tangan menggenggam saat telapak digores), dan stepping (melangkah saat kaki menapak alas keras).
<h2>Cara Stimulasi Bayi 1 Bulan</h2>
Agar pertumbuhan si kecil sesuai dengan tahapan perkembangannya, ayah bunda juga dapat memberikan stimulasi untuk membantu mengoptimalkan perkembangan bayi dalam sejumlah aspek seperti sosial, motorik, bahasa, dan kognitif.
Stimulasi yang tepat untuk bayi usia 1 bulan dapat dilakukan dengan cara memberikan perhatian, merangsang indra, memberikan pijatan lembut pada tubuh bayi, memberikan mainan yang tepat, dll.
<h3>1. Ajak Bayi untuk Berinteraksi</h3>
Seperti dijelaskan sebelumnya, pada usia 1 bulan bayi mulai tertarik pada wajah manusia, terutama wajah orang tua mereka. Cobalah untuk meningkatkan frekuensi interaksi dengan si kecil seperti mengajak berbicara, bernyanyi, dan bermain dengan mereka untuk merangsang perkembangan sosial dan bahasa.
<h3>2. Berikan si Kecil Mainan</h3>
Berikan mainan yang sesuai dengan usia bayi, seperti mainan gantung yang berwarna-warni kontras yang dapat merangsang perkembangan motorik dan visual.
<h3>3. Tummy time</h3>
Tummy time berfungsi untuk stimulasi gerak kasar dengan tujuan bayi dapat berlatih angkat kepala. Lakukan tummy time selama minimal 30 menit per hari (dapat dibagi dalam beberapa sesi sesuai kemampuan dan mood bayi). Pastikan aybun melakukan tummy time di alas keras atau bisa juga di dada aybun.&nbsp;
Meskipun berfokus pada 3 aktivitas di atas, jangan lupa pastikan dia selalu berada di tempat yang aman dan nyaman. Pastikan juga jadwal stimulasi sudah disesuaikan dengan jadwal menyusu dan tidur bayi.&nbsp;
<h2>Beberapa Contoh Pertumbuhan Bayi 1 Bulan yang Lambat</h2>
Jika pada usia 3 hingga 4 minggu bayi menunjukkan sejumlah tanda-tanda perkembangan yang terlambat seperti di bawah ini, disarankan agar ayah bunda membawa si kecil ke dokter spesialis anak untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Belum bisa angkat kepala sedikit pun</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak fokus dan tidak mengikuti objek yang bergerak seperti mainan gantung</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Jarang menggerakan tangan dan kakinya, atau ada salah satu sisi tubuh/ kaki tangan yang lebih tidak aktif</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak merespon suara yang nyaring</li>
</ul>
Foto: Jcomp from freepik
Sumber:
https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/Pages/Developmental-Milestones-1-Month.aspx
Frankenburg WK, Dodds J, Archer P, Bresnick B, Maschka P, Edelman N, dkk. Denver II: training manual. Denver: Denver Developmental Materials, Inc, 1992.&nbsp;&nbsp;