Bayi susah BAB tidak boleh dianggap sepele, karena akan memicu masalah kesehatan lakukan cara berikut ini untuk mengatasi bayi sulit BAB.

Pencernaan

Masalah Kesehatan

Buang Air Besar menjadi salah satu Ayah Bunda&nbsp; kondisi kesehatan bayi. Frekuensi BAB dan bentuknya sering dijadikan petunjuk kesehatan dikala bayi dalam kondisi tidak sehat, karena begitu pentingnya BAB maka sudah sewajarnya jika teratur dilakukan. Meski begitu, tidak semua bayi lancar buang air besar dan jika bayi Ayah Bunda&nbsp; kesulitan maka diperlukan tindakan untuk mengatasinya.&nbsp;
&nbsp;
Artikel ini akan membantu Ayah Bunda&nbsp; mengetahui penyebab mengapa bayi kesulitan BAB, berapa idealnya dilakukan hingga cara mengatasi bayi yang sulit untuk BAB. Jangan anggap sepele bayi yang sulit BAB karena jika dibiarkan akan membuatnya rewel hingga menimbulkan masalah kesehatan. Simak penjelasannya pada artikel berikut ini.&nbsp;
<h2>Penyebab Bayi Susah BAB&nbsp;</h2>
Meski belum mengonsumsi ragam makanan atau masih bergantung dengan Air Susu Ibu (ASI) atau susu, namun sulit buang air besar kerap terjadi pada bayi. Masalah yang sering terjadi adalah frekuensi BAB yang minim hingga sulitnya mengeluarkan kotoran dan membuatnya menangis atau wajahnya memerah.&nbsp;
&nbsp;
Kenapa hal tersebut terjadi? Berikut sejumlah faktor yang membuat bayi sulit BAB yang bisa Ayah Bunda&nbsp; evaluasi secara mandiri sebelum memutuskan untuk mendapatkan saran atau pengobatan dari dokter atau tenaga kesehatan.&nbsp;
<h3>1. Kurang Cairan&nbsp;</h3>
Bayi yang kurang minum ASI atau susu di usia kurang dari enam bulan, dapat mengalami kesulitan buang air besar. Sedangkan bayi yang sudah mendapatkan Makanan Pendamping ASI atau MPASI penting memastikan terhidrasi dari air putih.
<h3>2. Makanan Berserat</h3>
Bagi bayi yang sudah makan, jarang mendapatkan makanan berserat akan membuatnya mengganggu kesehatan pencernaannya. Kurang serat pada bayi berakibat tidak hanya frekuensi BAB yang kurang tapi juga perut kembung dan sakit perut.&nbsp;
<h3>3. Sistem Pencernaan Belum Sempurna&nbsp;</h3>
Sejalan dengan bertambahnya usia, tubuh dan sistem pencernaannya juga mulai berkembang dan aktif. Sehingga wajar jika bayi yang usianya masih sangat dini belum terlalu aktif saat menggerakkan fesesnya. Mereka masih dalam proses belajar untuk BAB.&nbsp;
&nbsp;
<h3>4. Perubahan Pola Makan&nbsp;</h3>
Bayi yang beralih dari bergantung pada susu dan memasuki masa mulai makan, maka tubuhnya akan bereaksi. Salah satunya adalah kesulitan buang air besar, hal ini terjadi karena bayi sedang mengalami perubahan pola makan. Pada kasus tertentu, mengganti susu formula juga bisa berdampak sementara pada sulitnya bayi BAB.&nbsp;
<h3>5. Kondisi Medis</h3>
Beberapa kondisi medis tertentu seperti: gangguan pada saluran pencernaan atau penyakit tertentu, juga menyebabkan bayi susah buang air besar. Hal ini dapat diketahui, jika Ayah Bunda&nbsp; memeriksanya ke dokter dengan serangkaian tes untuk membuktikan masalah yang dihadapi.&nbsp;
<h2>Ciri-Ciri Sembelit pada Anak</h2>
Gejala yang Ayah Bunda perlu perhatikan yaitu anak BAB kurang dari 3 kali dalam seminggu, adanya riwayat BAB keras berulang kali, riwayat alami sakit saat mengedan, bentuk tinja yang besar, dan anak alami cepirit minimal 1 kali seminggu.
<h2>Frekuensi Bayi BAB</h2>
Lalu berapa kali idealnya bayi BAB? Jumlah frekuensi buang air besar bayi bervariasi karena bergantung pada faktor usia dan pola makan. Bayi yang baru lahir biasanya buang air besar setiap kali menyusui atau setiap beberapa kali sehari. Kemudian di usia sekitar satu bulan, bayi biasanya buang air besar sekitar 4-6 kali dalam sehari.&nbsp;
&nbsp;
Pola BAB kembali berubah pada usia 6 bulan, bayi mungkin hanya buang air besar sekali dalam sehari atau setiap dua hari. Hal tersebut tergantung pada pola makan dan kondisi kesehatan bayi.
&nbsp;
Selain memperhatikan frekuensi BAB bayi yang paling penting adalah fesesnya lunak serta mudah dikeluarkan. Jika bayi tidak buang air besar dalam beberapa hari atau fesesnya terlalu keras dan sulit dikeluarkan, bila ini terjadi segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat..
<h2>Cara Mengatasi Bayi Susah BAB&nbsp;</h2>
Sebelum berkonsultasi dengan dokter atau tenaga ahli kesehatan, Ayah Bunda&nbsp; bisa membantu mengatasi bayi yang kesulitan BAB namun jika terjadi perubahan atau hal buruk terjadi maka segera berkonsultasi dengan dokter atau tenaga kesehatan. Berikut cara mengatasi bayi susah BAB yang bisa Ayah Bunda&nbsp; lakukan:&nbsp;
<h3>1. Minum Sesuai Kebutuhan Cairan Harian</h3>
Bagi bayi yang belum di fase mendapatkan makanan pendamping ASI atau MPASI, Ayah Bunda&nbsp; bisa memberikan ASI dan susu formula dengan porsi lebih banyak. Keduanya mengandung nutrisi penting yang dibutuhkan bayi untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Konsumsi ASI atau susu lebih banyak dapat membantu melancarkan pencernaan bayi dan mempercepat proses buang air besar.
<h3>2. Memberikan Makanan yang Mengandung Serat&nbsp;</h3>
Sebaliknya jika bayi sudah mendapatkan MPASI, tambahkan makanan yang mengandung serat yang cukup. Serat dapat membantu melunakkan feses dan mempercepat proses buang air besar. Meski begitu, Ayah Bunda&nbsp; harus memperhatikan porsinya jangan sampai terlalu banyak mengkonsumsinya karena bisa menyebabkan perut kembung pada bayi.
<h3>3. Latih Anak Toilet Training</h3>
Pastikan bayi dilatih untuk membuang BAB dan BAK mandiri, walaupun perlahan AyBun bisa mulai dari hal yang sederhana, misalnya ketika anak mengedan AyBun selalu sounding bahwa si Kecil sedang BAB.
<h3>4. Pengobatan&nbsp;</h3>
Jika cara-cara di atas tidak membantu, dokter mungkin akan merekomendasikan penggunaan suppositoria. Suppositoria adalah obat yang dimasukkan ke dalam anus bayi dan dapat membantu melunakkan feses dan mempercepat proses buang air besar. Meski begitu, Ayah Bunda&nbsp; harus berkonsultasi dengan dokter dan mendapatkan persetujuannya untuk menggunakan obat tersebut.&nbsp;
Foto: Designed by freepik
Sumber:&nbsp;
https://www.nationwidechildrens.org/conditions/constipation-infant#:~:text=Sometimes%20giving%20your%20baby%20a,can%20try%20a%20glycerin%20suppository.
https://kidshealth.org/en/parents/constipated.html

Cara Mengatasi Bayi Susah BAB

Ingin mengatasi rambut rontok dari rumah? Cek 7 barang sehari-hari yang bisa menyebabkan kerontokan, dan ganti dengan pilihan yang lebih aman untuk rambut anak dan keluarga.

Kesehatan Anak

Rambut rontok bisa terjadi pada siapa saja, termasuk anak-anak. Tapi tahukah AyBun, bahwa beberapa barang di rumah bisa diam-diam menjadi penyebab rambut rontok? Mulai dari jenis sisir hingga sarung bantal, yuk cek daftar berikut dan segera lakukan eliminasi untuk rambut yang lebih sehat!
<h2 data-start="228" data-end="517">Daftar Barang yang Perlu Dibuang untuk Mengurangi Rambut Rontok</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/6826f739-9b3db02a-6ed8-492b-b3c3-9ae3310e4639.png" />
<h3>1. Ganti Sisir Plastik dengan Sisir Kayu</h3>
Sisir plastik dengan gerigi sempit bisa menyebabkan gesekan berlebih dan membuat rambut mudah patah. Sebaliknya, sisir kayu memiliki permukaan lebih halus dan ujung tumpul yang membantu mengurai rambut kusut tanpa menarik atau melukai kulit kepala.
<blockquote data-start="819" data-end="924">
Tips: Pilih sisir kayu bergigi lebar untuk hasil terbaik, terutama jika rambut tebal atau keriting.
</blockquote>
<h3 class="" data-start="926" data-end="977">2. Ganti Sarung Bantal Katun dengan Bahan Satin</h3>
Sarung bantal katun memang umum digunakan, tapi teksturnya bisa menyebabkan gesekan saat tidur, sehingga rambut rentan patah. Sarung bantal satin memberikan permukaan yang lebih licin dan lembut, mengurangi risiko rambut kusut dan patah saat bergesekan.
<h3 class="" data-start="1238" data-end="1283">3. Hindari Gaya Rambut yang Terlalu Ketat</h3>
Kuncir kuda, cepol, atau kepang yang terlalu kencang bisa menyebabkan traction alopecia &mdash; jenis kerontokan rambut akibat tarikan berlebih pada akar rambut. Untuk menghindarinya, biarkan rambut digerai atau gunakan gaya rambut yang lebih longgar.
<h3 class="" data-start="1536" data-end="1586">4. Ganti Handuk Kasar dengan Handuk Microfiber</h3>
Handuk berbahan kasar sering kali membuat rambut kusut dan mudah patah saat dikeringkan. Gunakan handuk microfiber yang lebih lembut dan menyerap air lebih cepat, sehingga rambut bisa kering tanpa perlu digosok keras.
<h3 class="" data-start="1811" data-end="1861">5. Kurangi Penggunaan Hair Dryer Bersuhu Panas</h3>
Terlalu sering menggunakan hair dryer dengan suhu tinggi bisa merusak batang rambut dan membuatnya rapuh. Jika perlu mengeringkan rambut dengan hair dryer, gunakan suhu dingin atau sedang.
<h3 class="" data-start="2057" data-end="2100">6. Pilih Sampo yang Lembut dan SLS-Free</h3>
Sampo dengan busa berlebihan biasanya mengandung SLS (Sodium Lauryl Sulfate) yang bersifat keras dan bisa mengiritasi kulit kepala. Pilih sampo dengan label &ldquo;gentle,&rdquo; &ldquo;SLS-free,&rdquo; atau &ldquo;untuk kulit sensitif&rdquo; untuk menjaga kelembapan alami kulit kepala dan mengurangi risiko kerontokan.
<h3 class="" data-start="2717" data-end="2740">7. Berhenti Merokok</h3>
Merokok tidak hanya buruk untuk paru-paru, tapi juga bisa memicu peradangan di seluruh tubuh &mdash; termasuk di kulit kepala. Efeknya? Aliran darah ke folikel rambut bisa terganggu dan menyebabkan rambut rontok makin parah.
<h2 data-start="2967" data-end="2981">Kesimpulan</h2>
Kerontokan rambut sering kali bisa dicegah dengan kebiasaan dan pemilihan barang yang lebih ramah rambut. AyBun bisa mulai dari mengganti sisir, sarung bantal, hingga memilih produk perawatan rambut yang lebih lembut. Yuk, lakukan langkah sederhana ini dari rumah!

Eliminasi Barang-Barang Ini untuk Mengurangi Rambut Rontok

Panci Aluminium Ada Risiko Anemia Defisiensi Zat Besi!

Waspada! Sering pakai panci aluminium bisa picu anemia defisiensi zat besi. Simak penjelasan ahli dan alternatif aman dalam artikel ini.

Selama ini AyBun mungkin sering fokus pada bahan makanan yang sehat, tapi bagaimana dengan alat masaknya? Panci dan wajan aluminium sudah lama jadi andalan di dapur karena ringan, cepat panas, dan murah.
Tapi siapa sangka, benda yang tampak "biasa" ini bisa membawa dampak luar biasa pada kesehatan tubuh, khususnya memicu anemia defisiensi zat besi.
Bayangkan ini: setiap kali AyBun memasak sayur asam atau menumis daging dalam panci aluminium, kandungan aluminium dari permukaan panci bisa larut ke dalam makanan. Apalagi jika dimasak dengan suhu tinggi. Tanpa disadari, kita sudah menyerap logam berat dalam jumlah kecil namun konsisten.
Inilah yang terjadi pada banyak keluarga. Terlihat sehat, namun anak mudah lelah, sulit konsentrasi, dan pertumbuhannya tidak optimal. Apa yang salah? Bisa jadi jawabannya ada pada alat masak yang digunakan setiap hari.
<h2 class="" data-start="3812" data-end="3854">Apa Itu Anemia Defisiensi Zat Besi?</h2>
Anemia defisiensi zat besi adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah sehat karena kurangnya zat besi. Zat besi dibutuhkan untuk membentuk hemoglobin, yaitu protein dalam sel darah merah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh.
Gejala yang umum terjadi:
<ul>
<li data-start="4127" data-end="4138">Mudah lelah</li>
<li data-start="4127" data-end="4138">Kulit pucat</li>
<li data-start="4127" data-end="4138">Napas pendek</li>
<li data-start="4127" data-end="4138">Sulit konsentrasi</li>
</ul>
Pada anak-anak, anemia ini bisa berdampak lebih serius:
<ul>
<li data-start="4247" data-end="4273">Gangguan perkembangan otak</li>
<li data-start="4247" data-end="4273">Menurunnya prestasi belajar</li>
<li data-start="4247" data-end="4273">Meningkatkan risiko infeksi</li>
</ul>
<h2 class="" data-start="4340" data-end="4397">Bagaimana Aluminium dari Panci Bisa Memicu Anemia?</h2>
Salah satu fakta mengejutkan yang dibuktikan studi dari National Medical Journal of India adalah penggunaan jangka panjang panci aluminium bisa meningkatkan kadar aluminium dalam tubuh. Apalagi saat memasak makanan dengan pH rendah (asam), suhu tinggi, dan waktu lama, pelepasan logam ini makin besar.
Dalam jurnal ilmiah lain disebutkan bahwa sekitar 1% dari aluminium yang tertelan bisa diserap tubuh, dan sebagian tidak berhasil dikeluarkan, lalu menumpuk di organ tubuh, termasuk otak dan sumsum tulang.
Khususnya bagi pasien dengan penyakit ginjal, akumulasi aluminium ini bisa berbahaya karena mereka sulit membuangnya secara optimal.
<h2 class="" data-start="5066" data-end="5112">Mekanisme Aluminium Mengganggu Zat Besi</h2>
Paparan aluminium dalam tubuh bisa mengganggu penyerapan zat besi dengan dua cara utama:
<ol>
<li data-start="5207" data-end="5275">Menghambat fungsi enzim yang bertugas menyerap zat besi di usus.</li>
<li data-start="5207" data-end="5275">Mengganggu mekanisme transportasi zat besi menuju sumsum tulang.</li>
</ol>
Hasilnya? Tubuh jadi kesulitan memproduksi sel darah merah. Ini adalah salah satu penyebab yang mendasari anemia defisiensi besi yang jarang disadari banyak orang.
<h2 class="" data-start="5519" data-end="5563">Risiko Terbesar untuk Kelompok Rentan</h2>
Efek negatif aluminium paling berisiko terhadap:
<ul>
<li data-start="5616" data-end="5703">Anak-anak, karena tubuh mereka masih berkembang dan sangat sensitif terhadap toksin</li>
<li data-start="5616" data-end="5703">Ibu hamil, yang membutuhkan zat besi lebih tinggi untuk janin</li>
<li data-start="5616" data-end="5703">Pasien gagal ginjal, yang sulit membuang kelebihan logam dari tubuh</li>
</ul>
<h2 class="" data-start="5852" data-end="5907">&nbsp;</h2>
<ul>
<li data-start="5911" data-end="5926">Cepat lelah</li>
<li data-start="5911" data-end="5926">Sulit fokus belajar</li>
<li data-start="5911" data-end="5926">Wajah tampak pucat</li>
<li data-start="5911" data-end="5926">Sering sakit karena daya tahan tubuh lemah</li>
<li data-start="5911" data-end="5926">Perkembangan fisik melambat</li>
</ul>
<h2 class="" data-start="6642" data-end="6690">Alternatif Aman Pengganti Panci Aluminium</h2>
Gunakan alat masak dari:
<ul>
<li data-start="6719" data-end="6789">Stainless steel &ndash; tahan lama dan aman untuk berbagai jenis masakan</li>
<li data-start="6719" data-end="6789">Keramik &ndash; bebas reaksi kimia dan cocok untuk suhu tinggi</li>
</ul>
<h2 class="" data-start="61" data-end="110">Tips Memasak Aman dan Sehat untuk Keluarga</h2>
Agar keluarga tetap sehat dan terhindar dari risiko anemia akibat aluminium, berikut beberapa tips memasak aman:
<ol data-start="226" data-end="789">
<li class="" data-start="226" data-end="378">
Pilih alat masak non-aluminium Gunakan wajan dan panci berbahan stainless steel, keramik, atau cast iron yang tidak bereaksi dengan makanan.
</li>
<li class="" data-start="380" data-end="517">
Hindari memasak makanan asam di panci aluminium Jeruk nipis, tomat, cuka, dan asam jawa bisa mempercepat pelarutan aluminium.
</li>
<li class="" data-start="519" data-end="647">
Jangan simpan makanan lama-lama di dalam panci aluminium Proses oksidasi bisa membuat pelepasan aluminium meningkat.
</li>
<li class="" data-start="649" data-end="789">
Gunakan spatula kayu atau silikon Ini untuk menghindari goresan yang bisa mempercepat pelepasan logam dari permukaan alat masak.
</li>
</ol>
<h2 class="" data-start="796" data-end="843">Bagaimana Meminimalkan Paparan Aluminium?</h2>
Jika kamu masih punya alat masak aluminium, coba langkah berikut agar lebih aman:
<ul>
<li data-start="930" data-end="972">Cuci dengan lembut, hindari sabut besi</li>
<li data-start="930" data-end="972">Jangan gunakan untuk menyimpan makanan</li>
<li data-start="930" data-end="972">Masak pada suhu sedang-rendah</li>
<li data-start="930" data-end="972">Ganti secara bertahap ke bahan yang lebih aman</li>
</ul>
<h2 class="" data-start="3779" data-end="3796">Kesimpulan</h2>
Panci dan wajan aluminium memang praktis dan ekonomis. Namun, di balik kemudahannya tersembunyi risiko kesehatan yang tak bisa diabaikan. Terutama bagi anak-anak, ibu hamil, dan penderita penyakit ginjal, paparan aluminium bisa menyebabkan anemia defisiensi zat besi serta gangguan lainnya.
Saatnya bijak memilih alat masak. Yuk, mulai ganti ke bahan yang lebih aman seperti stainless steel dan keramik demi kesehatan seluruh anggota keluarga.
Karena tumbuh optimal, dimulai dari dapur yang aman.

Sering Pakai Panci Aluminium? Ada Risiko Anemia Defisiensi Zat Besi!


Apakah benar pasta gigi berfluoride dapat menurunkan IQ anak? Bagaimana faktanya? Apakah fluoride benar-benar berbahaya dan perlu dihindari? Temukan penjelasan lengkap tentang keamanan penggunaan fluoride dan rekomendasi dari para ahli di artikel ini.

Baru-baru ini, platform media sosial X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter) ramai dengan perbincangan soal ajakan untuk menghindari penggunaan pasta gigi berfluoride.&nbsp;
Hal ini dipicu oleh akun @ein***** yang mengingatkan para orang tua bahwa fluoride bisa menyebabkan penurunan IQ pada anak.&nbsp;
Akun tersebut turut juga menyinggung sebuah gugatan hukum di Amerika Serikat yang dimenangkan oleh warga terkait kandungan fluoride dalam keran air minum keran, yang disebut-sebut menyebabkan penurunan IQ.
Meski kasus terkait fluoridasi air terjadi di Amerika Serikat, apakah pasta gigi yang mengandung fluoride juga ikut berbahaya dan dapat menurunkan IQ? Lalu bagaimana faktanya? Singkap penjabarannya berikut ini:
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/6708e7f5-109f4043-0fe0-450f-bcdd-6757bf91a254.png" alt="Penggunaan pasta gigi fluoraide" width="50%" height="50%" />
<h2>Benarkah Fluoride dapat Menurunkan IQ Anak?</h2>
Meski perdebatan ini bermula dari Amerika Serikat, apakah fluoride dalam pasta gigi benar-benar berbahaya? Apakah ini juga menjadi masalah bagi orang tua di Indonesia? Mari kita ulas lebih jauh.
<h3>Apa yang Sebenarnya Terjadi?</h3>
Sejak 1945, Amerika Serikat telah melakukan fluoridasi air atau penambahan fluoride dalam air minum publik. Baru-baru ini, ada gugatan dari The Fluoride Action Network yang menentang praktek ini, dan kasus tersebut dibawa ke pengadilan federal.
Dalam putusannya, Hakim Edward Chen dari Pengadilan Distrik AS menyatakan bahwa belum ada bukti kuat yang menunjukkan fluoridasi air membahayakan kesehatan publik, tetapi ada kemungkinan risiko yang perlu diperhatikan oleh EPA (Environmental Protection Agency).&nbsp;
Salah satu isu yang diangkat dalam gugatan ini adalah klaim bahwa fluoride dapat menurunkan IQ anak-anak.
<h3>Benarkah Fluoride Menurunkan IQ?</h3>
Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara paparan fluoride yang tinggi, terutama melebihi batas yang telah ditetapkan WHO (1,5 mg/L), dengan penurunan IQ pada anak-anak.&nbsp;
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/6708e867-a0541f85-2fee-4f80-ab46-370691d0696c.png" alt="benarkah fluoride menurunkan iq?" width="50%" height="50%" />
Source: <a href="https://ntp.niehs.nih.gov/publications/monographs/mgraph08">NTP</a>
Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bukti yang ada masih memiliki tingkat kepercayaan sedang.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak ada hubungan sebab-akibat yang jelas antara fluoride dan penurunan IQ.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan untuk memperjelas hubungan ini.</li>
</ul>
Perlu diingat bahwa paparan fluoride tinggi yang dimaksud dalam studi ini biasanya melebihi 1,5 mg/L, sedangkan kadar fluoride di air minum publik di Amerika umumnya lebih rendah dari ambang batas tersebut.
Baca juga
<h2>Apa Kata Para Ahli tentang Penggunaan Fluoride?</h2>
Setelah isu ini mencuat, American Academy of Pediatrics (AAP) dan American Dental Association (ADA) menyatakan bahwa fluoride tetap direkomendasikan untuk mencegah karies gigi pada anak-anak.&nbsp;
Karies merupakan salah satu masalah gigi paling umum yang dapat menimbulkan dampak serius jika tidak segera ditangani.
Manfaat fluoride yang diakui oleh para ahli antara lain:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pencegahan Karies: Fluoride terbukti efektif dalam mencegah kerusakan gigi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengembalikan Mineral Gigi: Fluoride membantu memulihkan mineral pada gigi dan mencegah kerusakan lebih lanjut.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Penggunaan Dini: Sikat gigi dengan pasta gigi berfluoride sejak tumbuhnya gigi pertama anak, dianjurkan dua kali sehari.</li>
</ol>
<h3>Risiko Penggunaan Fluoride</h3>
Selama digunakan dalam dosis yang direkomendasikan, fluoride tetap aman untuk anak-anak. Berikut pedoman penggunaannya:
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/6708e89d-9e518276-8752-4f73-a27c-c5dc023d6a5c.png" alt="Risiko Penggunaan Fluoride" width="50%" height="50%" />
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Usia 0-3 Tahun: Sebesar butiran beras (sekitar 0,1 mg fluoride).</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Usia 3-6 Tahun: Sebesar kacang polong (sekitar 0,25 mg fluoride).</li>
</ul>
Namun, jika fluoride dikonsumsi melebihi dosis yang dianjurkan selama pertumbuhan gigi (hingga usia 8 tahun), terdapat risiko fluorosis, yaitu kondisi gigi dengan bercak putih akibat paparan fluoride berlebihan.
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/6708e8c4-8c914201-a8b4-481f-a31d-5760272b467e.png" alt="risiko fluorosis akibat paparan fluoride berlebihan." width="50%" height="50%" />
<h3>Berapa Dosis Aman dan Dosis Berbahaya Fluoride?</h3>
Untuk memastikan penggunaan fluoride tetap aman, berikut batas dosis harian yang direkomendasikan:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Dosis Aman: 0,06 mg per kilogram berat badan (BB) per hari.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Dosis Berbahaya: 5 mg per kilogram BB.</li>
</ul>
Sebagai contoh, anak usia 1 tahun dengan berat 10 kg memiliki batas aman 0,6 mg per hari. Jika menggunakan pasta gigi sebesar butiran beras (sekitar 0,1 mg fluoride) dua kali sehari, total fluoride yang tertelan hanya sekitar 0,2 mg per hari, yang masih jauh di bawah ambang batas aman. Bahkan jika tertelan, jumlah ini tidak berbahaya.
Sebaliknya, dosis berbahaya untuk anak dengan berat badan 10 kg adalah 50 mg, sehingga risiko hanya muncul jika fluoride dikonsumsi dalam jumlah sangat besar.
<h2>Kesimpulan</h2>
Meskipun gugatan di Amerika Serikat menyoroti potensi risiko dari paparan fluoride tinggi, penggunaan fluoride dalam pasta gigi tetap dianggap aman dan direkomendasikan oleh para ahli untuk kesehatan gigi anak.&nbsp;
Studi yang menyatakan hubungan antara fluoride dan penurunan IQ masih memerlukan penelitian lebih lanjut, sehingga tidak ada alasan untuk panik.
Orang tua di Indonesia tetap disarankan untuk menggunakan pasta gigi berfluoride sesuai anjuran.&nbsp;
Jika ada kekhawatiran, konsultasikan dengan dokter gigi atau profesional kesehatan untuk mendapatkan saran yang tepat. AyBun juga bisa menggunakan fitur <a href="tentanganak://consult_list?type=consult_list">tanya ahli</a> untuk berkonsultasi langsung dengan dokter gigi spesialis anak, namun perlu diingat bukan dalam keadaan darurat ya!

Viral Anjuran Hindari Penggunaan Fluoraide Mengacu Pada Lawsuit di America, Bagaimana Faktanya?


Temukan tips efektif mengatur tidur siang anak balita dan bayi. Ketahui manfaat tidur siang, tanda anak siap berhenti tidur siang, serta solusi jika balita menolak tidur.

Tidur siang bukan hanya sekadar waktu istirahat, tetapi memiliki banyak manfaat penting bagi perkembangan fisik dan <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=1706">mental anak</a>. Pada setiap tahap tumbuh kembang, kebutuhan tidur siang anak berbeda-beda.&nbsp;
Artikel ini akan membahas manfaat tidur siang, berapa lama durasi yang ideal, dan bagaimana orang tua dapat mengoptimalkan waktu tidur siang anak.
<h2>Pentingnya Tidur Siang Sesuai Usia Anak</h2>
Selama tahun pertama kehidupan, tidur siang sangat penting bagi bayi karena mereka belum mampu terjaga lebih dari beberapa jam sekaligus.&nbsp;
Selain itu, tidur siang memberi waktu istirahat bagi orang tua dan pengasuh dari aktivitas merawat bayi yang menguras energi.
<h2>Manfaat Tidur Siang untuk Anak</h2>
Beberapa manfaat yang didapatkan dari tidur siang antara lain:
<h3>1. Meningkatkan Konsentrasi dan Daya Ingat</h3>
Penelitian menunjukkan bahwa tidur siang membantu meningkatkan kemampuan anak dalam mengingat informasi dan menyelesaikan tugas kognitif.&nbsp;
Anak-anak yang tidur siang teratur cenderung lebih baik dalam permainan yang melibatkan memori.
<h3>2. Mendukung Kesehatan Fisik dan Berat Badan Ideal</h3>
Anak yang tidur siang dengan cukup memiliki energi yang cukup untuk aktif sepanjang hari. Kurangnya tidur bisa membuat anak mudah lelah, mengurangi aktivitas fisik, dan meningkatkan nafsu makan terhadap makanan tidak sehat, yang pada akhirnya berisiko meningkatkan berat badan.
<h3>3. Meningkatkan Suasana Hati</h3>
Hari tanpa tidur siang seringkali diwarnai dengan <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=2047">rewel dan tantrum</a>. Anak yang cukup tidur memiliki suasana hati yang lebih baik dan lebih mampu mengatasi situasi yang membuat frustasi. Hal ini membantu menjaga hubungan harmonis antara anak dan orang tua.
<h2>Tips Mengoptimalkan Tidur Siang Anak</h2>
Beberapa tips yang bisa dilakukan untuk mengoptimalkan tidur siang anak antara lain adalah:
<h3>1. Tetapkan Jadwal Rutin</h3>
Membiasakan anak tidur pada waktu yang sama setiap hari membantu mereka mendapatkan tidur yang berkualitas. Usahakan anak tidur dalam keadaan masih terjaga agar mereka belajar tidur secara mandiri.
<h3>2. Hindari Tidur Terlalu Sore</h3>
Tidur siang yang terlalu sore bisa mengganggu waktu tidur malam anak. Jika memungkinkan, geser jadwal tidur siang lebih awal untuk memastikan mereka tetap tidur tepat waktu di malam hari.
<h3>3. Sesuaikan dengan Kebutuhan Anak</h3>
Setiap anak memiliki pola tidur yang berbeda. Beberapa anak mungkin butuh tidur siang lebih lama, sementara yang lain cukup dengan tidur sebentar.&nbsp;
Orang tua perlu memahami kebutuhan spesifik anak agar tidak memaksakan jadwal tidur yang tidak sesuai.
Baca Juga: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=1892">Pastikan Tidur Anak Nyenyak/Berkualitas untuk Pertumbuhan Anak</a>
<h2>Kapan Waktu Tepat untuk Menghentikan Tidur Siang?</h2>
Secara umum, anak-anak mulai mengurangi tidur siang di usia 3 hingga 5 tahun. Namun, jangan terburu-buru menghilangkan tidur siang jika anak masih tampak lelah atau rewel di sore hari.&nbsp;
Jika anak sudah mampu beraktivitas konsisten tanpa tidur siang, maka Anda bisa menggantinya dengan waktu tenang.
<h2>Kesimpulan</h2>
Tidur siang memberikan banyak manfaat penting bagi anak, mulai dari meningkatkan konsentrasi hingga menjaga suasana hati dan kesehatan fisik.&nbsp;
Penting bagi orang tua untuk memahami pola tidur anak dan menyesuaikannya dengan kebutuhan sehari-hari.&nbsp;
Dengan jadwal tidur yang tepat, anak dapat tumbuh lebih sehat, bahagia, dan produktif, serta orang tua mendapatkan waktu istirahat yang mereka butuhkan.
Optimalkan tidur siang anak AyBun agar mereka selalu berenergi dan siap menjalani aktivitas harian dengan baik!

Ketahui Manfaat Tidur Siang untuk Anak


Bunda wajib tahu! Ini 4 jenis vaksin anak bayi yang tidak boleh terlambat diberikan. Jangan sampai si kecil terlewat!

Pertumbuhan

Masa kecil adalah masa di mana anak sangat aktif bermain dan menelusuri dunia di sekitarnya. Namun, tubuh si kecil masih belum kuat untuk menghadang berbagai kuman dari lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu, sangat penting bagi Bunda untuk membentengi anak dengan perlindungan dari kuman berbahaya tersebut.&nbsp;
Imunisasi menjadi salah satu cara menguatkan tubuh anak bayi dari dalam. Imunisasi dilakukan dengan cara memberikan vaksin anak bayi biasa melalui jarum suntik ataupun tetes oral di mulut. Vaksin sudah bisa diberikan sedini mungkin, yaitu sejak anak bayi berusia 14 minggu.&nbsp;
Imunisasi secara rutin harus terus diberikan untuk memperkuat sistem imun anak, bahkan hingga anak berusia lebih tua. Bunda juga perlu memastikan anak mendapatkan vaksin secara lengkap dan tepat waktu. Bahkan, beberapa vaksin anak bayi memiliki kadaluarsa usia dan hanya bisa diberikan pada usia tertentu saja.
Jadi, apa saja vaksin anak bayi yang tidak boleh terlambat diberikan? Kenali jenis-jenisnya di sini!
<h2>Manfaat Vaksin untuk Bayi</h2>
Layaknya peribahasa &ldquo;mencegah lebih baik daripada mengobati&rdquo;, vaksin adalah salah satu cara untuk membuat tubuh anak lebih kuat dan dapat terlindungi dari berbagai virus dan bakteri mematikan. Berikut ini adalah berbagai manfaat vaksin untuk anak bayi yang wajib Bunda ketahui.
<h3>1. Memperkuat Sistem Imun Tubuh Anak</h3>
Tahukah Bunda bahwa anak dapat terpapar berbagai jenis kuman setiap harinya? Kuman-kuman tersebut dapat berasal dari makanan, udara yang dihidup, hingga benda-benda yang disentuh anak. Tubuh anak memang sudah dilengkapi dengan sistem imun, tetapi sistem imun tersebut masih belum cukup kuat untuk memerangi penyakit mematikan.&nbsp;
Vaksin berperan untuk memperkuat sistem imun anak. Namun, bukan berarti anak yang mendapat vaksin lengkap tidak akan pernah sakit, ya! Anak masih berpotensi mengalami sakit, tetapi tidak akan separah anak yang tidak diberikan vaksin. Anak juga dapat sembuh lebih mudah karena sistem kekebalan tubuh yang sudah dilengkapi dengan vaksin.
<h3>2. Mencegah Penularan Wabah Penyakit</h3>
Vaksin tidak hanya melindungi anak dari penyakit, tetapi juga melindungi orang-orang di sekitar anak. Berbagai negara di seluruh dunia terus mengoptimalkan cakupan imunisasi karena dinilai ampuh menghentikan penularan wabah penyakit. Contohnya adalah penyakit seperti cacar yang sangat menular. Cacar mampu dikendalikan dengan vaksin agar tidak menjadi wabah penyakit.
Walaupun vaksin cacar tidak mencegah anak terkena cacar sepenuhnya, vaksin cacar diyakini mampu menurunkan risiko anak tertular cacar. Tidak hanya itu, pasien cacar yang pernah mendapatkan vaksin cacar akan mengalami gejala yang lebih ringan dan lebih cepat sembuh.
<h3>3. Mengurangi Risiko Cacat dan Kematian pada Anak</h3>
Tahukah Bunda bahwa anak yang belum atau tidak mendapatkan vaksin lengkap berisiko mengalami cacat hingga kematian? Mayoritas vaksin yang wajib diberikan kepada anak sudah mampu mencegah munculnya penyakit mematikan pada anak, seperti polio dan tetanus.
Misalnya adalah penyakit polio yang mampu menyebabkan penderitanya lumpuh dan kesulitan bernapas. Penyakit menular ini telah membuat 305 anak di Indonesia lumpuh permanen pada tahun 2005&ndash;2006. Kini, Indonesia berhasil mendapatkan sertifikat bebas polio di tahun 2014 dari WHO. Jadi, Bunda jangan sampai melewatkan vaksin untuk anak, ya!
<h3>4. Investasi Kesehatan Jangka Panjang</h3>
Vaksin merupakan investasi kesehatan jangka panjang yang paling murah dan bisa Bunda dapatkan sejak dini untuk sang buah hati. Hal ini disebabkan oleh peran vaksin yang ampuh mencegah penularan penyakit dan menurunkan risiko kecacatan serta kematian. Jadi, Bunda dapat mencegah kemungkinan kerugian finansial dan waktu untuk menyembuhkan penyakit tersebut.
<h2>Jenis Vaksin yang Tidak Boleh Terlambat Diberikan</h2>
Dari banyaknya vaksin yang wajib diberikan kepada anak, beberapa vaksin harus diberikan kepada anak pada usia tertentu. Jika terlambat diberikan, efektivitas vaksin tersebut dapat berkurang drastis dan tidak mampu melindungi anak secara maksimal.
<h3>1. Vaksin Rotavirus</h3>
Rotavirus adalah jenis virus yang menyerang saluran pencernaan anak. Virus ini dapat memicu penyakit gastroenteritis dengan gejala diare dan muntah pada anak. Akibat dari infeksi rotavirus adalah komplikasi dehidrasi berat hingga kematian. Vaksin rotavirus berperan untuk mengurangi risiko anak terjangkit virus tersebut.
Vaksin rotavirus terbagi menjadi vaksin monovalen dan pentavalen. Yang berbeda adalah dosis vaksin pentavalen diberikan sebanyak 3 kali, sementara vaksin monovalen diberikan sebanyak 2 kali.&nbsp;
Dosis pertama vaksin rotavirus sudah dapat diberikan sejak anak berusia 6&ndash;12 minggu, sedangkan dosis kedua diberikan ketika anak memasuki usia 16 minggu. Dosis ketiga vaksin pentavalen dapat diberikan ketika anak berusia 24 minggu.&nbsp;
Maksimal usia anak mendapatkan dosis pertama vaksin ini adalah 24 minggu. Jika melebihi usia tersebut, dikhawatirkan vaksin rotavirus tidak dapat bekerja efektif di dalam tubuh anak. Pastikan Bunda berkonsultasi dengan dokter jika anak masih belum mendapatkan dosis pertama di usia di atas 12 minggu.
<h3>2. Vaksin DTaP</h3>
Berbeda dengan vaksin rotavirus yang dapat berdiri sendiri, vaksin DTaP adalah jenis vaksin gabungan yang terdiri atas toksoid difteri (D), toksoid tetanus (T), dan antigen bakteri pertusis (aP). Vaksin ini berfungsi untuk mencegah penyakit difteri (infeksi hidung dan tenggorokan), tetanus (infeksi penyebab kejang otot), dan batuk rejan (infeksi saluran pernapasan).
Vaksin DTaP dapat diberikan pada anak sejak usia 2 bulan hingga berusia 7 tahun. Vaksin ini diberikan secara berkala, seperti pada usia 2 bulan, kemudian 3 bulan, 4 bulan, 1 tahun, 5 tahun, hingga 7 tahun.&nbsp;
Jika anak berusia lebih dari 7 tahun belum mendapatkan vaksin DTaP, anak akan direkomendasikan untuk mendapat vaksin lanjutan dari DTaP, yaitu TdaP atau Td. Vaksin ini ditujukan untuk anak yang lebih besar atau orang dewasa yang belum pernah mendapatkan vaksin DTaP.
<h3>3. BCG</h3>
Vaksin Bacillus Calmette&ndash;Gu&eacute;rin atau BCG adalah jenis vaksin untuk mengurangi risiko terjangkitnya tuberkulosis pada anak. Tuberkulosis adalah infeksi menular yang memicu munculnya flek paru. Tuberkulosis menjadi penyakit paling menular kedua di dunia setelah COVID-19. Namun, Bunda bisa mencegah penyakit tuberkulosis pada anak dengan memberikan vaksin BCG.
Vaksin BCG terdiri atas bakteri mycobacterium tuberculosis yang sudah dilemahkan. Dengan menyuntikkan vaksin ini, tubuh akan mengenal dan membentuk kekebalan terhadap bakteri tersebut.&nbsp;
Rekomendasi pemberian vaksin BCG adalah segera setelah bayi lahir atau sebelum usia 1 bulan. Jika anak masih belum mendapat vaksin BCG di usia di atas 3 bulan, anak perlu melakukan tes Mantoux (tes infeksi TB) untuk menguji apakah pemberian vaksin BCG efektif atau tidak.
<h3>4. Pneumokokus (PCV)</h3>
Vaksin pneumokokus atau PCV adalah jenis vaksin anak bayi untuk mencegah terjadinya penyakit pneumonia, infeksi selaput otak, dan infeksi telinga pada anak. Vaksin PCV mengandung bagian dari bakteri pneumokokus yang menjadi penyebab penyakit tersebut. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 kali, yaitu dosis pertama dan booster.
Dosis pertama vaksin PCV dapat diberikan sejak anak berusia 2, 4, dan 6 bulan. Dosis boosternya dapat diberikan ketika anak berusia 12&ndash;15 tahun. Namun, jika anak masih belum mendapatkan vaksin PCV di usia 7 bulan sampai 2 tahun, anak bisa mendapatkan vaksin PCV sebanyak 2 kali dengan jarak 2 bulan dari vaksin dosis pertama.
Sementara itu, jika anak masih belum mendapatkan vaksin PCV di usia 2&ndash;5 tahun, anak dapat diberikan vaksin PCV10 sebanyak 2 kali dengan jarak 2 bulan, atau vaksin PCV13 sebanyak 1 kali.
Demikian macam-macam vaksin yang harus anak dapatkan tepat waktu. Imunisasi adalah salah satu cara untuk membuat anak lebih sehat, aktif, dan nyaman dalam menjalani kegiatan sehari-hari. Bunda juga bisa berkonsultasi dengan dokter terkait vaksin apa saja yang bisa anak dapatkan sejak dini.
Untuk lebih mudah mengetahui jadwal imunisasi anak dan mencegah waktu kadaluarsa usia untuk vaksin, AyBun bisa mengeceknya di menu Imunisasi, ya!

4 Vaksin Anak Bayi yang Tidak Boleh Terlambat Diberikan

Pendidikan anak adalah tugas yang penting bagi setiap orang tua, namun seringkali menjadi tantangan yang menguras energi. Dua pendekatan yang umum ditemui dalam dunia orang tua adalah membiarkan anak mandiri dan memberikan pengawasan yang berlebihan. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi perbedaan antara kedua pendekatan tersebut berdasarkan penelitian dari sumber

Pendidikan anak adalah tugas yang penting bagi setiap orang tua, namun seringkali menjadi tantangan yang menguras energi.&nbsp;
Dua pendekatan yang umum ditemui dalam dunia orang tua adalah membiarkan anak mandiri dan memberikan pengawasan yang otoriter.&nbsp;
Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi perbedaan antara kedua pendekatan tersebut berdasarkan penelitian dari sumber terpercaya seperti The New York Times dan National Library of Medicine.
<h2>Membiarkan Anak Mandiri: Kelebihan dan Kekurangan</h2>
Pendekatan ini mengacu pada memberikan anak kebebasan dan tanggung jawab yang tepat sesuai dengan usia mereka. Berikut adalah beberapa kelebihan dan kekurangan dari membiarkan anak mandiri:
Kelebihan
Pengembangan Kemandirian: Membiarkan anak mandiri membantu mereka mengembangkan keterampilan kemandirian dan rasa percaya diri.
Pembelajaran dari Pengalaman: Anak belajar dari pengalaman mereka sendiri dan mengatasi tantangan dengan cara mereka sendiri, yang dapat memperkuat keterampilan problem-solving mereka.
Peningkatan Kepercayaan Diri: Anak yang diberi kepercayaan untuk mengambil keputusan sendiri merasa lebih percaya diri dalam kemampuan mereka.
Kekurangan
Risiko Keselamatan: Terlalu banyak kebebasan tanpa pengawasan yang tepat dapat meningkatkan risiko kecelakaan atau bahaya lainnya bagi anak.
Kurangnya Bimbingan: Anak mungkin mengalami kesulitan atau stres tanpa bimbingan atau dukungan yang memadai dari orang tua.
Keterbatasan Pengetahuan: Anak mungkin tidak memiliki pengetahuan atau pengalaman yang cukup untuk membuat keputusan yang tepat, terutama dalam situasi yang baru atau rumit.
<h2>Pengawasan Otoriter: Manfaat dan Tantangan</h2>
Di sisi lain, pendekatan ini melibatkan pengawasan yang ketat dari orang tua terhadap setiap langkah anak. Berikut adalah beberapa manfaat dan tantangan dari pengawasan berlebihan:
Manfaat
Keamanan dan Perlindungan: Pengawasan yang ketat dapat membantu melindungi anak dari berbagai risiko dan bahaya potensial.
Bimbingan yang Konstan: Anak mendapatkan bimbingan dan dukungan yang konsisten dari orang tua mereka, yang dapat membantu mereka mengatasi tantangan dengan lebih baik.
Peningkatan Kepatuhan: Anak cenderung lebih patuh terhadap aturan dan peraturan ketika mereka merasa dipantau.
Tantangan
Ketergantungan: Anak dapat menjadi terlalu bergantung pada orang tua mereka untuk pengambilan keputusan atau menyelesaikan masalah, yang dapat menghambat perkembangan kemandirian mereka.
Kurangnya Ruang untuk Kesalahan: Terlalu banyak pengawasan dapat membuat anak merasa takut untuk mencoba hal-hal baru atau membuat kesalahan, yang dapat menghambat perkembangan keterampilan dan kepercayaan diri.
Stres dan Tekanan: Pengawasan yang berlebihan dapat menyebabkan stres dan tekanan bagi anak, serta mengganggu hubungan orang tua-anak.
Kunci dari pendidikan anak yang efektif adalah menemukan keseimbangan yang tepat antara membiarkan anak mandiri dan memberikan pengawasan yang berlebihan. 
Orang tua perlu mempertimbangkan karakteristik dan kebutuhan anak mereka, serta situasi tertentu yang dihadapi, untuk menentukan pendekatan terbaik dalam setiap kasus.
Menurut The New York Times dan National Library of Medicine, kemandirian dan pengawasan yang seimbang dapat membantu anak mengembangkan keterampilan dan kepercayaan diri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan di dunia nyata, sambil tetap merasa didukung dan dilindungi oleh orang tua mereka.
&nbsp;
Foto: Freepik
Sumber: Sanvictores T, Mendez MD. Types of Parenting Styles and Effects On Children. [Updated 2022 Sep 18]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK568743/
MIller, C. The Relentlessness of Modern Parenting. 2018. US. Nytimes.

Ini Bedanya Pengasuhan Mandiri Vs Otoriter

sikap anak di masa depan berdasarkan tipe parenting

Tipe parenting yang AyBun terapkan di rumah, ternyata dapat berdampak besar ke kehidupan si kecil di masa depan. Oleh karena itu, jangan salah menerapkan parenting kepada anak. Yuk, pilih mana yang terbaik menurut psikolog!

Cara orang tua mendidik anak memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan sikap dan perilaku anak di masa depan. Parenting bukan hanya tentang memenuhi kebutuhan anak, tetapi juga menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembangnya secara optimal.
Berdasarkan penelitian, berikut adalah prediksi sikap anak di masa depan yang dipengaruhi oleh <a href="https://tentanganak.com/artikel/parenting-tap-in-tap-out/">tipe parenting</a>.
<h2>Dampak Tipe Parenting pada Anak</h2>
<h3>1. Terlalu Memanjakan Keinginan Anak</h3>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/676a8a6a-4a5d296b-b08c-472e-b8e9-e01d6266f0c2.jpg" />
Orang tua yang cenderung permisif sering menunjukkan sikap impulsif dan sulit mengontrol emosi pada anak. Hal ini terjadi karena anak terbiasa mendapatkan apa pun yang diinginkannya tanpa memahami batasan.
<h3>2. Kurangnya Keterlibatan Orang Tua</h3>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/676a8a74-f0c91512-fce6-4a64-8e92-fa3bf86352c4.jpg" />
Orang tua yang tidak terlibat dalam kehidupan anak atau mengabaikan perasaan mereka dapat membuat anak kesulitan menjaga hubungan sosial yang sehat. Anak-anak ini cenderung mengalami kesulitan dalam memahami emosi orang lain.
<h3>3. Pembatasan Kebebasan Berlebihan</h3>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/676a8a7e-0c077b9f-3b5f-4012-8849-3aafc58c1d3c.jpg" />
Anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang otoriter sering kali memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah. Mereka merasa takut untuk bereksplorasi atau mengambil inisiatif karena khawatir akan menghadapi hukuman yang ketat.
Baca Juga: <a href="https://tentanganak.com/artikel/rahasia-membesarkan-agar-anak-sukses-dan-bahagia/">Rahasia Membesarkan Agar Anak Sukses dan Bahagia</a>
<h2>Tipe Parenting Menurut Diana Baumrind</h2>
Diana Baumrind, seorang psikolog perkembangan, mengidentifikasi empat tipe utama parenting berdasarkan tingkat kehangatan (responsiveness) dan kontrol (demandingness):
<h3>1. Permissive (Perlakuan Longgar)</h3>
<ul>
<li>Berpusat pada keinginan anak.</li>
<li>Jarang memberikan aturan.</li>
<li>Sering memanjakan anak agar tidak tantrum.</li>
</ul>
<h3>2. Authoritative (Otoritatif)</h3>
<ul>
<li>Menyelesaikan masalah bersama anak.</li>
<li>Menetapkan aturan dan ekspektasi yang jelas.</li>
<li>Memprioritaskan komunikasi terbuka dan konsekuensi sesuai batasan.</li>
</ul>
<h3>3. Neglectful (Pengabaian)</h3>
<ul>
<li>Tidak terlibat dalam keseharian anak.</li>
<li>Memberikan sedikit perhatian atau bimbingan.</li>
<li>Tidak peduli terhadap kebutuhan sosial-emosional anak.</li>
</ul>
<h3>4. Authoritarian (Otoriter)</h3>
<ul>
<li>Berpusat pada emosi dan keinginan orang tua.</li>
<li>Menetapkan aturan yang ketat tanpa kompromi.</li>
<li>Komunikasi satu arah tanpa mempertimbangkan kebutuhan anak.</li>
</ul>
Baca Juga: <a href="https://tentanganak.com/artikel/agar-anak-cerdas/">Ini Rahasianya Agar Anak Menjadi Cerdas</a>
<h2>Apa Tipe Parenting yang Terbaik?</h2>
Secara umum, tipe parenting authoritative adalah yang paling efektif. Gaya ini mendorong hubungan yang sehat antara orang tua dan anak, mendukung kesejahteraan emosional, serta membentuk perilaku positif.
Anak yang dibesarkan dengan pendekatan ini cenderung memiliki kepercayaan diri tinggi, kemampuan sosial yang baik, dan kontrol emosi yang stabil.
<h2>Kesimpulan</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/676a8a4a-1450ee9f-a85e-49d9-9938-8a5189dd60fd.jpg" />
Cara AyBun mendidik adalah cerminan yang membentuk sikap anak di masa depan. Memberikan cinta, pengertian, bimbingan, dan contoh dengan penuh kesabaran adalah kunci utama. Anak yang tumbuh dalam lingkungan penuh kasih sayang akan menjadi pribadi yang kuat dan percaya diri.
Jika AyBun merasa memerlukan bantuan untuk mengelola pola asuh, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog anak. Mendapatkan panduan dari profesional dapat membantu AyBun menciptakan hubungan yang lebih baik dengan si kecil.
Bisa coba fitur <a href="tentanganak://consult_list?type=consult_list">Tanya Ahli</a> di aplikasi Tentang Anak, ada psikolog yang siap membantu!

Prediksi Sikap Anak di Masa Depan Berdasarkan Tipe Parenting

Protein adalah zat penting untuk membentuk otot anak. Tapi, kelebihan protein di tubuh juga berbahaya bagi kesehatan anak. Simak penjelasan lengkapnya di sini!

Pertolongan Pertama

Salah satu masalah kesehatan kulit yang sering dialami bayi yang masih menggunakan popok adalah ruam popok. Kondisi ini terjadi karena kontak yang terlalu lama antara kulit dengan bagian basah popok. Ruam popok pada bayi membuat iritasi kulit yang meradang di bagian tubuh yang terkena bagian basah popok, seperti pantat, paha, dan kelamin.
Biasanya, ruam popok membuat bayi gelisah dan sulit tidur. Jika Bunda menemukan ruam popok pada bayi, jangan panik, ya! Berikut ini penanganan ruam popok yang bisa Bunda lakukan di rumah!
<h2>Ruam Popok dan Ciri-cirinya</h2>
Ruam popok pada bayi adalah masalah kulit yang terlihat seperti bercak-bercak kulit kemerahan dan bengkak pada bagian yang tertutup popok. Ruam popok pada bayi dapat menimbulkan rasa panas dan tidak nyaman pada bagian iritasi yang terkena popok.
Ruam popok pada bayi biasanya disebabkan oleh popok yang basah atau terlalu ketat. Kulit bayi dapat mengalami ruam popok jika terlalu lama memakai popok yang sudah basah oleh air kencing atau kotorannya. Penyebab ruam popok lainnya adalah iritasi produk bayi, kulit sensitif, alergi, hingga konsumsi antibiotik yang membunuh bakteri baik di kulit bayi.
Ciri-ciri utama ruam popok pada bayi yang bisa Bunda temukan adalah kulit memerah, lecet, dan bengkak di area yang tertutup popok, seperti pantat, paha, dan kelamin. Bunda dapat merasakan bagian yang iritasi akan terasa hangat saat disentuh. Bayi juga nampak lebih gelisah, rewel, dan menangis, terutama saat berganti popok.
<h3>Dampak Ruam Popok pada Bayi</h3>
Pada dasarnya, ruam popok pada bayi adalah masalah kulit yang bisa ditangani di rumah. Dengan memastikan popok bayi selalu kering, Bunda mungkin tidak perlu pergi ke dokter untuk mengatasi ruam popok bayi. Namun, bayi pastinya akan merasa risih dan tidak nyaman karena kulit iritasi yang terus bergesekan dengan popok.
Jika ruam popok tidak ditangani dengan baik, ruam popok berpotensi menimbulkan demam pada bayi. Tidak hanya itu, ruam popok akan lebih berbahaya jika terlihat mengeluarkan darah atau cairan nanah. Segera konsultasikan ke dokter jika kondisi ini terjadi atau jika ruam popok tidak kunjung mereda setelah lebih dari 3 hari.
<h2>Cara Mengatasi Ruam Popok pada Bayi</h2>
Bagi Bunda yang menemukan ruam popok pada si kecil, jangan khawatir! Bunda dapat mengatasi ruam popok sendiri&nbsp; di rumah. Dengan langkah-langkah yang tepat, Bunda dapat meredakan ruam popok pada bayi dengan mudah. Untuk menyembuhkan ruam popok bayi, Bunda dapat mengikuti tips ABCDE di bawah ini.
<h3>1. Melakukan Air Out&nbsp;</h3>
Cara pertama mengatasi ruam popok pada bayi adalah dengan melakukan air out atau mengeringkan di udara terbuka. Dalam hal ini, Bunda perlu mengeringkan kulit yang iritasi akibat ruam popok. Jangan lupa untuk mengelap perlahan bagian yang iritasi dengan kain lembut yang dibasahi air hangat, kemudian keringkan dengan kain lembut lainnya.
Selain mengeringkan kulit iritasi bayi di udara terbuka, Bunda juga bisa membiarkan bayi untuk tidak memakai popok atau olesan apapun dulu. Lakukan sekitar 3 kali sehari selama 10 menit, seperti misalnya saat bayi tidur siang. Selama masa penyembuhan, hindari popok yang terlalu ketat. Gunakan popok yang berukuran lebih besar hingga ruam popok menghilang.
Karena ruam popok disebabkan oleh gesekan antara kulit bayi dan bagian popok yang basah, cara ini berguna untuk membuat kulit yang iritasi bernapas. Kulit yang kering dapat mengurangi infeksi kulit akibat ruam popok.
<h3>2. Berikan Krim Khusus</h3>
Cara kedua untuk mengatasi ruam popok bayi adalah dengan memberikan barrier atau perlindungan pada kulit yang iritasi. Langkah ini dilakukan dengan mengoleskan krim yang mengandung zinc oxide pada kulit iritasi. Produk dengan bahan zinc oxide mampu meredakan dan melindungi kulit bayi yang iritasi.&nbsp;
Bunda dapat mengoleskan krim secara tipis dan merata pada bagian kulit yang iritasi. Tunggu krim hingga mengering sebelum memakaikan popok pada bayi. Bunda dapat membeli krim pereda ruam popok di apotik tanpa resep dokter.
<h3>3. Bersihkan Kulit Bayi</h3>
Salah satu langkah terpenting dalam merawat ruam popok adalah membersihkan kulit bayi yang iritasi. Bayi pastinya akan merasa tidak nyaman karena iritasi ini. Pastikan Bunda membersihkan area yang tertutup popok dan yang terkena iritasi secara merata dan bersih. Bunda dapat mengganti popok minimal 3 jam sekali saat bayi terbangun.
Cara mengganti popok yang tepat untuk meredakan ruam popok adalah sebagai berikut:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Buka popok kotor dan gunakan untuk mengusap area pantat lalu bergeser ke bawah pantat bayi</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bersihkan anus dan kemaluan bayi dengan lap bersih atau tisu basah yang tidak mengandung pewangi atau alkohol</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Keringkan pantat dengan kain kering yang lembut sebelum dipakaikan popok. Pastikan popok baru tidak terlalu ketat atau longgar</li>
</ul>
<h3>4. Gunakan Popok Sekali Pakai</h3>
Kini, ada pilihan popok kain yang dianggap lebih aman untuk kulit bayi karena terbebas dari bahan kimia. Tapi, saat menyembuhkan ruam popok pada bayi, Bunda dianjurkan untuk menggunakan disposable diaper atau popok sekali pakai. Hal ini disebabkan oleh popok kain yang membutuhkan banyak waktu untuk dibersihkan dan dikeringkan. Popok kain juga dapat memperparah ruam popok jika tidak dibersihkan dengan baik.
Selain mengetahui cara mengetahui ruam popok pada bayi, Bunda juga harus mengetahui cara mencegah agar ruam popok tidak muncul lagi. Beberapa cara mencegah ruam popok pada bayi adalah sebagai berikut:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengganti popok setiap selesai buang air kecil atau besar, atau setiap 2&ndash;3 jam sekali</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menjaga area yang tertutup popok selalu kering</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Memakai krim pelembap secara rutin</li>
</ul>
Itu dia penjelasan seputar ruam popok bayi beserta cara mengatasinya. Setelah Bunda melakukan penanganan mandiri seperti di atas, ruam popok dapat sembuh dalam beberapa hari.&nbsp;
Penyembuhan ruam popok akan membutuhkan kesabaran dalam menjaga kulit bayi tetap kering selama memakai popok. Jika ruam popok bayi tidak kunjung membaik atau semakin parah, Bunda harus segera berkonsultasi ke dokter.

Ruam Popok pada Bayi, Ini Ciri dan Cara Mengatasinya

Temukan 4 makanan yang sering dianggap tinggi nutrisi oleh banyak orang tua namun sebenarnya tidak sebaik yang dikira. Pelajari fakta tentang, serta tips untuk memilih makanan yang lebih sehat untuk keluarga Anda

Meskipun banyak makanan yang dipercaya oleh orangtua memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, beberapa di antaranya sebenarnya tidak sebaik yang mereka kira. Berikut adalah empat makanan yang sering disalahpahami:
<h2>1. Abon</h2>
Abon, khususnya abon sapi, sering dianggap sebagai makanan tinggi nutrisi. Namun, proses pembuatan abon menggunakan suhu yang sangat tinggi. Warna coklat pada abon menandakan bahwa protein dan vitamin dalam daging sapi telah mengalami kerusakan. Selain itu, abon juga mengandung banyak minyak karena digoreng. Beberapa cemilan yang mengklaim mengandung abon sebenarnya hanya mengandung rasa abon, bukan daging abon asli.
<h2>2. Sereal Siap Saji atau yang Diseduh</h2>
Sereal siap saji sering menjadi pilihan praktis untuk sarapan. Namun, faktanya 87% sereal siap saji mengandung lebih dari 15 gram gula per porsi, bahkan ada yang mencapai 30 gram. Padahal, batasan harian gula untuk anak hanya 25 gram. Konsumsi sereal semacam ini secara rutin bisa menyebabkan kelebihan asupan gula pada anak.
<h2>3. Jus Kemasan</h2>
Jus kemasan biasanya hanya mengandung 2 hingga 18 persen buah asli, jauh lebih rendah dibandingkan jus segar. Kandungan gula dalam jus kemasan bisa mencapai 25 gram per porsi, yang sudah memenuhi batasan harian gula anak. Ini berarti jus kemasan tidak jauh berbeda dengan minuman manis lainnya yang harus dihindari.
<h2>4. Madu</h2>
Walaupun ada tulisan "madu original" pada kemasan, bukan berarti madu tersebut murni. Jika ada kata-kata "dengan madu", Anda harus waspada, karena komposisi utama kemungkinan bukan madu. Untuk memastikan madu yang Anda pilih berkualitas, pastikan komposisi urutan pertama adalah madu, bukan fruktosa, glukosa, atau air.
<h2>Apakah Aman untuk terus Dikonsumsi?</h2>
Makanan-makanan ini tidak berbahaya secara langsung dan masih aman jika dikonsumsi dalam jumlah yang seimbang dengan nutrisi lain. Penting untuk tidak hanya fokus pada gambar susu, daging pada kemasan, atau klaim mengandung serat dan tinggi protein.
<h2>Baca juga: <a href="https://share.tentanganak.com/Shof/prceh6m3">Booster Penting Buat Tinggi Anak Sesuai Grafik WHO</a></h2>
<h2>Penutup</h2>
Inget aja Moms satu telur mengandung 6 gram protein, 1 pisang mengandung 3 gram serat, segelas susu mengandung 300 kalsium. Penting untuk selalu cek selalu label kemasan dan utamakan real food ya.
Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan harian Vitamin D dari Si Kecil percayakan pada <a href="https://share.tentanganak.com/Shof/xawch2ic">Expert Boost</a>. Vitamin D juga membantu Si Kecil agar tidak mudah sakit. Beli di <a href="https://shopee.co.id/product/1157462980/25806659148?utm_campaign=-&amp;utm_content=ExpertBoost-IGS-EBsingle-EB-&amp;utm_medium=affiliates&amp;utm_source=an_11354030531&amp;utm_term=bch8buivrqz7">ecommerce </a>kesayangan AyBun.&nbsp;