Mau tahu selengkapnya? Yuk, simak lebih lanjut di sini

Psikologi Anak

Parenting

Saat mengasuh si Kecil, tak jarang muncul hal tidak menyenangkan yang membuat Ayah atau Bunda melakukan tindakan seperti memukul, menyentil atau mencubit si Kecil.&nbsp;
Perilaku ini, terlepas dari alasannya, merupakan kekerasan fisik yang sangat tidak dianjurkan karena dapat berdampak buruk terhadap si Kecil.
Lalu, bagaimana cara meredam emosi agar orang tua tidak memukul anak? Yuk, simak pembahasan tentang dampak negatif anak yang sering dipukul dan tips mindful parenting berikut ini!
<h2>Dampak Negatif pada Anak yang Sering Dipukul</h2>
Anak yang sering dipukul dapat mengalami banyak dampak negatif yang bisa mempengaruhi kehidupan mereka sekarang dan di masa depan.&nbsp;
Terdapat studi, yang secara spesifik, menunjukkan bahwa anak yang sering menerima hukuman fisik akan lebih rentan/berisiko menunjukkan masalah perilaku, misalnya:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Berperilaku agresif, seperti memukul</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sering berkata kasar atau berbohong</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Merasa cemas berlebihan</li>
</ul>
Selain itu, kekerasan pada anak ternyata juga dapat memberikan banyak dampak negatif lainnya. Beberapa dampak negatif yang mungkin terjadi pada si Kecil antara lain:
<h3>1. Masalah emosi</h3>
Anak yang sering dipukul mungkin merasa tidak aman, tertekan, atau tidak dihargai.&nbsp;
Mereka mungkin mengalami masalah dengan percaya diri, kepercayaan diri, dan kemampuan untuk mengendalikan emosi mereka.
<h3>2. Masalah sosial</h3>
Anak yang sering dipukul mungkin merasa terasing dari teman-teman sebaya mereka, terutama jika mereka merasa tidak aman di rumah.&nbsp;
Ini bisa mempengaruhi kemampuan mereka untuk membangun hubungan yang sehat dengan orang lain di lingkungan sekitarnya.
<h3>3. Masalah kesehatan mental</h3>
Besar kemungkinan anak yang sering dipukul mengalami masalah kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, atau gangguan stres pasca trauma.&nbsp;
Mereka mungkin juga lebih rentan terhadap masalah seperti obsesi-kompulsi, kekerasan, atau bahkan kemungkinan bunuh diri.
<h3>4. Masalah fisik</h3>
Cubitan, sentilan, pukulan, dan tindak kekerasan lainnya sangat mungkin untuk menyebabkan masalah pada fisik anak.&nbsp;
Dalam hal ini, anak yang dipukul dapat mengalami luka bakar, luka teriris, atau cedera yang lebih parah.
Ini bisa menyebabkan rasa sakit yang luar biasa dan menyebabkan trauma fisik yang berkepanjangan.
<h3>5. Masalah akademik</h3>
Terakhir, dampak negatif pada anak yang sering dipukul adalah kemungkinan mengalami masalah dengan belajar dan mencapai prestasi akademik yang seharusnya.&nbsp;
Mereka mungkin terdistraksi oleh masalah emosional atau sosial yang dihadapi, atau merasa tertekan oleh situasi di rumah.
Oleh sebab itu, sangat penting bagi orang tua untuk memastikan bahwa anak-anak mereka tidak dipukul dan mendapatkan perlindungan yang layak.&nbsp;
Jika Anda merasa bahwa anak Anda mungkin sedang mengalami kekerasan di rumah, segera carilah bantuan profesional untuk membantu menyelesaikan masalah ini.
<h2>Cara Meredam Emosi Agar Tidak Memukul Anak</h2>
Emosi adalah reaksi yang normal dan sehat terhadap pengalaman hidup setiap manusia. Namun, jika emosi terlalu intens atau tidak terkendali, maka itu bisa menjadi masalah.&nbsp;
Emosi dapat terjadi karena berbagai faktor. Umumnya ini terjadi akibat kelelahan, stres berlebih, anak yang sedang rewel, atau perut yang lapar dan membuat kita kekurangan gula darah.&nbsp;
Kalau sudah begini, ada baiknya Ayah dan Bunda beristirahat yang cukup, makan makanan bergizi, dan meluangkan waktu me time minimal 20 menit/hari.&nbsp;
&ldquo;Lalu, bagaimana kalau masih emosi meskipun sudah melakukan hal di atas?&rdquo;
Sekesal apapun Ayah dan Bunda, se salah apapun si Kecil di mata Ayah dan Bunda, kekerasan fisik maupun verbal tetap tidak dapat dibenarkan.&nbsp;
Oleh sebab itu, yuk belajar untuk sampingkan gengsi lalu meminta maaf pada si Kecil dan tunjukkan upaya untuk berubah!
Saat si Kecil berperilaku tidak menyenangkan, mulai luangkan waktu sejenak untuk:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Diam dan hitung minimal 3 detik, agar lebih tenang, sebelum merespon perilaku si Kecil.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tangkap perilaku bermasalah si Kecil dan beri konsekuensi yang relevan atau spesifik.</li>
</ul>
❌ Katakan:&nbsp; &ldquo;Kamu tuh ya! Dari tadi sudah dibilangin pelan-pelan tapi tidak nurut, kan jadi tumpah. Maunya apa sih?!&rdquo;
✅ Sebaiknya: &ldquo;Sekarang ambil lap dan bersihkan tumpahan airnya sendiri ya Kak biar lantainya tidak licin&rdquo;
Selain itu, Ayah dan Bunda juga bisa melakukan beberapa hal lainnya untuk membantu meredam emosi, seperti:
<ol>
<li> Belajar mengendalikan emosi</li>
</ol>
Jika Ayah atau Bunda mudah emosi, maka ada baiknya Ayah dan Bunda belajar untuk mengidentifikasi tanda-tanda emosi yang muncul.&nbsp;
Kemudian, kembangkan strategi untuk mengendalikan emosi tersebut sebelum mereka mencapai tingkat yang tidak terkendali.
<ol start="2">
<li> Meminta bantuan profesional</li>
</ol>
Jika Ayah dan Bunda merasa tidak mampu mengendalikan emosi sendiri, maka carilah bantuan profesional, seperti terapis atau psikolog.&nbsp;
Mereka dapat membantu Ayah dan Bunda untuk menemukan cara untuk mengelola emosi dengan lebih baik.
<ol start="3">
<li> Temukan cara lain untuk mengeluarkan emosi</li>
</ol>
Ada banyak cara lain yang dapat Ayah atau Bunda lakukan untuk mengeluarkan emosi dibandingkan dengan memukul anak.&nbsp;
&nbsp;
Misalnya dengan mencoba menulis, melukis, atau melakukan aktivitas fisik lainnya untuk mengeluarkan emosi secara positif.
<ol start="4">
<li> Buat perencanaan pencegahan</li>
</ol>
Selain itu, Ayah dan Bunda juga dapat menyiapkan diri dengan cara-cara yang dapat dilakukan sebelum emosi mulai naik.&nbsp;
Misalnya, mengambil waktu untuk bermeditasi atau mengambil napas dalam-dalam sebelum emosi menjadi terlalu tinggi.
<ol start="5">
<li> Jangan biarkan emosi menguasai</li>
</ol>
Yang terakhir, namun tidak kalah penting adalah memastikan agar emosi tidak menguasai diri kita.
Ingatlah bahwa Ayah dan Bunda dapat memiliki pilihan dan dapat memilih untuk tidak memukul si Kecil.&nbsp;
Pilihlah untuk mengelola emosi dengan cara yang lebih positif dan membantu si Kecil untuk mengelola emosi mereka juga.
Itu dia pembahasan tentang dampak negatif akibat anak sering dipukul dan bagaimana cara mengatasinya. Ingat, setiap langkah adalah proses. Untuk itu, sebaiknya Ayah dan Bunda fokus pada attachment dan koneksi dengan si kecil.
Yuk, Ayah Bunda bagikan pengalaman &amp; pertanyaan Ayah dan Bunda di kolom komentar! Akan ada Mba Grace Sameve. M.Psi, Psikolog Anak yang akan menemani AyBun!

Ini Dampaknya Jika Anak Sering Dipukul

Kenapa bayi sering ngulet, menggeliat, atau meluruskan tubuh? Temukan alasan medis dan perkembangan di balik perilaku ini, serta kapan orang tua perlu waspada dan membawa bayi ke dokter.

Kesehatan Anak

Bayi yang baru lahir sering kali membuat gerakan seperti ngulet, meluruskan tangan dan kaki, menggeliat, bahkan disertai tangisan atau suara menggeram. Bagi banyak orang tua, ini bisa menimbulkan kekhawatiran: apakah ini wajar? Apakah ini tanda bayi merasa tidak nyaman atau sakit?
Tapi tenang, AyBun. Dalam artikel ini kita akan membahas secara mendalam kenapa bayi sering ngulet, kapan hal ini normal, dan kapan AyBun perlu lebih waspada. Yuk, simak penjelasan lengkapnya!
<h2>Mengapa Bayi Sering Ngulet?</h2>
Ngulet atau menggeliat adalah bagian dari proses perkembangan alami bayi. Sejak dalam kandungan, bayi sudah mulai melakukan gerakan-gerakan spontan yang menstimulasi otot dan sistem sarafnya. Ketika lahir, gerakan ini tetap terjadi karena beberapa alasan penting:
<h3>1. Merangsang Fungsi Tubuh Bayi</h3>
Saat bayi ngulet, mereka sebenarnya sedang membantu tubuhnya melakukan fungsi-fungsi penting seperti:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Melancarkan pencernaan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengeluarkan gas dari perut</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Merangsang pergerakan usus agar BAB lebih mudah</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Melenturkan otot-otot yang kaku pasca kelahiran</li>
</ul>
Bayi belum bisa duduk, berdiri, atau berjalan, jadi ngulet adalah salah satu cara mereka membantu tubuhnya berfungsi optimal.
<h3>2. Adaptasi Otot dan Sendi Setelah Lahir</h3>
Saat proses persalinan, bayi bisa mengalami tekanan pada bagian tubuh tertentu, seperti leher atau kepala. Hal ini bisa membuat otot menjadi kaku. Ngulet menjadi cara alami bayi untuk "meregangkan" bagian tubuh tersebut, mirip seperti kita melakukan stretching saat bangun tidur.
<h3>3. Tanda Bahwa Bayi Sedang Nyaman (Atau Tidak Nyaman)</h3>
Menurut Dr. J. Evans, seorang dokter osteopatik, ada dua panduan penting dalam menilai ngulet bayi:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Jika bayi tampak senang dan tenang saat ngulet, maka itu bagian dari perkembangan normal.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Jika bayi menangis dan terlihat kesakitan, bisa jadi ada masalah seperti gas yang terperangkap, konstipasi, atau refluks. </li>
</ul>
<h2>Ngulet dan Masalah Pencernaan</h2>
Masalah pencernaan adalah penyebab paling umum kenapa bayi sering ngulet, terutama disertai tangisan, mengerutkan wajah, atau mengangkat lutut ke dada. Beberapa kondisi yang bisa menjadi pemicunya antara lain:
<h3>1. Gas dan Kembung</h3>
Bayi yang baru lahir sering menelan udara saat menyusu. Jika udara ini tidak segera keluar sebagai sendawa, bisa menyebabkan kembung. Bayi akan mencoba mengeluarkan gas ini dengan menggeliat dan mengangkat kakinya.
<h3>2. Refluks atau Kolik</h3>
Bayi dengan refluks akan merasa tidak nyaman karena isi lambung naik ke kerongkongan. Gejalanya bisa meliputi:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sering ngulet sambil melengkungkan punggung ke belakang</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menangis keras, terutama setelah makan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Groaning atau mengerang dalam waktu lama</li>
</ul>
Kolik juga menyebabkan bayi rewel dan menangis lama tanpa sebab jelas. Ngulet bisa menjadi ekspresi ketidaknyamanan akibat tekanan di perut.
<h2>Tanda-tanda Ngulet yang Perlu Diwaspadai</h2>
Ngulet biasanya tidak berbahaya, tapi AyBun harus waspada jika melihat tanda-tanda berikut:
<table>
<tbody>
<tr>
<td>
Tanda
</td>
<td>
Penjelasan
</td>
</tr>
<tr>
<td>
Bayi menangis terus saat ngulet
</td>
<td>
Bisa jadi ada nyeri atau gangguan pencernaan
</td>
</tr>
<tr>
<td>
Tidak bisa tidur nyenyak dan selalu gelisah
</td>
<td>
Tanda adanya ketidaknyamanan
</td>
</tr>
<tr>
<td>
Ngulet disertai demam atau tidak mau menyusu
</td>
<td>
Harus segera diperiksakan ke dokter
</td>
</tr>
<tr>
<td>
Bayi tidak BAB atau buang angin selama lebih dari 1 hari
</td>
<td>
Bisa jadi konstipasi atau obstruksi usus ringan
</td>
</tr>
</tbody>
</table>
<h2>Manfaat Membantu Bayi Ngulet</h2>
Tahukah AyBun? Membantu bayi melakukan gerakan stretching bisa sangat bermanfaat! Dengan bimbingan dan teknik yang benar, ini bisa membantu:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Meredakan nyeri perut karena gas</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Melancarkan BAB</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mencegah kepala peyang (flat head syndrome)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menenangkan bayi yang sedang rewel</li>
</ul>
AyBun bisa belajar teknik stretching bayi yang aman melalui video tutorial. Dengan cara ini, AyBun bisa membantu si Kecil merasa lebih nyaman setiap hari.
<h2>Kapan Harus ke Dokter?</h2>
Jika ngulet disertai dengan gejala berikut, sebaiknya segera periksakan bayi ke dokter:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bayi sangat lemas, tidak aktif</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak mau menyusu sama sekali</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Demam tinggi</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak pipis dalam 6-8 jam</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menangis terus-menerus lebih dari 3 jam sehari selama lebih dari 3 hari berturut-turut</li>
</ul>
Ingat, menangis itu normal, tapi bayi yang diam, lemah, dan tidak responsif justru lebih mengkhawatirkan.
<h2>Kesimpulan</h2>
Ngulet adalah bagian alami dari pertumbuhan dan perkembangan bayi. Tapi sebagai orang tua, penting untuk memahami kapan gerakan ini merupakan tanda bahwa si Kecil sedang merasa tidak nyaman.
Dengan memahami penyebab umum bayi sering ngulet, seperti pencernaan yang belum sempurna, gas, hingga kolik, AyBun bisa mengambil langkah yang tepat untuk membantu. Apalagi dengan teknik stretching yang tepat, banyak masalah bisa dicegah dan diredakan di rumah.
Tetap peka terhadap tanda-tanda yang menunjukkan bayi benar-benar sakit, dan jangan ragu untuk meminta bantuan medis saat dibutuhkan. Karena pada akhirnya, kesehatan dan kenyamanan si Kecil adalah prioritas utama.

Kenapa Bayi Sering Ngulet? Ini yang Perlu AyBun Ketahui!

Jangan anggap sepele perilaku bullying yang dilakukan karenan dapat menyebabkan seseorang sakit hati, atau korban melakukan tindak berbahaya bahkan sampai melakukan kegiatan mengakhiri hidup. Untuk mencegah hal tersebut Ayah Bunda perlu menerapkan pengasuhan yang tidak menerapkan ini, simak selengkapnya!

Berita

Beberapa hari lalu, masyarakat dikejutkan oleh salah satu siswa SD asal Banyuwangi yang gantung diri lantaran diduga kerap mengalami perundungan atau bullying dari teman-temannya.
Korban diduga mendapatkan perundungan di sekolah dan tempatnya mengaji karena tak memiliki ayah. Bapaknya meninggal setahun yang lalu dan adanya keterangan dari pihak keluarga jika sepulang sekolah ia seringkali mengurung diri.&nbsp;
Peristiwa diatas mengingatkan sekali lagi untuk tidak menyepelekan bullying serta peran kita sebagai orang tua karena ada beberapa hal yang berpotensi membuat anak menjadi rentan sebagai pelaku bullying, termasuk :
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menjadi korban bully di rumah</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kurang perhatian dari orang tua</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ada pengaruh negatif lingkungan sekitar</li>
</ul>
Lalu, sebagai orang tua Ayah Bunda perlu melakukan apa?
<h2>6 Hal untuk Cegah Bullying saat Mengasuh Anak</h2>
<h3>1. Hentikan Paparan Kekerasan dalam Bentuk Apapun</h3>
Pastikan anak tidak &lsquo;dibiarkan&rsquo; terpapar baik tindakan kekerasan verbal maupun non verbal, secara langsung dan tidak langsung. Agar ia tidak /bukannya malah belajar dan mengira bahwa kekerasan itu wajar dan diperbolehkan.
<h3>2. Ajarkan Untuk Saling Menghargai</h3>
Ayah Bunda bisa mencontohkan cara berhubungan dengan orang lain yang non-agresif dan penuh rasa hormat.
Misal:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Biasakan untuk bergantian saat berbicara</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Dengarkan orang lain saat menyampaikan pendapat</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengendalikan volume suara dan memilih kata-kata yang dilontarkan ke orang lain, terutama ketika merasa marah atau kesal</li>
</ul>
<h3>3. Hindari Melabeli Anak</h3>
Walaupun anak umumnya menunjukkan perilaku yang tidak akseptabel, hindari menyematkan dan mengulangi label tersebut ke anak karena akan mempengaruhi cara anak melihat dirinya sendiri dan ia cenderung mengulangi perilaku tersebut karena merasa:
'Oh aku kan nakal...Jadi aku akan...'
&ldquo;Si Kakak memang kasar!&rdquo;
&ldquo;Kakak bandel banget&rdquo;
<h3>4. Fokus bantu anak mengubah perilaku</h3>
Aybun bisa menggunakan berbagai media dan cara untuk mendukung perubahan perilaku anak. Bacakan anak buku, ajak anak diskusi dan sampaikan alternatif, serta ajak ia latihan di rumah dengan bermain peran, termasuk berlatih minta maaf jika telah mem-bully orang lain&nbsp;
&ldquo;Maaf ya teman aku sudah mendorongmu..&rdquo;
<h3>5. Jangan Sepelekan Hal Kecil</h3>
Walaupun bisa jadi anak awalnya tidak mengerti, mohon tidak sepelekan ataupun abaikan dengan dalil &lsquo;nanti ia juga tahu sendiri&rsquo; atau &lsquo;namanya juga anak-anak&rsquo;. Penting mengingat bahwa banyak keterampilan sosial perlu dilatih/dibiasakan.
&ldquo;Namanya juga anak-anak&rdquo;&nbsp;
<h3>6. Contohkan Anak dengan &ldquo;Jika Aku Menjadi Dia&rdquo;</h3>
Coba dorong anak mengenal dampak dari perilaku dengan &ldquo;memposisikan diri&rdquo;
"Coba bayangkan, apa yang kakak rasakan jika kakak dipukul oleh &hellip;&rdquo;
&ldquo;Dik, temanmu bisa kesakitan dan terluka jika kamu &hellip;&rdquo;
Selain itu, Ayah Bunda bisa memastikan dan peka dengan segera tangani jika anak menunjukkan tanda&hellip;
Korban bullying:&nbsp;
<ul>
<li>Kehilangan keinginan untuk beraktivitas</li>
<li>Mogok sekolah</li>
<li>Menarik diri</li>
</ul>
Pelaku bullying :
<ul>
<li>Sulit kendalikan amarah&nbsp;</li>
<li>Menunjukkan keinginan mendominasi</li>
<li>Kerap menyalahkan orang lain</li>
</ul>
Yuk, ciptakan lingkungan keluarga yang mendukung, akan membantu mendidik anak untukmenjadi pribadi yang baik, toleransi, dan senang berbuat baik kepada siapapun. Sehingga mencegah adanya kasus-kasus seperti di atas.
Unduh sekarang dan gunakan aplikasi Tentang Anak untuk pantau perkembangan si Kecil sesuai usia!
Foto: Rodnae/Pexels
Sumber:
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20230302144237-20-919906/siswa-sd-banyuwangi-bunuh-diri-diduga-sering-diolok-karena-anak-yatim
https://www.verywellfamily.com/signs-of-bullying-621041
Parental Characteristics Associated With Bullying Perpetration in US Children Aged 10 to 17 Years | AJPH | Vol. 102 Issue 12 (aphapublications.org)
How to talk to your children about bullying | UNICEF

Siswa SD B*nuh Diri Diduga Sering Di-bully, Jangan Terapkan Ini pada Pengasuhan Anak

Manfaat Beraktivitas Fisik Tanpa Alas Kaki untuk Anak

Nyeker bikin sehat? Cari tahu manfaat luar biasa dari aktivitas fisik tanpa alas kaki untuk anak usia 6-10 tahun, berdasarkan studi ilmiah!

Jangan takut kotor, AyBun! Ternyata, membiarkan si Kecil beraktivitas tanpa alas kaki alias "nyeker" bisa membawa banyak manfaat kesehatan, lho!
Sebuah studi dari Frontiers in Pediatrics (2018) membuktikan bahwa anak-anak yang bertelanjang kaki punya skor keseimbangan lebih baik dan kemampuan melompat lebih tinggi dibandingkan yang selalu memakai sepatu.
Terutama untuk anak usia 6&ndash;10 tahun, kebiasaan ini penting untuk mendukung perkembangan motorik kasar dan sensorik mereka. Yuk, kita bahas lebih dalam manfaat nyeker untuk si Kecil!
<h2 class="" data-start="2924" data-end="2978">Mengapa Anak Perlu Beraktivitas Tanpa Alas Kaki?</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/67f78b81-77c23141-3112-4e14-a791-4325a6bb021b.jpg" />
<h3 class="" data-start="2980" data-end="3026">1. Dukungan untuk Perkembangan Alami Kaki</h3>
Pada usia 0&ndash;2 tahun, bertelanjang kaki sebanyak mungkin bisa membantu pembentukan struktur kaki secara alami. Ini penting agar otot-otot kecil di kaki berkembang optimal, memperkuat fondasi tubuh si Kecil untuk bergerak lebih bebas.
<h3 class="" data-start="3262" data-end="3300">2. Peningkatan Keseimbangan Tubuh</h3>
Bertelanjang kaki meningkatkan koneksi otak terhadap gerakan tubuh, membuat anak lebih cepat belajar menjaga keseimbangan.
Studi menunjukkan, anak yang sering nyeker memiliki skor keseimbangan lebih tinggi dibanding yang selalu memakai sepatu.
<h3 class="" data-start="3547" data-end="3604">3. Penguatan Motorik Kasar dan Keterampilan Melompat</h3>
Motorik kasar seperti berlari dan melompat berkembang lebih baik saat anak bebas menggunakan otot-otot kakinya tanpa batasan sepatu. Hasilnya? Anak jadi lebih cekatan dan berani mencoba berbagai gerakan fisik.
<h2 class="" data-start="3822" data-end="3871">Studi Ilmiah: Kaki Telanjang vs. Bersepatu</h2>
Penelitian oleh Zech dkk. (2018) menemukan bahwa anak-anak yang tumbuh bertelanjang kaki memiliki kemampuan motorik seperti keseimbangan dan lompat jauh lebih baik dibandingkan teman sebaya yang memakai sepatu terus-menerus.
Manfaat nyeker paling besar dirasakan pada anak usia 6&ndash;10 tahun, masa penting untuk membangun keterampilan motorik dasar yang akan dibutuhkan sepanjang hidup.
<h2 class="" data-start="4379" data-end="4425">Manfaat Sensorik dari Bertelanjang Kaki</h2>
Tanpa alas kaki, kulit di telapak kaki langsung menerima berbagai sensasi dari permukaan tanah, seperti keras, lembut, atau kasar. Ini melatih otak anak untuk cepat beradaptasi.
Dengan bertelanjang kaki, refleks dan koordinasi tubuh si Kecil menjadi lebih terasah. Mereka lebih cepat merespons perubahan permukaan, sehingga mengurangi risiko jatuh.
<h2 class="" data-start="4870" data-end="4915">Tips Aman Beraktivitas Tanpa Alas Kaki</h2>
<h3 class="" data-start="4917" data-end="4959">1. Hindari Permukaan Panas atau Kasar</h3>
Pastikan si Kecil tidak berjalan di atas permukaan yang panas atau kasar, seperti aspal panas atau jalan berbatu.
<h3 class="" data-start="5076" data-end="5116">2. Perhatikan Kebersihan Lingkungan</h3>
Lingkungan tempat bermain harus bersih dan bebas dari potensi bahaya seperti pecahan kaca atau sampah tajam.
<h3 class="" data-start="5228" data-end="5273">3. Cegah Infeksi dengan Kebiasaan Bersih</h3>
Ajarkan anak untuk mencuci tangan dan kaki dengan sabun setelah bermain tanpa alas kaki agar terhindar dari infeksi kulit atau parasit.
<h2 class="" data-start="5417" data-end="5458">Kapan Tetap Harus Pakai Alas Kaki?</h2>
<h3 class="" data-start="5460" data-end="5501">1. Area dengan Risiko Cacing Tambang</h3>
Waspada ya, AyBun! Gunakan alas kaki saat anak bermain di tempat yang tampak kotor atau mungkin terkontaminasi kotoran hewan untuk menghindari risiko infeksi cacing tambang.
<h3 class="" data-start="5678" data-end="5725">2. Pentingnya Alas Kaki yang Sesuai Ukuran</h3>
Jika si Kecil harus memakai alas kaki, pastikan ukurannya pas dan tidak terlalu ketat agar tetap nyaman dan mendukung pertumbuhan kaki.
<h2 class="" data-start="6820" data-end="6837">Kesimpulan</h2>
Membiarkan anak beraktivitas tanpa alas kaki memiliki banyak manfaat, mulai dari meningkatkan keseimbangan, keterampilan motorik kasar, hingga memperkuat umpan balik sensorik.
Studi ilmiah membuktikan bahwa anak usia 6&ndash;10 tahun yang sering bertelanjang kaki menunjukkan perkembangan fisik yang lebih baik.
Namun, AyBun tetap perlu memperhatikan lingkungan dan menjaga kebersihan si Kecil. Yuk, dukung perkembangan motorik si Kecil dengan bijak, dan jangan takut kotor!

Nyeker Bikin Sehat? Ini Manfaat Beraktivitas Fisik Tanpa Alas Kaki untuk Anak!


Cegah risiko bakteri dan jamur pada botol susu anak! Ketahui frekuensi aman mencuci botol serta tips deep cleaning agar si kecil terhindar dari masalah kesehatan.

Apakah AyBun sering melihat bercak hitam atau bau tak sedap pada botol si kecil? Hal ini bisa jadi tanda bahwa jamur dan bakteri sudah menumpuk!&nbsp;
Botol minum yang sering dipakai ulang, apalagi diisi minuman manis, bisa meningkatkan risiko penyakit pencernaan.
Yuk, simak cara dan frekuensi mencuci botol anak yang aman agar si kecil tetap sehat!
<h2>Rutin Cuci Setiap Hari Setelah Digunakan</h2>
Setelah botol digunakan, segera cuci menggunakan air dan sabun. Hal ini berlaku baik untuk botol susu maupun botol minum biasa, agar sisa cairan tidak menimbulkan bakteri.
<h3>Tips Mencuci Botol Minum:</h3>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pisahkan semua bagian botol (tutup, sedotan, dan lainnya) agar setiap sudut dapat dibersihkan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Gunakan sikat kecil untuk menjangkau area yang sulit seperti sela-sela tutup dan sedotan.</li>
</ul>
<h2>Apakah Cukup Mencuci Botol Minum Hanya dengan Air?</h2>
Jangan abaikan, AyBun! Meskipun botol hanya diisi air mineral, tetap harus dicuci setiap hari. Lingkungan lembap bisa memicu pertumbuhan bakteri dan jamur, meski terlihat bersih.
Ini juga berlaku untuk botol Ayah dan Bunda, ya! Botol yang tidak dicuci dengan baik bisa menjadi sumber bakteri berbahaya dan menyebabkan masalah pencernaan seperti mual dan diare.
<h3>Risiko Jika Botol Tidak Dicuci Rutin</h3>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bakteri dari mulut atau lingkungan luar bisa menempel, meski sebagian besar tidak berbahaya.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Jamur yang tumbuh bisa memicu iritasi mata, hidung, atau paru, terutama bagi yang punya alergi atau asma.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Meski risiko infeksi tidak selalu terjadi, lebih baik mencegah dengan menjaga kebersihan botol.</li>
</ul>
<h3>Tips Mencuci Botol dengan Benar:</h3>
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Cuci setiap hari dengan sabun dan air, pisahkan setiap bagian.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Deep cleaning seminggu sekali: rendam botol dengan air hangat dan baking soda semalaman, lalu bilas hingga bersih.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Keringkan dengan benar agar tidak lembap dan berjamur.</li>
</ol>
<h2>Deep Cleaning Setiap Minggu</h2>
Membersihkan botol secara rutin setiap hari sudah baik, tapi deep cleaning (pembersihan menyeluruh) seminggu sekali akan lebih optimal.&nbsp;
Hal ini membantu menghilangkan sisa kotoran yang mungkin terlewat.
<h3>Langkah-langkah Deep Cleaning:</h3>
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Siapkan air hangat dan masukkan 2-4 sendok teh baking soda ke dalam botol.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kocok botol hingga baking soda larut, lalu biarkan semalaman.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Esok harinya, buang airnya dan bilas dengan air bersih.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Keringkan dengan tutup yang terpisah agar tidak lembap dan berjamur.</li>
</ol>
Baca juga: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=2022">10 Rekomendasi Botol Minum Anak Bebas BPA dan Tips Memilih Botol Minum yang Aman</a>
<h2>Kesimpulan</h2>
Menjaga kebersihan botol bukan hanya soal estetika, tapi juga langkah penting untuk mencegah risiko kesehatan bagi si kecil dan keluarga.&nbsp;
Dengan mencuci botol setiap hari dan melakukan deep cleaning secara rutin, AyBun dapat memastikan botol bebas dari bakteri dan jamur.&nbsp;
Yuk, biasakan menjaga kebersihan botol agar si kecil tetap sehat dan nyaman!

Ketahui Frekuensi Aman & Terbaik untuk Mencuci Botol Anak

Sudah Minum Susu & Makan Bergizi tapi Anak Masih Pendek?

Sudah berikan susu dan makanan bergizi, tapi anak masih pendek? Ketahui penyebabnya dan solusi untuk mendukung pertumbuhan tinggi badan optimal si Kecil di sini!

AyBun, sudah rutin memberikan susu dan makanan bergizi, tapi tinggi badan si Kecil belum sesuai harapan?&nbsp;
Jangan khawatir, ternyata ada beberapa faktor yang sering luput dari perhatian yang bisa mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan anak.&nbsp;
Selain faktor genetik, asupan protein hewani, dan aktivitas fisik, ada dua hal penting yang perlu AyBun perhatikan. Simak penjelasannya berikut ini!
<h2>1. Pilih Susu Sapi atau Susu Formula?</h2>
Apakah AyBun sudah memilih jenis susu yang tepat untuk si Kecil?&nbsp;
Berdasarkan penelitian yang melibatkan 1.000 anak, ditemukan bahwa anak yang rutin mengonsumsi susu sapi mengalami peningkatan tinggi badan yang lebih baik dan cepat dibandingkan dengan anak yang minum susu formula.
Kenapa begitu? Susu formula dan susu sapi yang diberi rasa tambahan umumnya mengandung gula yang tinggi.&nbsp;
Gula ini bisa membuat anak tumbuh ke samping, bukan ke atas, yang berarti berat badan anak bertambah, tetapi tinggi badannya tidak meningkat secara optimal.
Perlu diingat, pemberian susu formula sebenarnya tidak wajib jika tumbuh kembang anak sudah sesuai dengan usianya.&nbsp;
Jadi, jika AyBun ingin mendukung pertumbuhan tinggi badan si Kecil, susu sapi murni bisa menjadi pilihan yang lebih baik.&nbsp;
Namun, pastikan konsumsinya sesuai dengan anjuran dokter spesialis anak.
Baca juga: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=1990">Susu Formula dan Susu Hewani, Mana yang Lebih Baik?</a>
<h2>2. Pentingnya Kadar Vitamin D dalam Tubuh</h2>
Susu yang cukup saja tidak cukup!&nbsp; Vitamin D memegang peran penting dalam penyerapan kalsium, yang merupakan nutrisi utama untuk pertumbuhan tulang.&nbsp;
Tanpa kadar vitamin D yang memadai, kalsium dari susu yang diminum si Kecil tidak akan terserap dengan baik, sehingga pertumbuhan tinggi badan bisa terhambat.
Untuk memastikan anak mendapatkan cukup vitamin D, pastikan si Kecil terpapar sinar matahari pagi secara rutin dan konsumsi makanan yang kaya akan vitamin D, seperti ikan berlemak, kuning telur, dan produk olahan susu yang diperkaya vitamin D.
<h2>Kesimpulan</h2>
Untuk memastikan si Kecil tumbuh dengan tinggi badan yang optimal, AyBun perlu memperhatikan tidak hanya asupan susu dan makanan bergizi, tetapi juga jenis susu yang diberikan dan kadar vitamin D dalam tubuh anak.&nbsp;
Memilih susu sapi murni dan memastikan anak mendapatkan cukup vitamin D bisa menjadi langkah yang tepat untuk mendukung pertumbuhan tinggi badannya.
Dengan memperhatikan faktor-faktor ini, AyBun bisa lebih percaya diri dalam memberikan yang terbaik untuk tumbuh kembang si Kecil. Semangat terus ya, AyBun!

Video: Sudah Minum Susu & Makan Bergizi tapi Anak Masih Pendek?

Perjalanan jauh saat Lebaran bisa mengganggu pola tidur bayi. Pelajari penyebab dan solusi praktis untuk membantu si kecil kembali tidur nyenyak setelah bepergian.

Musim Lebaran adalah momen yang penuh kebahagiaan. Banyak keluarga melakukan perjalanan jauh untuk mudik, berkumpul dengan sanak saudara, atau sekadar menikmati liburan. Namun, bagi AyBun yang memiliki bayi, perjalanan panjang dan perubahan rutinitas seringkali berdampak pada pola tidur si kecil.
Bayi yang biasanya tidur nyenyak di rumah bisa menjadi sulit tidur setelah bepergian. Ini bisa terjadi karena perubahan lingkungan, jadwal tidur yang bergeser, hingga kelelahan akibat perjalanan jauh. Jika si kecil mengalami gangguan tidur setelah pulang dari perjalanan Lebaran, jangan khawatir!&nbsp;
Artikel ini akan membahas penyebab dan solusi praktis untuk membantu bayi kembali ke pola tidurnya yang normal.
<h2>Mengapa Bayi Sulit Tidur Setelah Perjalanan Jauh?</h2>
Sebelum membahas cara mengatasinya, penting untuk memahami penyebab utama bayi sulit tidur setelah bepergian:
<h3>1. Perubahan Lingkungan Tidur</h3>
Saat mudik atau liburan, bayi mungkin tidur di tempat tidur yang berbeda, berbagi kamar dengan orang tua, atau tidur di kereta/mobil selama perjalanan. Perubahan ini bisa membuatnya sulit beradaptasi saat kembali ke rumah.
<h3>2. Pola Tidur yang Berantakan</h3>
Selama Lebaran, jadwal tidur bayi seringkali terganggu karena banyaknya aktivitas, kunjungan ke rumah saudara, serta waktu tidur siang yang terlewat. Akibatnya, bayi bisa mengalami kesulitan tidur nyenyak di malam hari.
<h3>3. Kelelahan dan Overstimulasi</h3>
Mudik seringkali melibatkan perjalanan panjang, bertemu banyak orang, dan lingkungan yang ramai. Ini dapat menyebabkan overstimulasi pada bayi, membuatnya sulit untuk menenangkan diri dan tidur dengan nyenyak.
<h3>4. Jet Lag (Jika Bepergian ke Zona Waktu Berbeda)</h3>
Jika AyBun melakukan perjalanan ke tempat dengan perbedaan zona waktu yang signifikan, bayi mungkin mengalami jet lag. Jam biologisnya butuh waktu untuk menyesuaikan diri dengan zona waktu baru saat kembali ke rumah.
<h3>5. Perubahan Kebiasaan Tidur</h3>
Saat bepergian, bayi mungkin terbiasa tidur dengan cara berbeda, misalnya lebih sering digendong, ditidurkan di stroller, atau menyusu lebih sering. Setelah kembali ke rumah, bayi bisa sulit tidur sendiri tanpa bantuan tersebut.
Baca Juga: <a href="https://tentanganak.com/artikel/bayi-baru-lahir-boleh-dibawa-mudik/">Bayi Baru Lahir Boleh Dibawa Mudik? Ini yang Harus AyBun Pertimbangkan!</a>
<h2>Cara Mengembalikan Pola Tidur Bayi setelah Perjalanan Jauh</h2>
Untuk membantu bayi kembali tidur nyenyak setelah perjalanan jauh, coba beberapa tips berikut:
<h3>1. Kembali ke Rutinitas Tidur Seperti Sebelumnya</h3>
Setelah kembali ke rumah, sebaiknya segera mengembalikan rutinitas tidur bayi seperti sebelum bepergian. Jika biasanya bayi tidur setelah mandi, dipijat, dan mendengar lagu pengantar tidur, lakukan rutinitas ini kembali agar ia merasa nyaman dan familiar.
<h3>2. Berikan Waktu untuk Beradaptasi</h3>
Jangan khawatir jika bayi tidak langsung kembali ke jadwal tidurnya. Butuh beberapa hari untuk menyesuaikan diri. Bersabarlah dan bantu bayi dengan menciptakan suasana tidur yang nyaman dan tenang.
<h3>3. Pastikan Bayi Tidak Terlalu Lelah</h3>
Jika bayi tampak sangat lelah, jangan biarkan ia terjaga terlalu lama. Cobalah menidurkannya lebih awal atau memberikan waktu tidur siang tambahan agar ia tidak mengalami kelelahan berlebih (overtired), yang justru bisa membuatnya lebih sulit tidur.
<h3>4. Gunakan Cahaya Alami untuk Menyesuaikan Jam Biologis</h3>
Cahaya alami sangat membantu dalam mengatur ulang jam tidur bayi, terutama jika ia mengalami jet lag. Paparkan bayi pada cahaya matahari di pagi dan siang hari, serta redupkan lampu menjelang waktu tidur malam untuk membantu tubuhnya mengenali waktu tidur.
<h3>5. Hindari Stimulasi Berlebihan Sebelum Tidur</h3>
Bayi yang terlalu banyak bermain atau bertemu banyak orang sebelum tidur bisa menjadi sulit tidur karena overstimulasi. Ciptakan suasana yang tenang menjelang tidur, misalnya dengan mengurangi kebisingan, menyalakan lampu tidur yang redup, dan mengajak bayi bersantai.
<h3>6. Beri Kenyamanan di Tempat Tidur</h3>
Pastikan kamar bayi nyaman dengan suhu yang sejuk, pakaian tidur yang nyaman, dan suasana yang tidak terlalu terang. Jika bayi terbiasa tidur dengan benda tertentu, seperti selimut atau boneka favorit, berikan agar ia merasa lebih aman dan nyaman.
<h3>7. Kurangi Ketergantungan pada Kebiasaan Tidur Saat Perjalanan</h3>
Jika selama perjalanan bayi sering tidur dengan cara digendong, disusui, atau didorong dalam stroller, coba perlahan kembali ke cara tidur yang biasa di rumah. AyBun bisa melakukannya secara bertahap, misalnya dengan mengurangi durasi menggendong sebelum menidurkan bayi.
<h3>8. Bersikap Konsisten dan Sabar</h3>
Mengembalikan jadwal tidur bayi setelah perjalanan membutuhkan waktu dan kesabaran. Tetaplah konsisten dengan rutinitas dan aturan tidur yang telah diterapkan sebelumnya.
<h3>9. Berikan Dukungan Emosional</h3>
Bayi mungkin merasa tidak nyaman atau mengalami kecemasan setelah bepergian. Berikan pelukan, belaian, dan kata-kata lembut untuk menenangkannya sebelum tidur.
<h2>Kesimpulan</h2>
Perjalanan jauh selama musim Lebaran memang bisa mengganggu pola tidur bayi, tetapi dengan langkah yang tepat, AyBun bisa membantu si kecil kembali ke rutinitas tidurnya yang normal.&nbsp;
Kembali ke jadwal tidur yang konsisten, memberikan lingkungan tidur yang nyaman, serta menghindari stimulasi berlebih sebelum tidur adalah beberapa kunci utama agar bayi bisa tidur nyenyak setelah bepergian.
Ingatlah bahwa adaptasi butuh waktu, jadi bersabarlah dan tetap tenang. Dengan pendekatan yang tepat, bayi akan kembali tidur nyenyak dan AyBun pun bisa menikmati istirahat dengan lebih baik setelah perjalanan panjang.

Bayi Susah Tidur Setelah Perjalanan Jauh? Ini Cara Mengatasinya!

Anak memiliki gigi susu bolong? Jangan dianggap remeh, lho, AyBun! Kesehatan gigi susunya, sama penting seperti gigi dewasa. Cek di sini, yuk!

Gigi susu bolong mungkin tampak tidak terlalu penting bagi sebagian AyBun, karena pada akhirnya gigi susu akan lepas sendiri.
Namun, <a href="https://tentanganak.com/artikel/gigi-anak-mulai-keropos-kenali-penyebab-cara-atasinya/">mengabaikan kesehatan gigi</a> susu bolong dapat menimbulkan berbagai masalah serius yang mempengaruhi kesehatan gigi tetap anak di masa depan.
Berikut penjelasan tentang dampak dari membiarkan gigi susu bolong tanpa perawatan yang tepat.
<h2>Mengapa Gigi Susu Bolong Perlu Diperhatikan?</h2>
Gigi susu memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan gigi tetap anak. Gigi susu yang sehat tidak hanya membantu anak dalam berbicara dan mengunyah, tetapi juga mempengaruhi pertumbuhan dan penataan gigi tetap.
Jika gigi susu bolong dan tidak dirawat, gigi tetap bisa terganggu pertumbuhannya, bahkan menyebabkan masalah serius seperti infeksi atau gangguan pengunyahan.
Baca Juga: <a href="https://tentanganak.com/artikel/merawat-gigi-pertama-bayi/">Pentingnya Merawat Gigi Pertama Bayi: Panduan dan Tips</a>
<h2>Gigi Susu Bolong Apakah Harus Dicabut?</h2>
Banyak orang tua yang bertanya, &ldquo;Jika gigi susu bolong, apakah harus dicabut?&rdquo; Jawabannya tergantung pada tingkat kerusakan gigi susu tersebut.
Jika kerusakan masih dalam tahap awal, dokter gigi anak mungkin akan melakukan perawatan untuk menyelamatkan gigi susu.
Namun, jika kerusakan sudah parah dan menyebabkan rasa sakit atau infeksi, pencabutan gigi susu bisa menjadi pilihan. Pencabutan yang dilakukan terlalu dini juga bisa menyebabkan masalah baru, seperti pergeseran gigi di sekitarnya.
<h2>Dampak Mengabaikan Gigi Susu Bolong</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/675284c7-71947f18-4a0d-4a62-9219-b1731d6eac93.jpg" />
Jika gigi susu bolong dibiarkan tanpa perawatan, dampak buruk yang bisa terjadi meliputi:
<ol>
<li>
Penyebaran Karies <a href="https://tentanganak.com/artikel/perbedaan-karies-gigi-noda-hitam-gigi-anak/">Karies yang tidak ditangani</a> dapat berkembang lebih lanjut dan menyebabkan kerusakan parah pada gigi susu, bahkan bisa menginfeksi gigi tetap yang sedang tumbuh.
</li>
<li>
Pergeseran Gigi Sekitar Gigi di sekitar area gigi susu yang ompong dapat bergeser dan menyebabkan ruangan untuk gigi tetap menjadi sempit, yang bisa membuat gigi tetap tumbuh tidak beraturan.
</li>
<li>
Gangguan Pertumbuhan Gigi Tetap Jika gigi susu dicabut terlalu dini, benih gigi tetap bisa terganggu perkembangannya, menyebabkan <a href="https://tentanganak.com/artikel/3-kebiasaan-bikin-gigi-anak-tonggos/">pertumbuhan gigi tetap yang berantakan</a>.
</li>
<li>
Rasa Sakit dan Infeksi Gigi susu bolong yang dibiarkan tanpa perawatan dapat menyebabkan infeksi yang lebih serius, bahkan abses, yang dapat memengaruhi kesehatan umum anak.
</li>
</ol>
<h2>Tips Merawat Gigi Susu Agar Tidak Bolong</h2>
Untuk mencegah terjadinya gigi susu bolong, berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan orang tua:
<ul>
<li>
Sikat Gigi 2 Kali Sehari Mulailah sikat gigi anak sejak gigi pertama tumbuh, pagi dan malam sebelum tidur. Gunakan pasta gigi berfluoride dengan dosis yang tepat untuk usia anak.
</li>
<li>
Periksa Gigi Anak ke Dokter Gigi Bawa anak ke dokter gigi pertama kali saat gigi pertama tumbuh, dan lakukan kontrol setiap 6 bulan sekali untuk memastikan kesehatan gigi susu anak.
</li>
<li>
Batasi Konsumsi Makanan Manis Makanan dan minuman manis bisa mempercepat kerusakan gigi. Hindari memberi anak makanan manis setelah makan atau menjelang tidur.
</li>
<li>
Hindari Mengemut Makanan Mengemut makanan dapat memperpanjang waktu paparan gigi terhadap gula, yang meningkatkan risiko gigi susu bolong.
</li>
</ul>
<h2>Pengobatan Jika Gigi Susu Sudah Bolong</h2>
Jika gigi susu sudah bolong, perawatan seperti space maintainer atau pencabutan mungkin diperlukan, tergantung pada kondisi gigi tersebut.
Space maintainer adalah alat yang digunakan untuk menjaga ruang bagi gigi tetap tumbuh dengan benar setelah pencabutan gigi susu yang bolong.
<h2>Kesimpulan</h2>
Jangan anggap sepele jika gigi susu bolong. Gigi susu yang sehat sangat penting untuk&nbsp;<a href="https://tentanganak.com/artikel/pertumbuhan-gigi-bayi/"> perkembangan gigi </a>tetap dan kesehatan mulut anak secara keseluruhan.
Jika gigi susu sudah bolong, segera konsultasikan dengan dokter gigi anak untuk mendapatkan perawatan yang tepat dan mencegah masalah di masa depan.
Butuh informasi lebih lanjut atau memiliki pertanyaan seputar perawatan gigi anak? Jangan ragu untuk bertanya langsung kepada ahli kami melalui <a href="tentanganak://consult_list?type=consult_list">fitur Tanya Ahli</a> di aplikasi Tentang Anak!

Ini yang Terjadi pada Anak Jika Orang Tua Biarkan Gigi Susu Bolong!

Mengatur jadwal makan anak secara teratur membantu memenuhi kebutuhan nutrisi, membentuk kebiasaan makan sehat, serta mendukung tumbuh kembang optimal. Temukan manfaat dan tips efektif dalam artikel ini!

Memberikan anak pola makan yang teratur adalah salah satu kunci utama dalam menjaga kesehatannya. Jadwal makan yang konsisten tidak hanya membantu memenuhi kebutuhan nutrisi harian, tetapi juga membentuk kebiasaan makan yang baik sejak dini. Sayangnya, banyak orang tua yang masih mengabaikan pentingnya jadwal makan anak, sehingga sering kali anak menjadi susah makan atau memilih makanan yang kurang sehat.
Dengan jadwal makan yang terstruktur, anak akan lebih mudah mengembangkan pola makan seimbang, menjaga energi sepanjang hari, serta menghindari risiko obesitas atau gangguan pencernaan. Selain itu, kebiasaan makan yang teratur juga berdampak positif pada perkembangan kognitif dan emosional anak, karena mereka akan belajar memahami rasa lapar dan kenyang dengan lebih baik.
Lantas, bagaimana cara menerapkan jadwal makan yang baik untuk anak? Apa saja manfaat yang bisa diperoleh? Simak penjelasan lengkapnya dalam artikel ini!
<h2>Manfaat Mengatur Jadwal Makan Anak</h2>
Memberikan makanan kepada si kecil bukan hanya sekadar memenuhi kebutuhan nutrisi, tetapi juga bagian dari tumbuh kembang dan pembentukan kebiasaan baik.&nbsp;
Jadwal makan yang teratur memastikan anak mendapatkan asupan yang cukup serta membantu mereka mengenali rasa lapar dan kenyang secara alami.
Regulasi rasa lapar dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, sehingga penting bagi AyBun untuk membantu anak memahami sinyal tubuhnya. Lambung anak memiliki waktu pengosongan tertentu, sekitar 100 menit untuk makanan padat dan 75 menit untuk makanan cair.&nbsp;
Dengan mengikuti pola alami ini, anak akan terbiasa makan saat benar-benar lapar dan menghindari kebiasaan makan berlebihan atau melewatkan waktu makan penting. Selain memastikan gizi terpenuhi, pengaturan jadwal makan juga membentuk hubungan positif dengan makanan dan kebiasaan makan sehat sejak dini.
<h2>Jadwal Makan Anak yang Disarankan Menurut IDAI</h2>
Agar si kecil tetap berenergi dan tumbuh optimal, penting bagi AyBun untuk menerapkan jadwal makan yang teratur. Anak usia 1 hingga 3 tahun umumnya membutuhkan tiga kali makan utama dan dua hingga tiga camilan sehat setiap hari.&nbsp;
Mengingat ukuran lambung mereka yang masih kecil serta tingkat aktivitasnya yang tinggi, si kecil perlu makan setiap dua hingga tiga jam sekali untuk menjaga keseimbangan energi.
Berikut pola makan yang direkomendasikan untuk anak menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI):
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Makan utama sebanyak tiga kali sehari (pagi, siang, malam)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Camilan sehat sebanyak 2-3 kali sehari</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">ASI atau susu sekitar 2-3 kali sehari, untuk anak yang masih MPASI</li>
</ul>
Baca Juga: <a href="https://tentanganak.com/artikel/mengenalkan-makanan-bayi-sesuai-tingkatan-usia/">Mengenal Tahap Pengenalan Makanan Anak Sesuai Usia</a>
<h2>Tips Menjaga Jadwal Makan Anak agar Konsisten</h2>
<h3>1. Tetapkan waktu makan yang teratur</h3>
Pastikan makanan disajikan di waktu yang sama setiap hari agar anak terbiasa dan tidak mudah rewel karena kelaparan.
<h3>2. Sediakan aemilan pada waktu tertentu, bukan sesuai permintaan</h3>
Berikan camilan sehat di antara waktu makan utama, seperti di pertengahan pagi dan sore. Jika jeda antara makan cukup lama, bisa ditambahkan camilan ketiga, misalnya sebelum tidur jika anak sering tidur larut.
<h3>3. Biarkan anak makan sesuai kebutuhannya</h3>
Si kecil mungkin makan lebih banyak di satu waktu dan sedikit di waktu lainnya, atau bahkan melewatkan makan sesekali. Ini normal! Tugas AyBun adalah menyediakan makanan secara teratur, sementara anak menentukan seberapa banyak yang ingin dimakan.
<h3>4. Hindari kebiasaan makan sepanjang hari</h3>
Jika anak terbiasa ngemil tanpa jadwal, mereka bisa kehilangan rasa lapar saat makan utama. Pastikan jeda yang cukup antara camilan dan makanan utama agar anak tetap memiliki nafsu makan yang baik.
Dengan jadwal makan yang terstruktur, anak akan lebih mudah memahami kapan waktunya makan dan belajar mengenali rasa lapar serta kenyang secara alami. Ini tidak hanya mendukung kesehatan fisiknya, tetapi juga membangun kebiasaan makan yang sehat sejak dini!
<h2>Kesimpulan</h2>
Mengatur jadwal makan anak secara teratur mendukung tumbuh kembang optimal, membantu mereka mengenali rasa lapar dan kenyang, serta membentuk kebiasaan makan sehat. Jadwal yang konsisten menjaga energi anak, mencegah obesitas, dan mengurangi risiko gangguan pencernaan.&nbsp;
Selain itu, pola makan terstruktur juga berdampak positif pada perkembangan kognitif dan emosional anak, membuat mereka lebih tenang dan tidak mudah rewel. Oleh karena itu, AyBun perlu menetapkan waktu makan yang teratur, menyediakan camilan sehat, dan menghindari kebiasaan ngemil berlebihan.
Agar AyBun lebih mudah mengatur jadwal makan si kecil, gunakan fitur Feeding Tracker di aplikasi Tentang Anak.
Dengan begitu, AyBun bisa memastikan si kecil mendapatkan asupan nutrisi yang tepat di waktu yang sesuai. Yuk, mulai jadwalkan pola makan sehat untuk buah hati dengan lebih praktis dan teratur!
AyBun juga bisa menggunakan <a href="tentanganak://baby-tracker?type=feeding_tracker">Feeding Tracker</a> di aplikasi Tentang Anak untuk memantau jadwal makan si Kecil.

Pentingnya Set Jadwal Makan Anak agar Lebih Teratur

Ramadan adalah bulan penuh berkah dan kesempatan untuk memperdalam spiritualitas, solidaritas, serta memberikan kebaikan kepada sesama. Selama bulan ini, belanja menjadi bagian tak terpisahkan dari persiapan untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri. Namun, dengan harga barang-barang kebutuhan yang sering kali meningkat, belanja dapat menjadi pemicu stres finansial bagi banyak orang.

<div class="w-full text-token-text-primary" data-testid="conversation-turn-66">
<div class="px-4 py-2 justify-center text-base md:gap-6 m-auto">
<div class="flex flex-1 text-base mx-auto gap-3 md:px-5 lg:px-1 xl:px-5 md:max-w-3xl lg:max-w-[40rem] xl:max-w-[48rem] group">
<div class="relative flex w-full flex-col agent-turn">
<div class="flex-col gap-1 md:gap-3">
<div class="flex flex-grow flex-col max-w-full">
<div class="min-h-[20px] text-message flex flex-col items-start gap-3 whitespace-pre-wrap break-words [.text-message+&amp;]:mt-5 overflow-x-auto" data-message-author-role="assistant" data-message-id="6416963a-eddc-48d2-90ae-14e59bcf8c44">
<div class="markdown prose w-full break-words dark:prose-invert light">
Ramadan adalah bulan penuh berkah dan kesempatan untuk memperdalam spiritualitas, solidaritas, serta memberikan kebaikan kepada sesama. Selama bulan ini, belanja menjadi bagian tak terpisahkan dari persiapan untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri.&nbsp;
Namun, dengan harga barang-barang kebutuhan yang sering kali meningkat, belanja dapat menjadi pemicu stres finansial bagi banyak orang. Untuk membantu Ayah Bunda menghadapi tantangan ini, kami hadirkan beberapa tips praktis untuk belanja hemat saat Ramadan.
&nbsp;
<ol>
<li> Rencanakan Belanja Ayah Bunda</li>
</ol>
Sebelum Anda memasuki toko, penting untuk membuat daftar belanjaan yang terperinci. Tuliskan semua barang yang Ayah Bunda butuhkan dan prioritaskan berdasarkan kebutuhan utama. Dengan memiliki rencana belanja yang jelas, Ayah Bunda dapat menghindari membeli barang yang tidak perlu dan menghemat uang.
<ol start="2">
<li> Manfaatkan Diskon dan Promo</li>
</ol>
Jelang Ramadan, banyak toko dan pusat perbelanjaan menawarkan diskon dan promo khusus untuk menarik pelanggan. Manfaatkan kesempatan ini untuk mendapatkan barang-barang dengan harga yang lebih terjangkau. 
Tetapi, pastikan untuk tetap membandingkan harga dan kualitas produk sebelum membuat keputusan pembelian.
<ol start="3">
<li> Belanja Lebih Awal</li>
</ol>
Hindari berbelanja pada saat-saat terakhir menjelang berbuka puasa atau Idul Fitri. Selain berisiko mengalami keramaian dan kehabisan stok, harga barang juga cenderung naik menjelang hari-hari besar. 
Sebaiknya, lakukan belanja lebih awal untuk mendapatkan harga yang lebih baik dan menghindari kerumunan yang tidak perlu.
<ol start="4">
<li> Gunakan Poin Rewards atau Voucher</li>
</ol>
Jika Anda memiliki kartu loyalitas dari toko atau bank, manfaatkan poin rewards atau voucher yang telah Ayah Bunda kumpulkan untuk mendapatkan potongan harga atau hadiah tambahan. 
Ini adalah cara yang bagus untuk mengoptimalkan pengeluaran Ayah Bunda tanpa harus mengeluarkan uang tunai tambahan.
<ol start="5">
<li> Belanja secara Online</li>
</ol>
Belanja secara online dapat menjadi pilihan yang lebih praktis dan hemat waktu, terutama selama bulan Ramadan ketika waktu berharga. 
Selain itu, banyak situs e-commerce menawarkan diskon dan penawaran khusus selama periode ini. Pastikan untuk memeriksa ulasan produk dan reputasi penjual sebelum melakukan transaksi.
<ol start="6">
<li> Batasi Impulsif Buying</li>
</ol>
Hindari godaan untuk membeli barang-barang yang tidak perlu hanya karena tergoda oleh penampilan atau diskon yang menggiurkan. Berbelanja secara bijaksana dengan mempertimbangkan kebutuhan dan menahan diri dari impulif buying akan membantu Ayah Bunda mengontrol pengeluaran Anda dan menghindari pemborosan.
<ol start="7">
<li> Pertimbangkan Barang Alternatif</li>
</ol>
Jika harga barang tertentu terlalu tinggi selama Ramadan, pertimbangkan untuk mencari alternatif yang lebih terjangkau. Misalnya, Ayah Bunda bisa mencari bahan makanan lokal yang lebih murah daripada barang-barang impor atau menggantikan barang merk tertentu dengan merek generik yang lebih hemat.
<ol start="8">
<li> Tetapkan Batas Belanja</li>
</ol>
Sebelum Ayah Bunda pergi berbelanja, tentukan batas anggaran yang disiapkan untuk belanja Ramadan. Menetapkan batas ini akan membantu Ayah Bunda untuk tetap fokus pada kebutuhan utama dan mencegah dari kelebihan pengeluaran yang tidak terduga.
<ol start="9">
<li> Berbagi dengan Keluarga atau Tetangga</li>
</ol>
Saat membeli barang-barang dalam jumlah besar, pertimbangkan untuk berbagi dengan keluarga atau tetangga. Dengan membeli dalam jumlah yang lebih besar, Ayah Bunda dapat memanfaatkan harga grosir dan mendapatkan potongan harga yang lebih besar.
<ol start="10">
<li> Evaluasi Kembali Pengeluaran</li>
</ol>
Setelah bulan Ramadan berakhir, luangkan waktu untuk mengevaluasi kembali pengeluaran Ayah Bunda selama bulan puasa. Tinjau kembali daftar belanjaan dan identifikasi area di mana dapat melakukan penghematan lebih lanjut di masa mendatang.
Dengan menerapkan tips-tips praktis ini, Ayah Bunda dapat belanja dengan lebih bijak dan hemat selama bulan Ramadan. 
Ingatlah bahwa Ramadan bukanlah tentang seberapa banyak uang yang habiskan, tetapi lebih tentang kebaikan, kedermawanan, dan keberkahan yang Ayah Bunda bagikan kepada orang lain. 
Semoga bulan Ramadan ini membawa kebahagiaan, kedamaian, dan berkah bagi keluarga dan Ayah Bunda.
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>