Puasa adalah waktu yang istimewa bagi umat Muslim di mana mereka menahan diri dari makanan dan minuman dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Namun, menjaga kesehatan saat puasa menjadi tantangan tersendiri, terutama bagi para orang tua yang juga harus mengurus anak-anak mereka. Dalam artikel ini, kami akan memberikan tips yang

Kesehatan Anak

Puasa adalah waktu yang istimewa bagi umat Muslim di mana mereka menahan diri dari makanan dan minuman dari terbit fajar hingga terbenam matahari.&nbsp;
Namun, menjaga kesehatan saat puasa menjadi tantangan tersendiri, terutama bagi para orang tua yang juga harus mengurus anak-anak mereka.&nbsp;
Dalam artikel ini, kami akan memberikan tips yang berguna bagi orang tua untuk menjaga kesehatan mereka sendiri, sambil tetap merawat dan mengurus anak-anak dengan baik selama bulan Ramadan.
<h2>1. Perhatikan Gizi Seimbang</h2>
Penting untuk memastikan bahwa Anda dan anak-anak mendapatkan asupan gizi yang seimbang saat berbuka dan sahur. Pastikan makanan yang dikonsumsi kaya akan protein, karbohidrat kompleks, serat, vitamin, dan mineral. Pilihlah makanan yang rendah gula dan lemak jenuh, serta tinggi antioksidan.
<h2>2. Saat Berbuka, Konsumsi Makanan Ringan Terlebih Dahulu</h2>
Saat berbuka, hindari makan berlebihan atau minum air secara berlebihan sekaligus. Mulailah dengan makanan ringan seperti kurma atau buah segar, kemudian tunggu beberapa saat sebelum mengonsumsi makanan utama. Ini membantu tubuh untuk beradaptasi secara perlahan setelah berpuasa seharian.
<h2>3. Tetap Terhidrasi</h2>
Pastikan Anda dan anak-anak tetap terhidrasi selama bulan Ramadan. Minumlah air putih yang cukup saat sahur dan berbuka, serta hindari minuman bersoda atau berkafein yang dapat menyebabkan dehidrasi. Jika anak masih menyusui, pastikan untuk menyusui sesuai kebutuhan mereka.
<h2>4. Jaga Kesehatan Gigi</h2>
Makanan yang lengket atau manis saat sahur atau berbuka puasa dapat meningkatkan risiko kerusakan gigi. Pastikan untuk membersihkan gigi dengan menyikat gigi setelah sahur dan sebelum tidur malam. Juga, hindari makan camilan manis atau lengket secara berlebihan selama bulan Ramadan.
<h2>5. Perhatikan Waktu Istirahat yang Cukup</h2>
Ketika menjalani puasa dan mengurus anak-anak, pastikan Anda dan mereka mendapatkan waktu istirahat yang cukup. Jika memungkinkan, usahakan untuk tidur siang sejenak untuk mengisi energi dan mengurangi kelelahan. Hindari begadang atau aktivitas berat yang dapat menguras energi Anda.
<h2>6. Prioritaskan Aktivitas Fisik Ringan</h2>
Meskipun sedang berpuasa, tetaplah aktif secara fisik dalam batas kenyamanan Anda. Ajak anak-anak untuk melakukan aktivitas fisik ringan seperti jalan-jalan santai di sekitar lingkungan atau bermain di halaman rumah. Ini membantu menjaga kesehatan fisik dan mental Anda serta anak-anak.
<h2>7. Rencanakan Menu Makanan dengan Bijak</h2>
Selama bulan Ramadan, penting untuk merencanakan menu makanan dengan bijak untuk sahur dan berbuka. Pilihlah makanan yang mudah dicerna dan memberikan energi yang tahan lama. Buatlah menu yang beragam dan seimbang untuk memastikan asupan nutrisi yang cukup bagi Anda dan anak-anak.
<h2>8. Hindari Makanan Berlemak dan Berat saat Sahur</h2>
Saat sahur, hindari makanan berlemak atau berat yang dapat menyebabkan perut terasa kenyang dan lambat mencerna. Pilihlah makanan yang mudah dicerna seperti oatmeal, roti gandum, telur rebus, atau sayuran segar. Hindari makanan pedas atau berbumbu kuat yang dapat menyebabkan gangguan lambung.
<h2>9. Pantau Kesehatan Anak dengan Seksama</h2>
Selama bulan puasa, perhatikan kesehatan anak dengan lebih seksama. Pantau gejala dehidrasi, kelelahan, atau iritabilitas yang mungkin terjadi pada mereka. Jika anak terlihat tidak nyaman atau mengalami masalah kesehatan, segera konsultasikan dengan dokter.
<h2>10. Berbagi Tugas dengan Pasangan atau Keluarga Lain</h2>
Jika memungkinkan, bagilah tugas-tugas sehari-hari dengan pasangan atau anggota keluarga lainnya. Ini membantu mengurangi beban kerja Anda sebagai orang tua yang sedang berpuasa, sehingga Anda dapat fokus untuk merawat dan mengurus anak-anak dengan lebih baik.

Tips Jaga Kesehatan saat Berpuasa dan Mengasuh Anak

Anak sering mengurung diri di kamar? Apakah itu salah satu tanda bullying? Ketahui lebih lanjut di artikel ini.

Psikologi Anak

Parenting

Peristiwa adanya perundungan di usia anak-anak kerap kali terjadi, salah satunya yaitu perundungan di alami oleh seorang siswi sekolah dasar kelas 4, yang mana peristiwa tersebut disampaikan oleh ibunya di media sosial. Perundungan yang ia alami mulai dari ancaman, perlakukan kasar, seperti dic*kik oleh teman-temannya.
Perundungan atau yang disebut bullying ini menjadi momok anak usia sekolah. Sebagai orang tua bukanlah hal yang mudah untuk tahu apakah si Kecil menjadi korban bully &nbsp;atau tidak selain ia menceritakan dirinya atau berkomunikasi secara terbuka.
Bila Ayah Bunda berusaha mengetahui apa yang terjadi pada si Kecil terutama persoalan bullying ada beberapa tanda yang dapat diperhatikan melalui 6 hal di bawah ini.
<h2>6 Tanda Anak Di-Bully</h2>
<h3>1. Mogok sekolah</h3>
Biasanya anak yang selalu murung atau tidak senang ketika sekolah, bisa jadi ada yang yang kurang mengenakan terjadi pada si Kecil. Ayah Bunda bisa mulai menanyakan apa alasan si Kecil enggan berangkat ke Sekolah, apakah ia merasa tidak enak badan atau sakit.
<h3>2. Kehilangan keinginan untuk beraktivitas</h3>
Anak yang aktif kemudian beberapa waktu belakangan menjadi tidak bersemangat saat melakukan apapun baik di rumah maupun di sekolah, salah satu tanda ini memungkinkan si Kecil adanya perubahan kondisi yang ia alami.
<h3>3. Menangis tanpa sebab</h3>
Emosi yang tidak meluap saat anak kesal, bisa jadi akan keluar saat perasaan-perasaannya terpendam lama sehingga tanpa sadar anak menangis seolah tidak ada yang terjadi, kemudian ia benar-benar tercurahkan emosinya.
<h3>4. Mudah marah dan sensitif</h3>
Jika anak menunjukkan reaksi emosional mudah marah dan kesal saat diajak bicara tentang sekolah atau aktivitas lain yang ia ikuti, ini juga bisa menjadi tanda bahwa anak menyimpan kecemasan terhadap kegiatan-kegiatan tersebut.
<h3>5. Menarik diri&nbsp;</h3>
Bila seorang anak tidak secerewet seperti biasanya, mereka akan langsung pergi ke kamar setelah pulang sekolah, itu bisa menjadi tanda ada sesuatu yang tidak benar.
<h3>6. Ada memar atau luka fisik yang tidak dapat dijelaskan</h3>
Luka fisik yang nampak pada anak tentu salah satu tanda paling mudah terlihat yang segera Ayah Bunda harus waspadai dan komunikasikan dengan anak secara pelan-pelan, supaya ia mau menceritakan apa yang terjadi padanya sepulang sekolah atau kegiatan lain.
<h2>4 Cara Atasi Bullying</h2>
Berikut ini adalah yang bisa Ayah Bunda lakukan jika si Kecil mengalami perundungan atau bullying
<h3>1. Fokus dengarkan anak</h3>
Mendengarkan si Kecil&hellip; agar ia merasa didukung dan pastikan ia tahu itu bukan kesalahannya
Sebaiknya hindari mengatakan &ldquo;Kok gitu aja takut? Lawan aja lah!&rdquo;
&ldquo;Cuekin aja kali&rdquo; tetapi baiknya katakan &ldquo;Apa yang Kakak rasakan saat dipukul?&rdquo;
&ldquo;Bunda selalu siap ya jika Adik mau cerita&rdquo;
<h3>2. Apresiasi keterbukaan anak pada AyBun dan tawarkan bantuan</h3>
Anak yang mau menceritakan kejadian bullying merupakan sebuah hal yang patut disyukuri dan diapresiasi, karena tidak semua anak berani untuk mengungkapkan hal tersebut. Namun, tak jarang justru Ayah Bunda merespon dengan sebaliknya, maka Ayah Bunda bisa mengatakan hal seperti &ldquo;Makasih Kak sudah cerita sama Ayah. Kira-kira apa yang bisa Ayah lakukan?&rdquo;
<h3>3. Konsultasikan ke tenaga profesional</h3>
Jika ditemukan kondisi anak yang tidak baik-baik saja mulai dari fisik hingga psikis berkepanjangan dan mengganggu kesehariannya, segara hubungi tenaga medis profesional.
<h3>4. Jika bullying terjadi di sekolah, koordinasikan dengan pihak sekolah</h3>
Untuk menemukan solusi terbaik jangan saling menyalahkan dengan pihak orang tua lain, tetapi informasikan tindakan yang akan diambil Ayah Bunda dan anak, sambil tanyakan rencana penanganan yang disiapkan pihak sekolah.
Foto: Freepik
Sumber:
https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/view/1857
https://raisingchildren.net.au/preschoolers/behaviour/bullying/preschool-bullying-helping
How to talk to your children about bullying | UNICEF

Cek 6 Tanda Anak Jadi Korban Bullying, Atasi dengan Ini

Lakukan Beberapa Hal Berikut Sebelum Anak Mulai Sekolah!

Menyiapkan anak untuk sekolah penting untuk perkembangan mereka. Simak manfaat bermain, tips memilih sekolah, dan cara mempersiapkan anak agar siap belajar!

Sejak usia 2 tahun, anak sudah mulai bisa mengikuti kelompok bermain atau kelas toddler. Meskipun tidak wajib, kegiatan bermain yang dilakukan anak sebelum masuk TK dapat berdampak positif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. 
Aktivitas yang anak lakukan di kelompok bermain dapat membantu stimulasi aspek perkembangan anak dengan melakukan berbagai kegiatan yang bervariasi sehingga dapat mendorong munculnya kemampuan dan keinginan anak untuk belajar, terutama dalam mempersiapkan diri masuk ke sekolah dasar yang proses pembelajarannya lebih terstruktur.
<h2>Manfaat Kegiatan Bermain bagi Perkembangan Anak</h2>
Kegiatan yang dilakukan anak sejak usia 2 tahun dapat mendorong munculnya kemampuan-kemampuan yang mendukung saat anak mulai sekolah, beberapa di antaranya:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kemandirian anak, mulai dari memakai pakaian sendiri, makan sendiri, hingga berlatih ke toilet dan mencuci tangan sendiri.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kemampuan bertanggung jawab terhadap barang-barang miliknya, belajar untuk mengembalikan barang pada tempatnya, dan saling membantu dalam membereskan barang serta mainan setelah digunakan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Belajar menjalani rutinitas harian, mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali secara konsisten.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kemampuan literasi anak melalui kegiatan membaca bersama, bernyanyi, dan kegiatan literasi lainnya.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kemampuan menjalin komunikasi, di mana anak didorong oleh orang tua dan guru untuk menyampaikan apa yang dipikirkan dan dirasakan sehingga orang tua dan guru dapat memahami perasaan anak.</li>
</ol>
Baca Juga: <a href="https://tentanganak.com/artikel/cara-memilih-sekolah-untuk-anak/">8 Tips yang Perlu Diketahui saat Memilih Sekolah untuk Anak</a>
<h2>Tips Memilih Sekolah atau PAUD yang Tepat</h2>
Bukan hanya orang tua, namun sekolah atau PAUD juga turut berkontribusi dalam mendukung munculnya kemampuan anak untuk siap sekolah. 
Terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan Ayah dan Bunda dalam memilih sekolah atau PAUD bagi anak:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Perhatikan kurikulum dan program sekolah, apakah menyasar seluruh aspek perkembangan anak, mulai dari kognitif, motorik, bahasa, dan sosial emosional anak.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Jarak dan anggaran yang sesuai dengan Ayah dan Bunda.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Visi misi sekolah dengan mempertimbangkan nilai/prinsip yang sejalan dengan orang tua dan keluarga.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Lakukan uji coba sekolah dan perhatikan bagaimana interaksi yang terjalin antara guru dan siswa di sekolah.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Lakukan diskusi dengan kepala sekolah dan guru untuk melihat sikap positif terhadap anak dan perkembangannya.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sarana dan prasarana sekolah yang menunjang proses pembelajaran, serta aspek keamanan dan kebersihan sekolah.</li>
</ul>
<h2>Persiapan Sebelum Anak Memulai Sekolah</h2>
Pada saat Ayah dan Bunda sudah menentukan sekolah untuk anak, lakukan hal-hal berikut sebelum anak memulai sekolahnya:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Komunikasikan kepada anak bahwa ia akan mengikuti dan mulai menjalani aktivitas di sekolah.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Buat rutinitas pagi hari, mulai dari bangun, mandi, bersiap diri, dan saran untuk melatih kesiapan anak agar tidak terlalu kaget dengan perubahan pola yang mendadak.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Siapkan ritual perpisahan untuk membuat anak lebih siap berpisah dengan Ayah dan Bunda untuk sementara waktu.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Cek kesehatan anak, siapkan obat, dan informasikan kondisi kesehatan anak ke sekolah.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Selalu siapkan baju ganti di dalam tas sekolah anak.</li>
</ol>
<h2>Kesimpulan</h2>
Menyiapkan anak untuk sekolah bukan hanya tentang memilih sekolah yang tepat, tetapi juga membangun kebiasaan dan keterampilan dasar yang akan mendukung mereka dalam proses belajar.
Dengan mengikuti kelompok bermain atau kelas toddler, anak dapat mengembangkan kemandirian, tanggung jawab, serta keterampilan sosial dan komunikasi.
Selain itu, pemilihan sekolah yang sesuai dengan kebutuhan anak dan keluarga juga sangat penting untuk memastikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan bermanfaat.
Sebagai orang tua, Ayah dan Bunda berperan besar dalam membantu anak beradaptasi dengan rutinitas sekolah baru. Dengan persiapan yang matang, anak akan lebih siap menghadapi dunia sekolah dengan percaya diri dan semangat.
Semoga artikel ini bermanfaat dalam membantu Ayah dan Bunda menyiapkan si kecil untuk perjalanan pendidikannya!
Untuk bertanya lebih lanjut ke experts, AyBun bisa tanya lewat fitur <a href="tentanganak://consult_list?type=consult_list">Tanya Ahli</a> di aplikasi Tentang Anak!

Hati-hati! Anak bisa ketularan jamur dari hewan peliharaan. Infeksi Tinea Capitis bisa sebabkan kebotakan permanen jika tak segera diobati.

Jamur mungkin terdengar sepele, tapi tahukah AyBun? Anak-anak bisa ketularan jamur dari hewan peliharaan yang tampak sehat sekalipun.
Salah satu infeksi jamur yang harus diwaspadai adalah Tinea Capitis, yang bisa menyebabkan kebotakan permanen jika tidak segera ditangani.
Yuk, kenali lebih dalam bahaya tersembunyi dari jamur kulit kepala ini dan bagaimana cara mencegahnya.
<h2 class="" data-start="3250" data-end="3315">Kenapa Anak Rentan Terinfeksi Jamur dari Hewan Peliharaan?</h2>
Anak-anak masih dalam tahap belajar menjaga kebersihan. Ditambah lagi, mereka senang bermain dan berinteraksi langsung dengan hewan peliharaan seperti kucing dan anjing. Kontak fisik ini membuka celah penularan jamur, terutama jika hewan tersebut tidak dalam kondisi bersih atau sedang mengalami infeksi jamur.
<h2 data-start="3634" data-end="3664">Apa Itu Tinea Capitis?</h2>
Tinea Capitis adalah infeksi jamur pada kulit kepala dan batang rambut yang disebabkan oleh jamur dermatofita. Infeksi ini sering menyerang anak-anak usia 3&ndash;10 tahun. Jika tidak ditangani dengan tepat, infeksi ini bisa menyebar luas dan menyebabkan pitak permanen.
<h2>Sumber Penularan Tinea Capitis</h2>
<h3 class="" data-start="4528" data-end="4576">1. Hewan Berbulu yang Menjadi Pembawa Jamur</h3>
Hewan peliharaan seperti kucing, anjing, bahkan kelinci bisa menjadi pembawa jamur. Meskipun tidak selalu menunjukkan gejala, hewan-hewan ini tetap bisa menularkan spora jamur ke anak lewat sentuhan langsung.
<h3 class="" data-start="4788" data-end="4844">2. Bermain Bersama Teman Bisa Jadi Sarana Penularan</h3>
Selain dari hewan, Tinea Capitis juga bisa menyebar antar anak saat bermain, berbagi sisir, topi, atau bahkan bantal. Spora jamur sangat mudah menempel dan bertahan di permukaan benda.
<h2 data-start="3941" data-end="3997">Tanda-tanda Awal Infeksi Tinea Capitis pada Anak</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/67fdc813-f2066f86-ff49-4c17-9902-bf9425c57f35.jpg" />
Berikut adalah beberapa tanda klinis Tinea Capitis pada anak:
<ul>
<li data-start="3999" data-end="4060">Pitak berwarna keabuan dengan sisik halus</li>
<li data-start="3999" data-end="4060">Pitak dengan bintik hitam kecil (rambut patah di permukaan kulit)</li>
<li data-start="3999" data-end="4060">Kulit kepala tampak kemerahan dan terasa nyeri</li>
<li data-start="3999" data-end="4060">Gatal berlebihan di area kepala</li>
<li data-start="3999" data-end="4060">Rambut mudah rontok dan rapuh</li>
</ul>
Jika anak menunjukkan gejala-gejala ini, jangan hanya diberi minyak kelapa atau salep biasa ya AyBun! Segera konsultasikan ke dokter spesialis kulit.
Karena jika tidak ditangani, infeksi Tinea Capitis dapat menyebabkan:
<ul>
<li data-start="5100" data-end="5162">Luka terbuka di kulit kepala</li>
<li data-start="5100" data-end="5162">Infeksi sekunder akibat garukan</li>
<li data-start="5100" data-end="5162">Kebotakan permanen di area yang terinfeksi</li>
<li data-start="5100" data-end="5162">Penyebaran ke bagian tubuh lain</li>
</ul>
Banyak orang tua mencoba mengobati Tinea Capitis dengan minyak kelapa, minyak kayu putih, atau ramuan herbal. Padahal, ini tidak efektif dan bisa memperparah infeksi. Jamur jenis ini hanya bisa diobati dengan antijamur resep dari dokter.
<h2 data-start="5280" data-end="5311">Cara Menghindari Penularan Jamur dari Hewan Peliharaan</h2>
<h3 class="" data-start="5381" data-end="5416">Langkah Pencegahan di Rumah</h3>
<ul>
<li data-start="5420" data-end="5482">Ajarkan anak untuk mencuci tangan setelah bermain dengan hewan</li>
<li data-start="5420" data-end="5482">Mandikan anak setelah bermain di luar rumah</li>
<li data-start="5420" data-end="5482">Hindari berbagi barang pribadi seperti sisir atau topi</li>
<li data-start="5420" data-end="5482">Jaga kulit kepala anak tetap kering</li>
</ul>
<h3 class="" data-start="5625" data-end="5667">Menjaga Kesehatan Hewan Peliharaan</h3>
<ul>
<li data-start="5671" data-end="5700">Mandikan hewan secara teratur</li>
<li data-start="5671" data-end="5700">Segera obati jika ada area bulu yang pitak atau bersisik</li>
<li data-start="5671" data-end="5700">Rutin cek kesehatan hewan ke dokter hewan</li>
</ul>
<h2 class="" data-start="6111" data-end="6140">Kapan Harus ke Dokter?</h2>
Segera periksa ke dokter jika anak mengalami:
<ul>
<li data-start="6191" data-end="6216">Pitak yang terus membesar</li>
<li data-start="6191" data-end="6216">Kulit kepala bernanah atau berdarah</li>
<li data-start="6191" data-end="6216">Anak merasa sangat gatal dan kesakitan</li>
<li data-start="6191" data-end="6216">Ada demam atau pembengkakan kelenjar di leher</li>
</ul>
Dokter kulit biasanya akan memberikan:
<ul>
<li data-start="6447" data-end="6525">Antijamur oral (seperti griseofulvin atau terbinafine) untuk infeksi dalam</li>
<li data-start="6447" data-end="6525">Shampo antijamur sebagai tambahan pengobatan</li>
<li data-start="6447" data-end="6525">Instruksi perawatan untuk mencegah penularan ke anggota keluarga lain</li>
</ul>
<h2 class="" data-start="7730" data-end="7784">Kesimpulan</h2>
Infeksi jamur dari hewan peliharaan seperti Tinea Capitis bisa terlihat ringan, tapi dampaknya besar. Kebotakan permanen dan luka pada kulit kepala bukan hal sepele.
Yuk AyBun, lebih waspada terhadap kebersihan anak dan hewan peliharaan. Segera konsultasikan ke dokter jika melihat tanda-tanda pitak tak wajar.

Hati-hati! Anak Bisa Ketularan Jamur dari Hewan Peliharaan

Ruam kemerahan dan gatal pada anak bisa jadi penyebab dari biang keringat pada anak. Kenali ciri-ciri dan cara mengatasinya di sini.

Penyakit Kulit & Kelamin

Masalah Kesehatan

Anak-anak cukup sering mengalami gejala biang keringat berupa ruam kecil kemerahan yang gatal dan menimbulkan sensasi perih di kulit. Ruam ini muncul karena kelenjar keringat anak belum berkembang dengan baik sehingga masih sering menimbulkan ruam yang cukup mengganggu anak.
Biang keringat pada ini biasanya muncul di lipatan kulit anak, seperti lipatan badan, leher, dada, dan tangan. Tak jarang, biang keringat muncul jika anak sedang berada di lokasi yang memiliki cuaca yang cukup panas.
Lalu, bagaimana mengatasinya? Simak penyebab, ciri-ciri, dan cara mengatasi biang keringat pada anak berikut ini.
<h2>Penyebab Biang Keringat dan Ciri-Cirinya</h2>
Penyebab dan ciri-ciri biang keringat pada anak bisa terlihat jelas oleh Ayah dan Bunda. Permukaan kulit anak akan merasa gatal dan perih. Selain itu, simak beberapa penyebab lainnya berikut ini.
<h3>1. Anak Mengalami Kepanasan</h3>
Iklim tropis Indonesia yang cukup panas dan lembap menjadi penyebab utama dari biang keringat pada anak. Saat lipatan kulit anak lembap, hal ini dapat memicu biang keringat pada anak.
Tersumbatnya kelenjar keringat ini biasanya terjadi saat anak menggunakan pakaian terlalu tebal saat cuaca sedang panas.
<h3>2. Melakukan Aktivitas Tertentu</h3>
Selain menggunakan pakaian tebal, melakukan aktivitas tertentu, seperti bermain di luar ruangan atau olahraga dapat menyebabkan biang keringat pada anak.
Ayah dan Bunda bisa meminta anak untuk bermain di tempat yang teduh atau segera menyeka keringat anak saat kepanasan.
<h3>3. Kelenjar Keringat Anak Belum Berkembang</h3>
Penyebab berikutnya, kelenjar keringat bayi atau anak belum berkembang secara maksimal, keringat masih tertahan di dalam kulit.
Akibatnya, biang keringat bayi sangat mudah mengalami biang keringat berupa ruam kemerahan atau bintik-bintik yang cukup menonjol.
<h3>4. Berbaring Terlalu Lama</h3>
Anak-anak yang tidur cukup lama dalam keadaan panas atau sakit akan lebih mudah terjangkit biang keringat. Hal ini terjadi karena anak berbaring dalam waktu yang lama.
Ayah dan Bunda bisa mengganti pakaian anak secara rutin untuk menghindari kulit lembab yang menjadi penyebab biang keringat.
<h3>5. Anak Mengalami Obesitas</h3>
Obesitas merupakan sebuah kondisi saat seseorang atau anak-anak memiliki berat badan berlebih. Mereka lebih berisiko untuk mengalami biang keringat.
Alasannya, banyak lipatan-lipatan kulit, mulai dari perut, selangkangan, ketiak, hingga leher yang memicu biang keringat. 
<h2>Ciri-Ciri Biang Keringat</h2>
Biang keringat bukanlah penyakit yang cukup serius. Kondisi ini akan terjadi di lingkungan yang panas dan lembap dengan munculnya bintik-bintik berwarna merah, gatal, perih,dan memiliki ruam kemerahan.&nbsp;
Anak-anak biasanya akan mengalami biang keringat yang bernama Miliaria Kristalina, yakni biang keringat yang paling ringan dan hanya memengaruhi lapisan kulit bagian atas. Permukaan kulit anak akan muncul bintik merah yang berisi cairan berwarna jernih dan mudah pecah.
<h2>Cara Mengatasi Biang Keringat pada Anak</h2>
Ayah dan Bunda tidak perlu bingung dalam mengatasi biang keringat pada anak. Jika tidak terlalu parah, biang keringat ini dapat diobati dengan mudah, seperti:
<ol>
<li> Membersihkan bagian ruam keringat dengan air bersih dan sabun, Ayah dan Bunda juga bisa memandikan anak.</li>
<li> Mengompres bagian ruam kemerahan dengan es batu yang dibalut kain selama 10-20 menit.</li>
<li> Memberikan bedak anti gatal untuk mengurangi rasa gatal atau perih pada kulit.</li>
<li> Berada di tempat yang sejuk. Jika cuaca cukup panas, nyalakan AC atau kipas angin agar anak tidak kepanasan.</li>
<li> Hindari penggunaan pakaian yang ketat pada anak.</li>
<li> Pastikan pakaian anak berbahan lembut dan mudah menyerap keringat.</li>
<li> Seka keringat anak atau mengganti pakaian anak secara rutin, pastikan area lipatan seperti leher, lengan, kaki sudah benar-benar kering.</li>
<li> Ganti popok secara rutin, minimal 4 jam sekali.</li>
<li> Pastikan ruangan mendapatkan paparan sinar matahari agar ruangan tidak lembap, buka jendela rumah secara rutin dan bersihkan ruangan minimal 1 kali/minggu.</li>
</ol>
Jika biang keringat pada anak cukup parah, Ayah dan Bunda dapat memberikan obat golongan antihistamin untuk mengurangi rasa gatal, salep kortikosteroid atau losion calamine untuk mengurangi rasa gatal dan perih pada anak.
____________________________________________________________________________
Nah, itu dia pengertian biang keringat pada anak, ciri-ciri dan mengatasinya agar anak bisa tetap nyaman beraktivitas sehari-hari.&nbsp;
Tak perlu panik, biang keringat dapat diatasi secara mudah di rumah dengan membuat ruangan tetap sejuk dan pakaian anak tetap&nbsp; nyaman.

Biang Keringat pada Anak, Ciri-ciri dan Cara Mengatasinya

Bagaimana cara membangun bonding kuat dengan anak dan mendidik mereka menjadi tangguh tanpa kekerasan? Benarkah Gentle Parenting adalah pola terbaik? Simak pembahasan bersama dr. Mesty Ariotedjo, Sp.A, MPH &amp; Garry Juanda, MBA dalam podcast #TanyaAyBun, "Lebih Dekat, Lebih Bermakna"!

TanyaAybun Eps.3 - Pengasuhan yang seperti apa yang harus diterapkan agar orang tua bisa bonding lebih kuat dengan anak sekaligus anak tangguh dan siap hadapi tantangan dunia saat dewasa? 
Benarkah Gentle Parenting adalah pola pengasuhan paling baik? Kira-kira apa saja kelebihan dan kekurangan dari pemilihan parenting yang dominan? Bagaimana cara memutus rantai trauma pada anak tanpa harus melibatkan kekerasan atau tekanan emosional yang berlebihan? 
Simak pendapat dr. Mesty Ariotedjo, Sp.A, MPH &amp; Garry Juanda, MBA yang juga adalah founders Tentang Anak dalam podcast #TanyaAyBun, "Lebih Dekat, Lebih Bermakna". 
Pada segmen #TanyaAyBun, founders Tentang Anak akan menjawab beberapa topik yang sedang hangat dibicarakan, pandangan terhadap suatu isu, dan pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul dari AyBun seputar kehidupan berpasangan, membangun impian, serta edukasi dan pengasuhan anak. 
Jadi, jangan sungkan untuk memberikan pertanyaan di kolom komentar ya! Selamat menyaksikan!

Gentle Parenting vs VOC Parenting: Mana yang Paling Efektif?

Kenali tanda bahaya atau red flag pada bayi baru lahir, seperti demam, sesak napas, kejang, atau tidak mau menyusu. Jika muncul gejala ini, segera konsultasikan ke dokter untuk penanganan cepat dan tepat!

Bayi baru lahir masih dalam masa adaptasi dengan lingkungan luar rahim. AyBun perlu waspada terhadap tanda bahaya (red flag) pada bayi baru lahir yang dapat menunjukkan adanya masalah kesehatan serius.&nbsp;
Berikut ini adalah tanda-tanda bahaya yang harus diperhatikan. Jika muncul salah satu dari tanda ini, segera konsultasikan ke dokter:
<h2>Red Flag Bayi Baru Lahir yang Harus Diwaspadai</h2>
<h3>1. Demam/Panas Tinggi</h3>
Demam (suhu tubuh lebih dari 38&deg;C) pada bayi baru lahir adalah tanda serius yang sering kali terkait dengan infeksi berat. Selain itu, bayi juga rentan terhadap hipotermia (suhu tubuh rendah, di bawah 36.5&deg;C), yang bisa disebabkan oleh hipoglikemia, sepsis, atau syok. Baik demam maupun hipotermia memerlukan perhatian medis segera.
<h3>2. Diare</h3>
Diare pada bayi baru lahir bisa berbahaya karena dapat menyebabkan dehidrasi dalam waktu singkat. Tanda bayi mengalami dehidrasi akibat diare meliputi:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak buang air kecil selama lebih dari 6 jam</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mulut tampak kering</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ubun-ubun cekung</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menangis tanpa air mata</li>
</ul>
Jika bayi mengalami diare disertai tanda dehidrasi, segera bawa ke dokter untuk penanganan lebih lanjut.
<h3>3. Dingin</h3>
Bayi yang tubuhnya terasa dingin saat disentuh bisa mengalami hipotermia, yang disebabkan oleh:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Hipoglikemia (kadar gula darah rendah)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Infeksi berat (sepsis)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Syok akibat gangguan peredaran darah</li>
</ul>
Hipotermia pada bayi memerlukan penanganan medis segera untuk mencegah komplikasi serius.
<h3>4. Kejang</h3>
Tanda kejang pada bayi baru lahir bisa sulit dikenali. Beberapa tanda yang perlu diwaspadai:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mata melotot atau menatap kosong</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Gerakan ritmis di tangan atau kaki</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kedutan ringan di wajah</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bibir mengecap-ngecap</li>
</ul>
Kejang dapat disebabkan oleh hipoglikemia, infeksi otak (meningitis), atau perdarahan di otak. Jika bayi menunjukkan tanda ini, segera bawa ke fasilitas kesehatan.
<h3>5. Kulit dan Mata Kuning</h3>
Warna kuning pada kulit dan mata bayi disebabkan oleh tingginya kadar bilirubin dalam darah. Jika kuning muncul dalam 24 jam pertama setelah lahir atau semakin berat hingga menyebar ke dada, lengan, atau kaki, ini bisa menjadi tanda kuning yang patologis. Kondisi ini memerlukan penanganan segera untuk mencegah komplikasi seperti kerusakan otak.
Baca Juga: <a href="https://tentanganak.com/artikel/kebiasaan-bayi-baru-lahir/">5 Kebiasaan Bayi Baru Lahir dan Cara Mengatasinya</a>
<h3>6. Lemah</h3>
Lemah (letargi) adalah kondisi di mana bayi tampak tidak aktif atau kehilangan energi. Bayi yang lemah berbeda dengan bayi yang hanya mengantuk, karena letargi bisa disebabkan oleh kondisi serius seperti:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Infeksi berat</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Hipoglikemia</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Masalah neurologis</li>
</ul>
Tanda-tanda bayi yang lemah meliputi:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sulit dibangunkan meskipun disentuh</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak responsif terhadap suara atau cahaya di sekitarnya</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tampak tidak tertarik pada aktivitas di sekitarnya</li>
</ul>
Jika bayi terlihat terlalu lemah atau tidak responsif, segera cari bantuan medis.
<h3>7. Menangis atau Merintih Terus Menerus</h3>
Tangisan bayi yang tidak kunjung reda, bahkan setelah diberi kenyamanan atau makanan, bisa menjadi tanda bahwa bayi mengalami rasa nyeri atau ketidaknyamanan. Tangisan disertai merintih (grunting) juga bisa mengindikasikan:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Gangguan pernapasan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Masalah pencernaan (seperti kolik)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Infeksi serius</li>
</ul>
Jika bayi menangis terus-menerus dan menunjukkan gejala lain seperti demam atau tidak mau menyusu, segera konsultasikan ke dokter.
<h3>8. Muntah-muntah</h3>
Muntah yang berwarna hijau atau mengandung darah adalah tanda bahaya pada bayi baru lahir. Ini bisa mengindikasikan adanya sumbatan usus, infeksi saluran cerna, atau masalah lainnya. Jika bayi muntah berulang, segera bawa ke dokter.
<h3>9. Sesak Napas</h3>
Perhatikan pola napas bayi. Jika bayi mengalami:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Napas lebih dari 60 kali per menit (takipnea)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Napas berbunyi, seperti merintih atau mendesah</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tarikan dada ke dalam (chest retraction) atau hidung kembang-kempis (nasal flaring)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Perubahan warna kulit menjadi kebiruan, terutama di sekitar bibir dan kuku</li>
</ul>
Ini bisa menjadi tanda gangguan pernapasan, seperti pneumonia, mekonium aspirasi, atau kelainan bawaan pada paru-paru.
<h3>10. Tali Pusat Kemerahan Sampai Dinding Perut dan Berbau atau Bernanah</h3>
Tali pusat yang sehat biasanya akan mengering dan lepas dalam waktu 1-2 minggu. Namun, jika tali pusat tampak kemerahan, bernanah, atau berbau tidak sedap, ini adalah tanda infeksi serius (omphalitis) yang bisa menyebar ke seluruh tubuh bayi.
<h3>11. Tidak Mau Menyusu</h3>
Bayi yang tidak mau menyusu, menolak makan, atau memiliki kemampuan menyusu yang lemah adalah tanda yang perlu diperhatikan. Ini bisa menjadi indikasi masalah seperti:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Infeksi berat (sepsis)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Gangguan metabolik</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Masalah pernapasan atau kondisi kesehatan lainnya</li>
</ul>
Bayi yang menolak menyusu lebih dari 2 kali waktu menyusu normal perlu segera diperiksakan ke dokter untuk mencari tahu penyebabnya.
<h3>12. Tinja Bayi saat Buang Air Besar Berwarna Pucat</h3>
Tinja bayi yang normal berwarna kuning atau hijau kecoklatan. Jika tinja bayi berwarna pucat atau seperti dempul, ini bisa menjadi tanda adanya masalah pada hati atau saluran empedu, seperti atresia bilier. Segera konsultasikan ke dokter jika warna tinja bayi tidak normal.
<h2>Kesimpulan</h2>
Bayi baru lahir memerlukan perhatian ekstra karena mereka belum dapat menunjukkan tanda-tanda sakit dengan jelas. AyBun perlu mengenali tanda-tanda bahaya seperti demam, sesak napas, tidak mau menyusu, lemah, muntah, diare, atau tinja berwarna pucat.&nbsp;
Jika salah satu tanda ini muncul, jangan ragu untuk segera membawa bayi ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.

Red Flag pada Bayi Baru Lahir yang Perlu Diperhatikan!

Momen, makna dan kehangatan di hari Idul Fitri sangat berarti bagi umat muslim. Bersilaturahim dengan keluarga dan sanak saudara, menjaga tali hubungan erat persaudaraan dan saling bermaafat menjadikan hari Lebaran sangat istimewa. Masyarakat Indonesia khususnya bagi yang merayakan hari Lebaran bahwa memiliki tradisi rutin yaitu memberi atau menerima THR lebaran,

Promo

Gaya Hidup

Momen, makna dan kehangatan di hari Idul Fitri sangat berarti bagi umat muslim. Bersilaturahim dengan keluarga dan sanak saudara, menjaga tali hubungan erat persaudaraan dan saling bermaafat menjadikan hari Lebaran&nbsp; sangat istimewa.
Masyarakat Indonesia khususnya bagi yang merayakan hari Lebaran, memiliki tradisi rutin yaitu memberi atau menerima Tunjangan Hari Raya atau THR lebaran, salah satu bentuk perayaan yang membahagiakan. Baik yang muda maupun tua, semua berhak kebagian hadiah di hari raya.
Namun, kali ini Tentang Anak akan berbagi ide THR Lebaran yang anti mainstream untuk Ayah Bunda semua. Tentang Anak mau bagi-bagi THR emas batang 0.2 gr spesial untuk 5 orang AyBun beruntung yang berbelanja sepanjang periode April, s.d tanggal 19 April 2023 di Aplikasi Tentang Anak, hanya dengan 1 syarat yaitu:
&ldquo;Berbelanja sepanjang periode April hingga tanggal 19 April 2023 di Aplikasi Tentang Anak dengan minimum pembelanjaan Rp2.000.000&rdquo; 😍
Yuk, ikutan challengenya AyBun dengan belanja <a href="tentanganak://commerce_home?type=commerce_home">di sini</a>!
Untuk pengumuman pemenang tanggal 20 April 2023 melalui whatsapp

Bagi-Bagi THR Emas Batangan di Momen Lebaran

Jangan sampai salah! Ada beberapa hal sepele yang bisa bikin rambut anak jadi kusut. Yuk, cek, apa saja.

Rambut anak kusut sering menjadi masalah yang membuat anak tidak nyaman. Kusut pada rambut tidak hanya mengganggu penampilan tetapi juga bisa memengaruhi kesehatan rambut si kecil.
Berikut adalah empat kebiasaan yang sering dilakukan orang tua dan justru membuat rambut anak kusut.
<h2>Kenapa Rambut Anak Kusut?</h2>
Rambut anak kusut terjadi karena helaian rambut saling terjerat akibat permukaan yang kasar, bertekstur, atau rusak. Kebiasaan perawatan yang kurang tepat juga memperparah kondisi rambut anak kusut.
<h2>Kesalahan yang Bikin Rambut Anak Kusut</h2>
<h3>1. Terlalu Sering Keramas</h3>
Keramas yang terlalu sering dapat membuat rambut anak kusut karena minyak alami yang melindungi rambut berkurang drastis. Terutama jika AyBun<a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=2038"> menggunakan sampo</a> dengan bahan keras seperti SLS (sodium lauryl sulfate), rambut anak kusut lebih mungkin terjadi.
Untuk rambut lurus, cukup keramas satu kali sehari. Sedangkan untuk rambut keriting, cukup seminggu sekali agar rambut tetap lembap dan tidak mudah kusut.
<blockquote>
Tips: Jika rambut anak terlalu berminyak, sesuaikan frekuensi keramas agar rambut anak kusut bisa dicegah dengan lebih efektif.
</blockquote>
<h3>2. Mengeringkan Rambut dengan Menggosok Handuk</h3>
Kebiasaan menggosok rambut menggunakan handuk terlihat praktis, tetapi bisa membuat rambut anak kusut. Gesekan yang terlalu kuat menyebabkan kutikula rambut rusak, sehingga helaian rambut saling terjerat.
Sebaiknya, keringkan rambut dengan cara membalutnya menggunakan handuk untuk menyerap kelebihan air, lalu biarkan rambut anak kering secara alami. Dengan cara ini, rambut anak kusut dapat diminimalkan.
Baca Juga: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=2066">Agar Rambut Anak Lebat, Dicukur atau Diberi Minyak Kemiri?</a>
<h3>3. Langsung Menyisir Rambut Setelah Keramas</h3>
Salah satu penyebab rambut anak kusut adalah cara menyisir yang tidak tepat.
<ul>
<li>Untuk rambut lurus, hindari menyisir saat rambut masih basah karena helaian lebih rapuh dan mudah patah, sehingga rambut anak kusut lebih sering terjadi.</li>
<li>Untuk rambut keriting, justru lebih baik disisir saat basah menggunakan sisir bergigi jarang untuk mencegah rambut anak kusut.</li>
</ul>
<h3>4. Mengabaikan Perawatan Rambut</h3>
Rambut anak kusut sering kali terjadi karena orang tua terlalu fokus merawat kulit anak dan melupakan kebutuhan rambutnya. Padahal, rambut yang lepek, bau, atau kusut bisa menurunkan rasa percaya diri si kecil.
Gunakan produk perawatan rambut yang mengandung bahan alami seperti kemiri, lidah buaya, postbiotik, atau keratin untuk menjaga kesehatan rambut. Dengan perawatan yang tepat, rambut anak kusut bisa dicegah dan si Kecil merasa lebih percaya diri.
<h2>Cara Keramas untuk Mencegah Rambut Anak Kusut</h2>
<ul>
<li>Anak di bawah 12 tahun: 1-2 kali seminggu</li>
<li>Remaja dengan rambut lurus: setiap hari</li>
<li>Remaja dengan rambut keriting: 7-10 hari sekali</li>
</ul>
Jika rambut terlalu berminyak, tingkatkan frekuensi keramas. Sebaliknya, jika rambut kering dan rontok, kurangi frekuensinya agar rambut anak kusut tidak semakin parah.
<h2>Kesimpulan</h2>
Kebiasaan seperti terlalu sering keramas, mengeringkan rambut dengan menggosok handuk, menyisir rambut basah sembarangan, atau menyepelekan perawatan rambut bisa membuat rambut anak kusut.
Dengan perawatan yang tepat, rambut anak kusut dapat dihindari, dan si Kecil bisa merasa lebih nyaman dan percaya diri setiap harinya.
Pastikan AyBun selalu memilih produk perawatan rambut yang aman dan berkualitas untuk menjaga kesehatan rambut si kecil. Salah satunya adalah <a href="tentanganak://commerce_category?type=commerce_category&amp;id=81a17466-5829-49a6-895c-25aa2bbcf1fd">Expert Care Hair Nutrilotion</a>&nbsp;yang memiliki kombinasi dari bahan-bahan terbaik untuk rambut!
Jangan biarkan rambut anak kusut mengganggu keseharian mereka!

Rambut Anak Kusut? Hindari 4 Kebiasaan Salah Ini Ya AyBun!

Penggunaan aspirin untuk anak dapat menyebabkan dampak yang mematikan. Ketahui efek samping aspirin pada anak selengkapnya di berikut ini!

Pertolongan Pertama

Aspirin merupakan obat yang dapat mengatasi radang, demam, nyeri, dan masalah pembekuan darah pada orang dewasa. Namun obat ini tidak dianjurkan untuk dikonsumsi anak kecil.
Alasannya karena penggunaan aspirin pada anak dapat menimbulkan Sindrom Reye yang bisa menyebabkan kerusakan parah pada otak dan hati. Maka dari itu, penggunaan aspirin untuk anak sangat dilarang kecuali atas saran dokter.&nbsp;
Ada banyak kandungan obat lain yang aman untuk meredakan demam pada anak. Seperti, acetaminophen, ibuprofen ataupun paracetamol. AyBun ingin tahu efek samping dari aspirin untuk anak selengkapnya? Yuk, cari tahu di bawah ini!
<h2>Apa itu Aspirin?</h2>
Aspirin memiliki nama Acetylsalicylic Acid atau asam asetisalisasilat adalah senyawa non steroid yang digunakan sebagai pereda nyeri, demam dan peradangan. Untuk menggunakan obat dengan kandungan ini perlu anjuran dari dokter.&nbsp;
Aspirin juga dapat mengatasi penyakit Kawasaki, rematik, hingga pencegahan penyakit jantung. Aspirin dapat mencegah terbentuknya gumpalan darah atau antiplatelet. Meskipun dapat mengobati berbagai penyakit, aspirin tidak diajurkan untuk digunakan oleh anak.
<h2>Dampak Aspirin Pada Anak</h2>
American Academy of Pedriatrics (AAP) melarang penggunaan aspirin untuk anak &lt;19 tahun. Mereka menemukan adanya hubungan antara aspirin dan sindrom Reye terhadap penggunaan aspirin pada anak.
Sindrom Reye sendiri adalah sindrom yang jarang, namun begitu mematikan. Sindrom Reye mampu mengakibatkan koma yang berujung kematian bagi penderitanya. Meskipun begitu, penderita sindrom ini bisa sembuh dengan penangan di rumah sakit.&nbsp;
Maka, AyBun harus mendeteksi dengan cepat apabila terjadi sindrom Reye pada anak. Apa saja gejala Sindrom Reye? Berikut adalah gejalanya:
&nbsp;
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mudah emosi dan labil</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Muntah terus menerus</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sakit kepala</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kebingungan, disorientasi dan halusinasi</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kelelahan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pupil mata melebar dan lamban</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Influenza</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Cacar air</li>
</ul>
Selain itu, pemberian aspirin yang berkepanjangan dapat menyebabkan luka pada lambung hingga pendarahan saluran cerna. Adapun keluhannya seperti:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">BAB berdarah</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Nyeri ulu hati</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Dada terasa terbakar</li>
</ul>
<h2>Alternatif Obat Demam untuk Anak Selain Aspirin&nbsp;</h2>
Meskipun penggunaan aspirin untuk anak dilarang, masih banyak pengobatan supaya demam anak mereda. Berikut adalah anjuran pengobatan demam anak menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI):
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">
<h3>Obat penurun demam anak&nbsp;</h3>
</li>
</ol>
Penggunaan obat penurun panas sangat efektif untuk membuat anak lebih nyaman dan menurunkan suhu tubuh anak. Obat penurun panas yang disarankan adalah Parasetamol dan ibuprofen.&nbsp;
Dosis parasetamol sebagai penurun demam pada anak adalah 10&ndash;15mg per kilogram berat anak. Parasetamol tidak boleh diberikan lebih dari 4 kali dalam sehari dan jarak pemberian obatnya adalah 4 &ndash; 6 jam. Penggunaan kombinasi dua jenis obat antipiretik parasetamol dan ibuprofen tidak dianjurkan. Tetap pastikan dosis dan frekuensi pemberian pada DSA.&nbsp;
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">
<h3>Pengobatan herbal</h3>
</li>
</ol>
Apabila anak sulit untuk minum obat medis, AyBun dapat membuat obat penurun panas alami. Seperti lemon dan madu, jahe hangat, air kelapa, buah dan sayur, hingga mandi dengan air hangat.&nbsp;
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">
<h3>Kompres air hangat</h3>
</li>
</ol>
Kompres air hangat adalah metode yang mudah dilakukan di rumah. AyBun hanya perlu kain bersih dan air hangat lalu balut secara lembut di lipatan tubuh anak seperti, ketiak dan paha. Di bagian tersebut ada pembuluh darah besar.&nbsp;
Lakukan kompres air hangat selama 15&ndash;20 menit di bagian lipatan. Dengan kompres air hangat, pori-pori kulit akan terbuka, sehingga panas bisa keluar lewat bagian tersebut.
Itulah informasi lengkap tentang efek samping aspirin pada anak. Penggunaan aspirin untuk anak tidak disarankan, kecuali atas rekomendasi dari dokter.&nbsp;
Maka dari itu AyBun perlu berhati-hati dalam memilih obat untuk anak. Jangan sampai AyBun memilih obat demam dengan kandungan aspirin, pilihlah kandungan obat demam anak yang aman seperti yang telah disarankan di atas!