Lidah putih pada bayi dan anak-anak bisa jadi pertanda infeksi jamur. Berikut ini penyebab, ciri dan cara mengatasi lidah putih akibat serangan jamur.

Kesehatan Gigi & Mulut

Kesehatan Anak

Orang tua seringkali khawatir ketika melihat lapisan atau bercak putih di lidah bayi. Namun, ayah-bunda tidak perlu panik. Pada kebanyakan kasus yang ditemui, bercak putih ini adalah sisa susu yang dapat hilang setelah dibersihkan menggunakan kain yang dibasahi air matang. Namun, jika lidah si kecil tetap putih setelah dibersihkan, dan terlihat adanya penurunan nafsu makan, bisa jadi mulut si kecil terserang infeksi jamur kandida.
&nbsp;
<h2>Gejala Infeksi Jamur</h2>
Anak yang terkena infeksi jamur kandida merupakan salah satu penyebab munculnya bercak putih pada lidah. Walaupun setiap lidah putih tidak disebabkan karena adanya sariawan. Hal yang dapat membedekannya yaitu pada bayi, infeksi thrush biasanya terlihat dari bercak putih pada lidah, bibir, langit-langit mulut, dan bagian dalam pipi. Bercak putih tersebut biasanya tidak dapat dihilangkan dengan menyikat atau menggosok lidah. Selain itu, bayi dan anak-anak dengan sariawan juga kerap mengalami rasa sakit atau kesulitan saat menyusui atau minum susu dari botol.
<h2>Penyebab Infeksi Jamur</h2>
Pada bayi dan anak-anak, infeksi candidiasis sering terjadi di area popok (ruam popok) dan mulut (thrush). Berikut ini adalah sejumlah faktor yang menyebabkan berkembangnya jamur pada lidah bayi:
<h3>1. Penggunaan Antibiotik&nbsp;</h3>
Penggunaan antibiotik oleh ibu atau bayi dapat mengubah keseimbangan bakteri dalam tubuh dan memicu pertumbuhan jamur Candida.
<h3>2. Menurunnya Sistem Kekebalan Tubuh&nbsp;</h3>
Bayi dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti bayi prematur atau bayi yang dilahirkan dengan berat badan rendah, lebih rentan terhadap infeksi jamur.
<h3>3. Dot Kotor</h3>
Penggunaan dot yang tidak bersih dapat menjadi sumber infeksi jamur. Usahakan untuk menjaga kebersihan dot dan menggantinya setiap 2 hingga 3 bulan sekali.
<h3>4. Adanya Infeksi Jamur pada Puting</h3>
Jika ibu memiliki infeksi jamur pada puting payudara, si kecil juga dapat mengalami infeksi jamur pada lidah. Pastikan untuk rutin menjaga kebersihan puting dengan air hangat dan rajin mengganti bra.
<h3>5. Gula darah tinggi</h3>
Bayi dengan kadar gula darah yang tinggi lebih rentan terhadap infeksi jamur. Selain karena faktor keturunan (mewarisi diabetes), tingginya kadar gula pada anak juga bisa disebabkan oleh faktor lain seperti penggunaan obat tertentu seperti kortikosteroid.
<h2>Lakukan 2 Hal Ini saat Alami Lidah Putih&nbsp;</h2>
Infeksi jamur Candida albicans pada lidah anak dapat diatasi dengan beberapa cara, antara lain:
<h3>1. Gunakan Obat Antijamur</h3>
Jika infeksi sudah membuat si kecil rewel dan menurunkan nafsu makannya, segera bawa ke dokter anak. Dokter dapat meresepkan obat antijamur seperti nistatin atau mikonazol yang dapat diaplikasikan ke lidah bayi untuk membunuh jamur Candida albicans.
<h3>2. Bersihkan Lidah Secara Teratur</h3>
Setelah memberikan obat, pastikan untuk membersihkan lidah bayi dan anak-anak secara teratur menggunakan kain lembut yang direndam pada air matang atau sikat gigi bayi dan anak-anak. Tujuannya untuk mencegah pertumbuhan jamur di kemudian hari.
Nah, demikianlah sejumlah informasi terkait lidah putih pada bayi dan anak-anak. Semoga informasi ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan ayah-bunda sekalian.
Foto: Designed by freepik
Sumber:
https://www.medicalnewstoday.com/articles/white-tongue-on-baby
https://www.nhs.uk/conditions/sore-or-white-tongue/#:~:text=A%20white%20tongue%20can%20be,GP%20if%20you're%20worried.

Lidah Putih Pada Bayi dan Anak-Anak, Tanda Infeksi Jamur?

Tahukah Ayah Bunda bahasa inggris menjadi salah satu bahasa yang paling banyak digunakan di dunia 25% (1.75 milyar) populasi dunia menguasai bahasa ini, baik sebagai bahasa pertama maupun kedua. Ini berarti mulai banyak orang tua yang menginginkan anaknya piawai dalam berbahasa asing, salah satunya bahasa inggris. Untuk itu kita akan

Perkembangan

Stimulasi

NOBAR

Tahukah Ayah Bunda bahasa inggris menjadi salah satu bahasa yang paling banyak digunakan di dunia 25% (1.75 milyar) populasi dunia menguasai bahasa ini, baik sebagai bahasa pertama maupun kedua. Ini berarti mulai banyak orang tua yang menginginkan anaknya piawai dalam berbahasa asing, salah satunya bahasa inggris.
Untuk itu kita akan mengupas kapan waktu yang tepat, manfaat dari mengajarkan anak dua bahasa sejak dini, serta menunjukkan bagaimana membaca buku pada video di atas berjudul READ ALOUD SHARING.
Yuk, simak videonya dan praktikan caranya di rumah!
<h2>Usia yang Tepat Ajarkan Anak Dua Bahasa</h2>
Di era globalisasi seperti saat ini, kebutuhan menggunakan bahasa inggris semakin meningkat baik dalam bidang pendidikan atau masa depan si Kecil nanti. Lalu, kapan ya usia yang tepat untuk belajar dua bahasa atau menjadi bilingual?
Setiap anak memang lahir dengan bahasa yang dibawa oleh kedua orang tuanya, tetapi tidak menjadi sebuah penghalang untuk AyBun memaparkan bahasa kedua bahkan sejak bayi. Hal ini karena menurut penelitian semakin dini anak terpapar bahasa kedua, ia akan semakin mudah menyerap bahasa kedua tersebut.
&nbsp;
Selanjutnya, manfaat dari belajar dua bahasa sekaligus menstimulasi kinerja otak si Kecil. Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang menunjukkan anak-anak bilingual menunjukkan keunggulan dalam hal mengingat sesuatu dan dalam memecahkan masalah. Pada studi tahun 2017 oleh Morales, dkk menemukan anak-anak bilingual yang berusia lebih muda sama unggulnya dengan anak-anak monolingual atau yang berusia di atasnya.
Nah, jadi Bunda tidak lagi bingung kapan anak mulai bisa dipaparkan dua bahasa. Namun, saat menerapkan hal tersebut penting Ayah Bunda perhatikan supaya si Kecil lebih optimal menyerap dan mudah mempraktikannya sehari-hari.
<h2>Hal yang Perlu Diketahui saat Ajarkan Dua Bahasa</h2>
<h3>1. Bilingual Tidak Menyebabkan Kebingungan Penggunaan Bahasa</h3>
Tak jarang terdengar imbauan atau larangan ajarkan anak dua bahasa karena dapat menyebabkan kebungunagn atau bahkan speech delay. Eits&hellip; tidak ya Ayah Bunda, memang wajar jika si Kecil memerlukan waktu untuk memproses kosakata-kosakata tersebut. Namun, jika terbiasa dan digunakan dalam kegiatannya sehari-hari si Kecil akan lebih mudah menyerap kata-kata tersebut.
<h3>2. Gunakan buku atau produk edukasi bilingual</h3>
Buku bergambar adalah salah satu pilihan tepat, Ayah Bunda bisa membacakan cerita tersebut dan mentranslasi sambil menunjuk gambarnya. Ayah Bunda bisa menggunakan buku A Day with Me yang menggambarkan sosok anak beraktivitas seharian dan didampingi Ayah Bundanya.
<h3>3. Lakukan dengan Konsisten</h3>
Jika Ayah Bunda hanya memaparkan si Kecil dengan kosakata asing belum cukup, lho. Inilah poin penting yang membuat anak semakin mahir dalam menggunakan dua bahasa, yaitu berkomunikasi dengan bahasa kedua secara utuh dan konsisten.&nbsp;
&nbsp;
Maksud dari utuh dan konsisten yaitu, penggunaan kedua bahasa tersebut jangan sering dibersamai. Misalnya ketika Ayah Bunda akan menggunakan bahasa Inggris di rumah pastikan hari itu penuh menggunakan bahasa inggris atau berkomunikasi dengan kalimat bahasa inggris dengan utuh.&nbsp;
&nbsp;
Contohnya lakukan: &nbsp;&ldquo;Jason, do you see a ball?&rdquo; &ldquo;I want to play soccer with you, but I lost my ball&rdquo; &nbsp;dan tidak mengatakan &ldquo;Hi Jason, apa kamu lihat ball under the bed?&rdquo; &ldquo;Aku ingin play with you, but I tidak lihat dia di mana&rdquo;
 
Untuk, itu Tentang Anak ingin membantu si Kecil belajar dua bahasa melalui buku dan video read aloud buku &ldquo; A DAY WITH ME&rdquo; yang bisa AyBun perdengarkan di rumah. Yuk, simak cara baca untuk menarik perhatian si Kecil di sini
&nbsp;
Foto: Freepik
Sumber:
https://raisingchildren.net.au/babies/connecting-communicating/bilingualism-multilingualism/bilingualism
https://modules.ilabs.uw.edu/module/language-development/sensitive-period-language/&nbsp;
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6168212/
https://www.parents.com/bilingual/benefits-of-learning-a-second-language-as-a-child/
https://www.nct.org.uk/baby-toddler/your-childs-development/18-24-months/raising-bilingual-baby-or-child-8-tips-for-how-do-it
https://www.parents.com/bilingual/benefits-of-learning-a-second-language-as-a-child/&nbsp;
https://bilingualkidspot.com/2017/06/27/how-teach-child-foreign-language/
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3508395/&nbsp;

Kapan Waktu yang Tepat Ajarkan Anak Bilingual? Simak Faktanya

Sekolah merupakan masa yang penting bagi perkembangan anak, bagaimana ia bersosialisasi dan juga mengasah kemampuan dari segi akademisi dan non akademis. Lalu, apa saja yang perlu disiapkan sebelum anak masuk SD? Simak di sini

Anak Usia Sekolah

Sebelum anak mengampu pendidikan di sekolah dasar tentunya ada banyak persiapan yang harus dilakukan Mama. Salah satunya adalah memastikan bahwa si Kecil memiliki keterampilan yang sesuai untuk usia anak yang akan masuk SD.&nbsp;
Pemerintah memang mewajibkan pendidikan hingga 12 tahun dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas/sederajat, tetapi tidak menetapkan adanya keterampilan yang wajib dimiliki oleh anak sebelum masuk SD. Namun, banyak ahli yang menyarankan bahwa sebaiknya anak memiliki beberapa keterampilan sebelum masuk SD.
Keterampilan ini dibutuhkan untuk menunjang aktivitasnya selama belajar di sekolah dasar (SD). Selain itu, keterampilan tersebut guna memudahkan anak dalam memahami dan beradaptasi dengan lingkungan sekolah.
Nah, apa saja ya kemampuan dasar sebelum masuk SD yang harus dimiliki anak? Yuk, simak di bawah ini.
<h2>6 Kemampuan Dasar yang Perlu Dibangun pada Anak</h2>
<h3>1. Mengenal nilai agama dan budi pekerti&nbsp;</h3>
Sedini mungkin, usahakan untuk AyBun rutin mencontohkan anak&hellip;
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Cara berdoa dan beribadah </li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengucapkan kata ajaib seperti maaf, tolong, dan terima kasih</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sikap baik saat berinteraksi dengan orang lain seperti sering berbagi&nbsp;</li>
</ul>
<h3>2. Keterampilan sosial dan bahasa&nbsp;</h3>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Biasakan untuk AyBun sejajarkan pandangan dan adakan kontak mata saat berbicara dengan anak</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Buat aturan keluarga untuk saling menghargai dan bergantian berbicara</li>
</ul>
<h3>3. Kematangan emosi</h3>
Bimbing anak untuk mengenal berbagai emosi dan cara mengelolanya secara efektif misalnya saat marah, ajak ia lebih tenang dengan mengatur napas.
<h3>4. Pemaknaan terhadap belajar positif</h3>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Batasi penggunaan gadget untuk cegah kecanduan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Rutin ajak anak bermain bebas di luar ruangan untuk bereksplorasi dan rasa ingin tahu meningkat</li>
</ul>
<h3>5. Keterampilan motorik dan perawatan diri&nbsp;</h3>
Biasakan anak untuk..
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Duduk tegak saat beraktivitas</li>
</ul>
Misal: saat jam makan, bermain puzzle atau menggambar&nbsp;
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menjaga gaya hidup sehat dengan rajin cuci tangan, batasi konsumsi makanan manis, dan bergerak aktif</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Belajar mandiri dengan merapikan mainan sendiri</li>
</ul>
<h3>6. Kematangan kognitif untuk mengikuti kegiatan pembelajaran</h3>
Ajak anak membaca bersama minimal 1 buku setiap hari dan dorong ia untuk&hellip;
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menunjuk gambar di buku</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menceritakan ulang apa yang sudah AyBun bacakan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengikuti permainan tebak kata&nbsp;</li>
</ul>
Meskipun tes baca tulis hitung dihapuskan dari syarat masuk SD, anak tetap dapat dikenalkan calistung sejak dini dapat menumbuhkan motivasi melalui kegiatan pra calistung
Contohnya
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Hitung jumlah buah</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menulis di atas tepung</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Meronce&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bermain plastisin</li>
</ul>
AyBun dapat mencari ide aktivitas lainnya di fitur Permainan aplikasi Tentang Anak&nbsp;
Foto: Designed by freepik
Sumber:
https://ditpsd.kemdikbud.go.id/transisipaudsd/

6 Kemampuan Dasar Perlu Dibangun Sebelum Anak Masuk SD

Cari tahu tentang perkembangan bayi 9-12 bulan di sini

Bayi yang bergerak aktif pasti membuat orang tua bangga, apalagi jika bayi sudah mendekati usia 1 tahun, bayi di usia 9-12 mulai memberanikan diri untuk berdiri dan menggerakkan kakinya untuk berjalan. Selain itu bayi sudah semakin lihai dalam menggerakkan kaki atau berguling. Tak jarang mereka akan berusaha menarik badannya untuk dapat berdiri dan berpindah tempat dengan berpegangan benda di sekelilingnya.
Pada usia 9 bulan juga saat bayi sudah memproses makanan, asupan yang didapat dari sumber protein tinggi merupakan asupan yang penting untuk pertumbuhan anak. Sejak usia 9 bulan, umumnya anak mulai menunjukkan beberapa gestur, salah satunya melambaikan tangan sebagai bentuk.
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Komunikasi &ldquo;hi and goodbye&rdquo; merupakan tanda ia tertarik untuk berpartisipasi dengan dunia sekitarnya</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tahapan sebelum keterampilan motor halus dan kasarnya semakin berkembang</li>
</ul>
Nah, bagaimana contohnya kemampuan anak 9-12?
<h2>Kemampuan Bayi 9-12 Bulan</h2>
Motorik Kasar &amp; Halus
Beberapa dari si Kecil memang meiliki kemampuan berjalan lebih cepat daripada yang lain. Otot kakinya mulai kuat ia akan berjalan dan berdiri sambil berpegangan. Kemudian semakin bertambahnya usia ia akan mulai melepas pegangan dan berdiri tanpa pegangan atau bantuan Ayah bunda.
Bayi berusia 9 sampai 12 bulan mampu melakukan koordinasi gerakan tangan menggunakan bantuan jari ketika makan hingga bermain puzzle sederhana.
Berikut perkembangan motorik pada bayi usia 9-12 bulan:
<ul>
<li>Mulai merangkak</li>
<li>Mampu memegang finger food dan biskuit</li>
<li>Mengambil 2 benda</li>
<li>Membenturkan 2 benda</li>
<li>Menjimpit dengan ibu jari dengan jari telunjuk</li>
<li>Mulai merambatkan tangan di tembok atau lantai</li>
<li>Mulai berdiri sambil berpegangan</li>
<li>Mengambil dan menjatuhkan benda</li>
<li>Mengangkat tubuhnya dari posisi duduk ke berdiri</li>
<li>Kedua tangan memegang dan membawa benda lebih seimbang</li>
<li>Mulai menggunakan tangan untuk menyuapi diri sendiri</li>
</ul>
Bahasa
<ul>
<li>Mengoceh dengan variasi suara "ma, pa, da"</li>
<li>Mengoceh dengan kombinasi kata yang sering diucapkan</li>
<li>Ikut berceloteh saat ada orang yang sedang berbicara di sekitarnya</li>
<li>Menggunakan jari untuk menunjuk objek</li>
<li>Mengerti kata "Tidak"</li>
<li>Merespon dengan gestur dan celotehan saat diajak bicara</li>
</ul>
Sosial &amp; Emosional
<ul>
<li>Diam atau takut saat bertemu orang asing</li>
<li>Senang bermain ciluk ba</li>
</ul>
Kognitif
<ul>
<li>Mencari benda yang disembunyikan</li>
<li>Berusaha mengambil mainannya yang jatuh</li>
<li>Memasukan barang ke mulutnya</li>
</ul>
Salah satu kemampuan yang ditunjukkan di usia 9-12 bulan yaitu merespon dengan gestur misalnya melambaikan tangan, ini merupakan perkembangan koordinasi mata dan tangan meningkat, sampai selanjutnya memengaruhi kemampuannya untuk:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Memindahkan objek dari satu tangan ke tangan lainnya&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Meraih, melempar, dan memukul-mukul benda</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Belajar duduk, merangkak, dan berdiri dengan bantuan&nbsp;</li>
</ol>
Tips agar anak dapat melambaikan tangan yaitu rutin dicontohkan oleh AyBun!
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Gerakkan dan lambaikan tangan Ayah Bunda di depan anak</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Lakukan gerakan sambil berkata hai, halo, dadah, bye, atau saat sedang mendengarkan lagu bersama&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pegang tangan anak dan bantu lambaikan</li>
</ul>
Wah senang ya melihat perkembangan si Kecil yang semakin pesat setiap harinya, menjadi seorang Ayah Bunda tentunya bahagia mendampingi anak yang tumbuh dan berkembang dengan sehat.
Namun, Ayah Bunda perlu memperhatikan apabila si Kecil yang berusia 6 bulan tidak menoleh saat dipanggil namanya dan tidak ada babbling. Kemudian pada usia 12 bulan tidak dapat menunjuk dan minim ekspresi. Serta kehilangan kemampuan bahasa yang sebelumnya sudah bisa.
Bisa jadi ini beberapa tanda adanya gangguan perkembangan pada anak, lho Ayah Bunda. Jika menemukan hal-hal yang disebutkan seperti di atas segera konsultasikan ke tenaga profesional ya! 
Yuk, daftar Tanya Ahli Premium konsultasi perkembangan anak dengan video call 30 menit dengan menghubungi Customer Service pada menu Pusat Bantuan di menu Profile.
Foto: www.pexels.com&nbsp;
Sumber:
https://www.cdc.gov/ncbddd/actearly/milestones/milestones-1yr.html&nbsp;
https://raisingchildren.net.au/babies/development/development-tracker-3-12-months/9-10-months&nbsp;

Bayi 9-12 Bulan Idealnya Bisa Lakukan Ini

Kehamilan dapat memicu sejumlah perubahan pada tubuh kita. Berikut ini ciri dan tanda awal kehamilan yang umum dialami perempuan.
&nbsp;

Kehamilan

Apa bukti paling akurat untuk mengetahui seseorang hamil atau tidak? Jawabannya tentu hasil tes kehamilan, baik itu menggunakan tespek atau berbagai metode medis lainnya. Namun, sebelum melakukan pemeriksaan lanjutan, kita juga bisa mendeteksi tanda awal kehamilan, lho.&nbsp;
Saat awal kehamilan, biasanya perempuan mengalami sejumlah perubahan fisik dan mental. Agar Anda bisa lebih sadar mengenai kondisi kehamilan, berikut ini ciri ciri awal kehamilan yang paling umum dan bisa dideteksi tanpa bantuan peralatan medis. Yuk, baca penjelasan selanjutnya di bawah ini.
<h2>Ciri-Ciri Awal Kehamilan</h2>
Sebelum mengetahui dirinya sedang hamil, seorang perempuan biasanya menyadari adanya perubahan pada tubuh mereka seperti terlambat menstruasi, mudah lelah, sering buang air kecil dan bahkan peningkatan nafsu makan. Agar lebih jelas lagi, mari kita ulas satu per satu.
<h3>1. Menstruasi Terlambat</h3>
Terlambat datang bulan adalah tanda kehamilan yang paling umum. Lantas bagaimana cara paling mudah untuk mengetahui apakah Anda terlambat menstruasi? Cobalah menghitung berapa hari sejak hari pertama terakhir Anda menstruasi. Seperti kita ketahui, rata-rata siklus menstruasi pada wanita berlangsung selama 28-32 hari, dengan menstruasi berlangsung antara 3-7 hari. Namun, ciri ini bisa saja tidak akurat terlebih jika siklus menstruasi Anda lebih pendek dari 28 hari atau lebih panjang dari 32 hari
<h3>2. Mual dan Muntah</h3>
Mual dan muntah sering dialami pada trimester pertama kehamilan. Meskipun belum ada satu faktor tunggal yang dapat diidentifikasi sebagai penyebab pastinya, namun beberapa faktor seperti perubahan hormon, stres pada tubuh, meningkatnya sensitivitas indra penciuman, perubahan pada sistem pencernaan, serta stres atau kekhawatiran menjadi pemicu munculnya rasa mual dan muntah pada awal kehamilan.
Meskipun mual dan muntah pada kehamilan dapat terjadi pada hampir semua perempuan hamil, beberapa faktor ternyata dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya gejala seperti adanya riwayat keluarga dengan mual dan muntah selama kehamilan dan kehamilan kembar.
<h3>3. Payudara Terasa Nyeri dan Bengkak</h3>
Kenaikan kadar hormon progesteron dan estrogen selama kehamilan dapat memicu perubahan pada kelenjar susu, yang dapat menimbulkan rasa sakit atau nyeri pada payudara. Selain itu, pada trimester pertama kehamilan, payudara juga mengalami perubahan fisik, seperti peningkatan ukuran dan berat, dan peningkatan aliran darah ke payudara.
Hal ini dapat menyebabkan pembengkakan dan kemerahan pada payudara, serta dapat membuat payudara terasa lebih berat atau penuh. Sensasi nyeri atau bengkak pada payudara biasanya akan berangsur-angsur mereda seiring bertambahnya usia kehamilan.&nbsp;
<h3>4. Nyeri Punggung Bagian Bawah</h3>
Timbulnya rasa nyeri dan tidak nyaman pada area punggung bagian bawah juga sering menjadi ciri awal kehamilan. Rasa nyeri tersebut muncul karena adanya kenaikan berat badan yang signifikan yang memberi tekanan lebih pada punggung Anda. Selain itu, meningkatnya kadar hormon progesteron dan relaksin juga bisa menjadi penyebabnya. Hormon yang berfungsi melonggarkan sendi dan ligamen sehingga tubuh lebih siap untuk persalinan ini juga dapat membuat punggung lebih rentan terhadap cedera dan memicu nyeri.
<h3>5. Munculnya Bintik-bintik di Wajah dan Tubuh</h3>
Perubahan hormon yang dialami wanita hamil juga dapat memicu munculnya kondisi kulit&nbsp; seperti melasma yakni kondisi kulit yang ditandai dengan munculnya bintik-bintik coklat atau keabu-abuan pada area wajah, terutama di bagian pipi, hidung, bibir atas, dan dahi.
Selain melasma, perempuan hamil juga dapat mengalami angioma gravidarum atau kondisi kulit dengan bintik bintik kecil berwarna merah yang muncul karena naiknya kadar hormon estrogen. Namun, Anda tidak perlu khawatir karena perubahan kulit ini hanya berlangsung sementara dan umumnya menghilang setelah melahirkan.
<h3>6. Lebih Sering Buang Air Kecil</h3>
Naiknya kadar hormon progesteron dan estrogen juga dapat mempengaruhi kinerja kandung kemih. Progesteron yang berfungsi membuat dinding kandung kemih menjadi lebih rileks, membuatnya dapat menampung lebih banyak urin. Namun, efek samping yang muncul adalah kandung kemih jadi lebih cepat terisi dan meningkatkan frekuensi buang air kecil. Selain perubahan hormon, meningkatnya aliran darah ke panggul untuk memenuhi kebutuhan janin juga dapat mempercepat produksi urin yang membuat kandung kemih lebih cepat terisi.&nbsp;
<h3>7. Perasaan jadi Lebih Sensitif&nbsp;</h3>
Peningkatan kadar hormon progesteron dan estrogen ternyata juga dapat memengaruhi keseimbangan kimia dalam otak, yang menyebabkan perubahan suasana hati. Namun, kondisi stres pada tubuh yang diakibatkan oleh perubahan pola makan dan tidur juga dapat menjadi pemicunya.
Demikianlah sejumlah tanda awal kehamilan yang perlu Anda ketahui. Perlu dipahami bahwa sekian ciri di atas merupakan hal yang normal dan dapat berbeda-beda pada setiap perempuan. Untuk memastikan kondisi kehamilan, sebaiknya segera lakukan konsultasi dengan dokter kandungan untuk mendapatkan diagnosa dan perawatan yang tepat.&nbsp;
Foto: Designed by freepik
Sumber:
https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/healthyliving/pregnancy-signs-and-symptoms
https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/getting-pregnant/in-depth/symptoms-of-pregnancy/art-20043853

7 Tanda Awal Kehamilan Menurut Dokter Kandungan

tahapan-tekstur-makanan-bayi-6-hingga-12 bulan

Memberi makan bayi 6-12 tahun bisa dimulai dengan makanan yang dihaluskan, semi halus hingga makanan utuh namun tetap lembut. Baca penjelasan selengkapnya di sini.

Nutrisi

Setelah selama enam bulan mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) atau susu, tibalah waktunya si kecil mulai mengenal makanan. Pengalaman pertama memperkenalkan makanan bagi bayi membuat Anda bersemangat untuk memberikan makanan terbaik untuknya. Namun sebelumnya, Ayah Bunda perlu membekali diri dengan wawasan bagaimana tahapan pertama memberikan makanan.&nbsp;
Berkonsultasi dengan dokter adalah langkah pertama sesaat sebelum memberikan makanan untuk si kecil, dan sangat baik jika Ayah Bunda memulainya dengan membaca artikel ini untuk mengetahui tahapan tekstur makanan bayi usia enam sampai 12 bulan. Supaya saat berdiskusi dengan dokter, Ayah Bunda lebih banyak lagi mendapatkan informasinya.&nbsp;
Artikel ini akan membantu Anda mengetahui bagaimana seharusnya tahapan tekstur makanan bayi 6-12 bulan yang ideal, hal-hal yang perlu diperhatikan saat memberikan makan pada bayi, hingga tips supaya anak tertarik dan tak menolak untuk makan.&nbsp;
<h2>Panduan Tekstur Makanan untuk Bayi</h2>
Saat memasuki usia enam bulan, bayi umumnya sudah memiliki kontrol yang kuat terhadap kepala serta lehernya menandakan bahwa bayi sudah siap untuk makan. Pada awal mulai memberikan makanan pendamping asi atau MPASI, berikan makanan yang lunak dengan cara menghaluskannya terlebih dahulu.&nbsp;
Hal ini sebagai awal untuk memperkenalkan tekstur makanan kepada bayi, setelahnya Ayah Bunda bisa secara perlahan menaikkan grade atau tingkatan tekstur makanan. Kapan dan tekstur makanan seperti apa yang diberikan pada bayi berusia 6-12 bulan? Berikut rincian dan penjelasannya.&nbsp;
<h3>1. Tahap Awal Usia 6-8 Bulan&nbsp;</h3>
Pada tahap ini, bayi Ayah Bunda sebaiknya mendapatkan makanan yang telah dihaluskan sehingga bayi mudah untuk menelannya. Makanan yang diberikan idealnya satu jenis makanan yang dihaluskan sampai seperti bentuk selai.&nbsp;
Cara mengetes kehalusannya adalah dengan meneteskannya di atas sendok, jika mudah menetes atau jatuh maka dapat diberikan. Mudahnya untuk membayangkan bentuknya adalah seperti bubur yang sangat halus.&nbsp;
Mulailah memberikan dengan sendok kecil dan pastikan bayi sudah menelan atau melumatnya sampai habis, baru Ayah Bunda kembali memberikannya. Makanan yang dapat diberikan dengan cara dihaluskan pada usia 6-8 bulan adalah: mangga, alpukat, wortel, labu hingga bubur yang dihaluskan kembali.&nbsp;
<h3>2. Tahap Menengah Usia 8-12 Bulan&nbsp;</h3>
Setelah berhasil memberikan makanan dengan tekstur paling halus, tingkatkan teksturnya dengan memberikan tidak lagi sehalus di awal. Hal ini karena bayi Anda sudah masuk dalam tahap mengunyah atau menggigit.&nbsp;
Transisi akan berhasil jika Ayah Bunda tidak langsung menaikkan tekstur makanan dan tetap memberikan makanan yang lembut. Hanya saja sesekali atau diselingi memberikan yang halus, jika bayi Ayah Bunda menolak ketika mendapatkan makanan yang tidak halus lagi.&nbsp;
Pada tahap menengah ini, Ayah Bunda bisa memberikan dua jenis makanan yang diolah menjadi satu sehingga menghasilkan makanan dengan tekstur yang lebih tebal. Makanan yang dapat diberikan pada usia 8-12 bulan adalah campuran antara bayam dengan ayam, campuran apel, kacang hijau dan brokoli hingga campuran blueberry, mangga dan alpukat.&nbsp;
<h3>3. Tahap Akhir Usia 10-12 Bulan</h3>
Lanjutkan ke tahapan tekstur makanan yang lebih padat, setelah Anda yakin bayi usia 10-12 bulan telah berhasil mengunyah dan menelan dengan baik. Ayah Bunda sudah dapat memberikan nasi, potongan daging kecil, sayur yang telah diiris tipis. Meski begitu, pastikan makanan tersebut sudah dapat dihancurkan oleh gigi si kecil yang mulai tumbuh.&nbsp;
Tahap ini menjadi waktu yang ideal untuk bayi Ayah Bunda memulai finger food yang lembut dan aman. Hal ini penting untuk membuat bayi Anda lebih percaya diri dalam mengunyah serta melatih kemandiriannya untuk makan.&nbsp;
<h2>Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Saat Memberikan Bayi Makan</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/1688553482.jpg" />
Meski bayi telah mendapatkan Makanan Pendamping ASI atau MPASI, namun minum ASI atau susu tetap perlu diberikan. Supaya bayi Ayah Bunda tidak mengalami rasa kenyang berlebihan dan mengakibatkan muntah, jadwal makan perlu dibuat untuk memberikan jarak waktu minum susu dengan makan. Berikut panduan memberikan makan pada bayi berusia 6 bulan hingga 12 bulan.&nbsp;
<h3>1. Jeda Waktu dengan Pemberian Susu&nbsp;</h3>
Waktu yang tepat memberikan makan bayi adalah ketika bayi merasa lapar dan siap untuk makan, pastikan jarak antara pemberian susu dengan makan sekitar 2-3 jam sepanjang hari dan malam. Penting untuk menjadwalkan waktu makan bayi pada saat yang sama setiap hari, agar bayi terbiasa dengan waktu makannya.&nbsp;
<h3>2. Lingkungan yang Tenang&nbsp;&nbsp;</h3>
Ciptakan kondisi atau suasana makan yang tenang dan santai. Usahakan sejauh mungkin terhindar dari gangguan seperti: tontonan televisi atau dari smartphone atau memberikan makan sambil berbicara dengan orang dewasa. Supaya bayi dapat fokus pada makanannya dan tidak merasa terganggu.&nbsp;
<h3>3. Berikan dalam Porsi Kecil&nbsp;</h3>
Jangan memaksa bayi untuk makan jika ia tidak merasa lapar atau menolak makanan yang diberikan. Cobalah untuk memberi makan bayi dalam porsi kecil namun sering, sehingga ia dapat mengatur asupan makanannya sendiri.&nbsp;
<h3>4. Pastikan Makanan Hangat&nbsp;</h3>
Berikan makanan yang masih dalam kondisi hangat, tapi Ayah Bunda perlu memeriksa suhu makanan yang diberikan. Makanan yang terlalu panas dapat membakar mulut bayi, sedangkan makanan yang terlalu dingin dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan sulit ditelan.
<h2>Tips Supaya Bayi Tertarik untuk Makan&nbsp;</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/1688553533.jpg" />
Ayah Bunda perlu menyadari bahwa setiap bayi memiliki kebutuhan makanan yang berbeda-beda, sehingga jangan terlalu khawatir jika bayi tidak makan dalam porsi yang banyak atau jika ia menolak makanan tertentu. Hal yang perlu Ayah Bunda lakukan adalah mengamati setiap reaksi bayi saat makan lalu konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi jika khawatir dengan pola makan bayi Ayah Bunda.
Selain itu, Ayah Bunda dapat mengusahakan sejumlah hal berikut ini untuk membuat si kecil tertarik untuk makan.&nbsp;
<h3>1. Sajikan Makanan yang Menarik&nbsp;</h3>
Meski membutuhkan usaha tapi dengan memberikan makanan yang beragam dan menarik seperti buah-buahan yang dipotong kecil-kecil atau sayuran yang dihaluskan dengan tampilan warna warni atau karakter tertentu, anak akan tertarik untuk mencicipinya.&nbsp;
<h3>2. Sajikan di Atas Piringnya&nbsp;</h3>
Ajak bayi Ayah Bunda untuk berpartisipasi dalam kegiatan makan dengan memberikan potongan makanan kecil-kecil untuk ia pegang. Letakkan di atas piring khusus untuknya bermain-main dengan makanan tersebut.&nbsp;
<h3>3. Ciptakan Suasana Hatinya Gembira&nbsp;</h3>
Mulai dengan memberikan makanan dalam suasana yang menyenangkan dan positif. Ayah Bunda dapat memulainya dengan bernyanyi atau bercanda dengan bayi sebelum waktu makan. Lalu saat makan, pertahankan suasana tersebut dengan mengajaknya berbicara dengan wajah gembira atau tersenyum untuknya.&nbsp;
<h3>4. Tentukan Batas Waktu Makan&nbsp;</h3>
Saat memberikan makan, jangan terburu-buru dan biarkan bayi menikmati waktunya. Meski begitu Ayah Bunda tetap harus menentukan batas waktu makan untuk mencegah makan menjadi terlalu dingin dan anak bosan dengan kegiatan makan tersebut. Batas waktu makan idealnya sekitar 30 menit, agar anak memahami sejak dini proses makan serta mencegah anak stres karena harus makan.&nbsp;
<h3>5. Konsultasi dengan Dokter&nbsp;</h3>
Saat kegiatan makan bayi terus menolak makan dan mengalami penurunan berat badan atau gejala tidak sehat lainnya, segera konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi untuk mendapatkan saran dan bantuan yang tepat.
Semoga artikel ini bisa membantu memberikan wawasan baru bagi Ayah Bunda yang sedang mempersiapkan MPASI atau sedang memberikan MPASI.&nbsp;
Foto: Freepik
Sumber:&nbsp;
https://readysetfood.com/blogs/community/7-stage-3-recipes-for-baby
https://www.verywellfamily.com/baby-food-stages-and-steps-2634465

Tahapan Tekstur Makanan Bayi 6 hingga 12 Bulan

Bantu si kecil mengasah kemampuan motorik dan kognitifnya dengan memberikan 5 mainan untuk bayi 3 bulan.

Bayi

Mainan yang aman dan cocok untuk bayi 3 bulan merupakan hal penting bagi perkembangan bayi. 
Pada usia ini, si Kecil mulai mengeksplorasi tubuhnya, lingkungan sekitarnya dan belajar tentang warna, tekstur, dan suara. 
Mainan yang aman dan cocok dapat membantu dalam proses ini dan memperkaya pengalaman belajarnya.
Namun, memilih mainan tidak boleh sembarangan. 
Mainan yang tepat dapat membantu bayi mengembangkan kemampuan motorik. Seperti, belajar meraih, menggenggam, dan melempar benda. 
Mainan yang cocok juga dapat membantu bayi mengasah kemampuan kognitifnya. Mulai dari kemampuan memproses informasi, mengenal pola, hingga membedakan warna. 
Namun, jika orang tua salah memberikan mainan pada bayi, mainan justru bisa menjadi bahaya. 
Contohnya, seperti bahaya tersedak yang sangat sering dialami oleh bayi usia di bawah 3 tahun.
Tidak heran jika pemerintah di sejumlah negara seperti Australia, misalnya, memiliki standar persyaratan keamanan untuk mainan bayi. 
Jika mainan tidak sesuai, pemerintah bisa mengeluarkan keputusan untuk melakukan penarikan mainan dari pasar dan melakukan pemusnahan. 
Hal ini pernah terjadi pada tahun 2021 ketika pemerintah Australia mengeluarkan peringatan pada warganya.&nbsp;
Peringatan tersebut berupa himbauan untuk tidak membeli produk mainan oleh suatu perusahaan swasta. Perusahaan ini merupakan sebuah produsen kebutuhan bayi asal Amerika Serikat.&nbsp;
 Himbauan tersebut dikeluarkan karena perusahaan tersebut memiliki potensi membuat bayi tersedak
Belajar dari berbagai kejadian yang ada, penting bagi orangtua untuk mengetahui mainan yang sesuai dengan usia dan tahap perkembangan bayi. 
Artikel kali ini akan fokus membahas jenis-jenis mainan yang aman dan cocok untuk bayi 3 bulan.
Rekomendasi mainan ini dipilih karena mudah digunakan dan memberikan stimulasi yang tepat bagi bayi usia 3 bulan. 
Selain itu, mainan ini juga bisa mengembangkan kemampuan motorik dan kognitifnya secara optimal. Tanpa panjang lebar lagi, yuk, kita bahas satu per satu.
<h2>Faktor yang Harus Dipertimbangkan Saat Membeli Mainan Bayi&nbsp;</h2>
<h3>1. Mudah Dimainkan</h3>
Saat memilih mainan bayi, pastikan jika ukuran dan bentuknya sesuai untuk usia bayi Ayah Bunda.
Dengan demikian, si Kecil dapat memegang dan memainkannya dengan mudah dan aman.
<h3>2. Hindari Ukuran Mainan yang Kecil</h3>
Jangan memberikan mainan berukuran kecil atau memiliki bagian kecil yang mudah terlepas.
Mainan seperti ini dapat termakan oleh bayi. Dengan demikian, mainan ini dapat membuat bayi tersedak atau tercekik.
<h3>3. Terbuat dari Bahan yang Aman</h3>
Pastikan mainan yang Ayah Bunda berikan terbuat dari bahan ramah anak. 
Hindari mainan yang memiliki bau menyengat. Ini karena bisa saja mainan tersebut menggunakan cat yang mengandung zat berbahaya.
<h3>4. Tidak Tajam atau Runcing</h3>
Pastikan bahwa mainan tidak tajam atau memiliki sudut yang runcing, sehingga dapat melukai bayi. 
Hindari juga mainan yang terbuat dari besi atau bahan yang keras dan berpotensi menimbulkan cedera serius pada anak.
<h3>5. Tidak Mudah Rusak</h3>
Mainan yang mudah rusak atau pecah dapat berbahaya bagi bayi. Si Kecil bisa saja terluka karena terkena pecahan mainan. 
Mainan yang mudah rusak juga akan membuat AyBun lebih sering merogoh kocek lagi untuk membeli mainan baru.
<h3>6. Tanpa Potensi Tercekik</h3>
Sebaiknya, hindari mainan yang memiliki tali atau benang panjang. Mainan seperti ini dapat membentuk simpul sehingga membuat bayi berpotensi untuk tercekik.
<h2>Rekomendasi Mainan untuk Bayi 3 Bulan</h2>
<h3>1. Mainan Bola Kerincingan</h3>
Untuk bayi usia 3 bulan, mainan tidak perlu terlalu kompleks dan canggih. Yang penting, anak senang dan mainan dapat bermanfaat untuk menstimulasi tumbuh kembangnya. Mainan bola kerincingan ini merupakan salah satu yang cocok. Untuk memainkannya tidak dibutuhkan keterampilan motorik yang sudah terasah. Bayi bisa menggoyang dan meremasnya tanpa kesulitan. Suara kerincingan yang muncul ketika mainan ini digoyangkan juga dapat menstimulasi kemampuan pendengaran si kecil.&nbsp;
<h3>2. Boneka Tangan / Hand Puppet</h3>
Memainkan boneka tangan di depan si kecil juga dapat mengasah kemampuan penglihatannya. Cara memainkannya cukup sederhana, ayah-bunda bisa menurun-naikkan boneka sambil memanggil nama si kecil. Jika bayi Anda sudah mampu melacak pergerakan boneka dengan baik, buat gerakan yang semakin kompleks. Mainan ini juga dapat dimainkan hingga bayi tumbuh besar dan sudah dapat mengendalikan tangannya dengan lebih baik.
<h3>3. Mainan Musik</h3>
Di usianya sekarang, mainan yang mengeluarkan suara merupakan pilihan yang baik. Agar tidak hanya menstimulasi kemampuan pendengarannya, cari mainan musik yang berwarna warni serta memiliki bentuk yang unik atau bahkan dilengkapi dengan cermin bayi. Selain dapat menghibur bayi dan membuatnya tenang, mainan ini dapat mengasah berbagai kemampuan sensoriknya.
<h3>4. Play Gym</h3>
Play Gym adalah karpet dengan mainan yang dirancang untuk membantu tumbuh kembang bayi. Play Gym memiliki banyak fitur dan mainan yang berbeda, seperti mainan gantung, bola, atau mainan yang dapat diputar. Mainan-mainan ini dapat membantu dalam mengembangkan kemampuan motorik kasar dan halus bayi, seperti kemampuan meraih, menggenggam, dan memutar. Play Gym juga dapat menstimulasi kemampuan visual dan auditori bayi. Beberapa Play Gym bahkan memiliki lampu berkedip atau musik yang dapat membantu dalam perkembangan kognitif bayi dan kemampuan memproses informasi.
<h3>5. Buku Cerita</h3>
Meski masih berusia 3 bulan, membacakan buku secara rutin pada anak dapat membantu mengembangkan kemampuan bahasanya. Selain itu, membacakan buku secara rutin sejak dini juga dapat membentuk kebiasaan baca yang akan bermanfaat hingga si kecil dewasa.
Foto: Freepik

5 Mainan yang Aman dan Cocok untuk Bayi 3 Bulan, Ini Rekomendasi dari Ahlinya!

Pilihan makanan yang mengandung zat besi dan bisa AyBun berikan kepada anak! Selalu berikan makanan bergizi ini kepada si Kecil ya.

<a href="tentanganak://article?type=article&amp;id=1014">Makanan yang mengandung zat besi</a> memiliki peran krusial dalam mendukung tumbuh kembang anak. Terutama untuk membentuk hemoglobin dan mendukung fungsi otak.
Namun, 40-50% anak Indonesia <a href="tentanganak://article?type=article&amp;id=1975">kekurangan zat besi</a>, yang dapat memicu berbagai masalah kesehatan. Oleh karena itu, AyBun perlu mengetahui daftar makanan yang mengandung zat besi untuk diberikan kepada si Kecil.
<h2>Makanan yang Mengandung Zat Besi Tinggi</h2>
Berikut ini daftar bahan makanan yang mengandung zat besi tinggi, berdasarkan kadar zat besi per 100 gram, serta rekomendasi Angka Kecukupan Gizi (AKG) harian anak.
<h3>Kebutuhan Harian Zat Besi Berdasarkan Usia</h3>
<ul>
<li>7-11 bulan: 11 mg/hari</li>
<li>1-3 tahun: 7 mg/hari</li>
</ul>
<h3>Sumber Zat Besi Terbaik</h3>
<ol>
<li>Oncom &ndash; 27 mg</li>
<li>Lamtoro Gung (Petai Cina) &ndash; 23.3 mg</li>
<li>Hati Ayam &ndash; 15.8 mg</li>
<li>Kacang Tolo &ndash; 13.9 mg</li>
</ol>
Bahan makanan ini termasuk dalam kasta tertinggi karena kandungan zat besinya jauh melampaui AKG harian. Oncom bahkan memberikan lebih dari dua kali lipat kebutuhan harian untuk anak usia 1-3 tahun.
<h3>Sumber Zat Besi yang Cukup Tinggi</h3>
<ol>
<li>Udang Segar &ndash; 8 mg</li>
<li>Bayam Merah &ndash; 7 mg</li>
<li>Hati Sapi &ndash; 6.6 mg</li>
<li>Kacang Merah &ndash; 6.8 mg</li>
</ol>
Makanan dalam kategori ini sangat membantu memenuhi kebutuhan harian, terutama jika dikombinasikan dengan makanan lain yang kaya vitamin C untuk meningkatkan penyerapan zat besi.
Baca Juga: Studi: <a href="tentanganak://article?type=article&amp;id=1165">Anak Kekurangan Zat Besi Akan Pengaruhi Hasil Vaksinasi</a>
<h3>Sumber Zat Besi Sedang</h3>
<ol>
<li>Telur Bebek &ndash; 5.4 mg</li>
<li>Telur Ayam Kampung &ndash; 4.9 mg</li>
<li>Tempe &ndash; 4 mg</li>
<li>Ikan Baronang &ndash; 3.8 mg</li>
</ol>
Meski kandungan zat besinya lebih rendah, bahan makanan ini tetap menjadi pilihan sehat dan bergizi.
<h3>Sumber Zat Besi yang Rendah</h3>
<ol>
<li>Teri Basah &ndash; 3.9 mg</li>
<li>Telur Ayam Negeri &ndash; 3 mg</li>
<li>Daging Sapi &ndash; 2.8 mg</li>
<li>Daging Ayam &ndash; 1.5 mg</li>
</ol>
Bahan makanan ini cocok sebagai pelengkap untuk variasi menu sehari-hari.
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/67372bc5-95360212-1381-4ac3-beba-42c8808c1550.jpg" />
<h2>Tanda-tanda Anak Kekurangan Zat Besi</h2>
Kekurangan zat besi dapat menyebabkan berbagai gejala, seperti:
<ol>
<li>Kuku sendok (koilonychia) &ndash; Kuku berbentuk cekung.</li>
<li>Rambut rontok &ndash; Pertumbuhan rambut melambat atau mudah rontok.</li>
<li>Luka di sudut mulut (angular cheilitis) &ndash; Luka kecil yang sulit sembuh di pinggir mulut.</li>
<li>Kelopak mata bagian bawah pucat &ndash; Tanda tubuh kekurangan hemoglobin.</li>
<li>Lidah pucat atau halus &ndash; Lidah kehilangan tekstur normalnya.</li>
<li>Telinga berdenging (tinitus) &ndash; Bisa terjadi akibat anemia.</li>
</ol>
Jika anak menunjukkan tanda-tanda di atas, segera konsultasikan dengan dokter untuk memastikan penyebabnya, ya, AyBun.
<h2>Tips Meningkatkan Penyerapan Zat Besi</h2>
<ol>
<li>Kombinasi dengan vitamin C: Sajikan makanan kaya zat besi bersama jeruk, tomat, atau mangga.</li>
<li>Hindari konsumsi teh saat makan: Teh mengandung tanin yang dapat menghambat penyerapan zat besi.</li>
<li>Gunakan panci besi: Memasak dengan panci besi dapat menambah kandungan zat besi pada makanan.</li>
</ol>
<h2>Kesimpulan</h2>
Kekurangan zat besi adalah masalah yang perlu perhatian serius karena berpengaruh pada <a href="tentanganak://article?type=article&amp;id=2045">tumbuh kembang anak</a>.
Dengan mengenali tanda-tanda kekurangan zat besi dan memilih bahan makanan yang kaya zat besi sesuai dengan daftar di atas, AyBun dapat membantu memenuhi kebutuhan harian anak.
Jangan lupa, lengkapi asupan zat besi dengan pola makan seimbang dan vitamin C untuk memaksimalkan penyerapan nutrisi.
Butuh ide memasak bahan kaya zat besi? Cek fitur dan daftar <a href="tentanganak://food_list?type=food_list">Resep</a> untuk menemukan inspirasi hidangan lezat dan bergizi menggunakan bahan favorit AyBun sekeluarga! 🌟

Daftar Makanan yang Mengandung Zat Besi Tinggi, Baik untuk Anak!

Mengulas 12 mitos seputar MPASI beserta fakta berdasarkan penelitian &amp; jurnal baru terpercaya. Temukan informasi yang akurat dan berguna untuk mendukung perkembangan Si Kecil dalam memulai makan padat.

Memasuki usia 6 bulan menjadi momen penting untuk mengenalkan Makanan Pendamping ASI (MPASI) ke Si Kecil. MPASI berperan cukup penting dalam pertumbuhan dan perkembangan Si Kecil. Namun, dengan banyaknya informasi yang beredar, sering kali muncul mitos yang membingungkan terutama untuk para AyBun baru.
<h2>10 Mitos seputar MPASI yang Perlu Diluruskan</h2>
Dalam artikel ini, Tentang Anak akan mengulas beberapa mitos seputar MPASI serta fakta yang didukung oleh penelitian. Sumber-sumber penelitian yang dijadikan acuan akan turut disertakan untuk memastikan keakuratan informasi. Mari simak selengkapnya di bawah ini:
<h3>Mitos 1: Bayi Harus Mulai MPASI Sejak Usia 4 Bulan</h3>
Fakta: Menurut penelitian oleh Dewey, K.G. (2020) yang diterbitkan dalam "The Journal of Nutrition" bayi sebaiknya mulai diberi MPASI pada usia minimal 6 bulan. Pada usia ini, sistem pencernaan bayi sudah cukup matang untuk mengolah makanan padat dengan lebih efisien. Namun, pemberian MPASI sebelum usia 6 bulan dapat dipertimbangkan dalam kondisi tertentu, dengan syarat tidak ada kontraindikasi, dan berdasarkan rekomendasi dari dokter anak.
<h3>Mitos 2: MPASI Harus Dimulai dengan Sereal Beras</h3>
Fakta: Studi yang diterbitkan dalam jurnal "Pediatrics" oleh Baker, R.D. (2020) menunjukkan pentingnya memperkenalkan beragam jenis makanan yang kaya nutrisi seperti sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian. Variasi ini memberikan gizi yang lebih baik kepada bayi dibandingkan memulai dengan sereal beras.
<h3>Mitos 3: Susu Formula Setara dengan ASI atau ASIP</h3>
Fakta: Penelitian oleh Rollins, N.C. et al. (2020) yang dipublikasikan dalam "The Lancet" menegaskan bahwa ASI dan ASIP memiliki keunggulan dalam memberikan nutrisi yang lebih baik dan melindungi bayi dari penyakit.
<h3>Mitos 4: Menambahkan Gula atau Garam pada MPASI Menambah Rasa</h3>
Fakta: Penelitian oleh Ventura, A.K. et al. (2020) dalam "The American Journal of Clinical Nutrition" menegaskan bahwa makanan bayi tidak memerlukan tambahan gula atau garam. Pemberian makanan alami membantu mengembangkan preferensi rasa yang sehat sejak dini.
<h3>Mitos 5: Pemberian MPASI Tepat Waktu Meningkatkan Kualitas Tidur Bayi</h3>
Fakta: Studi oleh Brown, A. et al. (2020) dalam "JAMA Pediatrics" menunjukkan bahwa waktu pemberian MPASI sebelum atau setelah usia 6 bulan tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas tidur bayi, yang lebih dipengaruhi oleh kebutuhan tidur individu dan rutinitas tidur yang baik.
<h3>Mitos 6: Memberikan Makanan Alergenik Meningkatkan Risiko Alergi</h3>
Fakta: Penelitian dalam "Pediatric Allergy and Immunology" oleh Perkin, M.R. et al. (2020) menunjukkan bahwa memperkenalkan makanan alergenik (seperti: gluten, ikan, telur) pada usia dini (6 bulan) dapat membantu mengurangi risiko alergi, dengan syarat diberikan secara bertahap dan terkontrol.
<h3>Mitos 7: Bayi Harus Menghabiskan Seluruh Porsi MPASI yang Diberikan</h3>
Fakta: Ini jelaPenelitian oleh Hurley, K.M. et al. (2020) dalam jurnal "Pediatrics" menunjukkan bahwa bayi memiliki kemampuan alami untuk mengatur asupan makanan mereka. Memberikan kebebasan kepada bayi untuk mengontrol porsinya sendiri membantu mereka mengembangkan kemampuan mengatur makanan sejak dini.
<h3>Mitos 8: MPASI Sebaiknya Diberikan Setiap Hari</h3>
Fakta: Studi oleh Forbes, L.E. et al. (2020) dalam "International Breastfeeding Journal" menyoroti bahwa MPASI sebaiknya diperkenalkan sebagai pelengkap ASI atau ASIP, bukan pengganti. Pengenalan MPASI secara bertahap membantu bayi dalam beradaptasi dengan perubahan pola makan mereka.
<h3>Mitos 9: Menghentikan ASI Setelah Memulai MPASI</h3>
Fakta: Penelitian oleh Pries, A.M. et al. (2020) yang diterbitkan dalam "Maternal &amp; Child Nutrition" menekankan bahwa pemberian ASI atau ASIP tetap penting bahkan setelah memperkenalkan MPASI. Keduanya saling melengkapi untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi.
<h3>Mitos 10: MPASI Harus Dimulai dengan Porsi yang Besar</h3>
Fakta: Menurut "Nutrition Bulletin" tahun 2020, MPASI sebaiknya dimulai dengan porsi kecil dan ditingkatkan secara perlahan. Hal ini membantu bayi mengatasi perubahan makanan dan mengurangi risiko tersedak, sambil memprioritaskan asupan kalori harian dari ASI atau susu formula.
<h3>Mitos 11: Memberikan Kopi Untuk Mencegah Kejang</h3>
Fakta: AAP merekomendasikan tidak memberikan kopi berkafein kepada anak di bawah usia 12 tahun. Anak yang memiliki risiko kejang sebaiknya dibawa ke dokter untuk mendapatkan resep obat anti-kejang, bukan diberi minum kopi sebagai pengobatan.
<h3>Mitos 12: Memberikan Madu Pada MPASI sebagai Gula Alami</h3>
Fakta: Menurut WHO sebagai panduan global, memberikan madu kepada bayi yang berusia di bawah satu tahun dapat meningkatkan risiko terkena botulisme, dapat merusak gigi, dan meningkatkan risiko obesitas. Disarankan untuk menunda pemberian madu sampai bayi mencapai usia satu tahun atau lebih.
Baca juga: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=1202">Amankah MPASI dengan BLW? Kenali Anjuran MPASI Anak dari IDAI</a>
<h2>Penutup</h2>
Penting bagi para AyBun untuk memahami perbedaan antara mitos dan fakta terkait MPASI. Dengan dasar penelitian &amp; jurnal ilmiah, artikel ini memberikan panduan yang akurat untuk membantu dalam memberikan makanan yang sesuai dan bermakna bagi perkembangan bayi.
Dapatkan akses lebih banyak ide resep sesuai kebutuhan kalori dan gizi untuk Si Kecil di fitur <a href="tentanganak://food_list?type=food_list">resep</a>. Semoga informasi di atas bermanfaat!

Mitos Seputar MPASI. Cek Faktanya Berdasarkan Penelitian

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu penyakit serius yang harus diwaspadai oleh ayah-bunda yang memiliki bayi atau anak-anak. Alasannya karena si kecil masuk dalam kelompok yang rentan terkena DBD. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI tahun 2022, kasus dengue di Indonesia mencapai 131.265 kasus, dan sekitar 40% penderita adalah anak-anak

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu penyakit serius yang harus diwaspadai oleh ayah-bunda yang memiliki bayi atau anak-anak. Alasannya karena si kecil masuk dalam kelompok yang rentan terkena DBD. 
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI tahun 2022, kasus dengue di Indonesia mencapai 131.265 kasus, dan sekitar 40% penderita adalah anak-anak usia 0-14 tahun. Di sisi lain, tingkat kematian anak akibat DBD juga sangat tinggi yakni mencapai 1.135 kasus dengan 73% terjadi pada anak usia 0-14 tahun.&nbsp;
Nah, untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit ini, ayah-bunda wajib mengetahui ciri-ciri DBD pada anak. 
Tujuannya agar si kecil segera mendapatkan penanganan yang tepat ketika terkena DBD. Lantas, apa saja ciri-ciri DBD pada anak yang perlu diwaspadai dan bagaimana pertolongan pertamanya ketika si kecil terkena DBD? Baca artikel ini hingga tuntas untuk mendapatkan jawabannya.
<h2>7 Ciri-Ciri DBD pada Anak</h2>
Gejala DBD pada anak bisa berbeda-beda satu dan lainnya. Namun, terdapat sejumlah ciri yang khas yang sayangnya sering diabaikan oleh orang tua karena anak kecil dan bayi belum bisa mengkomunikasikan kondisi yang dialaminya. Berikut ini adalah sejumlah gejala tersebut:
<h3>1. Demam Tinggi</h3>
Anak yang menderita DBD biasanya akan mengalami Demam tinggi dan tiba-tiba dengan suhu mencapai 37,5 hingga 40 derajat Celsius. Demam ini biasanya berlangsung selama 2-7 hari. Demam biasanya terjadi pada fase awal demam berdarah.
<h3>2. Nyeri di Belakang Mata</h3>
Nyeri di belakang mata merupakan salah satu gejala umum DBD. Gejala ini biasanya terjadi pada fase demam akut. 
Nyeri biasanya terjadi di area sekitar mata dan dahi, dan dapat menjadi lebih parah saat anak menggerakan mata. Gejala ini biasanya muncul pada hari ke-3 hingga ke-5 dan bisa berlangsung selama beberapa hari.
<h3>3. Nyeri Sendi, Otot dan Tulang</h3>
Rasa nyeri pada sendi, otot, dan tulang merupakan gejala lain DBD. Nyeri ini bisa menjadi sangat parah dan membuat anak kesulitan untuk bergerak. Gejala ini biasanya muncul selama fase demam akut DBD, yang berlangsung selama 2-7 hari.&nbsp;
<h3>4. Sakit Kepala Parah</h3>
Sakit kepala yang menjadi gejala DBD biasanya sangat parah dan terlokalisasi di area belakang mata atau dahi. Si kecil akan mengalami sakit kepala berdenyut-denyut dan dapat membuatnya tidak nyaman bahkan saat beristirahat.
<h3>5. Munculnya Ruam Merah</h3>
Ruam pada kulit si kecil juga menjadi ciri khas DBD. Ruam muncul karena pendarahan kecil di bawah kulit, yang disebut sebagai petekie. Petekie terjadi karena kerusakan pada dinding pembuluh darah kecil dan pelebaran (dilatasi) pembuluh darah yang terjadi pada fase demam akut DBD. 
Pada fase ini, jumlah trombosit dalam darah penderita DBD juga cenderung menurun, sehingga membuat penderita lebih rentan mengalami perdarahan.
Petekie yang muncul pada kulit biasanya berukuran kecil dan berbentuk bercak-bercak yang merah atau merah keunguan. Ruam pada DBD dapat muncul di seluruh tubuh, termasuk pada tangan, kaki, wajah, dan seluruh bagian tubuh.
<h3>6. Mimisan dan Gusi Berdarah</h3>
Pendarahan akibat demam akut juga bisa mengakibatkan mimisan pada anak dan keluarnya darah dari gusi si kecil.
<h3>7. Mual dan Muntah</h3>
Saat terkena DBD, si kecil juga akan mengalami mual dan muntah dalam frekuensi yang cukup sering (lebih dari 3 kali sehari). Kondisi ini biasanya terjadi karena adanya peradangan pada selaput lendir lambung yang disebabkan oleh infeksi virus dengue. Selain itu, mual dan muntah juga dapat terjadi akibat gangguan fungsi hati pada penderita DBD.
<h2>Cara Menangani DBD pada Anak</h2>
Jika si kecil memiliki sekian ciri di atas, segera bawa ke dokter atau rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis yang tepat. Sebelum sampai ke dokter atau rumah sakit, berikut beberapa tindakan yang dapat dilakukan oleh orang tua:
<ol>
<li> Memberikan cairan yang cukup karena penderita DBD rentan mengalami dehidrasi akibat muntah yang sering. Pastikan anak minum air putih yang cukup, dan memberikan cairan elektrolit seperti oralit, agar tubuh tetap terhidrasi dengan baik.</li>
<li> Memberikan obat penurun demam seperti paracetamol. Namun, hindari pemberian obat golongan NSAID seperti aspirin, ibuprofen, dan naproxen karena dapat meningkatkan risiko perdarahan.</li>
<li> Memberikan makanan yang sehat dan bergizi seperti buah-buahan dan sayuran untuk menjaga kesehatan anak dan mempercepat pemulihan.</li>
</ol>
Selain itu, penting juga untuk menghindari nyamuk sebagai vektor virus dengue dengan cara memasang kelambu pada tempat tidur anak, menggunakan obat nyamuk, dan membersihkan lingkungan sekitar rumah dari tempat-tempat yang bisa menjadi tempat berkembang biak nyamuk.
Nah, demikianlah sejumlah informasi penting mengenai demam berdarah pada anak yang perlu dikteahui oleh ayah-bunda. Semoga bermanfaat.
Foto: Freepik
Sumber:
Hermawanto, A. 2022. Mengenal Gejala DBD Pada Bayi. Jakarta. Yankes: Kementerien Kesehatan RI.
Rokom. 2023. Atasi Dengue, Kemenkes Kembangkan Dua Teknologi ini. Jakarta. Sehat Negeriku: Kementerian Kesehatan RI.