
Ketahui waktu terbaik untuk mengkonsumsi vitamin dan mineral! Vitamin D, K, C, B Kompleks, dan Omega 3, serta kapan bisa digabung dengan konsumsi makanan tertentu. Selengkapnya di artikel ini.

Kesehatan Anak

<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/667efc94-33036d34-fdbb-4d34-8db8-80d248091b7b.png" alt="waktu-terbaik-anak-minum-vitamin" width="60%" height="60%" />
&nbsp;
<ol>
<li>Vitamin dan mineral yang larut dengan lemak, seperti Vitamin D, Vitamin K &amp; Omega 3, bisa dikonsumsi bersama makanan tinggi lemak. Jangan pada saat perut kosong ya.</li>
<li> Mineral dan vitamin yang larut dalam air seperti Vitamin C &amp; B kompleks dan zat besi bisa diminum kapanpun bahkan dalam keadaan perut kosong atau 1 jam sebelum makan.</li>
<li>Untuk vitamin B sebaiknya di pagi hari karena berperan dalam metabolisme makanan juga, lho.</li>
<li> Multivitamin, umumnya mengandung campuran vitamin larut air dan lemak, disarankan untuk mengkonsumsinya dengan makanan, sehingga penyerapan vitamin larut lemaknya efektif dan mengurangi efek samping akibat vitamin larut air jika diminum pada saat perut kosong.</li>
<li> Magnesium sebaiknya diminum setelah makan untuk menghindari efek samping mual, pusing, dan diare. Magnesium dapat membantu aktivitas vitamin D di dalam tubuh, jadi bisa dikonsumsi dengan vitamin D.</li>
</ol>

Waktu Terbaik Anak Minum Vitamin

Temukan tempat-tempat wisata seru di Jabodetabek yang cocok untuk mengenalkan hewan kepada Si Kecil. Nikmati petualangan edukatif di Aviary Park Indo, Animalium BRIN, Faunaland Ancol, dan harga masuknya.

Hai AyBun!
Si Kecil lagi suka banget sama hewan? Karena musim liburan telah tiba, coba yuk ajak anak untuk berkenalan lebih dekat dengan melihat langsung berbagai macam satwa. Mengenalkan hewan juga bisa menjadi sarana untuk menstimulasi kognitif anak sekaligus mempererat bounding antara AyBun dengan Si Kecil
Dijamin seru banget dan pasti banyak pengalaman baru yang bisa Si Kecil pelajari. Berikut 6 rekomendasi tempat wisata untuk mengenalkan hewan ke Si Kecil yang bisa AyBun kunjungi di wilayah Jabodetabek:
<h2>Aviary Park Indo</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/66746cd9-8d76494a-9d23-4aaf-9f7b-0009547db986.jpg" alt="aviary park indo" width="50%" height="50%" />
Sumber Foto: <a href="https://x.com/NaikMotor_ID/status/1716681094664516035/photo/1">Twitter</a>
Wisata baru di Bintaro ini cocok banget buat AyBun yang pengen menikmati alam terbuka sambil mengenalkan berbagai macam satwa ke Si Kecil. Di sini, AyBun bisa menemukan berbagai jenis burung yang berwarna-warni dan eksotis. Ada juga aktivitas seru seperti bird show yang pastinya bakal bikin si Kecil terpukau.
Interaksi langsung dengan burung-burung cantik ini juga bisa menjadi pengalaman yang mengesankan dan edukatif. Jadi, selain bermain, si Kecil juga bisa belajar banyak hal baru tentang dunia burung. Cocok banget buat rekreasi keluarga yang ingin suasana berbeda!
<ul>
<li>📍Jl. Bintaro Creative District No.15, Kota Tangerang Selatan</li>
<li>HTM: Dewasa Rp 70.000 | Anak Rp 65.000</li>
</ul>
<h2>Animalium BRIN</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/66746cfa-b95ae2be-9f93-4cef-8071-74364ddd8196.jpg" alt="animalium brin" width="50%" height="50%" />
Sumber Foto: <a href="https://x.com/lostbo_okmark/status/1799398385893695868/photo/2">Twitter</a>
Masuk ke dalam Kawasan Animal Science Tourism terbesar di Indonesia. AyBun dan Si Kecil bisa menjelajahi berbagai macam hewan yang sudah jarang ditemukan di tempat lain. Dari reptil yang eksotis hingga mamalia yang unik, semuanya ada di sini.&nbsp;
Selain melihat hewan-hewan tersebut, Si Kecil juga bisa belajar tentang habitat dan perilaku berbahai hewan melalui berbagai pameran dan display edukatif yang tersedia. Benar-benar menyenangkan dan pastinya akan menambah pengetahuan si Kecil tentang dunia hewan.
<ul>
<li>📍KST SOEKARNO, Jl. Raya Jakarta-Bogor No.KM 46, Sentul, Kec. Cibinong</li>
<li>HTM: Dewasa Rp95.000 | Anak Rp120.000</li>
</ul>
<h2>Faunaland Ancol</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/66746d12-24472f34-748a-4428-887b-79fe9ffcd874.jpg" alt="faunaland ancol" width="50%" height="50%" />
Sumber Foto: Faunaland Ancol
Faunaland Ancol adalah kebun binatang mini dengan konsep outdoor yang unik. Banyak satwa ditempatkan di area terbuka sehingga Si Kecil bisa berinteraksi langsung tanpa terhalang jeruji kandang! Tentunya perlu pengawasan AyBun ya biar makin aman.
Selain itu, Faunaland juga menyediakan berbagai pertunjukan hewan yang mendidik dan menghibur. Ini adalah tempat yang sempurna untuk mengenalkan si Kecil pada keanekaragaman satwa dan lingkungan mereka dengan cara yang sangat menyenangkan.
<ul>
<li>📍Allianz Ecopark Ancol, Jakarta, Indonesia 14430</li>
<li>HTM: Weekday Rp80.000 | Weekend Rp90.000</li>
</ul>
<h2>Scientia Square Park</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/66746d3d-94f7063e-a74e-4cff-b994-d14f314acbba.jpg" alt="Scientia Square Park" width="50%" height="50%" />
Sumber Foto: Scientia Square Park
Scientia Square Park menawarkan ruang terbuka hijau dengan fasilitas modern yang sangat cocok untuk keluarga. Di sini, AyBun dan Si Kecil bisa menikmati berbagai kegiatan seru seperti outbound, jogging track, dan menikmati panorama alam yang indah.
Si Kecil akan melihat berbagai hewan seperti sapi, kuda, rusa, kelinci, ayam, burung, bebek, ikan, hingga alpaca. Mereka juga bisa merasakan serunya naik kuda dengan biaya tambahan Rp50.000, serta memberi makan hewan-hewan tersebut.
Selain itu, ada juga area mini pool dengan busa yang melimpah, di mana Si Kecil bisa bermain air sepuasnya. Setelah lelah bermain, tersedia berbagai jajanan enak yang bisa dinikmati. Tempat ini benar-benar cocok untuk keluarga yang ingin menghabiskan waktu berkualitas sambil menikmati udara segar dan aktivitas outdoor yang menyenangkan.
<ul>
<li>📍Scientia Boulevard, Gading Serpong, Tangerang</li>
<li>HTM: Weekday Rp45.000 | Weekend Rp95.000</li>
</ul>
<h2>Jakarta Aquarium</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/66746d76-09b4f699-5e0f-4a29-9edb-de14b074103d.jpg" alt="jakarta aquarium" width="50%" height="50%" />
Sumber Foto: <a href="https://x.com/senjatanuklir/status/1696902386843844783/photo/4">Twitter</a>
Jakarta Aquarium adalah akuarium indoor terbesar di Indonesia yang menawarkan pengalaman luar biasa bagi Si Kecil. Dengan lebih dari 3.500 spesies hewan akuatik dan non-akuatik, Si Kecil bisa melihat berbagai jenis ikan, reptil, dan mamalia laut yang mungkin belum pernah mereka lihat sebelumnya.
Di sini, AyBun bisa mengajak Si Kecil untuk berinteraksi langsung dengan hewan-hewan tersebut, seperti menyentuh, membelai, dan memberi makan. Dipandu oleh penjaga hewan yang berpengalaman, AyBun dan si Kecil akan mendapatkan informasi menarik tentang kehidupan hewan-hewan tersebut.
<ul>
<li>📍Neo Soho Mall, Lantai LG 101-LGM 101, Jl. Letjen S. Parman No.Kav 28, Jakarta Barat</li>
<li>HTM: Weekday Rp122.500 - Rp196.000 | Weekend Rp147.000 - Rp220.500</li>
</ul>
<h2>Taman Safari Bogor</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/66746d95-55661c96-3702-42fd-a864-2eff76fd59ad.jpg" alt="taman safari bogor" width="50%" height="50%" />
Sumber Foto: <a href="https://x.com/TSI_Bogor/status/1397787382385025025/photo/1">Taman Safari</a>
Siapa yang gak kenal Taman Safari Bogor? Tempat wisata ini menawarkan pengalaman safari yang tak terlupakan bagi seluruh keluarga. Di sini, AyBun dan si Kecil bisa menikmati perjalanan safari dengan menggunakan mobil atau bus khusus untuk melihat berbagai macam hewan dari dekat.&nbsp;
Hewan-hewan seperti singa, harimau, jerapah, dan zebra bisa dilihat dengan jelas di habitat mereka yang alami. Selain itu, Taman Safari Bogor juga memiliki berbagai atraksi menarik seperti elephant safari trail, feeding penguin, hingga swimming with dolphins yang pasti akan membuat Si Kecil semakin antusias.&nbsp;
<ul>
<li>📍Jl. Kapten Harun Kabir No.724, Cibeureum, Cisarua, Bogor</li>
<li>HTM: RP 245.000</li>
</ul>
<h2>Kebun Binatang Ragunan</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/66746dbe-6d2d8a93-b3cf-41e3-ba1f-e1b7499d0d59.jpg" alt="kebun binatang ragunan" width="50%" height="50%" />
Sumber Foto: Kebun Binatang Ragunan
Kebun Binatang Ragunan adalah salah satu tempat wisata favorit di Jakarta. Dengan harga tiket yang terjangkau, AyBun bisa mengajak si Kecil melihat berbagai macam hewan dari seluruh dunia.&nbsp;
Di sini, ada berbagai macam satwa seperti gajah, jerapah, harimau, dan banyak lagi. Selain itu, Ragunan juga memiliki pusat primata Schmutzer yang menjadi rumah bagi berbagai jenis primata yang unik dan menarik.
<ul>
<li>📍Jl. Harsono RM No.1, Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan</li>
<li>HTM: Dewasa Rp 4.000 | Anak Rp 3.000</li>
</ul>
Baca juga: <a href="https://share.tentanganak.com/Shof/9xc9giwk">Liburan di rumah aja? Yuk, Asah Kecerdasan Anak dengan Bercerita</a>
<h2>Penutup</h2>
Yuk, jadikan liburan Si Kecil lebih berkesan dengan mengunjungi tempat-tempat seru untuk mengenal berbagai macam hewan sekaligus juga untuk bounding time bersama Si Kecil agar semakin banyak memori indah yang tercipta!&nbsp;
Jangan lupa juga, pastikan AyBun melindungi kulit Si Kecil dari sinar UV dengan menggunakan Physical Sunscreen dari Expert Care, rekomendasi terbaik untuk melindungi kulit. Beli produknya <a href="https://share.tentanganak.com/Shof/pw1n4kue">di sini</a>.

Rekomendasi Tempat Wisata untuk Mengenalkan Hewan ke Si Kecil

Cara mengatasi bayi pilek dapat dimulai dengan memberikan ASI yang cukup, membersihkan cairan hidung bayi secara teratur, hingga membuat bayi nyaman.

Influenza

Masalah Kesehatan

Bayi memiliki sistem imun yang masih lemah, sehingga mereka rentan terkena penyakit, salah satunya pilek. Penyebab pilek bisa dari apa saja, mulai dari iritasi, alergi, infeksi, hingga paparan polusi.&nbsp;
Pilek sendiri bukanlah sebuah penyakit, melainkan gejala dari penyakit tertentu pada saluran pernapasan, seperti flu, sinusitis, rhinitis, dan lainnya. Pilek juga bisa berasal dari cuaca dingin, polusi asap rokok, dan debu.
Bayi yang sedang pilek kerap membuat AyBun khawatir, karena cairan yang keluar dari hidung perlu dibersihkan, belum lagi jika lendir membuat pernapasan bayi terhambat. Nah, untuk menyembuhkan pilek bayi, AyBun perlu ketahui penyebabnya terlebih dahulu, cek di bawah ini untuk tahu selengkapnya!&nbsp;
<h2>Apa Saja Penyebab Bayi Pilek?</h2>
Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER), bayi memang rentan terhadap pilek. Penyebab utamanya adalah mereka belum memiliki kekebalan terhadap banyak infeksi umum. Jadi, sangat lumrah apabila bayi mengalami enam hingga delapan pilek pada tahun pertama kehidupan.&nbsp;
Mungkin si kecil juga akan mengalami lebih banyak pilek lagi jika AyBun sering membawa bayi bertemu orang banyak. Tetapi, pilek adalah sebuah gejala yang dapat sembuh sendiri dengan penanganan yang tepat.
Pilek biasa atau terkenal dengan istilah common cold adalah infeksi pada hidung dan tenggorokan yang dapat disebabkan oleh salah satu atau beberapa dari 200 virus. Virus yang sering menyebabkan pilek adalah rhinovirus. Virus tersebut memasuki tubuh bayi melalui mulut, mata, atau hidungnya.
Setelah terinfeksi oleh virus, bayi mengalami pilek dan tubuhnya akan menyesuaikan, kemudian si kecil menjadi kebal terhadap virus tersebut. Tetapi karena banyaknya virus yang menyebabkan pilek, bayi mungkin harus mengalami beberapa pilek dan lebih banyak lagi sepanjang hidupnya.&nbsp;
Untuk lebih jelasnya, bayi dapat terinfeksi virus melalui:
<h3>1. Udara</h3>
Ketika seseorang sedang sakit batuk, bersin, atau berbicara, ia akan menularkan virus dan penyakit ke bayi melalui udara dalam bentuk tetesan atau percikan air liur. Bayi yang belum memiliki kekebalan terhadap virus tersebut akan merasakan gejala pilek sekitar satu sampai lima hari.
<h3>2. Kontak langsung</h3>
Seseorang dengan flu ketika menyentuh bagian tubuh si kecil dapat menyebarkan virus tersebut. Virus akan masuk melalui mata, hidung atau mulutnya. Oleh sebab itu, penting untuk AyBun agar memperhatikan dan menjaga kebersihan ketika berada di dekat bayi.
<h3>3. Permukaan yang terkontaminasi&nbsp;</h3>
Beberapa virus dapat hidup di atas permukaan selama beberapa jam. Bayi dapat tertular virus dengan menyentuh permukaan yang terkontaminasi. Oleh sebab itu, AyBun perlu membersihkan mainan, dan barang yang sering dipegang bayi agar terhindar dari kontaminasi virus.
<h2>Gejala Pilek pada Bayi</h2>
Ada beberapa tanda bahwa bayi memiliki gejala flu. Apabila muncul gejala pilek pada bayi yang baru lahir, disarankan agar AyBun langsung membawa si kecil langsung ke dokter atau pelayanan kesehatan terdekat.&nbsp;
Beberapa gejala pilek adalah sebagai berikut:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Hidung tersumbat atau berair</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Cairan hidung yang bening kemudian berubah menjadi kuning atau hijau</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Demam</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bersin</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Batuk</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Nafsu makan menurun</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Rewel</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kesulitan tidur</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kesulitan menyusui atau minum susu dari botol karena hidung tersumbat.</li>
</ul>
Apabila terjadi komplikasi gejala penyakit pada bayi, AyBun perlu segera membawa bayi ke dokter.&nbsp;
<h2>Bagaimana Cara Mengatasi Bayi Pilek di Rumah?</h2>
Pilek seharusnya dapat sembuh dengan sendirinya. Namun, gejala ini sangat mengganggu pernapasan bayi, oleh karena itu AyBun perlu memastikan bayi agar tetap nyaman dan tidur nyenyak. Berikut adalah cara mengatasi bayi pilek di rumah:
<h3>1. Memberikan ASI atau susu secara teratur</h3>
Dikutip dari Centers of Disease Control and Prevention (CDC), ketika si kecil mengalami pilek, AyBun harus memberikannya asupan ASI atau susu secara teratur. Bayi membutuhkan ASI atau susu agar tetap terhidrasi dengan baik. Apabila bayi kesulitan menyusu dari payudara, AyBun dapat memberikan ASI melalui cangkir atau botol.
<h3>2. Jaga kebersihan lingkungan sekitar</h3>
Yang tidak kalah penting adalah selalu menjaga kebersihan di lingkungan sekitar. Ini termasuk kebersihan dari AyBun yang harus mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum memegang bayi. Jika air tidak ada, AyBun dapat menggunakan hand sanitizer yang memiliki minimal 60% alkohol.
<h3>3. Membuat bayi nyaman</h3>
Si kecil mungkin akan mengalami kesulitan tidur ketika sedang pilek, maka dari itu AyBun harus membuat bayi tetap nyaman. Ini bisa dengan memposisikan kepala si kecil dengan menggunakan bantal tambahan.
AyBun juga harus memperhatikan kondisi ruangan bayi. Tempatkan si kecil di ruangan tanpa pendingin udara atau AC. Lebih baik lagi jika AyBun memiliki humidifier untuk menjaga kualitas dan kelembapan ruangan.
<h3>4. Menjauhkan bayi dari orang sakit</h3>
Yang terpenting adalah menjauhkan bayi dari orang yang sedang sakit. Oleh karena itu, disarankan bayi yang baru lahir tidak bertemu orang banyak terlebih dahulu, dan jangan membawa bayi ke tempat umum.
AyBun juga harus memulai kebiasaan ketika batuk atau bersin harus ditutupi dengan tisu yang kemudian dibuang langsung ke tempat sampah. Ini berlaku juga dengan anggota keluarga lain yang tinggal satu rumah dengan bayi. Jika tisu tidak ada, maka bisa secepatnya ditutup dengan siku.&nbsp;
<h3>5. Mencuci Hidung Bayi</h3>
Apabila pilek mengganggu pernapasan si bayi, AyBun dapat mencuci hidung bayi dengan langkah-langkah berikut ini: 
<h3>a. Siapkan Alat dan Bahan</h3>
Saat melakukan cuci hidung, AyBun memerlukan beberapa peralatan, seperti baskom atau wadah, tisu atau lap, Transofix, 500 ml cairan NaCl 0,9%., dan Spuit 10 cc.
<h3>b. Langkah-Langkah Mencuci Hidung Anak</h3>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Cuci tangan AyBun dengan sabun dan air mengalir sebelum mencuci hidung anak.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Buka larutan NaCl dengan transofix.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tuangkan larutan NaCl secukupnya ke dalam gelas, lalu ambil menggunakan spuit.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Arahkan ke kepala anak dengan posisi miring 45 derajat. Saat kepala miring ke kanan, spuit akan masuk ke lubang hidung kanan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Minta anak untuk bernafas dengan mulut dan tahan. Kemudian, semprotkan cairan NaCL ke dalam rongga atas hidung.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bersihkan sisa ingus yang tersisa pada anak.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Cuci tangan menggunakan sabun.</li>
</ul>
Itulah penyebab bayi pilek dan bagaimana cara mengatasi bayi pilek. Apabila si kecil mengalami gejala selain pilek atau semakin parah, disarankan agar AyBun segera menemui dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Dokter akan memberikan obat dan solusi agar bayi cepat sembuh, sehingga si kecil dapat beraktivitas tanpa hidung yang berair. AyBun juga jangan lupa untuk selalu jaga kebersihan tempat tinggal bayi agar si kecil terhindar dari penyakit!&nbsp;
Foto: designed by freepik
Sumber: https://www.childrensmn.org/educationmaterials/childrensmn/article/16567/nasal-saline-rinse/#:~:text=Have%20your%20child%20stand%20over,other%20side%20of%20the%20nose
https://www.cdc.gov/breastfeeding/breastfeeding-special-circumstances/maternal-or-infant-illnesses/influenza.html&nbsp;
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/common-cold-in-babies/symptoms-causes/syc-20351651&nbsp;
Cabaillot A, Vorilhon P, Roca M, Boussageon R, Eschalier, Pereirad B. Saline nasal irrigation for acute upper respiratory tract infections in infants and children: a systematic review and meta-analysis. Paediatr Respir Rev. 2020;36:151-8.
Audag N, Cnockaert P, Reychler G, Poncin W. Consensus on nasal irrigation in infants: a delphi study. Ann Otol Rhino Laryngol. 2022;34894221112514.
De Gabory L, Kerimian M, Sagardoy T, Verdaguer A, Gauchez H. Pediatric nasal irrigation: the &ldquo;fencing&rdquo; method. Eur Ann Otorhinolaryngol Head Neck Dis. 2021;138:107-13.

Penyebab Bayi Pilek dan Cara Mengatasinya


Pelajari tentang Hurried Child Syndrome, yaitu kondisi di mana anak-anak mengalami stres akibat tuntutan yang melebihi kapasitas mereka. Temukan penyebab, dampak, dan cara menghindarinya untuk mendukung kesehatan mental dan emosional anak.

Hurried Child Syndrome adalah kondisi di mana anak-anak merasa tertekan karena tuntutan yang melebihi kapasitas mental, sosial, atau emosional mereka.&nbsp;
Sindrom ini sering terjadi ketika orang tua membebani anak-anak mereka dengan berbagai kegiatan dan ekspektasi yang tidak sesuai dengan usia mereka.
Sindrom ini muncul ketika orang tua terlalu mengatur jadwal anak-anak mereka dengan berbagai aktivitas, seperti olahraga, pelajaran musik, atau balet, seringkali disertai les privat.
Mereka juga menekan anak-anak untuk sukses secara akademis dan berperilaku seperti orang dewasa.&nbsp;
Hal ini bisa menyebabkan stres yang berlebihan pada anak, mempengaruhi kesehatan mental dan emosional mereka.
<h2>Faktor-faktor Penyebab</h2>
Beberapa faktor penyebab dari munculnya hurried child syndrome yakni:
<h3>1. Kehidupan Modern &amp; Media</h3>
Dalam kehidupan modern, orang tua sering merasa tertekan oleh budaya kompetitif dan ekspektasi sosial yang tinggi.&nbsp;
Media memperburuk tekanan ini dengan menampilkan standar yang tidak realistis, membuat AyBun merasa harus mendaftarkan anak-anak dalam berbagai aktivitas dan les untuk memenuhi harapan yang seringkali tidak sesuai dengan usia dan kemampuan anak.
<h3>2. Tuntutan Orang Tua</h3>
Orang tua mungkin memiliki niat baik, tetapi jika keinginan mereka untuk melihat anak-anak mereka sukses berubah menjadi kekhawatiran yang berlebihan, mereka bisa membebani anak-anak dengan berbagai aktivitas dan harapan yang tidak realistis.
<h2>Dampak Buruk pada Anak</h2>
Anak-anak yang mengalami sindrom hurried child seringkali merasa stres, tertekan, dan kelelahan.&nbsp;
Mereka bisa mengalami masalah kesehatan mental yang mirip dengan orang dewasa, seperti kecemasan atau depresi.&nbsp;
Majalah Time menyebutkan bahwa &ldquo;anak-anak yang seharusnya menikmati masa kecil mereka sekarang, bukan malah dibebani dengan jadwal yang ketat, bergerak dengan tekad seperti pekerja.&rdquo;
<h2>Apa yang Bisa Dilakukan Orang Tua</h2>
Beberapa hal yang bisa AyBun lakukan untuk menghindari Si Kecil terhindar dari hurried child yakni:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kenali Anak dengan Baik: Pahami kekuatan dan kelemahan anak untuk menyesuaikan aktivitas dengan kemampuannya</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Berikan Waktu Santai: Izinkan anak bermain tanpa aturan ketat, memberikan mereka kesempatan untuk bersenang-senang dengan bebas</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kurangi Waktu di Depan Layar: Batasi TV dan permainan komputer, dan dorong anak untuk bermain di luar ruangan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pengawasan Tanpa Mengganggu: Pastikan anak bermain dengan aman tanpa harus selalu mengawasi mereka secara langsung. Biarkan anak memiliki waktu sendiri.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Jangan Merasa Bersalah: Memberikan anak lingkungan yang aman untuk mencerna dan menerapkan hobi yang mereka sukai sama pentingnya dengan waktu belajar formal</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Biarkan Anak Belajar dengan Kecepatan Mereka Sendiri: Berikan kesempatan untuk belajar melalui pengalaman mereka sendiri, kesalahan, dan pencapaian.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ajak Teman Main: Anak-anak menikmati bermain dengan teman-teman mereka. Interaksi dengan teman sebaya membantu mereka membangun hubungan dan memecahkan masalah secara mandiri.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Hargai Usaha Mereka: Apresiasi usaha anak, bahkan jika hasilnya tidak sesuai harapan. Dukungan orang tua lebih penting daripada hasil akhir.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Hindari Tekanan Berlebihan: Jangan memaksa anak-anak untuk memenuhi ambisi pribadi atau berfokus hanya pada satu jenis kepintaran.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Fasilitasi, Bukan Memaksa: Pastikan anak-anak memiliki waktu untuk bermain dan bersantai.&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sediakan makanan bergizi dan variasi dalam pola makan mereka</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Anggarkan dana untuk sekolah dan kegiatan, serta hadirkan suasana lingkungan keluarga yang harmonis.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Jangan Bandingkan: Hindari membandingkan anak AyBun dengan anak lain. Setiap anak memiliki keunikan dan kecepatan perkembangan masing-masing.</li>
</ol>
Baca juga: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=1937">5 Cara Melatih Anak Tangguh untuk Menjadi Sukses di Masa Depan</a>
<h2>Kesimpulan</h2>
Memahami dan menghindari Hurried Child Syndrome penting untuk mendukung kesehatan mental dan emosional anak-anak.&nbsp;
Dengan memberikan dukungan yang seimbang dan realistis, AyBun dapat membantu anak-anak tumbuh dan berkembang dengan optimal tanpa merasa tertekan oleh tuntutan yang berlebihan.
Download Aplikasi <a href="http://onelink.to/tentanganak">Tentang Anak</a> untuk mendapatkan informasi terkait dengan perkembangan dan parenting Anak. Dilengkapi juga dengan berbagai fitur untuk optimalkan pertumbuhan Anak. Semoga informasi di atas berguna!

Video: Mengenal Hurried Child atau Dampak Ketika Anak Diburu-Buru Bisa 'Ini Itu'

Daun kelor, si miracle tree, dikenal kaya akan nutrisi seperti kalsium, vitamin, dan antioksidan. Artikel ini mengulas fakta nutrisi daun kelor, manfaatnya untuk kesehatan, dan potensinya sebagai alternatif susu sapi. Cocok untuk AyBun yang mencari sumber gizi alami dan kaya manfaat!

Daun kelor, tanaman yang kerap disebut sebagai miracle tree, semakin populer di kalangan masyarakat karena kandungan nutrisinya yang melimpah.&nbsp;
Tidak hanya digunakan sebagai obat tradisional, daun kelor kini menjadi bagian dari gaya hidup sehat, mulai dari teh, suplemen, hingga campuran makanan sehari-hari. Bahkan, klaim bahwa daun kelor memiliki kandungan nutrisi yang setara, atau bahkan lebih baik, daripada susu sapi sering kali menjadi perbincangan.
Namun, benarkah daun kelor bisa menjadi alternatif sempurna untuk susu sapi? Dalam artikel ini, kita akan mengulas fakta nutrisi daun kelor, manfaatnya bagi kesehatan, dan apakah benar ia mampu menggantikan susu sapi sebagai sumber gizi utama.
<h2>Fakta Nutrisi Daun Kelor</h2>
Daun kelor (Moringa oleifera) dikenal karena kandungan nutrisinya yang kaya. Berikut adalah informasi nutrisi per 100 gram daun kelor segar:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kalori: 64 kkal (3% dari Nilai Harian yang Direkomendasikan [DV])</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Karbohidrat: 8,28 g (3% DV)</li>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Serat pangan: 2,00 g (7% DV)</li>
</ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Protein: 9,40 g (19% DV)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Lemak: 1,40 g (2% DV)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Vitamin:</li>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Vitamin C: 51,70 mg (57% DV)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Vitamin B6: 1,20 mg (71% DV)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Riboflavin (B2): 0,66 mg (51% DV)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Vitamin A: 378,00 &micro;g (42% DV)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Folat: 40,00 &micro;g (10% DV)</li>
</ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mineral:</li>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Kalsium: 185,00 mg (14% DV)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Zat besi: 4,00 mg (22% DV)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Magnesium: 42,00 mg (10% DV)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Fosfor: 112,00 mg (9% DV)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Kalium: 337,00 mg (7% DV)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Mangan: 1,06 mg (46% DV)</li>
</ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Antioksidan:</li>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Lutein dan zeaxanthin: 26.100,00 &micro;g</li>
</ul>
</ul>
Kandungan vitamin C yang tinggi dalam daun kelor berperan penting dalam melawan bakteri dan virus serta dalam pembentukan kolagen. Vitamin A dalam daun kelor berfungsi sebagai antioksidan yang mendukung kesehatan penglihatan dan sistem kekebalan tubuh.&nbsp;
Selain itu, lutein dan zeaxanthin merupakan antioksidan yang dapat melindungi mata dari kerusakan dan degenerasi. Daun kelor juga mengandung vitamin B6 dan riboflavin yang berperan sebagai koenzim dalam metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak.&nbsp;
Mineral seperti zat besi dan mangan dalam daun kelor penting untuk produksi sel darah merah dan berbagai fungsi metabolisme lainnya.
Baca Juga: <a href="https://tentanganak.com/artikel/jenis-susu-terbaik-untuk-pertumbuhan-anak-ini-jawabannya/">Jenis Susu Terbaik untuk Pertumbuhan Anak, Ini Jawabannya</a>
<h2>Manfaat Daun Kelor untuk Kesehatan</h2>
Daun kelor telah lama dikenal sebagai tanaman yang kaya manfaat untuk kesehatan. Berikut ini adalah beberapa manfaat potensial daun kelor berdasarkan penelitian dan penggunaannya secara tradisional:
<h3>1. Melindungi dan Menutrisi Kulit serta Rambut</h3>
Daun kelor dapat membantu mempercepat penyembuhan luka kulit dengan mengurangi stres oksidatif. Selain itu, minyak biji kelor diduga memiliki manfaat untuk kesehatan rambut, meskipun diperlukan lebih banyak penelitian pada manusia.
<h3>2. Mengobati Edema</h3>
Edema adalah penumpukan cairan di jaringan tubuh akibat peradangan. Penelitian menunjukkan minyak biji kelor memiliki sifat anti-inflamasi yang dapat membantu mengatasi edema, terutama di sekitar area telinga.
<h3>3. Melindungi Hati</h3>
Kandungan dalam daun kelor diyakini mampu melindungi hati dari penyakit hati berlemak non-alkoholik (NAFLD) dengan mengurangi penumpukan lemak dan meningkatkan aktivitas protein yang memecah lemak.
<h3>4. Mencegah dan Mengobati Kanker</h3>
Daun kelor mengandung niazimicin, senyawa yang dapat menekan perkembangan sel kanker. Potensinya dalam mengobati kanker payudara, hati, dan kolorektal masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
<h3>5. Mengatasi Masalah Pencernaan</h3>
Ekstrak daun kelor dapat membantu mengatasi gangguan pencernaan seperti sembelit, asam lambung berlebih, dan mencegah kanker usus besar.
<h3>6. Melawan Infeksi Bakteri Pangan</h3>
Daun kelor memiliki sifat antimikroba yang dapat melawan bakteri penyebab keracunan makanan seperti Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
<h3>7. Mencegah Radang Sendi</h3>
Sifat anti-inflamasi daun kelor dapat membantu mencegah radang sendi, termasuk rheumatoid arthritis.
<h3>8. Mengatasi Gangguan Sistem Saraf</h3>
Kandungan antioksidan dalam daun kelor dipercaya melindungi sistem saraf dari gangguan seperti multiple sclerosis, Alzheimer, dan depresi.
<h3>9. Melindungi Kesehatan Kardiovaskular</h3>
Daun kelor kaya akan quercetin, antioksidan yang dapat mencegah peradangan dan pembentukan lemak, sehingga bermanfaat untuk kesehatan jantung.
<h3>10. Membantu Mengelola Diabetes</h3>
Ekstrak daun kelor dapat membantu mengontrol kadar gula darah dan insulin, meskipun bukti klinis yang lebih kuat masih diperlukan.
<h3>11. Mengatasi Asma</h3>
Daun kelor mengandung molekul yang dapat membantu mengelola asma dan mengurangi peradangan saluran napas.
<h3>12. Menurunkan Tekanan Darah Tinggi</h3>
Mengonsumsi daun kelor secara rutin dapat membantu menurunkan tekanan darah, seperti yang ditunjukkan dalam beberapa penelitian awal.
<h3>13. Meningkatkan Kesehatan Mata</h3>
Beta karoten dalam daun kelor penting untuk kesehatan mata dan pencegahan penyakit mata.
<h3>14. Mengatasi Anemia dan Penyakit Sel Sabit</h3>
Daun kelor telah digunakan secara tradisional untuk mengobati anemia, dan penelitian awal menunjukkan potensinya dalam mengelola penyakit sel sabit.
Meskipun manfaat daun kelor menjanjikan, banyak dari penelitian ini dilakukan pada hewan atau di laboratorium. Penelitian lebih lanjut pada manusia sangat diperlukan untuk memastikan manfaat ini secara klinis.
<h2>Apakah Daun Kelor Bisa Jadi Pengganti Susu Sapi?</h2>
Daun kelor kering mengandung kalsium hingga 17-21 kali lebih tinggi dibandingkan susu sapi. Jika susu sapi rata-rata mengandung 143 mg kalsium per 100 gram, daun kelor kering mampu mencapai hingga 3.000 mg kalsium per 100 gram, menjadikannya sumber kalsium yang sangat potensial.
Protein dalam daun kelor berkisar antara 25%-34%, hampir setara dengan kacang-kacangan. Namun, kandungan protein ini masih lebih rendah dibandingkan kedelai yang mencapai 36%. Meski demikian, kandungan proteinnya tetap relevan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.
Dengan kandungan nutrisi yang melampaui susu sapi dalam beberapa aspek, daun kelor menjadi alternatif yang menjanjikan sebagai sumber kalsium, protein, dan antioksidan, terutama bagi AyBun atau si Kecil yang alergi susu atau membutuhkan variasi sumber nutrisi.&nbsp;
Namun, karena keterbatasannya dalam asam amino esensial dan penggunaannya yang membutuhkan pengolahan, daun kelor lebih cocok digunakan sebagai pelengkap daripada pengganti susu sapi secara penuh.
<h2>Kesimpulan</h2>
Daun kelor adalah tanaman kaya nutrisi yang menawarkan berbagai manfaat kesehatan, seperti meningkatkan imunitas dan menjaga kesehatan mata. Kandungan kalsiumnya yang tinggi membuatnya menarik sebagai alternatif susu sapi, terutama bagi yang alergi susu.&nbsp;
Namun, daun kelor memiliki keterbatasan dalam kandungan asam amino esensial dan pengolahannya. Oleh karena itu, daun kelor lebih cocok sebagai pelengkap gizi, bukan pengganti susu sapi secara penuh, ya, AyBun.
Untuk mendapatkan resep makanan dengan gizi yang sudah ditakar oleh ahlinya, AyBun bisa cek <a href="tentanganak://food_list?type=food_list">kumpulan resep</a> di aplikasi Tentang Anak!

Manfaat Daun Kelor, Apakah Bisa Jadi Pengganti Susu Sapi?

Anak pemalu adalah hal yang normal, tetapi jika berlebihan dapat menghambat perkembangan sosialnya. Simak penyebab, dampak, dan cara mengatasi sifat pemalu pada anak di sini!

Setiap anak memiliki kepribadian yang unik. Beberapa anak secara alami lebih percaya diri dalam berinteraksi dengan orang lain, sementara yang lain cenderung pemalu. Pemalu bukanlah sebuah masalah, tetapi jika tidak ditangani dengan baik, bisa mempengaruhi perkembangan sosial dan emosional anak.&nbsp;
Lantas, sampai usia berapa sifat pemalu ini bisa bertahan? Apakah normal jika anak sangat pemalu? Artikel ini akan membahas segala hal yang perlu diketahui oleh AyBun mengenai anak pemalu serta cara terbaik untuk mendukung mereka.
<h2>Apa Itu Sifat Pemalu pada Anak?</h2>
Seorang anak dikatakan pemalu jika ia cenderung merasa cemas atau ragu-ragu dalam situasi sosial atau ketika berhadapan dengan orang yang tidak dikenal. Anak pemalu lebih suka mengamati dari jauh daripada langsung berpartisipasi. Mereka mungkin:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Malu berbicara atau bertatap muka dengan orang lain.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menghindari perhatian atau sorotan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Lebih nyaman di lingkungan yang sudah dikenalnya.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menunjukkan tanda-tanda kecemasan seperti berkeringat, gemetar, atau sulit berbicara dalam situasi sosial.</li>
</ul>
Sebagian besar anak mengalami rasa malu pada tingkat tertentu, tetapi bagi beberapa anak, sifat ini bisa lebih mendalam dan berpengaruh pada kehidupan sehari-hari.
<h2>Penyebab Anak Pemalu</h2>
Sifat pemalu bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan, seperti:
<h3>1. Faktor Genetik</h3>
Beberapa anak memiliki kecenderungan genetik untuk lebih pemalu dibandingkan anak lain. Sifat ini bisa diwarisi dari orang tua.
<h3>2. Kepribadian Anak</h3>
Setiap anak memiliki temperamen yang berbeda. Anak yang lebih sensitif dan mudah merasa takut cenderung lebih pemalu dibandingkan mereka yang lebih ekstrovert.
<h3>3. Pola Asuh Orang Tua</h3>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Orang tua yang overprotektif bisa membuat anak kurang percaya diri menghadapi dunia luar.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Orang tua yang pemalu juga bisa secara tidak langsung menanamkan sikap pemalu pada anak.</li>
</ul>
<h3>4. Kurangnya Interaksi Sosial</h3>
Anak yang tidak sering bermain dengan teman sebaya atau jarang berinteraksi dengan lingkungan baru cenderung kurang terbiasa menghadapi situasi sosial.
<h3>5. Pengalaman Masa Lalu</h3>
Jika anak pernah mengalami situasi yang membuatnya malu, diejek, atau merasa gagal dalam interaksi sosial, ia mungkin menghindari situasi serupa di masa depan.
Baca Juga: <a href="https://tentanganak.com/artikel/ajarkan-anak-toleransi-sejak-dini-lewat-buku-cerita-anak/">Ajarkan Anak Toleransi Sejak Dini lewat Buku Cerita Anak</a>
<h2>Dampak Sifat Pemalu pada Anak</h2>
Meskipun sifat pemalu memiliki beberapa sisi positif seperti anak menjadi pendengar yang baik dan tidak mudah terlibat dalam masalah, namun jika terlalu berlebihan, bisa menimbulkan beberapa dampak negatif, seperti:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kesulitan membangun pertemanan dan jaringan sosial.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kurang percaya diri dalam mencoba hal-hal baru.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Rentan terhadap perasaan kesepian dan rendah diri.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengalami kesulitan berbicara di depan umum atau dalam kelompok.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bisa menghambat potensi akademik dan keterampilan sosialnya.</li>
</ul>
<h2>Sampai Usia Berapa Anak Pemalu?</h2>
Sifat pemalu biasanya mulai terlihat pada usia balita dan dapat bertahan hingga masa remaja. Namun, tingkat keparahan dan cara anak mengatasinya dapat berubah seiring waktu.
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Usia 2-4 Tahun: Anak mulai mengenali orang-orang di sekitarnya dan mungkin merasa canggung atau takut terhadap orang baru.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Usia 5-7 Tahun: Anak mungkin mulai menunjukkan rasa malu di sekolah, misalnya enggan berbicara di depan kelas.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Usia 8-12 Tahun: Jika tidak dilatih, anak bisa semakin menarik diri dari pergaulan dan lebih nyaman dengan lingkungannya sendiri.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Usia Remaja: Beberapa remaja berhasil mengatasi sifat pemalu, tetapi ada juga yang masih mempertahankan sifat ini hingga dewasa.</li>
</ul>
Jika anak masih menunjukkan sifat pemalu yang ekstrem setelah usia 10 tahun dan mengalami kesulitan besar dalam kehidupan sosialnya, sebaiknya konsultasikan dengan profesional seperti psikolog anak.
<h2>Bagaimana Cara Mengatasi Anak Pemalu?</h2>
<h3>1. Hindari Melabeli Anak Sebagai "Pemalu"</h3>
Jangan mengatakan kepada anak atau orang lain bahwa "Anak saya pemalu." Ini bisa membuat anak semakin percaya bahwa malu adalah bagian dari dirinya yang tidak bisa diubah.
<h3>2. Berikan Dukungan Tanpa Memaksa</h3>
Jangan paksa anak untuk langsung berani berbicara atau bersosialisasi. Biarkan ia berkembang sesuai dengan ritmenya sendiri.
<h3>3. Latih Anak dalam Situasi Sosial</h3>
Ciptakan kesempatan bagi anak untuk berinteraksi dengan orang lain, misalnya dengan mengajak teman bermain di rumah atau mendorongnya ikut kegiatan kelompok seperti seni, olahraga, atau pramuka.
<h3>4. Ajarkan Keterampilan Sosial</h3>
Bantu anak dengan memberikan contoh bagaimana cara memulai percakapan, bertanya, atau menjawab pertanyaan dengan percaya diri.
<h3>5. Beri Pujian atas Keberanian Kecil</h3>
Jika anak berhasil menyapa orang baru atau berbicara dalam kelompok, beri pujian agar ia merasa lebih percaya diri.
<h3>6. Ajak Anak Menghadapi Situasi Baru Secara Bertahap</h3>
Jika anak takut berbicara dengan orang lain, mulai dengan meminta ia tersenyum atau melambaikan tangan, kemudian ajak untuk mengucapkan "halo", dan seterusnya.
<h3>7. Jangan Berlebihan Memberikan Perlindungan</h3>
Jika anak selalu dibiarkan menghindari situasi yang membuatnya malu, ia tidak akan belajar bagaimana menghadapi rasa malu tersebut.
<h3>8. Jika Perlu, Konsultasikan dengan Profesional</h3>
Jika sifat pemalu anak sangat mengganggu kesehariannya dan menimbulkan kecemasan yang berlebihan, berkonsultasi dengan psikolog anak bisa menjadi solusi terbaik.
<h2>Apakah Anak Pemalu Normal?</h2>
Ya, sifat pemalu adalah hal yang normal. Banyak anak yang pemalu tetapi tetap bahagia dan sukses dalam kehidupannya. Namun, jika sifat pemalu sudah menghambat anak dalam beraktivitas, merasa kesepian, atau cemas berlebihan, maka perlu ada intervensi dari orang tua atau tenaga profesional.
<h2>Kesimpulan</h2>
Sifat pemalu pada anak adalah hal yang wajar dan bisa berubah seiring waktu. Beberapa anak mengatasinya dengan sendirinya, sementara yang lain membutuhkan dukungan lebih.&nbsp;
AyBun dapat membantu anak mengatasi sifat pemalu dengan memberikan dorongan, pelatihan sosial, dan lingkungan yang nyaman tanpa memaksa. Jika sifat pemalu anak terlalu berlebihan dan menghambat perkembangan sosialnya, sebaiknya cari bantuan profesional.
Setiap anak adalah individu yang unik. Yang terpenting adalah menerima dan mendukung mereka dalam proses berkembang menjadi pribadi yang lebih percaya diri.

Mengatasi Anak Pemalu: Apakah Normal dan Sampai Umur Berapa?

Yuk, simak 5 bahaya bedak bayi di artikel berikut ini!

Penyakit Kulit & Kelamin

Ayah dan Bunda pasti sudah tidak asing lagi dengan bedak bayi yang biasa digunakan saat si Kecil selesai mandi. Tapi tahukah Ayah dan Bunda kalau ternyata pemakaian bedak bayi sudah tidak dianjurkan?
American Academy of Pediatrics (AAP) juga merekomendasikan untuk tidak menggunakan bedak bayi. Ini karena bayi tidak benar-benar membutuhkannya dan terkadang bedak bayi bisa menimbulkan bahaya untuk si Kecil.
Lalu, apa saja bahaya bedak bayi?
Untuk mengetahui alasannya, yuk simak pembahasan lengkap tentang bahaya bedak bayi dan alternatif untuk mengganti bedak bayi di bawah ini!
<h2>Bahaya Bedak Bayi</h2>
Saat membersihkan tubuh si Kecil dengan sabun atau perlengkapan lainnya tentu harus memperhatikan kandungan dan bahan yang aman untuk digunakan.&nbsp;
Selain sabun, biasanya Ayah dan Bunda akan memberikan minyak telon dan bedak bayi, tapi ternyata pemakaian bedak bayi sudah dilarang lho.
Bedak bayi dilarang digunakan karena mengandung talc yang berfungsi untuk menyerap kelembapan dan berperan sebagai pengharum atau fragrance.&nbsp;
Namun, keduanya tidak direkomendasikan untuk dipakai oleh bayi, mengapa?
Berikut ini adalah 5 (lima) alasan mengapa penggunaan bedak tabur bayi tidak dianjurkan:
<h3>1. Iritasi pada kulit bayi</h3>
Penggunaan bedak bayi dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan pada bayi, seperti iritasi pada kulit yang sensitif. Ini karena kulit bayi masih sangat sensitif dan mudah teriritasi.&nbsp;
Dalam hal ini, penggunaan bedak bayi dapat menyebabkan masalah kulit seperti gatal, merah, dan bahkan bintik-bintik merah di kulit bayi.
<h3>2. Iritasi saluran pernapasan</h3>
Bayi yang masih kecil sangat rentan terhadap iritasi saluran pernapasan, terutama jika mereka terhirup partikel-partikel bedak yang halus seperti bedak tabur bayi.&nbsp;
Iritasi saluran pernapasan ini kemudian dapat menyebabkan batuk, pilek, dan sesak napas pada si Kecil.&nbsp;
<h3>3. Reaksi alergi</h3>
Penggunaan bedak bayi ternyata juga dapat menyebabkan reaksi alergi pada beberapa bayi. Reaksi alergi ini dapat menyebabkan gatal, bintik-bintik merah, dan bahkan edema pada kulit bayi.&nbsp;
Sementara itu, reaksi alergi yang parah dapat menyebabkan sesak napas, mual, dan bahkan kehilangan kesadaran.
<h3>4. Penyumbatan pori-pori</h3>
Bahaya bedak bayi yang selanjutnya adalah penyumbatan pori-pori. Penyumbatan ini dapat menyebabkan kulit bayi menjadi berminyak dan bahkan berjerawat.&nbsp;
Jika tidak ditangani dengan benar, infeksi yang disebabkan oleh penyumbatan pori-pori juga dapat menyebar dan menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius.
<h3>5. Risiko kanker</h3>
Bahaya penggunaan bedak tabur pada bayi yang terakhir adalah memunculkan risiko kanker di kemudian hari.&nbsp;
Penggunaan bedak tabur pada bayi dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker. Terutama bedak talc yang mengandung asbes, yang telah terbukti memiliki sifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) jika terhirup dalam jangka waktu lama.&nbsp;
Sebagai orang tua, Ayah dan Bunda tentu sangat tidak menginginkan hal-hal di atas terjadi pada sang buah hati bukan?&nbsp;
Oleh karena itu, sebaiknya hindari penggunaan bedak tabur pada bayi untuk menghindari bahaya yang tidak diinginkan seperti di atas ya AyBun!&nbsp;
Jika Ayah dan Bunda sudah terlanjur menggunakan bedak bayi dan menemukan adanya masalah, sebaiknya Ayah dan Bunda segera konsultasikan ke dokter untuk penanganan lebih lanjut.
<h2>Alternatif Pengganti Bedak Bayi</h2>
Bedak bayi biasanya digunakan untuk membuat kulit bayi terlihat halus dan lembab. Tak jarang orang tua menggunakannya untuk mengatasi ruam popok pada kulit si Kecil.
Selain itu, bedak bayi juga umum digunakan untuk menyerap kelebihan minyak pada kulit bayi atau untuk menyamarkan bekas jerawat.&nbsp;
Namun, seperti yang sudah dijelaskan di atas, penggunaan bedak bayi ternyata tidak dianjurkan, dan malah memiliki risiko bahaya yang tidak diinginkan.
Lalu, apa alternatif yang dapat digunakan Ayah dan Bunda untuk mengganti fungsi bedak bayi?&nbsp;
Ayah dan Bunda bisa memilih untuk menggunakan lotion atau cream bayi untuk membantu menjaga kulit bayi tetap lembab dan halus tanpa menyebabkan iritasi atau infeksi pada si Kecil.
Jika Ayah dan Bunda khawatir tentang kelembaban atau kesehatan kulit si Kecil, Ayah dan Bunda juga bisa berkonsultasi dengan dokter atau ahli kulit untuk mendapatkan saran yang tepat.
<h2>Cara Mencegah Ruam Popok Tanpa Menggunakan Bedak Bayi</h2>
Apakah Ayah dan Bunda masih memakaikan bedak bayi dengan alasan untuk mencegah ruam popok pada kulit si Kecil?&nbsp;
Tahukah Ayah dan Bunda kalau ternyata selama ini belum ada studi yang membuktikan penggunaan bedak dapat mencegah ruam popok.
Nah, daripada Ayah dan Bunda menggunakan bedak bayi lebih baik lakukan cara di bawah ini untuk mencegah ruam popok pada kulit si Kecil.
Berikut adalah langkah tepat mencegah ruam popok:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ganti popok anak setiap 4 jam sekali.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pastikan ukuran popok sesuai agar ada sirkulasi udara.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Utamakan penggunaan popok kain untuk anak dengan kulit sensitif.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Cukup bersihkan organ intim anak dengan air.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Hindari penggunaan tisu basah/sabun yang mengandung pewangi dan alkohol.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Keringkan area bokong sebelum dipakaikan popok. Jangan digosok, sebaiknya ditepuk-tepuk lembut dengan tisu/handuk.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pada bayi yang mudah ruam, dapat diberikan krim yang mengandung zinc oxide sebagai pelindung/barrier kulit bayi.</li>
</ol>
Itu dia pembahasan tentang bahaya bedak bayi, alternatif yang dapat digunakan untuk menggantinya, dan cara mencegah ruam popok pada kulit si Kecil yang perlu Ayah dan Bunda ketahui.
Setelah mengetahui beberapa bahaya bedak bayi, sebaiknya hindari penggunaan bedak bayi untuk menjaga kesehatan kulit si Kecil.
Jangan lupa untuk selalu memperhatikan kandungan dan bahan yang digunakan pada produk-produk si Kecil. Pastikan Ayah dan Bunda memilih produk yang aman dan sesuai dengan kebutuhan kulit si Kecil ya! 
Foto: www.pexels.com
Sumber:
https://www.healthychildren.org/English/safety-prevention/at-home/Pages/Make-Babys-Room-Safe.aspx
https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/diapers-clothing/Pages/Diaper-Rash.aspx&nbsp;
https://www.whattoexpect.com/first-year/talcum-powder-for-babies#:~:text=The%20American%20Academy%20of%20Pediatrics,if%20a%20lot%20is%20inhaled.&nbsp;

5 Alasan Mengapa Penggunaan Bedak Bayi Tidak Dianjurkan

Bingung membedakan perkembangan normal, autisme, dan ADHD? Pelajari tanda awal untuk mengenali kondisi ini lebih dini agar si kecil mendapatkan perhatian yang tepat.

Mengenali <a href="tentanganak://article?type=article&amp;id=2019">perkembangan anak</a> adalah langkah penting dalam memberikan dukungan yang tepat untuk tumbuh kembangnya. Beberapa anak mungkin menunjukkan perbedaan dalam interaksi sosial, komunikasi, atau perilaku yang memicu kekhawatiran. Apakah ini masih normal, tanda autisme (ASD), atau gejala ADHD?
Nah, memahami perbedaan ini sejak dini dapat membantu AyBun mengambil langkah yang tepat.
<h2>Tanda Dini Autisme (ASD)</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/67483c38-013ab1c1-d96c-4155-8d78-03be4d5db1a1.png" />
Autisme adalah gangguan perkembangan yang memengaruhi kemampuan komunikasi dan interaksi sosial. Berikut adalah beberapa tanda awal yang penting diperhatikan:
<ol>
<li>Kesulitan merespons nama: Anak usia 12 bulan yang tidak menoleh saat dipanggil beberapa kali bisa menjadi indikasi awal ASD.</li>
<li>Kurangnya kontak mata: Anak dengan ASD sering menghindari kontak mata bahkan dengan orang terdekat.</li>
<li>Keterbatasan komunikasi nonverbal: Anak jarang menunjuk, memberi isyarat, atau berekspresi saat berinteraksi.</li>
<li>Repetisi perilaku atau ucapan: Anak suka mengulang tindakan atau kata-kata tertentu, misalnya mengucapkan frasa tanpa konteks (echolalia).</li>
</ol>
Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), skrining autisme direkomendasikan pada usia 18 dan 24 bulan untuk memastikan tanda-tanda tersebut.
<h2>Tanda Dini ADHD</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/67483c47-c28a5e02-79f2-4695-bbe7-26f37ca4b8e0.png" />
ADHD (Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder) adalah gangguan neurodevelopmental yang memengaruhi kemampuan fokus dan pengendalian impuls. Beberapa tanda awal ADHD meliputi:
<ol>
<li>Perhatian mudah teralihkan: Anak sulit fokus pada aktivitas tertentu dalam waktu lama, misalnya bermain atau belajar.</li>
<li>Hiperaktivitas berlebih: Selalu aktif, sulit duduk diam, dan sering terlihat melompat-lompat tanpa henti.</li>
<li>Tantrum ekstrem: Anak dengan ADHD sering menunjukkan emosi yang meledak-ledak hingga tantrum yang parah, seperti diungkapkan oleh ADDitude Magazine.</li>
<li>Sulit menyelesaikan tugas: Anak sering tidak menyelesaikan aktivitas atau tugas hingga selesai, meskipun menarik minat mereka.</li>
<li>Suka memotong pembicaraan: Anak sulit menunggu giliran saat berbicara, sering kali menyela dengan impulsif.</li>
</ol>
Penelitian terbaru dari Frontiers in Psychiatry menunjukkan bahwa gejala ADHD biasanya lebih jelas terlihat pada usia pra-sekolah atau sekolah.
Baca Juga: <a href="tentanganak://article?type=article&amp;id=2058">Mengetahui Lebih Jauh Alasan Istilah 'Asperger' yang Dihapus Dalam Diskursus Autisme</a>
<h2>Autisme atau ADHD?</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/67483c56-01bbc584-c344-4aca-855a-a798ef3980f2.png" />
Meskipun beberapa gejala ASD dan ADHD tampak mirip, keduanya memiliki perbedaan mendasar:
<table>
<thead>
<tr>
<th>Autisme (ASD)</th>
<th>ADHD</th>
</tr>
</thead>
<tbody>
<tr>
<td>Gejala muncul sebelum usia 2 tahun</td>
<td>Gejala muncul di usia pra-sekolah/sekolah</td>
</tr>
<tr>
<td>Fokus pada detail tertentu atau rutinitas yang kaku</td>
<td>Sulit fokus pada satu tugas, mudah teralihkan</td>
</tr>
<tr>
<td>Kesulitan komunikasi dan kontak mata terbatas</td>
<td>Banyak bicara, impulsif, sering memotong pembicaraan</td>
</tr>
<tr>
<td>Perilaku repetitif</td>
<td>Perilaku tidak terorganisir atau ceroboh</td>
</tr>
</tbody>
</table>
Jadi, ADHD lebih banyak berhubungan dengan impulsivitas, sedangkan autisme lebih terfokus pada tantangan dalam komunikasi dan interaksi sosial.
<h2>Kesimpulan</h2>
Memahami perbedaan antara perkembangan normal, autisme, dan ADHD adalah langkah penting untuk memberikan perhatian yang sesuai bagi si kecil. Jika AyBun menemukan tanda-tanda yang mencurigakan, jangan ragu untuk bertindak lebih dini.
Yuk, cek perkembangan anak lewat fitur <a href="tentanganak://screening?type=screening">Skrining Autisme</a> di aplikasi Tentang Anak! Temukan panduan lengkap untuk memastikan tumbuh kembang si kecil berjalan optimal.

Bagaimana Ciri Anak Autisme dan ADHD? Kenali Tanda Awalnya!


Pelajari cara mendeteksi dan mengatasi anemia defisiensi besi (ADB) pada anak. Temukan gejala, penyebab, dan langkah pencegahan yang penting untuk kesehatan anak Anda dalam artikel ini.

Anemia defisiensi besi (ADB) adalah kondisi kekurangan zat besi dalam tubuh. Di Indonesia, 40-50% anak mengalami anemia ini, terutama pada wanita hamil, balita, usia sekolah, dan pekerja berpenghasilan rendah.
<h2>Penyebab Kekurangan Zat Besi pada Anak</h2>
Beberapa penyebab dari kekurangan zat besi pada anak, antara lain ialah:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Biasanya sering ditemukan pada bayi yang mengkonsumsi susu formula karena mengandung zat besi yang lebih sulit diserap, sedangkan ASI mengandung zat besi yang mudah diserap.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bayi&nbsp; prematur yang memerlukan tambahan zat besi lebih awal, karena bayi aterm yang diberi ASI eksklusif hingga 6 bulan mendapatkan zat besi cukup</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Infeksi kuman yang mengganggu penyerapan zat besi dalam tubuh sehingga anak sering sakit bisa kekurangan zat besi</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pendarahan pada saluran cerna yang menyebabkan kehilangan darah mengurangi cadangan zat besi</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Gangguan penyerapan makanan (malabsorbsi) di usus menghambat penyerapan zat besi</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ibu hamil dengan status hematologik buruk mempengaruhi cadangan zat besi bayi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan Bayi Kembar: Bayi dengan kondisi ini lebih berisiko kekurangan zat besi</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Infestasi Parasit: Parasit mengganggu penyerapan zat besi dalam tubuh.</li>
</ol>
<h2>Gejala Anemia Defisiensi Besi pada Anak</h2>
Beberapa gejala anemia defisiensi besi (ADB) yang sering ditemui pada anak, yakni:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Wajah pucat terutama pucat pada bibir, gusi, tepi kelopak mata, atau kuku</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mudah kelelahan dan energi rendah</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sesak napas saat beraktivitas.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tangan dan kaki terasa dingin</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pertumbuhan dan perkembangan yang lambat</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Nafsu makan yang buruk</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pernapasan cepat dan tidak teratur</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Masalah perilaku atau lebih mudah marah</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Infeksi yang sering terjadi</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Keinginan mengkonsumsi benda-benda yang tidak bernutrisi seperti es atau makanan yang mengandung banyak tepung.</li>
</ol>
<h2>Pencegahan Kekurangan Zat Besi</h2>
Beberapa pencegahan kekurangan zat besi yang bisa AyBun lakukan antara lain:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Hindari konsumsi susu sapi berlebih karena dapat menghambat penyerapan zat besi</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Berikan makanan kaya zat besi, seperti daging, ikan, ayam, hati, dan makanan yang mengandung vitamin C membantu penyerapan zat besi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">ASI Eksklusif: Berikan ASI eksklusif hingga 4-6 bulan untuk bayi aterm. Bayi prematur perlu suplemen zat besi mulai usia 2 bulan atau makanan tambahan yang mengandung zat besi pada usia 4-6 bulan.</li>
</ol>
<h2>Mendeteksi ADB pada Anak</h2>
Mendeteksi anemia defisiensi besi (ADB) pada anak penting untuk mencegah dampak negatif jangka panjang.&nbsp;
Diagnosis dini melalui pemeriksaan laboratorium dapat membantu mendeteksi kekurangan zat besi sebelum menjadi serius.&nbsp;
Berikut cara mengenali dan memastikan anak Anda mengalami ADB:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Gejala Klinis: Anak terlihat iritabel, lesu, nafsu makan berkurang, cepat lelah, sulit konsentrasi, pusing, atau pica (mengunyah benda seperti tanah atau kertas)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pemeriksaan Laboratorium:</li>
</ol>
<ul>
<li style="list-style-type: none;">
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Stadium I: Deplesi cadangan besi (penurunan kadar feritin).</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Stadium II: Defisiensi besi tanpa anemia (penurunan SI dan TIBC)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Stadium III: Anemia defisiensi besi (penurunan Hb, MCV, Ht).</li>
</ul>
</li>
</ul>
Pemeriksaan laboratorium dianjurkan pada usia 1 tahun untuk bayi aterm, 6-9 bulan untuk bayi preterm, 2-3 tahun, 5 tahun, dan dewasa muda.
<h2>Pengobatan ADB</h2>
ADB dapat diobati dengan preparat besi seperti ferosulfat, ferofumarat, atau feroglukonat.
Pemberian preparat besi dilakukan di antara waktu makan dan dilanjutkan 2-3 bulan setelah kadar Hb normal.&nbsp;
Penyerapan zat besi dapat ditingkatkan dengan vitamin C dan dihindari bersama zat yang menghambat seperti teh, susu, telur, fitat, dan fosfat.
Pencegahan dan pengobatan ADB sangat penting untuk memastikan anak tumbuh dengan sehat dan optimal.
Baca juga: <a href="tentanganak://article?type=article&amp;id=479">Pahami Gejala &amp; Penyebab Anemia Defisiensi Besi (ADB) Pada Ibu Hamil dan Cara Mengatasinya</a>
<h2>Penutup</h2>
Memantau dan mengatasi anemia defisiensi besi (ADB) pada anak sangat penting untuk mendukung pertumbuhan dan kesehatan mereka.&nbsp;
Dengan memahami penyebab, gejala, dan langkah-langkah pencegahan serta pengobatan, Anda dapat membantu anak tumbuh dengan optimal.&nbsp;
Jika Anda khawatir tentang gejala ADB atau membutuhkan panduan lebih lanjut, jangan ragu untuk menggunakan fitur "<a href="tentanganak://consult_list?type=consult_list">Tanya Ahli"</a> di aplikasi Tentang Anak.&nbsp;

Tanda Anemia Defisiensi Besi (Kekurangan Zat Besi) Pada Anak

Ketahui tanda anak kekurangan kalsium (hipokalsemia), mulai dari kedutan wajah (Chvostek's sign), kram otot, hingga pertumbuhan lambat. Yuk, simak gejalanya!

Kalsium adalah mineral penting bagi tubuh yang berperan dalam menjaga fungsi saraf, otot, tulang, hingga sel tubuh secara keseluruhan. Namun, kekurangan kalsium (hipokalsemia) pada anak bisa berdampak serius jika tidak segera diatasi.
Berikut adalah tanda-tanda kekurangan kalsium yang perlu AyBun perhatikan, baik gejala jangka pendek maupun jangka panjang.
<h2>Apa Itu Hipokalsemia pada Anak?</h2>
Hipokalsemia adalah kondisi di mana kadar kalsium dalam darah berada di bawah normal. Pada anak, kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan hormon paratiroid (hipoparatiroidisme), kekurangan magnesium, hingga pola makan yang kurang kalsium.
<h2>Gejala Kekurangan Kalsium pada Anak</h2>
<h3>1. Gejala Jangka Pendek</h3>
<ul>
<li>Gejala jangka pendek hipokalsemia yang sering terlihat pada anak meliputi: Kelelahan ekstrem</li>
<li>Kesemutan, terutama di sekitar mulut, tangan, dan kaki</li>
<li>Kebas pada area tertentu</li>
<li>Kesulitan bernapas</li>
<li>Otot lemah</li>
<li>Kram atau kejang otot</li>
<li>Irama jantung yang tidak normal (aritmia)</li>
</ul>
Salah satu tanda unik kekurangan kalsium adalah Chvostek&rsquo;s Sign, yaitu kedutan otot wajah di area pipi (depan telinga) yang terjadi saat disentuh ringan.
Hal ini menandakan adanya gangguan pada saraf dan otot akibat kadar kalsium yang rendah.
<h3>2. Gejala Jangka Panjang</h3>
Jika kekurangan kalsium berlangsung dalam jangka panjang, anak dapat mengalami:
<ul>
<li>Depresi atau perubahan suasana hati</li>
<li>Daya ingat yang buruk</li>
<li>Rambut rontok</li>
<li>Kuku rapuh</li>
<li>Kelainan pada gigi, seperti email gigi yang lemah</li>
<li>Pertumbuhan yang lambat</li>
<li>Keterlambatan perkembangan</li>
<li>Katarak</li>
<li>Endapan kalsium di otak yang dapat menyebabkan gangguan neurologis.</li>
</ul>
<h2>Mengapa Kekurangan Kalsium Terjadi?</h2>
Kekurangan kalsium sering kali berkaitan dengan gangguan regulasi kalsium di tubuh, yang diatur oleh hormon paratiroid. Jika hormon paratiroid terganggu (misalnya pada kasus hipoparatiroidisme), kadar kalsium di darah bisa menurun drastis.
Kasus Penting: Salah satu kasus hipokalsemia kronis terjadi pada anak berusia 2 tahun yang mengalami kedutan wajah (Chvostek's sign). Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan:
<ul>
<li>Kalsium rendah</li>
<li>Magnesium rendah</li>
<li>Hormon paratiroid rendah</li>
<li>Fosfor tinggi</li>
</ul>
Kasus ini menunjukkan pentingnya pemeriksaan menyeluruh untuk mendiagnosis hipokalsemia, terutama jika anak menunjukkan gejala yang mencurigakan.
Baca Juga: <a href="https://tentanganak.com/artikel/makanan-tinggi-kalsium-yang-baik-untuk-anak/">Selain Susu Sapi, Ini Makanan Tinggi Kalsium yang Baik untuk Anak</a>
<h2>Apa yang Harus AyBun Lakukan?</h2>
Jika AyBun melihat tanda-tanda kekurangan kalsium pada si kecil, segera lakukan langkah berikut:
<ol>
<li>Konsultasikan ke dokter: Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan tes darah untuk memastikan kadar kalsium, magnesium, fosfor, serta fungsi hormon paratiroid.</li>
<li>Berikan asupan kalsium yang cukup: Pastikan anak mengonsumsi makanan kaya kalsium, seperti susu, keju, yogurt, kacang almond, tahu, dan sayuran hijau seperti brokoli atau bayam.</li>
<li>Cegah komplikasi: Jangan abaikan tanda-tanda seperti kejang otot, kesemutan, atau kelemahan ekstrem. Penanganan lebih dini akan mencegah komplikasi serius.</li>
</ol>
<h2>Kesimpulan</h2>
Kalsium adalah nutrisi penting yang tidak boleh diabaikan. Kekurangan kalsium pada anak dapat memengaruhi fungsi saraf, otot, dan perkembangan tubuh mereka secara keseluruhan.
Perhatikan gejala jangka pendek seperti kelelahan, kesemutan, atau kedutan wajah (Chvostek&rsquo;s sign), serta gejala jangka panjang seperti kuku rapuh atau pertumbuhan yang lambat.
Dengan memahami tanda-tanda ini, Ayah Bunda dapat memberikan penanganan yang cepat dan tepat untuk menjaga kesehatan si kecil. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter jika menemukan gejala hipokalsemia pada anak!
AyBun bisa coba konsultasi dengan dokter lewat fitur&nbsp;<a href="tentanganak://consult_list?type=consult_list"> Tanya Ahli </a>di aplikasi Tentang Anak!