Cara Menyimpan ASI saat Banjir dan Pemadaman Listrik

Pemadaman listrik atau banjir bisa mengancam kualitas ASI perah. Jangan panik! Simak cara efektif menyimpan ASI saat listrik padam atau banjir agar tetap aman dan layak dikonsumsi oleh si kecil.

Kesehatan Anak

Bagi ibu menyusui, pemadaman listrik atau banjir bisa menjadi tantangan besar, terutama dalam menjaga kualitas ASI perah. Tanpa listrik, freezer tidak berfungsi optimal dan stok ASI berisiko mencair atau bahkan basi.
Namun, jangan panik! Dengan strategi yang tepat, ASI tetap bisa disimpan dengan aman meskipun dalam kondisi darurat. Artikel ini akan membahas cara efektif menyimpan ASI saat listrik padam atau terjadi banjir, agar kebutuhan si kecil tetap terpenuhi.
<h2>Pentingnya Menyimpan ASI dengan Benar dalam Situasi Darurat</h2>
Saat menghadapi kondisi darurat seperti banjir atau pemadaman listrik, ibu yang menyusui sebenarnya bisa tetap mengandalkan direct breastfeeding (DBF) sebagai cara terbaik untuk memastikan bayi mendapatkan asupan nutrisi.&nbsp;
Namun, dalam beberapa situasi, menyimpan ASI tetap diperlukan, misalnya jika Bunda harus berpisah sementara dengan bayi atau jika pasokan ASI perlu dijaga untuk beberapa waktu ke depan.
Selain itu, dalam kondisi bencana, akses terhadap susu formula atau makanan bayi lainnya bisa menjadi terbatas. Dengan menyimpan ASI dengan baik, Bunda dapat memastikan bayi tetap mendapatkan nutrisi yang cukup meskipun menghadapi keterbatasan.
<h2>Tantangan Menyimpan ASI Saat Banjir dan Pemadaman Listrik</h2>
Beberapa tantangan yang sering dihadapi Bunda dalam menyimpan ASI saat terjadi bencana antara lain:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Listrik padam, sehingga kulkas atau freezer tidak dapat berfungsi optimal.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Keterbatasan es batu atau ice pack, yang biasanya digunakan untuk menjaga suhu ASI tetap stabil.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Risiko kontaminasi akibat air banjir yang kotor dan lingkungan yang kurang higienis.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Suhu udara yang panas, yang dapat mempercepat proses pembusukan ASI jika tidak disimpan dengan benar.</li>
</ul>
Karena itu, meskipun DBF tetap menjadi pilihan utama, Bunda juga perlu mengetahui cara menyimpan ASI dengan aman agar tetap dapat digunakan saat dibutuhkan, terutama dalam kondisi darurat.
Baca Juga: <a href="https://tentanganak.com/artikel/cara-menyimpan-asi-perah/">Jangan Salah! Begini Cara Menyimpan ASI Perah yang Benar!</a>
<h2>Cara Menyimpan ASI saat Pemadaman Listrik</h2>
<h3>Sebelum Listrik Padam</h3>
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Siapkan es batu atau gel pack &ndash; Jika ada peringatan potensi pemadaman listrik, buat atau beli ekstra es batu untuk menjaga suhu ASI tetap dingin.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bekukan air dalam wadah &ndash; Simpan air dalam wadah tertutup dan bekukan untuk membantu menjaga suhu dalam freezer lebih lama saat listrik mati.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Gunakan termometer kulkas dan freezer &ndash; Pastikan suhu freezer berada di 0&deg;F (-18&deg;C) atau lebih rendah, dan suhu kulkas di 40&deg;F (4&deg;C) atau lebih rendah.</li>
</ol>
<h3>Saat Listrik Padam</h3>
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Jangan sering membuka pintu kulkas atau freezer &ndash; Biarkan tetap tertutup agar suhu dingin bertahan lebih lama.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ketahui daya tahan ASI dalam freezer:</li>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Jika freezer penuh dan tidak dibuka, ASI bisa bertahan hingga 48 jam.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Jika freezer setengah penuh, ASI bertahan sekitar 24 jam.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">ASI dalam kulkas hanya bertahan sekitar 4 jam jika tidak ada listrik.</li>
</ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Gunakan pendingin alternatif &ndash; Jika listrik mati terlalu lama, pindahkan ASI ke cooler box dengan es batu atau gel pack untuk memperpanjang ketahanan.</li>
</ol>
<h3>Setelah Listrik Kembali Menyala</h3>
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Cek kondisi ASI dalam freezer:</li>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Jika masih ada kristal es di dalam ASI, maka masih aman dan bisa dibekukan kembali.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Jika ASI sudah benar-benar mencair tetapi masih dingin, segera gunakan dalam waktu 24 jam.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Jika ASI sudah mencair sepenuhnya dan tidak lagi dingin, sebaiknya dibuang.</li>
</ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ingat prinsip "Jika ragu, buang saja" &ndash; Jangan mengambil risiko dengan memberikan ASI yang mungkin sudah tidak layak konsumsi.</li>
</ol>
<h2>Tips Menyimpan ASI saat Banjir</h2>
Banjir dapat menyebabkan kontaminasi lingkungan dan membahayakan penyimpanan ASI. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Lindungi freezer dan kulkas dari air &ndash; Pastikan kulkas/freezer diletakkan di tempat yang lebih tinggi agar tidak terendam air.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Gunakan wadah tahan air &ndash; Simpan kantong ASI dalam wadah tertutup atau ziplock agar tetap higienis jika terkena air.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Siapkan cooler box &ndash; Jika listrik padam dan air mulai naik, gunakan cooler box dengan es batu sebagai alternatif penyimpanan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Hindari kontak dengan air banjir &ndash; Jangan gunakan air banjir untuk membersihkan atau merendam botol ASI karena bisa mengandung bakteri dan kuman berbahaya.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pastikan kebersihan saat memberi ASI &ndash; Jika air bersih terbatas, gunakan tisu basah atau air matang untuk membersihkan botol dan peralatan menyusui sebelum digunakan.</li>
</ol>
<h2>Tanda ASI Sudah Tidak Layak Diberikan</h2>
Saat banjir atau pemadaman listrik, menyusui langsung atau DBF tetap menjadi pilihan terbaik untuk memastikan bayi mendapatkan asupan nutrisi dengan aman. Namun, jika Bunda menyimpan ASI perah sebagai cadangan, penting untuk memastikan bahwa ASI tetap dalam kondisi baik sebelum diberikan kepada bayi.&nbsp;
Tanpa listrik, freezer dan kulkas tidak dapat menjaga ASI dalam suhu yang optimal, sehingga ada risiko ASI basi atau rusak. Berikut tiga tanda utama yang menunjukkan bahwa ASI sudah tidak layak dikonsumsi.
<h3>1. Aroma ASI Berubah</h3>
Jika listrik padam terlalu lama, suhu dalam kulkas atau freezer bisa meningkat dan menyebabkan ASI mulai membusuk. Sebelum diberikan, pastikan ASI tidak memiliki bau asam atau tengik. ASI segar biasanya memiliki aroma manis atau sedikit sabun.
Namun, bagi ibu dengan ASI berlipase tinggi, bau asam atau tengik bisa muncul meskipun ASI masih aman dikonsumsi. Jika Bunda ragu, bandingkan dengan ASI segar sebelum disimpan untuk memastikan perbedaannya.
<h3>2. Perubahan Tekstur dan Warna</h3>
Banjir dan mati listrik dapat membuat suhu penyimpanan ASI tidak stabil, yang bisa mempercepat kerusakan ASI. Secara normal, ASI bisa terpisah menjadi dua lapisan setelah disimpan&mdash;bagian bawah yang lebih encer dan bagian atas yang lebih kental. Namun, jika setelah diaduk ASI tetap tidak menyatu atau terlihat menggumpal, ini bisa menjadi tanda bahwa ASI sudah rusak.
Selain itu, warna ASI segar biasanya putih, kekuningan, atau kebiruan. Jika ASI tampak berubah warna secara signifikan atau terlihat berbintik, lebih baik tidak diberikan kepada bayi.
<h3>3. Rasa ASI Menjadi Asam</h3>
Jika Bunda masih ragu, mencicipi ASI bisa menjadi cara terakhir untuk memastikan kualitasnya. ASI yang sudah basi akan terasa asam atau tengik, berbeda dengan ASI segar yang memiliki rasa manis dan ringan.
Namun, Bunda perlu ingat bahwa ASI dengan kadar lipase tinggi bisa mengalami perubahan rasa setelah dibekukan dalam waktu lama meskipun masih aman dikonsumsi. Jika biasanya ASI tidak memiliki rasa asam setelah penyimpanan, maka kemungkinan ASI sudah rusak dan sebaiknya dibuang.
<h2>Menyusui Langsung Tetap Menjadi Pilihan Terbaik</h2>
Saat banjir dan pemadaman listrik, menyusui langsung atau DBF adalah cara paling aman dan praktis untuk memastikan bayi tetap mendapatkan nutrisi. ASI tidak memerlukan air bersih, peralatan steril, atau listrik, sehingga mengurangi risiko infeksi akibat lingkungan yang kurang higienis.
<h3>Persiapan Sebelum Banjir dan Pemadaman Listrik</h3>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Cuci tangan sebelum menyusui. Jika air bersih sulit didapat, gunakan hand sanitizer minimal 60% alkohol.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pelajari cara memerah ASI dengan tangan. Jika listrik padam, Bunda tetap bisa memberikan ASI tanpa pompa elektrik.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tetap bersama bayi. Ini memudahkan menyusui dan memberikan rasa aman bagi si kecil.</li>
</ul>
<h3>Mengapa Menyusui Lebih Baik dalam Kondisi Darurat?</h3>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak tergantung pada air bersih dan listrik.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengandung antibodi alami untuk melindungi bayi dari infeksi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Selalu tersedia kapan saja, tanpa risiko kontaminasi.</li>
</ul>
<h2>Kesimpulan</h2>
Banjir dan pemadaman listrik bisa mengancam kualitas ASI perah, terutama jika freezer tidak berfungsi dan akses air bersih terbatas. Menyusui langsung (DBF) tetap menjadi pilihan terbaik karena aman, selalu tersedia, dan melindungi bayi dari infeksi.
Jika ASI perah tetap diperlukan, pastikan penyimpanannya aman dengan menjaga freezer tetap tertutup, menggunakan es batu, dan memeriksa tanda-tanda ASI basi seperti perubahan aroma, tekstur, dan rasa. Jika ragu, buang saja!
Persiapan sebelum bencana, seperti belajar memerah ASI secara manual dan menjaga kebersihan, dapat membantu Bunda tetap memberikan nutrisi terbaik bagi bayi dalam kondisi darurat.

Cara Menyimpan ASI saat Banjir dan Pemadaman Listrik: Panduan Lengkap untuk Ibu Menyusui

Pertumbuhan gigi bayi adalah salah satu indikator tumbuh kembang anak ketahui tahapan pertumbuhan gigi &amp; cara merawatnya bayi di artikel ini.

Kesehatan Gigi & Mulut

Kemunculan gigi pertama pada bayi mendapat atensi besar bagi orang tua. Sebagai bagian dari tumbuh kembang anak, tumbuhnya gigi menandakan bayi Ayah Bunda siap untuk mulai makan pertamanya dan berbicara.
&nbsp;
Umumnya gigi pertama pada bayi akan muncul saat masuk usia enam bulan, meskipun kondisi antara bayi berbeda-beda karena bisa saja gigi pertama bayi Ayah Bunda muncul sebelum atau justru sesudah usia enam bulan.&nbsp;
&nbsp;
Artikel ini akan membahas tahapan pertumbuhan gigi bayi dari usia 0-6 bulan hingga masuk usia balita yakni 2-6 tahun, dilanjutkan dengan hal-hal yang perlu Ayah Bunda perhatikan saat gigi tumbuh dan terakhir, ditutup dengan cara merawatnya sejak bayi untuk kesehatan gigi masa sekarang dan masa depan.&nbsp;
<h2>Pertumbuhan Gigi Bayi</h2>
Umumnya gigi bayi mulai tumbuh pada usia 6 bulan, meskipun ada beberapa bayi yang giginya mulai tumbuh ketika usia 4 atau lima bulan namun yang pasti idealnya munculnya gigi bayi pada usia di bawah 1 tahun.&nbsp;
&nbsp;
Pertumbuhan gigi bayi dimulai dari gigi seri bawah, diikuti oleh gigi seri atas, dan kemudian diikuti oleh gigi-gigi sisi dan gigi-gigi geraham belakang. Lebih lengkap tentang tahapan pertumbuhan gigi bayi, tersedia di bawah ini.&nbsp;&nbsp;
<h3>1. Usia 0-6 bulan&nbsp;</h3>
Bayi lahir tanpa gigi, dan hingga usia 5 bulan biasanya belum terlihat kemunculan gigi pertamanya. Namun, bayi memiliki kelenjar ludah yang menghasilkan air liur untuk membantu proses pencernaan dan menjaga kelembapan mulut.
<h3>2. Usia 6-12 bulan</h3>
Memasuki usia 6 bulan, gigi seri bawah biasanya muncul pertama kali. Selanjutnya diikuti oleh gigi seri atas. Pada umur sekitar 9 bulan, gigi samping (incisivus lateral) biasanya mulai muncul.
&nbsp;
<h3>3. Usia 12-24 bulan</h3>
Pada usia ini, gigi geraham belakang muncul, serta gigi samping atas dan bawah yang lain. Sehingga, pada usia 2 tahun, sebagian besar bayi sudah memiliki setidaknya 8 gigi seri dan beberapa gigi geraham.
<h3>4. Usia 2-3 tahun</h3>
Gigi belakang bayi biasanya mulai tumbuh, termasuk gigi geraham tiga yang besar dan kuat. Sehingga lebih kuat untuk mengunyah makanan yang keras.&nbsp;
<h3>5. Usia 3-6 tahun</h3>
Pada tahap ini, gigi susu telah tumbuh semua dan biasanya terdiri dari 20 gigi. Gigi susu biasanya mulai tanggal secara alami ketika gigi permanen mulai tumbuh.
<h2>Hal yang Perlu Diperhatikan Saat Gigi Bayi Tumbuh</h2>
Saat gigi bayi tumbuh akan terasa rasa tidak nyaman sehingga menjadi rewel atau mengalami penurunan nafsu makan. Ayah Bunda perlu ekstra perhatian dan penanganan saat gigi bayi tumbuh demi kesehatannya. Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan saat gigi bayi tumbuh:&nbsp;
<h3>1. Kebutuhan Perawatan Gigi yang Tepat&nbsp;</h3>
Mulai dari awal, perawatan gigi bayi harus diperhatikan, bahkan sebelum gigi pertama muncul dengan menjaga kebersihan mulut bayi seperti: mengelap gusi bayi dengan kain yang lembut dan membersihkan gigi bayi dengan sikat gigi bayi yang lembut dan pasta gigi khusus bayi yang aman.
<h3>2. Saat Gusi Bayi Bengkak dan Sakit</h3>
Pada saat gigi bayi tumbuh, beberapa bayi dapat mengalami gusi yang bengkak dan sensitif, serta terasa sakit. Meredakan gejala tersebut, Ayah Bunda dapat memberikan bantal dingin atau mainan berisi air yang dingin. Gunanya membantu meringankan nyeri dan mengurangi peradangan pada gusi bayi.
<h3>3. Bayi Merasa Tidak Nyaman&nbsp;</h3>
Sehingga menyebabkan kesulitan tidur, enggan makan, dan perubahan suasana hati. Jadi, perlu memastikan bahwa anak-anak tetap nyaman dan nyeri diatasi dengan cara yang tepat.
<h3>4. Hindari Memberi Makanan atau Minuman Manis Sebelum Tidur&nbsp;</h3>
Hal ini penting untuk mencegah gigi bayi dari kerusakan karies. Sebaiknya tidak memberikan makanan atau minuman yang manis dan membersihkan gigi bayi sebelum tidur.
&nbsp;
<h3>5. Mengunjungi Dokter Gigi Secara Teratur&nbsp;</h3>
Meskipun gigi bayi tidak permanen, mereka perlu dirawat dengan baik dan dipantau secara teratur oleh dokter gigi. Dokter gigi dapat membantu memeriksa kesehatan gigi bayi dan memberikan saran mengenai perawatan gigi yang tepat.
<h2>Merawat Gigi Sejak Dini&nbsp;</h2>
Mulut dan gigi bisa membawa masalah serius jika tidak dirawat sejak dini, bahkan menyebabkan gangguan kesehatan. Agar kelak tidak mengalami kondisi tersebut, Ayah Bunda perlu menanamkan kebiasaan baik pada gigi anak sejak dini bahkan dimulai dari bayi.&nbsp;
&nbsp;
Perhatian Ayah Bunda pada kesehatan gigi anak akan membuat mereka juga melanjutkan hal baik dan bertanggung jawab sejak dini akan giginya. Berikut perawatan gigi yang bisa ditanamkan sejak dini:&nbsp;
<h3>1. Bersihkan Mulut Bayi Setelah Makan</h3>
Meskipun bayi belum memiliki gigi, bersihkan mulut mereka dengan kain lembut atau bola kapas yang dibasahi dengan air bersih setelah makan. Membersihkannya dapat menghindari penumpukan bakteri.
<h3>2. Sikat Gigi Bayi Dua Kali Sehari&nbsp;</h3>
Setelah gigi bayi mulai tumbuh, mulai sikat gigi bayi dua kali sehari dengan sikat gigi bayi yang lembut dan pasta gigi bayi yang aman. Pasta gigi yang aman untuk bayi biasanya mengandung fluoride dan mempunyai rasa yang disukai bayi.
<h3>3. Jadwalkan Waktu jika Anak Makan atau Minuman Manis&nbsp;</h3>
Memberikan makanan atau minuman manis sebaiknya ditetapkan waktunya. Sehingga setelah mengonsumsinya, langsung dapat membersihkan gigi. Hindari memberikan makanan atau minuman manis sebelum tidur.
<h3>4. Beri Mainan atau Teether yang Aman</h3>
Hal tersebut dapat membantu meredakan gusi bayi yang sakit dan membantu perkembangan gigi bayi.
<h3>5. Hindari Memberikan Botol Susu pada Bayi Ketika Tidur&nbsp;</h3>
Hal ini bisa meningkatkan risiko gigi berlubang dan gigi rusak. Sebaiknya berikan botol susu pada bayi saat mereka bangun dan duduk.
&nbsp;
<h3>6. Periksakan Gigi Bayi ke Dokter Gigi Secara Teratur</h3>
Dokter gigi dapat membantu memeriksa kesehatan gigi bayi dan memberikan saran mengenai perawatan gigi yang tepat, agar membantu mencegah masalah gigi di masa depan dan anak memulai kebiasaan yang baik dalam menjaga kesehatan gigi mereka.
Orang tua berperan dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut di masa awal pertumbuhan bayi dan tidak boleh diremehkan. Saat gigi anak sehat, ia tidak akan kesulitan mengunyah makanan sehingga nutrisinya tercukupi.&nbsp;
 Foto: Freepik
Sumber:
https://www.pregnancybirthbaby.org.au/baby-teeth#:~:text=Babies%20are%20usually%20born%20with,teeth%20will%20usually%20have%20appeared.

Tahapan Pertumbuhan Gigi Bayi dan Cara Merawatnya

Kapan bayi mulai MPASI? Pada umumnya dokter spesialis anak akan merekomendasikan orang tua untuk memberikan MPASI pada usia 6 bulan. Pada umumnya, ketika memasuki usia 6 bulan, fisik bayi memang sudah mendukung untuk pemberian MPASI.

6-12 bulan

Bayi

Nutrisi

Kapan bayi mulai MPASI? Pada umumnya dokter spesialis anak akan merekomendasikan orang tua untuk memberikan MPASI pada usia 6 bulan. Pada umumnya, ketika memasuki usia 6 bulan, fisik bayi memang sudah mendukung untuk pemberian MPASI.&nbsp;
Sejumlah organisasi kesehatan seperti American Academy of Pediatrics (AAP) dan World Health Organization (WHO) merekomendasikan usia 6 bulan karena di usia ini&nbsp; bayi sudah memiliki kemampuan untuk duduk dengan stabil dan mengendalikan kepala serta leher mereka sehingga proses pemberian makanan padat menjadi dimungkinkan. Selain itu, pada usia 6 bulan, nutrisi pada ASI atau susu formula tidak lagi mencukupi kebutuhan perkembangan fisik dan kognitif si kecil.
Nah, jika bayi ayah-bunda sudah memasuki masa MPASI, salah satu hal yang sebaiknya dilakukan adalah mengatur jadwal MPASI. Jadwal makan dapat membantu membentuk pola makan yang teratur.&nbsp;
Selain itu, ayah-bunda dapat memantau pola makan dan mengidentifikasi kemungkinan masalah atau kesulitan yang muncul. Adanya jadwal makan juga membantu ayah-bunda memastikan bahwa anak menerima makanan yang cukup, baik dari segi jumlah dan jenis makanan, serta memastikan makan diberikan tepat waktu. Tujuannya agar nutrisi bayi dapat terpenuhi sesuai kebutuhannya. Nah, untuk membantu ayah-bunda membuat jadwal, berikut ini rekomendasi jadwal makan yang bisa dijadikan inspirasi.
<h2>Jadwal Makan Bayi 6 Bulan yang Baik</h2>
Jadwal makan bayi 6 bulan dapat berbeda antara satu dan yang lain, tergantung kebutuhan dan preferensi Anda. Namun, sebagai inspirasi Anda membuat jadwal makan, berikut contoh jadwal makan bayi 6 bulan yang bisa dijadikan rujukan:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pagi hari (sekitar jam 7.00): ASI atau susu formula.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pagi hari (sekitar jam 9.00) Makanan pendamping ASI (MPASI), seperti bubur sereal atau puree buah.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pagi hari (sekitar jam 11.00): ASI atau susu formula.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Siang hari (sekitar jam 13.00): Makanan pendamping ASI (MPASI)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Siang hari (sekitar jam 15.00): Berikan ASI atau susu formula.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sore hari (sekitar jam 17.00): ASI atau susu formula.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sore hari (sekitar jam 19.00): Berikan Makanan pendamping ASI (MPASI), seperti bubur sayuran atau puree daging/ayam/ikan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Malam hari : boleh diberikan ASI atau susu formula 1-3 x di tengah malam bila anak minta</li>
</ul>
Sejumlah ahli meyakini bahwa setelah mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan, bayi sudah siap untuk menerima MPASI. Namun, secara fisik bayi juga harus memenuhi syarat-syarat berikut ini:&nbsp;
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sudah dapat mengendalikan kepala dengan baik.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sudah dapat mengangkat kepala untuk waktu yang lama.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bayi sudah dapat duduk sendiri tanpa bantuan atau dengan sedikit bantuan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak lagi memiliki tongue thrust reflect dimana lidah mendorong makanan untuk keluar dari mulut.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Punya minat terhadap makanan saat ayah-bunda mencoba memberikannya makanan padat.</li>
</ul>
Nah, itulah rekomendasi jadwal makan bayi 6 bulan yang bisa Anda terapkan. Dalam hal variasi menu makanan, ayah-bunda juga dapat menambahkan cemilan sehat seperti potongan buah atau sayuran, yogurt, atau potongan keju sebagai camilan..
Penting juga untuk diingat bahwa jadwal makan bayi 6 bulan dapat berubah dan disesuaikan dengan pola makan dan kebutuhan nutrisi bayi. Oleh karena itu, jangan pernah merasa bahwa jadwal makan yang ayah-bunda susun tidak sempurna. Hal yang paling penting, pastikan untuk selalu memperhatikan sinyal lapar, kenyang, dan kesiapan bayi untuk makan. Selamat memulai pemberian MPASI!
Sumber:
https://www.who.int/news-room/questions-and-answers/item/infant-and-young-child-feeding
https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/feeding-nutrition/Pages/Switching-To-Solid-Foods.aspx

Contoh Jadwal Makan Bayi 6 Bulan yang Baik

insisi tongue tidak direkomendasikan, ketahui syaratnya

Ketahui apakah tindakan insisi tongue tie benar-benar diperlukan untuk si Kecil. Pelajari gejala, cara mengatasi, dan tips menyusui untuk bayi dengan tongue tie.

Ayah dan Bunda, apakah si Kecil mengalami tongue tie? Sebuah panduan terbaru dari American Academy of Pediatrics (AAP) menegaskan bahwa tindakan insisi atau potong jaringan lidah tidak selalu dibutuhkan!
<h2>Kapan Tindakan Insisi Dibutuhkan?</h2>
Tidak semua bayi dengan tongue tie butuh tindakan bedah, AyBun. Bedah hanya dilakukan jika:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Intervensi non-bedah sudah dicoba dan tidak berhasil.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tindakan insisi memberikan dampak yang sangat signifikan bagi si Kecil terutama terkait fungsional.</li>
</ul>
<h2>Pentingnya Identifikasi Dini</h2>
Tongue tie dapat diidentifikasi, salah satunya melalui kegiatan menyusui. Namun, penanganan tongue tie tidak bisa dilakukan dengan bedah secara langsung.
Sebaiknya, AyBun berkonsultasi dulu dengan konselor laktasi dan dokter spesialis sebelum mengambil keputusan.
<h2>Fakta Penting Tentang Tongue Tie</h2>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kurang dari setengah bayi dengan tongue tie mengalami masalah menyusui.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Studi menunjukkan 63% bayi dengan tongue tie tidak membutuhkan bedah untuk dapat menyusui dengan baik.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Otot di bawah lidah bayi bisa meregang dan memanjang dengan terus menyusui.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Keberhasilan menyusui lebih dipengaruhi oleh pergerakan tengah lidah, bukan hanya ujungnya. Jadi, bedah sering tidak diperlukan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tongue tie tidak menghambat perkembangan bicara si Kecil.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak ada bukti bahwa insisi tongue tie dapat memperbaiki kesehatan gigi atau mencegah sleep apnea.</li>
</ul>
<h2>Tren Insisi Tongue Tie Semakin Meningkat</h2>
Saat ini, makin banyak bayi yang didiagnosa tongue tie dan dilakukan tindakan insisi. Namun, AyBun perlu hati-hati terhadap overdiagnosis.
Overdiagnosis adalah ketika sebuah kondisi didiagnosa, padahal sebenarnya tidak menimbulkan gejala atau masalah kesehatan.
Tongue tie yang benar-benar memerlukan tindakan adalah yang:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menyebabkan nyeri pada puting ibu.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Membuat pelekatan saat menyusui buruk.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menyebabkan berat badan bayi tidak naik secara optimal meskipun sudah diberi dukungan laktasi yang baik.</li>
</ul>
Baca juga: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=1263">Tongue Tie, Salah Satu Penyebab Bayi Kesulitan Menyusui</a>
<h2>Mengenal Frenulum Sebagai Jaringan Normal di Bawah Lidah</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/66d98348-540cd073-dc94-4f0d-96ba-8857fd9cbf62.jpg" alt="insisi tongue tie tidak direkomendasikan" width="316" height="181" />
Semua bayi, termasuk yang tidak memiliki tongue tie, memiliki jaringan yang disebut frenulum lingualis, yang menghubungkan dasar mulut dengan lidah.
Pada bayi dengan tongue tie, frenulum ini lebih pendek dan tegang sehingga membatasi gerakan lidah. 
Penelitian menunjukkan sekitar 1,7-10,7% bayi lahir dengan kondisi ini. Namun, tidak semua bayi perlu tindakan insisi.
Jadi, jika si Kecil didiagnosa tongue tie, jangan langsung panik. Diskusikan dulu dengan konselor laktasi dan dokter sebelum memutuskan langkah selanjutnya!
<h2>Kesimpulan</h2>
Ayah dan Bunda, tidak semua kasus tongue tie membutuhkan tindakan bedah. Banyak bayi dengan kondisi ini dapat menyusui dengan baik tanpa harus melalui insisi.&nbsp;
Penting untuk melakukan identifikasi dini dan berkonsultasi dengan konselor laktasi atau dokter sebelum mengambil keputusan.
Jika AyBun masih ragu atau ingin informasi lebih lanjut, jangan segan untuk <a href="tentanganak://consult_list?type=consult_list">Tanya Ahli</a>&nbsp;di aplikasi Tentang Anak.&nbsp;
Dapatkan saran langsung dari pakar kesehatan anak yang siap membantu AyBun kapan saja!

Insisi Tongue Tie Tidak Direkomendasikan, Ketahui Syaratnya Yuk, Bun!

Praktik mencuci daging mentah sebelum memasak telah menjadi kebiasaan di banyak rumah tangga. Namun, apakah Anda tahu bahwa sebagian besar otoritas kesehatan dan ahli pangan sekarang menyarankan untuk tidak mencuci daging? Artikel ini akan membahas fakta dan alasan di balik larangan mencuci daging serta mengapa tindakan ini dapat berdampak negatif

Praktik mencuci daging mentah sebelum memasak telah menjadi kebiasaan di banyak rumah tangga. Namun, apakah Anda tahu bahwa sebagian besar otoritas kesehatan dan ahli pangan sekarang menyarankan untuk tidak mencuci daging?&nbsp;
Artikel ini akan membahas fakta dan alasan di balik larangan mencuci daging serta mengapa tindakan ini dapat berdampak negatif pada keamanan dan kualitas makanan yang disiapkan.
<h2>Mitos Mencuci Daging dan Keamanan Pangan</h2>
Banyak orang percaya bahwa mencuci daging mentah adalah cara yang efektif untuk menghilangkan kuman dan bakteri yang mungkin ada pada permukaan daging.&nbsp;
Namun, paradoksnya, praktik ini sekarang dianggap sebagai tindakan yang kurang dianjurkan oleh banyak ahli. Mengapa demikian?
Sebagian besar daging yang dijual di pasar modern telah diolah dan dipersiapkan dengan standar keamanan pangan yang tinggi. Proses ini dirancang untuk mengurangi risiko kontaminasi bakteri seperti Salmonella dan E. coli.&nbsp;
Menurut riset yang dilakukan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan Food and Drug Administration (FDA) AS, patogen bawaan makanan yang umum seperti bakteri Salmonella, Listeria, Campylobacter, E. coli, serta virus norovirus dan hepatitis A dapat hadir pada daging sapi.
Mencuci daging, justru, dapat meningkatkan risiko kontaminasi silang dan menyebabkan penyebaran bakteri ke permukaan dapur, peralatan, dan tangan.
<h2>Mengapa Mencuci Daging Dilarang?</h2>
Kontaminasi Silang: Mencuci daging mentah dapat menyebabkan kontaminasi silang, yaitu penyebaran kuman dan bakteri dari permukaan daging ke permukaan lain di dapur. Tetesan air yang mengandung bakteri dapat menyebar ke peralatan, talenan, dan tangan yang kemudian dapat mencemari makanan lain yang disiapkan.
Keamanan Pangan yang Diproses: Daging yang dijual di supermarket umumnya telah melalui proses keamanan pangan yang ketat, termasuk pemrosesan dan pemanggangan yang tepat. 
Mencuci daging dapat menghilangkan lapisan perlindungan alami yang mungkin dimiliki daging setelah diproses, meningkatkan risiko kontaminasi.
Pengaruh Suhu dan Waktu: Mencuci daging mentah dapat memicu pertumbuhan bakteri jika suhu ruangan memungkinkan. Jika daging dibiarkan di suhu yang tepat untuk pertumbuhan bakteri, risiko infeksi makanan dapat meningkat.
Tingkat Kontaminasi yang Rendah: Sebagian besar daging yang dijual di pasaran memiliki tingkat kontaminasi yang rendah jika diolah dengan benar. 
Mencuci daging tidak secara signifikan mengurangi risiko bakteri yang ada, tetapi justru dapat menciptakan risiko tambahan.
<h2>Langkah yang Aman dalam Menangani Daging</h2>
Meskipun mencuci daging secara langsung tidak dianjurkan, ada langkah-langkah yang dapat diambil untuk memastikan daging aman dan bersih sebelum dimasak:
Periksa dan Buang Bagian yang Tidak Diperlukan: Periksa daging untuk memastikan tidak ada bagian yang rusak atau terkontaminasi. Buang bagian yang tampak tidak sehat.
Simpan di Wadah yang Tepat: Simpan daging di wadah tertutup di dalam lemari es untuk mencegah kontaminasi dan menjaga kebersihan.
Pisahkan Daging: Pisahkan daging dari bahan makanan lain di dalam lemari es untuk mencegah kontaminasi silang.
Cuci Tangan dan Peralatan dengan Benar: Cuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan setelah menangani daging. Bersihkan talenan, pisau, dan peralatan lainnya yang digunakan untuk memotong daging dengan seksama.
Pastikan Matang Saat Dimasak: Memasak daging pada suhu yang tepat dan memastikan matang secara menyeluruh dapat membunuh bakteri yang mungkin ada.
Meskipun mungkin merupakan kebiasaan umum, mencuci daging mentah sebelum memasak sekarang dianggap sebagai langkah yang dihindari.
&nbsp;
Foto: freepik
Sumber:
Tysara, L. (2023). 'Kenapa Daging Sapi Tidak Boleh Dicuci Begini Cara Membersihkan yang Bner'. Liputan 6
Unair. (2018). TIPS Olah serta Simpan Daging yang Baik dan Benar
Erlita, Y. (2017). Cara Mengolah Daging Sapi Agar Cepat Menjadi Empuk. Sumbarprov

Mengapa Cuci Daging Dilarang? Fakta dan Alasan di Balik Larangan Ini

Bayi yang semakin aktif mulai memasukkan tangannya ke mulut atau baby mouthing. Jangan dilarang, Bunda! Yuk ketahui manfaatnya dan tips baby mouthing yang

Perkembangan Anak

Memasuki usia 3&ndash;5 bulan, Bunda mungkin memperhatikan tangan si kecil mulai bergerak aktif. Salah satu yang bayi lakukan adalah dengan memasukkan tangan ke mulutnya. Tidak hanya tangan, si kecil yang penasaran juga bisa meraih benda apapun di dekatnya dan memasukkannya ke dalam mulut. Tingkah bayi ini sering disebut sebagai baby mouthing.&nbsp;
Untuk Bunda yang khawatir dengan baby mouthing, tenang saja! Sikap anak yang memasukkan tangan ke mulut adalah hal yang wajar terjadi. Gerakan ini termasuk ke dalam pengalaman oral anak yang penting dalam pertumbuhan, di mana anak dapat merasakan rasa dan tekstur dari benda-benda yang berbeda.
Ternyata, ada alasan dan manfaat penting di balik tingkah anak yang memasukkan tangan atau benda ke mulutnya, lho. Tidak hanya itu, Bunda juga perlu memperhatikan langkah-langkah keamanan agar baby mouthing tidak melukai si kecil. Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini!
<h2>Penyebab dan Manfaat Anak Baby Mouthing</h2>
Bayi yang memasuki fase baby mouthing akan mencoba memasukkan apapun ke mulut, termasuk tangannya. Fase ini dapat terjadi karena beberapa alasan, seperti:
<h3>1. Bayi Mulai Bereksplorasi</h3>
Berbeda dengan orang dewasa yang sudah mampu merasakan tekstur benda-benda dengan tangan dan jari, bayi masih belum mampu merasakan langsung dengan tangan kecilnya yang belum berkembang dengan baik. Bayi bisa memegang sebuah objek, tetapi tidak bisa mengusap atau meremas benda tersebut.&nbsp;
Jadi, cara bayi untuk mengeksplorasi benda-benda di sekitarnya adalah dengan memasukkan benda ke mulut. Bibir dan mulut bayi memiliki banyak saraf sensorik untuk membantunya merasakan sesuatu. Bayi yang penasaran dengan suatu objek akan mencoba memasukkannya ke dalam mulut. Dengan demikian, baby mouthing bermanfaat untuk membantu mengenal sifat-sifat dari objek tersebut, seperti tingkat kekerasan, suhu, hingga tekstur permukaan.&nbsp;
Karena bayi tidak dapat membedakan objek di sekitarnya, sangat penting bagi Bunda untuk memilih benda-benda yang mungkin terjangkau oleh tangan bayi. Benda tersebut harus rutin dibersihkan, bukan barang beracun atau berbahaya, serta tidak berukuran lebih kecil dari mulut bayi. Jadi, bayi dapat mengeksplorasi melalui baby mouthing dengan aman.
<h3>2. Bayi Merasa Lapar</h3>
Gerakan bayi memasukkan tangan ke mulut dapat menjadi sinyal awal rasa lapar. Tanda lapar pada bayi lainnya dapat berupa bayi yang mengunyah tangannya, membuka mulutnya, atau menggerakkan kepalanya seolah mencari botol atau ASI ibunya. Jadi, Bunda tidak perlu menunggu anak menangis untuk mengetahui sinyal laparnya, ya!
<h3>3. Bayi Ingin Menenangkan Diri</h3>
Bayi dapat merasa tidak nyaman karena berbagai hal, seperti bertemu orang dan lingkungan baru, merasa lapar, mengantuk, hingga tidak menemukan mainan kesayangannya. Salah satu cara bayi untuk menenangkan diri adalah dengan memasukkan tangan ke mulutnya. Selain itu, mengisap atau menggigit sesuatu juga dapat membantu bayi lebih rileks.
<h3>4. Bayi sedang Tumbuh Gigi</h3>
Bagi bayi yang memasuki usia 4&ndash;7 tahun, pengalaman tumbuh gigi pertamanya dapat menjadi pengalaman yang kurang menyenangkan. Tumbuh gigi sering membuat bayi merasa tidak nyaman dan kesakitan, terutama di bagian gusi. Maka dari itu, cara bayi memasukkan tangan ke mulut bertujuan untuk mengurangi rasa tidak nyamannya. Cara ini juga menjadi alat tumbuh gigi terbaik bayi tanpa bantuan siapapun.
<h3>5. Memperkuat Sistem Imun Tubuh</h3>
Seiring dengan bayi mengeksplorasi dunia di sekitarnya, sistem imun bayi juga ikut berkembang dan mempelajari cara melindungi tubuh si kecil. Baby mouthing menjadi cara untuk memperkenalkan bakteri ke tubuh si kecil. Hal ini juga bermanfaat untuk membantu sistem imun bayi mempersiapkan diri untuk menghadang bakteri yang masuk ke tubuh.&nbsp;&nbsp;
<h2>Tips Saat Bayi Memasuki Baby Mouthing</h2>
Meskipun baby mouthing normal terjadi pada kebanyakan bayi, Bunda tetap harus menjaga bayi tetap aman saat memasuki fase baby mouthing. Langkah-langkah yang bisa Bunda lakukan saat si kecil mulai memasukkan tangan ke mulut adalah:
<h3>1. Selalu Jaga Kebersihan</h3>
Bayi yang suka memasukkan tangan atau benda ke mulut cenderung tidak bisa membedakan apa yang masuk ke mulutnya. Benda-benda yang mungkin terjangkau oleh bayi harus selalu bersih dengan sabun dan air mengalir, kemudian dikeringkan. Lakukan juga pembersihan secara berkala di tempat bayi bermain.
<h3>2. Perhatikan Jenis dan Ukuran Benda</h3>
Saat bayi mulai memasuki fase baby mouthing, jauhkan bayi dari jenis benda yang berbahaya jika masuk ke dalam mulut, seperti obat-obatan, makanan kadaluarsa, makanan binatang, obat serangga, hingga baterai. Hindari juga benda-benda dengan suhu panas, seperti minuman panas atau api. Benda-benda ini berpotensi mencelakai bayi saat masuk ke dalam mulutnya.
Jenis benda lainnya yang perlu dihindari adalah kabel atau benang yang berisiko mencekik bayi. Pastikan benda-benda ini terkunci di lemari tinggi yang jauh dari jangkauan bayi.
Selain itu, benda yang terjangkau tangan bayi juga sebaiknya tidak lebih kecil dari ukuran mulut bayi. Hal ini dilakukan agar bayi tidak menelan benda tersebut dan menyebabkan bayi tersedak. Untuk mencari benda baby mouthing yang aman, Bunda bisa membeli alat teething di toko terdekat.
<h3>3. Buat Area Bermain yang Aman</h3>
Ada banyak benda berbahaya yang mungkin terlepas dari pengawasan Bunda dan terjangkau oleh tangan bayi. Untuk menghindari kejadian ini, cobalah untuk membuat area bermain yang aman untuk anak. Di area ini, Bunda dapat meletakkan mainan dan benda-benda yang aman untuk baby mouthing si kecil. Bunda juga bisa meletakkan si kecil di boks bayi atau kursi tinggi dengan benda-benda bersih dan aman yang mudah terjangkau olehnya.
<h3>4. Pelajari CPR pada Bayi</h3>
Untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk saat bayi melakukan baby mouthing, Bunda dapat mempelajari CPR pada bayi sebagai pertolongan pertama. Langkah ini sangat penting apabila bayi tidak sengaja tersedak oleh makanan atau benda asing. Pertolongan pertama ini dapat menyelamatkan nyawa si kecil sesegera mungkin tanpa harus menunggu dokter atau ambulans.
<h3>5. Beri Anak Edukasi</h3>
Selama melalui fase baby mouthing, Bunda dapat mengajari anak tentang apa saja yang tidak boleh anak masukkan ke dalam mulut. Akan tetapi, jangan sampai Bunda menghentikan bayi dari baby mouthing, ya! Bunda dapat mengatakan dengan lembut kepada bayi untuk melepaskan benda berbahaya ke dalam mulut, seperti dengan mengatakan, &ldquo;Dilepas aja yuk, itu nggak enak&rdquo;, atau, &ldquo;Itu kotor sayang, jangan ditaruh di mulut ya&rdquo;.
<h3>Kapan Anak Harus Berhenti Memasukkan Tangan Ke Mulut?</h3>
Idealnya, baby mouthing terjadi saat bayi menginjak usia 3&ndash;7 bulan. Semakin besar, bayi akan lebih sering menggunakan tangannya untuk merasakan sesuatu. Kebanyakan anak diharapkan berhenti memasukkan tangan atau benda asing ke mulut saat berusia 3 tahun. Biasanya, anak akan berhenti melakukannya sendiri.&nbsp;
Tapi, jika anak masih melakukan baby mouthing di usia 3 tahun ke atas, Bunda sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter. Langkah lainnya adalah dengan mengingatkan anak untuk tidak memasukkan mainan atau tangan ke mulutnya. Cobalah untuk menarik mainan atau tangan si kecil ketika ia akan memasukkannya ke mulut. Bunda juga bisa mengalihkan perhatian anak dengan menemaninya bermain permainan kesukaannya atau melakukan aktivitas lainnya.
Demikian penjelasan seputar bayi yang memasukkan tangan ke mulutnya. Jadi, Bunda tidak perlu khawatir lagi saat bayi memasukkan tangan atau benda asing ke mulutnya.&nbsp;
Karena fase baby mouthing sangat penting bagi pertumbuhan bayi, Bunda dapat mendukung fase ini dengan menerapkan tips baby mouthing yang aman di atas. Jika bayi mengalami kecelakaan akibat baby mouthing, segera berkonsultasi dengan dokter, ya!
Foto: www.pexels.com&nbsp;
Sumber:&nbsp;
https://www.healthline.com/health/baby/baby-mouthing&nbsp;
https://www.babycentre.co.uk/x6721/why-does-my-baby-put-everything-in-her-mouth#:~:text=By%20the%20time%20she's%20two,putting%20objects%20into%20their%20mouths&nbsp;

Bayi Memasukkan Tangan ke Mulut, Apa yang Harus Bunda Lakukan?

black mold jamur hitam penyebab asma pneumonia

Kenali bahaya black mold, jamur hitam yang bisa menyebabkan asma dan pneumonia pada anak. Pelajari cara mencegah dan membersihkannya agar rumah tetap aman dan sehat!

Apakah AyBun pernah melihat bercak hitam di dinding yang lembap? Bisa jadi itu adalah black mold, atau jamur hitam, yang bisa tumbuh subur di rumah yang lembap.&nbsp;
Black mold ini bukan sekadar jamur biasa&mdash;spora dari jamur ini bisa terbawa udara dan terhirup oleh anggota keluarga, yang berpotensi mengganggu kesehatan, terutama pada anak-anak.
<h3>Apa Itu Black Mold?</h3>
Black mold adalah jamur hitam yang tumbuh di area lembap, misalnya di dinding yang basah, dekat pipa bocor, atau ruangan yang ventilasinya buruk.&nbsp;
Tidak hanya di permukaan, jamur ini juga sering tumbuh di balik tembok dan sulit terlihat.
Tanda-tanda keberadaannya bisa terlihat dari dinding yang mengelupas atau bau lembap yang tak sedap.
<h2>Bahaya Black Mold bagi Kesehatan Keluarga</h2>
Paparan black mold dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, terutama pada anak-anak dan orang dewasa yang memiliki sistem imun lemah.&nbsp;
Berikut beberapa risiko kesehatan yang perlu AyBun perhatikan:
<h3>1. Pneumonia atau Radang Paru-paru</h3>
Spora jamur bisa terhirup dan menyebabkan radang paru-paru, yang jika tidak diatasi bisa berujung pada pneumonia. Hal ini sangat berbahaya, terutama bagi anak-anak dan lansia.
<h3>2. Asma</h3>
Anak yang tumbuh di lingkungan berjamur lebih rentan terkena asma. Menurut studi, bayi yang tinggal di rumah lembap dan berjamur punya risiko tiga kali lebih tinggi untuk terkena asma di usia 7 tahun!
<h3>3. Alergi</h3>
Jamur ini juga bisa menyebabkan alergi seperti bersin, hidung gatal, dan mata berair.
<h3>4. Gangguan Kognitif (Sering Lupa &amp; Pusing)</h3>
Paparan black mold dalam waktu lama bisa menyebabkan anak mudah lupa atau sering merasa pusing, karena dampak negatifnya pada otak.
<h3>5. Masalah Kesehatan Mental</h3>
Paparan jangka panjang bisa menyebabkan anak atau orang dewasa merasa lebih mudah stres, cemas, atau bahkan depresi.
<h3>6. Menurunkan Imunitas</h3>
Racun dari black mold dapat melemahkan daya tahan tubuh, sehingga lebih mudah sakit.
<h3>7. Risiko Kanker</h3>
Beberapa jenis jamur menghasilkan racun yang bisa meningkatkan risiko kanker jika terpapar dalam jangka panjang.
<h2>Tips Mencegah Black Mold di Rumah</h2>
Agar jamur hitam tidak tumbuh di rumah, AyBun bisa melakukan beberapa langkah pencegahan berikut:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Jaga Kelembaban di Rumah Gunakan AC atau dehumidifier untuk menjaga kelembaban ruangan di bawah 50%.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pastikan Ventilasi Baik Gunakan kipas exhaust di dapur dan kamar mandi agar udara di rumah tetap segar dan tidak lembap.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Segera Perbaiki Kebocoran Jangan biarkan atap, dinding, atau pipa yang bocor, karena area ini mudah menjadi tempat tumbuhnya jamur.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Gunakan Cat Anti-Jamur Jika memungkinkan, gunakan cat anti-jamur pada dinding rumah agar jamur lebih sulit tumbuh.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bersihkan Kamar Mandi Secara Rutin Gunakan produk pembersih khusus jamur untuk mencegah pertumbuhannya di kamar mandi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ganti Karpet dan Furnitur yang Basah Jika karpet atau furnitur sudah basah dan sulit dikeringkan, lebih baik diganti agar tidak menjadi tempat berkembang biaknya jamur.</li>
</ul>
Baca juga: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=1477">Apa Itu Penyakit Pneumonia dan Penyebabnya? Cek Selengkapnya!</a>
<h2>Cara Membersihkan Black Mold dengan Aman</h2>
Jika sudah terlanjur muncul, AyBun bisa membersihkan black mold yang masih sedikit sendiri.
Namun, untuk area yang luas, sebaiknya panggil tenaga profesional agar lebih aman. Jika ingin membersihkan sendiri, pastikan AyBun mengenakan perlengkapan seperti:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Masker untuk melindungi pernapasan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sarung tangan dan sepatu karet</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kacamata pelindung</li>
</ul>
Jangan sepelekan black mold di rumah, ya, AyBun! Jamur ini bukan hanya merusak estetika rumah, tapi juga bisa membahayakan kesehatan keluarga.&nbsp;
Dengan menjaga kebersihan dan kelembaban ruangan, AyBun bisa melindungi keluarga dari bahaya jamur hitam ini.

Mengenal Black Mold, Jamur Hitam yang Bisa Sebabkan Asma & Pneumonia

frekuensi normal bab pada bayi baru lahir

Berapa kali bayi baru lahir BAB? AyBun mungkin penasaran, yuk cek frekuensi normal BAB pada bayi baru lahir di sini.

Sebagai orang tua baru, memahami pola <a href="https://tentanganak.com/artikel/cara-mengatasi-bayi-susah-bab/">buang air besar (BAB) bayi</a> adalah bagian penting dari merawat si Kecil. Meskipun terlihat sepele, pola BAB bisa menjadi indikator kesehatan bayi, terutama pada minggu-minggu pertama kehidupannya.&nbsp;
Artikel ini akan membantu AyBun memahami apa yang dianggap normal, faktor yang mempengaruhi frekuensi BAB, hingga kapan harus mencari bantuan medis.
<h2>Mekonium dan Transisi BAB</h2>
Dalam 24&ndash;48 jam pertama setelah lahir, bayi akan mengeluarkan mekonium. Mekonium adalah feses pertama bayi yang berwarna hijau tua hingga hitam, lengket, dan menyerupai tar. Mekonium menandakan bahwa saluran pencernaan bayi berfungsi dengan baik.
Setelah periode ini, pola BAB bayi mulai bertransisi. <a href="https://tentanganak.com/artikel/ciri-feses-bayi-asi-yang-normal/">Feses bayi yang mengkonsumsi ASI</a> akan berubah menjadi kuning dengan tekstur yang lebih lembut, sementara bayi yang diberi susu formula cenderung memiliki feses yang lebih padat dengan warna hijau atau cokelat kekuningan.
<h2>Frekuensi BAB pada Bayi Baru Lahir</h2>
<h4>Usia 0&ndash;6 Minggu</h4>
Pada fase ini, kebanyakan bayi BAB 2&ndash;5 kali per hari, bahkan ada yang BAB setiap kali selesai menyusu. Hal ini wajar terjadi karena ASI mengandung nutrisi yang mudah dicerna, sehingga pencernaan bayi bekerja lebih sering.
Bayi yang diberi <a href="https://tentanganak.com/artikel/susu-formula-dan-susu-hewani-mana-lebih-baik/">susu formula</a> biasanya BAB lebih jarang, tetapi tetap dalam kisaran normal sebanyak 1&ndash;4 kali sehari. Jika bayi AyBun tampak nyaman dan fesesnya lunak, tidak perlu khawatir meskipun frekuensinya sedikit lebih rendah dibandingkan bayi yang diberi ASI.
<h4>Usia 6 Minggu&ndash;3 Bulan</h4>
Setelah usia 6 minggu, frekuensi BAB bayi cenderung menurun. Beberapa bayi hanya BAB sekali sehari, bahkan ada yang BAB hanya sekali dalam seminggu. Kondisi ini masih dianggap normal selama bayi tetap sehat, berat badannya bertambah, dan fesesnya lunak.
Penurunan frekuensi ini disebabkan oleh efisiensi saluran pencernaan bayi yang mulai berkembang. ASI diserap hampir sepenuhnya oleh tubuh, sehingga menghasilkan lebih sedikit sisa untuk dibuang.
Baca Juga: <a href="https://tentanganak.com/artikel/jenis-jenis-bab-anak-yang-perlu-diwaspadai/">Jenis-Jenis BAB Anak yang Perlu Diwaspadai</a>
<h2>Faktor yang Mempengaruhi Frekuensi BAB</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/67528481-0181030f-6ff6-4621-b37c-59574ec5ff1a.jpg" />
1. Jenis Asupan
Bayi yang mengkonsumsi ASI cenderung BAB lebih sering dibandingkan bayi yang diberi susu formula. ASI juga menghasilkan feses yang lebih lunak dan berwarna kuning. Di sisi lain, susu formula dapat menghasilkan feses yang lebih padat dan kadang berwarna hijau.
2. Usia Bayi
Bayi yang lebih muda biasanya lebih sering BAB karena saluran pencernaan mereka masih berkembang. Seiring waktu, pola BAB menjadi lebih jarang dan teratur.
3. Respons Tubuh Bayi
Setiap bayi memiliki pola BAB yang unik. Ada bayi yang BAB dengan cepat setelah menyusu, sementara yang lain memerlukan waktu lebih lama.
<h3>Tanda-Tanda Masalah pada Pola BAB</h3>
<h4>1. Diare</h4>
<a href="https://tentanganak.com/artikel/penyebab-dan-cara-mengatasi-diare-pada-bayi/">Diare pada bayi</a> ditandai dengan feses yang cair dan lebih sering dari biasanya. Jika diare berlangsung lebih dari satu hari, segera konsultasikan dengan dokter karena bayi rentan terhadap dehidrasi. Tanda-tanda dehidrasi meliputi:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bibir dan mulut kering</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak buang air kecil selama lebih dari 6 jam</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mata atau ubun-ubun terlihat cekung</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bayi tampak lemas</li>
</ul>
<h4>2. Sembelit</h4>
Sembelit jarang terjadi pada bayi yang hanya mengkonsumsi ASI. Namun, jika bayi mengalami feses yang keras, jarang BAB, atau tampak kesakitan saat BAB, ini bisa menjadi <a href="https://tentanganak.com/artikel/cara-mengatasi-sembelit-pada-bayi/">tanda sembelit</a>. AyBun bisa membantu bayi dengan:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Melakukan pijatan lembut pada perut bayi</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menggerakkan kaki bayi seperti gerakan mengayuh sepeda untuk merangsang pencernaan</li>
</ul>
Jika sembelit tidak membaik, konsultasikan dengan dokter.
<h4>3. Warna dan Tekstur Feses yang Tidak Normal</h4>
Feses bayi yang sehat biasanya berwarna kuning, hijau, atau cokelat, dengan tekstur yang lunak. Namun, beberapa kondisi tertentu bisa menjadi tanda masalah, seperti:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Feses berwarna putih atau abu-abu: Bisa mengindikasikan masalah pada hati atau pencernaan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Feses hitam (bukan mekonium): Bisa menjadi tanda perdarahan di saluran pencernaan bagian atas.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Feses berdarah: Biasanya akibat iritasi atau retakan di anus, tetapi jika darah terus muncul, segera konsultasikan dengan dokter.</li>
</ul>
<h2>Manfaat Memantau Pola BAB Bayi</h2>
Memantau frekuensi dan karakteristik BAB bayi dapat membantu AyBun memastikan bahwa bayi menerima asupan yang cukup dan berada dalam kondisi sehat.
Bayi yang mendapatkan cukup ASI biasanya memiliki pola BAB yang lebih teratur. Selain itu, pola BAB juga dapat menjadi indikator keberhasilan menyusui, terutama pada minggu-minggu pertama.&nbsp;
Jika si Kecil tampak jarang BAB, sulit buang air kecil, atau berat badannya tidak naik, segera temui dokter atau konsultan laktasi.
Baca Juga: <a href="https://tentanganak.com/artikel/rekomendasi-buku-anak/">15 Rekomendasi Buku Anak yang Edukatif dan Menarik</a>
<h2>Kapan Harus Mencari Bantuan Medis?</h2>
Konsultasikan dengan dokter jika si Kecil menunjukkan tanda-tanda berikut:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak BAB selama lebih dari seminggu, terutama jika fesesnya keras atau bayi tampak kesakitan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Diare yang berlangsung lebih dari 24 jam.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Feses yang mengandung darah atau berwarna tidak normal.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bayi tampak lemas, sulit menyusu, atau menunjukkan tanda dehidrasi.</li>
</ul>
<h3>Kesimpulan</h3>
Frekuensi BAB bayi baru lahir sangat bervariasi, mulai dari beberapa kali sehari hingga sekali seminggu. Pola ini dipengaruhi oleh usia dan jenis asupan yang diterima bayi. Selama bayi tumbuh dengan baik, tidak perlu khawatir jika pola BABnya berbeda dengan bayi lain.
Namun, sebagai orang tua, penting untuk memahami tanda-tanda yang tidak normal pada pola BAB bayi. Dengan memantau frekuensi, warna, dan tekstur feses bayi, AyBun dapat memastikan bahwa si Kecil mendapatkan asupan yang cukup dan berada dalam kondisi sehat.&nbsp;
Jika ada kekhawatiran, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter.

Ini Frekuensi Normal BAB pada Bayi Baru Lahir dalam Sehari, Catat!

Pemberian nama kepada seorang anak adalah keputusan penting yang seringkali penuh makna dan nilai-nilai keluarga. Bagi keluarga Kristen, memilih nama anak laki-laki yang mencerminkan iman dan nilai-nilai keagamaan dapat menjadi suatu tradisi yang berharga. Artikel akan membahas beberapa nama anak laki-laki Kristen beserta maknanya, memberikan inspirasi bagi orangtua yang sedang

Pemberian nama kepada seorang anak adalah keputusan penting yang seringkali penuh makna dan nilai-nilai keluarga. 
Bagi keluarga Kristen, memilih nama anak laki-laki yang mencerminkan iman dan nilai-nilai keagamaan dapat menjadi suatu tradisi yang berharga.&nbsp;
Artikel akan membahas beberapa nama anak laki-laki Kristen beserta maknanya, memberikan inspirasi bagi orangtua yang sedang mencari nama yang khas dan bermakna.
<h3>Gabriel</h3>
Nama ini memiliki akar bahasa Ibrani yang berarti "kekuatan Allah" atau "Allah adalah kekuatanku". Gabriel adalah malaikat yang sering disebut dalam Alkitab sebagai pembawa berita baik, seperti pengumuman kelahiran Yesus kepada Maria.
<h3>Nathanael</h3>
Nathanael berasal dari bahasa Ibrani yang artinya "pemberian Allah" atau "Allah telah memberikan". Nama ini ditemukan dalam Injil sebagai salah satu murid Yesus yang setia.
<h3>Elijah</h3>
Nama ini merujuk pada sosok nabi besar dalam Alkitab. Elijah berasal dari bahasa Ibrani yang artinya "Yahweh adalah Allah". Nama ini mencerminkan kekuatan spiritual dan dedikasi kepada Tuhan.
<h3>Caleb</h3>
Caleb adalah nama yang berasal dari bahasa Ibrani yang berarti "kepala" atau "pemberian". Dalam Alkitab, Caleb dikenal sebagai salah satu dari dua belas pengintai yang bersaksi tentang tanah Kanaan.
<h3>Daniel</h3>
Merupakan nama yang populer dalam tradisi Kristen, Daniel berasal dari bahasa Ibrani yang artinya "Allah adalah hakimku" atau "Allah adalah keadilan". Daniel adalah tokoh dalam Alkitab yang dikenal karena iman dan keberaniannya.
<h3>Jonathan</h3>
Nama ini berasal dari bahasa Ibrani yang artinya "anugerah Yahweh" atau "Allah yang memberi anugerah". Jonathan adalah sahabat setia Daud dalam Alkitab.
<h3>Matthew</h3>
Matthew atau Matius adalah nama yang berasal dari bahasa Ibrani dan artinya "hadiah dari Yahweh" atau "pemberian Allah". Dalam Perjanjian Baru, Matius adalah salah satu dari dua belas rasul Yesus.
<h3>Michael</h3>
Nama ini berasal dari bahasa Ibrani yang artinya "siapa seperti Allah". Michael adalah malaikat yang disebut sebagai pemimpin malaikat-malaikat surga dalam Alkitab.
<h3>Timothy</h3>
Nama ini berasal dari bahasa Yunani yang artinya "hormat kepada Allah" atau "menghormati Allah". Timothy adalah seorang murid setia dari Rasul Paulus.
<h3>Jeremiah</h3>
Jeremiah berasal dari bahasa Ibrani yang artinya "Yahweh memegang" atau "Yahweh yang membangun". Dalam Alkitab, Yeremia adalah seorang nabi besar.
<h3>Samuel</h3>
Nama ini berasal dari bahasa Ibrani dan artinya "mintaan Allah" atau "Allah telah mendengar". Samuel adalah seorang nabi dan hakim yang mencatat kelahiran Saul dan Daud dalam Alkitab.
<h3>Stephen</h3>
Nama ini berasal dari bahasa Yunani yang artinya "mahkota" atau "tata mahkota". Stephen adalah salah satu di antara tujuh diakon pertama dalam gereja perdana dan menjadi martir.
<h3>Andrew</h3>
Andrew berasal dari bahasa Yunani yang artinya "pria gagah" atau "kuat". Andrew adalah salah satu dari dua belas rasul Yesus dan dikenal sebagai pembawa berita kepada saudara-saudaranya.
<h3>David</h3>
Nama ini berasal dari bahasa Ibrani yang artinya "kekasih" atau "yang dicintai". Dalam Alkitab, Daud adalah raja besar Israel dan dikenal sebagai penulis banyak Mazmur.
<h3>Benjamin</h3>
Nama ini berasal dari bahasa Ibrani yang artinya "anak yang diberkati" atau "anak yang membawa berkat". Benjamin adalah anak bungsu dari anak-anak Yakub dalam Alkitab.
<h3>Peter</h3>
Peter atau Petrus adalah nama yang berasal dari bahasa Yunani yang artinya "batu" atau "tebing". Petrus adalah salah satu rasul utama dalam Injil.
<h3>Joseph</h3>
Merupakan nama yang berasal dari bahasa Ibrani yang artinya "menambahkan" atau "Allah menambahkan". Dalam Alkitab, Yusuf (Joseph) adalah tokoh yang diangkat oleh Allah sebagai pemimpin di Mesir.
<h3>Lucas</h3>
Nama ini berasal dari bahasa Yunani dan artinya "dari Lucania" atau "pria dari Lucania". Lucas adalah salah satu dari empat penulis Injil.
<h3>Philip</h3>
Philip berasal dari bahasa Yunani dan artinya "pecinta kuda" atau "teman kuda". Dalam Injil, Filipus adalah salah satu dari dua belas rasul Yesus.
<h3>John</h3>
John atau Yohanes adalah nama yang berasal dari bahasa Ibrani dan artinya "Allah adalah murah hati" atau "pemberian Allah". Yohanes adalah salah satu rasul utama dan penulis kitab-kitab Injil.
Dalam memilih nama untuk anak laki-laki mereka, orangtua Kristen sering mencari inspirasi dari Alkitab. 
Nama-nama tersebut tidak hanya membawa makna yang dalam, tetapi juga mencerminkan keimanan dan nilai-nilai spiritual yang diyakini oleh keluarga.&nbsp;
Semoga artikel ini memberikan panduan dan inspirasi bagi orangtua yang sedang mencari nama anak laki-laki Kristen yang penuh makna dan berarti bagi keluarga mereka.

Nama Anak Laki-Laki Kristen Penuh Berkah

Menyapih terlalu cepat bisa berhubungan dengan kecerdasan intelektual anak? Yuk, baca artikel ini selengkapnya!

Laktasi

Menyusui merupakan cara memberikan gizi pada bayi untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan optimal. ASI (air susu ibu) memiliki kadungan beragam zat yang dapat mempengaruhi kognitif dan perkembangan anak. Selain mempengaruhi kognitif ASi juga berpengaruh pada kesehatan anak.&nbsp;
Sehingga anak direkomendasikan mendapat ASI eksklusif sampai usia 6 bulan dan masa menyusui paling baik hingga anak berusia 2 tahun. Biasanya proses menyusui menjelang 2 tahun Bunda mulai melakukan sounding atau pemberitahuan di awal untuk menyapih si Kecil.
<h3>Apa sih proses menyapih?</h3>
Menyapih adalah proses peralihan pemenuhan gizi anak dari ASI ke sumber asupan lainnya yang dilakukan bertahap. Secara umum tahapan awal menyapih dengan mengurangi frekuensi di awal sebelum anak berusia genap 24 bulan. Apakah idealnya harus berhenti di usia 24 bulan?
Nah, AyBun tak perlu khawatir jika usia anak 2 tahun atau lebih, tetapi proses menyapih belum sukses, masih bisa dievaluasi, apakah memang sejak lahir anak utamanya hanya &lsquo;mengenal&rsquo; menyusui setiap kali anak lapar, mengantuk, dan lelah. Lalu, apa yang bisa dilakukan?
<h2>Persiapan Proses Menyapih</h2>
Kenali persiapan proses penyapihan dengan matang agar anak dan Ayah Bunda terhindar dari stres
<h3>1. Pilih waktu terbaik&nbsp;</h3>
V Bunda sudah yakin bahwa menyusui bukan satu-satunya cara &lsquo;menyalurkan cinta&rsquo;&nbsp;
V Ayah Bunda dan anak dalam keadaan sehat
V Anak tidak sedang menjalani perubahan besar lain&nbsp;
Misalnya toilet training, sleep training, pindah rumah
<h3>2. Lakukan sounding dari jauh-jauh hari secara rutin</h3>
Pemberitahuan awal atau sounding dapat dilakukan misalnya dengan membacakan buku seputar proses penyapihan sebelum tidur. Sampaikan sugesti saat anak sedang menyusui dan dalam keadaan mengantuk&nbsp; &ldquo;2 minggu lagi kita tidak menyusui lagi ya, hanya pelukan sebelum tidur..&rdquo;
&ldquo;Bentar lagi gak nyusu lagi karena badan Adik semakin besar, susu Bunda sudah gak cukup lagi..&rdquo;
<h3>3. Persingkat durasi menyusui anak mulai dari 2-5 menit</h3>
Misal: anak biasa menyusu 15 menit menjadi susui 13 menit pada malam kedua, 10 menit pada malam ketiga, dan seterusnya.
Hal ini Bertujuan agar produksi ASI tidak stop secara tiba-tiba dan mengurangi risiko pembengkakan dan nyeri pada payudara. Jika khawatir ia haus/lapar, berikan lebih banyak camilan di sore hari dan air putih sebelum tidur&nbsp;
<h3>4. Ubah rutinitas lain untuk menidurkan anak selain menyusui</h3>
Ayah Bunda bisa mengubah rutinitas harian misalnya dengan:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Berpelukan dan dibelai lembut&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Baca buku bersama atau mendongeng</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pijat bayi&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bergantian ditemani tidur hanya oleh Ayah, Nenek, atau pengasuh lainnya</li>
</ul>
<h3>5. Dalam fase adaptasi anak, pastikan Ayah Bunda konsisten&nbsp;</h3>
Proses peralihan anak dari menyusui hingga berhenti bukanlah hal yang mudah, tentunya perlu kebiasaan konsisten yang dibangun supaya Anak juga yakin apa yang akan dilakukan oleh Ayah Bunda, ketika anak menangis dan meminta tetap menyusu respons yang Ayah Bunda bisa berikan seperti &ldquo;Sedih ya Kak, pengen nyusu lagi. Tapi sudah selesai ya..&rdquo;
&ldquo;Saat Adik ngantuk, Bunda tetap temani di sini sambil peluk Adik.. Tapi tanpa menyusu lagi&rdquo;
Yuk, sharing seputar tips menyapih di Support Group Tentang Anak akan ada informasi Konseling &amp; Coaching Gratis. Gabung sekarang dengan <a href="https://bit.ly/EduToolsTA">klik ini</a>!&nbsp;
Foto: Designed by freepik
Sumber:
https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fnut.2022.726042/full