Cari ide aktivitas bermanfaat untuk anak selama liburan? Hindari dampak negatif screen time dengan Buku Senandung Kejora dari Tentang Anak. Dikembangkan oleh psikolog dan ahli Montessori, buku ini membantu mengembangkan keterampilan motorik dan kognitif anak. Dapatkan gratis dengan menjawab pertanyaan kami!

Kesehatan Anak

Musim liburan akan tiba. Sebagai orang tua, kita membutuhkan ide-ide aktivitas untuk mengisi waktu Si Kecil selama liburan berlangsung. Namun, saat ini belum banyak pilihan aktivitas hiburan bermanfaat, selain bermain gadget. Padahal screen time berlebihan pada anak-anak dapat merusak pertumbuhan kognitif, linguistik, dan sosial-emosional mereka.
Nah untuk membantu AyBun&hellip; Tentang Anak menerbitkan Buku Senandung Kejora yang dikembangkan oleh psikolog dan ahli montessori. Buku ini dirancang untuk mengurangi screen time dan membantu Si Kecil mengembangkan keterampilan motorik serta kognitif, guna mempersiapkan mereka untuk belajar dan memaksimalkan prestasi.
Buku Senandung Kejora disusun dengan pilihan aktivitas dan tingkat kesulitan bertahap sesuai usia (disusun berbasis teori perkembangan anak). Aktivitas ini melatih kesiapan anak dalam menulis dan mendorong kecintaan belajar. Buku Senandung Kejora juga dilengkapi spidol yang dapat dihapus dan ditulis kembali (wipe-and-clean).
Untuk merayakan &amp; menyemarakkan launch Buku Senandung Kejora, Sismin ingin melihat semangat AyBun dengan memberikan 1 BUKU SENANDUNG KEJORA GRATIS untuk AyBun terpilih yang bisa menjawab pertanyaan:
Sebutkan 3 ide stimulasi bernyanyi untuk lancarkan kemampuan bahasanya!
AyBun bisa menjawab di kolom komentar. Ditunggu hingga 20 Juni 2024 pukul 15.00. Jangan sampai ketinggalan. (SUDAH DITUTUP)
&nbsp;
---
Pemenang Quiz: AyBun Melly Dinarwati. Segera konfirmasi hadiah ke CS di halaman profile

#QUIZ: Pre-Launch Buku Senandung Kejora

Mengenal Gejala dan Pengobatan Kudis (Scabies) pada Anak


Pelajari tentang gejala dan pengobatan kudis (scabies) pada anak. Temukan informasi lengkap mengenai penularan, gejala, dan langkah perawatan yang tepat.

Kudis atau scabies adalah kondisi kulit gatal yang disebabkan oleh tungau kecil bernama Sarcoptes scabiei.&nbsp;
Tungau ini menggali terowongan di kulit dan menyebabkan rasa gatal hebat, terutama pada malam hari.&nbsp;
Kudis mudah menular melalui kontak dekat, terutama dalam lingkungan rumah, sekolah, atau tempat penitipan anak.
<h2>Bagaimana Kudis Bisa Menular?</h2>
Kudis menular melalui kontak fisik langsung dan cukup lama, seperti tinggal serumah atau tidur bersama.&nbsp;
Sekadar berjabat tangan atau berpelukan sebentar biasanya tidak menularkan.&nbsp;
Namun, tungau ini bisa bertahan hidup selama 2&ndash;3 hari di pakaian, sprei, atau handuk. Jadi, berbagi barang-barang tersebut juga berisiko menyebarkan infeksi.
Lingkungan dengan banyak interaksi dekat, seperti pusat penitipan anak atau asrama, biasanya lebih rentan terjadi penularan.
<h2>Gejala Kudis pada Anak</h2>
Gejala utama kudis adalah <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=1436">ruam gatal</a> yang bisa muncul beberapa hari hingga berminggu-minggu setelah terpapar.&nbsp;
Berikut tanda-tanda kudis pada anak:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Gatal hebat, terutama di malam hari, yang sering membuat anak sulit tidur.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Benjolan atau bintik kecil yang bisa terasa sakit dan rentan terinfeksi jika digaruk.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Garis kecil berwarna kulit (burrow lines) yang menunjukkan tempat tungau menggali.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Anak bisa merasa gatal di seluruh tubuh, membuatnya rewel dan lelah karena kurang tidur.</li>
</ul>
<h2>Area Tubuh yang Sering Terinfeksi</h2>
Tungau penyebab kudis biasanya hidup di area kulit yang berlipat atau lembab. Beberapa area yang sering terinfeksi meliputi:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Di antara jari tangan dan kaki.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Lipatan paha dan area kelamin.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pergelangan tangan dan lutut.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Di bawah kuku serta di sekitar cincin atau gelang.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pinggang dan sekitar puting.</li>
</ul>
Pada bayi dan anak kecil, area yang lebih sering terinfeksi meliputi:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Jari tangan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Wajah, kulit kepala, dan leher.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Telapak tangan dan telapak kaki.</li>
</ul>
Catatan: Jika si Kecil pernah mengalami kudis sebelumnya, gejala biasanya muncul hanya dalam beberapa hari setelah terpapar.&nbsp;
Namun, bagi yang baru pertama kali terinfeksi, gejala bisa muncul hingga 6 minggu kemudian. Bahkan tanpa gejala, penderita tetap bisa menularkan kudis selama masa inkubasi.
Baca Juga: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=2039">Ketahui Penyebab Ruam Air Liur pada Bayi &amp; Cara Efektif Mengatasinya</a>
<h2>Cara Mengobati Kudis Pada Anak</h2>
Pengobatan kudis umumnya menggunakan krim atau lotion khusus yang diresepkan dokter.&nbsp;
Berikut langkah-langkah perawatan:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Oleskan krim ke seluruh tubuh mulai dari leher hingga kaki, bukan hanya di area ruam.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pada bayi dan balita, krim juga perlu dioleskan di wajah (hindari mata dan mulut), kulit kepala, dan telinga.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Potong kuku anak dan oleskan obat di ujung jarinya.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Biarkan krim menempel selama 8&ndash;12 jam sebelum dibilas, sebaiknya diaplikasikan sebelum tidur.</li>
</ol>
Jika pengobatan efektif, tidak ada ruam atau garis baru dalam 24&ndash;48 jam. Namun, rasa gatal mungkin bertahan hingga 2&ndash;6 minggu setelah perawatan.&nbsp;
Kadang, dokter juga meresepkan obat oral untuk anak yang lebih besar atau antihistamin untuk meredakan gatal.
<h2>Cara Mencegah Kudis</h2>
Untuk mencegah penyebaran, semua anggota rumah dan orang yang kontak erat dengan anak yang terinfeksi perlu menjalani perawatan, meskipun tidak menunjukkan gejala.&nbsp;
Beberapa langkah pencegahan lain:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Cuci pakaian, sprei, dan handuk dengan air panas dan keringkan dengan suhu tinggi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Simpan mainan atau barang yang tidak bisa dicuci di kantong plastik tertutup selama 3 hari.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Vakum setiap ruangan dan segera buang kantong vakum setelah digunakan.</li>
</ul>
<h2>Kapan Harus Konsultasi ke Dokter?</h2>
Segera periksakan anak ke dokter jika mengalami gejala kudis. Beberapa kondisi seperti <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=2059">eksim atau dermatitis</a> bisa menimbulkan gejala serupa, sehingga dibutuhkan diagnosis yang tepat agar perawatannya efektif.&nbsp;
Antihistamin atau lotion bebas resep mungkin bisa meredakan gatal, tetapi tidak akan membasmi tungau penyebab kudis.
<h2>Penutup</h2>
Itulah informasi seputar gejala dan pengobatan kudis pada anak. Jaga terus kebersihan di rumah.
Jika AyBun masih memiliki pertanyaan seputar kudis atau kesehatan kulit anak, jangan ragu untuk memanfaatkan fitur tanya ahli di aplikasi Tentang Anak.&nbsp;
Dapatkan jawaban dari para profesional kesehatan untuk memastikan si kecil mendapatkan perawatan terbaik! 💬

Tahukah Bunda bahwa cara gendong anak yang salah dapat membahayakan kesehatan bayi? Yuk ketahui cara gendong anak yang tepat sesuai usianya!

1-6 bulan

Bayi

Menggendong ternyata memberikan banyak manfaat pada anak. Saat menggendong bayi, Bunda bisa memberikan kehangatan pada tubuhnya. Tidak hanya itu, jika digendong dengan tepat dapat membantu perkembangan emosional, sehingga anak merasa lebih tenang dalam dekapan Bunda.
Mengingat tubuhnya yang belum sekuat orang dewasa, cara gendong bayi pun tidak bisa sembarangan. Otot kepala, leher, lengan, dan kaki bayi di usia beberapa bulan masihlah lemah. Jika salah mengangkat dan menggendong bayi, bayi berisiko mengalami cidera hingga kerusakan otak.
Cara menggendong anak dapat dibedakan menurut rentang usianya. Bayi yang baru lahir dengan otot yang masih lemah akan berbeda dengan bayi yang lebih besar. Kenali macam-macam cara gendong anak yang tepat sesuai usianya di sini!
<h2>Tips Menggendong Bayi yang Tepat</h2>
Menggendong anak memanglah gampang-gampang susah, Bunda. Namun, Bunda harus yakin pada diri sendiri untuk dapat memberikan kasih sayang melalui gendongan dan pelukan hangat. Cara gendong anak yang tepat membutuhkan posisi tangan Bunda dan posisi bayi yang benar. Berikut ini adalah beberapa tips menggendong anak sesuai dengan rentang usianya:
<h3>1. Bayi Usia 0&ndash;6 Bulan</h3>
Bayi baru lahir tentunya masih belum kuat untuk menopang kepalanya. Maka dari itu, saat mengangkat dan menggendung bayi baru lahir, Bunda perlu menyangga kepala, leher, dan kakinya agar tidak menggantung atau menjuntai kemana-mana.&nbsp;
Saat mengangkat bayi, selipkan satu tangan di antara kepala dan leher bayi. Gunakan tangan lain untuk menopang punggung dan bokong bayi. Selanjutnya, posisikan bayi agar tegak lurus dan bersandar antar dada menghadap Bunda.&nbsp;
Cobalah untuk menyandarkan bayi ke dada atau bahu Bunda. Saat menggendong bayi dengan posisi tegak lurus, pastikan panggul bayi berada dalam posisi jongkok terbuka dengan kaki membentuk huruf M. Lalu, pastikan wajah bayi tidak tertutup badan atau gendongan agar bayi tidak mengalami kesulitan bernapas.
Cara gendong anak lainnya di rentang usia 0&ndash;6 bulan adalah dengan posisi bayi yang terlentang dengan kedua tangan bayi berada di atas. Pada posisi ini, bayi dapat ditempatkan sejajar dengan dada Bunda, dengan sisi kanan atau kiri tubuh bayi menempel dengan tubuh Bunda.&nbsp;
Posisi bayi terlentang memungkinkan kontak mata langsung antara Bunda dan bayi. Pastikan kedua lengan Bunda menopang kepala, leher, punggung, hingga kaki bayi. Bunda juga bisa mengajak bayi berbicara saat melakukan posisi menggendong ini. Dalam melakukan posisi gendongan di atas, selalu pastikan bahwa kepala, punggung, dan kaki si kecil selalu tersangga dengan nyaman dan aman.
Bunda juga bisa menggunakan kain jarik untuk membantu menggendong si kecil. Kain ini terbukti aman untuk bayi baru lahir asalkan kain jarik dapat terikat di tubuh Bunda dengan kuat. Pastikan juga bayi tetap bisa bernapas saat digendong dengan kain jarik, ya!
<h3>2. Bayi Usia 6&ndash;9 Bulan</h3>
Memasuki usia 6 bulan, bayi sudah mulai mampu menopang kepalanya sendiri. Namun, Bunda tetap disarankan untuk menopang kepala bayi agar lebih aman saat menggendongnya. Pada rentang usia 6&ndash;9 bulan, Bunda bisa melakukan gendongan tegak lurus pada bayi.&nbsp;
Posisikan bayi tegak lurus dengan menghadap ke Bunda. Posisi ini juga bisa digunakan untuk menenangkan bayi dengan mengusap perlahan punggung bayi serta mengayunkan tubuhnya perlahan.&nbsp;
Posisi gendongan lainnya yang bisa Bunda coba adalah menempatkan bayi untuk duduk di sisi kanan atau kiri Bunda. Cara ini dapat merangsang kemampuan bayi untuk lebih kuat dalam mengangkat kepalanya. Jangan lupa untuk menyangga punggung dan pinggang bayi agar tidak terjungkal. Pastikan posisi panggul tetap terbuka dan paha atas tersangga dengan baik.
Di rentang usia ini, Bunda sudah bisa menggunakan baby carrier saat menggendong bayi. Karena si kecil yang semakin berat, baby carrier berguna untuk meringankan Bunda saat menggendong bayi. Posisikan tubuh bayi menghadap ke depan saat menggunakan baby carrier. Cara ini bertujuan agar bayi tidak kesulitan bernapas dan dapat melihat lingkungan di sekitarnya.
<h3>3. Bayi Usia 9&ndash;12 Bulan</h3>
Bayi di rentang usia 9&ndash;12 bulan sudah sangat aktif menjelajahi dunia di sekitarnya. Anak juga sudah mampu mengangkat kepala dan menahan kakinya saat digendong dengan tubuh tegak. Anak akan mulai merangkak dan bertahap hingga berjalan sedikit demi sedikit.&nbsp;
Pada usia ini, Bunda dianjurkan untuk mengurangi frekuensi menggendong dibandingkan usia sebelumnya. Cara ini bertujuan untuk membiarkan anak mengeksplorasi sendiri lingkungan sekitar.
Namun, Bunda tetap bisa menggendong si kecil sebagai bentuk kasih sayang. Pastikan kepala dan leher si kecil dapat bergerak bebas saat Bunda menggendongnya. Bunda juga perlu menjaga tubuh dan kaki bayi agar tersangga dengan baik. Selebihnya, biarkan bayi belajar merangkak dan berjalan sendiri untuk melatih kakinya agar lebih kuat.
Demikian cara gendong anak yang tepat sesuai rentang usianya! Apakah Bunda sudah menggendong si kecil dengan benar? Bagi para orang tua, terutama orang tua baru, menggendong anak mungkin terasa canggung dan menakutkan, apalagi si kecil masih rapuh dan berkembang.&nbsp;
Tapi, menggendong adalah salah satu cara terbaik untuk menyampaikan kasih sayang orang tua kepada bayi, terutama di usianya yang masih beberapa bulan. Bunda juga bisa meningkatkan ikatan dengan bayi selama proses penggendongan. Dengan cara menggendong yang tepat, Bunda dapat mengoptimalkan manfaat yang diberikan. Jadi, tidak perlu takut lagi, ya!

Cara Gendong Bayi yang Benar Sesuai Usia

Temukan fakta tentang apakah telur benar-benar dapat menyebabkan bisul. Artikel ini menjelaskan mitos vs. fakta tentang konsumsi telur, manfaat kesehatan telur, dan tips untuk mengatasi bisul serta reaksi alergi telur. Baca selengkapnya untuk informasi yang lebih jelas!

Balita

Parenting

Nutrisi

Beberapa orang di Indonesia masih kesulitan membedakan mitos dan fakta. Salah satu mitos yang beredar adalah bahwa makan telur dapat menyebabkan bisul.
Akibatnya, banyak yang menghindari telur, padahal telur sebenarnya adalah salah satu sumber protein hewani yang baik untuk membantu memenuhi kebutuhan protein tubuh.
Telur juga kaya akan vitamin A, vitamin D, asam folat, asam lemak omega-3, fosfor, selenium, dan banyak lagi.
<h2>Manfaat Konsumsi Telur</h2>
Tahukah AyBun, telur mengandung asam amino lengkap dan protein berkualitas tinggi?
Telur juga merupakan salah satu sumber protein dengan harga terjangkau. Konsumsi telur secara rutin terbukti:
<ol>
<li>Menurunkan risiko stunting hingga 47%</li>
<li>Meningkatkan panjang badan</li>
<li>Meningkatkan perkembangan kognitif.</li>
</ol>
<h2>Mitos atau Fakta Konsumsi Telur Setiap Hari Bikin Bisulan?</h2>
Telur menyebabkan anak bisulan adalah mitos! Faktanya, telur tidak menyebabkan bisul. 
Bisul atau furunkel adalah peradangan pada folikel rambut yang menimbulkan benjolan merah berisi nanah dan rasa nyeri. 
Banyak yang menganggap kemunculan bisul disebabkan oleh konsumsi telur, namun informasi ini hanyalah mitos.
Telur boleh diberikan secara rutin ke anak selama AyBun memastikan telur sudah dimasak dengan suhu minimal 71&deg;C hingga matang, tandanya bagian putih dan kuningnya mengeras.
Hingga saat ini, belum ada penelitian yang membuktikan bahwa telur dapat menyebabkan bisul.
<h2>Penyebab Terjadinya Bisul</h2>
Penyebab utama bisul adalah infeksi bakteri Staphylococcus aureus pada folikel rambut.
Bakteri ini sering ditemukan di permukaan kulit dan lapisan dalam hidung tanpa menimbulkan masalah.
Namun, bakteri ini bisa menginfeksi tubuh melalui luka gores atau gigitan serangga pada kulit.
Faktor lain yang dapat meningkatkan risiko munculnya bisul meliputi:
<ol>
<li>Terpapar bahan kimia beracun yang mengiritasi kulit</li>
<li>Kurangnya kebersihan diri atau lingkungan</li>
<li>Kurangnya asupan nutrisi</li>
<li>Kontak langsung dengan penderita bisul</li>
<li>Luka terbuka yang mengalami infeksi</li>
<li>Obesitas</li>
<li>Diabetes</li>
<li>Perawatan kemoterapi</li>
<li>Masalah kulit seperti scabies atau eksim</li>
<li>Sistem imun yang lemah atau gangguan autoimun</li>
<li>Penggunaan pakaian ketat.</li>
</ol>
Risiko meningkat pada anak dengan riwayat luka, digigit serangga, eksim, diabetes, atau infeksi kulit!
<h2>Penanganan Awal Saat Anak Terkena Bisul</h2>
Jangan panik saat anak terkena bisul. Berikut 6 penanganan awal yang bisa AyBun lakukan saat muncul bisul di kulit anak:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mandikan anak dengan sabun antibakteri</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sesudah mandi, tutup bisul dengan kasa yang menyerap (absorbent dressing), dan ganti setiap hari.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Jangan memencet bisul hal tersebut dapat meningkatkan penyebaran infeksi</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Beri parasetamol atau ibuprofen sesuai instruksi jika nyeri</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pastikan anak istirahat cukup</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ajarkan anak rutin cuci tangan</li>
</ol>
Hati-hati dan segera konsultasikan ke dokter jika kondisi bisulan disertai dengan gejala:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak membaik dengan sendirinya dalam 5 hari</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sangat nyeri dan membesar dengan cepat</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Demam &gt; 37.5&deg;C</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Nafsu makan menurun</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bisul yang berulang.</li>
</ul>
<h2>Hubungan antara Alergi Telur dan Risiko Munculnya Bisul</h2>
Meskipun telur bukan penyebab utama bisul, beberapa individu dapat mengalami alergi telur, terutama anak-anak.
Alergi telur terjadi ketika sistem imun tubuh menganggap protein dalam telur sebagai zat berbahaya.
Hal ini menyebabkan pelepasan histamin yang memicu reaksi alergi seperti ruam merah atau gatal-gatal pada kulit.
Ketika reaksi alergi muncul, penderita mungkin akan menggaruk kulitnya.
Jika digaruk berlebihan, dapat menimbulkan luka pada kulit yang menjadi pintu masuk bagi bakteri dan memicu infeksi. Ini dapat meningkatkan risiko munculnya bisul pada kulit.
Penderita alergi telur juga dapat mengalami gangguan pencernaan seperti sakit perut, mual, muntah, dan diare. Meski jarang, reaksi alergi parah (anafilaksis) juga mungkin terjadi.
<h2>Baca selengkapnya: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=569">Telur Terbukti Cegah Stunting! Intip 4 Jenis Telur untuk MPASI beserta Kandungannya</a></h2>
<h2>Penutup</h2>
Kesimpulannya, mengonsumsi telur bukan penyebab munculnya bisul dan aman dikonsumsi oleh orang sehat atau mereka yang tidak memiliki riwayat alergi telur.
Namun, jika seseorang memiliki riwayat alergi telur, disarankan untuk membatasi konsumsi telur guna menghindari reaksi alergi.&nbsp;
<div class="flex flex-grow flex-col max-w-full">
<div class="min-h-[20px] text-message flex w-full flex-col items-end gap-2 whitespace-pre-wrap break-words [.text-message+&amp;]:mt-5 overflow-x-auto" dir="auto" data-message-author-role="assistant" data-message-id="3ed8f41b-8d34-4ca8-aca9-b6728e27d2f2">
<div class="flex w-full flex-col gap-1 empty:hidden first:pt-[3px]">
<div class="markdown prose w-full break-words dark:prose-invert light">
Jika Anda masih memiliki pertanyaan atau kekhawatiran mengenai konsumsi telur dan kesehatan anak, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan para expert di Tentang Anak.
Klik di sini untuk <a href="tentanganak://consult_list?type=consult_list">tanya ahli</a>&nbsp;dan dapatkan informasi yang lebih mendalam sesuai kebutuhan Anda.
</div>
</div>
</div>
</div>

Rutin Makan Telur Sebabkan Bisulan, Mitos atau Fakta?

Benarkah mie instan bisa sebabkan leukemia pada anak? Simak fakta medis dan tips aman konsumsi mie instan untuk keluarga.&nbsp;

Kabar tentang seorang anak penderita leukemia yang dikaitkan dengan konsumsi mie instan sempat viral dan mengundang kekhawatiran para orang tua. Banyak yang bertanya-tanya, apakah benar mie instan bisa menyebabkan kanker seperti leukemia pada anak? Apa kandungan mie instan yang perlu diwaspadai?
Artikel ini membahas fakta ilmiah seputar leukemia, kandungan dalam mie instan, dan bagaimana menyikapinya dengan bijak sebagai orang tua.
<h2 class="" data-start="805" data-end="862">Apakah Mie Instan Bisa Menyebabkan Leukemia pada Anak?</h2>
Leukemia adalah salah satu jenis kanker darah yang paling sering terjadi pada anak. Namun, penyebab utama leukemia pada anak adalah mutasi genetik, bukan makanan.
Faktor makanan dan lingkungan hanya berperan kecil, dan belum ada bukti ilmiah kuat bahwa mie instan secara langsung menyebabkan leukemia pada anak.
Memang, beberapa produk mie instan tertentu sempat ditemukan mengandung etilen oksida, zat yang dalam kadar tinggi berpotensi karsinogenik. Namun, kasus ini lebih banyak ditemukan pada populasi dewasa dan tidak cukup bukti untuk menyimpulkan hubungan langsung dengan kanker anak.
<h2 class="" data-start="1559" data-end="1615">Bahaya Lain di Balik Mie Instan yang Perlu Diwaspadai</h2>
Meski tidak secara langsung menyebabkan kanker, konsumsi mie instan secara berlebihan tetap tidak disarankan untuk anak-anak karena risiko lain yang mengintai:
<h3 class="" data-start="1782" data-end="1817">1. Risiko Sindrom Metabolik</h3>
Studi dari Harvard menunjukkan bahwa konsumsi mie instan lebih dari dua kali seminggu dapat meningkatkan risiko sindrom metabolik, terutama pada perempuan. Sindrom ini mencakup tekanan darah tinggi, kadar gula darah tinggi, dan peningkatan risiko penyakit jantung.
<h3 class="" data-start="2088" data-end="2134">2. Tingginya Kandungan Garam dan Lemak</h3>
Mie instan mengandung sodium dan lemak jenuh dalam jumlah tinggi, yang dapat membebani tubuh anak dan meningkatkan risiko gangguan ginjal serta obesitas.
<h3 class="" data-start="2290" data-end="2321">3. Minim Kandungan Gizi</h3>
Sebagian besar mie instan tidak mengandung cukup serat, protein, vitamin, dan mineral, sehingga tidak cocok menjadi makanan utama.
<h2 class="" data-start="2459" data-end="2502">Tips Aman Konsumsi Mie Instan untuk Anak</h2>
Bukan berarti mie instan harus dihindari sepenuhnya. Aybun bisa tetap memberikan sesekali, asalkan memperhatikan beberapa hal berikut:
<ul>
<li data-start="2642" data-end="2696">Batasi konsumsi hingga maksimal 1&ndash;2 kali per bulan</li>
<li data-start="2642" data-end="2696">Pilih produk dengan kandungan garam yang rendah</li>
<li data-start="2642" data-end="2696">Tambahkan sayuran dan protein seperti telur atau ayam</li>
<li data-start="2642" data-end="2696">Jangan jadikan mie instan sebagai makanan pokok harian</li>
</ul>
<h2 class="" data-start="2874" data-end="2887">Kesimpulan</h2>
Konsumsi mie instan tidak terbukti menjadi penyebab langsung leukemia pada anak, karena faktor utama leukemia adalah mutasi genetik. Namun, mie instan tetap perlu dibatasi karena risiko lain seperti sindrom metabolik, kelebihan garam, dan kurangnya gizi.
Sebagai orang tua, tugas kita adalah menjaga pola makan sehat untuk anak dan mengedukasi mereka sejak dini. Pilih makanan bergizi seimbang dan jadikan mie instan hanya sebagai sesekali alternatif&mdash;bukan andalan.

Benarkah Leukemia pada Anak Disebabkan oleh Mie Instan?

Anak sudah mulai suka membaca dan bernyanyi, apakah itu tanda siap sekolah? Yuk, bahas soal persiapan anak sekolah di sini!

Melihat anak yang aktif dan antusias belajar apakah ini salah satu pertanda bahwa anak siap bersekolah? Memang setiap orang tua pasti menginginkan anaknya masuk sekolah supaya mampu secara kognitif dan berprestasi. Namun, ternyata hal tersebut tidaklah cukup sebagai modal jika anak akan sekolah.
Umumnya sekolah usia dini atau dalam istilah preschool diperuntukkan anak usia 1-4 tahun dan dapat membantu mengembangkan keterampilan sosial, emosional, kognitif, dan fisik anak secara bertahap. Apa yang perlu Ayah Bunda perhatikan?
&nbsp;
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak bertujuan untuk mempersiapkan cepat baca, tulis, hitung</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ingin melatih anak untuk bisa berinteraksi dengan orang lain</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mencari solusi saat berkonflik</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengembangkan minat dan potensi</li>
</ul>
Sebuah studi menunjukkan anak yang masuk sekolah tanpa persiapan cenderung sulit fokus, meregulasi emosi, memahami tugas dan instruksi yang diberikan oleh guru. Sekolah nantinya akan menjadi rumah kedua si Kecil. Kemudian hal ini akan mempengaruhi kemampuan akademik, terutama kemampuan membaca dan matematika, lho Ayah Bunda. Lalu, apa yang bisa dilakukan?
<h2>TIPS Mendukung Kesiapan Anak Sekolah</h2>
<h3>1. Perbanyak Stimulasi</h3>
Lakukan stimulasi pada anak mulai dari keterampilan motor kasar dan halu anak. Misalnya saat anak bayi lakukanlah tummy time. Hal ini akan melatih otot-otot tubuh sehingga membuat postur tubuh saat duduk maupun menulis menjadi lebih baik.
<h3>2. Rutin Baca Buku</h3>
Mengajak anak sering dan teratur membaca buku setiap hari akan meningkatkan kemampuan literasi anak seperti menyimak, merespons secara aktif, dan mengenal dasa baca-tulis.
<h3>3. Ajarkan Kenali Emosi</h3>
Pengenalan emosi merupakan hal penting untuk anak sebelum bertemu dan bersosialisasi dengan lingkungan sekolahnya, anak perlu mengenal dan meregulasi emosinya secara efektif misalnya, menunggu giliran sat main di ayunan, mendengarkan informasi dari guru, dan belajar fokus saat mengerjakan suatu hal.
<h3>4. Dukung Setiap Aktivitas Anak</h3>
Berikan kesempatan anak untuk melakukan aktivitas secara mandiri, bertahap, dan berkreasi. Ayah Bunda bisa mengajak anak untuk ikut menata makanan di meja saat hendak makan bersama, biarkan ia menata tempat sesuai kreasi atau ide yang ia inginkan. Dampingi atau tunjukkan cara yang benar bila si Kecil masih melakukan beberapa kekeliruan.
<h3>5. Beri Bimbingan untuk Anak</h3>
Sebelum anak mulai sekolah berikan bimbingan, motivasi, dan dukungan supaya ia mampu meregulasi emosi saat menghadapi &ldquo;tugas&rdquo; yang diberikan oleh tim pendidik. Dukungan dan motivasi dari Ayah Bunda memang nampaknya sederhana, tetapi inilah yang justru akan menjadi bekal ia menjadi percaya akan kemampuan dirinya dan akhirnya berprestasi di sekolah.
Nah, gimana Bun dengan si Kecil? Apakah sudah lakukan TIPS di atas pada si Kecil? Yuk, cari tahu seputar persiapan sekolah dan kurikulum yang tepat dengan mengunduh dan manfaatkan aplikasi Tentang Anak sekarang!
Foto: Tiarachard/Freepik
Sumber:
Valiente, C., Doane, L. D., Clifford, S., Grimm, K. J., &amp; Lemery-Chalfant, K. (2021). School readiness and achievement in early elementary school: Moderation by Students' temperament. Journal of Applied Developmental Psychology, 74, 101265.

Kapan Idealnya Anak Mulai Sekolah? Cek TIPS Persiapannya

Kondisi gusi yang merah dan bengkak dapat menandakan masalah kesehatan. Kenali berbagai penyebabnya di artikel ini.

Kesehatan Gigi & Mulut

Anak tiba-tiba menolak makan atau waktu makannya menjadi lebih lama dari biasanya? Selain mungkin karena sedang tidak nafsu makan, coba AyBun periksa bagian mulutnya untuk memastikan apakah anak sedang mengalami masalah, misalnya gusi yang membengkak dan menyebabkan rasa nyeri.&nbsp;
&nbsp;
Terdapat berbagai faktor penyebab gusi bengkak pada anak, misalnya karena infeksi pada gigi, luka pada gusi, adanya sisa-sisa makanan yang menempel pada gigi atau masalah kesehatan lainnya seperti alergi atau penyakit gusi. Untuk mengetahui penyebab pastinya, AyBun harus memeriksakan si kecil ke dokter. Sebelum itu, simak pertolongan dini di rumah yang bisa AyBun lakukan untuk membantu meredakan nyerinya serta tips merawat gusi anak agar selalu sehat!
<h2>Ciri-Ciri Gusi Anak Bengkak</h2>
Seringkali sulit mengenali gejala sakit pada anak, terlebih pada balita yang belum bisa berkomunikasi dengan baik. Selain menjadi bertambah rewel dan tidak mau makan, ciri gusi yang bermasalah dapat diketahui dengan memperhatikan kondisi-kondisi berikut ini.&nbsp;
<h3>1. Bengkak&nbsp;</h3>
Gusi membengkak dapat dikenali dari ukurannya yang lebih besar dibanding gusi lainnya.&nbsp;&nbsp;
<h3>2. Gusi Berwarna Merah&nbsp;</h3>
Warna gusi yang bengkak akan menjadi lebih merah karena proses peradangan yang terjadi.&nbsp;&nbsp;
<h3>3. Berdarah&nbsp;</h3>
Selain bengkak dan berwarna merah, terkadang gusi bengkak sering juga diikuti dengan gusi yang berdarah. Saat disentuh biasanya terasa lunak, juga terasa nyeri ketika berbicara atau mengunyah makanan. Tentu kondisi ini akan membuat anak tidak nyaman.&nbsp;
<h3>4. Bau Mulut&nbsp;</h3>
Karena proses infeksi ataupun peradangan yang berlangsung, anak akan merasa tidak nyaman pada mulut, juga dapat terasa pahit, asam, mulut kering dan lidah berwarna putih sehingga menyebabkan mulut terasa bau.&nbsp;
<h3>5. Sakit Gigi&nbsp;</h3>
Infeksi atau radang yang sudah meluas ataupun justru awalnya berasal dari gigi dapat menyebabkan nyeri.&nbsp;
<h2>Mengobati Gusi Bengkak Secara Mandiri</h2>
Sebelum memeriksakan anak ke dokter, AyBun bisa mencoba dahulu beberapa cara menangani rasa nyeri dan bengkak pada gusi di rumah. Jika tidak ada perbaikan atau anak sangat rewel dan terganggu, bawa ke dokter ya. Berikut cara mengobati gusi bengkak anak yang bisa dilakukan di rumah:&nbsp;
<h3>1. Berkumur dengan Air Garam&nbsp;</h3>
Siapkan garam dengan takaran setengah sendok dan air hangat, lalu campurkan keduanya dan minta anak berkumur selama beberapa menit. Lakukan setiap dua jam sekali untuk membantu mengurangi peradangan yang terjadi.&nbsp;&nbsp;
<h3>2. Kompres dengan Air Dingin atau Es&nbsp;</h3>
Siapkan kain bersih lalu rendam dengan air dingin atau bungkus dengan es, selanjutnya letakkan kain yang dingin tersebut di area yang bengkak. Lakukan selama 10-15 menit untuk membantu mengurangi pembengkakan.&nbsp;
&nbsp;
<h3>3. Konsumsi Makanan Sehat&nbsp;</h3>
Makan saat gusi bengkak tentu tidak nyaman bagi anak tapi berikan pengertian bahwa penting untuk tetap mendapatkan nutrisi yang tepat dan makanan sehat. Hal ini untuk membantu pemulihan dari rasa sakit. Disarankan untuk mengonsumsi makanan kaya vitamin dan mineral seperti: sayuran, buah dan biji-bijian, pastikan juga anak tidak mengonsumsi makanan rasa manis atau asam sampai kembali sehat. AyBun bisa memilih makanan dengan tekstur yang lebih&nbsp; lembut atau suhu dingin agar anak merasa nyaman saat makan.
<h3>4. Menjaga Kebersihan Gigi dan Gusi&nbsp;</h3>
AyBun perlu memastikan anak menyikat giginya secara teratur dan benar sebanyak dua kali sehari. Jangan lupa juga bersihkan lidah anak dengan menyikat secara lembut atau menggunakan kain lembut.&nbsp;
<h3>5. Berikan Obat Pereda Nyeri&nbsp;</h3>
Apabila anak mengeluhkan rasa sakit kepala dan sakit gigi atau gusi yang cukup berat, AyBun bisa memberikan obat pereda nyeri seperti parasetamol atau ibuprofen. Berikan obat pereda nyeri tersebut sesuai dengan petunjuk.&nbsp;
<h2>Merawat Gusi Anak&nbsp;</h2>
Mencegah tentu lebih baik daripada mengobati. Berikut cara merawat gusi anak supaya terhindar dari kondisi sakit dan bengkak:&nbsp;&nbsp;
<h3>1. Gosok Gigi Teratur&nbsp;</h3>
Ajarkan anak menggosok gigi dengan gerakan melingkar selama dua puluh detik. Pastikan anak menggosok gigi dua kali sehari yakni pada pagi dan malam hari sebelum tidur. Gunakan pasta gigi yang mengandung fluoride sesuai dengan anjuran, usia di bawah 2 tahun seukuran biji beras, usia 2-6 tahun seukuran biji jagung.
<h3>2. Konsumsi Makanan Sehat&nbsp;</h3>
Konsumsi makanan sehat yang dibutuhkan untuk kesehatan gigi dan gusi seperti: sayuran, buah, kacang-kacangan dan ikan. Biasakan tidak memberikan anak makanan manis dan berkaramel karena sisa makanan akan lengket dan menyebabkan plak pada gigi.&nbsp;
<h3>3. Teratur Bersihkan Gigi yang Goyang atau Tanggal</h3>
Jika anak sudah memiliki gigi susu yang goyang atau tanggal, pastikan membersihkan gigi dan gusi dengan lembut menggunakan kain atau sikat gigi bayi.&nbsp;
<h3>4. Minum Air yang Cukup&nbsp;</h3>
Pastikan anak minum air dengan cukup sesuai dengan kebutuhannya. Minum air yang cukup akan membantu anak terhindar dari bakteri serta membersihkan dari sisa-sisa makanan di mulut anak.&nbsp;
<h3>5. Rutin Periksakan Gigi ke Dokter Gigi</h3>
Idealnya berkunjung ke dokter gigi tidak hanya dilakukan saat kondisi sedang sakit tapi juga memeriksa kondisi&nbsp; gigi secara berkala, hal ini sebagai bagian dari pencegahan jika terjadi kerusakan atau tanda-tanda awal masalah gigi dan gusi.&nbsp;
<h3>6. Kunjungi Dokter jika Kondisi Semakin Parah</h3>
Rasa sakit yang dikeluhkan terjadi karena anak mengalami gusi bengkak jangan dianggap sepele. Apabila pengobatan secara mandiri telah dilakukan dan belum berhasil, Anda perlu memeriksakannya ke dokter segera mungkin.&nbsp;
&nbsp;
Foto: designed by freepik
Sumber:
https://www.littleteeth-htx.com/post/toddlers-and-swollen-gums-what-it-means#:~:text=Teething%20%E2%80%93%20The%20most%20common%20cause,the%20cause%20of%20the%20issue.

Ciri-Ciri Gusi Bengkak pada Anak, Cara Pengobatan dan Pencegahannya

Ikan diketahui memiliki kandungan asam lemak omega 3 yang sangat bermanfaat bagi anak. Apa saja manfaatnya? Temukan penjelasannya di sini.

Menambahkan ikan ke dalam menu asupan si Kecil merupakan salah satu cara terbaik untuk mendapatkan nutrisi penting. Sebab, ikan serta sebagian makanan laut lainnya seperti kepiting, kerang, tiram, dan remis menyediakan asupan protein yang dibutuhkan oleh tubuh serta baik untuk tumbuh kembang si Kecil.
Tidak hanya sebagai opsi untuk makanan yang sehat, ikan serta banyak makanan laut lainnya juga menjadi alternatif pilihan untuk makanan yang enak serta aman dimakan.
<h2>Lemak Omega 3 pada Ikan dan Manfaatnya</h2>
Selain protein, ikan juga menjadi opsi untuk mendapatkan sumber lemak sehat, yaitu omega-3 dan omega-6. Omega-3 dan omega-6 adalah asam lemak esensial yang dibutuhkan oleh tubuh, namun tidak dapat diproduksi sendiri oleh tubuh. Untuk mendapatkannya, kita perlu mengonsumsi makanan yang memang mengandung asam lemak baik ini atau dari suplemen.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kedua lemak sehat tersebut memiliki peran penting untuk perkembangan otak, sistem saraf, dan penglihatan si Kecil.
Selain itu, konsumsi omega-3 dan omega-6 juga baik untuk menjaga tekanan darah juga mengelola kadar trigliserida. Rajin mengkonsumsi omega-3 dan omega-6 sejak dini dapat mengurangi potensi penyakit yang disebabkan alergi seperti asma dan eksim.
Begitu pula dengan risiko serangan jantung dan stroke, dapat ditekan dengan rajin mengkonsumsi omega-3 dan omega-6. Sebab, asam lemak ini dapat menahan pembentukan plak lemak yang dapat menyumbat pembuluh arteri atau aterosklerosis.
Sebuah penelitian yang dilakukan Harvard School of Public Health menunjukkan bahwa manusia berusia 65 tahun ke atas yang teratur memakan ikan, rata-rata hidup 2 tahun lebih lama dibandingkan dengan yang tidak mengonsumsi makan laut sama sekali.
<h2>Ikan dengan Lemak Omega 3 Terbaik</h2>
Asam lemak omega-3 dan omega-6 dapat ditemukan pada sejumlah ikan laut, khususnya pada jenis ikan yang berlemak seperti salem, tongkol, pecak, sarden, haring, juga salmon. Kandungan asam lemak baik itu juga bisa diperoleh dari ikan kembung, tuna, teri, cakalang, bawal air laut, kakap, tenggiri, dan kerapu.
Kendati begitu, tidak semua ikan bagus untuk asupan si Kecil. Sebab, beberapa jenis ikan cenderung memiliki kadar merkuri yang cukup tinggi, sehingga alih-alih baik, justru menjadi bumerang bagi kesehatan si Kecil. Tilefish, ikan hiu, ikan pedang, ikan raja makarel, ikan marlin, ikan tuna sirip biru dan tuna mata besar sebaiknya dihindari karena cenderung mengandung merkuri.
Selain soal kandungan merkuri, kontaminasi lokal di wilayah air tempat ikan tersebut tumbuh juga perlu menjadi perhatian.
Nah, untuk si Kecil, konsumsi ikan atau seafood dapat dilakukan setidaknya 1-2 kali per minggu. Untuk takaran penyajian, AyBun dapat menyimak tabel di bawah ini:
&nbsp;
<table>
<tbody>
<tr>
<td>
Usia Anak
</td>
<td>
Takaran per Satu Kali Sajian (Gr)
</td>
</tr>
<tr>
<td>
6 bulan &ndash; 3 tahun
</td>
<td>
30
</td>
</tr>
<tr>
<td>
4 &ndash; 7 tahun
</td>
<td>
60
</td>
</tr>
<tr>
<td>
8 &ndash; 10 tahun
</td>
<td>
90
</td>
</tr>
<tr>
<td>
di atas 11 tahun
</td>
<td>
120
</td>
</tr>
</tbody>
</table>
Tabel: Rekomendasi Asupan Ikan untuk Anak
&nbsp;
Selain dari ikan, omega-3 juga bisa didapatkan dari beberapa produk nabati seperti chia seed, flax seed, juga kacang kedelai. Untuk memenuhi kebutuhan protein si Kecil, AyBun memang sebaiknya menyediakan variasi dari sumber lainnya.
Tidak kalah penting, berikan stimulasi yang tepat sesuai dengan usia si Kecil, sehingga proses tumbuh kembang fisik dan kecerdasannya menjadi lebih optimal.
Yuk AyBun, manfaatkan kekayaan laut yang ada untuk si Kecil kesayangan, sambil menjaganya supata berkelanjutan. AyBun juga bisa mengintip berbagai resep ikan supaya pilihan asupan bagi si Kecil semakin lezat dan bervariasi.

Manfaat Lemak Omega 3 pada Ikan bagi Anak

Mengenal tanda-tanda alergi makanan pada anak, dapat membantu AyBun lebih berhati-hati saat memberikan makanan pada si Kecil. Yuk, lebih baik mencegahnya!

Alergi makanan pada anak sering kali membuat orang tua khawatir, terutama saat gejalanya muncul tiba-tiba. Mulai dari <a href="https://tentanganak.com/artikel/pipi-bayi-merah-merah-belum-tentu-karena-alergi-simak-penjelasannya/">ruam kulit</a>, <a href="https://tentanganak.com/artikel/penyebab-gejala-cara-mengatasi-muntaber/">gangguan pencernaan</a>, hingga reaksi serius seperti sulit bernapas, tanda-tanda ini perlu dikenali sejak dini. 
Dalam artikel ini, kita akan membahas gejala yang umum terjadi dan cara mengatasinya agar kesehatan si kecil tetap terjaga.
<h2>Penyebab Alergi Makanan pada Anak</h2>
Alergi makanan terjadi ketika tubuh anak menganggap makanan tertentu sebagai ancaman, padahal sebenarnya tidak berbahaya. Hal ini terjadi akibat respons dari sistem imun yang &ldquo;berlebihan&rdquo; dan memicu pelepasan zat kimia seperti histamin.&nbsp;
Akibatnya, anak bisa mengalami gejala seperti ruam, gatal di mulut, sakit perut, muntah, bahkan kesulitan bernapas. Pada beberapa anak yang sangat sensitif, sedikit saja makanan tersebut dimakan, bisa memicu reaksi serius.
Beberapa makanan yang paling sering menyebabkan alergi pada anak antara lain:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Susu</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Telur</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Gandum</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kedelai</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kacang pohon (seperti almond dan walnut)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kacang tanah</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ikan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kerang</li>
</ul>
Dari semua jenis ini, telur, susu, dan kacang tanah menjadi pemicu yang paling umum. Kabar baiknya, banyak anak bisa membaik dari alergi makanan tertentu seiring bertambahnya usia, meskipun ada juga yang tetap membawa alergi ini sepanjang hidup.
<h2>Tanda-tanda Alergi Makanan pada Anak</h2>
Reaksi alergi terhadap makanan pada setiap anak bisa berbeda-beda, mulai dari gejala ringan hingga berat. Pada sebagian anak, alergi makanan mungkin hanya menimbulkan rasa tidak nyaman, tetapi pada kasus lain, reaksi ini bisa menjadi sangat serius bahkan mengancam nyawa.&nbsp;
Gejala&nbsp;<a href="https://tentanganak.com/artikel/alergi-baru-muncul-saat-dewasa/"> alergi makanan biasanya muncul </a>dalam beberapa menit hingga dua jam setelah mengonsumsi makanan pemicu. Namun, dalam kasus yang jarang, gejala bisa muncul beberapa jam kemudian.
Berikut tanda-tanda alergi makanan yang perlu AyBun waspadai:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kesemutan atau rasa gatal di mulut.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ruam, gatal-gatal, atau eksim pada kulit.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pembengkakan pada bibir, wajah, lidah, tenggorokan, atau bagian tubuh lainnya.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sakit perut, diare, mual, atau muntah.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bunyi napas mengi, hidung tersumbat, atau kesulitan bernapas.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pusing, rasa melayang, atau bahkan pingsan.</li>
</ul>
<h3>Anafilaksis: Reaksi Alergi yang Berbahaya</h3>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/6777544d-90735c59-060b-46e7-a352-4115ee2a1bdf.jpg" />
Pada beberapa anak, alergi makanan dapat memicu anafilaksis, yaitu reaksi alergi berat yang berpotensi mengancam nyawa. Tanda-tanda anafilaksis meliputi:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Penyempitan saluran napas, membuat napas tersengal atau berbunyi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pembengkakan di tenggorokan, atau sensasi seperti ada benjolan yang membuat sulit bernapas.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Penurunan tekanan darah yang drastis, menyebabkan tubuh mengalami syok.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Denyut jantung yang sangat cepat.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pusing parah, hilang kesadaran, hingga pingsan.</li>
</ul>
Penanganan darurat sangat penting jika anafilaksis terjadi. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini bisa berakibat fatal. AyBun mungkin disarankan dokter untuk selalu menyediakan epinefrin auto-injector jika anak memiliki riwayat alergi makanan berat, dan segera mencari bantuan medis saat gejala muncul.
<h2>Cara Mengatasi Alergi Makanan pada Anak</h2>
Mengelola alergi makanan pada anak membutuhkan perhatian khusus untuk menghindari reaksi alergi dan menjaga kebutuhan nutrisi mereka. Berikut adalah langkah-langkah penting yang dapat dilakukan:
<h3>1. Hindari Makanan Penyebab Alergi</h3>
Hindari makanan yang diketahui menyebabkan alergi pada anak, termasuk makanan lain dalam kelompok serupa. Jika AyBun sedang menyusui, diskusikan dengan dokter apakah juga perlu menghindari makanan tersebut.
<h3>2. Konsultasikan Kebutuhan Nutrisi</h3>
Jika alergi makanan membatasi asupan nutrisi tertentu, seperti vitamin atau mineral, Aybun dapat berdiskusi dengan dokter atau ahli gizi untuk mencari alternatif makanan yang aman atau mempertimbangkan pemberian suplemen sesuai kebutuhan si kecil.
<h3>3. Penggunaan Obat untuk Alergi Makanan</h3>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Omalizumab: Obat ini baru-baru ini disetujui FDA untuk membantu mengurangi reaksi alergi pada anak yang tidak sengaja terpapar makanan penyebab alergi. Omalizumab diberikan melalui injeksi dan cocok untuk anak di atas usia 1 tahun. Namun, anak tetap harus menghindari makanan penyebab alergi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Obat untuk Alergi Kacang Tanah: FDA juga menyetujui obat khusus untuk mengurangi risiko reaksi alergi pada anak usia 1 hingga 17 tahun dengan alergi kacang tanah, yakni Palforzia. Meski demikian, anak tetap harus menghindari kacang tanah meskipun menggunakan obat ini.</li>
</ul>
<h3>4. Siapkan Epinefrin untuk Anaphylaxis</h3>
Anak yang berisiko mengalami reaksi alergi berat (anaphylaxis), dokter mungkin akan menyarankan untuk selalu membawa dua dosis epinefrin. Epinefrin dapat menghentikan gejala reaksi alergi berat. Pastikan semua orang terdekat dengan anak, seperti guru dan pengasuh, tahu cara menggunakannya.
<h3>5. Pantau Perkembangan Alergi Anak</h3>
Beberapa alergi makanan dapat hilang seiring bertambahnya usia. Dokter mungkin akan merekomendasikan tes lanjutan atau food challenge di bawah pengawasan medis untuk mengetahui apakah alergi si kecil sudah berkurang. Jangan mencoba memberikan makanan pemicu alergi tanpa konsultasi dengan dokter, karena risiko reaksi berat masih mungkin terjadi.
<h3>6. Penanganan Alergi Susu pada Bayi</h3>
Jika bayi AyBun memiliki <a href="https://tentanganak.com/artikel/ciri-ciri-alergi-susu-sapi/">alergi terhadap susu sapi</a>, dokter mungkin akan menyarankan penggunaan formula terhidrolisat atau formula asam amino, tergantung pada derajat beratnya reaksi alergi. Formula berbahan dasar kedelai juga bisa menjadi pilihan, namun perlu diingat bahwa pada beberapa anak, formula ini tetap dapat menimbulkan reaksi alergi.
Baca Juga: <a href="https://tentanganak.com/artikel/skincare-anak/">15 Rekomendasi Skincare Anak dan Bayi Terbaru 2024, Aman untuk Kulit Sensitif</a>
<h2>Cara Mencegah Alergi Makanan pada Anak</h2>
Mencegah alergi makanan pada anak dapat dimulai sejak usia dini dengan langkah-langkah yang didasarkan pada penelitian terbaru. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pengenalan Makanan Alergen Secara Dini Anak yang berisiko alergi disarankan untuk diperkenalkan pada makanan alergen seperti kacang, susu, telur, atau gandum sejak memulai MPASI. Hal ini bertujuan untuk membantu tubuh anak mengenali makanan tersebut dan mengurangi kemungkinan timbulnya alergi. Konsultasikan dengan dokter sebelum memulai, terutama jika terdapat riwayat alergi dalam keluarga.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Memberikan Makanan Secara Bertahap Mulailah memperkenalkan satu jenis makanan baru setiap 3&ndash;5 hari untuk memantau reaksi tubuh anak terhadap makanan tersebut. Jika tidak ada reaksi alergi, makanan dapat diberikan secara rutin.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pentingnya ASI Eksklusif Pemberian ASI eksklusif hingga usia 6 bulan direkomendasikan oleh WHO karena manfaat kesehatannya. Meskipun belum ada bukti kuat bahwa ASI mencegah alergi makanan, ASI mendukung kesehatan saluran pencernaan dan imunitas anak.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Hindari Penundaan Pengenalan Makanan Alergen Penelitian menunjukkan bahwa menunda pengenalan makanan alergen hingga usia lebih dari 6 bulan justru dapat meningkatkan risiko alergi. Oleh karena itu, tidak disarankan untuk menunda pemberian makanan tertentu tanpa alasan medis yang jelas.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Konsultasi dengan Ahli Alergi Jika Diperlukan Anak dengan riwayat alergi keluarga atau kondisi kulit seperti dermatitis atopik sebaiknya berkonsultasi dengan dokter atau ahli alergi sebelum diperkenalkan pada makanan alergen tertentu.</li>
</ol>
<h2>Kesimpulan</h2>
Alergi makanan pada anak adalah respons imun berlebihan terhadap makanan tertentu, yang dapat menimbulkan gejala seperti ruam, sakit perut, atau bahkan anafilaksis. Makanan pemicu umum meliputi susu, telur, dan kacang.&nbsp;
Penanganannya mencakup menghindari makanan pemicu, berkonsultasi dengan dokter, dan mempersiapkan epinefrin untuk keadaan darurat. Pengenalan makanan alergen secara dini dan bertahap juga dapat membantu mencegah alergi. Dengan pengelolaan yang tepat, kesehatan anak dapat tetap terjaga.
Untuk berkonsultasi langsung dengan dokter, AyBun bisa menggunakan fitur <a href="tentanganak://consult_list?type=consult_list">Tanya Ahli</a> di aplikasi Tentang Anak!

Tanda-tanda Alergi Makanan pada Anak dan Cara Mengatasinya

Memberikan pijatan lembut di sekitar hidung bayi dapat membantu mengatasi hidung yang tersumbat. Temukan penjelasan selengkapnya di sini.

Influenza

Masalah Kesehatan

Meski tidak berbahaya, bayi yang hidungnya tersumbat karena lendir atau ingus akan cenderung rewel karena kesulitan bernafas. Bayi yang rewel dapat membuat orang tua khawatir, terlebih jika hidung yang tersumbat membuat si kecil kehilangan nafsu makan dan sulit tidur.&nbsp;
Bagi ayah-bunda yang punya permasalahan serupa, ada beberapa cara yang bisa kita lakukan di rumah untuk membuat si kecil kembali nyaman. Mau tau apa saja caranya? Yuk baca artikel ini hingga tuntas.
<h2>Penyebab Hidung Bayi Tersumbat</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/1688554025.jpg" />
Sebelum mengatasi hidung bayi yang tersumbat, sebaiknya ayah-bunda juga mengetahui penyebabnya, agar di kemudian hari dapat mencegah masalah yang sama terulang kembali. Nah, tersumbatnya hidung bayi bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Berikut ini adalah beberapa di antaranya:
<h3>1. Infeksi Virus&nbsp;</h3>
Infeksi virus seperti flu merupakan salah satu penyebab tersumbatnya hidung bayi dan anak-anak. Infeksi virus dapat mengakibatkan pembengkakan rongga hidung, meningkatnya produksi lendir atau kombinasi keduanya.&nbsp;
<h3>2. Kondisi Medis Lain</h3>
Hidung tersumbat pada bayi juga dapat disebabkan oleh kondisi medis lain seperti sinusitis, deviasi septum, atau polip hidung. Namun, perlu diingat bahwa kondisi medis ini jarang terjadi pada bayi dan lebih sering terjadi pada anak-anak atau orang dewasa. Di bawah ini adalah penjelasan dari masing-masing kondisi medis tersebut.
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sinusitis adalah infeksi atau peradangan pada sinus, yaitu rongga udara di dalam tulang tengkorak di sekitar hidung. Infeksi ini dapat menyebabkan pembengkakan pada membran mukosa di dalam hidung dan sinus, sehingga membuat hidung bayi menjadi tersumbat.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Deviasi septum adalah kondisi di mana tulang dan kartilago yang memisahkan rongga hidung kiri dan kanan tidak sejajar. Kondisi ini dapat menyebabkan kesulitan bernapas pada bayi dan dapat menyebabkan hidung bayi tersumbat.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Polip hidung adalah jaringan abnormal yang yang tumbuh di hidung. Polip dapat menyebabkan hidung bayi tersumbat karena menghalangi saluran pernapasan.</li>
</ul>
<h3>3. Iritasi Karena Rokok dan Bahan Kimia</h3>
Asap rokok dan bahan kimia yang terkandung dalam produk pembersih rumah tangga dapat mengiritasi membran mukosa dan membuatnya bengkak. Kondisi ini dapat menyebabkan hidung bayi tersumbat dan sulit bernapas.
Asap rokok juga dapat memperburuk hidung tersumbat pada bayi akibat infeksi virus atau alergi. Bayi yang terpapar asap rokok juga lebih rentan terhadap infeksi virus dan bakteri yang dapat menyebabkan hidung tersumbat.
<h3>4. Udara Dingin</h3>
Udara yang dingin dan kering juga dapat membuat membran mukosa di dalam hidung bayi mengering. Akibatnya terjadi iritasi yang membuat produksi lendir meningkat dan menyumbat hidung bayi.
<h2>Cara Mengatasi Hidung Tersumbat pada Bayi</h2>
Setelah mengetahui sejumlah hal yang menyebabkan hidung si kecil tersumbat, sekarang saatnya membahas cara untuk mengatasinya.
<h3>1. Menggunakan Nasal Aspirator</h3>
Nasal aspirator adalah alat yang digunakan untuk menyedot lendir dari hidung bayi. Alat ini biasanya terdiri dari pompa dan selang dengan ujung sempit yang dapat dimasukkan ke dalam hidung bayi. Pompa kemudian bekerja untuk menarik udara dan lendir ke dalam selang, sehingga saluran pernapasan menjadi bersih dan membantu bayi bernapas lebih mudah.
Perlu diingat bahwa penggunaan nasal aspirator pada bayi harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak berlebihan, karena dapat menyebabkan iritasi dan cedera pada membran mukosa di hidung bayi. Pastikan juga untuk selalu membersihkan nasal aspirator setelah digunakan untuk mencegah penyebaran infeksi.
<h3>2. Teteskan Larutan Saline</h3>
Larutan saline adalah larutan garam dan air murni yang dapat digunakan untuk membersihkan dan melembabkan saluran pernapasan. Meneteskan larutan saline dapat membantu melembabkan membran mukosa dan mengencerkan lendir yang menyumbat hidung bayi.
&nbsp;
Cara terbaik untuk meneteskan larutan saline ke dalam hidung bayi adalah dengan menggunakan alat tetes hidung khusus atau pipet. Pertama-tama, letakkan bayi dalam posisi telentang. Kemudian, teteskan larutan saline ke lubang hidung bayi. Selanjutnya, bersihkan lendir dan larutan saline menggunakan tisu atau kapas.
&nbsp;
Meneteskan larutan saline sebelum menyedot lendir dengan nasal aspirator juga dapat membantu meningkatkan efektivitas dari prosedur tersebut. Namun, pastikan untuk menggunakan larutan saline yang aman dan dibuat khusus untuk bayi untuk mencegah iritasi.
<h3>3. Gunakan Humidifier</h3>
Untuk mengatasi hidung bayi yang tersumbat akibat udara dingin dan kering, Anda bisa menggunakan humidifier. Alat ini dapat membantu menjaga kelembaban udara di dalam ruangan dan mencegah hidung bayi menjadi kering. Pastikan juga untuk menjaga suhu ruangan agar tidak terlalu dingin dan menghindarkan bayi dari paparan asap rokok.
<h3>4. Berikan Pijatan di Sekitar Hidung</h3>
Pijatan dapat membantu melegakan hidung bayi yang tersumbat. Berikut ini adalah cara memijat yang bisa Anda lakukan:&nbsp;
&nbsp;
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pertama, bersihkan tangan Anda terlebih dahulu menggunakan sabun dan air atau hand sanitizer.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kedua, tempatkan bayi di depan Anda dan pastikan bayi tetap tenang dan nyaman.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Selanjutnya, tempatkan jari Anda di kedua sisi hidung bayi, persis di bawah tulang pipi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Dengan gerakan yang lembut, usap jari Anda ke atas dan bawah di sepanjang hidung bayi, dari pangkal hidung hingga ujung hidung.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ulangi gerakan ini beberapa kali.</li>
</ul>
 Foto: Designed by freepik
Sumber:
https://www.webmd.com/parenting/baby/features/baby-stuffy-nose
https://www.webmd.com/children/features/help-child-stuffy-nose