Masih bingung menghitung usia kehamilan yang tepat? Yuk Bunda simak cara menghitung usia kehamilan dengan langkah mudah berikut ini!

Fertilitas

Kehamilan

Kelahiran buah hati tentu menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh para calon orang tua. Namun, selain menghitung hari menuju kelahiran, sangat penting bagi calon ayah dan ibu untuk mengetahui berapa usia kehamilan sang buah hati.
Usia kehamilan bisa menjadi pedoman untuk menentukan apakah si buah hati tumbuh seperti yang diharapkan, kapan ibu harus melakukan pemeriksaan prenatal tertentu, dan kapan HPL bayi. Oleh sebab itu, usia kehamilan harus dihitung secara akurat agar orang tua atau dokter dapat memantau pertumbuhan janin dan memaksimalkan perawatan yang dibutuhkan.&nbsp;
Namun, tidak sedikit dari ibu hamil atau calon orang tua yang masih bingung dan bahkan tidak mengetahui bagaimana cara menghitung usia kehamilan yang benar. Dalam dunia kebidanan, setidaknya ada dua cara menghitung usia kehamilan yang umum digunakan, yakni menggunakan rumus HPHT dan Ultrasonografi (USG). Tanpa berlama lagi, yuk simak penjelasannya!
<h2>Cara Menghitung Usia Kehamilan dengan Rumus HPHT</h2>
HPHT adalah singkatan dari Hari Pertama Haid Terakhir. Artinya, usia kehamilan akan dihitung berdasarkan hari pertama haid terakhir ibu dengan asumsi pembuahan terjadi pada hari ke-14 dalam siklus haid. Adapun tingkat kesalahannya sekitar 2 minggu.
Untuk menghitung usia kehamilan dengan rumus HPHT, Anda harus mengetahui terlebih dahulu kapan HPHT ibu dari calon bayi. Kemudian Anda dapat mengikuti rumus HPHT berikut untuk menentukan hari perkiraan lahir (HPL) bayi:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Hari: +7</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bulan: - 3</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tahun: +1</li>
</ul>
Namun, apabila HPHT berada di bulan Januari hingga Maret, maka Anda bisa menggunakan rumus berikut:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Hari: +7</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bulan: +9</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tahun: +0</li>
</ul>
<h3>1. Contoh Menghitung Usia Kehamilan dengan Rumus HPHT Januari-Maret</h3>
Misalnya HPHT pada tanggal 5 Maret 2022, maka perhitungannya adalah sebagai berikut:
Hari: 5 + 7 = 14
Bulan: 3 + 9 = 12
Tahun:&nbsp; 2022 + 0 = 2022
Dengan demikian, hari perkiraan lahir bayi pada tanggal 14-12-2022 atau 14 Desember 2022.
<h3>2. Contoh Menghitung Usia Kehamilan dengan Rumus HPHT April-Desember</h3>
Misalnya HPHT pada tanggal 21 Juli 2022, maka perhitungannya adalah sebagai berikut:
Hari: 21 + 7 = 28
Bulan: 7 - 3 = 4
Tahun:&nbsp; 2022 + 1 = 2023
Dengan demikian, hari perkiraan lahir bayi pada tanggal 28-04-2023 atau 28 April 2023.
<h2>Cara Menghitung Usia Kehamilan dengan USG</h2>
Jika Bunda lupa mencatat tanggal HPHT ataupun haid tidak lancar, Bunda tidak perlu khawatir. Usia kehamilan tetap dapat diketahui secara akurat dengan mengunjungi dokter kandungan dan melakukan USG trimester 1 pada 10-13 minggu. Perhitungan usia kehamilan dengan USG trimester 1 adalah yang paling akurat dengan tingkat kesalahan kurang dari 5 hari.
Proses USG sendiri dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu transvaginal dan transabdominal. USG transvaginal dilakukan pada masa awal kehamilan dengan menggunakan sebuah alat yang dimasukkan ke dalam vagina. Sementara USG transabdominal dilakukan pada usia trimester kehamilan lanjut dengan menggunakan alat yang ditempelkan ke perut ibu.
Selain dapat digunakan untuk mengecek usia kandungan, USG juga dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan calon buah hati. Namun, pertumbuhan setiap janin bisa berbeda-beda. Di mana pertumbuhan bisa berjalan cepat di bulan tertentu dan melambat di bulan berikutnya.&nbsp;
Oleh sebab itu, pemeriksaan USG yang dilakukan di trimester akhir tidak ditujukan untuk menentukan usia janin, tetapi untuk memantau apakah janin yang ada di perut ibu tumbuh dengan baik.
<h2>Perbandingan Perhitungan Usia Kehamilan Menggunakan Rumus HPHT dan USG</h2>
Meskipun sama-sama bertujuan untuk mengetahui usia kehamilan, namun hasil perhitungan keduanya bisa jadi tidak sama. Mengingat, kedua cara tersebut memiliki kondisi yang berbeda untuk mendapatkan hasil yang akurat.
Namun demikian Bunda tidak perlu khawatir, karena dokter kandungan akan terus memantau perkembangan si calon buah hati dan akan memberi tahu kapan waktunya si kecil akan lahir. Untuk itu, sangat penting bagi Bunda untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin ke dokter kandungan.
<h2>Kapan Perut Bunda Mulai Terlihat Hamil/Membesar?</h2>
Perut ibu hamil akan mulai membesar pada usia kehamilan ke-20 minggu. Umumnya pada waktu ini tinggi rahim akan setinggi pusar ibu. Untuk lebih jelasnya, Anda juga dapat melihat tabel usia kehamilan berikut ini:
<table>
<tbody>
<tr>
<td>
Trimester
</td>
<td>
Bulan
</td>
<td>
Minggu
</td>
</tr>
<tr>
<td rowspan="3"> 
1
</td>
<td>
1
</td>
<td>
1-4
</td>
</tr>
<tr>
<td>
2
</td>
<td>
5-8
</td>
</tr>
<tr>
<td>
3
</td>
<td>
9-13
</td>
</tr>
<tr>
<td rowspan="3"> 
2
</td>
<td>
4
</td>
<td>
14-17
</td>
</tr>
<tr>
<td>
5
</td>
<td>
18-21
</td>
</tr>
<tr>
<td>
6
</td>
<td>
22-26
</td>
</tr>
<tr>
<td rowspan="3"> 
3
</td>
<td>
7
</td>
<td>
27-30
</td>
</tr>
<tr>
<td>
8
</td>
<td>
31-35
</td>
</tr>
<tr>
<td>
9
</td>
<td>
36-40
</td>
</tr>
</tbody>
</table>
&nbsp;
<h2>Tips Menjaga Kesehatan Ibu Hamil dan Janin</h2>
Mengetahui usia kehamilan memang sangat penting, tapi jangan sampai Bunda lupa untuk menjaga kesehatan ibu dan janin. Mengingat, perubahan fisik dan hormonal bisa membuat Bunda menjadi mudah kelelahan dan mengalami mual-mual.
Berikut adalah beberapa tips menjaga kesehatan yang perlu dilakukan ibu saat hamil:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kontrol kandungan secara rutin dan sesuai jadwal&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Penuhi kebutuhan kalori harian</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kurangi asupan makanan yang berminyak dan yang diawetkan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Konsumsi air mineral 8-10 gelas per hari</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Konsumsi vitamin sesuai anjuran dokter</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Lakukan olahraga ringan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Hindari aktivitas berat</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Cegah paparan rokok dan alkohol</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pastikan hanya minum obat yang disetujui dokter</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Jaga kebersihan diri</li>
</ol>
Itu dia cara menghitung usia kehamilan yang bisa calon ibu dan ayah lakukan sambil menanti sang buah hati lahir ke dunia. Selain mengetahui usia kehamilan, sangat penting bagi calon orang tua untuk menjaga kesehatan Bunda dan janinnya. Jadi, pastikan Anda juga memperhatikan kesehatan ibu dan bayi ya!
Jangan lupa juga untuk melakukan pemeriksaan kehamilan Bunda secara rutin ke dokter kandungan.
Foto: Photo by pexels
Sumber:
<a>https://www.nhs.uk/pregnancy/week-by-week/1-to-12/1-2-3-weeks/ https://www.nhs.uk/pregnancy/finding-out/due-date-calculator/</a>

Bagaimana Cara Menghitung Usia Kehamilan yang Benar?

Kondisi gusi yang merah dan bengkak dapat menandakan masalah kesehatan. Kenali berbagai penyebabnya di artikel ini.

Kesehatan Gigi & Mulut

Kesehatan Anak

Anak tiba-tiba menolak makan atau waktu makannya menjadi lebih lama dari biasanya? Selain mungkin karena sedang tidak nafsu makan, coba AyBun periksa bagian mulutnya untuk memastikan apakah anak sedang mengalami masalah, misalnya gusi yang membengkak dan menyebabkan rasa nyeri.&nbsp;
&nbsp;
Terdapat berbagai faktor penyebab gusi bengkak pada anak, misalnya karena infeksi pada gigi, luka pada gusi, adanya sisa-sisa makanan yang menempel pada gigi atau masalah kesehatan lainnya seperti alergi atau penyakit gusi. Untuk mengetahui penyebab pastinya, AyBun harus memeriksakan si kecil ke dokter. Sebelum itu, simak pertolongan dini di rumah yang bisa AyBun lakukan untuk membantu meredakan nyerinya serta tips merawat gusi anak agar selalu sehat!
<h2>Ciri-Ciri Gusi Anak Bengkak</h2>
Seringkali sulit mengenali gejala sakit pada anak, terlebih pada balita yang belum bisa berkomunikasi dengan baik. Selain menjadi bertambah rewel dan tidak mau makan, ciri gusi yang bermasalah dapat diketahui dengan memperhatikan kondisi-kondisi berikut ini.&nbsp;
<h3>1. Bengkak&nbsp;</h3>
Gusi membengkak dapat dikenali dari ukurannya yang lebih besar dibanding gusi lainnya.&nbsp;&nbsp;
<h3>2. Gusi Berwarna Merah&nbsp;</h3>
Warna gusi yang bengkak akan menjadi lebih merah karena proses peradangan yang terjadi.&nbsp;&nbsp;
<h3>3. Berdarah&nbsp;</h3>
Selain bengkak dan berwarna merah, terkadang gusi bengkak sering juga diikuti dengan gusi yang berdarah. Saat disentuh biasanya terasa lunak, juga terasa nyeri ketika berbicara atau mengunyah makanan. Tentu kondisi ini akan membuat anak tidak nyaman.&nbsp;
<h3>4. Bau Mulut&nbsp;</h3>
Karena proses infeksi ataupun peradangan yang berlangsung, anak akan merasa tidak nyaman pada mulut, juga dapat terasa pahit, asam, mulut kering dan lidah berwarna putih sehingga menyebabkan mulut terasa bau.&nbsp;
<h3>5. Sakit Gigi&nbsp;</h3>
Infeksi atau radang yang sudah meluas ataupun justru awalnya berasal dari gigi dapat menyebabkan nyeri.&nbsp;
<h2>Mengobati Gusi Bengkak Secara Mandiri</h2>
Sebelum memeriksakan anak ke dokter, AyBun bisa mencoba dahulu beberapa cara menangani rasa nyeri dan bengkak pada gusi di rumah. Jika tidak ada perbaikan atau anak sangat rewel dan terganggu, bawa ke dokter ya. Berikut cara mengobati gusi bengkak anak yang bisa dilakukan di rumah:&nbsp;
<h3>1. Berkumur dengan Air Garam&nbsp;</h3>
Siapkan garam dengan takaran setengah sendok dan air hangat, lalu campurkan keduanya dan minta anak berkumur selama beberapa menit. Lakukan setiap dua jam sekali untuk membantu mengurangi peradangan yang terjadi.&nbsp;&nbsp;
<h3>2. Kompres dengan Air Dingin atau Es&nbsp;</h3>
Siapkan kain bersih lalu rendam dengan air dingin atau bungkus dengan es, selanjutnya letakkan kain yang dingin tersebut di area yang bengkak. Lakukan selama 10-15 menit untuk membantu mengurangi pembengkakan.&nbsp;
&nbsp;
<h3>3. Konsumsi Makanan Sehat&nbsp;</h3>
Makan saat gusi bengkak tentu tidak nyaman bagi anak tapi berikan pengertian bahwa penting untuk tetap mendapatkan nutrisi yang tepat dan makanan sehat. Hal ini untuk membantu pemulihan dari rasa sakit. Disarankan untuk mengonsumsi makanan kaya vitamin dan mineral seperti: sayuran, buah dan biji-bijian, pastikan juga anak tidak mengonsumsi makanan rasa manis atau asam sampai kembali sehat. AyBun bisa memilih makanan dengan tekstur yang lebih&nbsp; lembut atau suhu dingin agar anak merasa nyaman saat makan.
<h3>4. Menjaga Kebersihan Gigi dan Gusi&nbsp;</h3>
AyBun perlu memastikan anak menyikat giginya secara teratur dan benar sebanyak dua kali sehari. Jangan lupa juga bersihkan lidah anak dengan menyikat secara lembut atau menggunakan kain lembut.&nbsp;
<h3>5. Berikan Obat Pereda Nyeri&nbsp;</h3>
Apabila anak mengeluhkan rasa sakit kepala dan sakit gigi atau gusi yang cukup berat, AyBun bisa memberikan obat pereda nyeri seperti parasetamol atau ibuprofen. Berikan obat pereda nyeri tersebut sesuai dengan petunjuk.&nbsp;
<h2>Merawat Gusi Anak&nbsp;</h2>
Mencegah tentu lebih baik daripada mengobati. Berikut cara merawat gusi anak supaya terhindar dari kondisi sakit dan bengkak:&nbsp;&nbsp;
<h3>1. Gosok Gigi Teratur&nbsp;</h3>
Ajarkan anak menggosok gigi dengan gerakan melingkar selama dua puluh detik. Pastikan anak menggosok gigi dua kali sehari yakni pada pagi dan malam hari sebelum tidur. Gunakan pasta gigi yang mengandung fluoride sesuai dengan anjuran, usia di bawah 2 tahun seukuran biji beras, usia 2-6 tahun seukuran biji jagung.
<h3>2. Konsumsi Makanan Sehat&nbsp;</h3>
Konsumsi makanan sehat yang dibutuhkan untuk kesehatan gigi dan gusi seperti: sayuran, buah, kacang-kacangan dan ikan. Biasakan tidak memberikan anak makanan manis dan berkaramel karena sisa makanan akan lengket dan menyebabkan plak pada gigi.&nbsp;
<h3>3. Teratur Bersihkan Gigi yang Goyang atau Tanggal</h3>
Jika anak sudah memiliki gigi susu yang goyang atau tanggal, pastikan membersihkan gigi dan gusi dengan lembut menggunakan kain atau sikat gigi bayi.&nbsp;
<h3>4. Minum Air yang Cukup&nbsp;</h3>
Pastikan anak minum air dengan cukup sesuai dengan kebutuhannya. Minum air yang cukup akan membantu anak terhindar dari bakteri serta membersihkan dari sisa-sisa makanan di mulut anak.&nbsp;
<h3>5. Rutin Periksakan Gigi ke Dokter Gigi</h3>
Idealnya berkunjung ke dokter gigi tidak hanya dilakukan saat kondisi sedang sakit tapi juga memeriksa kondisi&nbsp; gigi secara berkala, hal ini sebagai bagian dari pencegahan jika terjadi kerusakan atau tanda-tanda awal masalah gigi dan gusi.&nbsp;
<h3>6. Kunjungi Dokter jika Kondisi Semakin Parah</h3>
Rasa sakit yang dikeluhkan terjadi karena anak mengalami gusi bengkak jangan dianggap sepele. Apabila pengobatan secara mandiri telah dilakukan dan belum berhasil, Anda perlu memeriksakannya ke dokter segera mungkin.&nbsp;
&nbsp;
Foto: designed by freepik
Sumber:
https://www.littleteeth-htx.com/post/toddlers-and-swollen-gums-what-it-means#:~:text=Teething%20%E2%80%93%20The%20most%20common%20cause,the%20cause%20of%20the%20issue.

Ciri-Ciri Gusi Bengkak pada Anak, Cara Pengobatan dan Pencegahannya

Mengenal Gejala dan Pengobatan Kudis (Scabies) pada Anak


Pelajari tentang gejala dan pengobatan kudis (scabies) pada anak. Temukan informasi lengkap mengenai penularan, gejala, dan langkah perawatan yang tepat.

Kudis atau scabies adalah kondisi kulit gatal yang disebabkan oleh tungau kecil bernama Sarcoptes scabiei.&nbsp;
Tungau ini menggali terowongan di kulit dan menyebabkan rasa gatal hebat, terutama pada malam hari.&nbsp;
Kudis mudah menular melalui kontak dekat, terutama dalam lingkungan rumah, sekolah, atau tempat penitipan anak.
<h2>Bagaimana Kudis Bisa Menular?</h2>
Kudis menular melalui kontak fisik langsung dan cukup lama, seperti tinggal serumah atau tidur bersama.&nbsp;
Sekadar berjabat tangan atau berpelukan sebentar biasanya tidak menularkan.&nbsp;
Namun, tungau ini bisa bertahan hidup selama 2&ndash;3 hari di pakaian, sprei, atau handuk. Jadi, berbagi barang-barang tersebut juga berisiko menyebarkan infeksi.
Lingkungan dengan banyak interaksi dekat, seperti pusat penitipan anak atau asrama, biasanya lebih rentan terjadi penularan.
<h2>Gejala Kudis pada Anak</h2>
Gejala utama kudis adalah <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=1436">ruam gatal</a> yang bisa muncul beberapa hari hingga berminggu-minggu setelah terpapar.&nbsp;
Berikut tanda-tanda kudis pada anak:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Gatal hebat, terutama di malam hari, yang sering membuat anak sulit tidur.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Benjolan atau bintik kecil yang bisa terasa sakit dan rentan terinfeksi jika digaruk.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Garis kecil berwarna kulit (burrow lines) yang menunjukkan tempat tungau menggali.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Anak bisa merasa gatal di seluruh tubuh, membuatnya rewel dan lelah karena kurang tidur.</li>
</ul>
<h2>Area Tubuh yang Sering Terinfeksi</h2>
Tungau penyebab kudis biasanya hidup di area kulit yang berlipat atau lembab. Beberapa area yang sering terinfeksi meliputi:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Di antara jari tangan dan kaki.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Lipatan paha dan area kelamin.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pergelangan tangan dan lutut.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Di bawah kuku serta di sekitar cincin atau gelang.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pinggang dan sekitar puting.</li>
</ul>
Pada bayi dan anak kecil, area yang lebih sering terinfeksi meliputi:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Jari tangan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Wajah, kulit kepala, dan leher.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Telapak tangan dan telapak kaki.</li>
</ul>
Catatan: Jika si Kecil pernah mengalami kudis sebelumnya, gejala biasanya muncul hanya dalam beberapa hari setelah terpapar.&nbsp;
Namun, bagi yang baru pertama kali terinfeksi, gejala bisa muncul hingga 6 minggu kemudian. Bahkan tanpa gejala, penderita tetap bisa menularkan kudis selama masa inkubasi.
Baca Juga: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=2039">Ketahui Penyebab Ruam Air Liur pada Bayi &amp; Cara Efektif Mengatasinya</a>
<h2>Cara Mengobati Kudis Pada Anak</h2>
Pengobatan kudis umumnya menggunakan krim atau lotion khusus yang diresepkan dokter.&nbsp;
Berikut langkah-langkah perawatan:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Oleskan krim ke seluruh tubuh mulai dari leher hingga kaki, bukan hanya di area ruam.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pada bayi dan balita, krim juga perlu dioleskan di wajah (hindari mata dan mulut), kulit kepala, dan telinga.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Potong kuku anak dan oleskan obat di ujung jarinya.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Biarkan krim menempel selama 8&ndash;12 jam sebelum dibilas, sebaiknya diaplikasikan sebelum tidur.</li>
</ol>
Jika pengobatan efektif, tidak ada ruam atau garis baru dalam 24&ndash;48 jam. Namun, rasa gatal mungkin bertahan hingga 2&ndash;6 minggu setelah perawatan.&nbsp;
Kadang, dokter juga meresepkan obat oral untuk anak yang lebih besar atau antihistamin untuk meredakan gatal.
<h2>Cara Mencegah Kudis</h2>
Untuk mencegah penyebaran, semua anggota rumah dan orang yang kontak erat dengan anak yang terinfeksi perlu menjalani perawatan, meskipun tidak menunjukkan gejala.&nbsp;
Beberapa langkah pencegahan lain:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Cuci pakaian, sprei, dan handuk dengan air panas dan keringkan dengan suhu tinggi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Simpan mainan atau barang yang tidak bisa dicuci di kantong plastik tertutup selama 3 hari.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Vakum setiap ruangan dan segera buang kantong vakum setelah digunakan.</li>
</ul>
<h2>Kapan Harus Konsultasi ke Dokter?</h2>
Segera periksakan anak ke dokter jika mengalami gejala kudis. Beberapa kondisi seperti <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=2059">eksim atau dermatitis</a> bisa menimbulkan gejala serupa, sehingga dibutuhkan diagnosis yang tepat agar perawatannya efektif.&nbsp;
Antihistamin atau lotion bebas resep mungkin bisa meredakan gatal, tetapi tidak akan membasmi tungau penyebab kudis.
<h2>Penutup</h2>
Itulah informasi seputar gejala dan pengobatan kudis pada anak. Jaga terus kebersihan di rumah.
Jika AyBun masih memiliki pertanyaan seputar kudis atau kesehatan kulit anak, jangan ragu untuk memanfaatkan fitur tanya ahli di aplikasi Tentang Anak.&nbsp;
Dapatkan jawaban dari para profesional kesehatan untuk memastikan si kecil mendapatkan perawatan terbaik! 💬

Benarkah mie instan bisa sebabkan leukemia pada anak? Simak fakta medis dan tips aman konsumsi mie instan untuk keluarga.&nbsp;

Kabar tentang seorang anak penderita leukemia yang dikaitkan dengan konsumsi mie instan sempat viral dan mengundang kekhawatiran para orang tua. Banyak yang bertanya-tanya, apakah benar mie instan bisa menyebabkan kanker seperti leukemia pada anak? Apa kandungan mie instan yang perlu diwaspadai?
Artikel ini membahas fakta ilmiah seputar leukemia, kandungan dalam mie instan, dan bagaimana menyikapinya dengan bijak sebagai orang tua.
<h2 class="" data-start="805" data-end="862">Apakah Mie Instan Bisa Menyebabkan Leukemia pada Anak?</h2>
Leukemia adalah salah satu jenis kanker darah yang paling sering terjadi pada anak. Namun, penyebab utama leukemia pada anak adalah mutasi genetik, bukan makanan.
Faktor makanan dan lingkungan hanya berperan kecil, dan belum ada bukti ilmiah kuat bahwa mie instan secara langsung menyebabkan leukemia pada anak.
Memang, beberapa produk mie instan tertentu sempat ditemukan mengandung etilen oksida, zat yang dalam kadar tinggi berpotensi karsinogenik. Namun, kasus ini lebih banyak ditemukan pada populasi dewasa dan tidak cukup bukti untuk menyimpulkan hubungan langsung dengan kanker anak.
<h2 class="" data-start="1559" data-end="1615">Bahaya Lain di Balik Mie Instan yang Perlu Diwaspadai</h2>
Meski tidak secara langsung menyebabkan kanker, konsumsi mie instan secara berlebihan tetap tidak disarankan untuk anak-anak karena risiko lain yang mengintai:
<h3 class="" data-start="1782" data-end="1817">1. Risiko Sindrom Metabolik</h3>
Studi dari Harvard menunjukkan bahwa konsumsi mie instan lebih dari dua kali seminggu dapat meningkatkan risiko sindrom metabolik, terutama pada perempuan. Sindrom ini mencakup tekanan darah tinggi, kadar gula darah tinggi, dan peningkatan risiko penyakit jantung.
<h3 class="" data-start="2088" data-end="2134">2. Tingginya Kandungan Garam dan Lemak</h3>
Mie instan mengandung sodium dan lemak jenuh dalam jumlah tinggi, yang dapat membebani tubuh anak dan meningkatkan risiko gangguan ginjal serta obesitas.
<h3 class="" data-start="2290" data-end="2321">3. Minim Kandungan Gizi</h3>
Sebagian besar mie instan tidak mengandung cukup serat, protein, vitamin, dan mineral, sehingga tidak cocok menjadi makanan utama.
<h2 class="" data-start="2459" data-end="2502">Tips Aman Konsumsi Mie Instan untuk Anak</h2>
Bukan berarti mie instan harus dihindari sepenuhnya. Aybun bisa tetap memberikan sesekali, asalkan memperhatikan beberapa hal berikut:
<ul>
<li data-start="2642" data-end="2696">Batasi konsumsi hingga maksimal 1&ndash;2 kali per bulan</li>
<li data-start="2642" data-end="2696">Pilih produk dengan kandungan garam yang rendah</li>
<li data-start="2642" data-end="2696">Tambahkan sayuran dan protein seperti telur atau ayam</li>
<li data-start="2642" data-end="2696">Jangan jadikan mie instan sebagai makanan pokok harian</li>
</ul>
<h2 class="" data-start="2874" data-end="2887">Kesimpulan</h2>
Konsumsi mie instan tidak terbukti menjadi penyebab langsung leukemia pada anak, karena faktor utama leukemia adalah mutasi genetik. Namun, mie instan tetap perlu dibatasi karena risiko lain seperti sindrom metabolik, kelebihan garam, dan kurangnya gizi.
Sebagai orang tua, tugas kita adalah menjaga pola makan sehat untuk anak dan mengedukasi mereka sejak dini. Pilih makanan bergizi seimbang dan jadikan mie instan hanya sebagai sesekali alternatif&mdash;bukan andalan.

Benarkah Leukemia pada Anak Disebabkan oleh Mie Instan?

Strict parenting atau pola asuh ketat memiliki aturan tegas dan ekspektasi tinggi terhadap anak. Apakah metode ini efektif atau justru berdampak negatif? Temukan manfaat dan risikonya di sini!

Dalam setiap keluarga, orang tua memiliki gaya pengasuhan yang berbeda-beda. Salah satu gaya yang sering ditemui adalah strict parenting atau pola asuh ketat, mirip dengan authoritarian parenting. 
Orang tua yang menerapkan gaya ini cenderung memiliki aturan yang ketat, ekspektasi tinggi, serta memberikan disiplin yang tegas kepada anak-anak mereka. Tujuannya biasanya untuk membentuk anak yang disiplin, bertanggung jawab, dan sukses di masa depan.
Namun, apakah pola asuh yang terlalu ketat benar-benar efektif? Apakah anak yang dibesarkan dengan strict parenting akan tumbuh menjadi individu yang sukses dan bahagia, atau justru mengalami tekanan emosional yang berpengaruh pada kehidupannya di masa depan?
Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang apa itu strict parents,serta manfaat dan dampaknya terhadap perkembangan psikologis dan sosial anak di masa depan.&nbsp;
<h2>Apa Itu Strict Parents?</h2>
Strict parents adalah orang tua yang menerapkan aturan tegas dan mengharapkan anak-anak mereka untuk mematuhinya.&nbsp;
Kata strict sendiri berarti bertindak sesuai dengan prinsip atau persyaratan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, strict parents memiliki batasan yang jelas dan percaya bahwa anak-anak mampu mematuhinya.
Strict parents umumnya menerapkan gaya parenting yang otoriter, di mana mereka memiliki kontrol yang tinggi terhadap anak-anak mereka.&nbsp;
Fokus utama mereka adalah kepatuhan terhadap aturan daripada membangun kemandirian atau memberikan kebebasan pada anak untuk mengambil keputusan sendiri.&nbsp;
<h2>Ciri-ciri Strict Parents</h2>
<h3>1. Banyak Menuntut, Tetapi Tidak Responsif</h3>
Strict parents memiliki banyak aturan dan sering kali mengontrol hampir semua aspek kehidupan anak, baik di rumah maupun di tempat umum.
Mereka juga memiliki aturan yang tidak tertulis, di mana anak diharapkan mengetahui dan mematuhinya tanpa perlu diberi tahu secara eksplisit.
<h3>2. Minim Kehangatan dan Kasih Sayang</h3>
Strict parents sering terlihat dingin, jauh, dan kaku dalam berinteraksi dengan anak. Mereka lebih cenderung memarahi atau mengkritik anak daripada memberikan dorongan dan pujian. Mereka lebih mementingkan disiplin dibandingkan kebahagiaan anak, dengan keyakinan bahwa anak sebaiknya "dilihat, bukan didengar."
<h3>3. Hukuman Tanpa Penjelasan yang Jelas</h3>
Orang tua dengan pola asuh ini sering kali menggunakan hukuman fisik, seperti memukul atau menghukum anak dengan cara yang keras.Mereka jarang memuji atau memberikan afirmasi positif ketika anak berperilaku baik.
Jika aturan dilanggar, mereka bereaksi cepat dengan hukuman yang tegas tanpa menjelaskan alasan di baliknya.
<h3>4. Tidak Memberikan Pilihan pada Anak</h3>
Strict parents tidak memberi anak kebebasan untuk membuat keputusan sendiri. Mereka menerapkan aturan dengan pendekatan "ikut aturan atau keluar dari rumah", tanpa ruang untuk kompromi atau diskusi.
<h3>5. Tidak Sabar terhadap Perilaku Buruk</h3>
Orang tua mengharapkan anak untuk tahu bagaimana harus berperilaku tanpa perlu diberitahu berulang kali. Orang tua strict parents juga cenderung kurang sabar dalam menjelaskan alasan mengapa tidak boleh melakukan sesuai. Mereka juga cenderung mengabaikan perasaan anak dan lebih fokus pada aturan.
<h3>6. Kurang Mempercayai Anak</h3>
Strict parents tidak pernah mempercayai anak untuk membuat keputusan sendiri. Mereka sering kali membatasi kebebasan anak secara berlebihan untuk memastikan anak tidak melakukan kesalahan.
Mereka lebih memilih mengawasi anak secara ketat daripada membiarkan mereka belajar dari kesalahan.
<h3>7. Tidak Mau Bernegosiasi</h3>
Mereka memandang segala sesuatu dalam hitam dan putih&mdash;aturan harus diikuti tanpa pengecualian. Tidak ada ruang untuk kompromi atau diskusi mengenai aturan dalam keluarga.
Anak tidak memiliki hak dalam membuat keputusan yang berhubungan dengan kehidupan mereka sendiri.
<h3>8. Menggunakan Rasa Malu sebagai Alat Disiplin</h3>
Strict parents sering kali menggunakan kritik dan rasa malu untuk membuat anak mereka patuh. Misalnya, seperti:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">&ldquo;Kenapa kamu selalu seperti ini?&rdquo;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">&ldquo;Berapa kali harus Ayah/Bunda katakan? Tidak boleh!&rdquo;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">&ldquo;Kenapa kamu tidak bisa melakukan sesuatu dengan benar?&rdquo;</li>
</ul>
Alih-alih membangun kepercayaan diri anak, mereka percaya bahwa mempermalukan anak akan membuat mereka berperilaku lebih baik.
<h2>Pengaruh Strict Parenting terhadap Anak</h2>
Strict parenting sering dikaitkan dengan aturan yang ketat dan ekspektasi tinggi. Meskipun terkesan kaku, pola asuh ini dapat membentuk anak-anak dengan kedisiplinan tinggi, rasa tanggung jawab, dan tujuan yang jelas dalam hidup.
<h3>1. Anak Terbiasa Mengikuti Aturan</h3>
Anak-anak yang dibesarkan dengan aturan tegas cenderung lebih memahami batasan dan konsekuensi dari tindakan mereka. Hal ini terjadi karena:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Orang tua menetapkan ekspektasi yang jelas terkait perilaku anak.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Anak belajar memahami aturan dan pentingnya menaati batasan yang ada.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kesadaran akan konsekuensi membuat mereka lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan.</li>
</ul>
Kedisiplinan yang ditanamkan sejak dini dapat membantu anak menjaga diri dan tetap aman dalam berbagai situasi.
<h3>2. Anak Lebih Terarah dalam Mencapai Tujuan</h3>
Strict parents biasanya memiliki harapan tinggi terhadap anak-anak mereka, yang dapat membentuk pola pikir lebih terarah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Anak-anak dalam lingkungan dengan aturan tegas cenderung memiliki standar yang tinggi terhadap diri mereka sendiri.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ekspektasi yang tinggi dapat membantu mereka lebih fokus dan berusaha keras dalam mencapai tujuan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Studi pada mahasiswa di China menunjukkan bahwa pola asuh otoriter berkaitan dengan pencapaian akademik yang lebih tinggi.</li>
</ul>
Dengan terbiasa menghadapi tantangan dan memenuhi ekspektasi sejak kecil, anak-anak dari keluarga strict parenting sering menunjukkan ketekunan dalam mengejar keberhasilan akademik maupun profesional.
Baca Juga: <a href="https://tentanganak.com/artikel/sikap-anak-di-masa-depan-berdasarkan-tipe-parenting/">Prediksi Sikap Anak di Masa Depan Berdasarkan Tipe Parenting</a>
<h2>Dampak Negatif Menjadi Strict Parents untuk Anak</h2>
Meskipun strict parenting memiliki manfaat tertentu, gaya pengasuhan ini juga dapat berdampak negatif pada anak, terutama jika diterapkan secara berlebihan tanpa keseimbangan dengan kasih sayang dan dukungan emosional.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pola asuh otoriter yang terlalu ketat dapat berdampak buruk pada perkembangan akademik, kesehatan mental, dan keterampilan sosial anak.
<h3>1. Prestasi Akademik yang Lebih Rendah</h3>
Berbeda dengan asumsi umum bahwa aturan ketat meningkatkan prestasi akademik, penelitian menunjukkan bahwa:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Dalam budaya Barat, pola asuh otoriter, permisif, dan tidak terlibat dikaitkan dengan prestasi akademik yang lebih rendah.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sebaliknya, pola asuh otoritatif (tegas tetapi tetap mendukung dan komunikatif) justru lebih terkait dengan pencapaian akademik yang lebih tinggi.</li>
</ul>
Hal ini menunjukkan bahwa anak-anak membutuhkan lebih dari sekadar aturan ketat untuk berkembang di bidang akademik&mdash;mereka juga memerlukan bimbingan yang fleksibel dan motivasi intrinsik.
<h3>2. Tingkat Kepuasan Hidup yang Lebih Rendah</h3>
Pola asuh otoriter yang murni dapat berdampak negatif pada kepuasan hidup anak. Sebuah penelitian yang meneliti hubungan antara kepuasan hidup dan gaya pengasuhan menemukan bahwa:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh otoriter cenderung memiliki tingkat kebahagiaan dan kepuasan hidup yang lebih rendah.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Efek negatif ini ditemukan dalam studi yang melibatkan 10 negara berbeda, menunjukkan bahwa dampaknya bersifat universal.</li>
</ul>
Ketika anak merasa terlalu dikendalikan dan tidak memiliki kebebasan untuk mengeksplorasi minat mereka sendiri, mereka bisa merasa kurang puas dengan hidup mereka.
<h3>3. Meningkatkan Risiko Kecemasan dan Depresi</h3>
Beberapa penelitian menemukan adanya hubungan antara strict parenting dan masalah kesehatan mental, termasuk:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Peningkatan kecemasan dan stres pada anak-anak yang sering merasa takut akan konsekuensi dari aturan ketat.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Risiko depresi yang lebih tinggi akibat kurangnya dukungan emosional dari orang tua.</li>
</ul>
Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang sangat ketat sering kali mengalami tekanan yang besar, yang dapat berdampak pada kesejahteraan emosional mereka dalam jangka panjang.
<h3>4. Kesulitan dalam Mengambil Keputusan</h3>
Pola asuh yang terlalu ketat juga dapat membuat anak-anak mengalami:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tingkat kepercayaan diri yang lebih rendah.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ketergantungan pada orang lain untuk membangun rasa percaya diri mereka.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kesulitan dalam mengambil keputusan karena mereka terbiasa mencari persetujuan dari orang tua sebelum bertindak.</li>
</ul>
Sebuah studi tahun 2006 pada orang tua di budaya Asia menunjukkan bahwa anak-anak dengan strict parents sering kali memiliki harga diri yang lebih rendah.&nbsp;
Mereka cenderung ragu dalam mengambil keputusan karena takut melakukan kesalahan atau tidak mendapatkan persetujuan dari orang tua mereka.
<h3>5. Intensitas Konflik yang Lebih Tinggi dengan Orang Tua</h3>
Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan dengan aturan yang sangat ketat seringkali lebih cenderung memberontak. Sebuah penelitian di China menemukan bahwa:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Remaja yang memiliki orang tua dengan pola asuh otoriter atau tidak terlibat melaporkan tingkat konflik yang lebih tinggi dengan orang tua mereka.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Semakin keras aturan yang diterapkan, semakin tinggi kemungkinan anak untuk melawan atau mencari cara untuk melanggar aturan tersebut.</li>
</ul>
Hal ini dapat menciptakan hubungan yang penuh ketegangan antara orang tua dan anak, yang pada akhirnya bisa merusak komunikasi dan kedekatan emosional dalam keluarga.
<h2>Kesimpulan</h2>
Strict parenting memang dapat memberikan manfaat tertentu, seperti kedisiplinan yang tinggi dan tujuan hidup yang lebih terarah. Namun, gaya pengasuhan yang terlalu ketat juga berisiko menimbulkan dampak negatif, seperti rendahnya kepuasan hidup, meningkatnya kecemasan, serta kesulitan anak dalam mengambil keputusan dan menjalin hubungan sosial.
Sebagai orang tua, penting untuk memahami bahwa setiap anak memiliki kebutuhan dan karakter yang berbeda. Menerapkan pola asuh yang terlalu kaku tanpa mempertimbangkan perasaan dan perkembangan emosional anak justru bisa menghambat pertumbuhan mereka. Oleh karena itu, cobalah untuk tidak terjebak dalam strict parenting yang berlebihan.
Sebagai alternatif, pertimbangkan gaya asuh authoritative parenting, yang mengombinasikan kedisiplinan dengan kehangatan, komunikasi terbuka, serta penghargaan terhadap pendapat anak. Dengan pola asuh ini, orang tua tetap dapat menanamkan nilai-nilai kedisiplinan tanpa mengorbankan kebahagiaan dan kesehatan mental anak.&nbsp;
Memberikan keseimbangan antara aturan dan kebebasan akan membantu anak tumbuh menjadi individu yang mandiri, percaya diri, dan memiliki hubungan yang harmonis dengan orang tua.

Apa Itu Strict Parents dan Dampaknya untuk Anak di Masa Depan

Bermain bukan sekadar hiburan. Kenalkan dunia laut &amp; asah kecerdasan anak lewat board game edukatif yang seru dan penuh stimulasi.

Setiap anak adalah penjelajah kecil yang belajar lewat pengalaman. Yang sering kita lupakan, pengalaman bermain yang tampak sederhana justru punya peran besar dalam perkembangan otak mereka.&nbsp;
Tak sekadar hiburan, berbagai aktivitas seperti mengangkat flap buku, menyentuh tekstur baru, mencocokkan gambar, hingga menyusun puzzle, semuanya bisa menjadi latihan alami untuk keterampilan berpikir, motorik, hingga sosial-emosional anak.
Para ahli perkembangan anak pun sepakat bahwa stimulasi sejak dini berpengaruh langsung terhadap kecerdasan, perilaku, bahkan prestasi akademik anak di masa depan. Maka, tidak mengherankan jika board game, buku interaktif, hingga rutinitas bermain bersama orang tua sangat lah penting.
Salah satu bentuk permainan edukatif yang mulai banyak digunakan adalah board game bertema eksplorasi, yang tidak hanya mengajak anak bermain, tetapi juga mengasah berbagai fungsi otaknya.
<h2>Mengapa Permainan Interaktif Penting untuk Anak?</h2>
<h3>1. Membangun Fondasi Motorik Halus dan Kasar</h3>
Aktivitas seperti mengangkat flap pada buku, memasang puzzle, dan menempelkan velcro mengasah koordinasi tangan dan jari. Tak hanya itu, permainan ini memperkuat otot-otot kecil yang dibutuhkan anak untuk menulis, memegang sendok, dan bahkan menyikat gigi sendiri.&nbsp;
Kemampuan ini terbukti sangat berpengaruh terhadap pencapaian akademik di kemudian hari, terutama dalam menulis, membaca, hingga berhitung.
Pilih permainan yang menggunakan tekstur berbeda, warna kontras, dan memerlukan gerakan seperti menyentuh atau mencocokkan gambar. Ini akan membantu anak belajar lebih cepat melalui sentuhan dan gerakan.
<h3>2. Memperkuat Daya Ingat dan Logika</h3>
Permainan berulang seperti mencocokkan kartu, mengikuti pola, dan tracing huruf mendorong kerja memori jangka pendek dan panjang. Bahkan, permainan sederhana seperti &ldquo;tebak di balik flap&rdquo; ternyata dapat meningkatkan kemampuan anak untuk memprediksi dan mengenali pola.
Board game edukatif yang menggabungkan logika dan cerita juga bisa meningkatkan kapasitas memori. Contohnya, permainan yang mengajak anak menjelajahi suatu tempat atau makhluk hidup, sambil mengingat urutan zona atau fakta yang dipelajari sepanjang permainan.
Di sinilah keunggulan board game seperti Jelajahi Laut Dalam, yang memperkenalkan zona laut dan hewan laut lewat 6 jenis permainan dan buku cerita, mengasah ingatan anak tanpa terasa sedang belajar.
<h3>3. Menstimulasi Bahasa dan Literasi Awal</h3>
Permainan yang mengandung narasi atau percakapan mendorong anak mengembangkan kosakata dan keterampilan berbicara. Buku cerita dengan tekstur atau bagian interaktif seperti lift-the-flap atau touch-and-feel juga meningkatkan daya tarik anak terhadap buku dan membantu mereka memahami struktur cerita.
Dengan membiasakan anak berinteraksi lewat permainan yang mengandung unsur cerita dan diskusi, mereka belajar menyampaikan ide, memahami instruksi, dan menyerap bahasa dengan lebih alami.
<h2>Pola, Rutin, dan Matematika</h2>
Permainan yang menyertakan pengulangan pola dan rutinitas, misalnya menyusun urutan, mencocokkan jumlah benda dengan angka, atau memahami konsep besar-kecil, berperan sebagai pondasi berpikir matematis. Anak-anak yang sering berlatih pola cenderung lebih cepat memahami konsep angka dan hubungan antar nilai.
Tak heran jika anak-anak yang sejak dini dikenalkan pada aktivitas seperti counting games atau matching games, terbukti memiliki kemampuan numerasi lebih baik saat masuk sekolah dasar.
Aktivitas seperti mencocokkan jumlah ikan dengan angka atau menebak urutan zona laut, sebagaimana ditemukan dalam board game Jelajahi Laut Dalam, sangat efektif untuk memperkenalkan konsep numerik dan estimasi secara menyenangkan.
<h2>Kekuatan Sosial dan Emosional dari Bermain Bersama</h2>
Board game tidak hanya soal menang atau kalah. Saat anak bermain bersama teman, kakak, atau orang tuanya, mereka belajar bergiliran, menunggu, memahami aturan, dan merespons emosi. Permainan kooperatif maupun kompetitif sama-sama memberikan manfaat pada keterampilan sosial anak.
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang terbiasa bermain bersama memiliki keterampilan berbagi dan empati yang lebih tinggi, serta kemampuan menyelesaikan konflik dengan lebih tenang.
<h2>Kenapa Board Game &ldquo;Jelajahi Laut Dalam&rdquo; Layak Dicoba?</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/682d8a42-e3bf20aa-cb24-442c-8fa8-768e11219802.jpg" />
Sebagai contoh nyata dari konsep &ldquo;main yang bikin pintar&rdquo;, Board Game &ldquo;Jelajahi Laut Dalam&rdquo; menyatukan semua elemen penting dalam permainan edukatif:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Dilengkapi buku cerita informatif tentang hewan laut dan cara bermain.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menghadirkan 6 jenis permainan seru yang menstimulasi motorik, kognitif, dan sosial anak.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menggunakan gambar hewan asli dan warna kontras, mendukung stimulasi visual dan pengenalan lingkungan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengasah numerasi dan kemampuan berpikir logis anak secara alami.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Teruji aman, bersertifikat SNI, dan cocok dimainkan oleh anak bersama orang tua atau teman-temannya.</li>
</ul>
Dengan memilih permainan seperti ini, AyBun tidak hanya memberikan hiburan, tapi juga menciptakan kesempatan emas untuk tumbuh kembang anak secara menyeluruh.
Ada worksheet khusus untuk AyBun, lho! Dapatkan di sini: <a href="https://drive.google.com/drive/folders/1tOr5CCvzHFlnSiOShylx4eszfhNXptJ8?usp=drive_link">LINK</a>
<h2>Kesimpulan</h2>
Dunia anak adalah dunia bermain. Tapi, bukan berarti kita tidak bisa menyisipkan pelajaran penting di dalamnya. Lewat permainan sederhana, mulai dari mencocokkan pola, menyentuh tekstur, hingga bermain board game, anak belajar hal besar: berpikir, merasakan, menyimak, dan menyampaikan.
Jika AyBun cermat memilih jenis mainan, maka proses tumbuh kembang anak bisa terjadi tanpa paksaan dan penuh kegembiraan. Jadikan bermain sebagai medium belajar yang menyenangkan, dan pilihlah alat permainan yang tidak hanya menarik, tetapi juga mendidik.
Tertarik mengenalkan dunia laut dan mengembangkan otak si Kecil lewat permainan menyenangkan? Coba Board Game &ldquo;Jelajahi Laut Dalam&rdquo;, mainkan hari ini, tumbuhkan kecerdasan untuk masa depan!

Main yang Bikin Pintar: Bagaimana Board Game, Alam, dan Pola Sederhana Membentuk Otak Anak Sejak Dini

Anak sudah mulai suka membaca dan bernyanyi, apakah itu tanda siap sekolah? Yuk, bahas soal persiapan anak sekolah di sini!

Balita

Melihat anak yang aktif dan antusias belajar apakah ini salah satu pertanda bahwa anak siap bersekolah? Memang setiap orang tua pasti menginginkan anaknya masuk sekolah supaya mampu secara kognitif dan berprestasi. Namun, ternyata hal tersebut tidaklah cukup sebagai modal jika anak akan sekolah.
Umumnya sekolah usia dini atau dalam istilah preschool diperuntukkan anak usia 1-4 tahun dan dapat membantu mengembangkan keterampilan sosial, emosional, kognitif, dan fisik anak secara bertahap. Apa yang perlu Ayah Bunda perhatikan?
&nbsp;
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak bertujuan untuk mempersiapkan cepat baca, tulis, hitung</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ingin melatih anak untuk bisa berinteraksi dengan orang lain</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mencari solusi saat berkonflik</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengembangkan minat dan potensi</li>
</ul>
Sebuah studi menunjukkan anak yang masuk sekolah tanpa persiapan cenderung sulit fokus, meregulasi emosi, memahami tugas dan instruksi yang diberikan oleh guru. Sekolah nantinya akan menjadi rumah kedua si Kecil. Kemudian hal ini akan mempengaruhi kemampuan akademik, terutama kemampuan membaca dan matematika, lho Ayah Bunda. Lalu, apa yang bisa dilakukan?
<h2>TIPS Mendukung Kesiapan Anak Sekolah</h2>
<h3>1. Perbanyak Stimulasi</h3>
Lakukan stimulasi pada anak mulai dari keterampilan motor kasar dan halu anak. Misalnya saat anak bayi lakukanlah tummy time. Hal ini akan melatih otot-otot tubuh sehingga membuat postur tubuh saat duduk maupun menulis menjadi lebih baik.
<h3>2. Rutin Baca Buku</h3>
Mengajak anak sering dan teratur membaca buku setiap hari akan meningkatkan kemampuan literasi anak seperti menyimak, merespons secara aktif, dan mengenal dasa baca-tulis.
<h3>3. Ajarkan Kenali Emosi</h3>
Pengenalan emosi merupakan hal penting untuk anak sebelum bertemu dan bersosialisasi dengan lingkungan sekolahnya, anak perlu mengenal dan meregulasi emosinya secara efektif misalnya, menunggu giliran sat main di ayunan, mendengarkan informasi dari guru, dan belajar fokus saat mengerjakan suatu hal.
<h3>4. Dukung Setiap Aktivitas Anak</h3>
Berikan kesempatan anak untuk melakukan aktivitas secara mandiri, bertahap, dan berkreasi. Ayah Bunda bisa mengajak anak untuk ikut menata makanan di meja saat hendak makan bersama, biarkan ia menata tempat sesuai kreasi atau ide yang ia inginkan. Dampingi atau tunjukkan cara yang benar bila si Kecil masih melakukan beberapa kekeliruan.
<h3>5. Beri Bimbingan untuk Anak</h3>
Sebelum anak mulai sekolah berikan bimbingan, motivasi, dan dukungan supaya ia mampu meregulasi emosi saat menghadapi &ldquo;tugas&rdquo; yang diberikan oleh tim pendidik. Dukungan dan motivasi dari Ayah Bunda memang nampaknya sederhana, tetapi inilah yang justru akan menjadi bekal ia menjadi percaya akan kemampuan dirinya dan akhirnya berprestasi di sekolah.
Nah, gimana Bun dengan si Kecil? Apakah sudah lakukan TIPS di atas pada si Kecil? Yuk, cari tahu seputar persiapan sekolah dan kurikulum yang tepat dengan mengunduh dan manfaatkan aplikasi Tentang Anak sekarang!
Foto: Tiarachard/Freepik
Sumber:
Valiente, C., Doane, L. D., Clifford, S., Grimm, K. J., &amp; Lemery-Chalfant, K. (2021). School readiness and achievement in early elementary school: Moderation by Students' temperament. Journal of Applied Developmental Psychology, 74, 101265.

Kapan Idealnya Anak Mulai Sekolah? Cek TIPS Persiapannya

Tidur yang berkualitas sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Seiring dengan kebutuhan fisik yang terus berkembang, tidur yang cukup dan berkualitas memainkan peran kunci dalam menjaga kesehatan dan kesejahteraan anak. Namun, dalam kehidupan yang serba sibuk, seringkali pentingnya tidur anak diabaikan. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi mengapa tidur

Tidur yang berkualitas sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Seiring dengan kebutuhan fisik yang terus berkembang, tidur yang cukup dan berkualitas memainkan peran kunci dalam menjaga kesehatan dan kesejahteraan anak.&nbsp;
Namun, dalam kehidupan yang serba sibuk, seringkali pentingnya tidur anak diabaikan. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi mengapa tidur anak yang nyenyak atau berkualitas penting untuk pertumbuhan mereka, serta memberikan beberapa tips untuk memastikan anak mendapatkan tidur yang cukup dan berkualitas setiap malam.
<h2>Pentingnya Tidur Anak yang Berkualitas</h2>
Tidur yang baik memengaruhi banyak aspek kehidupan anak, termasuk kesehatan fisik dan mental, pertumbuhan, konsentrasi, dan performa akademik. Berikut adalah beberapa alasan mengapa tidur anak yang berkualitas sangat penting:
Pertumbuhan Fisik: Saat tidur, tubuh anak melepaskan hormon pertumbuhan yang diperlukan untuk perkembangan tulang dan otot mereka. Kurangnya tidur dapat mengganggu produksi hormon ini dan memengaruhi pertumbuhan anak.
Kesehatan Mental: Tidur yang cukup diperlukan untuk kesehatan mental anak. Anak-anak yang kurang tidur cenderung mengalami masalah emosional seperti kecemasan dan depresi.
Daya Tahan Tubuh: Tidur yang cukup memperkuat sistem kekebalan tubuh anak, membantu mereka melawan infeksi dan penyakit.
Konsentrasi dan Perilaku: Anak-anak yang tidur cukup cenderung memiliki tingkat konsentrasi yang lebih baik di sekolah dan perilaku yang lebih baik secara keseluruhan.
<h2>Tips untuk Memastikan Tidur Anak yang Berkualitas</h2>
Memastikan anak mendapatkan tidur yang berkualitas adalah tanggung jawab orang tua. Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu menciptakan lingkungan tidur yang optimal bagi anak:
Atur Jadwal Tidur yang Konsisten: Tetapkan rutinitas tidur yang konsisten bagi anak Anda. Jadwal yang tetap membantu mengatur jam biologis anak dan mempersiapkan tubuhnya untuk tidur.
Buat Lingkungan Tidur yang Nyaman: Pastikan kamar tidur anak Anda tenang, gelap, dan sejuk. Gunakan tirai gelap untuk memblokir cahaya dari luar dan pertimbangkan penggunaan alat penyejuk udara atau kipas angin untuk menjaga suhu kamar yang nyaman.
Batasi Paparan Gawai: Hindari paparan gawai seperti ponsel atau tablet setidaknya satu jam sebelum waktu tidur. Cahaya biru dari layar dapat mengganggu produksi hormon tidur.
Berikan Makanan Ringan Sebelum Tidur: Berikan makanan ringan yang sehat seperti buah-buahan atau yogurt sebelum tidur. Hindari makanan berat atau makanan tinggi gula yang dapat mengganggu tidur anak, dengan jam makan berat terakhir minimal 2-3 jam sebelum tidur.&nbsp;
Ajarkan Teknik Relaksasi: Bantu anak Anda untuk rileks sebelum tidur dengan mengajarkan teknik-teknik seperti pernapasan dalam atau membaca buku cerita.
Berikan Perhatian Khusus pada Kasur dan Bantal: Pastikan kasur dan bantal anak Anda nyaman dan mendukung tidur yang berkualitas.
Jadikan Tidur Prioritas: Ajarkan anak Anda pentingnya tidur yang cukup dan buatlah tidur menjadi prioritas dalam rutinitas harian mereka.
Sleep associations adalah saat ada hal yang harus dilakukan anak sebelum tidur.
Ternyata terdapat beberapa sleep associations yang berisiko menimbulkan kebiasaan buruk dan membuat anak sulit kembali tidur setelah terbangun malam, lho!
Apa saja yang bisa Ayah Bunda lakukan?&nbsp;
Pastikan AyBun menghindari:
Memperbolehkan bayi tidur saat menyusu
Mengayun-ayunkan bayi saat sudah tertidur
Memperbolehkan bayi tidur 1 kasur dengan AyBun
Jika terlalu sering dilakukan, kemampuan anak belajar terjatuh tidur sendiri (self soothing) terhambat guna meningkatkan masalah tidur di kemudian hari.
<h3>Tips menciptakan sleep associations positif pada anak usia lebih dari 6 bulan:</h3>
<ol>
<li> Buat rutinitas malam yang menenangkan dan konsisten&nbsp;</li>
</ol>
Misal:
18.00 Makan malam&nbsp;
19.00 Masuk ke kamar tidur
20.00&nbsp;Sikat gigi dan ganti baju
21.00&nbsp;Bersiap untuk tidur
<ol start="2">
<li> Letakkan bayi di kasurnya sendiri saat masih &lsquo;setengah tertidur&rsquo;</li>
<li> Agar anak tak ketergantungan empeng, berikan pengganti untuk dipegang anak sambil didampingi AyBun secara&nbsp; konsisten&nbsp;</li>
</ol>
Misal: berikan boneka atau guling sambil AyBun belai kepala anak dan bersenandung
<ol start="4">
<li> Jika anak memiliki kebiasaan mentil (mengempeng di puting), perlahan perpendek durasi menyusui kurang lebih 2 menit selama beberapa malam, lalu stop.</li>
</ol>
Jika sewaktu-waktu anak rewel dan terbangun ingin mentil, utamakan:
<ul>
<li>Pemberian gelas/botol isi air putih&nbsp;</li>
<li>Tenangkan dengan berikan pelukan dan belaian, bukan langsung digendong</li>
</ul>
Tidur yang berkualitas memiliki dampak besar pada pertumbuhan dan kesejahteraan anak. Dengan memberikan perhatian khusus pada kebutuhan tidur anak Anda, Anda dapat membantu mereka tumbuh dan berkembang dengan baik secara fisik maupun mental.&nbsp;
Dengan mengikuti tips-tips di atas dan menciptakan lingkungan tidur yang optimal, Anda dapat memastikan bahwa anak Anda mendapatkan tidur yang cukup dan berkualitas setiap malam, yang sangat penting untuk masa depan mereka.
Foto: Freepik
Sumber:&nbsp;
<a href="https://publications.aap.org/aapbooks/book/430/SleepWhat-Every-Parent-Needs-to-Know?autologincheck=redirected">https://publications.aap.org/aapbooks/book/430/SleepWhat-Every-Parent-Needs-to-Know?autologincheck=redirected</a>&nbsp;

Pastikan Tidur Anak Nyenyak/Berkualitas untuk Pertumbuhan Anak

Si kecil susah makan saat Lebaran karena kebanyakan ngemil kue kering? Yuk, simak cara ampuh mencegah picky eating, menaikkan berat badan anak, dan menghadapi Lebaran tanpa drama GTM!

Momen Lebaran selalu identik dengan makanan melimpah, mulai dari ketupat, opor, rendang, hingga kue kering seperti nastar dan kastengel. Bagi orang dewasa, ini adalah surga kuliner! Tapi bagi anak-anak, justru bisa jadi momok picky eating.
Pernah mengalami ini, AyBun?
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Anak lebih banyak ngemil kue kering daripada makan makanan utama.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ketika tiba waktunya makan, anak GTM (Gerakan Tutup Mulut) karena sudah kenyang dengan gula dan tepung.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Setelah Lebaran, berat badan turun karena asupan nutrisi tidak tercukupi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Anak semakin picky, hanya mau makanan tertentu, seperti yang gurih atau manis.</li>
</ul>
Picky eating yang semakin parah bisa berdampak buruk pada tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, penting bagi AyBun untuk menerapkan strategi yang tepat agar si kecil tetap makan makanan bergizi, berat badan tetap naik, dan Lebaran bisa dinikmati tanpa drama!
<h2>Kenapa Anak Jadi Picky Eater saat Lebaran?</h2>
Picky eating sering muncul atau semakin parah saat Lebaran karena beberapa faktor berikut:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pola makan berubah: Anak terbiasa dengan jadwal makan yang teratur, tetapi saat Lebaran, jadwal bisa kacau karena tamu yang datang atau kunjungan ke rumah keluarga.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Terlalu banyak camilan manis &amp; gurih: Kue kering, cokelat, dan keripik lebih menggoda daripada nasi dan lauk. Ini membuat anak terbiasa dengan rasa manis dan gurih, sehingga menolak makanan lain.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Terlalu banyak pilihan makanan: Banyaknya variasi makanan membuat anak jadi bingung memilih, dan akhirnya hanya makan yang mereka suka saja.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Makan sambil distraksi: Saat Lebaran, anak sering makan sambil menonton TV atau bermain, sehingga tidak fokus dan justru kehilangan nafsu makan.</li>
</ul>
<h2>Tips Jitu Agar Si Kecil Tidak GTM saat Lebaran</h2>
<h3>1. Batasi Konsumsi Kue Kering dan Camilan Manis</h3>
Kue kering memang enak, tapi konsumsi berlebihan bisa menyebabkan:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Penurunan nafsu makan: Anak sudah kenyang dengan gula dan tepung, sehingga malas makan makanan utama.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ketidakseimbangan gula darah: Lonjakan gula dari camilan manis bisa membuat anak lebih mudah rewel dan moody.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Gangguan pencernaan: Terlalu banyak kue kering bisa menyebabkan sembelit atau sakit perut.</li>
</ul>
Solusi:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tetapkan batasan konsumsi kue, misalnya maksimal 2&ndash;3 kue per hari setelah makan utama.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Simpan kue di tempat yang tidak mudah dijangkau anak untuk mengurangi keinginan ngemil.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Alihkan perhatian anak dengan camilan sehat seperti buah potong, keju, atau yogurt.</li>
</ul>
<h3>2. Jaga Pola Makan yang Konsisten</h3>
Saat Lebaran, jadwal makan seringkali berubah karena kunjungan ke rumah keluarga atau tamu yang datang. Ini bisa membuat anak kelewat lapar atau malah kekenyangan sebelum makan utama.
Tips:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tetap pertahankan jadwal makan utama (sarapan, makan siang, makan malam) agar anak tidak hanya mengandalkan camilan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pastikan anak makan makanan bergizi sebelum pergi silaturahmi agar tidak hanya ngemil di rumah orang lain.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Beri camilan sehat di antara jam makan, seperti pisang, telur rebus, atau susu full cream.</li>
</ul>
<h3>3. Pastikan Asupan Nutrisi Seimbang untuk BB Naik Optimal</h3>
Agar berat badan anak tetap naik meski dalam suasana Lebaran, pastikan si Kecil mendapatkan cukup protein, lemak sehat, dan vitamin penting.
Vitamin dan mineral penting untuk anak (1&ndash;3 tahun):
<table style="border-collapse: collapse; width: 100.081%; height: 248.391px;" border="1">
<tbody>
<tr style="height: 40.3984px;">
<td style="width: 15.9677%; height: 40.3984px; text-align: center;">
Vitamin
</td>
<td style="width: 50.3582%; height: 40.3984px; text-align: center;">
Fungsi
</td>
<td style="width: 33.6741%; height: 40.3984px; text-align: center;">
Asupan Harian
</td>
</tr>
<tr style="height: 76.7969px;">
<td style="width: 15.9677%; height: 76.7969px;">
Vitamin A
</td>
<td style="width: 50.3582%; height: 76.7969px;">
Mendukung pertumbuhan &amp; daya tahan tubuh
</td>
<td style="width: 33.6741%; height: 76.7969px;">
400 &micro;g/day
</td>
</tr>
<tr style="height: 76.7969px;">
<td style="width: 15.9677%; height: 76.7969px;">
Vitamin D
</td>
<td style="width: 50.3582%; height: 76.7969px;">
Penyerapan kalsium &amp; pertumbuhan tulang
</td>
<td style="width: 33.6741%; height: 76.7969px;">
5 &micro;g/day
</td>
</tr>
<tr style="height: 54.3984px;">
<td style="width: 15.9677%; height: 54.3984px;">
Vitamin B3
</td>
<td style="width: 50.3582%; height: 54.3984px;">
Mendukung metabolisme energi
</td>
<td style="width: 33.6741%; height: 54.3984px;">
6 mg/day
</td>
</tr>
</tbody>
</table>
Tips:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tambahkan protein seperti ayam, ikan, telur, dan daging ke dalam menu anak.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Gunakan lemak sehat dari minyak zaitun, alpukat, atau santan agar kalori tetap optimal.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Jika anak sulit makan banyak, tingkatkan kepadatan energi makanan, misalnya dengan menambahkan keju atau mentega ke dalam menu harian.</li>
</ul>
<h3>4. Buat Makanan Lebaran Lebih Ramah untuk Si Kecil</h3>
Banyak makanan Lebaran yang terlalu berbumbu atau berminyak untuk anak, sehingga membuat mereka tidak tertarik atau malah mengalami gangguan pencernaan.
Solusi:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sajikan makanan khas Lebaran dalam versi lebih sederhana, misalnya:</li>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Opor ayam tanpa santan berlebihan</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Ketupat dengan lauk berkuah ringan seperti sup</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Rendang dengan daging yang lebih empuk</li>
</ul>
</ul>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Beri anak kesempatan untuk memilih makanannya sendiri agar mereka lebih tertarik.</li>
</ul>
<h3>5. Libatkan Anak dalam Proses Makan dengan Buku Velcro &ldquo;Misi Menjadi Kuat dengan Makan Sehat&rdquo;</h3>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/67d3c823-67530bd8-a0eb-4fbb-b466-f0d70b8cb9cf.jpg" />
Agar anak lebih paham tentang pentingnya makanan sehat dan termotivasi untuk makan dengan baik, AyBun bisa mengajak si Kecil bermain dengan buku interaktif Misi Menjadi Kuat dengan Makan Sehat.
Mengapa buku ini membantu mengatasi GTM?
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengenalkan konsep makanan sehat dengan cara menyenangkan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Anak bisa memilih berbagai jenis makanan penting untuk tubuh.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Dilengkapi fitur interaktif yang mendukung perkembangan kognitif dan motorik halus.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ada resep pilihan bergizi dan tracker harian untuk memantau pola makan anak.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menggunakan gambar makanan asli yang mudah dikenali dan sering dikonsumsi anak.</li>
</ul>
Cara Menggunakannya:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bacakan cerita tentang Aluna, Nada, Swara, dan Gema yang menjalankan misi mencari makanan sehat.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ajak anak memilih makanan yang mereka suka dari berbagai kelompok makanan yang tersedia di buku.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Gunakan fitur interaktif untuk melatih kecerdasan kognitif dan motorik halus.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Cocokkan dengan makanan yang ada di rumah, lalu ajak anak untuk mencobanya langsung.</li>
</ol>
Dengan cara ini, anak akan lebih mudah memahami pentingnya makanan sehat dan lebih antusias saat waktu makan tiba!
AyBun bisa mendapatkan buku Misi Menjadi Kuat dengan Makan Sehat langsung melalui <a href="tentanganak://commerce_home?type=commerce_home">fitur belanja</a> di aplikasi Tentang Anak!
Agar membaca buku semakin menarik, AyBun bisa <a href="https://drive.google.com/drive/folders/1dg2OxOlPDyFllXavbH5-d6oflWH23aBq?usp=sharing">download worksheet</a>&nbsp;yang bisa dikerjakan bersama si Kecil di rumah.
<h2>Kesimpulan</h2>
Lebaran seharusnya menjadi momen bahagia, bukan penuh stres karena anak GTM! Dengan menerapkan strategi seperti membatasi kue kering, menjaga pola makan yang konsisten, memastikan asupan nutrisi seimbang, menyajikan makanan ramah anak, dan melibatkan mereka dalam proses makan dengan buku interaktif, si kecil bisa tetap sehat, berat badan naik optimal, dan Moms tidak perlu panik lagi!
Yuk, terapkan tips ini dan nikmati Lebaran dengan lebih tenang!

Cegah Picky Eating, BB Naik, dan Lebaran Gak Panik! Tips Jitu Agar Si Kecil Tidak GTM

Alergi Bisa Mempengaruhi Tinggi dan Berat Badan Anak

Benarkah alergi bisa mempengaruhi tinggi dan berat badan anak? Simak penjelasan lengkapnya di sini bersama&nbsp;Prof. Dr. Dr. Zakiudin Munasir, Sp.A(K)!

Banyak orang tua yang khawatir ketika anaknya sulit bertambah tinggi atau berat badannya stagnan meskipun sudah diberi makanan bergizi. Salah satu faktor yang sering tidak disadari adalah alergi. Tidak hanya menyebabkan batuk, pilek, atau ruam kulit, alergi juga dapat berdampak pada pertumbuhan anak.
Menurut Prof. Dr. Dr. Zakiudin Munasir, Sp.A(K), seorang pakar alergi dan imunologi anak, alergi dapat mengganggu penyerapan nutrisi, menyebabkan peradangan kronis, serta berdampak pada kualitas tidur dan nafsu makan anak. Semua faktor ini pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan.
Jadi, jawabannya adalah iya, alergi memang bisa mempengaruhi tinggi dan berat badan anak. Lalu, bagaimana mekanismenya? Simak penjelasannya berikut ini!
<h2 data-start="878" data-end="950">Bagaimana Alergi Bisa Mempengaruhi Tinggi dan Berat Badan Anak?</h2>
<h3 data-start="952" data-end="1001">1. Alergi Mengganggu Penyerapan Nutrisi</h3>
Alergi dapat menyebabkan gangguan barier dalam tubuh, terutama di saluran pencernaan. Ketika barier ini terganggu, makanan yang dikonsumsi anak tidak bisa diserap dengan baik.
Sehingga, meskipun anak makan dalam jumlah cukup, nutrisinya tidak masuk ke dalam tubuh secara optimal. Akibatnya, pertumbuhan anak bisa terhambat.
<h3 data-start="1337" data-end="1395">2. Peradangan Kronis yang Menghambat Pertumbuhan</h3>
Ketika anak mengalami alergi, tubuhnya mengalami peradangan kronis. Peradangan ini bisa terjadi di saluran pernapasan, kulit, maupun sistem pencernaan. Kondisi ini membuat tubuh lebih sulit menyerap nutrisi yang diperlukan untuk menambah tinggi dan berat badan.
<h3 data-start="1673" data-end="1733">3. Kadar Histamin Tinggi Membuat Anak Tidak Nyaman</h3>
Saat tubuh bereaksi terhadap alergen, histamin dilepaskan. Histamin ini tidak hanya menyebabkan gatal atau pilek, tetapi juga dapat mempengaruhi otak, menyebabkan anak tidak nyaman, sulit tidur, dan uring-uringan.
Tidur yang tidak berkualitas bisa mengganggu produksi hormon pertumbuhan, yang sangat penting untuk menambah tinggi badan anak.
<h3 data-start="2095" data-end="2132">4. Nafsu Makan Anak Menurun</h3>
Alergi yang menyerang saluran cerna bisa menyebabkan anak merasa tidak nyaman setelah makan, sehingga ia menjadi malas makan. Jika pola ini terus berlanjut, asupan kalori dan nutrisinya pun berkurang, sehingga berat badannya sulit naik.
<h3 data-start="2385" data-end="2437">5. Risiko Stunting pada Anak dengan Alergi</h3>
Jika alergi tidak dikelola dengan baik dalam jangka panjang, anak bisa mengalami gangguan pertumbuhan yang serius, bahkan berisiko stunting. Stunting terjadi ketika tubuh kekurangan nutrisi dalam waktu lama, menyebabkan pertumbuhan tinggi badan anak menjadi lebih lambat dibanding anak-anak seusianya.
<h2 data-start="2756" data-end="2825">Bagaimana Cara Mencegah Dampak Alergi pada Pertumbuhan Anak?</h2>
Agar alergi tidak menghambat tinggi dan berat badan anak, AyBun perlu melakukan beberapa langkah berikut:
<h3 data-start="2940" data-end="2987">1. Kenali dan Hindari Pencetus Alergi</h3>
Jika anak alergi makanan, pastikan untuk menghindari makanan pemicu. Jika alerginya dipicu oleh debu, tungau, atau jamur, jaga kebersihan lingkungan rumah.
Gunakan air purifier atau kontrol kelembapan udara untuk mencegah alergi akibat cuaca.
<h3 data-start="3252" data-end="3309">2. Pastikan Anak Mendapatkan Nutrisi yang Cukup</h3>
Berikan makanan yang kaya protein, zat besi, kalsium, dan vitamin D untuk mendukung pertumbuhan.
Jika alergi menyebabkan gangguan pencernaan, konsultasikan dengan dokter untuk mencari alternatif makanan atau suplemen.
<h3 data-start="3545" data-end="3587">3. Gunakan Pengobatan yang Tepat</h3>
Gunakan obat reliever untuk meredakan gejala alergi saat kambuh. Gunakan obat controller untuk mencegah alergi muncul kembali dalam jangka panjang.
Jika alergi sangat mengganggu, pertimbangkan imunoterapi dengan konsultasi dokter.
<h3 data-start="3844" data-end="3888">4. Pastikan Anak Tidur dengan Baik</h3>
Pastikan anak mendapatkan tidur yang cukup dan berkualitas, karena hormon pertumbuhan diproduksi saat tidur.
Hindari paparan alergen di kamar tidur, seperti debu dan bulu hewan peliharaan.
<h3 data-start="4095" data-end="4150">5. Konsultasikan dengan Dokter Secara Berkala</h3>
Lakukan pemeriksaan rutin untuk memastikan alergi anak terkontrol. Pantau pertumbuhan anak secara berkala untuk mendeteksi jika ada hambatan pertumbuhan.
<h2 data-start="4319" data-end="4338">Kesimpulan</h2>
Ya, alergi bisa mempengaruhi tinggi dan berat badan anak. Alergi dapat menyebabkan gangguan pencernaan, peradangan kronis, penurunan nafsu makan, serta gangguan tidur yang akhirnya menghambat pertumbuhan anak.
Jika tidak dikelola dengan baik, anak dengan alergi bisa berisiko mengalami berat badan sulit naik, pertumbuhan terhambat, bahkan stunting.
Namun, dengan penanganan yang tepat, seperti mengenali pencetus alergi, memastikan asupan nutrisi cukup, menggunakan obat yang sesuai, dan menjaga kualitas tidur anak, dampak negatif alergi terhadap pertumbuhan dapat dicegah.
Jika anak memiliki alergi dan mengalami masalah pertumbuhan, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter spesialis anak agar mendapatkan penanganan yang tepat.
AyBun juga bisa bertanya lewat fitur <a href="tentanganak://consult_list?type=consult_list">Tanya Ahli</a> di aplikasi Tentang Anak.