perkembangan motorik halus usia 0 - 36 bulan

Pelajari perkembangan motorik halus anak dari usia 0 hingga 3 tahun. Temukan tahap-tahap penting seperti menggenggam, memindahkan, hingga menggambar yang dapat membantu mendukung tumbuh kembang si kecil secara optimal

Kesehatan Anak

Halo, AyBun! Perkembangan motorik halus si Kecil adalah langkah penting dalam tumbuh kembangnya.&nbsp;
Kemampuan ini mencakup segala hal yang berkaitan dengan pengendalian otot-otot kecil di tangan dan jari, yang sangat diperlukan untuk aktivitas sehari-hari seperti menggenggam, meraih, dan menggambar.&nbsp;
Mari kita bahas pencapaian motorik halus berdasarkan usia, dari bayi baru lahir hingga anak usia 3 tahun, agar AyBun bisa lebih memahami dan mendukung setiap tahap perkembangan si kecil.
<h3>Usia 0-3 Bulan</h3>
Di usia ini, si Kecil mulai menunjukkan kemampuan menarik perhatian:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menggerakkan kepala: Bayi mulai bisa menggerakkan kepala dari tengah ke kiri dan kanan, mengikuti benda atau mainan yang ada di depan, sekitar 15-25 cm.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kedua tangan bayi mulai bisa bertemu di dada.&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Memperhatikan gerakan: Ia mulai memperhatikan gerakan kedua tangannya dan tertarik untuk mengeksplorasi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menggenggam benda: Bayi sudah bisa menggenggam benda atau mainan, menahannya dengan baik di tangan.</li>
</ul>
<h3>Usia 3-6 Bulan</h3>
Saat si Kecil memasuki fase ini, kemampuannya semakin meningkat:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Meraih mainan: Bayi dapat meraih mainan dengan kedua tangan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Memegang kuat: Ia bisa memegang mainan dengan kuat dan melepaskannya saat ditawarkan mainan baru.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menghasilkan bunyi: Bayi senang menggerakkan mainan untuk menghasilkan bunyi yang mengasyikkan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Memindahkan benda: Memindahkan mainan dari satu tangan ke tangan lainnya jadi aktivitas seru.</li>
</ul>
<h3>Usia 6-9 Bulan</h3>
Di fase ini, si Kecil semakin lihai:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengambil benda: Bayi bisa meraih dan memegang benda dengan tepat.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Memasukkan makanan: Ia belajar mengambil makanan dan memasukkannya ke mulut. Pastikan makanan yang diberikan aman ya!</li>
</ul>
Baca juga: &nbsp;<a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=1991">Kesulitan Ajar Anak Baca &amp; Berhitung? Mulai dengan Latih Rentang Fokusnya melalui Stimulasi Motorik Halus</a>
<h3>Usia 9-12 Bulan</h3>
Di usia ini, eksplorasi semakin seru:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Memungut benda kecil: Kini bayi bisa memungut benda kecil dengan cara pinch, lho.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Melempar mainan: Ia mulai menjatuhkan dan melempar mainan dengan senang hati.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mencari benda: Ketika mainannya hilang, ia berusaha mencarinya dan mengambilnya kembali.</li>
</ul>
<h3>Usia 12-18 Bulan</h3>
Fase eksplorasi dan kreatifitas:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Membenturkan kubus: Anak bisa membenturkan dua kubus dan menumpuknya. Mengeksplorasi benda: Ia senang mengeksplorasi benda dengan cara menggoyang, membentur, atau melempar.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mencorat-coret: Berikan alat gambar, dan si kecil sudah bisa mulai mencorat-coret. Selain itu, ia juga belajar menggunakan sendok.</li>
</ul>
<h3>Usia 18-24 Bulan</h3>
Saat si kecil mulai lebih mandiri:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Corat-coret sendiri: Anak mulai bisa mencorat-coret tanpa bantuan. Berilah mereka kebebasan untuk berkreasi!</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menumpuk kubus: Ia sudah bisa menumpuk 2-4 kubus dan memegang gelas sendiri untuk minum tanpa tumpah.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Membalik halaman buku: Kemampuan membalik halaman buku juga mulai muncul, membantu mereka untuk memahami cerita.</li>
</ul>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/66f13d7a-10223df9-0589-4b19-b614-ed1a98d083b1.png" alt="perkembangan motorik halus usia 0-36 bulan" width="338" height="600" />
Sumber: instagram.com/tentanganakofficial
<h3>Usia 24-36 Bulan</h3>
Di usia ini, kemampuan motorik halus semakin berkembang:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menumpuk lebih banyak: Anak dapat menumpuk 4 atau lebih kubus dan membuat garis lurus.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengelompokkan benda: Ia mulai bisa mengelompokkan benda berdasarkan bentuk. Hal ini juga menunjukkan perkembangan pemahaman tentang berbagai bentuk geometris kian berkembang!</li>
</ul>
<h3>Usia di Atas 36 Bulan</h3>
Dan di usia ini, si Kecil siap untuk tantangan baru:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menumpuk 8 kubus: Ia sudah bisa menumpuk hingga 8 kubus, menunjukkan keterampilan yang semakin baik.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menyusun puzzle: Anak bisa menyusun puzzle yang terdiri dari 3 - 4 bagian. AyBun jangan lupa untuk mengajak mereka bermain bersama!</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menggambar: Si kecil bisa menggambar lingkaran, baik dengan contoh ataupun tanpa contoh. Biarkan kreativitas mereka mengalir!</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menggunakan gunting: Kemampuan menggunakan gunting untuk memotong kertas atau benda lainnya mulai muncul, jadi pastikan selalu ada pengawasan.</li>
</ul>
<h2>Penutup</h2>
Dengan memahami setiap tahap perkembangan motorik halus si kecil, AyBun bisa memberikan dukungan yang tepat untuk membantu mereka tumbuh dan berkembang.&nbsp;
Ingat, setiap anak itu unik dan tumbuh dengan kecepatan masing-masing, jadi nikmati setiap pencapaian mereka!&nbsp;
AyBun dapat terus menstimulasinya dengan berbagai <a href="tentanganak://activity?type=activity">ide stimulasi</a> yang ada di Aplikasi Tentang Anak. Terus dampingi perjalanan &amp; tumbuh kembang si kecil!

Milestone Motorik Halus Anak: Dari Bayi hingga Usia 3 Tahun


baby walker tidak dianjurkan di beberapa negara hingga Indonesia, ternyata dapat menyebabkan kecelakaan dan cidera, cari tahu selengkapnya di sini

Perkembangan

Siapa yang tidak tahu dengan baby walker? Masih banyak dari AyBun yang menggunakan baby walker untuk melatih si Kecil berjalan.
Baby walker sudah dilarang hampir di seluruh dunia dan IDAI menjelaskan pemakaian baby walker dapat membahayakan bayi tanpa disadari Ayah Bunda.
Pentingnya keselamatan dan perkembangan anak menjadi perhatian utama bagi para orang tua di seluruh dunia.&nbsp;
Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bahwa banyak negara telah mengimplementasikan larangan terhadap penggunaan baby walker atau alat bantu berjalan bagi bayi.&nbsp;
Artikel ini akan menjelaskan mengapa larangan terhadap baby walker diberlakukan, risiko yang terkait dengan penggunaannya, serta alternatif terbaik yang dapat digunakan untuk membantu bayi belajar berjalan.
<h2>Alasan Baby Walker Tidak Dianjurkan</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/64df4df9-40f43026-6a1c-4cd9-a0ee-d6adb9e316df.jpg" />
<h3>Risiko Cedera Serius</h3>
Baby walker dapat meningkatkan risiko cedera serius pada bayi. Bayi yang menggunakan baby walker memiliki potensi untuk tergelincir, terjatuh dari tangga, atau terkena benda-benda tajam yang berada dalam jangkauan mereka hingga banyak memicu kecelakaan.
<h3>Tertinggal dalam Perkembangan Motorik</h3>
Penggunaan baby walker dapat menghambat perkembangan motorik bayi. Sebagai contoh, bayi yang menggunakan baby walker mungkin lebih lambat dalam belajar berjalan secara mandiri, karena mereka mengandalkan dukungan alat tersebut. Jika Ayah Bunda perhatikan beberapa dari si Kecil bahkan berjalan cenderung jinjit.
<h3>Ketidakamanan di Lingkungan yang Berbeda</h3>
Baby walker sering kali digunakan di lingkungan yang belum sepenuhnya aman, seperti rumah dengan tangga yang curam atau area yang memiliki benda-benda berbahaya. Hal ini meningkatkan risiko cedera dan kecelakaan.
<h3>Kesulitan Pengendalian&nbsp;</h3>
Baby walker dapat membuat sulit bagi orang tua untuk mengendalikan pergerakan bayi. Ini dapat menyebabkan bayi masuk ke area yang tidak aman atau tidak diinginkan.
Selain baby walker.. Adapula baby jumper yaitu alat bermain dengan tempat duduk gantung dan dapat memantul jika anak mendorong jari-jari kaki di lantai.
Alat ini apat digunakan anak saat berusia &gt;6 bulan, di usia tersebut umumnya otot kepala dan leher sudah kuat guna mencegah risiko cedera dan gangguan jalan napas. Saat berada di baby jumper, pastikan anak tetap dalam pengawasan AyBun dan tidak disarankan duduk &gt;15 menit per sesi.
Rekomendasi jika akan menggunakan baby jumper hanya 2 kali sesi dalam sehari dengan durasi 15-20 menit. Mengapa demikian?
Jika duduk terlalu lama, anak berisiko kekurangan stimulasi motor kasar, otot-otot batang tubuh tidak terlatih. Risiko cedera kepala bila menyundul barang di dekatnya saat bermain.
Risiko dislokasi sendi panggul dapat memperlambat kemampuan duduk, merangkak, dan berjalan.
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/64df4e01-5b3a414f-88fd-421f-a9ad-d409cbd9a4a7.jpg" />
Meskipun baby walker dilarang, ada beberapa alternatif yang lebih aman dan mendukung perkembangan bayi dalam belajar berjalan:
<ol>
<li>
Aktivitas Tummy Time: Memberikan waktu bayi untuk bermain dalam posisi tengkurap (tummy time) dapat membantu menguatkan otot-otot leher, lengan, dan tubuh bagian atas, yang diperlukan untuk belajar merangkak dan berjalan.
</li>
<li>
Main di Lantai: Biarkan bayi bermain di lantai dengan aman, dengan bantal-bantal yang mendukung dan mainan yang menarik untuk mendorong pergerakan dan eksplorasi.
</li>
<li>
Alat Bantu Berjalan yang Aman: Jika Anda ingin menggunakan alat bantu berjalan, pilihlah yang aman dan direkomendasikan oleh profesional kesehatan anak. Alat-alat ini biasanya dirancang untuk mendukung perjalanan berjalan tanpa risiko jatuh.
</li>
<li>
Dukungan dan Bimbingan: Ketika bayi mulai belajar berjalan, berikan dukungan dan bimbingan dengan memegang tangannya atau menggunakan alat bantu berjalan yang aman. Ini membantu mereka merasa percaya diri tanpa mengorbankan keselamatan.
</li>
</ol>
Foto: www.freepik.com&nbsp;
Sumber:
https://www.nhs.uk/conditions/baby/babys-development/play-and-learning/keep-baby-or-toddler-active/
https://www.romper.com/life/are-jumpers-bad-for-babies-experts-say-time-limits-are-crucial-8317998&nbsp;
https://www.rchsd.org/programs-services/physical-therapy/frequently-asked-questions/

Ini Alasan Penggunaan Baby Walker Tidak Dianjurkan

Pilihan makanan yang mengandung zat besi dan bisa AyBun berikan kepada anak! Selalu berikan makanan bergizi ini kepada si Kecil ya.

<a href="tentanganak://article?type=article&amp;id=1014">Makanan yang mengandung zat besi</a> memiliki peran krusial dalam mendukung tumbuh kembang anak. Terutama untuk membentuk hemoglobin dan mendukung fungsi otak.
Namun, 40-50% anak Indonesia <a href="tentanganak://article?type=article&amp;id=1975">kekurangan zat besi</a>, yang dapat memicu berbagai masalah kesehatan. Oleh karena itu, AyBun perlu mengetahui daftar makanan yang mengandung zat besi untuk diberikan kepada si Kecil.
<h2>Makanan yang Mengandung Zat Besi Tinggi</h2>
Berikut ini daftar bahan makanan yang mengandung zat besi tinggi, berdasarkan kadar zat besi per 100 gram, serta rekomendasi Angka Kecukupan Gizi (AKG) harian anak.
<h3>Kebutuhan Harian Zat Besi Berdasarkan Usia</h3>
<ul>
<li>7-11 bulan: 11 mg/hari</li>
<li>1-3 tahun: 7 mg/hari</li>
</ul>
<h3>Sumber Zat Besi Terbaik</h3>
<ol>
<li>Oncom &ndash; 27 mg</li>
<li>Lamtoro Gung (Petai Cina) &ndash; 23.3 mg</li>
<li>Hati Ayam &ndash; 15.8 mg</li>
<li>Kacang Tolo &ndash; 13.9 mg</li>
</ol>
Bahan makanan ini termasuk dalam kasta tertinggi karena kandungan zat besinya jauh melampaui AKG harian. Oncom bahkan memberikan lebih dari dua kali lipat kebutuhan harian untuk anak usia 1-3 tahun.
<h3>Sumber Zat Besi yang Cukup Tinggi</h3>
<ol>
<li>Udang Segar &ndash; 8 mg</li>
<li>Bayam Merah &ndash; 7 mg</li>
<li>Hati Sapi &ndash; 6.6 mg</li>
<li>Kacang Merah &ndash; 6.8 mg</li>
</ol>
Makanan dalam kategori ini sangat membantu memenuhi kebutuhan harian, terutama jika dikombinasikan dengan makanan lain yang kaya vitamin C untuk meningkatkan penyerapan zat besi.
Baca Juga: Studi: <a href="tentanganak://article?type=article&amp;id=1165">Anak Kekurangan Zat Besi Akan Pengaruhi Hasil Vaksinasi</a>
<h3>Sumber Zat Besi Sedang</h3>
<ol>
<li>Telur Bebek &ndash; 5.4 mg</li>
<li>Telur Ayam Kampung &ndash; 4.9 mg</li>
<li>Tempe &ndash; 4 mg</li>
<li>Ikan Baronang &ndash; 3.8 mg</li>
</ol>
Meski kandungan zat besinya lebih rendah, bahan makanan ini tetap menjadi pilihan sehat dan bergizi.
<h3>Sumber Zat Besi yang Rendah</h3>
<ol>
<li>Teri Basah &ndash; 3.9 mg</li>
<li>Telur Ayam Negeri &ndash; 3 mg</li>
<li>Daging Sapi &ndash; 2.8 mg</li>
<li>Daging Ayam &ndash; 1.5 mg</li>
</ol>
Bahan makanan ini cocok sebagai pelengkap untuk variasi menu sehari-hari.
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/67372bc5-95360212-1381-4ac3-beba-42c8808c1550.jpg" />
<h2>Tanda-tanda Anak Kekurangan Zat Besi</h2>
Kekurangan zat besi dapat menyebabkan berbagai gejala, seperti:
<ol>
<li>Kuku sendok (koilonychia) &ndash; Kuku berbentuk cekung.</li>
<li>Rambut rontok &ndash; Pertumbuhan rambut melambat atau mudah rontok.</li>
<li>Luka di sudut mulut (angular cheilitis) &ndash; Luka kecil yang sulit sembuh di pinggir mulut.</li>
<li>Kelopak mata bagian bawah pucat &ndash; Tanda tubuh kekurangan hemoglobin.</li>
<li>Lidah pucat atau halus &ndash; Lidah kehilangan tekstur normalnya.</li>
<li>Telinga berdenging (tinitus) &ndash; Bisa terjadi akibat anemia.</li>
</ol>
Jika anak menunjukkan tanda-tanda di atas, segera konsultasikan dengan dokter untuk memastikan penyebabnya, ya, AyBun.
<h2>Tips Meningkatkan Penyerapan Zat Besi</h2>
<ol>
<li>Kombinasi dengan vitamin C: Sajikan makanan kaya zat besi bersama jeruk, tomat, atau mangga.</li>
<li>Hindari konsumsi teh saat makan: Teh mengandung tanin yang dapat menghambat penyerapan zat besi.</li>
<li>Gunakan panci besi: Memasak dengan panci besi dapat menambah kandungan zat besi pada makanan.</li>
</ol>
<h2>Kesimpulan</h2>
Kekurangan zat besi adalah masalah yang perlu perhatian serius karena berpengaruh pada <a href="tentanganak://article?type=article&amp;id=2045">tumbuh kembang anak</a>.
Dengan mengenali tanda-tanda kekurangan zat besi dan memilih bahan makanan yang kaya zat besi sesuai dengan daftar di atas, AyBun dapat membantu memenuhi kebutuhan harian anak.
Jangan lupa, lengkapi asupan zat besi dengan pola makan seimbang dan vitamin C untuk memaksimalkan penyerapan nutrisi.
Butuh ide memasak bahan kaya zat besi? Cek fitur dan daftar <a href="tentanganak://food_list?type=food_list">Resep</a> untuk menemukan inspirasi hidangan lezat dan bergizi menggunakan bahan favorit AyBun sekeluarga! 🌟

Daftar Makanan yang Mengandung Zat Besi Tinggi, Baik untuk Anak!

Mimisan disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di hidung. Berikut ini cara mengatasi jika si kecil mengalami mimisan.

Pertolongan Pertama

Masalah Kesehatan

Mimisan atau epistaksis adalah kondisi ketika seseorang mengalami perdarahan dari hidungnya. Mimisan biasanya terjadi ketika pembuluh darah di dalam hidung pecah atau robek. Meski terlihat mengkhawatirkan, pada umumnya mimisan bukanlah suatu kondisi medis yang serius. Jika dibandingkan dengan orang dewasa atau anak yang lebih tua, anak usia 3 tahun hingga 10 tahun lebih rentan mengalami mimisan. Alasannya karena mereka memiliki pembuluh darah yang lebih rapuh dan rentan pecah dibandingkan dengan remaja atau orang dewasa.
&nbsp;
Ingin tahu lebih banyak mengenai penyebab mimisan, cara mencegah dan mengatasinya agar mimisan cepat berhenti? Yuk, baca artikel ini hingga tuntas.
<h2>Penyebab Mimisan pada Anak</h2>
Mimisan pada anak bisa disebabkan oleh banyak hal. Berikut ini adalah beberapa di antaranya:
<h3>1. Udara Kering</h3>
Rendahnya kelembaban atau temperatur yang terlalu panas dapat mengakibatkan udara menjadi kering. Biasanya, dalam kondisi seperti itu membran hidung anak bisa menjadi sangat kering rentan pecah pecah sehingga mengeluarkan darah.
<h3>2. Infeksi Saluran Pernapasan</h3>
Infeksi saluran pernapasan seperti flu, pilek, atau sinusitis dapat menyebabkan peradangan pada saluran pernapasan dan hidung, sehingga memicu mimisan.
<h3>3. Alergi</h3>
Pada anak-anak yang alergi, alergen (zat yang memicu alergi) dapat menyebabkan peradangan pada selaput lendir hidung dan melemahkan pembuluh darah di dalamnya. Hal ini membuat pembuluh darah lebih mudah pecah dan memicu mimisan. Selain itu, saat terkena alergen, hidung anak menghasilkan lebih banyak lendir, sehingga dapat memperparah perdarahan pada pembuluh darah yang robek.
<h3>4. Sering Mencolok Hidung</h3>
Mimisan pada anak juga sering diakibatkan oleh robeknya pembuluh darah di dalam hidung karena terkena jari si kecil.
&nbsp;
<h2>Cara Mengatasi Mimisan dengan Cepat</h2>
Untuk mengatasi anak yang mimisan, ada beberapa langkah yang bisa ayah-bunda lakukan. Pertama, cobalah untuk membuat anak tenang dan nyaman. Setelah dirasa cukup tenang, buatlah si kecil duduk dengan posisi tegak dan sedikit menundukkan kepala. Jangan biarkan dia berbaring karena dapat membuatnya menelan darah. Selain itu, jangan biarkan anak menundukkan kepalanya ke arah lutut karena bisa membuat pendarahan semakin parah.
&nbsp;
Selanjutnya, minta anak untuk bernapas melalui mulut. Saat sudah dapat bernapas melalui mulut, pencet perlahan hidung anak dengan jari selama 5 hingga 10 menit. Kemudian, kompres hidung anak dengan lap dingin. Jangan memasukkan tisu atau kapas ke dalam hidung anak karena dapat memicu perdarahan.
&nbsp;
Jika perdarahan belum berhenti, ulangi langkah-langkah di atas. Setelah perdarahan berhenti, beritahu anak untuk tidak menggosok, menggaruk, atau mengeluarkan ingus selama 2 hingga 3 hari ke depan. Hal ini akan membantu pembuluh darah yang pecah untuk sembuh.
<h2>Cara Efektif Mencegah Mimisan</h2>
Jika si kecil memang sering mengalami mimisan, ayah-bunda dapat melakukan pencegahan dengan sejumlah cara berikut:
&nbsp;
<ol>
<li> Gunakan pelembab udara di kamar anak pada malam hari. Bersihkan pelembap secara teratur agar tidak tumbuh kuman dan jamur di dalamnya.</li>
</ol>
&nbsp;
<ol start="2">
<li> Ajari anak untuk tidak mengorek hidung atau mengeluarkan ingus terlalu keras.</li>
</ol>
&nbsp;
<ol start="3">
<li> Oleskan petroleum jelly di dalam lubang hidung anak beberapa kali sehari. Hal ini untuk membantu melindungi selaput lendir.</li>
</ol>
&nbsp;
<ol start="4">
<li> Gunakan obat tetes hidung atau semprotan air garam (saline). Pastikan untuk berkonsultasi dulu dengan dokter anak.</li>
</ol>
&nbsp;
<ol start="5">
<li> Pastikan rumah bebas asap rokok.</li>
</ol>
 Foto: Designed by freepik
Sumber:
https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/nosebleeds#:~:text=What%20is%20a%20nosebleed%20in,nose%20close%20to%20the%20nostrils.

Penyebab Mimisan pada Anak dan Cara Mengatasinya

Ajarkan anak 2 bahasa tidak akan mengganggu perkembangan bicara anak, lho! Ayah Bunda bisa melatihnya sejak dini, tapi pastikan tidak ada tanda-tanda beriku ini!

Sudahkah Ayah Bunda ajarkan bahasa kedua pada anak sejak bayi? Ternyata perkembangan bahasa di usia 1 tahun pertama sangat cepat sehingga memudahkan si Kecil untuk menyerap bahasa lain. Bayi yang berusia 4 bulan mulai bisa membedakan suku kata yang diucapkan oleh orang lain dalam 2 bahasa yang berbeda, Ia lebih mudah untuk belajar 2 bahasa sekaligus tanpa menjadi bingung dibandingkan saat usia lebih dari 2 tahun.
Selain bermanfaat pada kemampuan bicara ternyata belajar menggunakan 2 bahasa atau bilingual dapat melatih kemampuan pemecahan masalah dan perlu diingat. Bilingual tidak meningkatkan risiko terlambat bicara.&nbsp;
Mencampurkan dua bahasa dalam satu kalimat merupakan komunikasi alami yang lazim digunakan oleh orang bilingual. Aybun dapat menggunakan bahasa kedua dengan konsisten di satu waktu tertentu, misalnya saat sedang membaca buku sebelum tidur, di 1 jam tersebut dengan bahasa inggris.
Saat mengajarkan anak dengan bahasa kedua, Ayah Bunda harus tetap sabar dan pastikan apresiasi si Kecil ketika ia berbicara dalam bahasa apapun supaya lebih optimal.
Selain itu Ayah Bunda penting memperhatikan perkembangan bicara anak karena ada studi menunjukkan tak ada anjuran menunda pengenalan bahasa lain, kecuali ditemukan tanda keterlambatan, seperti:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Usia 4 bulan tidak mengoceh</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Usia 6 bulan tidak babbling</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak merespons saat diajak bicara dengan salah satu bahasa&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ada keterlambatan pada tonggak perkembangan lain</li>
</ul>
<h2>Tips mengajarkan anak bilingual sedini mungkin</h2>
<h3>1. Perbanyak &lsquo;eksposur&rsquo; bahasa secara berkualitas dan terjadwal&nbsp;</h3>
Pastikan orang yang mengajarkan bahasa kedua adalah orang yang fasih terhadap bahasa tersebut&nbsp;
Misal:
Ayah pakai bahasa Indonesia, Bunda pakai bahasa Inggris (Satu Orang-Satu Bahasa)
AyBun pakai bahasa Indonesia di rumah, di luar rumah pakai bahasa Inggris
AyBun menetapkan tiap 2 hari sekali berbicara dengan bahasa Inggris&nbsp;
Tiap malam AyBun konsisten hanya membacakan buku bahasa Inggris
<h2>2. Lakukan pengulangan setiap hari secara konsisten dan dimulai dari kalimat sehari-hari</h2>
Misal:&nbsp;
Sebutkan nama makanan, mainan, warna sambil ditunjuk oleh AyBun
Kenalkan magic words seperti sorry, thank you, please, excuse me
<h2>3. Dorong anak untuk terus berkomunikasi dalam bahasa apapun yang paling ingin ia gunakan</h2>
Tidak menyudutkan/menertawakan kesalahan anak&nbsp;
Apresiasi proses belajar anak
Anak belajar 2 bahasa tanpa paksaan sehingga kemampuan bicara menjadi lebih optimal. AyBun lebih pilih yang mana, nih?
Anak lancar bicara Bahasa Indonesia tetapi tidak bisa bahasa asing
Lancar berbahasa asing tetapi sulit berbahasa Indonesia&nbsp;
Berbagi jawaban dan alasannya di kolom komentar, ya!
Membesarkan si Kecil dengan dua bahasa bukan hanya tugas Ayah Bunda. Jika Ayah Bunda ingin si kecil mahir berbahasa asing, ajak anggota keluarga lain seperti kakak, paman atau bibi bahkan pengasuhnya untuk menggunakan bahasa tersebut.
Yuk, ciptakan lingkungan keluarga yang mendukung, akan membantu mendidik anak untuk terbiasa dengan bilingual.
Unduh sekarang dan gunakan aplikasi Tentang Anak untuk pantau perkembangan si Kecil sesuai usia!
Foto: www.pexels.com
Sumber:
https://raisingchildren.net.au/babies/connecting-communicating/bilingualism-multilingualism/raising-bilingual-children-tips
https://raisingchildren.net.au/babies/connecting-communicating/bilingualism-multilingualism/bilingualism
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6168212/

Ajarkan 2 Bahasa pada Anak Sejak Dini Lebih Baik, Gini TIPSnya!


Daun semanggi, lobak dan toge disebut sebagai sayuran yang dilarang untuk ibu hamil. Ketahui faktanya di artikel ini.

Kehamilan

Kehamilan menyebabkan berbagai perubahan dalam hidup perempuan, termasuk dalam hal pola makan. Selain harus lebih memperhatikan kebutuhan nutrisi, ada sejumlah makanan yang wajib dihindari ibu hamil seperti jenis sayuran tertentu. Ingin tahu apa saja sayuran yang dilarang untuk ibu hamil? Berikut ini ulasan selengkapnya.
<h2>Bolehkah Ibu Hamil Makan Sayuran?</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/1689342309.jpg" />
Sayuran memiliki banyak manfaat bagi ibu hamil. Selain rendah lemak, kalori dan kolesterol, sayuran juga memiliki serat yang dibutuhkan untuk mencegah sembelit pada ibu hamil. Selain itu, sayuran juga mengandung vitamin dan mineral, termasuk asam folat, yang dibutuhkan untuk mencegah keguguran, cacat tabung saraf dan menurunkan risiko preeklampsia. Oleh karenanya, disarankan untuk mengkonsumsi sayuran secara rutin.&nbsp;
<h2>Sayuran yang Dilarang untuk Ibu Hamil</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/1689342355.jpg" />
Pada dasarnya semua jenis sayuran baik untuk dikonsumsi ibu hamil. Namun, sejumlah sayuran hijau dan beberapa jenis kecambah ternyata tidak dianjurkan karena memiliki risiko terkontaminasi bakteri E. coli. Padahal, bakteri satu ini dapat berakibat fatal bagi ibu hamil seperti memicu keguguran hingga infeksi pada janin. Seperti dikutip dari Medical News Today, 20% infeksi bakteri E.coli disebabkan karena mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi termasuk sayuran hijau dan beberapa jenis kecambah. Berikut ini adalah daftarnya:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Toge</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Alfalfa</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Daun Semanggi</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Lobak</li>
</ul>
Selain jenis sayuran di atas, ibu hamil juga dilarang untuk mengkonsumsi sayuran mentah. Alasannya karena sayuran mentah bisa saja terkontaminasi zat kimia berbahaya, baik dari pupuk maupun pestisida, hingga terkontaminasi bakteri yang berbahaya bagi ibu hamil seperti E. coli. Oleh karenanya, pastikan untuk selalu mencuci bersih dan memasak sayuran hingga matang sebelum dikonsumsi ibu hamil.
<h3>Sayuran yang Baik untuk Ibu Hamil</h3>
Setelah membahas mengenai jenis sayuran yang dilarang untuk ibu hamil, selanjutnya kita akan membahas jenis-jenis sayuran yang memiliki manfaat penting untuk kesehatan janin dan ibu hamil. Berikut ini beberapa di antaranya:
<ol>
<li> Wortel mengandung vitamin A, wortel juga mengandung kalsium, asam folat dan potassium.</li>
<li> Labu mengandung asam folat, serat, potassium, zat besi, vitamin C, vitamin E, magnesium, dan kalsium, yang penting untuk kesehatan ibu hamil dan perkembangan janin.</li>
<li> Bayam mengandung asam folat, zat besi, vitamin c dan serat yang tinggi</li>
<li> Tomat mengandung asam folat, potassium, vitamin c dan serat yang tinggi</li>
<li> Paprika Merah mengandung asam folat, vitamin A, vitamin c, serat, dan antioksidan.</li>
<li> Kangkung dapat mencegah diabetes gestasional, anemia, sembelit serta dapat membantu mengatasi insomnia dan mendukung pertumbuhan tulang pada janin.</li>
<li> Kubis kaya akan nutrisi penting seperti vitamin C, vitamin K, vitamin B6, asam folat, kalsium, zat besi, dan kalium</li>
<li> Asparagus mengandung vitamin K, vitamin A, vitamin C, folat, dan serat yang penting bagi perkembangan janin.</li>
<li> Brokoli mencegah anemia, sembelit, menjaga kesehatan tulang dan mengandung asam folat yang penting untuk mencegah keguguran dan cacat tabung saraf.</li>
<li> Kale mengandung antioksidan seperti vitamin C, beta-karoten, dan flavonoid yang membantu melindungi tubuh dari kerusakan sel dan radikal bebas.</li>
</ol>
Meskipun pada umumnya semua jenis sayuran yang telah dicuci bersih dan dimasak matang aman untuk dimakan ibu hamil, untuk pencegahan sebaiknya lakukan konsultasi dengan dokter kandungan maupun ahli gizi untuk memastikan terhindar dari infeksi bakteri dan keracunan makanan. Semoga artikel ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan ayah-bunda mengenai topik sayuran yang dilarang untuk ibu hamil.
&nbsp;
Sumber:
https://www.medicalnewstoday.com/articles/324377#raw-or-undercooked-greens-and-sprouts 
https://www.fhcsd.org/prenatal-care/what-to-eat-during-pregnancy/#:~:text=Some%20of%20the%20benefits%20of,spina%20bifida%20during%20fetal%20development)

Jenis Sayuran yang Harus Dihindari Ibu Hamil

Ingin memberikan camilan untuk bayi Anda? Berikut camilan bayi 6-8 bulan yang sehat dan pasti disukai!
&nbsp;

Nutrisi

Salah satu pencapaian penting bayi usia 6 bulan adalah kesiapannya untuk mulai mengkonsumsi makanan padat. Oleh karenanya, di usianya sekarang, snack atau camilan akan jadi bagian dari rutinitas makan harian si kecil. Namun, memberikan camilan untuk bayi usia 6 bulan tidak boleh sembarangan. Jika makanan yang diberikan tidak tepat, bukan saja tidak mencukupi kebutuhan nutrisi si Kecil, melainkan berpotensi mengganggu kesehatannya. Alasannya karena di usianya sekarang, bayi masih memiliki sistem pencernaan yang rentan terhadap makanan.
Untuk itu, pastikan bahwa ayah-bunda selalu berhati-hati ketika memberikan makanan sebagai camilan si kecil. Pastikan bahwa makanan yang diberikan memiliki nutrisi tinggi dan juga aman untuk pencernaan bayi. Nah, sebagai solusi, di artikel ini kami telah merangkum 4 ide camilan bayi 6 bulan terbaik yang tidak hanya lezat, tetapi juga mudah dicerna, aman, dan sehat.&nbsp;
Tanpa panjang lebar lagi, berikut ini daftar camilan yang bisa ayah-bunda pertimbangkan untuk diberikan pada buah hati tercinta.
<h2>Camilan yang Bagus untuk Bayi 6 Bulan ke Atas</h2>
<h3>1. Yogurt</h3>
Yogurt dengan rasa plain yang tidak diberi gula atau perisa tambahan merupakan opsi camilan yang sehat dan bernutrisi tinggi karena selain mengandung sinbiotik untuk kesehatan saluran cerna, yogurt juga mempunyai komposisi makronutrien yang lengkap, mulai dari karbohidrat, protein hewani, lemak. Pada yogurt tertentu, yaitu Greek yogurt, kandungan protein cenderung lebih tinggi sehingga bisa menjadi opsi bila si Kecil sedang kejar berat badan.&nbsp;
Untuk membuat anak makin tertarik mengonsumsi yogurt, AyBun dapat mengenalkan secara bertahap, mulai dari 2-3 sendok, dan mencampur dengan buah potong yang rasanya manis (misal pir, buah naga) agar rasa asam pada yogurt dapat dinetralisir.&nbsp;
<h3>2. Pudding buah</h3>
Camilan dingin ini dapat menjadi snack andalan, terutama ketika bayi sedang tumbuh gigi dan merasa tidak nyaman dengan gusinya. Selain itu, komposisi nutrisi yang disajikan cukup beragam karena selain tersedia buah yang kaya serat, dalam pusing juga terkandung protein dan lemak bila bunda menggunakan susu UHT atau santan. Pilihan buah dapat beragam, sesuai preferensi bunda. Bila sedang kejar BB, pilih buah yang tinggi kalori, misal alpukat, mangga, dan pisang.&nbsp;
<h3>3. Omelette telur</h3>
Tidak perlu diragukan lagi, telur merupakan salah satu sumber protein dan lemak yang baik untuk pertumbuhan anak. Bila bayi mulai belajar makan finger food, omelet telur dapat dijadikan salah satu pilihan camilan karena mudah hancur saat diremas. Bunda juga dapat menambahkan komposisi kalori dan memperkaya rasa pada menu ini dengan menambah parutan atau saus keju.&nbsp;&nbsp;
<h3>4. Tahu</h3>
Tahu merupakan salah satu sumber protein nabati dan asam lemak omega-3 yang baik untuk pertumbuhan otak bayi. Bunda dapat mengolah tahu dengan menggoreng untuk menambahkan kandungan lemak atau mencampur dengan sebutir telur untuk melengkapi komposisi asam amino yang diberikan. Tekstur yang disediakan dapat disesuaikan dengan kemampuan mengunyah bayi, mulai dari lumat halus hingga lumat kasar dengan garpu&nbsp;
<h3>Camilan Bukan Pengganti ASI</h3>
Perlu ayah-bunda pahami bahwa pemberian makanan padat bukan berarti akan mengganti atau mengurangi ASI. Air Susu Ibu adalah sumber makanan utama yang diperlukan oleh bayi selama enam bulan pertama kehidupannya. ASI masih diperlukan untuk memenuhi 70% kebutuhan nutrisi pada bayi berusia 6-8 bulan.&nbsp;
Foto: Designed by freepik
Sumber:
Donovan SM, Rao G. Health benefits of yogurt among infants and toddles aged 4 to 24 months: a systematic review. Nutr Rev. 2019;77:478-86.
https://www.mjandhungryman.com/tofu-for-babies/

4 Camilan Bayi 6-8 Bulan yang Lezat, Aman, dan Sehat

Batuk pada anak memang bisa sangat mengganggu. Apalagi jika si Kecil sering mengalaminya. Namun, AyBun perlu waspada saat memberikan obat batuk!

<a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=2064">Batuk pada anak</a> bisa jadi membuat AyBun khawatir ya. Padahal, menurut Prof. Dr. dr. Bambang Supriyatno, Sp.A(K), batuk adalah anugerah tubuh yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan alami.
Meski sering kali membuat orang tua khawatir, batuk sebenarnya memiliki tujuan penting, yaitu membantu mengeluarkan lendir atau iritan dari saluran napas.
Namun, penggunaan <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=1069">obat batuk</a> yang tidak tepat justru dapat membahayakan kesehatan anak. Artikel ini akan membahas batuk secara lengkap, mulai dari penyebab hingga langkah penanganan yang aman.
<h2>Apa Itu Batuk dan Mengapa Terjadi?</h2>
Batuk adalah refleks alami tubuh untuk membersihkan saluran pernapasan dari lendir, debu, atau partikel asing. Sebagai anugerah, batuk seharusnya dimanfaatkan, bukan ditekan.
Ketika anak batuk, tubuh berusaha mengeluarkan lendir berlebih. Jika kita memberikan obat yang menekan refleks batuk (antitusif), lendir tetap terproduksi dan malah menjadi lebih kental, sehingga berpotensi menyumbat saluran napas.
<h2>Penyebab Umum Batuk pada Anak</h2>
Batuk pada anak dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik yang bersifat akut (kurang dari 14 hari) maupun kronik (lebih dari 14 hari):
<ol>
<li>
Batuk Akut:
<ul>
<li>Common cold (selesma): Infeksi virus ringan pada saluran pernapasan.</li>
<li>Alergi: Reaksi tubuh terhadap alergen seperti debu atau serbuk bunga.</li>
</ul>
</li>
<li>
Batuk Kronik:
<ul>
<li>Asma: Gejalanya termasuk batuk malam hari dan napas berbunyi.</li>
<li>Sinusitis: Infeksi sinus yang menyebabkan lendir terus mengalir ke tenggorokan.</li>
<li>Hipertrofi adenoid: Pembesaran jaringan adenoid yang membuat anak bernapas lewat mulut, sehingga rentan terhadap batuk.</li>
</ul>
</li>
</ol>
<h2>Kapan Batuk Tidak Memerlukan Obat?</h2>
Batuk tidak selalu membutuhkan pengobatan, terutama jika anak tetap menunjukkan tanda-tanda kesehatan yang baik. AyBun tidak perlu memberikan obat batuk jika:
<ol>
<li>Anak tetap aktif dan bermain seperti biasa.</li>
<li>Tidur anak tidak terganggu karena batuk.</li>
<li>Berat badan anak tetap naik.</li>
<li>Pola makan anak tidak terganggu.</li>
</ol>
Dalam kondisi seperti ini, cukup gunakan perawatan sederhana seperti balsem khusus anak untuk memberikan kenyamanan. Hindari balsem untuk dewasa yang tidak sesuai untuk kulit anak.
Baca Juga: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=417">Anak Batuk Pilek? Jangan Sembarang Berikan Obat Perhatikan Hal Ini!</a>
<h2>Bahaya Penggunaan Obat Batuk yang Tidak Tepat</h2>
Banyak obat batuk yang tersedia di pasaran merupakan campuran dari beberapa bahan aktif, seperti:
<ul>
<li>Antitusif: Menekan refleks batuk, tetapi berisiko membuat lendir menjadi kental dan sulit dikeluarkan.</li>
<li>Mukolitik: Membantu mengencerkan lendir, sehingga lebih mudah dikeluarkan.</li>
</ul>
Masalahnya, jika kedua bahan ini digabungkan, mereka "berkonflik" di dalam tubuh. Jika antitusif yang dominan, lendir menjadi kental dan kering sehingga berbahaya.
Sebaliknya, jika mukolitik yang dominan, lendir akan lebih cair tetapi batuk tetap berlanjut. Oleh karena itu, orang tua perlu berhati-hati memilih obat, terutama yang mengandung campuran bahan aktif.
<h2>Penanganan Aman untuk Batuk</h2>
Jika anak mengalami batuk ringan, AyBun dapat mencoba langkah berikut:
<ol>
<li>Berikan cairan yang cukup: Air putih atau sup hangat dapat membantu mengencerkan lendir.</li>
<li>Gunakan pelembap udara (humidifier): Udara yang lembap membantu melegakan saluran napas.</li>
<li>Balsem khusus anak: Pilih balsem yang aman untuk kulit anak untuk memberikan efek hangat di dada.</li>
<li>Konsultasikan ke dokter: Jika batuk berlangsung lebih dari 7 hari atau disertai gejala lain seperti demam tinggi atau kesulitan bernapas.</li>
</ol>
<h2>Tanda-tanda Bahaya Batuk pada Anak</h2>
Segera periksakan anak ke dokter jika batuk disertai dengan:
<ul>
<li>Demam tinggi yang tidak kunjung reda.</li>
<li>Kesulitan bernapas atau napas berbunyi (wheezing).</li>
<li>Batuk yang berlangsung lebih dari 14 hari.</li>
<li>Adanya darah pada dahak.</li>
</ul>
<h2>Kesimpulan</h2>
Batuk pada anak adalah mekanisme pertahanan tubuh yang penting dan tidak selalu memerlukan obat. Penggunaan obat yang salah, terutama antitusif, justru dapat membahayakan karena membuat lendir menjadi kental dan sulit dikeluarkan.
Selama anak tetap aktif, makan dengan baik, dan tidak terganggu tidurnya, perawatan sederhana sudah cukup.
Namun, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter jika batuk berlangsung lama atau disertai gejala yang mengkhawatirkan. Dengan pendekatan yang tepat, kesehatan anak dapat tetap terjaga.
AyBun juga bisa mencoba menggunakan fitur <a href="tentanganak://consult_list?type=consult_list">Tanya Ahli</a>&nbsp;jika si Kecil sering mengalami masalah pernapasan seperti batuk.

Batuk pada Anak: Penyebab, Frekuensi Normal, dan Kapan Harus Waspada

Bayi 8 bulan bisa apa? Selain duduk dan merangkak, ada 5 hal yang bisa dicapai si kecil. Baca artikel ini untuk mengetahui lebih lanjut.

6-12 bulan

Bayi

&nbsp;
Orang tua tentu saja khawatir jika bayi mereka mengalami keterlambatan tumbuh kembang jika dibandingkan dengan anak seusianya. Misalnya, ketika bayi lain sudah dapat merangkak bahkan berdiri, si kecil justru masih belum dapat duduk tanpa bantuan orang lain.&nbsp;
&nbsp;
Karena minimnya informasi dan pengetahuan seputar perkembangan bayi, tidak jarang orang tua mengambil kesimpulan dan tindakan yang salah. Oleh karena itu, jika Anda memiliki kekhawatiran terhadap perkembangan anak, cara yang paling tepat adalah memperkaya informasi dari sumber yang terpercaya dan berkonsultasi dengan dokter spesialis anak.
&nbsp;
Sebagai referensi terbaik dan terpercaya seputar ibu, bayi dan parenting, kali ini Tentang Anak membahas mengenai perkembangan bayi 8 bulan. Di usia 8 bulan, bayi memang memiliki banyak sekali pencapaian yang signifikan baik secara motorik, kognitif, sosial hingga bahasa.
&nbsp;
Artikel ini juga akan menjelaskan sejumlah tanda keterlambatan tumbuh kembang yang patut diamati dan diwaspadai. Selain itu, ada juga rekomendasi aktivitas yang dapat dilakukan untuk menstimulasi bayi 8 bulan. Nah, untuk lebih jelasnya, yuk kita mulai pembahasannya satu per satu.
<h2>Perkembangan Bayi 8 Bulan</h2>
<h3>1. Tepuk Tangan, Melambaikan Tangan, Menunjuk</h3>
Pada usia ini, bayi sudah memiliki koordinasi tangan yang cukup baik sehingga mampu melakukan tepuk tangan, melambaikan tangan, dan menunjuk bila menginginkan sesuatu.
&nbsp;
Meskipun begitu, perlu dipahami bahwa tidak semua bayi bisa melakukan semua hal tersebut pada usia 8 bulan. Setiap bayi berkembang pada tempo yang berbeda-beda. Jika bayi belum bisa melakukannya pada usia 8 bulan, tidak perlu khawatir. Batasan usia untuk tepuk tangan adalah 11 bulan, melambaikan tangan 14 bulan, dan menunjuk 12 bulan.&nbsp;&nbsp;
<h3>2. Berdiri Sambil Berpegangan</h3>
Sebagian besar bayi usia 8 bulan sudah mampu untuk berdiri sambil berpegangan.&nbsp; Berdiri sambil berpegangan merupakan tanda-tanda awal bahwa bayi sedang dalam proses belajar berjalan. Pada tahap ini, bayi sedang mencoba memperkuat otot-otot kaki dan panggul agar nantinya si kecil bisa berjalan dengan stabil.
<h3>3. Merangkak</h3>
Jika bayi Anda sudah dapat merangkak pada usia 8 bulan atau lebih awal, itu adalah tanda positif bahwa tumbuh kembangnya baik. Namun, jika si kecil belum mulai merangkak pada usia 8 bulan, tidak perlu dikhawatirkan apabila tanda-tanda perkembangan motorik lainnya terlihat seperti duduk dengan stabil tanpa bantuan atau berguling dari posisi duduk ke posisi telentang dan sebaliknya.&nbsp; Perlu ayah-bunda ketahui juga, usia antara 7-11 bulan merupakan rentang waktu normal bagi bayi untuk belajar merangkak.
<h3>4. Mengucapkan papa mama</h3>
Pada usia 8 bulan, kemampuan berbahasa bayi semakin meningkat dan ditandai oleh sejumlah kemampuan seperti berikut ini:
&nbsp;
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pada usia ini bayi dapat mengeluarkan berbagai macam suara, seperti mengoceh.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pada umumnya, bayi 8 bulan juga sudah dapat mengucapkan beberapa kata sederhana, seperti "mama" atau "papa" meskipun kadang si kecil belum memahami artinya.</li>
</ul>
<h3>Jenis-Jenis Permainan untuk Stimulasi Bayi 8 Bulan</h3>
Memberikan stimulasi pada bayi sangat efektif untuk membantu tumbuh kembangnya. Sebab, stimulasi yang tepat dapat mempercepat perkembangan bayi dalam berbagai aspek perkembangan mulai dari kognitif, motorik, sosial, dan bahasa. Berikut ini adalah sejumlah ide aktivitas yang bisa Anda lakukan bersama si kecil untuk menstimulasi perkembangannya.
&nbsp;
<ol>
<li> Bermain Petak Umpet</li>
</ol>
Selain menjadi aktivitas yang menyenangkan, bermain petak umpet dapat mengembangkak kemampuan Object Permanence anak. Object Permanence adalah konsep pemahaman bahwa sebuah objek atau manusia dapat tetap eksis meski kita tidak melihatnya. Ini merupakan milestone kognitif yang penting untuk dicapai si kecil. Bermain petak umpet juga terbukti mengasah kemampuan visual si kecil.
&nbsp;
<ol start="2">
<li> Crawling Games</li>
</ol>
Permainan ini dapat melatih bahu, lengan dan koordinasi antara bagian kanan dan kiri dari tubuh bayi. Selain itu, bermain merangkak dapat merangsang kemampuan visual, meraba dan proprioceptive bayi. Permainan ini bisa dilakukan dengan menempatkan bayi di sebuah ruangan di mana benda-benda favoritnya kita simpan secara berjauhan. Cara ini bisa memancing bayi untuk merangkak dan mengambil benda-benda tersebut.
&nbsp;
<ol start="3">
<li> Membaca Buku</li>
</ol>
Untuk merangsang kemampuan bahasanya, membaca buku merupakan salah satu aktivitas yang disarankan. Saat membacakan buku, gunakan berbagai macam intonasi dan tone suara serta ekspresi wajah dan suara untuk berbagai karakter. Biarkan juga mereka mengeksplorasi buku untuk merangsang kemampuan motoriknya.
Foto: Designed by freepik
Sumber:
https://www.babycenter.com/baby/month-by-month/8-month-old-baby-milestones-and-development_725
https://www.webmd.com/parenting/baby/baby-development-8-month-old
Frankenburg WK, Dodds J, Archer P, Bresnick B, Maschka P, Edelman N, dkk. Denver II: training manual. Denver: Denver Developmental Materials, Inc, 1992.&nbsp;&nbsp;

4 Pencapaian yang Bisa Dilakukan Bayi 8 Bulan

Anak-anak memiliki resiko cedera yang besar ketika bermain trampolin. Cari tahu bahaya bermain trampolin pada anak sekaligus alternatif permainannya di sini!

Balita

Trampolin merupakan permainan yang menggunakan alat untuk bisa melompat tinggi. Ini adalah kegiatan seru dilakukan oleh semua usia, termasuk anak-anak. Namun, permainan ini memiliki resiko yang besar bagi anak.
Berdasarkan data yang dipublikasikan The American Academy of Pediatrics (AAP), ada lebih dari 91 ribu kasus kecelakaan pada anak karena bermain trampolin pada rentang tahun 2010&ndash;2014. Parahnya, beberapa kasus diantaranya ada yang mengalami kelumpuhan hingga kematian.&nbsp;
Trampolin dapat bikin anak berapi-api karena keseruan melompat di atas alatnya. Lantas, kapan anak bisa dengan aman bermain trampolin? Yuk, AyBun cari tahu selengkapnya di informasi berikut ini!
<h3>Kapan usia yang tepat untuk bermain trampolin?</h3>
Sejatinya, trampolin adalah permainan yang baik untuk kesehatan dan bisa membantu tumbuh kembang anak. Namun, olahraga ini memiliki resiko yang tinggi jika dilakukan pada anak kecil. Lantas, kapan usia yang tepat supaya anak bisa bermain trampolin?
Usia yang tepat untuk bermain trampolin adalah di atas 6 tahun. Hal itu sesuai dengan anjuran dari OrthoInfo. Mereka juga merekomendasikan untuk melepas tangga trampolin setelah digunakan agar mencegah anak kecil memanjat dan melompat tanpa pengawasan.
<h3>Bahaya Main Trampolin untuk Anak&nbsp; di bawah 6 Tahun</h3>
Menurut Stanford Medicine, cedera ketika bermain trampolin bisa jadi masalah yang serius. Anak kecil di bawah 6 tahun memiliki resiko yang besar ketika bermain permainan seru ini. Resiko patah tulang hingga kematian dapat terjadi.
Cedera dalam bermain trampolin dapat terjadi dengan beberapa cara, anak mungkin bisa mendarat di dataran yang salah, mereka bisa terjatuh, ataupun jatu di bingkau trampolin. Bahkan, apabila ada 2 orang atau lebih yang melompat, ada kemungkinan bisa menabrak satu sama lain.
Berikut adalah cedera yang bisa mungkin terjadi ketika bermain trampolin:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Gegar otak</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Patah tulang</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Terkilir</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Memar, goresan dan luka</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Cidera di kepala dan leher yang dapat menyebabkan kelumpuhan atau kematian</li>
</ul>
<h2>Manfaat Bermain Trampolin</h2>
Jika anak telah cukup umur, AyBun dapat memperbolehkannya bermain trampolin, tapi harus dengan pengawasan. Permainan ini sangat seru dan dapat meningkatkan kesehatan anak. Trampolin juga bisa dijadikan sebagai olahraga yang mampu meningkatkan energi dan stamina anak.
Masih banyak manfaat bermain trampolin untuk anak. Seperti:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Jantung sehat</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bahagia</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Meningkatkan energi</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Meningkatkan kemampuan motor dan koordinasi antar tubuh anak</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mampu meningkatkan kepercayaan diri anak</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Daya tahan tubuh menjadi kuat</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Anak jadi bisa berkonsentrasi dengan baik</li>
</ul>
<h2>Jenis Permainan Alternatif selain Trampolin</h2>
The American Academy of Pediactrics (AAP) menganjurkan agar orang tua tidak membelikan anak trampolin di rumah. Ini termasuk trampolin mini dan trampolin besar di luar. Mereka justru menyarankan agar orang tua mengajak anaknya untuk bermain aktivitas fisik lain.
Ada banyak permainan alternatif fisik seru selain bermain trampolin. Berikut adalah daftarnya:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">
<h3>Bersepeda</h3>
</li>
</ol>
Tak hanya trampolin saja yang dapat melatih keseimbangan tubuh anak, melainkan bersepeda juga bisa. Aktivitas ini dapat membuat anak melatih kemampuan motorik kasar dan berkonsentrasi lebih baik.&nbsp;
Dengan bersepeda, anak juga bisa bersosialisasi bersama teman sebayanya. Dari sisi kesehatan, kegiatan ini juga sangat baik untuk menyehatkan jantung dan tulang.&nbsp;
<h3>1. Berenang</h3>
Berenang adalah kegiatan yang sangat menyenangkan untuk anak. Mereka bisa bermain dan lebih akrab dengan air ketika berenang. AAP merekomendasikan untuk mengajarkan anak berenang sedini mungkin, dari usia 1 tahun.
Belajar berenang dapat meminimalisir kejadian tenggelam pada anak. Namun, orang tua harus mengawasi dengan baik ketika anaknya berenang.
<h3>2. Menari dengan lantunan musik</h3>
Kegiatan menari dapat membuat anak belajar koordinasi dan kontrol tubuh. Apalagi dengan musik yang ceria, menari dapat menjadi kegiatan yang seru untuk melepas stres. Menari juga dapat menjadi cara untuk menyalurkan energi anak, apalagi buat anak yang begitu aktif.
<h3>3. Bermain lempar tangkap bola</h3>
Permainan melambungkan lalu menangkap bola akan melatih koordinasi mata, tangan dan kaki si kecil. Kegiatan ini akan menguatkan otot-otot tangan dan kaki, sekaligus membantu anak berkonsentrasi lebih lama.
<h3>4. Bermain di taman bermain</h3>
Ajaklah anak untuk sering berjalan-jalan keluar setiap hari, kemudian sempatkan beberapa waktu di taman bermain untuk menikmati perosotan, ayunan atau jungkat-jungkit. Permainan ini cenderung lebih aman daripada trampolin.&nbsp;
Sekarang AyBun telah mengetahui bahaya bermain trampolin untuk anak di bawah 6 tahun. Walaupun anak sudah cukup usia bermain trampolin, AyBun tetap saja harus waspada mengawasi mereka ketika bermain trampolin.&nbsp;
Namun, AyBun tidak perlu parno dengan trampolin. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meminimalisir resiko seperti yang telah disebutkan di atas. Jadi, anak tetap bisa menikmati keseruan dengan trampolin dengan aman!
Foto: <a href="http://www.pexels.com/">www.pexels.com</a>
Sumber:
<a href="https://www.aaos.org/contentassets/1cd7f41417ec4dd4b5c4c48532183b96/1135---trampolines-and-trampoline-safety.pdf">https://www.aaos.org/contentassets/1cd7f41417ec4dd4b5c4c48532183b96/1135---trampolines-and-trampoline-safety.pdf</a>
<a href="https://www.medicalnewstoday.com/articles/243497#1">https://www.medicalnewstoday.com/articles/243497#1</a>
<a href="https://publications.aap.org/aapnews/news/14452">https://publications.aap.org/aapnews/news/14452</a>&nbsp;
Choi, Eun Seok; Hong, Jin Heon; Sim, Jae Ang (2017). Distinct features of trampoline-related orthopedic injuries in children aged under 6 years. Injury, (), S0020138317309051&ndash;. doi:10.1016/j.injury.2017.12.017&nbsp;
<a href="https://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=224408">https://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=224408</a>